KEANEKARAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA SERTA

KEANEKARAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA SERTA CARA MENYIKAPI
PERBEDAAN BUDAYA DI MASYARAKAT

A.
1.

KEANEKARAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA
Pengertian budaya
Budaya merupakan suatu hal yang di hasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang
akhirnya mengkrisatal atau mendarah daging.
Dalam perspektif antropologi “kebudayaan” adlah seluruh sistem gagasan tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang di jadikan milik dari manusia
dengan belajar. Dalam buku kebudayaan mentalitas dan pembangunan juga di sebutkan konsep
budaya dalam arti luas yaitu seluruh total pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak
berakar pada nalurinya, dan karena itu hanya di cetuskan oleh manusia yang sesudah suatu
proses belajar.

2.

Faktor-faktor Penyebab Keberagaman Budaya
Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di lebih dari 13 ribu

pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya yang berbeda-beda,
seperti bahasa yang berbeda, adat istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan, dan sebagainya.
keragaman kebudayaan lokal di Indonesia dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:

a.

Keragaman suku bangsa
Dari ilmu antropologi diketahui bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
Yunan, Cina Selatan.Antara tahun 3.000 – 500 SM Indonesia telah dihuni oleh penduduk migran
submongoloid dari Asia yang kemudian bercampur dengan penduduk indigenous/ pribumi dan

indo-arian dari Asia Selatan. Klasifikasi suku di Indonesia menurut Van Vollenhoven yang
membagi Indonesia ke dalam 19 daerah suku bangsan, yaitu:
Aceh
Gayo-alas dan Batak Nias dan Batu
Minangkabau Mentawi
Sumatera Selatan
Melayu
Dangka dan Belitung
Kalimantan

Minahasa Sangir-Talaud
Gorontalo
Toraja
Sulawesi Selatan
Ternate
Ambon Kepulauan Barat Daya
Irian
Timor
Bali dan Lombok
Jawa Tengah dan Jawa Timur
Surakarta dan Yogyakarta
Jawa Barat
b.

Keberagaman bahasa
Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia (Australia-Asia). Gorys Keraf
membagi rumpun bahasa ini ke dalam subrumpun:
1)

Bahasa-bahasa Austronesia Barat atau Bahasa-bahasa Indonesia Melayu yang meliputi:


Ø Bahasa-bahasa Hesperonesia (Indonesia Barat) yang meliputi: bahasa , Aceh, gayo, Batak,
Minangkabau, Melayu, Melayu Tengah, Lampung, Nias, Mentawai, Jawa, Sunda, Madura,
Dayak, Bali Sasak, Gorontalo, Toraja, Bugis-Makasar, Bima, Manggarai, Sumba, Sabu.

Ø Bahasa-bahasa Indonesia Timur yang meliputi: bahasa Timor-Ambon, Sula Bacan, Halmahera
Selatan-Irian Barat.
2)

Bahasa-bahasa Austronesia Timur atau Polinesia yang meliputi:

Ø Bahasa-bahasa Melanesia (Melanesia dan Pantai Timur Irian)
Melanesia (dari bahasa Yunani "pulau hitam") adalah sebuah wilayah yang memanjang
dari Pasifik barat sampai ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia.

Ø Bahasa-bahasa Heonesia (Bahasa Polinesia dan Mokronesia)
c.
Keberagaman religi
Indonesia memiliki keberagaman agama atau kepercayaan. Di Indonesia terdapat enam
agama yang diakui secara resmi oleh negara yaitu: Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan

Konghucu. Selain itu berkembang pula kepercayaan-kepercayaan lain di massyarakat. Sistem
religi dan upacar keagamaan sangat lambat untuk di ubah tidak seperti sistem teknologi dan
peralatan yang sangat cepat dapat berubah sesuai dengan kebutuhan manusia.
d.

Keberagaman seni dan budaya
Suku bangsa yang beragam di Indonesia tentu menghasilkan kebudayaan yang beragam
pula. Salah satu wujud itu adalah kesenian, baik seni sastra, seni tari, seni musik, seni drama,
seni rupa dan sebagainya.

3.

Manfaat Keberagaman Budaya
Keberagaman budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita. Dalam bidang bahasa,
kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya perbedaharaan
istilah dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, dalam bidang pariwisata, potensi keberagaman
budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa.

Pemikiran yang timbul dari sumber daya manusia di masing-masing daerah dapat pula dijadikan
acuan bagi pembangunan nasional.


4.

Masalah Akibat Keberagaman Budaya
Mengatur dan mengurus sejumlah orang yang sama ciri-ciri, kehendak, dan adat
istiadatnya tentunya lebih mudah daripada mengurus sejumlah orang yang semuanya berbedabeda mengenai hal-hal tersebut.
Gagasan yang menarik untuk diangkat mengatasi/ mengikis kesalah pahaman dan
membangun benteng saling pengertian adalah dengan multikulturalisme dan sikap toleransi serta
empati.
1) Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang
tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap realitas keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada
dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang
mereka anut.
Didalam multikulturalisme masyarakat diminta untuk melihat dan menyikapi perbedaan,
multikulturalisme juga mengajak masyarakat untuk melihat keragaman budaya dalam kacamata
kesederajatan maksudnya tidak ada budaya yang lebih tinggi daripada budaya lain. Didalam
multikulturalisme juga tidak boleh ada diskriminasi terhadap suatu komunitas suku bangsa
tertentu karena hal itu akan menjadi benih perpecahan dan konflik. Semua suku bangsa harus

diperlakukan sama dan dilibatkan dalam berbagai aspek kebangsaan baik sosial, politik, hukum,

maupun pertahanan dan keamanan. Hanya dengan cara demikian seluruh potensi suku bangsa
akan bahu-membahu membangun perdapan bangsanya yang lebih baik.
2) Toleransi dan empati
Sikap toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan
orang atau kelompok lain.
Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain.
toleran dan empati ini sangat penting ditumbuh kembangkan dalam kehidupan
masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia.
Cara pikir seperti ini akan membawa kita pada sikap dan tindakan untuk tidak
memperuncing perbedaan, tetapi mencari nilai-nilai universal yang dapat mempersatukan.
5.

Integrasi Nasional
Integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi
bisa terjadi secara horisontal dengan pihak yang sederajat, ataupun secara vertikal.
Pendapat para ahli mengenai integrasi nasional:
1.


Higgins

Memahami integrasi nasional dengan melihat proses penyatuan kelompok budaya dan
sosial pada satu kesatuan wilayah dan identitas nasional.
2.

Dr. Nazaruddin Sjamsuddin

Proses penyatuan suatu bangsa yang mencakup semua aspek kehidupannya, yaitu aspek
sosial, politik, ekonomi dan budaya.
3.

J. Soedjati Djiwandono

Cara bagaimana kelestarian persatuan nasional dalam arti luas dapat didamaikan dengan
hak menentukan nasib sendiri. Hak tersebut perlu dibatasi pada suatu taraf tertentu. Bila tidak,
persatuan nasional akan dibahayakan.
Faktor-faktor yang memengaruhi integrasi nasional:
1.


Homogenitas kelompok

Pada kelompok yang kecil biasanya tingkat kemajemukannya juga relatif kecil, sehingga
akan mempercepat proses integrasi nasional.
2.

Mobilitas geografis

Faktor geografis memengaruhi efektifitas dan efesiensi komunikasi. Komunikasi yang
berlangsung di dalam masyarakat akan mempercepat integrasi nasional.
Kata kunci dalam mencapai integrasi nasional adalah dengan menjaga keselarasan
antarbudaya.
Ø Peranan pemerintah
1.

Pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang dapat

mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
2.


Kemampuan desentralisasi pemerintah yang diwujudkan dalam agenda otonomi daerah.

3.

Keterbukaan dan demokratisasi yang bertumpu pada kesamaan hak dan kewajiban warga

negara.
Ø Peranan masyarakat
1.

Meminimalkan perbedaan yang ada dan berpijak pada kesamaan-kesamaan yang

oleh setiap budaya daerah.
2.

Meminimalkan setiap potensi konflik yang ada

dimiliki

B.


MENYIKAPI PERBEDAAN BUDAYA DI MASYARAKAT
menyikapi perbedaan bukanlah hal yang mudah dan bukan pula hal yang susah bila kita
mau berusaha. Perbedaan budaya adalah bukan pemicu pertengkaran dan perpisahan atau
perselisihan tapi perbedaan budaya sesungguhnya kekayaan bila kita mau berfikir positif.
Kesadaran budaya sangatlah di butuhkan dalam mengelola perbedaan-perbedaan budaya
yang ada. Hal ini di karenakan oleh seringnya perbedaan budaya yang menimbulkan konflikkonflik yang ada didalam masyarakat.masyarakat terkadang lupa pada dasarnya setiap
masyarakat memiliki pola dan corak kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Sehingga mereka
cenderung memperlakukan sama pada setiap bebtuk kebudayaan. Padahal budaya itu sendiri
berbebtuk sesuai dengan corak masyarakat yang bersangkutan.sikap seperti inilah sering kali
memicu kesalahpahaman yang berujung konflik etnis. Dengan kesadaran yang di terpkan
anggota masyarakt hendaknya integrasi sosial akan tetap terjaga.
Budaya yang berkembang di masyarakat sejak dahulu membuat masyarakat di
indonesiapada saat ini harus sadar bahwa mereka mempunyai budaya yang berbeda-beda dan
kaya. Dan masyarakat juga harus menyadari bahwa tidak selamanya budaya yang mereka miliki

itu baik, seperti budaya korupsi dan sebagainya.
Beberapa cara agar kita bisa menerima perbedaan budaya:
1. Sadar bahwa setiap manusia di ciptakan berbeda .
2.

Sadar bahwa semua manusia tidak bisa menentukan akan terlahir sebagai suku apa dan bangsa
3.
4.
1.

apa.
Menjadikan perbedaan sebagai kekayaan bukan kekurangan .
Membicarakan baik-baik jika ada perselisihan
Menyikapi perbedaan budaya di masyarakat berdasarkan ‘BHINNEKA TUNGGAL
IKA'
Banyaknya perbedaan kebudayaan dalam suku bangsa bisa menjadi sunber-sunber
untuk dapat menyebabkan terjadinya konflik antara suku-suku bangsa dan golongan pada
umumnya dalam negara-negara yang berkembang seperti negara Indonesia, ada paling sedikit
lima macam:

1.

Konflik bisa terjadi kalau warga dari dua suku-bangsa masing-masing bersaing dalam hal

mendapatkan lapangan mata pencaharian hidup yang sama.
2.

Konflik bisa terjadi kalau warga dari satu suku-bangsa mencoba memaksakan unsur-unsur

dari kebudayaannya kepada warga dari suatu suku-bangsa lain.
3.

Konflik yang sama dasrnya, tetapi lebih fanatik dalam wujudnya, bisa terjadi kalau warga

dari satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep agamanya terhadap warga dari
suku-bangsa lain yang berbeda agama.
4.

Konflik terang akan terjadi kalau satu suku-bangsa berusaha mendominasi suatu suku-

bangsa lain secara politis.
5.

Potensi konflik terpendam ada dalam hubungan antara suku-suku bangsa yang telah

bermusuhan secara adat.

Potensi untuk bersatu atau paling sedikit untuk bekerjasama tentu ada dalam tiap-tiap
hubungan antara suku bangsa dan golongan. Potensi itu ada dua, yaitu:

1.

Warga dari dua suku-bangsa yang berbeda dapat saling bekerjasama secara sosial-

ekonomis, kalu mereka masing-masing bisa mendapatkan lapangan-lapangan mata pencaharian
hidup yang berbeda-beda dan yang saling lenglap-melengkapi. Dalam keadaan saling butuhmembutuhkan itu, akan berkembang suatu hubungan , yang di dalam ilmu antropologi sering
disebut dengan hubungan simbiotik. Dalam hal itu sikap warga dari satu suku-bangsa terhadap
yang lain dijiwai oleh suasana toleransi.

2.

Warga dari dua suku-bangsa yang berbeda dapat juga hidup berdampingan tanpa konflik,

kalau ada orientasi ke arah suatu golongan ketiga, yang dapat menetralisasi hubungan antara
kedua suku-bangsa tadi.

Realitas suatu bangsa yang menunjukkan adanya kondisi keanekaragaman budaya,
mengarahkan pada pilihan untuk menganut asas multikulturalisme. Dalam asas multikulturalisme
ada kesadaran bahwa bangsa itu tidak tunggal, tetapi terdiri atas sekian banyak komponen yang
berbeda. Multikluturalisme menekankan prinsip tidak ada kebudayaan yang tinggi dan tidak ada
kebudayaan yang rendah di antara keragaman budaya tersebut. Semua kebudayaan pada
prinsipnya sama-sama ada dan karena itu harus diperlakukan dalam konteks duduk sama rendah
dan berdiri sama tinggi.
Asas itu pulalah yang diambil oleh Indonesia, yang kemudian dirumuskan dalam
semboyan yaitu “bhineka tunggal ika”.
“Bhinneka Tunggal Ika” merupakan alat pemersatu bangsa.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang mengungkapkan persatuan
dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang
beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki bahasa dan
tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga bendera
kebangsaan merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu di bawah
falsafah dan dasar negara Pancasila.
Realitas historis menunjukkan bahwa bangsa Indonesia berdiri tegak di antara keragaman
budaya yang ada. Salah satu contoh nyata yaitu dengan dipilihnya bahasa Melayu sebagai akar
bahasa persatuan yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia. Dengan kesadaran

yang tinggi semua komponen bangsa menyepakati sebuah konsensus bersama untuk menjadikan
bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang dapat mengatasi sekaligus menjembatani jalinan
antarkomponen bangsa.
Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh sukusuku bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga
memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya
yang berasaskan kekeluargaan.
Untuk dapat bersatu kita harus memiliki pedoman yang dapat menyeragamkan
pandangan kita dan tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan
terjadi persamaan langkah dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pedoman tersebut adalah
Pancasila, kita harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa di
Indonesia.
Membiasakan bersahabat dan saling membantu dengan sesama warga yang ada di
lingkungan kita, seperti gotong royong akan dapat memudahkan tercapainya persatuan dan
kesatuan bangsa. Bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan
sehati dalam kekuatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu
kesatuan wilayah.
Dalam pandangan Koentjaraningrat (1993:5) Indonesia dapat disebut sebagai negara
plural terlengkap di dunia di samping negara Amerika. Di Amerika dikenal semboyan et
pluribus unum, yang mirip dengan bhineka tunggal ika, yang berarti banyak namun hakikatnya
satu.
Semboyan Bhineka Tunggal Ika memang menjadi sangat penting ditengah beragamnya
adat dan budaya Indonesia. Menjadi barang percuma, apabila semboyan penuh makna tersebut

hanya menjadi pelengkap burung garuda penghias dinding. Bhineka Tunggal Ika bermakna
berbeda beda tetapi tetap satu jua, sebuah semboyan jitu yang terbukti berhasil menyatukan
bangsa dengan sejuta suku, bangsa yang kaya akan ideologi, menjadi sebuah bangsa yang utuh
dan merdeka.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kita harus benarbenar memahami maknanya. Negara kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa yang lain
yakni:

1. Dasar Negara Pancasila
2. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan
4. Lambang Negara Burung Garuda
5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
6. Lagu-lagu perjuangan

Masih banyak alat-alat pemersatu bangsa yang sengaja diciptakan agar persatuan dan
kesatuan bangsa tetap terjaga. Bisakah kamu menyebutkan yang lainnya? Persatuan dalam
keragaman memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam keragaman harus dipahami oleh
setiap warga masyarakat agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang
2. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab
3. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah

4. Pembangunan berjalan lancar

Adapun sikap yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan persatuan dalam keragaman
antara lain:

1. Tidak memandang rendah suku atau budaya yang lain
2. Tidak menganggap suku dan budayanya paling tinggi dan paling baik
3. Menerima keragaman suku bangsa dan budaya sebagai kekayaan bangsa yang tak ternilai
harganya.
4. Lebih mengutamakan negara dar ipada kepentingan daerah atau suku masing-masing. Kita
mesti bangga, memiliki suku dan budaya yang beragam. Keragaman suku dan budaya
merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Bangsa asing saja banyak yang berebut
belajar budaya daerah kita. Bahkan kita pun sempat kecolongan, budaya asli daerah kita diklaim
atau diakui sebagai budaya asli bangsa lain. Karya-karya putra daerah pun juga banyak yang
diklaim oleh bangsa lain.

2.

Menyikapi perbedaan budaya di masyarakat menurut pandangan Islam
Islam mengajarkan hubungan dan kerja sama dalam bidang-bidang ekonomi, politik,
maupun budaya tidak dilarang bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup
kebaikan.
Tuhan menciptakan manusia beraneka ragam bentuk fisik, warna kulit, bahasa, dan
budayanya. Jika perbedaan itu disikapi dengan positif maka akan bermanfaat sekali karena tiap
kelompok masyarakat memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada yang memiliki keramahan,
ketegasan, jiwa dagang dan lain-lain yang jika dikolaborasikan akan bermanfaat untuk

menciptakan kesejahteraan semua kelompok masyarakat. Sebagaimana firman Allah dalam surah
Al-Hujuran ayat 13 yang berbunyi:
‫كم إإ ي هنا ال يهنايس يأ هي يهها‬
‫خل هققهنـ ي‬
‫ل إتههعـهريفوا ق هوقههبآئإهل يشيعوبا ا هوهجهعل قهنـك يقم هوأ ين قهثى هذهكرر إيمن ه‬
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal.” (Al-Hujurat: 13)
Selanjutnya, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
‫حقمك يقم همقن إفي ال ي هسهماإء‬
‫حيموا همقن إفي ال قأ هقرإض ي هقر ه‬
‫اقر ه‬
Kasihilah orang-orang yang berada di atas bumi, niscaya Dia (Allah) yang berada di
atas langit akan mengasihi kamu. (HR. At-Tirmidzi, no. 1924)
Firman Allah dan Hadits Nabi Muhammad saw di atas kiranya telah memberi gambaran
kepada kita semua bahwa perbedaan bukanlah penyebab perpecahan, justru perbedaan itulah
yang mendorong manusia untuk saling bersatu.
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita dihadapkan dengan berbagai persoalan yang
menyangkut perbedaan budaya. Bagi yang menyikapi secara positif, maka ia akan menemukan
ketentraman dalam hidupnya. Tetapi, bagi yang menyikapi secara negatif, maka pastilah akan
terjadi perpecahan bahkan bisa mengakibatkan pertumpahan darah.
Dalam kehidupan bermasyarakat agar tercipta persatuan dan kesatuan, maka integrasi
perlu ditegakkan. Dalam kajian ilmu sosiologi, ada dua bentuk integrasi.

1.

Asimilasi (assimilation)
Asimilasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau

kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan
tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan
tujuan-tujuan bersama.

2.

Akulturasi (acculturation)

Akulturasi dapat didefinisikan sebagai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok
manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat
laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Sebagai seorang muslim dan sebagai seorang yang hidup di lingkungan masyarakat yang
memiliki budaya yang berbeda dengan yang lainnya, agar asimilasi dan akulturasi budaya
tersebut berjalan dengan baik untuk menciptakan integrasi sosial, sebagaimana yang difirmankan
Allah SWT di atas, maka ada sikap yang harus kita pelihara dan kembangkan. Sikap tersebut
adalah sikap kritis, toleransi, dan empati terhadap hubungan keanekaragaman dan perubahan
sosial. Sikap kritis yang harus dikembangkan dalam masyarakat yang beranekaragam itu seperti:
1.

Mengembangkan sikap saling menghargai terhadap norma-norma yang berbeda dalam suatu

2.
3.
4.
5.
6.

masyarakat
Meningkatkan sikap primordialisme
Menegakkan supermasi hukum
Mengembangkan rasa nasionalisme penghayatan wawasan berbangsa dan bernegara
Menyelesaikan konflik dengan cara akomodatif (media kompromi adjudukasi)
Mengembangkan kesadaran sosial dan menyadari peranan individu terutama para pemegang
kekuasaan.

Tolerasi

merupakan

sikap

menghargai

perbedaan

orang

lain.

Sedangkan

Empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasikan
dirinya dengan perasaan, pikiran orang lain.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
bahkan di anjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan. Budaya
merupakan suatu hal yang dihasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya
mengkristal atau mendarah daging.
Faktor penyebab keberagaman budaya yaitu keragaman suku bangsa,
keragaman bahasa, dan keragaman religi. Indonesia memilki keberagaman agama terdapat enam
agama di indonesia yaitu: islam, katolik, protestan, hindu, budha, dan konghucu.
Untuk menyikapi perbedaan budaya di masyarakat bukanlah hal yang mudah
dan bukan pula hal yang sulit. Kesadaran budaya sangatlah di butuhkan dalam mengelola
perbedaan-perbedaan budaya yang ada.
Semboyan ‘BHINNEKA TUNGGAL IKA’ merupakan semboyan bangsa kita
yang mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang berasal dari keanekaragaman. Walaupun kita
terdiri atas berbagai suku dan beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa
indonesia, memiliki bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa indonesia dan tanah air
indonesia.
Islam juga tidak ada perbedaan, islam juga mengajarkan hubungan kerja sama
dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang.

DAFTAR PUSTAKA

Koentajaningrat. 2004, Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia, Jakarta : Jembatan
Koentajaningrat. 2009, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta
Soekarno, Soerjono. 1996, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo
http// Sosiologi Budaya.wordpres.com
Koentaja Ningrat. 2000, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta

Abad ke- 21 telah kita lalui hampir 8 tahun, kehidupan manusia di zaman teknologi ini
bergerak dengan cepat. Semua bergerak dinamis dan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan masyarakat. Karenanya, pergerakan ini menuntut perubahan-perubahan yang
revolusioner dalam segala bidang. Dan seringkali kita mengalami kesulitan yang nyata dalam
beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut.
Disadari ataupun tidak, manusia adalah mahluk yang selalu melahirkan budaya dalam
setiap nafasnya. Budaya menjadi bagian dari kehidupannya, sekaligus sistem nilai yang
mempengaruhi hidupnya. Dan seiring dengan perubahan-perubahan zaman yang cepat menuntut
sistem nilai untuk mengikuti, untuk turus berubah seiring dengan peralihan zaman.
Komunikasi dalam hal ini media massa, yang berkembang cepat di abad ke-20,
memegang peranan yang besar dalam perubahan ini. menakjubkan sekali bagaimana komunikasi
massa dapat mentransfer informasi, pesan-pesan, sistem nilai, norma-norma sosial, budaya,
pemikiran dan sebagainya secara cepat ke dalam rungan dan pikiran masyarakat saat ini.
Seolah-olah komunikasi dalam hal ini media massa telah menghapuskan batas-batas
teritorial negara dan berusaha menjadikan masyarakat dunia saat ini sebagai masyarakat global,
yang berpikiran sama, bersistem nilai sama, berprinsip sama pula.
Karena media massa sebuah budaya dapat tumbuh dan berkembang. Juga karena media massa
sebuah budaya dapat mati terlindas eksistensi budaya lain. Sebuah budaya yang dipopulerkan
oleh media massa, kemungkinan besar akan dicintai oleh khalayaknya, sebaliknya budaya yang
tidak dipopulerkan media massa akan ditinggalkan untuk kemudian punah.
Hal ini kiranya yang sedang dialami budaya daerah-daerah di Indonesia pada umumnya:
ditinggalkan dan dilupakan masyarakatnya sendiri. Mungkinkah hal ini disebabkan oleh
kemampuan adaptasi budaya daerah-daerah yang telah ada sejak beratus tahun lalu ini yang
rendah?

Budaya yang telah menjadi sistem nilai masyarakat Indonesia selama ini tampaknya statis dan
tidak relevan lagi. Sementara budaya-budaya lain kian bermunculan dan mengisi ruang-ruang
kosong kebutuhan masyarakat saat ini lewat media massa. Dan lewat media massa pula budayabudaya lain yang dinamis dan sesuai dengan kebutuhan manusia itu hadir lebih dekat dan lebih
lekat kepada kehidupan masyarakat saat ini dan dijadikan sistem nilai baru yang dianggap sesuai
dengan tuntutan zaman.

Hakikat Kebudayaan
Kebudayaan yang hidup dalam suatu daerah tertentu terus tumbuh dan berkembang di
tengah-tengah masyarakatnya. Budaya tersebut membentuk dan dibentuk oleh pendukungnya
selama kurun waktu berabad-abad sehingga terkristalisasi dan terekam dalam pikiran serta
prilaku pada tata kehidupan masyarakatnya, dan mereka mengembangkan suatu sistem nilai yang
secara operasional terlihat dalam berbagai interaksinya. Oleh karena itu, budaya dalam arti luas
adalah sistem nilai yang dianut oleh sebagian besar anggotanya dalam masyarakat tertentu dalam
menyingkapi dan menjalani berbagai segi kehidupan.
Dengan demikian, masyarakat bagaimana laju pertumbuhan dan perkembangan suatu
masyarakat akan tergantung pada seberapa jauh wawasan dan jangkauan sistem nilai tersebut
dapat berfungsi sebagai acuan dan panduan yang diandalkan, seberapa luas cakupan dan sebaran
sistem nilai tersebut dalam berbagai aspek kehidupan, seberapa tinggi relevansi sistem nilai
tersebut mengikuti perkembangan zaman, seberapa dalam penghayatan para anggotanya atas
sistem nilai tersebut, dan seberapa besar kepedulian masyarakat membina dan mengembangkan
sistem nilai tersebut secara terarah dan terencana.
Meskipun manusia adalah pencipta kebudayaan, namun sebaliknya manusia dalam
pertumbuhan dan perkembangannya juga ditentukan oleh kebudayaan. Kualitas hubungan timbal
balik ini merupakan tolok ukur suatu masyarakat kebudayaan.
Kebudayaan daerah yang sering disebut dengan kebudayaan etnis dalam tatanan
melinium baru merupakan semacam peta bagi Indonesia untuk menemukan sains, teknologi,
estetika, dan etika bagi berbagai wilayah multikultural. Selain sebagai dasar dialog multikultural
guna memenuhi distribusi sosial dan ekonomi Indonesia dalam tatanan globalisasi, kebudayaan
ini juga merupakan landasan menentukan arah dan panduan pemecahan masalah, baik pada
tingkat daerah maupun nasional.

Banyak aspek nilai dan pengetahuan yang terdapat pada budaya masyarakat tradisional
yang relevansinya cukup signifikan dengan kehidupan modern dalam era globalisasi yang tengah
berlangsung dewasa ini. nilai-nilai budaya tersebut pada dasarnya dapat dikaji dan diabstraksi
melalui bidang-bidang kehidupan yang berkaitan dengan religi dan kepercayaan, moral dan
etika, estetika, konsep tentang alam semesta, falsafah tentang kehidupan manusia dengan alam,
sistem sosial kemasyarakatan, kepemimpinan, adat istiadat, sistem keturunan dan kekerabatan,
tata kelompok, tata rumah tangga dan kehidupan keluarga, etos kerja, sistem pendidikan, konsep
tentang hukum dan hukuman, harga diri, karya sastra, karya seni, dan lain-lain. Nilai-nilai
budaya ini terutama berkenaan dengan konsep dasar yang bernilai tinggi berperan dan berpotensi
untuk dikembangkan dan diberdayakan dalam mengantisipasi berbagai krisis yang sedang
dihadapi saat ini.
Pada dasarnya, kebudayaan berubah seirama dengan perubahan hidup masyarakat.
Perubahan tersebut dapat berasal dari pengalaman baru, pengetahuan baru, teknologi baru, dan
akibat dari penyesuaian cara hidup baru serta kebiasaan pada situasi baru. Sikap mental dan nilai

budaya turut dikembangkan guna tumbuhnya keseimbangan dan integrasi baru. Tidak semua
perubahan itu suatu kemajuan, karena perubahan tidak jarang disertai timbulnya krisis, konflik,
pergeseran nilai-nilai lama, dan pada suatu ketika terjadilah pengingkaran terhadap hasil budaya
yang telah dibangun sekian lama, atau sebaliknya akan lebih memperkaya warisan budaya dan
peningkatan terhadap nilai-nilai yang ada.
Perubahan dalam masyarakat berharga adalah apabila ketahanan budaya dan nilai-nilai
objektifnya selalu sanggup memperbaharui diri. Dalam proses pembaharuan dengan perubahan
tersebut sikap mental dan ketahanan budaya berperan positif untuk menjaga keseimbangan
antara kesinambungan sistem nilai yang disepakati dengan unsur perubahan menuju kemajuan.
Inilah yang secara umum harus dianggap sebagai muatan konsep dasar kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan Nasional dan Tantangan yang Dihadapi: Kebebasan Media Massa
Aspek kebebasan pada media massa di Indonesia yang mengalami pergeseran ke arah
liberal beberapa tahun belakangan ini merupakan kebebasan yang terdiri dua jenis yaitu:
Kebebasan Negatif dan Kebebasan Positif.

Kebebasan negatif merupakan kebebasan yang berkaitan dengan masyarakat dimana
media massa itu hidup. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dari interferensi pihak luar
organisasi media massa yang berusaha mengendalikan, membatasi atau mengarahkan media
massa tersebut.
Kebebasan yang positif adalah kebebasan yang dimiliki media massa secara organisasi
dalam menentukan isi media, berkaitan dengan pengendalian yang dijalankan oleh para pemilik
media dan manajer media terhadap para produser, penyunting serta kontrol yang dikenakan oleh
para penyunting terhadap karyawannya. Singkatnya kebebasan ini berhubungan dengan
kemerdekaan pers dalam hal penentuan editorial, kebebasan pers internal dan kebebasan pers
berkreasi bagi para produser media tersebut.
Kedua jenis kebebasan tersebut, bila melihat kondisi media massa Indonesia saat ini pada
dasarnya bisa dikatakan telah diperoleh oleh media massa kita. Memang kebebasan yang
diperoleh pada kenyataannya tidak bersifat mutlak, dalam arti media massa memiliki kebebasan
positif dan kebebasan negatif yang kadarnya kadang-kadang tinggi atau bisa dikatakan bebas
yang bebas-sebebasnya tanpa kontrol sedikitpun.
Dalam sistem pers yang bebas sekalipun kontrol atau pembatasan dari pihak pemerintah
atau undang-undang selalu ada. Hal ini bisa dilihat pada regulasi di Amerika Serikat sekalipun
yang menganut pers liberal regulasi tetap ada.
Semua pandangan menyangkut kebebasan media massa itu tidak menjamin akan adanya
iklim ideal yang tanpa tekanan atau kontrol apapun, tetapi dapat memberikan harapan bahwa
media massa akan mampu melakukan berbagai upaya untuk menciptakan dan memelihara
suasana independent, serta mencegah masuknya kekuatan eksternal untuk memaksakan kontrol,

persekutuan dengan kelompok yang mementingkan diri sendiri yang dapat mengganggu iklim
kebebasan pers.
Kebebasan pers yang didapatkan hendaknya memberikan manfaat nyata bagi masyarakat
dan khalayak media massa, tidak hanya sekedar ajang untuk membebaskan media massa dan
para pemiliknya dari kewajiban memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat.
Telah menjadi rahasia umum bahwa media massa sekarang ini secara langsung maupun
tidak langsung telah menjadi perantara penetrasi budaya asing. Media massa cenderung
mengusung budaya massa atau budaya populer yang berorientasi pada industri massal dan
berkiblat pada budaya Barat. Prof, Soejoko menyatakan bahwa budaya massa merupakan
budaya yang dibuat untuk tujuan konsumersime, karena itu, budaya ini dibuat asal jadi, asal
menghibur, asal menghasilkan uang sebanyak-banyaknya.

Khalayak seolah-olah tidak lagi memperdulikan falsafah-falsafah hidup yang terdapat
dalam sebuah kebudayaan (terutama kebudayaan daerah), dan digiring untuk menikmati hasil
produksi budaya baru yang hanya berorientai pada kesenangan semata. Disinilah nilai budaya
daerah atau nasional diuji eksistensinya dan ketahanannya menghadapi penetrasi pengaruh
budaya asing yang tidak bisa ditahan-tahan agi.
Sebenarnya lunturnya nilai-nilai budaya nasional dalam kehidupan masyarakat bukanlah
sebuah isyu baru. Jauh-jauh hari, masyarakat Indonesia telah diperingatkan akan penetrasi
budaya asing ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memulihkan kebanggaan masyarakat
Indonesia terhadap budaya nasional, namun sepertinya hingga saat ini kekuatan budaya asing
masih sulit dihadang. Terutama bila hal ini menyangkut ada atau tidaknya nilai ekonomis dalam
suatu budaya, karena budaya nasional sudah mulai kehilangan pasar dan kurang memiliki nilai
jual secara ekonomis dalam masyarakat.
Yang patut disayangkan adalah media massa cenderung melupakan tanggungjawab
terhadap budaya bangsa dan lebih mementingkan kepentingan industri dan konsumerisme.
Padahal potensi media massa lah besar dalam mendorong budaya nasional untuk bangkit.
Peranan Media Massa dalam Kesadaran Pelestarikan Budaya Nasional
Media massa tanpa kita sadar telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita.
Dengan kemampuannya media massa telah menembus batas-batas ruang dan berada dimanamana (omnipresent), membuat media massa memiliki potensi yang besar dalam menyebarkan
pengaruh-pengaruh yang dibawanya, baik yang bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu,
selain dapat menjadi hambatan budaya nasional untuk berkembang, media massa juga menjadi
alat yang potensial untuk melestarikan budaya nasional yaitu dengan cara menanamkan nilainilai budaya pada masyarakat melalui isi pesan yang dibawanya.

Media massa dalam aktifitasnya dapat berfungsi sebagai penyedia tempat bagi budaya
nasional untuk kembali diapresiasi oleh khalayaknya. Budaya daerah yang tadinya telah atau
hampir kehilangan tempat di hati masyarakatnya, kembali menemukan tempat apresiasinya di
media massa. Sebagai contoh, pagelaran wayang golek atau wayang kulit yang sarat dengan
makna yang digelar di pesta-pesta adat Sunda maupun Jawa, kini harus bersaing dengan orkes
dangdut, organ tunggal yang lebih meriah dan atraktif sekalipun pada aspek lain murah meriah,
miskin makna dan sarat dengan pesan-pesan erotisme. Disini tempat aspirasi wayang terbatas,
semakin terancam dengan budaya lain yangg lebih disukai masyarakat. Namun pada saat ini
wayang golek dan wayang kulit kembali menemukan tempat aspirasinya di media massa televisi
dan radio lewat program-programnya. Acara features seperti yang ditayangkan TVRI, Indosiar
TPI, Metro TV, Bandung TV, S TV, dan statsiun televisi lainnya menampilkan sisi lain yang
eksotis dari suatu budaya. Media cetak pun turut berperan dalam hal ini dengan menyajikan
informasi seputar budaya daerah seperti yang dilakukan Harian Umum Pikiran Rakyat, Mangle,
media lokal lainnya.
Melalui tayangan-tayangannya media massa dapat pula melakukan perubahan-perubahan
terhadap suatu budaya, tapi tidak sampai mengubah inti dari budaya tersebut. Hal ini dilakukan
melalui program-program yang telah mengalami modifikasi seperti Ketorak Humor, Inohong di
Bojong Rangkong ataupun Lenong Rumpi, Lenong Bojah ataupun drama radio yang
mengetengahkan tema kehidupan dengan latar belakang budaya nasional. Hal lain yang dapat
dilakukan, misalnya menayangkan acara masak-memasak hidangan nusantara yang
menghidangkan sajian khas daerah yang telah dimodifikasi bahan maupun rasanya. Diharapkan
melalui cara-cara ini kelestarian budaya nasional dapat tetap dipertahankan.
Media massa dapat juga mengingkatkan kesadaran masyarakat untuk kembali mengempati kepeduliannya terhadap budaya nasional dengan cara menyajikan artikel-artikel dan
informasi, yang isinya menghimbau masyarakat agar tidak melupakan akar budaya daerah
masing-masing.
Masih banyak lagi yang dapat dilakukan oleh media massa untuk meningkatkan
kesadaran akan kebudayaan nasionalnya. Acara-acara off air-pun dapat dilakukan oleh media
massa dengan melakukan peliputan terhadap kegiatan-kegiatan saresehan. Seminar, maupun
pagelaran-pagelaran budaya yang disponsori langsung oleh media massa. Dengan cara ini,
khalayak dapat lebih merasakan manfaat yang diberikan dari kegiatan ini.

Penutup
Media massa mempunyai potensi yang besar dalam penyebaran pesan dan pengaruh
kepada masyarakat. Dengan maraknya budaya massa yang ditawarkan oleh media massa, serta
bergesernya nilai-nilai kemasyarakatan, eksistensi kebudayaan nasional seperti berada di ujung
tanduk. Kebudayaan yang telah lama diciptakan dan menjadi acuan dan tuntunan hidup
masyarakat kini hampir punah dan lepas dari perhatian masyarakat pendukung budaya tersebut.
Sayangnya, media massa saat ini lebih cenderung mementingkan komersialisme dan
industrialisme, sehingga aktifitas media massa tidak lain hanyalah upaya untuk mendapatkan
uang sebanyak-banyaknya. Sementara disisi lain, budaya daerah sebagai pendukung budaya
nasional yang sudah tidak dilirik lagi oleh masyarakatnya kurang mempunyai nilai ekonomis dan
bisnis.
Dengan kebebasan yang didapatkannya sekarang ini menjadikan kontrol pemerintah
terhadap media massa seakan hilang begitu saja. Media massa bebas menentukan acara apa yang
ingin ditampilan tidak peduli apakah itu membahayakan eksistensi dan nilai moral kebudayaan
masyarakat selama itu disukai oleh khalayaknya dan mendatangkan keuntungan finansial yang
sebanyak-banyaknya maka media massa akan menayangkannya.
Selain menjadi tantangan bagi kelangsungan hidup kebudayaan nasional, media massa
juga melakukkan hal-hal yang mendukung perkembangan kebudayaan nasional. Bila hal ini
dilakukan untuk mendukung perkembangan kebudayaan nasional dan meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya kebudayaan nasional yang selama ini telah menjadi acuan dan
tuntunan kehidupan masyarakat, maka media massa patut mendapat apresiasi dan acungan
jempol serta dihargai setinggi-tingginya.
Dan kita sebagai anggota masyarakatpun harus menyambut gembira dan turut mendukung
pelestarian budaya nasional dengan sebaik yang kita bisa lakukan.
Sumber Rujukan
Abdullah, Irwan, 2001, Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan, Tarawang Press, Yogyakarta

DeFleur, Melvin, Everette E. Dennis, 1985, Understanding Mass Communication, Houghton
Mifflin Company, Boston.
Effendy, U Onong, 2005, Komunikasi dan Modernisasi, Mandar Maju, Bandung.
Liliweri, Alo, 1991, Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat, Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Keith Tester, 2002, Media, Budaya dan Moralitas, Kanisius, Yogyakarta.

Siregar, Ashadi, 1997, Budaya Massa (Catatan Konseptual Tentang Produk Budaya Dan
Hiburan Massa), dalam Jurnal ISKI Vol. 1
Soemandoyo, Priyo, 1999, Wacana Gender dan Layar Televisi, LP3Y, Yogyakarta.
Winarso, Puji Heru, 2005, Sosiologi Komunikasi Massa, Prestasi Pustaka, Jakarta

PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN NILAI- NILAI SOSIAL
BUDAYA
MASYARAKAT
SUNDA*
Oleh:
(Universitas

Taufik

Ampera,

Drs.,

M.

Hum.
Padjadjaran)

1.
PENGANTAR
Tidak dapat dipungkiri bahwa pesatnya pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat, yang diiringi dengan persebaran nilai-nilai baru serta ilmu pengetahuan dan
teknologi maju, menyebabkan nilai-nilai tradisi terdesak atau terdegradasi, tidak dipatuhi atau
tidak dikembangkan lagi, baik oleh pendukungnya, maupun oleh orang lain di luar komunitas itu.
Gejalan lain, ketika masyarakat pendukung tradisi patuh mendukungnya, namun ternyata
mendapat tantangan dari luar, seperti tidak adanya pengakuan dan penghormatan terhadap tradisi
lokal.
Hal
tersebut,
tentunya
akan
memudahkan
konflik
sosial.
Agar hal itu tidak terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, maka penghayatan terhadap nilai-nilia
budaya mutlak dilakukan, karena nilai-nilai tersebut menjadi ciri identitas masyarakat, yang
berkaitan erat dengan otentisitas perilaku atau visi hidup masyarakat pendukung budaya lokal
tersebut. Pentingnya memahami ‘nilai-nilai budaya’ sebagai energi sosial yang mendorong
kreativitas dan inovasi masyarakat, akan membentuk kinerja politik, ekonomi, penegakan
hukum, pendidikan dan sosial suatu bangsa ke arah yang lebih baik.
*Disampaikan pada Rakor Pokja Adat-istiadat dan Nilai-nilai Sosial Budaya Masyarakat Tingkat

Kabupaten

Bandung,

22

Nopember

2010.

2.
PENGERTIAN
2.1
ADAT-ISTIADAT
Istilah
adat
dalam
budaya
Sunda;
1. Arti “urf”, sesuatu yang dikenal, diketahui dan diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan
pada
masyarakat.
2. Kebiasaan yang bersifat seremonial, upacara yang berhubungan dengan kepercayaan lama dan
penuh
simbol.
3.
Berarti
“tabi’at”,
sifat
pembawaan
sejak
lahir,
bersifat
kodrati.
4.
Berarti
sopan-santun
pergaulan.
Adat-istiadat adalah berbagai adat kebiasaan yang terus berlaku pada masyarakat.
2.2
NILAI
SOSIAL
BUDAYA
MASYARAKAT
Nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, yang dianggap baik atau buruk berdasarkan
kebudayaan setempat. Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau
tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang
lain
terdapat
perbedaan
tata
nilai.
3.
BUDAYA
MASYARAKAT
KAMPUNG
ADAT
DI
BANDUNG
3.1
LOCAL
KNOWLEDGE
MASYARAKAT
CIKONDANG
Pengetahuan lokal yang dimaksud; sebagian nasi tumpeng yang dihidangkan pada upacara
tradisional, dikeringkan kemudian disangray lalu diseduh dan didinginkan kemudian disiramkan
pada tanaman yang berhama. Selain itu, dapat pula dijadikan sebagai obat sakit perut.
Untuk menghilangkan hama, masyarakat menggunakan cara lain, yaitu dengan menutup hama
yang menempel pada tanaman dengan daun pisang manggala yang dipakai bungkus atau alas
sesajen.
3.2
TRADISI
LOKAL
WUKU TAUN; diperingati tiap tahun pada tanggal 1 s.d 15 Muharam wujud rasa syukur selesai
panen.
Simbol-simbol
pada
sesaji;
1. Opak beureum dan opak bodas; merah putih melambangkan berani karena benar, takut karena
salah. Diharapkan agar manusia selalu bersih dalam berbuat, berucap, dan berniat.
2. Hayam bodas, hayam hideung, hayam hawuk; warna putih bermakna manusia harus bersih
dan suci; warna hitam bermakna agar manusia selalu berinisiatif untuk berkarya dengan
kesadaran;
warna
abu-abu
bermakna
cikal
bakal
manusia.
3. Daun pisang manggala; bermakna bahwa manusia harus memiliki karakter kuat dan berjiwa
lapang
dada.
3.3
POLA
PEMUKIMAN
Rumah tempat tinggal masyarakat dibangun berkelompok di lereng bukit. Di level paling tinggi,
sebelah selatan pemukiman penduduk, terdapat bumi adat (dengan kelengkapannya leuit, kolam,
tampian dan jamban serta saung lisung). Bagian bumi adat lainnya adalah hutan keramat. Pohonpohon yang tumbuh di dalam hutan keramat tidak boleh ditebang sembarangan. Hanya jika ada
wangsit, pohon tersebut boleh ditebang dan dipergunakan untuk membuat atau memperbaiki

rumah adat. Hal ini erat kaitannya dengan pengetahuan lokal dan tabu yang masih dianut oleh
masyarakat.
4.
UPAYA
PELESTARIAN
DAN
PENGEMBANGAN
1. Revitalisasasi ‘dihidupkan lagi dan didorong agar tumbuh dan berkembang’;
2. Reaktualisasi ‘dihidupkan kembali dengan ‘miindung ka waktu mibapa ka jaman’;
3.
Revisi
‘disesuaikan
dari
tujuan
semula’;
4.
Restrukturisasi
‘dimodifikasi
agar
sesuai
dengan
jamannya’;
5.
Fill
In
‘diisi
dengan
nilai-nilai
baru’;
6.
Inovasi
‘adanya
kreativitas
budayawan
agar
lebih
menarik’;
7.
Kreasi
‘membuat
kreasi
baru
yang
sesuai
dengan
daerahnya’;
8.
Delete
‘adanya
penghapusan
nilai-nilai
yang
tidak
sesuai’
REVITALISASI;
LUMBUNG
MINI
MASYARAKAT
Budaya Jimpitan; jimpitan merupakan salah satu bentuk gotong royong masyarakat pedesaan.
Tradisi beras jimpitan atau lumbung mini mungkin kini hampir tidak pernah terdengar lagi.
Padahal, tradisi beras jimpitan ini memiliki multi fungsi bagi ketahanan pangan keluarga
sekaligus bisa menjadi ketahanan ekonomi bagi bangsa. Kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini
memang paling tidak mengajarkan spirit menabung dalam artian tidak menabung uang,
melainkan menyisihkan sejumput beras untuk ditabung guna keperluan keluarga, kelompok dan
komunitas
suatu
masyarakat
menjaga
ketahanan
pangannya.
REVISI
UNGKAPAN
SUNDA
Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Pada
umumnya karakter masyarakat Sunda; ramah tamah (someah), murah senyum, lemah lembut,
dan sangat menghormati orang tua. Jika dilihat dari filosofinya, “Someah hade ka semah”
merupakan local wisdom dari tatar Sunda. Ini berarti bahwa urang Sunda harus ramah pada
tetamunya. Agar tidak “Jati kasilih ku junti”, maka “Someah hade ka semah” diterapkan kepada
semah nu hade (pendatang yang berperilaku baik); “Someah hade ka semah anu hade”.
INOVASI
WAYANG
GOLEK
Asep Sunandar Sunarya mengkombinasikan wayangnya berdasarkan aspek sandiwara dan
remediasi. Juga menirukan gerakan-gerakan kartun amerika dan film silat dari Hongkong. Begitu
pula dalam iringan musiknya, banyak menampilkan berbagai unsur musik diantaranya dangdut.
Gaya inovatif Asep dianggap revolusi wayang pada tahun 1980-an dan merupakan kebangkitan
wayang. Selain inovasi gerakan dan musik wayang, Asep terkenal dengan kreativitasnya
terhadap
tokoh
cepot.
PENGHAPUSAN
NILAI
YANG
TIDAK
SESUAI
Sebuah tawaran terhadap babasan “Awewe dulang tinande” (awewe mah biasana kumaha
kahayang lalaki). Ungkapan tersebut Tidak aktual lagi bila dikaitkan dengan gerakan emansipasi
wanita
dan
feminisme.

5.

PENUTUP

Dengan terjadinya transformasi sosial budaya akibat derasnya globalisasi, diperlukan adanya
pemaknaan terhadap nilai dan pesan-pesan moral yang terkandung dalam keseluruhan budaya.
Nilai-nilai budaya, tidak dapat diragukan lagi dapat berpengaruh besar terhadap kehidupan
aktivitas
masyarakat.
Disampaikan pada Rakor Pokja Adat-istiadat dan Nilai-nilai Sosial Budaya Masyarakat
Tingkat Kabupaten Bandung, 22 Nopember 2010.

#TipsTrik – 4 Cara Melestarikan Budaya


#HotNews



#TipsTrik



featured

Dec 13, 2013
0 40510

Masih inget gak sama kasus Batik dan Reog yang diklaim sebagai budaya dari negara tetangga?
Nah itu baru dua kebudayaan milik Indonesia. Tau gak sih kalo Indonesia itu negara besar dan
kaya akan keanekaragaman budaya? Faktanya Indonesia punya 17.000 pulau yang dihuni oleh
300 suku bangsa dan adat istiadat yang berbeda. Makanya kan semboyan Indonesia “Bhineka
Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Saking banyaknya kebudayaan yang
kita punya sampe kadang kita gak sadar kalo kebudayaan kita ‘dicuri’ sama pihak-pihak nakal.
Coba deh siapa dari kita yang kalo pacaranya direbut orang lain bakal marah, sedih, atau galau?
Yes kebanyakan kita pasti bakal ngalami perasaan kayak yang udah disebutin. Terus kalo
kebudayaan kita direbut negara lain apa kita bakal ngerasain hal yang sama? Marah, kesal, atau
malah cuek bebek?
Untuk menghindari ‘pencurian’ kebudayaan ini, kita sebagai pemuda Indonesia wajib ngejaga
dan lestariin kekayaan budaya negara kita sendiri. Berikut ini cara atau upaya yang dapat kita
lakukan untuk melestarikan budaya Indonesia.

1. Kenali kebudayaan Indonesia
Kalo ada pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’ ini berlaku juga dalam kebudayaan. Buat sayang
sama kebudayaan, pertama yang harus kita lakukan adalah mengenal kebudayaan Indonesia yang
seabrek. Caranya? Kita bisa browsing di internet, baca buku, atau dateng ke tempat
wisata/sanggar kebudayaan.

2. Mengikuti kegiatan/event pelestarian budaya.
Sama kayak PDKT sama gebetan nih, habis kenal terus main ke rumahnya atau ajak jalan. Nah
kalo buat kebudayaan, setelah kita kenal sama kebudayaan sekarang kita sering-sering deh main
ke event-event kebudayaan atau tampil di acara kesenian. Buat lebih akrab lagi, bisa juga kita
jadi volunteer di event itu. Selain ikut andil lebih banyak, kita juga punya kesempatan buat
kenalan sama senimannya. Bisa lebih kenal deh sama kebudayaan kita. Kalo kita bisa punya
kesempatan nampilin kebudayaan Indonesia, secara gak langsung kita mempromosikannya ke
khalayak. Semakin banyak yang liat bakal semakin dikenal kebudayaan kita.

3. Mengajari penerus agar budaya kita tidak dimakan oleh zaman.
Kalo udah kenal dan nekunin kebudayaan, jangan disimpen sendiri ilmunya. Kita bisa ngajarin
juga ke orang lain. Misalnya jadi guru tari di sanggar atau jadi guide di museum kebudayaan.
Jadi kita bisa nyebarin kebudayaan kita ke orang lain. Siapa tau mereka juga ikut andil dalam
melestarikan kebudayaan bareng kita?

4. Tidak mudah terpengaruh dengan budaya asing.
Di era globalisasi sekarang ini kita gak mungkin nutup diri akan kebudayaan luar. Semakin kita
menutup diri malah semakin kita ketinggalan. Nah untuk menerima kebudayaan luar tapi juga
tetep ngejaga kebudayaan Indonesia, kita perlu bikin filter. Jadi kebudayaan luar yang masuk kita
saring, terus ambil yang baik dan buang yang buruk. Gak perlu kita serap semuanya. Dari yang
baik itu kita bisa belajar dan mungkin aja bisa kita kembangkan dengan kebudayaan kita. Dan
suka kebudayaan luar itu boleh banget asal tetep inget kalo kita punya kebudayaan yang gak
kalah keren yang harus kita kembangin.
Demikian lebih kurangnya beberapa cara yang dapat kita lakukan dalam proses pelestarian
budaya. Diawali dengan kesadaran dan aksi kita sebagai generasi penerus bangsa untuk tetap
bisa menjaga dan melestarikan budaya kita sendiri. Yuk bareng-bareng kita jaga kebudayaan
kita!

Kontributor: Lukman Hadi
Editor : Christmastuti Destriyani

Keep Breathing, Keep Inspiring!
Follow us on Instagram

TAP

UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA BANGSA
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat
beraneka ragam baik jumlahnya maupun keanekaragamannya. Karena keanekaragaman
tersebutlah indonesia menjadi daya tarik bangsa lain dari belahan dunia untuk mengetahuinya
bahkan tidak sedikit mereka juga mempelajarinya karena selain beraneka ragam budaya
Indonesia dikenal sangat unik.Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan
dijaga serta perlu dilestarikan agar kebudayaan kita tidak hilang dan bisa menjadi warisan anak
cucu kita kelak. Hal ini tentu menjadi tanggungjawab para generasi muda dan juga perlu
dukungan dari berbagai pihak, karena ketahanan budaya merupakansalah satu Identitas suatu
negara. Kebanggaan bangsa indonesia akan budaya yang beraneka ragam sekaligusmengundang
tantangan bagi seluruh rakyat untuk mempertahankan budaya lokal agar tidak hilang
ataupundicuri oleh bangsa lain. Sudah banyak kasus bahwa budaya kita banyak yang dicuri
karena ketidakpedulian paragene