LEUKOSITOSIS DALAM PROSES INFEKSI studi

LEUKOSITOSIS DALAM PROSES INFEKSI

Disusun oleh:
Benedictus Brynt Simamora

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

G0013054

Leukositosis secara umum merupakan peningkatan jumlah leukosit dalam darah.
Leukosit terdiri atas enam sel, yaitu netrofil polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear,
basofil polimorfonuklear, monosit, limfosit, dan sel plasma. Leukosit merupakan sel darah
yang berperan dalam tubuh untuk menangkal berbagai agen-agen infeksi, seperti virus dan
bakteri. Dalam proses infeksi, peningkatan sel-sel leukosit akan terjadi karena tubuh mencoba
mengompensasi kerusakan jaringan akibat infeksi tersebut. Sel-sel polimorfonuklear dari
leukosit (granulosit) yang dilepaskan dari sumsum tulang normalnya memiliki masa hidup
empat sampai delapan jam dalam sirkulasi darah dan empat sampai lima hari berikutnya
dalam jaringan yang membutuhkan. Dalam infeksi yang lebih berat, granulosit akan bekerja

lebih cepat di jaringan yang terinfeksi dan masa hidup dari granulosit akan menurun drastis.
Oleh karena itu, selama infeksi terjadi akan terjadi mekanisme yang mendorong pembuatan
leukosit untuk meningkatkan jumlah leukosit guna menyokong penanggulangan infeksi.
Peningkatan dari sel-sel leukosit inilah yang disebut dengan leukositosis dan hal ini menjadi
salah satu indikasi terjadinya infeksi.
Jika ada agen infeksi masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan peradangan, makrofag,
yang berasal dari monosit, di jaringan yang terinfeksi akan menjadi lini pertahanan pertama
melawan agen infeksi tersebut selama beberapa jam. Makrofag kemudian akan dibantu oleh
netrofil yang menginfiltrasi jaringan yang terinfeksi sebagai lini pertahanan kedua. Lalu
kemudian menyusul monosit yang juga menginfiltrasi jaringan dengan membengkak dan
berubah menjadi makrofag sebagai lini pertahanan ketiga. Lini pertahanan keempat adalah
peningkatan hebat produksi granulosit dan monosit oleh sumsum tulang dan terjadi
leukositosis. Hal ini disebabkan oleh rangsangan-rangsangan yang berasal dari makrofag
yang berada di jaringan yang terinfeksi. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi leukositosis,
infeksi yang telah terjadi sudah cukup parah.
Terdapat beberapa faktor yang mendorong pembentukan leukosit. Pada proses infeksi,
sel-sel endotel, fibroblast, adiposit, matriks ekstraselular, monosit, makrofag, dan sel-sel
endotel dapat memproduksi zat yang menjadi faktor yang dapat menstimulasi pertumbuhan
sel-sel induk, sel-sel bakal, dan sel-sel darah yang lain. Zat-zat seperti ini disebut faktor
perangsang koloni (colony stimulating factor-CSF) dan faktor pertumbuhan hemopoetik

(hemopoetic growth factor-HGF). Seperti pada skema 1, tumor necrosis factor (TNF),
interleukin-1

(IL-1),

granulocyte

monocyte-colony

stimulating

factor

(GM-CSF),

granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF), dan monocyte-colony stimulating factor (MCSF) merupakan faktor-faktor yang dibentuk oleh sel makrofag yang teraktivasi di jaringan
2

Makrofag
teraktiva

si

TNF, IL-1, GM-CSF,
G-CSF, M-CSF

yang terinfeksi dan sebagian kecil dibentuk

TNF, IL-1

oleh sel-sel jaringan yang meradang.
Peningkatan

Sel-sel
endotel,
fibroblas,
limfosit

produksi

leukosit


oleh

sumsum tulang disebabkan oleh tiga faktor
perangsang koloni, yakni GM-CSF, G-CSF,
dan M-CSF. Ketiga faktor ini merangsang
pembentukan granulosit dan monosit terus
menerus selama ketiga faktor ini masih

GM-CSF,
G-CSF, MCSF

diproduksi oleh makrofag secara masif.
Dengan diproduksinya kedua sel ini, sel-sel
darah putih dalam jumlah besar ini

Sumsum tulang memproduksi
granulosit dan monosit/makrofag

diharapkan dapat menghilangkan agen-agen

penyebab

Skema 1. Pengaturan produksi
granulosit dan monosit-makrofag

infeksi.

Ketika

agen-agen

penyebab infeksi lama-kelamaan melemah,
terdapat mekanisme umpan balik, di mana

faktor-faktor perangsang koloni tadi tidak lagi diproduksi secara masif. Mekanisme umpan
balik ini juga melibatkan TNF dan IL-1, di mana saat peradangan mereda, kedua faktor ini
menurun produksinya, sehingga faktor perangsang koloni juga menurun produksinya. Dan
setelah agen-agen penyebab infeksi sudah dihilangkan dan peradangan sudah berhasil diatasi,
faktor-faktor perangsang koloni tidak diproduksi lagi oleh makrofag dan pembentukan
leukosit dalam jumlah besar berhenti dan kembali seperti semula.


3

Daftar Pustaka

Guyton, AC. & Hall, JE. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:EGC.
p:450-459
Soebandiri (2006). Hemopoesis. Pada Sudoyo, AW., dkk (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. p:619-621.

4