KAJIAN KONFLIK LALU LINTAS DI SIMPANG BE
KAJIAN KONFLIK LALU LINTAS DI SIMPANG BERSINYAL
(STUDI KASUS UNTUK EVALUASI SIMPANG BERSINYAL
JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN KOTA TEGAL)
Rizal Ghifary
Taruna DIV MKTJ
Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan
ABSTRAK
Persimpangan sebagai titik pertemuan atau percabangan jalan harus dapat mengakomodasi
kebutuhan pengguna jalan yang melintas dengan aman, selamat, tertib dan lancar. Untuk
mengetahui bagaimana kinerja suatu persimpangan dapat dilakukan studi konflik lalu lintas di
persimpangan. Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan jumlah konflik yang terjadi
dengan karakteristik pergerakan di persimpangan, yaitu pergerakan membelok, waktu siklus,
kapasitas, kecepatan kendaraan, dan aktifitas pejalan kaki. Jalan Perintis Kemerdekaan memiliki
satu simpang bersinyal yang mempertemukan jalan tersebut dengan jalan Hanoman. Dari hasil
survey lapangan menunjukkan bahwa walaupun simpang tersebut diatur dengan Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas, masih banyak terjadi konflik lalu lintas. Faktor lebar lajur lalu lintas efektif
yang relatif sempit menjadi salah satu penyebab. Selain itu, kecepatan kendaraan yang terlalu pelan
juga berpengaruh terhadap jenis konflik yang paling sering terjadi. Tercatat 171 konflik dua
kendaraan yang belok kiri dari arah yang sama pada keempat lengan simpang sebagai jenis konflik
yang paling banyak terjadi. Kecepatan kendaraan rata-rata yang masuk ke mulut simpang melalui
lengan simpang timur dan barat lebih dari 30 km/jam, sehingga direkomndasikan untuk pemasangan
rambu pembatas kecepatan di bawah 30 km/jam di 100 meter sebelum mulut simpang. Lengan
simpang barat dengan lebar jalu efektif 2,5 meter direkomendasikan untuk ditutup karena sedikitnya
kendaraan yang melintas dan seringnya terjadi pelanggaran lampu merah.
Kata kunci : simpang bersinyal, karakteristik pergerakan, konflik lalu lintas, lengan simpang
PENDAHULUAN
Persimpangan merupakan titik pertemuan
atau percabangan jalan. Persimpangan harus
dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna
jalan yang melintas agar aman, selamat, tertib
dan lancar. Untuk mengetahui bagaimana
kinerja suatu persimpangan dapat dilakukan
dengan melakukan studi konflik lalu lintas di
persimpangan. Studi konflik lalu lintas dapat
dilakukan dengan membandingkan jumlah
konflik yang terjadi dengan karakteristik
pergerakan persimpangan.
Di jalan Perintis Kemerdekaan terdapat
satu simpang bersinyal yang mempertemukan
jalan tersebut dengan Jalan Hanoman, Kota
Tegal. Evaluasi kinerja simpang bersinyal ini
perlu dilakukan karena volume lalu lintas di
persimpangan cukup tinggi sehingga dapat
diketahui apakah pengaturan yang ada masih
sesuai dapat mengatur lalu lintas kendaraan
dengan baik.
Simpang tersebut memiliki satu lengan
simpang kecil dengan sedikit kendaraan yang
melintas dan pengguna jalan yang masuk dari
lengan simpang tersebut sering melakukan
pelanggaran lampu merah. Oleh karena itu,
keberadaan lengan simpang tersebut perlu
dikaji.
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam studi
konflik lalu lintas ini adalah membandingkan
jumlah konflik yang terjadi dengan
1
karakteristik pergerakan di persimpangan.
Konflik lalu lintas terjadi pada saat seorang
atau lebih pengguna kendaraan atau lebih
saling mendekati atau mendekati objek lain
pada ruang dan waktu yang sedemikian rupa
sehingga menyebabkan resiko tabrakan jika
pergerakan tidak dapat dirubah (Baguley,
1984). Karakteristik pergerakan yang
dimaksud antara lain: pergerakan membelok,
kapasitas simpang, waktu siklus (fase),
kecepatan, dan pergerakan pejalan kaki.
adalah dari kaki simpang barat dengan 27
satuan mobil penumpang.
Data-data karakteristik pergerakan di
persimpangan ddapatkan dengan melakukan
survey lapangan.
Dari hasil pencatatan waktu siklus pada
tiap lengan simpang, didapatkan diagram fase
sebagai berikut.
2. Waktu Siklus
Manajemen pergerakan kendaraan di
persimpangan sangat berpengaruh terhadap
konflik yang terjadi di persimpangan,
terutama simpang bersinyal. Penentuan
jumlah dan waktu fase yang tidak sesuai akan
berdampak pada tidak lancarnya pergerakan
yang dapat menimbulkan konflik.
PEMBAHASAN
1. Pergerakan Membelok
Pergerakan kendaraan di persimpangan
merupakan penyebab utama terjadinya
konflik lalu lintas. Jumlah konflik yang terjadi
dipengaruhi
oleh
jumlah
pergerakan
membelok pada tiap lengan simpang.
Hasil survey pergerakan membelok
terklasifikasi menunjukkan bahwa pergerakan
kendaraan di simpang bersinyal Jalan Perintis
Kemerdekaan adalah sebagai berikut.
Gambar 2. Diagram Fase Simpang
Dapat dilihat pada gambar 2 bahwa simpang
bersinyal Jalan Perintis Kemerdekaan
menggunakan 3 (tiga) fase pergerakan dengan
waktu siklus 105 detik. Fase I diatur dengan
waktu hijau yang paling lama yaitu 79 detik,
dikarenakan arus kendaraan di lengan
simpang utara adalah yang paling banyak
diantara lengan simpang yang lain. Lengan
simpang timur dan barat diatur menjadi 1 fase
pada fase II dan fase III untuk lengan simpang
utara.
3. Kapasitas
Gambar 1. Kondisi Pergerakan Membelok
Gambar 1 menunjukkan volume pergerakan
kendaraan pada tiap lengan simpang yang
didapatkan dari survey lapangan. Diketahui
bahwa volume terbesar berasal dari kaki
simpang selatan, yaitu 788 satuan mobil
penumpang, sedangkan yang paling sedikit
Salah satu faktor yang mempengaruhi
banyaknya jumlah konflik yang terjadi di
persimpangan adalah ruang gerak kendaraan
yang sempit. Ruang gerak kendaraan
berkaitan dengan lebar efektif tiap lengan
simpang, sehingga bisa dihitung seberapa
banyak kendaraan yang dapat ditampung oleh
tiap lengan simpang simpang.
2
Gambar 3. Grafik Kecepatan Tiap Lengan
Simpang
S
Lengan
Simpang
525 x We
Timur
Selatan
Barat
Utara
1575
2100
656,25
2100
g
(detik)
60
79
60
65
Kapasitas
C
c
(detik)
S x g/c
(smp/jam)
105
900
105
1580
105
375
105
1300
Tabel 1. Kapasitas Tiap Lengan Simpang
Berdasarkan tabel penghitungan kapasitas tiap
lengan simpang (pendekat) didapatkan bahwa
lengan simpang selatan memiliki kapasitas
yang paling besar karena waktu hijaunya juga
yang paling lama, yaitu 79 detik. Apabila
ditinjau dari volume kendaraan yang melintas
di tiap lengan simpang, volumenya masih
dikatakan jauh dari kapasitas yang dapat
ditampung lengan simpang. Artinya tiap
lengan memiliki ruang gerak yang cukup
untuk kendaraan.
Berdasarkan grafik pada Gambar 3,
selanjutnya akan dianalisis bagaimana tingkat
keparahan yang ditimbulkan pada kecepatan
tersebut terhadap pejalan kaki. Berdasarkan
Speed management: a road safety manual for
decision-makers and practitioner (Global
Road Safety Partnership, 2008), dampak
kecepatan kendaraan bila bertabrakan dengan
pejalan kaki digambarkan dalam gambar 3
berikut ini.
4. Kecepatan
Kecepatan kendaraan yang memasuki
persimpangan melalui keempat lengan
simpang diukur untuk mengetahui tingkat
keparahan
yang
ditimbulkan
dengan
kecepatan kendaraan yang sedemikian rupa.
Kecepatan kendaraan pada tiap lengan
simpang ditunjukkan pada grafik berikut ini.
140
Kecepatan (km/jam)
120
100
80
56
60
40
20
0
38
25
Timur
Kecepatan Tertinggi
68
35
37
25
24
20
20
Selatan
Barat
Kecepatan Rata-rata
LENGAN SIMPANG
36
Gambar 4. Grafik Kemungkinan Pejalan Kaki
Meninggal Saat Ditabrak Kendaraan
Grafik pada gambar 4 menunjukkan
bahwa pejalan kaki mengalami resiko
meninggal dunia (>80%) apabila ditabrak
oleh kendaraan yang nelaju dengan kecepatan
lebih dari 50 km/jam, kecepatan di bawah 30
km/jam hanya berpeluang kurang dari 10%
dapat menyebabkan kematian.
Kecepatan tertinggi di simpang Jalan
Perintis Kemerdekaan adalah 68 km/jam
(>50km/jam) yaitu dari lengan simpang utara.
Untuk kecepatan rata-rata, lengan simpang
timur dan utara memiliki nilai yang cukup
berbahaya karena kecepatan rata-rata lebih
dari 30 km/jam, artinya kemungkinan
menyebabkan korban meninggal antara 10 –
80%.
20
Utara
Kecepatan Terendah
5. Pejalan Kaki
3
Pejalan kaki yang melintas di tiap lengan
simpang juga memiliki pengaruh terhadap
pergerakan kendaraan yang memasuki
simpang, hubungannya dengan kecepatan
kendaraan dan keparahan yang ditimbulkan
dari kemungkinan tabrakan dengan kendaraan
yang melintas, yaitu pejalan kaki yang
menyeberangi jalan.
Berdasarkan tabel data pejalan kaki, dari
72 pejalan kaki 20 orang diantaranya
menyeberang di lengan simpang. Dengan
demikian ada 20 potensi konflik yang
mungkin terjadi kecelakaan.
Data pejalan kaki didapatkan dengan
melakukan
survey
lapangan,
yaitu
menghitung pejalan kaki yang menyusuri dan
menyeberang di tiap lengan simpang selama 1
(satu) jam dengan jarak 100 meter dari mulut
simpang. Data yang didapatkan adalah
sebagai berikut.
Dengan karakteristik pergerakan seperti
yang disampaikan pada poin 1 sampai 5
pembahasan, didapatkan bahwa konflik lalu
lintas yang terjadi di persimpangan dalam 1
(satu) jam adalah sebagai berikut. (Tabel 3)
Lengan
Simpang
Timur
Selatan
Barat
Utara
Total
Menyusuri
Menyeberang
Total
29
15
0
8
52
10
6
0
4
20
39
21
0
12
72
6. Konflik Lalu Lintas di Persimpangan
Tabel 2. Data Pejalan Kaki
NO
Jenis Konflik
1
Belok kiri dari arah yang sama
2
Belok kanan dari arah yang sama
3
Kendaraan terlalu pelan
4
Kendaraan berganti lajur
5
Belok kanan dari arah berlawanan
6
Belok kiri jalan terus
7
Belok kiri dari kiri
TOTAL
Konflik
Utama
101
96
96
80
93
7
68
541
Jumlah Kejadian
Prosentase
Konflik
(%)
Sekunder
70
59
70
58
77
55
55
59
68
58
100
0
43
61
59
383
Prosentase
(%)
TOTAL
41
42
45
41
42
0
39
41
171
166
173
135
161
7
111
924
Tabel 3. Data Konflik Lalu Lintas
Dapat diketahui dari tabel 2, bahwa dari
total 924 konflik yang terjadi dari keempat
lengan simpang, 59% adalah konflik utama dan
menyebabkan terjadinya konflik sekunder
sebanyak 41% dari total konflik yang terjadi.
Konflik yang paling sering terjadi adalah
konflik jenis nomor 1, yaitu belok kiri dari
arah yang sama. Hal ini dapat terjadi karena
kondisi lebar efektif tiap lengan simpang yang
relatif sempit, sehingga arus kendaraan sedikit
terhambat karena harus menunggu kendaraan
yang ada di depannya., terutama untuk
kendaraan yang akan menuju ke lengan
simpang timur.
KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang simpang
bersinyal di Jalan Perintis Kemerdekaan, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik pergerakan kendaraan di
persimpangan bersinyal berkaitan dengan
4
pergerakan membelok kendaraan, ruang
gerak kendaraan, pengaturan simpang,
kecepatan kendaraan, dan aktifitas pejalan
kaki. Kondisi karakteristik pergerakan
berpengaruh terhadap konflik lalu lintas di
simpang bersinyal.
2. Kecepatan rata-rata kendaraan di lengan
simpang timur dan utara lebih dari 30
km/jam, memiliki resiko kematian terhadap
pejalan kaki antara 10% sampai dengan
80%.
3. Konflik yang paling sering terjadi adalah
konflik akibat kendaraan belok kiri dari arah
yang sama dengan konflik utama sebanyak
101 kejadian yang menyebabkan konflik
sekunder sebanyak 70 kejadian. Faktor lebar
lajur efektif yang tergolong sempit menjadi
salah satu penyebab banyak terjadi konflik
tersebut, terutama kendaraan yang akan
menuju lengan simpang timur.
REKOMENDASI
1. Penutupan lengan simpang barat agar tidak
dimasukan dalam fase Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas karena lebar efektif yang hanya
2,5 meter dengan lalu lintas kendaraan yang
relatif sedikit dan kurangnya jarak pandang
pada lengan simpang tersebut. Selain itu,
banyak pengguna jalan yang menerobos
lampu merah di lengan simpang tersebut
membuat resiko kecelakaan yang tinggi.
2. Pemasangan rambu pembatas kecepatan 30
km/jam 100 meter sebelum mulut simpang
pada lengan simpang timur dan utara, karena
hasil survey menunjukkan bahwa kendaraan
yang melintas di lengan simpang tersebut
kecepatan rata-ratanya lebih dari 30 km/jam.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual
Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta.
Global Road Safety Partnership, 2008, Speed
management: a road safety manual for
decision-makers and practitioner .
Genewa.
US Department of Transportation. 1989. Traffic
Conflict Techniques for Safety and
Operations -- Observers Manual.
Virginia.
5
(STUDI KASUS UNTUK EVALUASI SIMPANG BERSINYAL
JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN KOTA TEGAL)
Rizal Ghifary
Taruna DIV MKTJ
Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan
ABSTRAK
Persimpangan sebagai titik pertemuan atau percabangan jalan harus dapat mengakomodasi
kebutuhan pengguna jalan yang melintas dengan aman, selamat, tertib dan lancar. Untuk
mengetahui bagaimana kinerja suatu persimpangan dapat dilakukan studi konflik lalu lintas di
persimpangan. Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan jumlah konflik yang terjadi
dengan karakteristik pergerakan di persimpangan, yaitu pergerakan membelok, waktu siklus,
kapasitas, kecepatan kendaraan, dan aktifitas pejalan kaki. Jalan Perintis Kemerdekaan memiliki
satu simpang bersinyal yang mempertemukan jalan tersebut dengan jalan Hanoman. Dari hasil
survey lapangan menunjukkan bahwa walaupun simpang tersebut diatur dengan Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas, masih banyak terjadi konflik lalu lintas. Faktor lebar lajur lalu lintas efektif
yang relatif sempit menjadi salah satu penyebab. Selain itu, kecepatan kendaraan yang terlalu pelan
juga berpengaruh terhadap jenis konflik yang paling sering terjadi. Tercatat 171 konflik dua
kendaraan yang belok kiri dari arah yang sama pada keempat lengan simpang sebagai jenis konflik
yang paling banyak terjadi. Kecepatan kendaraan rata-rata yang masuk ke mulut simpang melalui
lengan simpang timur dan barat lebih dari 30 km/jam, sehingga direkomndasikan untuk pemasangan
rambu pembatas kecepatan di bawah 30 km/jam di 100 meter sebelum mulut simpang. Lengan
simpang barat dengan lebar jalu efektif 2,5 meter direkomendasikan untuk ditutup karena sedikitnya
kendaraan yang melintas dan seringnya terjadi pelanggaran lampu merah.
Kata kunci : simpang bersinyal, karakteristik pergerakan, konflik lalu lintas, lengan simpang
PENDAHULUAN
Persimpangan merupakan titik pertemuan
atau percabangan jalan. Persimpangan harus
dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna
jalan yang melintas agar aman, selamat, tertib
dan lancar. Untuk mengetahui bagaimana
kinerja suatu persimpangan dapat dilakukan
dengan melakukan studi konflik lalu lintas di
persimpangan. Studi konflik lalu lintas dapat
dilakukan dengan membandingkan jumlah
konflik yang terjadi dengan karakteristik
pergerakan persimpangan.
Di jalan Perintis Kemerdekaan terdapat
satu simpang bersinyal yang mempertemukan
jalan tersebut dengan Jalan Hanoman, Kota
Tegal. Evaluasi kinerja simpang bersinyal ini
perlu dilakukan karena volume lalu lintas di
persimpangan cukup tinggi sehingga dapat
diketahui apakah pengaturan yang ada masih
sesuai dapat mengatur lalu lintas kendaraan
dengan baik.
Simpang tersebut memiliki satu lengan
simpang kecil dengan sedikit kendaraan yang
melintas dan pengguna jalan yang masuk dari
lengan simpang tersebut sering melakukan
pelanggaran lampu merah. Oleh karena itu,
keberadaan lengan simpang tersebut perlu
dikaji.
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam studi
konflik lalu lintas ini adalah membandingkan
jumlah konflik yang terjadi dengan
1
karakteristik pergerakan di persimpangan.
Konflik lalu lintas terjadi pada saat seorang
atau lebih pengguna kendaraan atau lebih
saling mendekati atau mendekati objek lain
pada ruang dan waktu yang sedemikian rupa
sehingga menyebabkan resiko tabrakan jika
pergerakan tidak dapat dirubah (Baguley,
1984). Karakteristik pergerakan yang
dimaksud antara lain: pergerakan membelok,
kapasitas simpang, waktu siklus (fase),
kecepatan, dan pergerakan pejalan kaki.
adalah dari kaki simpang barat dengan 27
satuan mobil penumpang.
Data-data karakteristik pergerakan di
persimpangan ddapatkan dengan melakukan
survey lapangan.
Dari hasil pencatatan waktu siklus pada
tiap lengan simpang, didapatkan diagram fase
sebagai berikut.
2. Waktu Siklus
Manajemen pergerakan kendaraan di
persimpangan sangat berpengaruh terhadap
konflik yang terjadi di persimpangan,
terutama simpang bersinyal. Penentuan
jumlah dan waktu fase yang tidak sesuai akan
berdampak pada tidak lancarnya pergerakan
yang dapat menimbulkan konflik.
PEMBAHASAN
1. Pergerakan Membelok
Pergerakan kendaraan di persimpangan
merupakan penyebab utama terjadinya
konflik lalu lintas. Jumlah konflik yang terjadi
dipengaruhi
oleh
jumlah
pergerakan
membelok pada tiap lengan simpang.
Hasil survey pergerakan membelok
terklasifikasi menunjukkan bahwa pergerakan
kendaraan di simpang bersinyal Jalan Perintis
Kemerdekaan adalah sebagai berikut.
Gambar 2. Diagram Fase Simpang
Dapat dilihat pada gambar 2 bahwa simpang
bersinyal Jalan Perintis Kemerdekaan
menggunakan 3 (tiga) fase pergerakan dengan
waktu siklus 105 detik. Fase I diatur dengan
waktu hijau yang paling lama yaitu 79 detik,
dikarenakan arus kendaraan di lengan
simpang utara adalah yang paling banyak
diantara lengan simpang yang lain. Lengan
simpang timur dan barat diatur menjadi 1 fase
pada fase II dan fase III untuk lengan simpang
utara.
3. Kapasitas
Gambar 1. Kondisi Pergerakan Membelok
Gambar 1 menunjukkan volume pergerakan
kendaraan pada tiap lengan simpang yang
didapatkan dari survey lapangan. Diketahui
bahwa volume terbesar berasal dari kaki
simpang selatan, yaitu 788 satuan mobil
penumpang, sedangkan yang paling sedikit
Salah satu faktor yang mempengaruhi
banyaknya jumlah konflik yang terjadi di
persimpangan adalah ruang gerak kendaraan
yang sempit. Ruang gerak kendaraan
berkaitan dengan lebar efektif tiap lengan
simpang, sehingga bisa dihitung seberapa
banyak kendaraan yang dapat ditampung oleh
tiap lengan simpang simpang.
2
Gambar 3. Grafik Kecepatan Tiap Lengan
Simpang
S
Lengan
Simpang
525 x We
Timur
Selatan
Barat
Utara
1575
2100
656,25
2100
g
(detik)
60
79
60
65
Kapasitas
C
c
(detik)
S x g/c
(smp/jam)
105
900
105
1580
105
375
105
1300
Tabel 1. Kapasitas Tiap Lengan Simpang
Berdasarkan tabel penghitungan kapasitas tiap
lengan simpang (pendekat) didapatkan bahwa
lengan simpang selatan memiliki kapasitas
yang paling besar karena waktu hijaunya juga
yang paling lama, yaitu 79 detik. Apabila
ditinjau dari volume kendaraan yang melintas
di tiap lengan simpang, volumenya masih
dikatakan jauh dari kapasitas yang dapat
ditampung lengan simpang. Artinya tiap
lengan memiliki ruang gerak yang cukup
untuk kendaraan.
Berdasarkan grafik pada Gambar 3,
selanjutnya akan dianalisis bagaimana tingkat
keparahan yang ditimbulkan pada kecepatan
tersebut terhadap pejalan kaki. Berdasarkan
Speed management: a road safety manual for
decision-makers and practitioner (Global
Road Safety Partnership, 2008), dampak
kecepatan kendaraan bila bertabrakan dengan
pejalan kaki digambarkan dalam gambar 3
berikut ini.
4. Kecepatan
Kecepatan kendaraan yang memasuki
persimpangan melalui keempat lengan
simpang diukur untuk mengetahui tingkat
keparahan
yang
ditimbulkan
dengan
kecepatan kendaraan yang sedemikian rupa.
Kecepatan kendaraan pada tiap lengan
simpang ditunjukkan pada grafik berikut ini.
140
Kecepatan (km/jam)
120
100
80
56
60
40
20
0
38
25
Timur
Kecepatan Tertinggi
68
35
37
25
24
20
20
Selatan
Barat
Kecepatan Rata-rata
LENGAN SIMPANG
36
Gambar 4. Grafik Kemungkinan Pejalan Kaki
Meninggal Saat Ditabrak Kendaraan
Grafik pada gambar 4 menunjukkan
bahwa pejalan kaki mengalami resiko
meninggal dunia (>80%) apabila ditabrak
oleh kendaraan yang nelaju dengan kecepatan
lebih dari 50 km/jam, kecepatan di bawah 30
km/jam hanya berpeluang kurang dari 10%
dapat menyebabkan kematian.
Kecepatan tertinggi di simpang Jalan
Perintis Kemerdekaan adalah 68 km/jam
(>50km/jam) yaitu dari lengan simpang utara.
Untuk kecepatan rata-rata, lengan simpang
timur dan utara memiliki nilai yang cukup
berbahaya karena kecepatan rata-rata lebih
dari 30 km/jam, artinya kemungkinan
menyebabkan korban meninggal antara 10 –
80%.
20
Utara
Kecepatan Terendah
5. Pejalan Kaki
3
Pejalan kaki yang melintas di tiap lengan
simpang juga memiliki pengaruh terhadap
pergerakan kendaraan yang memasuki
simpang, hubungannya dengan kecepatan
kendaraan dan keparahan yang ditimbulkan
dari kemungkinan tabrakan dengan kendaraan
yang melintas, yaitu pejalan kaki yang
menyeberangi jalan.
Berdasarkan tabel data pejalan kaki, dari
72 pejalan kaki 20 orang diantaranya
menyeberang di lengan simpang. Dengan
demikian ada 20 potensi konflik yang
mungkin terjadi kecelakaan.
Data pejalan kaki didapatkan dengan
melakukan
survey
lapangan,
yaitu
menghitung pejalan kaki yang menyusuri dan
menyeberang di tiap lengan simpang selama 1
(satu) jam dengan jarak 100 meter dari mulut
simpang. Data yang didapatkan adalah
sebagai berikut.
Dengan karakteristik pergerakan seperti
yang disampaikan pada poin 1 sampai 5
pembahasan, didapatkan bahwa konflik lalu
lintas yang terjadi di persimpangan dalam 1
(satu) jam adalah sebagai berikut. (Tabel 3)
Lengan
Simpang
Timur
Selatan
Barat
Utara
Total
Menyusuri
Menyeberang
Total
29
15
0
8
52
10
6
0
4
20
39
21
0
12
72
6. Konflik Lalu Lintas di Persimpangan
Tabel 2. Data Pejalan Kaki
NO
Jenis Konflik
1
Belok kiri dari arah yang sama
2
Belok kanan dari arah yang sama
3
Kendaraan terlalu pelan
4
Kendaraan berganti lajur
5
Belok kanan dari arah berlawanan
6
Belok kiri jalan terus
7
Belok kiri dari kiri
TOTAL
Konflik
Utama
101
96
96
80
93
7
68
541
Jumlah Kejadian
Prosentase
Konflik
(%)
Sekunder
70
59
70
58
77
55
55
59
68
58
100
0
43
61
59
383
Prosentase
(%)
TOTAL
41
42
45
41
42
0
39
41
171
166
173
135
161
7
111
924
Tabel 3. Data Konflik Lalu Lintas
Dapat diketahui dari tabel 2, bahwa dari
total 924 konflik yang terjadi dari keempat
lengan simpang, 59% adalah konflik utama dan
menyebabkan terjadinya konflik sekunder
sebanyak 41% dari total konflik yang terjadi.
Konflik yang paling sering terjadi adalah
konflik jenis nomor 1, yaitu belok kiri dari
arah yang sama. Hal ini dapat terjadi karena
kondisi lebar efektif tiap lengan simpang yang
relatif sempit, sehingga arus kendaraan sedikit
terhambat karena harus menunggu kendaraan
yang ada di depannya., terutama untuk
kendaraan yang akan menuju ke lengan
simpang timur.
KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang simpang
bersinyal di Jalan Perintis Kemerdekaan, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik pergerakan kendaraan di
persimpangan bersinyal berkaitan dengan
4
pergerakan membelok kendaraan, ruang
gerak kendaraan, pengaturan simpang,
kecepatan kendaraan, dan aktifitas pejalan
kaki. Kondisi karakteristik pergerakan
berpengaruh terhadap konflik lalu lintas di
simpang bersinyal.
2. Kecepatan rata-rata kendaraan di lengan
simpang timur dan utara lebih dari 30
km/jam, memiliki resiko kematian terhadap
pejalan kaki antara 10% sampai dengan
80%.
3. Konflik yang paling sering terjadi adalah
konflik akibat kendaraan belok kiri dari arah
yang sama dengan konflik utama sebanyak
101 kejadian yang menyebabkan konflik
sekunder sebanyak 70 kejadian. Faktor lebar
lajur efektif yang tergolong sempit menjadi
salah satu penyebab banyak terjadi konflik
tersebut, terutama kendaraan yang akan
menuju lengan simpang timur.
REKOMENDASI
1. Penutupan lengan simpang barat agar tidak
dimasukan dalam fase Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas karena lebar efektif yang hanya
2,5 meter dengan lalu lintas kendaraan yang
relatif sedikit dan kurangnya jarak pandang
pada lengan simpang tersebut. Selain itu,
banyak pengguna jalan yang menerobos
lampu merah di lengan simpang tersebut
membuat resiko kecelakaan yang tinggi.
2. Pemasangan rambu pembatas kecepatan 30
km/jam 100 meter sebelum mulut simpang
pada lengan simpang timur dan utara, karena
hasil survey menunjukkan bahwa kendaraan
yang melintas di lengan simpang tersebut
kecepatan rata-ratanya lebih dari 30 km/jam.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual
Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta.
Global Road Safety Partnership, 2008, Speed
management: a road safety manual for
decision-makers and practitioner .
Genewa.
US Department of Transportation. 1989. Traffic
Conflict Techniques for Safety and
Operations -- Observers Manual.
Virginia.
5