Rekayasa Sistem Kerja Secara Ergonomi Untuk Meningkatkan Produktivitas Di PT. Aceh Rubber Industry

(1)

DI PT. ACEH RUBBER INDUSTRY

TESIS

OLEH

MERI ANDRIANI

117025006/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

DI PT. ACEH RUBBER INDUSTRY

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

dalam Program Studi Teknik industry

pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

MERI ANDRIANI

117025006/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

PRODUKTIVITAS DI PT.ACEH RUBBER INDUSTRY

Nama Mahasiswa : Meri Andriani Nomor Pokok : 117025006

Program Studi : Teknik Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE) (Dr Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M Eng) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)


(4)

Tanggal : 16 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Anggota : Dr Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M Eng Prof. Dr. Ir. Harmien Nasution, MSIE

Dr. Ir. Nazaruddin, MT


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

REKAYASA SISTEM KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DI PT. ACEH RUBBER

INDUSTRY

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 16 Juli 2014 Yang Membuat Pernyataan,

MERI ANDRIANI NIM: 117025006/TI


(6)

Stasiun kerja merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan berkenaan dengan upaya peningkatan produktivitas kerja. Kondisi kerja yang tidak memperhatikan kenyamanan, kepuasan, keselamatan dan kesehatan kerja tentunya akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja manusia. Dalam perancangan atau redesain material box harus diperhatikan peranan dan fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia, mesin/peralatan dan lingkungan fisik kerja.

Pada proses pembuatan karet menjadi crumb rubber(Bale) di pembongkaran bale yang dilakukan di bagian balling press, dimana stasiun kerja operator dalam melakukan aktifitas dijumpai beberapa kondisi kerja yang kurang memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi dan menurut pihak manajemen tingkat produktivitas kerja operator dibagian ini masih cukup rendah.

Berdasarkan dari kondisi kerja tersebut akan dilakukan suatu redesain terhadap material box. Beberapa hal yang akan dijadikan dasar dalam melakukan redesain ini adalah antropometri, physiological performance, subjektivitas operator terhadap keluhan rasa sakit yang dialami selama bekerja, dan analisis terhadap waktu dan output standar yang dihasilkan. Selanjutnya akan dibandingkan kondisi kerja sebelum redesain dengan sesudah redesain.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kondisi kerja setelah redesain ini akan lebih baik dari pada kondisi kerja sebelum redesain, misalnya ukuran fasilitas kerja yang telah disesuaikan dengan antropometri, selain itu waktu standar pada kondisi setelah redesain sudah lebih kecil yaitu sebesar 0,95 menit dibandingkan sebelum redesign dengan waktu standar sebesar 4,89 menit. Bekerja pada stasiun kerja setelah redesain produktivitas kerja operator turut meningkat.

Kata kunci : Ergonomi, Antropometri, Physiological Performance, Waktu standar, Produktivitas kerja.


(7)

ii

A work system which is better than that of an existing system is one of the goals sought by an industry. A good work system which satisfies employees will be able to increase work productivity and vice versa. The objective of the research was to get an economical work system through redesigning an optimal work time in working so that it can increase productivity. The research described manual work facility (trolly). It shows the ineffective movement of operators, large energy consumption, and uneconomical movement of work postures. Some basic things for doing the redesign were anthropometry as the basic design, French method as the basis for facility design (trolly), quadratic regression equation for knowing energy consumption, and the Quick Exposure Check (QEC) method for analyzing operators’ work postures. The result of the measurement showed that for redesign, there were six ineffective movements, the average value of work postures was 142.17, and the value of energy consumption was 323.83 so that the standard time would be 4.89 minutes. After redesign was done, work movements became five movements, the average value of work postures was 65, and the standard time was 0.95.

Keywords: Anthropometry, French Method, Energy Consumption, Standard Time,

QEC Method


(8)

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya atas rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga, penulis diberi kekuatan yang kesabaran dalam menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara sekaligus mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah.

Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M Eng, selaku Ketua Program Studi sekaligus dosen pembanding. Tidak lupa juga saya sangat berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE sebagai pembimbing utama dan Ibu Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT, selaku anggota pembimbing yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini. Demikian juga kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Harmien Nasution, MSIE dan Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT sebagai tim pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Staff Pengajar pada Program Studi Magister Teknik Industri atas semua pengetahuan yang diberikan. Terima kasih kepada Bapak Ir. Hamdani, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa, atas motivasi dan rekomendasi yang diberikan kepada penulis. Demikian juga kepada pimpinan PT Aceh Rubber Industry dan


(9)

Wan Zulham, ST, terima kasih atas cinta, kasih sayang, kesabaran motivasi serta do’a nya. Anak-anak yang sangat kusayangi yaitu Zaim, Balqis, Habibi, dan Syarif, yang memberikan semangat buat mama untuk menyelesaikan tesis ini. Disampaikan juga rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Papa Alm Herdiman dan Mama Yusminar serta Ayah Drs Wan Amiruddin dan Mamak Sa’adah, terima kasih atas do’a, dukungan dan motivasi yang diberikan untuk menyelesaikan studi. Tidak lupa juga terima kasih buat asisten Lab Ergonomi dan Lab Menggambar Teknik, yang telah membantu penulis. Terima kasih atas kebersamaan dan bantuan selama perkuliahan kepada adik ku tersayang Osie Banabana dan rekan-rekan seperjuangan Angkatan 14 (Cut, Yudi, B’ Azis, Yanta) yang telah memberikan dukungan, semangat serta sebuah persahabatan dan kerjasama yang baik selama kuliah di Universitas Sumatera Utara. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah dengan ikhlas memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat menyempurnakan tesis ini, sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2014

Meri Andriani


(10)

Penulis dilahirkan di kota Dumai, Propinsi Riau pada tanggal 29 Maret 1975 dari ayah yang bernama Herdiman dan ibu bernama Yusminar. Penulis merupakan anak Sulung dari tiga bersaudara.Telah menikah dengan seorang pemuda terbaik Wan Zulham, ST pada tanggal 2 juni 2001 dan dikaruniai empat orang anak yang sangat penulis sayangi yang bernama Zaim, Balqis, Habibi dan Syarif. Penulis sekarang menetap di BTN Alue Brawe Gg. Garuda No. 31 Langsa.

Riwayat pendidikan formal yang dilalui penulis berawal dari pendidikan taman kanak-kanak tahun 1980 di TK Bayangkari Dumai. Melanjutkan ke sekolah dasar (SD) tahun 1981-1987 di SD Negeri No.01 Dumai. Sekolah menengah pertama (SMP) pada tahun 1987-1989 di SMP Negeri Karang Anyar Dumai. Sekolah menengah atas (SMA) pada tahun 1989-1994 di SMAN2 Dumai. Pada tahun 1994 Penulis melanjutkan pendidikan Strata-1 di Universitas Islam Sumatera Utara, Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri, menyelesaikan pendidikan pada tahun 2000. Pada tahun 2009 penulis menjadi staff pengajar pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Samudera Langsa. Tahun 2010 penulis mendapat status Dosen Tetap dan bulan Agustus 2011 penulis mendapatkan izin sekolah untuk melanjutkan pendidikan Strata-2 di Program Studi Magister Teknik Industri Universitas Sumatera Utara Angkatan 14.


(11)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Hasil Penelitian ... 9

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan ... 9

1.6. Asumsi-asumsi ... 10

1.7. Sistematika Penulisan Tesis ... 10

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR ... 12

2.1. Rekayasa Sistem Kerja ... 12

2.2. Studi Gerakan ... 12

2.3. Ekonomi Gerakan... 12


(12)

2.3.2. Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan dihubungkan

dengan Perancangan Peralatan ... 15

2.4. Konsep Dasar Ergonomi ... 15

2.4.1. Defenisi Ergonomi ... 15

2.4.1. Tujuan Ergonomi ... 16

2.5. Beban Kerja ... 16

2.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja ... 17

2.5.2. Penilaian Beban Kerja Fisik ... 17

2.6. Postur Kerja ... 20

2.6.1. Antropometri ... 20

2.6.2. Desaian Produk (Peralatan) Ergonomis Berdasarkan Antropometri ... 21

2.6.3. Model Perancangan Produk ... 22

2.6.4. Perhitungan Persentil ... 27

2.6.5. Standard Nordiq Questionnaire (SNQ) ... 28

2.6.6. Penilaian Postur Kerja dengan Menggunakan Metode QEC ... 30

2.7. Penentuan Waktu Standar ... 33

2.8. Produktivitas Kerja... 46

2.8.1. Pengukuran Produktivitas ... 47


(13)

3.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 51

3.2. Proses Produksi ... 51

3.2.1. Uraian Proses Produksi ... 52

3.3. Standar Mutu Bahan dan Produk ... 56

3.4. Organisasi dan Manajemen ... 59

3.4.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... 59

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 61

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 61

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 62

4.3. Subjek Penelitian ... 62

4.4. Jenis Penelitian ... 62

4.5. Identifikasi Variabel Penelitian ... 62

4.5.1. Variabel Independen ... 62

4.5.2. Variabel Dependen ... 63

4.6. Instrumen Penelitian... 63

4.7. Sumber Data ... 65

4.7.1. Data Primer ... 65

4.7.2. Data Sekunder ... 65

4.8. Pelaksanaan Penelitian ... 66

4.9. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 68

4.9.1. Tahap Pengumpulan Data ... 68


(14)

4.11. Perancangan Ulang... 71 4.12. ... 72 4.13. ... 73

BAB 5

DAFTAR GAMBAR ... 4.6. Instrument Penelitian


(15)

Stasiun kerja merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan berkenaan dengan upaya peningkatan produktivitas kerja. Kondisi kerja yang tidak memperhatikan kenyamanan, kepuasan, keselamatan dan kesehatan kerja tentunya akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja manusia. Dalam perancangan atau redesain material box harus diperhatikan peranan dan fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia, mesin/peralatan dan lingkungan fisik kerja.

Pada proses pembuatan karet menjadi crumb rubber(Bale) di pembongkaran bale yang dilakukan di bagian balling press, dimana stasiun kerja operator dalam melakukan aktifitas dijumpai beberapa kondisi kerja yang kurang memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi dan menurut pihak manajemen tingkat produktivitas kerja operator dibagian ini masih cukup rendah.

Berdasarkan dari kondisi kerja tersebut akan dilakukan suatu redesain terhadap material box. Beberapa hal yang akan dijadikan dasar dalam melakukan redesain ini adalah antropometri, physiological performance, subjektivitas operator terhadap keluhan rasa sakit yang dialami selama bekerja, dan analisis terhadap waktu dan output standar yang dihasilkan. Selanjutnya akan dibandingkan kondisi kerja sebelum redesain dengan sesudah redesain.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kondisi kerja setelah redesain ini akan lebih baik dari pada kondisi kerja sebelum redesain, misalnya ukuran fasilitas kerja yang telah disesuaikan dengan antropometri, selain itu waktu standar pada kondisi setelah redesain sudah lebih kecil yaitu sebesar 0,95 menit dibandingkan sebelum redesign dengan waktu standar sebesar 4,89 menit. Bekerja pada stasiun kerja setelah redesain produktivitas kerja operator turut meningkat.

Kata kunci : Ergonomi, Antropometri, Physiological Performance, Waktu standar, Produktivitas kerja.


(16)

ii

A work system which is better than that of an existing system is one of the goals sought by an industry. A good work system which satisfies employees will be able to increase work productivity and vice versa. The objective of the research was to get an economical work system through redesigning an optimal work time in working so that it can increase productivity. The research described manual work facility (trolly). It shows the ineffective movement of operators, large energy consumption, and uneconomical movement of work postures. Some basic things for doing the redesign were anthropometry as the basic design, French method as the basis for facility design (trolly), quadratic regression equation for knowing energy consumption, and the Quick Exposure Check (QEC) method for analyzing operators’ work postures. The result of the measurement showed that for redesign, there were six ineffective movements, the average value of work postures was 142.17, and the value of energy consumption was 323.83 so that the standard time would be 4.89 minutes. After redesign was done, work movements became five movements, the average value of work postures was 65, and the standard time was 0.95.

Keywords: Anthropometry, French Method, Energy Consumption, Standard Time,

QEC Method


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sistem kerja merupakan serangkaian dari beberapa pekerjaan yang berbeda kemudian dipadukan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa, yang menghasilkan keuntungan bagi perusahaan atau organisasi. Sistem kerja yang lebih baik dari sistem kerja yang telah ada merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu industri. Sistem kerja yang lebih baik dapat meningkatkan produktivitas.

R.S. Bridger dalam bukunya yang berjudul Introducton to Ergonomics, 2003 mengatakan pada dasarnya suatu sistem kerja terdiri dari empat komponen utama yaitu manusia, bahan, mesin/peralatan dan lingkungan kerja. Komponen manusia adalah pusat dalam sistem kerja karena manusia selain berperan dalam perencana suatu sistem kerja, juga sebagai pelaksana dan pengendali proses dalam berinteraksi dengan sistem kerja secara keseluruhan.

Prinsip-prinsip ekonomi gerakan diaplikasikan dalam banyak hal, mulai dari perancangan produk, perancangan fasilitas kerja dan tempat kerja, dengan sasaran untuk menambah efektivitas dan efisiensi gerak serta waktu kerja yang akhirnya akan membawa dampak peningkatan produktivitas kerja.

Martin Herlander dalam bukunya yang berjudul “A Guide to Human Factor

and Ergonomics, 2006”, menyatakan ergonomi adalah disiplin ilmu yang berkaitan

dengan pemahaman interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem, dan profesi


(18)

yang berlaku teori, prinsip, data dan metode dalam merancang untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan.

Secara hakiki ergonomi berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menunjukkan kinerja yang terbaik dan mendapatkan produktivitas kerja yang optimal. Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh gerakan kerja operator, physiological performance, dan analisa subyektifitas.

PT. Aceh Rubber Industry(PT.ARI) merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan karet menjadi crumb rubber yang berupa bale. Produksi karet merupakan peluang sekaligus tantangan bagi para produsen karet(crumb rubber) termasuk PT. ARI untuk memenuhi kebutuhan pasar. Adapun data produksi crumb rubber pada PT. ARI dapat dilihat pada Tabel 1.1. dan Grafik 1.1. dibawah.

Bulan Permintaan(bale) Produksi (bale)

Januari 300 250

Februari 325 280

Maret 400 300

April 380 320

Mei 550 250

Juni 300 189

Juli 480 278

Agustus 400 290

September 450 290

Oktober 480 180

Tabel 1.1. Data Produksi PT. ARI Tahun 2013


(19)

Tabel 1.1. Lanjutan Data Produksi PT. ARI Tahun 2013

Bulan Permintaan(bale) Produksi (bale)

November 500 200

Desember 550 300

Rata-rata 426 262

Data produksi yang terlihat pada tabel dan grafik diatas menyatakan bahwa produksi tiap bulannya tidak tentu bahkan terjadi penurunan pada akhir tahun, sementara permintaan akan karet(crumb rubber) semakin besar. Permintaan yang semakin besar disebabkan karena kebutuhan akan bahan yang terbuat dari karet semakin besar. Penulis melakukan analisis awal pada komponen sistem kerja untuk mengetahui penyebab dari tidak terpenuhinya permintaan. Hasil analisis awal ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut:

0 100 200 300 400 500 600

B

a

le

Bulan Data Permintaan dan Produksi Tahun 2013

Permintaan(bale) Produksi (bale) Rata-rata Permintaan Rata-rata Produksi

Sumber : Perusahaan PT. ARI

Gambar 1.1. Grafik Data Produksi 2013


(20)

Tabel 1.2. Analisa Awal terhadap Komponen Sistem Kerja

Komponen Uraian

Material (Bahan Baku)

- Perusahaan mendapatkan bahan baku dari perkebunan karet rakyat dan juga dari daerah lain sehingga persediaan akan bahan baku selalu ada. Selama ini tidak ada masalah pada bahan baku.

Mesin (Peralatan)

- Fasilitas kerja perusahaan terdiri dari otomatis dan manual yang digunakan sejak tahun 2009.

- Fasilitas kerja manual terdapat pada stasiun pembongkaran bale.

- Kapasitas 28 bale/trolly, dengan jumlah trolly 28 unit. - Kapasitas terpakai 70%

Man (Manusia)

- Operator pembongkaran bale berjumlah 6 orang. - Tidak diperlukan pengalaman pada pembongkaran bale. - Operator bekerja dengan posisi berdiri bahkan

membungkuk.

- Adanya gerakan yang tidak efektif seperti gerakan menjangkau.

Lingkungan Kerja Fisik

- Kondisi tempat operasi kerja sangat bising dan bau walaupun ruang kerja dibuat terbuka yaitu tidak ada sekat antara dinding.

Hasil analisa awal pada tabel diatas diketahui masalahnya terdapat pada komponen sistem kerja tersebut ada pada operator di stasiun balling press

khususnya pada bagian pembongkaran bale(baca: ball). Bale adalah produk, crumb rubber yang telah di dryer. Operator bekerja tidak sesuai dengan prinsip-prinsip


(21)

ekonomi gerakan yaitu bekerja dengan posisi berdiri hingga membungkuk, jangkauan tangan yang tidak normal. Operator pada stasiun pembongkaran bale

melakukan enam gerakan Therblig yaitu memilih, mengarahkan, menjangkau, mengangkat, membawa dengan beban dan melepaskan. Aktivitas ini dilakukan pada 28 cetakan bale (material box) dengan berat beban satu bale mencapai ±17 kg, dan frekuensi pembongkaran 38 cetakan/hari. Gerakan-gerakan ini mengakibatkan waktu operasi semakin panjang yang dapat dilihat pada Tabel 1.3. dibawah:

Trolly ke - Waktu Pembongkaran

(Menit)

1 7.60

2 7.58

3 7.89

4 8.10

6 8.26

5 8.20

6 8.26

7 8.35

8 8.50

9 8.24

10 8.45

11 8.56

12 9.00

13 9.15

14 9.28

Rata-rata 8.30

Tabel 1.3. Waktu Pembongkaran Bale


(22)

Pada analisa subyektivitas, operator mengeluh mengalami nyeri dan sakit pada bagian punggung, lengan, leher, perut dan pergelangan tangan. Physiological Performance yang dihasilkan melalui denyut jantung selama bekerja sebesar 120 pulse/menit. Proses pembongkaran bale dapat dilihat pada Gambar 1.2. di bawah.

Proses pembongkaran bale apabila dilakukan secara repetitive dapat menyebabkan kelelahan. Hal itu dibuktikan oleh pembongkaran bale pada trolly pertama yang membutuhkan waktu sebesar 7,60 menit, tapi setelah terjadi repetitif

untuk trolly berikutnya, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembongkaran

bale menjadi 9,28 menit ditunjukkan pada Tabel 1.2. waktu pembongkaran bale.

R.S. Bridger(2003) mengatakan aktivitas yang dilakukan secara repetitive dapat menyebabkan kelelahan pekerja(operator) meskipun aktivitasnya ringan, hal ini bisa menyebabkan pemborosan waktu kerja sehingga produktivitas kerja menurun.

Tumpukan Bale (produk) yang diletakan diatas meja terdapat pada Gambar 1.3 di bawah.

Gambar 1.2. Proses Pembongkaran Bale.

1 m


(23)

Kelelahan dan keluhan operator dari gerakan-gerakan yang dilakukan saat bekerja mengakibatkan sistem kerja tidak ekonomis sehingga dapat mengakibatkan kinerja operator tidak optimal, dibuktikan dengan semakin lamanya operator menyelesaikan pembongkaran bale yaitu untuk trolly ke 14 waktu penyelesaian 9.28 menit. Kinerja operator yang optimal dapat dipenuhi ketika peralatan/fasilitas kerja, stasiun kerja, produk dan tata cara kerja dirancang dan disesuaikan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan.

Berdasarkan fenomena dan literatur di atas maka perlu diadakan penelitian di PT. Aceh Rubber Industry untuk menemukan solusi berupa rancangan ulang(redesign) material box agar produktivitas kerja di perusahaan meningkat.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka rumusan masalah yang dihadapi adalah menurunnya produktivitas kerja disebabkan tidak memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi gerakan.

Gambar 1.3. Bale, terdapat tumpukan bale yang diletakan diatas meja.


(24)

1.3Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan sistem kerja yang ekonomis melalui redesign untuk meningkatkan produktivitas.

Sasaran dari penelitian yang dilakukan pada proses pembongkaran bale

adalah:

1. Menganalisa gerakan dan waktu kerja pada proses pembongkaran bale. 2. Meminimisasi waktu kerja dan physiological performance(konsumsi

energy) sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan. 3. Memberikan usulan rancangan ulang(redesign)

1.4Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan, menjadi masukan bagi PT. Aceh Rubber Industry dalam meningkatkan produktivitas perusahaan.

2. Bagi peneliti, mengaplikasikan teori ergonomi, teori beban kerja dan teori time and motion study yang didapat di bangku kuliah pada penelitian.

3. Bagi perguruan tinggi, menjadi literatur dan referensi penelitian bagi peneliti-peneliti berikutnya.

1.5Ruang Lingkup dan Batasan

Sehubungan dengan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, ruang lingkup analisis yang akan dilakukan adalah:

1. Penelitian dilakukan di PT. ARI yang bergerak dalam bidang karet(crumb rubber)


(25)

2. Objek penelitian adalah redesignmaterial box secara ergonomi.

3. Lingkup analisisnya sebatas variable-variebel yang berhubungan dengan perancangan ulang(redesign) material box dengan analisis gerakan kerja, antropometri, subyektivitas, waktu dan output standart, physiological performance.

Adapun batasan dari penelitian ini adalah:

1. Permasalahan pada sistem kerja yang diteliti adalah manusia sedangkan sistem kerja yang lain diabaikan.

2. Penelitian difokuskan pada stasiun balling press khususnya pada proses pembongkaran bale.

3. Analisa biaya dilakukan dalam rekayasa sistem kerja secara ergonomi.

4. Evaluasi ergonomi yang dilakukan hanya berkaitan dengan analisa antropometri, analisa physiological performance, analisa waktu dan output standar dan analisa subyektifitas.

1.6Asumsi-Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Proses produksi berada pada kondisi normal dan tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.

2. Prosedur kerja tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung

3. Posisi kerja operator(membungkuk 450) khususnya operator pembongkaran bale

dianggap sama pada saat melakukan pengamatan.


(26)

4. Operator yang diamati memiliki tingkat keterampilan dan kemampuan yang sama untuk pekerjaan yang akan dilakukan.

1.7 Sistematika Penulisan Tesis

Agar penulisan tesis ini dapat dipahami dengan mudah, maka disusun sistematika yang digunakan dalam penulisan tesis ini terdiri dari beberapa bagian yaitu:

BAB I : Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitin dan sistematika penulisan. Bab ini menjadi dasar kerangka penelitian secara keseluruhan. BAB II : Tinjauan Literatur, berisikan pengertian tentang sistem kerja dan hal-hal

yang terkait tentang penelitian tersebut. Pembahasan dalam bab ini juga meliputi teori dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan ergonomi khususnya bidang penelitian tentang ukuran tubuh manusia( antropometri),postur kerja, konsumsi energy, waktu standar.

BAB III : Gambaran Objek Penelitian, berisikan sejarah perusahaan, hasil produksi, alur proses produksi, kapasitas produksi, bahan baku, data ketenagakerjaan dan data-data yang terkait.

BAB IV : Metodologi Penelitian, berisikan kerangka pemecahan masalah dan metode-metode yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data ataupun dalam menganalisis data yang diperoleh.


(27)

BAB V : Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisikan kumpulan data antropometri, data denyut nadi operator, data postur kerja operator , waktu standar diolah sesuai dengan metode yang digunakan.

BAB VI : Analisis Pemecahan Masalah, berisikan analisa yang didapat dari hasil pengolahan data.

BAB VII : Kesimpulan dan Saran, berisikan tentang kesimpulan yang didapat dari hasil rancangan dan saran-saran yang diberikan oleh pihak perusahaan. DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(28)

BAB 2

TINJAUAN LITERATUR

2.1. Rekayasa Sistem Kerja

Rekayasa sistem kerja dalam rangka memanusiakan pekerja. Proses utama dalam rekayasa sistem kerja adalah menghitung nilai batas kemampuan manusia dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu. Pengukuran ini berdasarkan pada data antropometri manusia yang dikaitkan dengan jenis pekerjaan. Berdasarkan nilai-nilai tersebut kemudian diaplikasikan sebuah sistem kerja yang ergonomis, sebagai contoh berapakah beban maksimum yang dapat diangkat secara aman oleh pekerja. Setelah terbentuk sistem kerja yang ergonomis, maka diharapkan akan menimbulkan kenyamanan bagi pekerja dalam melakukan pekerjaan. Hal ini akan sangat berpengaruh kepada hasil akhir atau output produksi yang optimal yang dapat menunjukkan tingkat produktivitas perusahaan.

2.2. Studi Gerakan

Studi gerakan adalah analisa terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Tujuan dari studi gerak adalah untuk mengurangi atau menghilangkan gerakan yang kurang efektif agar mendapatkan gerakan yang cepat dan efektif (Wignjosoebroto, 2008). Aspek dari studi gerakan ini meliputi sebagian besar prosedur untuk gerakan, analisa sistematis dan perbaikan metode kerja dengan memperhatikan bahan baku, desain produk, proses atau tujuan kerja, peralatan, tempat kerja, dan perlengkapan untuk setiap

12


(29)

tahapan proses.

Frank dan Lilian Gilberth telah berhasil menciptakan simbol/kode dari gerakan‐gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama THERBLIG (dieja dari nama Gilberth secara terbalik). Sebagian besar dari elemen‐elemen dasar Therbligs merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi apabila suatu pekerjaan terjadi, terlebih bila pekerjaan bersifat manual. Di sini Frank dan Lilian Gilberth menguraikan gerakan‐gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar Therbligs. Lambang – lambang gerakan Therblig dapat dilihat pada Tabel 2.1. di bawah:

Nama Therblig Lambang

Mencari (Search) SH

Memilih (Select) ST

Memegang (Grasp) G

Menjangkau (Reach) RE

Membawa (Move) M

Memegang untuk memakai (Hold) H

Melepas (Released Load) RL

Memeriksa (Inspection) I

Merakit (Assemble) A

Lepas Rakit (Disassemble) DA

Pengarahan (Position) P

Pengarahan sementara (Pre-Position) PP

Memakai (Use) U

Kelambatan yang tak terhindarkan (Unvoidable delay) UD

Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable delay) AD

Merencanakan (Plan) Pn

Istrahat untuk Menghilangkan Fatique (Rest to overcome fatique) R

Sumber: Wignjosoebroto(2008)

Tabel 2.1. Lambang-lambang Gerakan Therblig


(30)

2.3. Ekonomi Gerakan

2.3.1. Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan dihubungkan dengan Tubuh Manusia dan Gerakan-Gerakannya yaitu:

1. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama. 2. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada

waktu istirahat.

3. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap yang lainnya semetris dan berlawanan arah.

4. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat yaitu hanya menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

5. Sebaiknya para pekerja dapat memamfaatkan momentum untuk membantu pekerjaannya, pemamfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam bekerja.

6. Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan perlambat gerakan tersebut.

7. Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi sipekerjanya.

8. Usahakan sedikit gerakan mata.


(31)

2.3.2. Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Perancangan Peralatan yaitu:

1. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat di

tingkatkan.

2. Hendaknya peralatan dirancang sedemikian agar mempunyai lebih dari satu kegunaan.

3. Peralatan dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemegangan dan penyimpananya.

4. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, seperti pekerjaan mengetik. Beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari.

5. Roda tangan, palang dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur sedemikian sehingga badan dapat melayaninya dengan posisi yang baik, dan dengan tenaga yang minimum.

2.4. Konsep Dasar Ergonomi 2.4.1. Defenisi Ergonomi

Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan design/perancangan. Ergonomi berkenaan dengan optimisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia ditempat kerja, dirumah dan dimana saja manusia berada(Eko Nurmianto, 2004).


(32)

Martin Herlander dalam bukunya yang berjudul “A Giude to Human Factor

and Ergonomics”, menyatakan ergonomi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan

pemahaman interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem, dan profesi yang berlaku teori, prinsip, data dan metode dalam merancang untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan.

2.4.2 Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Wignjosoebroto,2008) adalah: 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera

dan penyakit akibat kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja.

2.5. Physiological Performance

Physiological Performance yaitu mengukur energy yang dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan atau dikonsumsi. Metode ini hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut:

………(2.1)


(33)

Keterangan:

Y = Energi (Kkal/menit)

X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)

Kategori beban kerja berdasarkan konsumsi energy sebagai berikut: Beban kerja ringan : 100 – 200 kkal/jam

Beban kerja sedang : >200 – 350 kkal/jam Beban kerja berat : >350 – 500 kkal/jam

Kerja disebut aerobik bila suply oksigen pada otot sempurna, sistem akan kekurangan oksigen dan kerja menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisiologi yang dapat ditingkatkan melalui latihan. Aktivitas dan tingkat energi dapat dilihat pada Tabel 2.2. dibawah.

Energi (kkal/menit)

1 2.5 5 7.5 10

Detak Jantung (per menit)

60 75 100 125 150

Oksigen (Liter/menit)

0.2 0.5 1 1.5 2

Metabolisme Basah

Kerja Ringan Jalan

(6,5kph)

Kerja Berat

Naik Pohon

Istirahat Duduk Angkat Roda

100 kg

Membuat Tungku

Tidur Mengendarai

Mobil

Bekerja ditambang

Jalan dibulan

2.5.1. Pengukuran Konsumsi Oksigen

Satuan Pengukuran Konsumsi Energi adalah Kilo Calori (kcal).

1 kcal adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 liter air dari 14,50 C menjadi 15,50 C. konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen, karena keduanya merupakan faktor yang

Tabel 2.2. Aktivitas dan Tingkat Energi


(34)

berhubungan langsung. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4.8 kcal energi. Faktor inilah yang merupakan nilai kalori suatu oksigen

2.6. Antropometri

Istilah antropometri berasal dari kata “ anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Antropometri dapat diartikan sebagai studi yang

berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto,2008). Manusia pada umumnya memiliki bentuk ,ukuran, berat, dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lain. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas dalam hal:

1. Perancangan areal kerja ( work station, interior mobil, dan lain-lain).

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan sebagainya.

3. Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer, dan lain-lain.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

2.6.1. Desain Produk(Peralatan) Ergonomis Berdasarkan Antropometri

Agar dapat mendesain produk sesuai dengan ukuran manusia, maka dalam mendesain produk harus disesuaikan dengan ukuran terbesar(persentil 95) dan ukuran terkecil tubuh(persentil5) atau hasil kalibrasi dari ukuran setiap bagian tubuh(Wignjosoebroto,2008). Produk yang disesuaikan dengan hasil kalibrasi


(35)

antropometri disebut desain produk ergonomi. Gambaran desaian produk ergonomis berdasarkan antropometri dapat dilihat pada Gambar 2.1. dibawah:

2.6.2. Model Perancangan Produk.

Model perancangan produk ada 2 jenis yaitu model deskriptif dan model perskriptif.

1. Model Deskriptif

Model deskriptif berfokus pada solusi, heuristic(pengalaman sebelum bersifat umum). Model perancangan deskriptif terdiri dari beberapa fase yang ditampilkan pada Gambar 2.2. dibawah:

Produk: Benda Kerja Instalasi

Manusia Pengguna Produk

Kalibrasi antropometri tubuh pengguna produk:

- Mean

- Standar deviasi

- Ukuran antopometri.(persentil 5, 50, 95)

Produk Ergonomis

Gambar 2.1. Gambaran Desain Produk

Sumber: Ergonomic Manusia, Peralatan dan Lingkungan(Gempur Santoso,2004)

Kebutuhan

Analisa masalah dan spesifikasi produk dan perencaaan

Perancangan konsep produk

Perancangan produk


(36)

2. Model Preskriptif.

Model Preskriptif menawarkan prosedur yang lebih algoritmatik dan sistematik untuk diikuti, dan biasanya dianggap menyediakan metodologi perancangan. Model perancangan ini terdiri dari:

a. Metode Zeid

Metode yang ditawarkan meliputi proses perancangan dan proses pembuatan, ditambah feedback dari pemasaran untuk pengembangan produk.

b. Metode French

Pada diagram alir tersebut, lingkaran menunjukkan hasil kegiatan yang mendahuluinya, sedangkan segiempat menyatakan kegiatan-kegiatan yang berlangsung. Diagram alir model cara merancang preskriptif dari French sebagaimana dicantumkan pada Gambar 2.3. dibawah:

Evaluasi produk hasil rancangan

Dokumen untuk pembuatan produk

Gambar 2.2. Model Perancangan Deskriprif

Sumber: Engineering Design Methods.Strategies For Product Design(Niegel Cross,2008)

Kebutuhan

Analisis Masalah

Pernyataan Masalah

Perancangan Konsep


(37)

2.7. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja

Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur untuk mengekonomisasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip-prinsip ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja dari suatu industry, karena hal itu mempermudah modifikasi bila diperlukan hardware, prosedur kerja dan lain-lain. Pada umumnya dijumpai mesin atau fasilitas pabrik dibangun dan manusia harus mampu beradaptasi dengan kondisi yang telah terpasang. Kondisi membuat tidak efisien ataupun tidak ergonomis. Beberapa ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan perlu dipertimbangkan dalam perancangan sistem kerja

Cara pengukuran tubuh posisi berdiri secara antropometi dapat dilihat pada Gambar 2.4. dan Tabel 2.3. di bawah:

Skets Terpilih

Detail

Pemberian Bentuk Pada Skets

Gambar Produk

Gambar 2.3. Diagram Alir Cara Merancang French

Sumber: Engineering Design Methods.Strategies For Product Design(Niegel Cross,2008 )


(38)

No Dimensi Tubuh Cara Pengukuran

1. Tinggi Badan Tegak Ukur jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas dengan keadaan subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus kedepan.

2. Tinggi Mata Berdiri Ukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung bagian dalam mata (dekat pangkal hidung). Subjek berdiri tegak dengan mata memandang kedepan.

3. Tinggi Bahu Berdiri Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang paling menonjol pada saat subjek berdiri tegak.

4. Tinggi Siku Berdiri Ukur jarak vertikal dari lantai ketitik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri dengan kedua tangan tergantung wajar.

Tabel 2.3. Cara Pengukuran Tubuh Posisi Berdiri Gambar 2.4. Cara Pengukuran Tubuh Posisi Berdiri


(39)

No Dimensi Tubuh Cara Pengukuran

5. Tinggi Pinggang Berdiri Ukur jarak vertikal dari lantai sampai pinggang pada saat subjek berdiri tegak. 6. Jangkauan Tangan Atas Tangan menjangkau ke atas

setinggi-tingginya. Ukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung tengah pada saat subjek berdiri tegak.

7. Panjang Lengan Bawah Subjek berdiri tegak tangan disamping. Ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan. 8. Tinggi Lutut Berdiri Ukur jarak vertikal lantai sampai lutut pada

saat subjek berdiri tegak.

9. Tebal Dada Subjek berdiri tegak. Ukur jarak dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara horisontal.

10. Tebal Perut Subjek berdiri tegak. Ukur menyamping jarak dari perut ke depan sampai perut belakang secara horisontal.

11. Berat Badan Menimbang pada posisi normal diatas timbangan berat badan. Biasanya berat dikurangai beban yang dipakai seperti sepatu ataupun pakaian yang dipakai.

1. Perhitungan Keseragaman Data

Uji keseragaman data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengamatan tersebut seragam atau tidak seragam.

Adapun langkah-langkah perhitungan persentil adalah sebagai berikut: (Wignjosoebroto, 2008).

a) Menghitung harga rata-rata dari data yang ada

Xi=

………..…..(

2.4) Sumber: Wignjosoebroto, 2008

Tabel 2.3. Lanjutan Cara Pengukuran Tubuh Posisi Berdiri


(40)

b) Hitung standar deviasi

SD

= (

) =

………..

2.5 Keterangan:

Xi = Ukuran antropometri

X = Ukuran antropometri rata-rata

= Standar deviasi

N = Jumlah data pengamatan

c) Membuat uji keseragaman data dengan menentukan batas kontrol atas dan bawah.

BKA = X + 2 …...……….…… (2.6) BKB = X - 2 ………...……… (2.7) Keterangan:

BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah

X = Nilai rata-rata

= Standar deviasi

Ketentuan:

Jika X min> BKB dan Xmax< BKA maka data seragam

Jika X min< BKB dan Xmax>BKA maka data tidak seragam

d) Membuat Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui data dimensi tubuh operator yang telah dikumpulkan sudah mencukupi untuk melakukan

redesign. Pengujian kecukupan data dilakukan dengan berpedoman pada


(41)

konsep statistik yaitu derajat ketelitian dan tingkat kayakinan/kepercayaan. Derajat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran dalam jumlah yang banyak (populasi). Uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 95% digunakan persamaan:

Rumus yang digunakan dalam uji kecukupan data adalah (Wignjosoebroto, 1995):

N’ = ……….(2.8) Keterangan:

N’ = Jumlah data yang dibutuhkan

N = Jumlah pengamatan yang dilakukan

Xi = Data pengukuran i = 1,2,3,….,n

s = Tingkat ketelitian yang digunakan k = Harga indeks

Dari perhitungan nilai N' maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a) Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup

b) Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data

2.6.3. Perhitungan Persentil

Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa presentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut (Nurmianto, 2003). Data perhitungan persentil dapat dilihat pada Tabel 2.4. di bawah:

2

2 2 /          

X X X N s k


(42)

Persentil Rumus

Persentil 5 X –1,64 x Persentil 10 X –1,28 x

Persentil 50 X

Persentil 90 X + 1,28 x Persentil 95 X + 2 x

2.6.4. Standard Nordic Questionaire (SNQ)

Ada beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekan fisik dengan resiko keluhan otot sketal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah melalui

Standard Nordic Questionaire (SNQ). Melalui kuisener ini dapat diketahui bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS), Agak Sakit(AS), Sakit(S), dan Sangat Sakit(SS). Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 2.5, maka dapat diestimasikan jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

Tabel 2.4. Perhitungan Persentil

Sumber: Wignjosoebroto (2008)


(43)

Standard Nordic Questionaire (SNQ) Nama : ………..

Umur : ……….. tahun

Jenis kelamin : Pria / Wanita Status keluarga : Kawin / Belum kawin

Pengalaman kerja : ……….. tahun ……….. bulan Apa yang Anda rasakan sakit/lelah/keluhan ketika : jam kerja Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia berikut ini.

No Jenis Keluhan Tingkat Keluhan Tidak Sakit Agak Sakit Sakit Sangat

Sakit

0 Sakit kaku di leher bagian atas

1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah

2 Sakit di bahu kiri

3 Sakit di bahu kanan

4 Sakit lengan atas kiri

5 Sakit di punggung

6 Sakit lengan atas kanan

7 Sakit pada pinggang

8 Sakit pada bokong

9 Sakit pada pantat

10 Sakit pada siku kiri

11 Sakit pada siku kanan

12 Sakit pada lengan bawah kiri

13 Sakit pada lengan bawah kanan

14 Sakit pada pergelangan tangan kiri

15 Sakit pada pergelangan tangan kanan

16 Sakit pada tangan kiri

17 Sakit pada tangan kanan

18 Sakit pada paha kiri

19 Sakit pada paha kanan

20 Sakit pada lutut kiri

21 Sakit pada lutut kanan

22 Sakit pada betis kiri

23 Sakit pada betis kanan

24 Sakit pada pergelangan kaki kiri

25 Sakit pada pergelangan kaki kanan

26 Sakit pada kaki kiri

27 Sakit pada kaki kanan

Keterangan:

TS : Tidak Sakit AS : Agak Sakit S : Sakit

SS : Sangat Sakit

Gambar 2.5. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

ak ak at


(44)

2.7. Penentuan Waktu Standar

Penentuan waktu standar untuk menentukan target produksi yang dilakukan dengan cara pengukuran langsung dengan menggunakan jam henti. Waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya. Pengukuran dilakukan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak dapat dihindari baik faktor dari dalam maupun dari luar perusahaan.

Penjabaran dari langkah-langkah dalam menentukan waktu baku diantaranya yang disebutkan diatas sebagai berikut:

1. Memilih dan mengambil karyawan secara acak untuk diteliti atau diamati waktu yang dipergunakannya untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan, dimana karyawan yang diambil sebagai sample adalah karyawan yang bekerjanya sesuai dengan waktu rata-rata, tidak terlalu cepat ataupun tidak terlalu lambat dalam menyelesaikan pekerjaannya, baru setelah itu dihitung waktu rata-ratanya. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung waktu rata-rata(waktu siklus) adalah sebagai berikut:

……….(2.9)

Keterangan:

Ws = Waktu rata-rata(waktu siklus)

Xi = Data pengukuran

N = Jumlah data pengukuran

Waktu normal (Wn) = Ws x P………..…(2.10)


(45)

Waktu Standar = Wn x

…………...……….(2.11) 1. Uji Keseragaman Data

Di dalam pengukuran idealnya memperoleh data yang seragam. Uji keseragaman data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengamatan tersebut seragam atau tidak seragam. Data dikatakan seragam jika semua data berada diantara dua batas kontrol, yaitu batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Dari data seragam itulah nanti akan dilakukan untuk mencari waktu yang diharapkan.

Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah adalah sebagai berikut:

BKA = X + 2 ………(2.12) BKB = X - 2 ………(2.13)

Keterangan:

BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah

X = Nilai rata-rata

= Standar deviasi

Ketentuan:

Jika Xmin> BKB dan Xmax< BKA maka data seragam

Jika X min< BKB dan Xmax>BKA maka data tidak seragam

Sebelum melakukan perhitungan waktu baku maka perlu diketahui dulu nilai faktor penyesuaian (rating performance) dan waktu kelonggaran(allowance). 2. Uji Kecukupan Data


(46)

Dalam penelitian ini yang dicari adalah waktu yang sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tingkat keyakinan atau ketelitian adalah merupakan pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan untuk tidak melakukan jumlah pengukuran yang banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh telah memenuhi syarat ketelitian. Biasanya dinyatakan dalam persen(%).

Jadi dalam penelitian ini tingkat ketelitian 10 % memberikan arti bahwa pengukur membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10%. Tingkat keyakinan 90% adalah kemungkinan memperoleh hasil tersebut adalah 90%. Penetapan jumlah pengamatan yang dibutuhkan dalam aktivitas stopwatch time study selama ini dikenal lewat formulasi tertentu dengan pertimbangan tingkat kepercayaan dan derajat ketelitian. Rumus yang digunakan dalam uji kecukupan data adalah (Wingjosoebroto, 2008).

N’ = ……….(2.14)

Keterangan:

N’ = Jumlah data yang dibutuhkan

N = Jumlah pengamatan yang dilakukan

Xi = Data pengukuran i = 1,2,3,….,n

s = Tingkat ketelitian yang digunakan k = Harga indeks

2

2 2 /          

X X X N s k


(47)

Dari perhitungan nilai N' maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup

b. Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data

Tingkat ketelitian (s) yang digunakan adalah tergantung dari tingkat kepercayaan yang dipakai, yaitu:

a. Tingkat kepercayaan : 90% maka harga s = 0,10

b. Tingkat kepercayaan : 95% maka harga s = 0,05

c. Tingkat kepercayaan : 99% maka harga s = 0,01

Sedangkan harga indeks (k) yang digunakan adalah tergantung dari tingkat kepercayaan yang dipakai, yaitu:

a. Tingkat kepercayaan : 90% maka harga k = 1

b. Tingkat kepercayaan : 95% maka harga k = 2

c. Tingkat kepercayaan : 99% maka harga k = 3

3. Penentuan Waktu Normal.

Waktu normal suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi akan bekerja menyelesaikan pekerjaannya pada kecepatan normal(Wignjosoebroto, 2008). Namun pada prakteknya akan terlihat bahwa tidak bisa diharapkan operator akan mampu bekerja terus tanpa ada interupsi. Hal ini dikarenakan operator tidak bisa lepas dari aktifitas yang behubungan dengan kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa kelelahan dan hambatan-hambatan yang tak terhindarkan.

Rating performance pada dasarnya diaplikasikan untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat kecepatan berubah-ubah.


(48)

Dalam penelitian ini digunakan metode westing house untuk menentukan faktor penyesuaian. Westing House mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran dalam bekerja. Setiap faktor dibagi dalam kelas yang nilainya berbeda.

1. Untuk keperluan penyesuaian ketrampilan dibagi menjadi 4 kelas dengan ciri- ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan dibawah ini (Wignjosoebroto, 2008):

a. SUPER SKILL yaitu:

1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya. 2. Bekerja dengan sempurna.

3. Tampak telah terlatih dengan sangat baik.

4. Gerakan-gerakan sangat halus tapi sangat cepat sehingga sangat sulit diikuti. 5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan mesin.

6. Perpindahan dari satu elemen ke elemen yang lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.

7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berfikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan.

8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja baik.

b. EXCELLENT SKILL yaitu : 1. Percaya pada diri sendiri.

2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.


(49)

3. Terlihat telah terlatih baik.

4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan.

5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tampa kesalahan.

6. Menggunakan peralatan dengan baik.

7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu. 8. Bekerjanya cepat tapi halus.

9. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi. c. GOOD SKILL yaitu:

1. Kualitas hasil baik.

2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja pada umumnya.

3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilannya lebih rendah.

4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5. Tidak memerlukan banyak pengawas. 6. Tidak keragu-raguan.

7. Bekerjanya stabil.

8. Gerakannya terkoodinasi dengan baik. 9. Gerakan-gerakannya cepat.

d. AVERAGE SKILL yaitu :


(50)

1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 2. Gerakannya cepat tetapi tidak terlambat.

3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang terencana. 4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.

5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tidak adanya keraguan. 6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.

7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk- beluk pekerjaannya.

8. Bekerjanya cukup teliti.

9. Secara keseluruhan cukup memuaskan. e. FAIR SKILL yaitu:

1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.

2. Mengenal peralatan dan lingkungan dengan cukup baik.

3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan. 4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.

5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan di pekerjaan itu sejak lama.

6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi banyak tidak terlalu yakin.

7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.

8. Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah. 9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.


(51)

f. POOR SKILL yaitu:

1. Tidak bisa mengkoordinasikan tenaga dan pikiran. 2. Gerakan-gerakannya kaku.

3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan-urutan gerakan. 4. Seperti tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan. 5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya. 6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan kerja.

7. melakukan kesalahan-kesalahan.

8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 9. Tidak bisa mengambil inisiatif pada diri sendiri,

2. Untuk usaha atau effort westing house membagi juga atas kelas dengan ciri masing-masing. Yang dimaksud usaha ini adalah kesungguhan yang ditujukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaan.

a. EXCESSIVE EFFORT yaitu: 1. Kecepatan sangat berlebihan

2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh.

3. Kecepatan yang ditimbulkan tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.

b. EXCELENT EFFORT yaitu:

1. `Jelas terlihat kecepatan kerjanya sangat tinggi.

2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis dari pada operator-operator biasa. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.


(52)

4. Banyak memberi saran-saran.

5. Menerima saran dan petunjuk dengan senang.

6. Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari. 8. Bangga atas kelebihannya.

9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. 10. Bekerjanya sistematis.

11. Karena lancarnya perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.

c. GOOD EFFORT yaitu: 1. Bekerjanya berirama.

2. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang- kadang tidak ada. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.

4. Senang pada pekerjaannya.

5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari. 6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.

7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang. 8. Dapat memberi saran untuk perbaikan kerja.

9. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi. 10. Menggunakan alat-alat yang tepat dan baik. 11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan. d. AVERAGE EFFORT :


(53)

1. Tidak sebaik good tapi lebih baik dari poor. 2. Bekerja dengan stabil.

3. Menerima saran-saran tetapi tidak dilaksanakan. 4. Set up dilakukan dengan baik.

5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan. e. FAIR EFFORT yaitu:

1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.

2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya. 3. Kurang sungguh-sungguh.

4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5. Tidak sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. 6. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.

7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya. 8. Terlampau hati-hati.

9. Sistematika kerjanya biasa-biasa saja. 10.Gerakan-gerakannya tidak terencana. f. POOR EFFORT yaitu:

1. Banyak membuang-buang waktu.

2. Tidak memperhatikan adanya minat pekerja. 3. Tidak mau menerima saran-saran.

4. Tampak malas dan lambat bekerja.

5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat


(54)

dan bahan.

6. Tempat kerjanya tidak diatur dengan rapi.

7. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai. 8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur. 9. Set up kerjanya terlihat tidak baik.

10.Menggunakan alat-alat yang tepat dan baik.

Lihat Tabel 2.5 dibawah ini (Wignjosoebroto, 2008).

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Keterampilan Super skill A1

A2

+0,15 +0,13

Excelent B1

B2

+0,11 +0,08

Good C1

C2

+0,06 +0,03

Average D 0,00

Fair E1

E2

-0,05 -0,10

Poor F1

F2

-0,16 -0,22

Usaha Excenssive A1

A2

+0,13 +0,12

Excelent B1

B2

+0,10 +0,08

Good C1

C2

+0,05 +0,02

Average D 0,00

Fair E1

E2

-0,04 -0,08

Poor F1

F2

-0,12 -0,17

Kondisi Kerja Ideal A +0,06

Excellent B +0,04

Good C +0,02

Average D 0,00

Fair E -0,03

Poor F -0,07

Perfect A +0,04

Excellent B +0,03

Tabel 2.5. Rating Performance(RF)


(55)

Good C +0,01

Average D 0,00

Fair E -0,02

Poor F -0,04

Dari tabel 2.13 di atas maka dapat ditentukan faktor penyesuaian terhadap masing-masing pekerjaan. Rating performance (RF) diaplikasikan untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh di pengukuran waktu kerja akibat kecepatan yang berubah-ubah.

Adapun perumusan dalam menentukan waktu normal adalah sebagai berikut:

Waktu normal = Waktu siklus rata-rata x penyesuaian.

Wn = Ws x (p) ...(2.15) 4. Penentuan Waktu Standar.

Langkah-langkah dalam melaksanakan analisa studi waktu adalah sebagai berikut:

a. Melakukan perhitungan uji keseragaman dan kecukupan data terhadap data diperoleh dalam sumber data.

b. Menghitung rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk.

c. Menghitung waktu normal, yaitu waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk.

d. Menghitung waktu cadangan, yaitu yang dipergunakan seorang karyawan yang disebabkan oleh berbagai hal, misalnya gangguan terhadap mesin, kelelahan, gangguan proses produksi dan lain-lain.

Sumber: Wignjosoebroto(2008)


(56)

e. Menghitung waktu standar yang diperhitungkan berdasarkan penjumlahan waktu normal dan waktu cadangan.

Waktu standar suatu operasi kerja merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu standar yang dicari bukanlah waktu penyelesaian yang diselesaikan secara tidak wajar seperti terlampau cepat atau terlampau lambat. Hal ini dikarenakan operator tidak dapat-lepas dengan aktivitas yang berhubungan dengan personal needs, istirahat dan alasan lain diluar kontrolnya. Waktu longgar dicari dengan mengalikan persentase kelonggaran (allowance) dengan waktu normal, sehingga akan didapatkan waktu cadangan. Sebagai langkah selanjutnya adalah menghitung waktu standar dengan rumus berikut:

Ws = Wn x

………..(2.16)

Perhitungan Output Standar.

Output Standart =

………..(2.17)

2.8. Produktivitas Kerja

Produktivitas pada dasarnya merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari ini dikerjakan untuk kebaikan hari esok (Wignjosoebroto, 2008). Dapat dikatakan, dari sudut pandang ergonomi bahwa peningkatan produktivitas kerja berbeda dari peningkatan produksi. Dalam prakteknya peningkatan produksi belum


(57)

tentu disertai dengan peningkatan produktivitas, demikian pula sebaliknya. Jadi tidak benar, jika ingin meningkatkan produktivitas hanya dilakukan dengan menambah jumlah produksi dan mengabaikan faktor sumber daya

Konsep umum dari produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) per satuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat apabila (Sinulingga,2010):

1. Jumlah produksi / keluaran meningkat dengan jumlah masukan / sumber daya yang sama.

2. Jumlah produksi / keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan / sumber daya lebih kecil.

3. Produksi / keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relative kecil.

2.8.1 Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Produktivitas total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total masukan (input) per satuan waktu. Dalam penghitungan produktivitas total, semua faktor masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) terhadap total keluaran harus diperhitungkan.

2. Produktivitas parsial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan atau input per satuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan, energi, beban kerja dan lain-lain.


(58)

2.9. Review Hasil-Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan masalah sistem kerja secara ergonomi. Di bawah ini menunjukkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan literatur dalam penelitian:

1. Nataya Charoonsri Rizani dengan judul penelitian Perbandingan Pengukuran Waktu Baku dengan Metode Stopwatch Time Study dan Metode Ready Work Factor (RWF) Pada Departemen Hand Insert PT. Sharp Indonesia menunjukan Target Produksi Departemen Tangan Sisipan PT Sharp Indonesia yang sering tidak tercapai, membuat perusahaan ingin mengetahui penyebabnya. Studi Waktu diperlukan untuk menetapkan target produksi terhadap kemampuan operator, yang menggunakan metode faktor siap kerja (RWF). Metode RWF, menentukan perbandingan dengan studi waktu stopwatch dilakukan yang terdapat perbedaan nilai waktu standar. Nilai dalam metode RWF lebih kecil dari temuan di lapangan. Setelah itu dengan waktu standar dari metode RWF dihitung kemampuan operator untuk memproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan operator di bawah target produksi, sehingga dibutuhkan perbaikan.

2. Aminah Soleman dalam penelitiannya

adalah menilai beban kerja fisik dan mengklasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi terhadap tenaga kerja tidak terlatih saat melakukan pekerjaan pengangkatan beban, menganalisis penggunaan beban yang optimal berdasarkan pendekatan


(59)

Recommended Weight Limit, serta menentukan pengaruh berat beban kerja sesuai dengan kriteria Lifting index. Perhitungan berdasarkan pendekatan fisiologis yang dilakukan dengan cara yang subjektif sehingga diperoleh bahwa kegiatan pengangkatan beban untuk keseluruhan perlakuan masuk dalam kategori kondisi kerja ringan, dan berdasarkan perhitungan Recommended Weigth Limit.

3. Alfansuri dalam penelitian perancangan ulang sistem kerja pada pembuatan kotak surat dengan measurement time method.Penelitian ini melakukan pengukuran waktu kerja pada proses pembuatan kotak surat. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui proses pembuatan kotak surat, untuk mengetahui waktu pembuatan kotak surat sebelum perbaikan, menetukan waktu standar dalam proses pembuatan kotak surat. Hasil penelitian diketahui waktu pembuatan kotak surat sebelum dilakukan perbaikan adalah 2,57525 jam. Pembuatan kotak surat usulan waktu standarnya adalah 1,876917 jam. 4. Aileen Joyce Lim dalam penelitian pada perusahaan elektronik di Kanada.

Penelitian dilakukan pada Pengembangan Sistem Peta Proses (Production System Development Process). Sistem peta proses sebagai alat untuk mengidentifikasi peluang perbaikan proses dengan mengintegrasikan faktor manusia kedalam design sistem kerja. Hasil penelitian menyimpulkan peta proses sangat berguna dalam design sistem kerja secara ergonomi dan sebagai sarana untuk menghasilkan dan memproses ide-ide perbaikan.


(60)

BAB 3

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Aceh Rubber industry merupakan perusahaan Malaysia pada tahun 2009 yang bergerak dalam bidang pengolahan karet. Bahan baku perusahaan berasal dari perkebunan karet penduduk sekitar perusahaan yang dibeli sesuai dengan harga jual internasional. Hasil pengolahan karet berupa bale (produk) yang diekspor ke Singapur, Thailand, India, Cina.

PT. Aceh Rubber Industry memiliki lokasi kantor pemasaran dan pabrik yang berbeda. Kantor Pemasaran PT. Aceh Rubber Industry berada di Malaysia, sedangkan lokasi pabrik PT. Aceh Rubber Industry sendiri berada di Jalan Ahmad Yani no 100e, Kelurahan Gampong Jawa, Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa. Perusahaan beroperasi di sebuah area dengan luas sekitar kurang lebih 1 Hektar yang terdiri dari dua bangunan untuk bagian produksi dan kantor.

Perusahaan memiliki tenaga kerja sebanyak 50 orang dengan jam kerja sekitar 8 jam/hari tampa adanya shift kerja.

3.2. Bahan yang Digunakan 3.2.1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk. Bahan baku yang digunakan PT. Aceh Rubber Industry dalam memproduksi

bale adalah karet.

44


(61)

3.2.2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam memperlancar penyelesaian suatu produk dimana keberadaan bahan penolong ini tidak mengurangi nilai tambah produk yang dihasilkan tersebut, dan bahan penolong ini tidak terdapat pada produk akhir. Bahan penolong yang digunakan oleh PT. Aceh Rubber Industry adalah air. Air digunakan pada proses produksi yang bertujuan untuk menambah membersihkan karet dari kotoran.

3.2. Proses Produksi

Proses produksi adalah serangkaian kegiatan berupa cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau meningkatkan nilai tambah suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber daya berupa tenaga kerja, mesin, bahan baku dan modal yang ada.

Pada PT. Aceh Rubber Industry, jenis proses produksinya adalah proses produksi yang terus-menerus (continuous process). Perencanaan produksi pada perusahaan yang mempunyai proses produksi yang terus menerus, dilakukan berdasarkan ramalan penjualan. Hal ini karena kegiatan produksi tidak dilakukan berdasarkan pesanan akan tetapi untuk memenuhi pasar dan jumlah yang besar serta berulang-ulang dan telah mempunyai rancangan selama jangka waktu tertentu.

3.2.1. Uraian Proses Produksi

Proses produksi pada PT. Aceh Rubber Industry terdiri atas:


(62)

1. Pre Cleaning

2. Wet Proses

Pre cleaning dan wet process merupakan proses pencucian dan ekstruksi karet menjadi remahan atau butiran yang dilakukan secara otomatis. Pre cleaning

dan wet process dapat dilihat pada Gambar 3.1. dan Gambar 3.2. Gambar 3.1. Proses Pre Cleaning

Gambar 3.2. Wet Proses


(63)

3. Balling Press

Merupakan proses akhir dari produksi crumb rubber setelah karet dibentuk menjadi butiran.

Aktivitas balling press terdiri dari: a. Aktivitas dryer (pengeringan)

Rubber yang telah terbentuk menjadi crumb rubber (karet remah) dipanaskan selama 10 menit untuk menghasilkan bale(produk). Aktivitas dryer (pengeringan) dapat dilihat pada Gambar 3.3. dibawah.

b. Pembongkaran bale

Bale yang telah terbentuk dari hasil dryer ditunggu terlebih dahulu sampai agak dingin, kemudian dilakukan pembongkaran bale.Proses pembongkaran dapat dilihat pada Gambar 3.4 dibawah.

Gambar 3.3. Aktivitas Dryer


(1)

Operator 4

Faktor Kode 1 2 3 4

Belakang (back) A Hampir

netral

Berputar atau bengkok sedikit

Cenderung berputar/bengkok Frekuensi

pergerakan bagian belakang

B ≤ 3/menit Kira-kira 8/menit ≥ 12/ menit Statis

Tinggi tugas C

Pada/ setinggi pinggang

Setinggi dada Setinggi bahu

Gerakan

bahu/lengan D Sesekali

Reguler/ teratur

dengan jeda Hampir kontinu

Postur pergelangan tangan/tangan

E Hampir lurus Bengkok/berputar

Pergerakan

pergelangan F ≤ 10/menit 11-20/menit > 20/menit

Postur leher G Hampir

netral

Kadang-kadang bengkok/berputar

Bengkok/berputar secara berlebihan

Faktor Kode 1 2 3 4

Beban a 5 kg 6 – 10 kg 11 – 20 kg >20 kg

Durasi b < 2 jam 2 – 4 jam >4 jam

Kekuatan Tangan c < 1 kg 1- 4 kg ‘> 4 kg

Vibrasi d Tidak ada / kecil Sedang Tinggi

Visual e Tidak diperlukan Diperlukan

untuk melihat detail

Langkah f Tidak susah Kadang-kadang

susah

Lebih sering susah

Tingkat Stress g Tidak ada Kecil Sedang Tinggi

Tabel 2.5. Penilaian Observer QEC Untuk Operator 4 Sebelum Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at

Tabel 2.6.

Penilaian Pekerja

QEC

Untuk Operator 4

ak ak at


(2)

Faktor Kode 1 2 3 4

Belakang (back) A Hampir

netral

Berputar atau bengkok sedikit

Cenderung berputar/bengkok Frekuensi

pergerakan bagian belakang

B ≤ 3/menit Kira-kira 8/menit ≥ 12/ menit Statis

Tinggi tugas C

Pada/ setinggi pinggang

Setinggi dada Setinggi bahu

Gerakan

bahu/lengan D Sesekali

Reguler/ teratur

dengan jeda Hampir kontinu

Postur pergelangan tangan/tangan

E Hampir lurus Bengkok/berputar

Pergerakan

pergelangan F ≤ 10/menit 11-20/menit > 20/menit

Postur leher G Hampir

netral

Kadang-kadang bengkok/berputar

Bengkok/berputar secara berlebihan

Faktor Kode 1 2 3 4

Beban a 5 kg 6 – 10 kg 11 – 20 kg >20 kg

Durasi b < 2 jam 2 – 4 jam >4 jam

Kekuatan Tangan c < 1 kg 1- 4 kg ‘> 4 kg

Vibrasi d Tidak ada /

kecil

Sedang Tinggi

Visual e Tidak

diperlukan

Diperlukan untuk melihat detail

Langkah f Tidak susah Kadang-kadang

susah

Lebih sering susah

Tingkat Stress g Tidak ada Kecil Sedang Tinggi

Tabel 2.5. Penilaian Observer QEC Untuk Operator 5 Sebelum Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at

Tabel 2.6. Penilaian Pekerja QEC Untuk Operator 5 Sebelum Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at


(3)

Operator 6

Faktor Kode 1 2 3 4

Belakang (back) A Hampir

netral

Berputar atau bengkok sedikit

Cenderung berputar/bengkok Frekuensi

pergerakan bagian belakang

B ≤ 3/menit Kira-kira 8/menit ≥ 12/ menit Statis

Tinggi tugas C

Pada/ setinggi pinggang

Setinggi dada Setinggi bahu

Gerakan

bahu/lengan D Sesekali

Reguler/ teratur

dengan jeda Hampir kontinu

Postur pergelangan tangan/tangan

E Hampir lurus Bengkok/berputar

Pergerakan

pergelangan F ≤ 10/menit 11-20/menit > 20/menit

Postur leher G Hampir

netral

Kadang-kadang bengkok/berputar

Bengkok/berputar secara berlebihan

Faktor Kode 1 2 3 4

Beban a 5 kg 6 – 10 kg 11 – 20 kg >20 kg

Durasi b < 2 jam 2 – 4 jam >4 jam

Kekuatan Tangan c < 1 kg 1- 4 kg ‘> 4 kg

Vibrasi d Tidak ada / kecil Sedang Tinggi

Visual e Tidak diperlukan Diperlukan

untuk melihat detail

Langkah f Tidak susah Kadang-kadang

susah

Lebih sering susah

Tingkat Stress g Tidak ada Kecil Sedang Tinggi

Tabel 2.5. Penilaian Observer QEC Untuk Operator 6 Sebelum Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at

Tabel 2.6. Penilaian Pekerja QEC Untuk Operator 6 Sebelum Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at


(4)

Operator 2

Faktor Kode 1 2 3 4

Belakang (back) A Hampir netral Berputar atau bengkok sedikit

Cenderung berputar/bengkok Frekuensi pergerakan

bagian belakang B ≤ 3/menit Kira-kira 8/menit ≥ 12/ menit Statis

Tinggi tugas C Pada/ setinggi

pinggang Setinggi dada Setinggi bahu

Gerakan bahu/lengan D Sesekali Reguler/ teratur

dengan jeda Hampir kontinu Postur pergelangan

tangan/tangan E Hampir lurus Bengkok/berputar

Pergerakan

pergelangan F ≤ 10/menit 11-20/menit > 20/menit

Postur leher G Hampir netral Kadang-kadang

bengkok/berputar

Bengkok/berputar secara berlebihan

Faktor Kode 1 2 3 4

Beban a 5 kg 6 – 10 kg 11 – 20 kg >20 kg

Durasi b < 2 jam 2 – 4 jam >4 jam

Kekuatan Tangan c < 1 kg 1- 4 kg ‘> 4 kg

Vibrasi d Tidak ada / kecil Sedang Tinggi

Visual e Tidak diperlukan Diperlukan untuk

melihat detail

Langkah f Tidak susah Kadang-kadang

susah

Lebih sering susah

Tingkat Stress g Tidak ada Kecil Sedang Tinggi

Operator 3

Faktor Kode 1 2 3 4

Belakang (back) A Hampir netral Berputar atau bengkok sedikit

Cenderung berputar/bengkok Frekuensi pergerakan

bagian belakang B ≤ 3/menit Kira-kira 8/menit ≥ 12/ menit Statis

Tinggi tugas C Pada/ setinggi

pinggang Setinggi dada Setinggi bahu Gerakan bahu/lengan D Sesekali Reguler/ teratur dengan

jeda Hampir kontinu

Postur pergelangan

tangan/tangan E Hampir lurus Bengkok/berputar

Pergerakan pergelangan F ≤ 10/menit 11-20/menit > 20/menit

Postur leher G Hampir netral Kadang-kadang

bengkok/berputar

Bengkok/berputar secara berlebihan

Faktor Kode 1 2 3 4

Beban a 5 kg 6 – 10 kg 11 – 20 kg >20 kg

Durasi b < 2 jam 2 – 4 jam >4 jam

Kekuatan Tangan c < 1 kg 1- 4 kg ‘> 4 kg

Vibrasi d Tidak ada / kecil Sedang Tinggi

Visual e Tidak diperlukan Diperlukan untuk

melihat detail

Langkah f Tidak susah Kadang-kadang susah Lebih sering susah

Tingkat Stress g Tidak ada Kecil Sedang Tinggi

Tabel 2.5. Penilaian Observer QEC Untuk Operator 2 Setelah Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at

Tabel 2.6. Penilaian Pekerja QEC Untuk Operator 2 Setelah Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at

Tabel 2.5. Penilaian Observer QEC Untuk Operator 3 Setelah Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at

Tabel 2.6. Penilaian Pekerja QEC Untuk Operator 3 Setelah Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at


(5)

Operator 4

Faktor Kode 1 2 3 4

Belakang (back) A Hampir netral Berputar atau bengkok sedikit

Cenderung berputar/bengkok Frekuensi pergerakan

bagian belakang B ≤ 3/menit Kira-kira 8/menit ≥ 12/ menit Statis

Tinggi tugas C Pada/ setinggi

pinggang Setinggi dada Setinggi bahu Gerakan bahu/lengan D Sesekali Reguler/ teratur dengan

jeda Hampir kontinu

Postur pergelangan

tangan/tangan E Hampir lurus Bengkok/berputar

Pergerakan pergelangan F ≤ 10/menit 11-20/menit > 20/menit

Postur leher G Hampir netral Kadang-kadang

bengkok/berputar

Bengkok/berputar secara berlebihan

Faktor Kode 1 2 3 4

Beban a 5 kg 6 – 10 kg 11 – 20 kg >20 kg

Durasi b < 2 jam 2 – 4 jam >4 jam

Kekuatan Tangan c < 1 kg 1- 4 kg ‘> 4 kg

Vibrasi d Tidak ada / kecil Sedang Tinggi

Visual e Tidak diperlukan Diperlukan untuk

melihat detail

Langkah f Tidak susah Kadang-kadang

susah

Lebih sering susah

Tingkat Stress g Tidak ada Kecil Sedang Tinggi

Operator 5

Faktor Kode 1 2 3 4

Belakang (back) A Hampir netral Berputar atau bengkok sedikit

Cenderung berputar/bengkok Frekuensi pergerakan

bagian belakang B ≤ 3/menit Kira-kira 8/menit ≥ 12/ menit Statis

Tinggi tugas C Pada/ setinggi

pinggang Setinggi dada Setinggi bahu Gerakan bahu/lengan D Sesekali Reguler/ teratur dengan

jeda Hampir kontinu

Postur pergelangan

tangan/tangan E Hampir lurus Bengkok/berputar

Pergerakan pergelangan F ≤ 10/menit 11-20/menit > 20/menit

Postur leher G Hampir netral Kadang-kadang

bengkok/berputar

Bengkok/berputar secara berlebihan

Faktor Kode 1 2 3 4

Beban a 5 kg 6 – 10 kg 11 – 20 kg >20 kg Durasi b < 2 jam 2 – 4 jam >4 jam

Kekuatan Tangan c < 1 kg 1- 4 kg ‘> 4 kg Vibrasi d Tidak ada / kecil Sedang Tinggi Visual e Tidak diperlukan Diperlukan untuk

melihat detail Langkah f Tidak susah Kadang-kadang

susah

Lebih sering susah

Tingkat Stress g Tidak ada Kecil Sedang Tinggi Tabel 2.5. Penilaian Observer QEC Untuk Operator 4 Setelah Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at

Tabel 2.6. Penilaian Pekerja QEC Untuk Operator 4 Setelah Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at

Tabel 2.5. Penilaian Observer QEC Untuk Operator 5 Setelah Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at

Tabel 2.6. Penilaian Pekerja QEC Untuk Operator 5 Setelah Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at


(6)

Faktor Kode 1 2 3 4 Belakang (back) A Hampir netral Berputar atau

bengkok sedikit

Cenderung berputar/bengkok Frekuensi pergerakan

bagian belakang B ≤ 3/menit Kira-kira 8/menit ≥ 12/ menit Statis

Tinggi tugas C Pada/ setinggi pinggang Setinggi dada Setinggi bahu

Gerakan bahu/lengan D Sesekali Reguler/ teratur

dengan jeda Hampir kontinu Postur pergelangan

tangan/tangan E Hampir lurus Bengkok/berputar

Pergerakan

pergelangan F ≤ 10/menit 11-20/menit > 20/menit

Postur leher G Hampir netral Kadang-kadang

bengkok/berputar

Bengkok/berputar secara berlebihan

Faktor Kode 1 2 3 4

Beban a 5 kg 6 – 10 kg 11 – 20 kg >20 kg

Durasi b < 2 jam 2 – 4 jam >4 jam

Kekuatan Tangan c < 1 kg 1- 4 kg ‘> 4 kg

Vibrasi d Tidak ada / kecil Sedang Tinggi

Visual e Tidak diperlukan Diperlukan untuk

melihat detail

Langkah f Tidak susah Kadang-kadang susah Lebih sering susah

Tingkat Stress g Tidak ada Kecil Sedang Tinggi

Tabel 2.5. Penilaian Observer QEC Untuk Operator 6 Setelah Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at

Tabel 2.6. Penilaian Pekerja QEC Untuk Operator 6 Setelah Perancangan Ulang(Redesign)

ak ak at