PERENCANAAN COVERAGE DAN KAPASITAS TRAFI

PERENCANAAN COVERAGE DAN KAPASITAS TRAFIK
CDMA2000 1X
Alfin Hikmaturokhman, S.T1 ~ Hesti Susilawati, S.T., M.T2 ~ Ridha Muldina.N1
1
Akademi Teknik Telkom Sandhy Putra Purwokerto
2
Program Sarjana Teknik Unsoed Purwokerto

Abstraksi
Perencanaan coverage dan kapasitas trafik CDMA2000 1X dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar cakupan area yang harus disediakan berdasarkan besarnya
kapasitas trafik yang hendak dicapai pada suatu daerah implementasi. Perencanaan ini
diperlukan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia, sehingga
dimasa yang akan datang dapat digunakan secara efektif dan efisien. Besar kapasitas
trafik suatu daerah implementasi didapatkan dari perhitungan prediksi pertambahan
jumlah pelanggan hingga beberapa tahun kedepan, perhitungan ini merupakan faktor
yang sangat penting dalam perencanaan jaringan karena menentukan kebijaksanaan dan
strategi dalam pengembangan sistem untuk mengantisipasi pertumbuhan pelanggan
agar kelak semua target pelanggan dapat terlayani. Penulis menggunakan suatu program
simulasi Delphi 7 untuk mempermudah perhitungan dalam perencanaan coverage dan
kapasitas trafik CDMA2000 1X.


PENDAHULUAN
Pengimplementasian suatu jaringan
telekomunikasi
di
suatu
wilayah
disamping berhadapan dengan regulasi
telekomunikasi, juga akan berhadapan
dengan situasi pasar yang harus
dipelajari dengan seksama untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan.
Penelitian
populasi
penduduk,
mengenali situasi kompetitor yang ada
dan keputusan cakupan geografis
termasuk tiga tugas penting dalam
mempelajari situasi pasar.
Langkah

pertama
selalu
berdasarkan kepada estimasi apa yang
akan terjadi pada masa datang terhadap
jaringan yang hendak direncanakan.
Dalam
hal
ini
prediksi
trafik
telekomunikasi merupakan hal penting
yang pertama kali akan dilakukan.
Penelitian persentase pertambahan
jumlah penduduk dibutuhkan untuk
mengasumsikan
jumlah
pelanggan
dimasa yang akan datang. Jumlah
estimasi pelanggan inilah yang akan
digunakan untuk mendapatkan nilai

prediksi kapasitas trafiknya.
Prediksi
pertambahan
jumlah
pelanggan hingga beberapa tahun
kedepan merupakan faktor yang sangat
penting dalam perencanaan jaringan
karena menentukan kebijaksanaan dan
strategi dalam pengembangan sistem
untuk
mengantisipasi
pertumbuhan
pelanggan agar kelak semua target
pelanggan dapat terlayani.
Pengenalan
kompetitor
juga
merupakan hal yang penting untuk
memastikan adanya peluang. Dalam hal
ini bisa dilihat cakupan dari kompetitor,

performansi sistemnya, maupun juga
jumlah pelanggan untuk dibandingkan
dengan jumlah pelanggan potensial
yang belum terlayani. Sedangkan
keputusan cakupan geografis dilakukan
untuk mencari daerah geografi yang
diinginkan serta memutuskan jenis
layanan apa yang cocok untuk daerah
tersebut. [6]

METODE PENELITIAN
Distribusi Pelanggan

1.
a.

Perhitungan Jumlah Pelanggan
Pada tugas akhir ini penulis
menggunakan metode deret berkala
(Time Series) karena metode ini paling

sering digunakan pada perencanaan
jaringan telekomunikasi. Tujuan dari
metode ini adalah menemukan pola
dalam deret data yang lalu dan
mengekstrapolasikan data tersebut ke
masa depan.
Perkiraan
jumlah
pelanggan
tersebut
dapat
dihitung
dengan
persamaan:
Un = U0(1+ƒp)n . . . . . . . . . . . . . .(1)
Dimana:
Un = Jumlah pelanggan
total setelah tahun ke-n
U0 = Jumlah pelanggan
ditahun awal

perencanaan
ƒp = Faktor pertumbuhan
Pelanggan
n
=
Jumlah Tahun
Prediksi
b. Distribusi Market Pada Wilayah
Perencanaan
Pada kali ini penulis hanya
menghitung untuk dua kriteria wilayah
saja, yaitu wilayah urban dan suburban.
Prosentase penyebaran penduduknya
dibagi
berdasarkan
kerapatan
penduduk, yaitu[4] :
1. Urban
Daerah ini memiliki kerapatan
penduduk

7500
sampai
20.000
penduduk/km2.
2. Suburban
Daerah ini memiliki kerapatan
penduduk
500
sampai
7.500
penduduk/km2.

3. Rural
Daerah ini memiliki kerapatan
penduduk
kurang
dari
500
penduduk/km2.
Prosentase penggunaan layanan

suara adalah 100 % dari seluruh
pelanggan.
c. Estimasi
Intensitas
Trafik
Layanan Suara
Estimasi kebutuhan trafik harus
dibedakan antara kebutuhan trafik untuk
layanan suara atau data. Untuk
menghitung kebutuhan trafik bagi setiap
pelanggan
akan
layanan
suara
digunakan persamaan dibawah ini[7] :
Avoice =

BHCA h  S Pv
3600


...

(2)
Dimana:
Avoice = Offered traffic layanan
suara
(erlang)
BHCA = Rata - rata usaha
yang
dilakukan
pelanggan untuk
melakukan
panggilan selama
jam sibuk
(call/BH/subs)
h
= Rata - rata lamanya
sebuah
panggilan (second)
αS

= Rata - rata waktu
efektif
yang digunakan
untuk
melakukan
suatu
panggilan.
Pv
=
Jumlah
pelanggan layanan
suara
(terbagi untuk dua
wilayah
yaitu suburban dan
urban).
Kemudian dengan menggunakan
tabel Erlang B dapat diketahui jumlah
kanal yang dapat menampung intensitas
trafik

tersebut,
sehingga
dapat
diketahui offered trafik untuk layanan
suaranya dengan menggunakan rumus
dibawah ini[7] :
Offered Trafficsuara = N × Rv (bps) . . . (3)
Dimana:
N = Jumlah kanal dari tabel erlang B
Rv = Rate layanan suara (bps)

d.

Reverse Pole Capacity (N)

Persamaan reverse pole capacity
di bawah ini dapat diaplikasikan untuk
IS-95 atau IS-2000, yaitu[7] :

W /R
N =  Eb 
 No  Io 

 adjust

 1 1

 G s
. . (4)
1 ƒ  

Dimana:
W = Bandwidth 1 kanal RF CDMA (Hz)
R = Data rate (Bps)
f = Rasio interferensi luar terhadap
dalam sel
 = Faktor aktivasi suara atau data
Gs = Gain Sektorisasi
= Perbandingan energi
 Eb 
per-bit total noise dan
 No  Io 
adjust
interferensi (sebagai
syarat kualitas di
bawah kondisi power
control tak sempurna)
→ 7,2 dB (mobile).
e.

Menghitung Jumlah Sel

Sebelum menghitung jumlah sel
yang dibutuhkan, terlebih dahulu harus
mencari nilai total offered trafficsel
dengan
menggunakan
persamaan
sebagai berikut[4] :
Total Offered Trafficsel = N × Rv(bps)..(5)
Dimana:
N = Jumlah kanal dari perhitungan
reverse pole capacity
Rv = Rate layanan suara (bps)
Setelah didapatkan nilai Total
Offered trafficsel maka dapat dihitung
jumlah
sel yang dibutuhkan dengan
menggunakan persamaan:

Total _ Offered _ Traffic

 sel Total _ Offered _ Traffic

...(6)

sel

Dimana:
Total Offered Traffic = merupakan
penjumlahan
antara
offered
trafficsuara dengan offered trafficdata,

2

namun karena penulis hanya
membatasi untuk layanan suara
saja maka hanya offered trafficsuara
yang digunakan.
 sel = Jumlah sel
2. Perencanaan Coverage CDMA2000 1X
Salah satu tujuan perencanaan
jaringan komunikasi bergerak wireless
adalah memberikan layanan komunikasi
pada cakupan (coverage) yang sudah
ditentukan. Cakupan yang ditentukan
tergantung kepada kapasitas yang
hendak dicapai.
Perhitungan
link
budget
mengharuskan kita untuk mengetahui
berbagai redaman, loss, margin, serta
gain-gain sepanjang lintasan daya untuk
komunikasi uplink dan downlink.
Pada dasarnya, daya yang ada di
penerima harus selalu lebih besar atau
sama dengan level daya ambang
(threshold) yang telah dipersyaratkan.
Perhitungan yang semakin akurat
akan semakin baik disebabkan karena
perhitungan link budget berkaitan
dengan macam-macam daya dari
perangkat sistem yang kita rencanakan.
[6]

a. Luas Sel Dan Jari-jari Sel
Luas sel tentunya adalah luas
daerah pelayanan dibagi dengan jumlah
sel
yang
terhitung
dari
rumus
sebelumnya. Implementasinya dapat
didefinisikan
berdasarkan
rumus
sebagai berikut[6] :
LSEL =

LuasDaerah
. . . . . . . . (7)
 sel

Dimana:
LSEL = Luas sel
 sel = Jumlah sel
Sehingga, jari-jari sel akan dapat
dihitung dari pengertian bahwa untuk sel
heksagonal diketahui hubungannya [6]:

Dimana:
LSEL = Luas sel
R
= Radius sel
Perencanaan daya yang kemudian
akan dilakukan harus dapat menjangkau
jarak jari-jari sel tersebut dengan
kualitas sinyal tertentu yang tergantung
dari ambang batas yang dipersyaratkan.
Untuk daerah dengan distribusi
trafik non-uniform (kondisi umum),
daerah pelayanan akan diklasifikasikan
berdasarkan kepadatan user. Sehingga
ukuran sel untuk masing-masing daerah
klasifikasi tersebut akan berbeda.
b. Perhitungan Link budget
Link
budget
merupakan
perhitungan
daya
pada
lintasan
transmisi, dibandingkan dengan rugi-rugi
atau redaman yang dialami sepanjang
lintasan, dalam hal ini yaitu lintasan
dari BTS ke user.
Link budget digunakan untuk
mendesain system untuk semua gain
atau penguatan dan rugi-rugi dalam
lintasan. Dan untuk membuat estimasi
rugi-rugi lintasan (path loss) maksimum
yang diijinkan untuk menjamin bahwa
komunikasi dari BTS ke user dapat
berlangsung dengan baik.
Link budget memperhitungkan
semua hal yang berhubungan dengan
system transmisi dari BTS ke user, yaitu
path loss, daya pancar BTS, sensitivitas
penerima, gain antena pemancar dan
penerima, rugi-rugi yang lain (rugi-rugi
saluran transmisi, rugi-rugi bangunan
dan sebagainya).[8]
Perhitungan
link
budget
perangkat
BTS
dan
MS
akan
menghasilkan suatu nilai Maximum
Allowable Path Loss (MAPL) yang
merupakan
persyaratan
maksimal
redaman lintasan dan menentukan
kelayakan suatu link propagasi.
c.

LSEL = 2,59R2 . . . . . . . . . . . . . . . (8)

Maximum allowable Path Loss
(MAPL) Arah Reverse

3

MAPL link arah reverse
diperlukan untuk menentukan nilai
redaman propagasi maksimum yang
disyaratkan agar komunikasi dari mobile
station (MS) ke base transceiver station
(BTS) pada sel yang bersangkutan
dapat terjadi dengan baik. [1]
Parameter
yang
dibutuhkan
adalah parameter yang berkaitan
dengan MS, BTS dan sistem. Parameter
yang berkaitan dengan MS antara lain
adalah daya pancar, gain antena, cable
loss dan body loss. Parameter untuk
BTS adalah noise figure, cable loss dan
gain antena. Sedangkan untuk sistem
adalah fading margin, gain soft handoff,
loss penetrasi, frekuensi uplink dan
([Eb/It]min).
Loss
maksimum
yang
diperbolehkan
dihitung
dengan
menggunakan persamaan berikut[4] :
MAPL = EIRPmob – Scell + Gb – Lcable – FM
+ GSHO – Lpent . . . . . . . . . . . . .(9)
dengan:

No
(noise) (dB)
Im
margin (dB)
NF
(dB)

: Interferensi
: Interferensi
: Noise figure BTS

d. Model Propagasi (Propagation
Model)
Mencakup semua pelemahan
yang diperkirakan akan dialami sinyal
ketika berjalan dari Base Station (BTS)
ke Mobile Station (MS). Adanya
pemantulan dari beberapa obyek dan
pergerakan MS menyebabkan kuat
sinyal yang diterima oleh MS bervariasi
dari sinyal yang diterima disebut
mengalami Path Loss.
Path Loss akan membatasi kinerja
dari
sistem
komunikasi
bergerak
sehingga memprediksikan path loss
merupakan bagian yang penting dalam
perencanaan
sistem
komunikasi
bergerak. Path Loss yang terjadi pada
sinyal yang diterima dapat ditentukan
melalui suatu model propagasi tertentu.

EIRPmob = Pm + Gm - Lbody . . . . . . . .. (10)

Eb
Scell =
+ No + Im + Information Rate
It
+ NF . . . . . . . . . . . . . . . . . . (11)
Dimana:
MAPL
: Maximum Allowable
Path
Loss (dB)
EIRPmob
: Daya output
pemancar
(dBm)
Scell
: Sensitivitas BTS
(dBm)
Gb
: Gain antena
pemancar
/ BTS (dB)
Lcable
: Cable Loss (dB)
GSHO
: Gain soft handoff (dB)
FM
: Fading Margin
(dB)
Lpent
: Penetration Loss (dB)
Pm
: Daya transmisi
dari MS
(dB)
Gm
: Gain antena MS (dB)
Lbody
: Body Loss (dB)
(Eb/It)
: Kualitas kanal trafik
(dB)

4

Model
propagasi
biasanya
memprediksikan rata-rata kuat sinyal
yang diterima oleh MS pada jarak
tertentu dari BTS ke MS. Di samping itu
model propagasi juga berguna untuk
memperkirakan daerah cakupan BTS
sehingga ukuran sel dari BTS dapat
ditentukan.
Model propagasi juga dapat
menentukan daya maksimum yang
dapat dipancarkan untuk menghasilkan
kualitas pelayanan yang sama pada
frekuensi yang berbeda. Perkiraan rugi
lintasan propagasi yang dilalui oleh
gelombang yang terpancar dapat
dihitung dengan rumusan Free space,
Lee dan Hatta.
d.1. Model Propagasi Okumura-Hatta
(Okumura-Hatta Propagation Model)
Model ini valid untuk daerah
frekuensi antara 150 – 1500 Mhz.
Terdapat sejumlah model propagasi
tersedia untuk memprediksi rugi-rugi
lintasan pada permukaan yang tidak

beraturan. Salah satu model propagasi
luar ruangan (outdoor) yang digunakan
yaitu model propagasi Hatta.

Untuk daerah perkotaan yang
wilayahnya luas, persamaannya :
a(hre) = 8.29 × [log (1.54 x hre)]2 –
1.1 dB, untuk fc < 300 Mhz
. . . . . . . . . . .(15)

Model propagasi Hatta, merupakan
perumusan
empiris
untuk
memperkirakan rugi-rugi lintasan yang
sesuai digunakan pada frekuensi kerja
150 – 1500 Mhz diterapkan pada daerah
padat penduduk dan perkotaan (urban).
a.

Perumusan untuk rugi-rugi lintasan
pada daerah urban[3] :

Lurban = 69.55 + 26.16 log (fc) – [13.82
log(hte)] – a(hre) + [44.9 –
6.55log(hte)] ×log(d). . . . . .(12)
Dimana:
Lurban , Lsu = Isotropic path loss
value (dalam dB)
fc
= Frekuensi dari
150 –
1500
Mhz
hte
= Tinggi efektif
antena
pemancar BTS berkisar
30 sampai 200 meter
hre
= Tinggi efektif antena
penerima
MS berkisar 1 - 10
meter
d
= Jarak antara pemancar
dan
penerima
(dalam km)
a(hre) = Faktor koreksi untuk
tinggi
efektif antena MS
b. Untuk memperoleh rugi-rugi lintasan
pada daerah suburban. Standar
perumusan Hatta dimodifikasi
menjadi[3] :
Lsu = Lurban – 2 [ log (

fc 2
) ] – 5.4 . .
28

(13)
Dimana:
Untuk daerah perkotaan yang
luas wilayahnya dari kecil ke
menengah, faktor koreksi mobile
station (MS) diberikan sebagai
berikut:
a(hre) = [1.1 log (fc) – 0.7 ] × hre –
[1.56 log (fc) – 0.8 ] dB ...(14)

a(hre) = 3.2 × [log (11.75 x hre)]2 –
4.97 dB, untuk fc > 300 Mhz
. . . . . . . . . (16)
d.2. Model propagasi COST-231
(COST-231 Propagation Model)
European Co-operative for Scientific
and Technical Research (EURO-COST)
merumuskan
COST-231
sebagai
pengembangan perumusan rugi-rugi
lintasan
Hatta,
yang
mempunyai
frekuensi kerja sampai 2 Ghz. Model
propagasi ini memiliki persamaan
sebagai berikut[3] :
a.

Perumusan untuk rugi-rugi lintasan
pada daerah urban adalah sebagai
berikut :

Lurban = 46.3 + [33.9 log (fc)] – [13.82 log
(hte)] – a(hre) + [44.9 – 6.55
log(hte)] ×log d . . . . . . . . . . (17)
b. Perumusan untuk memperoleh rugirugi lintasan pada daerah suburban
adalah sebagai berikut:
Lsu = Lurban – 2 [ log (

fc 2
) ] – 5.4 . . .
28

(18)
COST-231 yang merupakan
pengembangan dari model Hatta,
dibatasi oleh parameter berikut[3] :
Untuk daerah perkotaan yang
luas wilayahnya dari kecil ke
menengah, faktor koreksi mobile
station (MS) diberikan sebagai:
a(hre) = [ 1.1 x log (fc) – 0.7 ] x hre –
[1.56 log (fc) – 0.8 ] . . . . (19)
Untuk daerah
pusat
kota
(metropolitan)
a(hre) = [ 1.1 x log (fc) – 0.7 ] x hre –
[ 1.56 log (fc) – 0.8 ] – 3...(20)

5

Lurban , Lsu = Isotropic path loss
value
(dalam dB)
fc
=
Frekuensi carrier
dalam MHz
(1500 Mhz
sampai 2000 Mhz)
hte
=
Tinggi BTS dalam
meter (30
sampai 200 meter)
hre
= Tinggi antena MS (110 meter)
d
= Radius dalam 1-20
kilometer
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hubungan bit rate terhadap
kapasitas
Jenis bit rate yang digunakan
mampengaruhi kapasitas maksimum
jumlah pelanggan. Pengaruh tersebut
terlihat dari persamaan (4), bahwa
semakin kecil bit rate yang digunakan
maka makin besar jumlah kapasitas
maksimum setiap sel yang dapat
dilayani oleh sistem. Sistem yang
menggunakan
9600
bps
akan
mempunyai pelanggan lebih besar
dibanding 14400 bps.
Faktor lain yang mempengaruhi
kapasitas sel adalah nilai E b/It. Eb/It
adalah kerapatan energi terhadap energi
dari tiap bit terhadap rapat energi noise
dan interferensi total[9].
Untuk CDMA2000 nilai Eb/(No+Io)
untuk komunikasi bergerak 7,2 dB,
sedangkan untuk fixed sebesar 3-4 dB.
Untuk komunikasi bergerak lebih besar
karena mengkompensasi pergerakan
MS.[9]
Pada rumus reverse pole capacity
nilai Eb/(No+Io) identik dengan kualitas
(performansi) pada sistem tersebut.
Dengan nilai Eb/(No+Io) yang semakin
tinggi maka kualitas sistem akan
semakin baik.
Namun ada trade-off apabila
menaikkan
kualitas
sistem
maka
kapasitas pelanggan yang mampu
dilayani oleh sistem tersebut akan
tereduksi, hubungan tersebut terlihat
pada grafik 1.

6

Grafik 1. Pengaruh Eb/(No+Io) terhadap Jumlah
Pelanggan

Pada grafik 1, parameter Eb/
(No+Io) berpengaruh pada kapasitas
dimana makin kecil Eb/(No+Io) maka
akan memberikan kapasitas pelanggan
makin besar. Nilai Eb/(No+Io) akan
dipengaruhi oleh kekuatan sinyal yang
diterima pelanggan dan interferensi yang
terjadi di sistem, baik internal maupun
eksternal.[2]
Kedua jenis bit rate ( 9600 bps
dan
14400
bps)
menunjukkan
kecenderungan yang sama, yaitu
semakin besar nilai Eb/(No+Io) maka
jumlah pelanggan yang bisa ditampung
akan semakin sedikit, sedangkan bit rate
9600 bps masih bisa menampung
jumlah pelanggan yang lebih banyak
daripada bit rate 14400 bps.[5]
B. Hubungan Kapasitas Trafik
Terhadap Radius Sel (Coverage)
Dari hasil perhitungan, jumlah sel
yang dibutuhkan di suatu daerah
akhirnya akan bergantung kepada
demand traffic (permintaan trafik) di
daerah tersebut. Dalam hal ini semakin
besar demand traffic akan semakin
banyak pula sel yang dibutuhkan. Selain
itu jumlah sel tergantung pula kepada
kapasitas Erlang tiap sel.[6]
Sistem yang menggunakan bitrate
14400 bps membutuhkan lebih banyak
sel untuk meng-handle kota A dibanding
dengan sistem yang menggunakan
bitrate 9600 bps, hal ini disebabkan
karena kapasitas maksimum per-sel
pada sistem yang menggunakan bitrate
14400 bps hanya mampu menampung
lebih sedikit pelanggan dibanding sistem
yang menggunakan bitrate 9600 bps.

Pengaruh
kapasitas
trafik
terhadap besar radius sel (coverage)
terlihat pada grafik 2 dimana semakin
besar kapasitas trafik yang harus
dilayani maka akan semakin kecil radius
sel-nya.

Grafik 3 Pengaruh Radius Sel Terhadap
Propagation Loss

Nilai radius sel mempengaruhi
besar
kecilnya
redaman
lintasan
(propagation loss / pathloss) yang dapat
terjadi di dalam sel.
Grafik 2. Hubungan kapasitas trafik terhadap
coverage pada bit rate 9,6 kbps

C. Hubungan coverage dengan
pathloss
Pada
tahap
ini
dilakukan
perhitungan
redaman
lintasan
(propagation loss) yang terjadi dengan
menggunakan dua model propagasi
yaitu
model
okumura-hata
untuk
frekuensi 150 sampai 1500 MHz dan
pengembangannya yaitu COST-231
untuk frekuensi 1500 sampai 2000 MHz.
Pada setiap model propagasi, penulis
hanya membatasi perhitungan redaman
lintasan untuk dua wilayah yaitu urban
dan suburban.

Pada grafik 3, menunjukkan
hubungan antara besar radius sel
terhadap
kenaikan
nilai redaman
lintasan, yaitu semakin jauh radius sel
(jarak BS dengan MS) maka semakin
besar pula redaman lintasan yang akan
terjadi.
Sehingga untuk setiap MS yang
berada pada jarak terjauh dari BS harus
menaikkan daya pancarnya agar tetap
bisa melakukan hubungan komunikasi,
sebab apabila redaman lintasan yang
terjadi antara MS ke BS melebihi batas
toleransi maka akan terjadi drop call
atau
terputusnya
hubungan
pembicaraan.
Pada perhitungan ini hanya
menggunakan bit rate 9600 bps dan
14400 bps yang digunakan untuk
melayani layanan suara saja. Semakin
besar bit rate yang digunakan maka
semakin banyak bit yang dapat
ditransmisikan dalam satu waktu dengan
menggunakan lebar pita frekuensi yang
sama. Namun semakin besar bit rate
yang digunakan akan menurunkan
kapasitas
pelanggan
yang
dapat
ditangani
per-selnya
oleh
sistem
tersebut.

7

Berdasarkan besar kapasitas trafik
yang dapat dilayani sistem per-selnya
maka akan didapatkan banyak sel yang
dibutuhkan untuk meng-handle seluruh
kapasitas
trafik
pada
daerah
perencanaan.

KESIMPULAN

1.

2.

3.

4.

8

Perencanaan jaringan di
dalam
pembangunan
sistem
komunikasi seluler merupakan hal
yang sangat penting. Perencanaan
dilakukan
karena
keterbatasan
sumber
daya
dan
untuk
mengoptimalkan
penggunaan
sumber daya, sehingga diharapkan
penggunaan sumber daya di masa
yang akan datang dapat digunakan
secara efektif dan efisien.[9]
Perencanaan jaringan
mencakup dua hal utama, yaitu
perencanaan jaringan radio dan
penetapan ukuran jaringan (network
dimensioning).
Perencanaan
jaringan
radio
mencakup
perhitungan link budget, perhitungan
kapasitas dan perhitungan jumlah
sel yang diperlukan. Sedangkan
network dimensioning mencakup
perhitungan jumlah elemen kanal
pada BTS, kapasitas base station
controller (BSC) dan elemen yang
lain.
Pada
tahap
persiapan
diperhitungkan dari sisi coverage,
kapasitas yang diinginkan dan
strategi perencanaan.[1]
Perencanaan
sistem
wireless berputar diantara tiga
karakteristik utama yaitu luas
cakupan area (coverage), kapasitas
sistem dan kualitas. Ada trade-off
antara cakupan area, kapasitas
sistem dan kualitas suara saling
mempengaruhi sehingga ketika
salah satu performansi di naikkan
maka dua yang lainnya akan
menurun.[2]
Jenis bit rate yang
digunakan mempengaruhi kapasitas
maksimum
jumlah
pelanggan,
bahwa semakin kecil bit rate yang
digunakan maka makin besar jumlah
kapasitas maksimum setiap sel yang
dapat dilayani oleh sistem. Sistem

yang menggunakan 9600 bps akan
mempunyai pelanggan lebih besar
dibanding 14400 bps.
5.
Parameter Eb/(No+Io)
berpengaruh pada kapasitas dimana
makin kecil Eb/(No+Io) maka akan
memberikan kapasitas pelanggan
makin besar. Namun kualitas suara
menurun.
6.
Pengaruh
kapasitas
trafik terhadap besar radius sel
adalah dimana semakin besar
kapasitas trafik yang harus dilayani
maka akan semakin kecil radius selnya.
7.
Path
Loss
akan
membatasi kinerja dari sistem
komunikasi
bergerak
sehingga
memprediksikan
path
loss
merupakan bagian penting dalam
perencanaan sistem komunikasi
bergerak. Path Loss yang terjadi
pada sinyal yang diterima dapat
ditentukan melalui suatu model
propagasi
tertentu.
Hubungan
antara besar radius sel terhadap
kenaikan nilai redaman lintasan
(path loss) yang akan terjadi.
8.
Nilai toleransi terhadap
batas maksimum redaman lintasan
(Maximum Allowable Path Loss)
akan semakin menurun sejalan
dengan meningkatnya besar bit rate
yang dipergunakan oleh suatu
sistem.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Afni, Yuli., “Perancangan Perangkat
Lunak Estimasi Traffic Voice Dan
Data Pada Sistem CDMA2000 1X”,
STT Telkom, Bandung, 2004.
[2] Ahmadi,
Hazim.,
“Analisis
Performansi Jaringan CDMA”, 2004.
[3] Hikmaturokhman, A., “Modul Kuliah
Jarlokar”, Akatel Sandhy Putra
Purwokerto, Maret 2005.
[4] Indosat,
“Materi
Pelatihan
:
Introduction To Code Division
Multiple Access (CDMA)”, Jatiluhur,
Mei 2004.
[5] Motorola, “CDMA/CDMA2000 1X RF
Planning Guide”, Maret 2002.

[6] Mufti, Nachwan., “Modul 10 : EE
4712 Sistem Komunikasi BergerakDasar
Perencanaan
Sel”,
MobileComm.Labs STT Telkom,
Bandung.
[7] Mufti, Nachwan., “Study Case:
CDMA2000 1X Network Planning”,
MobileComm.Labs STT Telkom,
Bandung.
[8] Reibawa,
timbo.,
“Analisa
Performansi Power Link Budget
Pada Sistem Komunikasi CDMA
Telkom Flexi Jakarta”, STT Telkom,
2005.
[9] SMK Telkom Sandhy Putra, “DasarDasar Perencanaan Jaringan Lokal

Akses
Pelanggan
Purwokerto, 2001.

(DPJAP)”,

9