BAB 2 TINJAUAN LITERATUR - Rekayasa Sistem Kerja Secara Ergonomi Untuk Meningkatkan Produktivitas Di PT. Aceh Rubber Industry

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

  2.1. Rekayasa Sistem Kerja

  Rekayasa sistem kerja dalam rangka memanusiakan pekerja. Proses utama dalam rekayasa sistem kerja adalah menghitung nilai batas kemampuan manusia dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu. Pengukuran ini berdasarkan pada data antropometri manusia yang dikaitkan dengan jenis pekerjaan. Berdasarkan nilai-nilai tersebut kemudian diaplikasikan sebuah sistem kerja yang ergonomis, sebagai contoh berapakah beban maksimum yang dapat diangkat secara aman oleh pekerja. Setelah terbentuk sistem kerja yang ergonomis, maka diharapkan akan menimbulkan kenyamanan bagi pekerja dalam melakukan pekerjaan. Hal ini akan sangat berpengaruh kepada hasil akhir atau output produksi yang optimal yang dapat menunjukkan tingkat produktivitas perusahaan.

  2.2. Studi Gerakan

  Studi gerakan adalah analisa terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan dari studi gerak adalah untuk mengurangi atau menghilangkan gerakan yang kurang efektif agar mendapatkan gerakan yang cepat dan efektif (Wignjosoebroto, 2008). Aspek dari studi gerakan ini meliputi sebagian besar prosedur untuk gerakan, analisa sistematis dan perbaikan metode kerja dengan memperhatikan bahan baku, desain produk, proses atau tujuan kerja, peralatan, tempat kerja, dan perlengkapan untuk setiap

  12 tahapan proses.

  Frank dan Lilian Gilberth telah berhasil menciptakan simbol/kode dari gerakan ‐gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama THERBLIG (dieja dari nama Gilberth secara terbalik). Sebagian besar dari elemen ‐elemen dasar

  Therbligs merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi apabila suatu pekerjaan terjadi, terlebih bila pekerjaan bersifat manual. Di sini Frank dan Lilian Gilberth menguraikan gerakan

  ‐gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar Therbligs. Lambang

  • – lambang gerakan Therblig dapat dilihat pada Tabel 2.1. di bawah:

Tabel 2.1. Lambang-lambang Gerakan Therblig Nama Therblig Lambang

  Mencari (Search) SH Memilih (Select)

  ST Memegang (Grasp) G Menjangkau (Reach)

  RE Membawa (Move) M

Memegang untuk memakai (Hold) H

  Melepas (Released Load) RL Memeriksa (Inspection)

  I Merakit (Assemble) A

Lepas Rakit (Disassemble) DA

  Pengarahan (Position) P

Pengarahan sementara (Pre-Position) PP

  Memakai (Use) U

Kelambatan yang tak terhindarkan (Unvoidable delay) UD

  

Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable delay) AD

Merencanakan (Plan) Pn

Istrahat untuk Menghilangkan Fatique (Rest to overcome fatique) R

  Sumber: Wignjosoebroto(2008)

2.3. Ekonomi Gerakan

2.3.1. Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan dihubungkan dengan Tubuh Manusia dan Gerakan-Gerakannya yaitu: 1.

  Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama.

  2. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada waktu istirahat.

  3. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap yang lainnya semetris dan berlawanan arah.

  4. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat yaitu hanya menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

  5. Sebaiknya para pekerja dapat memamfaatkan momentum untuk membantu pekerjaannya, pemamfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam bekerja.

  6. Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan perlambat gerakan tersebut.

  7. Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi sipekerjanya.

  8. Usahakan sedikit gerakan mata.

2.3.2. Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Perancangan Peralatan yaitu:

  

1. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari

  perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat di tingkatkan.

  2. Hendaknya peralatan dirancang sedemikian agar mempunyai lebih dari satu kegunaan.

  3. Peralatan dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemegangan dan penyimpananya.

  4. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, seperti pekerjaan mengetik. Beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari.

  5. Roda tangan, palang dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur sedemikian sehingga badan dapat melayaninya dengan posisi yang baik, dan dengan tenaga yang minimum.

2.4. Konsep Dasar Ergonomi

2.4.1. Defenisi Ergonomi

  Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan design/perancangan. Ergonomi berkenaan dengan optimisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia ditempat kerja, dirumah dan dimana saja manusia berada(Eko Nurmianto, 2004).

  Martin Herlander dalam bukunya yang berjudul “A Giude to Human Factor and Ergonomics”, menyatakan ergonomi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem, dan profesi yang berlaku teori, prinsip, data dan metode dalam merancang untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan.

2.4.2 Tujuan Ergonomi

  Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Wignjosoebroto,2008) adalah: 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja.

  2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat.

  3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja.

2.5. Physiological Performance

  Physiological Performance yaitu mengukur energy yang dikeluarkan melalui

  asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan atau dikonsumsi. Metode ini hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut:

  ………(2.1) Keterangan: Y = Energi (Kkal/menit) X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit) Kategori beban kerja berdasarkan konsumsi energy sebagai berikut: Beban kerja ringan : 100 – 200 kkal/jam Beban kerja sedang : >200 – 350 kkal/jam Beban kerja berat : >350

  • – 500 kkal/jam

  Kerja disebut aerobik bila suply oksigen pada otot sempurna, sistem akan kekurangan oksigen dan kerja menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisiologi yang dapat ditingkatkan melalui latihan. Aktivitas dan tingkat energi dapat dilihat pada Tabel 2.2. dibawah.

Tabel 2.2. Aktivitas dan Tingkat Energi

  Energi

  1

  2.5

  5

  7.5

  10 (kkal/menit) Detak Jantung

  60 75 100 125 150 (per menit) Oksigen

  0.2

  0.5

  1

  1.5

  2 (Liter/menit) Metabolisme Kerja Ringan Jalan Kerja Naik Pohon Basah (6,5kph) Berat

  Istirahat Duduk Angkat Roda Membuat 100 kg Tungku Tidur Mengendarai Bekerja Jalan Mobil ditambang dibulan

2.5.1. Pengukuran Konsumsi Oksigen Satuan Pengukuran Konsumsi Energi adalah Kilo Calori (kcal).

  1 kcal adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 liter air dari 14,5 C menjadi 15,5 C. konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen, karena keduanya merupakan faktor yang berhubungan langsung. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4.8 kcal energi. Faktor inilah yang merupakan nilai kalori suatu oksigen

2.6. Antropometri

  Istilah antropometri berasal dari kata “ anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Antropometri dapat diartikan sebagai studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto,2008).

  Manusia pada umumnya memiliki bentuk ,ukuran, berat, dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lain. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas dalam hal: 1.

  Perancangan areal kerja ( work station, interior mobil, dan lain-lain).

  2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan sebagainya.

  3. Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer, dan lain-lain.

  4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

2.6.1. Desain Produk(Peralatan) Ergonomis Berdasarkan Antropometri

  Agar dapat mendesain produk sesuai dengan ukuran manusia, maka dalam mendesain produk harus disesuaikan dengan ukuran terbesar(persentil 95) dan ukuran terkecil tubuh(persentil5) atau hasil kalibrasi dari ukuran setiap bagian tubuh(Wignjosoebroto,2008). Produk yang disesuaikan dengan hasil kalibrasi antropometri disebut desain produk ergonomi. Gambaran desaian produk ergonomis berdasarkan antropometri dapat dilihat pada Gambar 2.1. dibawah:

  

Produk: Manusia

Benda Kerja Pengguna Instalasi Produk Kalibrasi antropometri tubuh pengguna produk: Mean

  • Standar deviasi
  • Ukuran antopometri.(persentil
  • 5, 50, 95) Produk Ergonomis

Gambar 2.1. Gambaran Desain Produk Sumber: Ergonomic Manusia, Peralatan dan Lingkungan(Gempur Santoso,2004)

2.6.2. Model Perancangan Produk.

  Model perancangan produk ada 2 jenis yaitu model deskriptif dan model perskriptif.

  1. Model Deskriptif Model deskriptif berfokus pada solusi, heuristic(pengalaman sebelum bersifat umum). Model perancangan deskriptif terdiri dari beberapa fase yang ditampilkan pada Gambar 2.2. dibawah:

  Kebutuhan Analisa masalah dan spesifikasi produk dan perencaaan Perancangan konsep produk Perancangan produk Evaluasi produk hasil rancangan Dokumen untuk pembuatan produk

Gambar 2.2. Model Perancangan Deskriprif Sumber: Engineering Design Methods.Strategies For Product Design(Niegel Cross,2008)

  2. Model Preskriptif. Model Preskriptif menawarkan prosedur yang lebih algoritmatik dan sistematik untuk diikuti, dan biasanya dianggap menyediakan metodologi perancangan. Model perancangan ini terdiri dari:

  a. Metode Zeid Metode yang ditawarkan meliputi proses perancangan dan proses pembuatan, ditambah feedback dari pemasaran untuk pengembangan produk.

  b. Metode French Pada diagram alir tersebut, lingkaran menunjukkan hasil kegiatan yang mendahuluinya, sedangkan segiempat menyatakan kegiatan-kegiatan yang berlangsung. Diagram alir model cara merancang preskriptif dari French sebagaimana dicantumkan pada Gambar 2.3. dibawah:

  Kebutuhan Analisis Masalah Pernyataan Masalah

  Perancangan Konsep

  Skets Terpilih Pemberian Bentuk Pada Skets Detail

  Gambar Produk

Gambar 2.3. Diagram Alir Cara Merancang French

2.7. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja Sumber: Engineering Design Methods.Strategies For Product Design(Niegel Cross,2008

  )

  Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur untuk mengekonomisasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip-prinsip ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja dari suatu industry, karena hal itu mempermudah modifikasi bila diperlukan hardware, prosedur kerja dan lain- lain. Pada umumnya dijumpai mesin atau fasilitas pabrik dibangun dan manusia harus mampu beradaptasi dengan kondisi yang telah terpasang. Kondisi membuat tidak efisien ataupun tidak ergonomis. Beberapa ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan perlu dipertimbangkan dalam perancangan sistem kerja

  Cara pengukuran tubuh posisi berdiri secara antropometi dapat dilihat pada

Gambar 2.4. dan Tabel 2.3. di bawah:Gambar 2.4. Cara Pengukuran Tubuh Posisi BerdiriTabel 2.3. Cara Pengukuran Tubuh Posisi Berdiri

  No Dimensi Tubuh Cara Pengukuran Ukur jarak vertikal telapak kaki sampai

  1. Tinggi Badan Tegak ujung kepala yang paling atas dengan keadaan subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus kedepan.

  Ukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung

  2. Tinggi Mata Berdiri bagian dalam mata (dekat pangkal hidung).

  Subjek berdiri tegak dengan mata memandang kedepan. Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu

  3. Tinggi Bahu Berdiri yang paling menonjol pada saat subjek berdiri tegak.

  Ukur jarak vertikal dari lantai ketitik

  4. Tinggi Siku Berdiri pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri dengan kedua tangan tergantung wajar.

Tabel 2.3. Lanjutan Cara Pengukuran Tubuh Posisi Berdiri

  No Dimensi Tubuh Cara Pengukuran

  5. Tinggi Pinggang Berdiri Ukur jarak vertikal dari lantai sampai pinggang pada saat subjek berdiri tegak.

  Tangan menjangkau ke atas setinggi-

  6. Jangkauan Tangan Atas tingginya. Ukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung tengah pada saat subjek berdiri tegak.

  Subjek berdiri tegak tangan disamping. Ukur

  7. Panjang Lengan Bawah jarak dari siku sampai pergelangan tangan.

  Ukur jarak vertikal lantai sampai lutut pada

  8. Tinggi Lutut Berdiri saat subjek berdiri tegak.

  Subjek berdiri tegak. Ukur jarak dari dada

  9. Tebal Dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara horisontal.

  Subjek berdiri tegak. Ukur menyamping

  10. Tebal Perut jarak dari perut ke depan sampai perut belakang secara horisontal. Menimbang pada posisi normal diatas

  11. Berat Badan timbangan berat badan. Biasanya berat dikurangai beban yang dipakai seperti sepatu ataupun pakaian yang dipakai.

  Sumber: Wignjosoebroto, 2008

  1. Perhitungan Keseragaman Data Uji keseragaman data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengamatan tersebut seragam atau tidak seragam.

  Adapun langkah-langkah perhitungan persentil adalah sebagai berikut: (Wignjosoebroto, 2008).

  a) Menghitung harga rata-rata dari data yang ada

  2.4) Xi =

  ………………………………………..…..( b) Hitung standar deviasi

  SD = (

  σ) =

  2.5 …………………………..

  Keterangan:

  Xi = Ukuran antropometri

  = Ukuran antropometri rata-rata

  X = Standar deviasi

  σ

  N = Jumlah data pengamatan

  c) Membuat uji keseragaman data dengan menentukan batas kontrol atas dan bawah.

  BKA = X + 2 σ …...……………………………………….…… (2.6)

  BKB = X - 2 σ …………………………………...…………… (2.7)

  Keterangan: BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah

  X = Nilai rata-rata σ = Standar deviasi

  Ketentuan: Jika X > BKB dan X < BKA maka data seragam

  min max

  Jika X min < BKB dan X max >BKA maka data tidak seragam

  d) Membuat Uji Kecukupan Data

  Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui data dimensi tubuh operator yang telah dikumpulkan sudah mencukupi untuk melakukan Pengujian kecukupan data dilakukan dengan berpedoman pada redesign. konsep statistik yaitu derajat ketelitian dan tingkat kayakinan/kepercayaan. Derajat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran dalam jumlah yang banyak (populasi). Uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 95% digunakan persamaan: Rumus yang digunakan dalam uji kecukupan data adalah (Wignjosoebroto, 1995): 2 2 2

    k / s N X

  

X

 

 

    N

  ’ = …………………….(2.8)

   

  X

     

  Keterangan:

   N

  ’ = Jumlah data yang dibutuhkan

   N = Jumlah pengamatan yang dilakukan Xi = Data pengukuran

  i = 1,2,3,….,n

   s = Tingkat ketelitian yang digunakan

   k = Harga indeks Dari perhitungan nilai N' maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

  a) Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup

  b) Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data

2.6.3. Perhitungan Persentil

  Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa presentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut (Nurmianto, 2003). Data perhitungan persentil dapat dilihat pada Tabel 2.4. di bawah:

Tabel 2.4. Perhitungan Persentil

  Persentil Rumus Persentil 5

  X

  • – 1,64 σx Persentil 10

  X

  • – 1,28 σx Persentil 50

  X Persentil 90 X + 1,28 σx

  Persentil 95 X + 2 σx

  Sumber: Wignjosoebroto (2008) 2.6.4 . Standard Nordic Questionaire (SNQ)

  Ada beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekan fisik dengan resiko keluhan otot sketal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah melalui

  Standard Nordic Questionaire (SNQ). Melalui kuisener ini dapat diketahui bagian

  otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS), Agak Sakit(AS), Sakit(S), dan Sangat Sakit(SS). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 2.5, maka dapat diestimasikan jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

  Standard Nordic Questionaire (SNQ) Nama : …………………….. Umur : …………………….. tahun Jenis kelamin : Pria / Wanita Status keluarga : Kawin / Belum kawin Pengalaman kerja : …………………….. tahun …………………….. bulan Apa yang Anda rasakan sakit/lelah/keluhan ketika : jam kerja Berilah tanda ( √) pada kolom yang tersedia berikut ini. No Jenis Keluhan Tingkat Keluhan

  Tidak Sakit Agak Sakit Sakit Sangat Sakit Sakit kaku di leher bagian atas 1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan

  4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong

  9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan

  14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri

  19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan

  24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan

  Keterangan: TS : Tidak Sakit AS : Agak Sakit S : Sakit SS : Sangat Sakit

Gambar 2.5. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

  ak ak at

2.7. Penentuan Waktu Standar

  Penentuan waktu standar untuk menentukan target produksi yang dilakukan dengan cara pengukuran langsung dengan menggunakan jam henti. Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya. Pengukuran dilakukan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak dapat dihindari baik faktor dari dalam maupun dari luar perusahaan.

  Penjabaran dari langkah-langkah dalam menentukan waktu baku diantaranya yang disebutkan diatas sebagai berikut:

  1. Memilih dan mengambil karyawan secara acak untuk diteliti atau diamati waktu yang dipergunakannya untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan, dimana karyawan yang diambil sebagai sample adalah karyawan yang bekerjanya sesuai dengan waktu rata-rata, tidak terlalu cepat ataupun tidak terlalu lambat dalam menyelesaikan pekerjaannya, baru setelah itu dihitung waktu rata-ratanya. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung waktu rata-rata(waktu siklus) adalah sebagai berikut:

  …………………………………….(2.9) Keterangan:

   Ws = Waktu rata-rata(waktu siklus) Xi = Data pengukuran N = Jumlah data pengukuran

  Waktu normal (Wn) = Ws x P

  …………………………………..…(2.10) Waktu Standar = Wn x …………...……….(2.11)

  1. Uji Keseragaman Data Di dalam pengukuran idealnya memperoleh data yang seragam. Uji keseragaman data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengamatan tersebut seragam atau tidak seragam. Data dikatakan seragam jika semua data berada diantara dua batas kontrol, yaitu batas kontrol atas dan batas kontrol bawah.

  Dari data seragam itulah nanti akan dilakukan untuk mencari waktu yang diharapkan.

  Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah adalah sebagai berikut: BKA = X + 2 σ

  ………………………………………………(2.12) BKB = X - 2 σ

  ………………………………………………(2.13)

  Keterangan:

  BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah

  X = Nilai rata-rata σ = Standar deviasi

  Ketentuan: Jika X min > BKB dan X max < BKA maka data seragam Jika X min < BKB dan X max >BKA maka data tidak seragam

  Sebelum melakukan perhitungan waktu baku maka perlu diketahui dulu nilai faktor penyesuaian (rating performance) dan waktu kelonggaran(allowance).

  2. Uji Kecukupan Data

  Dalam penelitian ini yang dicari adalah waktu yang sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tingkat keyakinan atau ketelitian adalah merupakan pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan untuk tidak melakukan jumlah pengukuran yang banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh telah memenuhi syarat ketelitian. Biasanya dinyatakan dalam persen(%).

  Jadi dalam penelitian ini tingkat ketelitian 10 % memberikan arti bahwa pengukur membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10%.

  Tingkat keyakinan 90% adalah kemungkinan memperoleh hasil tersebut adalah 90%.

  Penetapan jumlah pengamatan yang dibutuhkan dalam aktivitas stopwatch

  time study selama ini dikenal lewat formulasi tertentu dengan pertimbangan

  tingkat kepercayaan dan derajat ketelitian. Rumus yang digunakan dalam uji kecukupan data adalah (Wingjosoebroto, 2008). 2 2

  2   k / s N X

  

X

 

 

    ……………………….(2.14) N’ =

   

  X

      Keterangan:

   N

  ’ = Jumlah data yang dibutuhkan = Jumlah pengamatan yang dilakukan

   N Xi = Data pengukuran

  i = 1,2,3,….,n

   s = Tingkat ketelitian yang digunakan

   k = Harga indeks Dari perhitungan nilai N' maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a.

  Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup b. Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data

  Tingkat ketelitian (s) yang digunakan adalah tergantung dari tingkat kepercayaan yang dipakai, yaitu:

  a.

  Tingkat kepercayaan : 90% maka harga s = 0,10

  b. Tingkat kepercayaan : 95% maka harga s = 0,05

  c. Tingkat kepercayaan : 99% maka harga s = 0,01

  Sedangkan harga indeks (k) yang digunakan adalah tergantung dari tingkat kepercayaan yang dipakai, yaitu:

  a.

  Tingkat kepercayaan : 90% maka harga k = 1

  b. Tingkat kepercayaan : 95% maka harga k = 2

  c. Tingkat kepercayaan : 99% maka harga k = 3 3. Penentuan Waktu Normal.

  Waktu normal suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi akan bekerja menyelesaikan pekerjaannya pada kecepatan normal(Wignjosoebroto, 2008). Namun pada prakteknya akan terlihat bahwa tidak bisa diharapkan operator akan mampu bekerja terus tanpa ada interupsi. Hal ini dikarenakan operator tidak bisa lepas dari aktifitas yang behubungan dengan kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa kelelahan dan hambatan-hambatan yang tak terhindarkan.

   Rating performance pada dasarnya diaplikasikan untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat kecepatan berubah-ubah. Dalam penelitian ini digunakan metode westing house untuk menentukan faktor penyesuaian. Westing House mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran dalam bekerja. Setiap faktor dibagi dalam kelas yang nilainya berbeda.

  1. Untuk keperluan penyesuaian ketrampilan dibagi menjadi 4 kelas dengan ciri- ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan dibawah ini (Wignjosoebroto, 2008):

  a. SUPER SKILL yaitu: 1.

  Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.

  2. Bekerja dengan sempurna.

  3. Tampak telah terlatih dengan sangat baik.

  4. Gerakan-gerakan sangat halus tapi sangat cepat sehingga sangat sulit diikuti.

  5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan mesin.

  6. Perpindahan dari satu elemen ke elemen yang lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.

  7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berfikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan.

  8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja baik.

  b. EXCELLENT SKILL yaitu : 1.

  Percaya pada diri sendiri.

  2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.

  3. Terlihat telah terlatih baik.

  3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilannya lebih rendah.

  9. Gerakan-gerakannya cepat.

  8. Gerakannya terkoodinasi dengan baik.

  7. Bekerjanya stabil.

  6. Tidak keragu-raguan.

  5. Tidak memerlukan banyak pengawas.

  4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.

  2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja pada umumnya.

  4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran- pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan.

  Kualitas hasil baik.

  c. GOOD SKILL yaitu: 1.

  9. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.

  8. Bekerjanya cepat tapi halus.

  7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.

  6. Menggunakan peralatan dengan baik.

  5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tampa kesalahan.

  d. AVERAGE SKILL yaitu :

  1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.

  Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.

  8. Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah.

  7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.

  6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi banyak tidak terlalu yakin.

  5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan di pekerjaan itu sejak lama.

  4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.

  3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan.

  2. Mengenal peralatan dan lingkungan dengan cukup baik.

  e. FAIR SKILL yaitu : 1.

  2. Gerakannya cepat tetapi tidak terlambat.

  9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.

  8. Bekerjanya cukup teliti.

  7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk- beluk pekerjaannya.

  6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.

  5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tidak adanya keraguan.

  4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.

  3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang terencana.

  9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya. f. POOR SKILL yaitu : 1.

  Tidak bisa mengkoordinasikan tenaga dan pikiran.

  2. Untuk usaha atau effort westing house membagi juga atas kelas dengan ciri masing-masing. Yang dimaksud usaha ini adalah kesungguhan yang ditujukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaan.

  2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis dari pada operator-operator biasa.

  `Jelas terlihat kecepatan kerjanya sangat tinggi.

  b. EXCELENT EFFORT yaitu: 1.

  3. Kecepatan yang ditimbulkan tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.

  Kecepatan sangat berlebihan 2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh.

  a. EXCESSIVE EFFORT yaitu: 1.

  9. Tidak bisa mengambil inisiatif pada diri sendiri,

  2. Gerakan-gerakannya kaku.

  8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.

  7. melakukan kesalahan-kesalahan.

  6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan kerja.

  5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.

  4. Seperti tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.

  3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan-urutan gerakan.

  3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.

  4. Banyak memberi saran-saran.

  5. Menerima saran dan petunjuk dengan senang.

  6. Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu.

  7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.

  8. Bangga atas kelebihannya.

  9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.

  10. Bekerjanya sistematis.

  11. Karena lancarnya perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.

  c. GOOD EFFORT yaitu: 1.

  Bekerjanya berirama.

  2. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang- kadang tidak ada.

  3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.

  4. Senang pada pekerjaannya.

  5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.

  6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.

  7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.

  8. Dapat memberi saran untuk perbaikan kerja.

  9. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi.

  10. Menggunakan alat-alat yang tepat dan baik.

  11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan.

  d. AVERAGE EFFORT :

  1. Tidak sebaik good tapi lebih baik dari poor.

  7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.

  4. Tampak malas dan lambat bekerja.

  3. Tidak mau menerima saran-saran.

  2. Tidak memperhatikan adanya minat pekerja.

  Banyak membuang-buang waktu.

  f. POOR EFFORT yaitu: 1.

  10. Gerakan-gerakannya tidak terencana.

  9. Sistematika kerjanya biasa-biasa saja.

  8. Terlampau hati-hati.

  6. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.

  2. Bekerja dengan stabil.

  5. Tidak sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.

  4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.

  3. Kurang sungguh-sungguh.

  2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya.

  Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.

  e. FAIR EFFORT yaitu : 1.

  5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.

  4. Set up dilakukan dengan baik.

  3. Menerima saran-saran tetapi tidak dilaksanakan.

  5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan.

  6. Tempat kerjanya tidak diatur dengan rapi.

  7. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai.

  8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.

  9. Set up kerjanya terlihat tidak baik.

  10. Menggunakan alat-alat yang tepat dan baik.

  Lihat Tabel 2.5 dibawah ini (Wignjosoebroto, 2008).

Tabel 2.5. Rating Performance(RF) Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

  Keterampilan Super skill A1 +0,15 A2 +0,13 B1 +0,11

  Excelent B2 +0,08

  Good C1 +0,06 C2 +0,03

  Average D 0,00 Fair E1 -0,05

E2 -0,10

  Poor F1 -0,16 F2 -0,22 Usaha Excenssive A1 +0,13

  A2 +0,12 Excelent B1 +0,10

  B2 +0,08 Good C1 +0,05

  C2 +0,02 Average D 0,00 Fair E1 -0,04

  E2 -0,08 F1 -0,12 Poor

  F2 -0,17 Kondisi Kerja Ideal A +0,06 Excellent B +0,04 Good C +0,02

  Average D 0,00 Fair E -0,03 Poor F -0,07 Perfect A +0,04

  Excellent B +0,03

  Good C +0,01 Average D 0,00 Fair E -0,02 Poor F -0,04

  Dari tabel 2.13 di atas maka dapat ditentukan faktor penyesuaian terhadap masing-masing pekerjaan. Rating performance (RF) diaplikasikan untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh di pengukuran waktu kerja akibat kecepatan yang berubah-ubah.

  Adapun perumusan dalam menentukan waktu normal adalah sebagai berikut: Waktu normal = Waktu siklus rata-rata x penyesuaian.

  Wn = Ws x (p) ........................................................................(2.15) 4. Penentuan Waktu Standar.

  Langkah-langkah dalam melaksanakan analisa studi waktu adalah sebagai berikut: a.

  Melakukan perhitungan uji keseragaman dan kecukupan data terhadap data diperoleh dalam sumber data.

  b.

  Menghitung rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk.

  c.

  Menghitung waktu normal, yaitu waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk.

  d.

  Menghitung waktu cadangan, yaitu yang dipergunakan seorang karyawan yang disebabkan oleh berbagai hal, misalnya gangguan terhadap mesin, kelelahan, gangguan proses produksi dan lain-lain.

  Sumber: Wignjosoebroto(2008) e.

  Menghitung waktu standar yang diperhitungkan berdasarkan penjumlahan waktu normal dan waktu cadangan.

  Waktu standar suatu operasi kerja merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu standar yang dicari bukanlah waktu penyelesaian yang diselesaikan secara tidak wajar seperti terlampau cepat atau terlampau lambat. Hal ini dikarenakan operator tidak dapat-lepas dengan aktivitas yang berhubungan dengan personal needs, istirahat dan alasan lain diluar kontrolnya. Waktu longgar dicari dengan mengalikan persentase kelonggaran (allowance) dengan waktu normal, sehingga akan didapatkan waktu cadangan. Sebagai langkah selanjutnya adalah menghitung waktu standar dengan rumus berikut: s

  n

  W = W x ………………………………..(2.16) Perhitungan Output Standar.

  Output Standart = ……………………………..(2.17)

2.8. Produktivitas Kerja

  Produktivitas pada dasarnya merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari ini dikerjakan untuk kebaikan hari esok (Wignjosoebroto, 2008). Dapat dikatakan, dari sudut pandang ergonomi bahwa peningkatan produktivitas kerja berbeda dari peningkatan produksi. Dalam prakteknya peningkatan produksi belum tentu disertai dengan peningkatan produktivitas, demikian pula sebaliknya. Jadi tidak benar, jika ingin meningkatkan produktivitas hanya dilakukan dengan menambah jumlah produksi dan mengabaikan faktor sumber daya

  Konsep umum dari produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) per satuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila (Sinulingga,2010):

  1. Jumlah produksi / keluaran meningkat dengan jumlah masukan / sumber daya yang sama.

  2. Jumlah produksi / keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan / sumber daya lebih kecil.

  3. Produksi / keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relative kecil.

2.8.1 Pengukuran Produktivitas

  Pengukuran produktivitas secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

  1. Produktivitas total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total masukan (input) per satuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas total, semua faktor masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) terhadap total keluaran harus diperhitungkan.

  2. Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan atau input per satuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan, energi, beban kerja dan lain-lain.

2.9. Review Hasil-Hasil Penelitian

  Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan masalah sistem kerja secara ergonomi.

  Di bawah ini menunjukkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan literatur dalam penelitian:

1. Nataya Charoonsri Rizani dengan judul penelitian Perbandingan Pengukuran

  Waktu Baku dengan Metode Stopwatch Time Study dan Metode Ready Work Factor (RWF) Pada Departemen Hand Insert PT. Sharp Indonesia menunjukan Target Produksi Departemen Tangan Sisipan PT Sharp Indonesia yang sering tidak tercapai, membuat perusahaan ingin mengetahui penyebabnya. Studi Waktu diperlukan untuk menetapkan target produksi terhadap kemampuan operator, yang menggunakan metode faktor siap kerja (RWF). Metode RWF, menentukan perbandingan dengan studi waktu stopwatch dilakukan yang terdapat perbedaan nilai waktu standar. Nilai dalam metode RWF lebih kecil dari temuan di lapangan. Setelah itu dengan waktu standar dari metode RWF dihitung kemampuan operator untuk memproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan operator di bawah target produksi, sehingga dibutuhkan perbaikan.

  2. Soleman dalam penelitiannya adalah menilai beban kerja fisik dan Aminah mengklasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi terhadap tenaga kerja tidak terlatih saat melakukan pekerjaan pengangkatan beban, menganalisis penggunaan beban yang optimal berdasarkan pendekatan

  Recommended Weight Limit, serta menentukan pengaruh berat beban kerja sesuai dengan kriteria Lifting index. Perhitungan berdasarkan pendekatan fisiologis yang dilakukan dengan cara yang subjektif sehingga diperoleh bahwa kegiatan pengangkatan beban untuk keseluruhan perlakuan masuk dalam kategori kondisi kerja ringan, dan berdasarkan perhitungan Recommended Weigth Limit.

  3. Alfansuri dalam penelitian perancangan ulang sistem kerja pada pembuatan kotak surat dengan measurement time method.Penelitian ini melakukan pengukuran waktu kerja pada proses pembuatan kotak surat. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui proses pembuatan kotak surat, untuk mengetahui waktu pembuatan kotak surat sebelum perbaikan, menetukan waktu standar dalam proses pembuatan kotak surat. Hasil penelitian diketahui waktu pembuatan kotak surat sebelum dilakukan perbaikan adalah 2,57525 jam. Pembuatan kotak surat usulan waktu standarnya adalah 1,876917 jam.

4. Aileen Joyce Lim dalam penelitian pada perusahaan elektronik di Kanada.

  Penelitian dilakukan pada Pengembangan Sistem Peta Proses (Production System Development Process). Sistem peta proses sebagai alat untuk mengidentifikasi peluang perbaikan proses dengan mengintegrasikan faktor manusia kedalam design sistem kerja. Hasil penelitian menyimpulkan peta proses sangat berguna dalam design sistem kerja secara ergonomi dan sebagai sarana untuk menghasilkan dan memproses ide-ide perbaikan.