POSISI STRATEGIS INDONESIA DI DUNIA
1
POSISI STRATEGIS INDONESIA DI DUNIA
“Sebuah Kajian Mengenai Kestrategisan Indonesia dari Perspektif Pertahanan”
Oleh
Ade prasetia, S.Kel, M.si (Han)
Abstract
This paper describes about the strategic of Indonesia as archipelago country
that is surrounded by another countries around it. The meaning of strategic
Indonesia is based on its position which is between the two oceans and
continents. It is also along with many natural resources that Indonesia has. In the
defense perspective point of view, this condition can be ideal potential in
destroying the defense of Indonesia. On the other hand, both of aspects are
actually the cause of conflict between countries. In addition, it can cause war in
the world. It is written in the history that war is started by struggling the natural
resources and regions of a country. Thus it can suffer a financial loss. Finally, to
be wise that Indonesia manages the two variables as good as possible to optimize
the defense of NKRI.
Keywords: strategic position, natural resources, and defense.
1.
Makna Lokasi Strategis Bagi Pertahanan
Perang merupakan sebuah kepedihan, baik bagi pihak yang menang
maupun pihak yang kalah. Di dalamnya terdapat penderitaan dan korban jiwa dari
kedua belah pihak. Manusia telah belajar banyak dari meletusnya Perang Dunia II
yang menelan korban hingga 66 juta jiwa,1 sekitar 3% dari jumlah penduduk dunia
saat itu.2 Jumlah sebanyak itu setara dengan seperlima penduduk Indonesia saat
1
M White. Source List and Detailed Death Tolls for the Primary Megadeaths of the Twentieth
Century. 2011. http://necrometrics.com/20c5m.htm#Second
2
Tahun 1940 diperkirakan penduduk dunia berjumlah 2,3 Miliar jiwa. US Census. Historical
Estimates of World Population.
https://www.census.gov/population/international/data/worldpop/table_history.php
2
ini atau hampir sama dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1940.3 Ini
belum menghitung jumlah korban yang luka parah dan cacat seumur hidup. Kita
juga belum pula menghitung hilangnya harta benda. Karena besarnya kerugian
ini, kita sangat tidak menginginkan perang terjadi.
Walau demikian, perebutan selalu terjadi. Hal ini karena setiap bangsa
memiliki kepentingannya sendiri dan kadang bertentangan dengan bangsa lain.
Mereka sebenarnya dapat menyelesaikannya secara damai. Tetapi kadangkala
hal ini tidak selalu berhasil. Akibatnya, penyelesaian dapat terjadi dengan cara
peperangan antar bangsa. Dan di dunia ini ada banyak sekali bangsa.
Sejalan dengan itu, tidaklah mengherankan jika negara paling damai
sekalipun berusaha menjaga wilayahnya dengan begitu kuat. Swiss yang
dipandang sebagai negara paling aman di dunia, memiliki perangkat pertahanan
yang sangat kuat, tersembunyi di balik pegunungan. Sewaktu-waktu, ketika
serangan datang, mereka dapat menggerakkan kekuatan dari tempat-tempat
yang tak terduga. Serangan ini dapat datang dari pangkalan-pangkalan militer
mereka yang tersembunyi di balik hiruk pikuk kehidupan perkotaan dan sepinya
perdesaan.
Gambaran di atas adalah contoh dari sebuah strategi. Strategi adalah
konsep yang berakar kuat pada dunia militer. Ia diturunkan dari bahasa Yunani
“strategos” yang berarti “jenderal”.4 Strategi merupakan elemen penting rencana
perang. Rencana perang bertujuan untuk memaksakan syarat dan ketentuan
pada lawan, sehingga lawan tidak memberikan sedikitpun kompromi. Intinya
adalah, rencana perang bertujuan untuk mencapai kemenangan total. Dengan
kata lain, strategi adalah alat untuk mencapai kemenangan total.
Strategi didefinisikan sebagai sebuah seni oleh berbagai ahli. RH Liddel
Hart, sejarawan dan ahli strategi perang Inggris, menyatakan bahwa strategi
adalah “seni mendistribusikan dan menerapkan alat militer untuk memenuhi
sebuah tujuan kebijakan.” Sementara itu, Andre Beaufre, ahli strategi perang
3
Tahun 1940 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia adalah 70,4 juta jiwa. MD Poesponegoro
dan N Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia
Belanda. Jakarta: Balai Pustaka, 2008, h. 91
4
G Price, BG de Wet. Converting the military strategy principle of simplicity into a successful tool
for strategy execution in a geographically dispersed organisation. African Journal of Business
Management Vol. 6(17), pp.5750-5762, 2 May, 2012, h. 5751
3
Perancis mengartikan strategi sebagai “seni mengendalikan semua sumber daya
suatu bangsa untuk mendorong dan mengamankan kepentingan vitalnya
terhadap lawan aktual maupun potensial.” Begitu pula, Edward Mead Earle,
pakar hubungan internasional Amerika Serikat, mengatakan bahwa strategi
adalah “seni dialektika dua keinginan yang bertentangan menggunakan kekuatan
untuk memecahkan pertikaian.”5
Ahli strategi yang paling dikagumi dan dipanut di dunia adalah seorang
ahli strategi Tiongkok, Sun Tzu, yang hidup 500 tahun sebelum masehi. Beliau
menyebutkan bahwa strategi terdiri dari lima elemen penting: tao (kekuatan jiwa),
cuaca, tempat, kepemimpinan, dan sistem.6 Selanjutnya, Sun Tzu juga
mengatakan bahwa kita bukan saja harus mempelajari lima elemen ini pada diri
kita sendiri, tetapi juga pada diri musuh kita. Dengan pengetahuan ini, kita dapat
memperhitungkan kemungkinan kemenangan dari sebuah peperangan.
Dari lima elemen penting dari strategi perang di atas, kita akan berfokus
pada elemen lokasi. Lokasi ini merupakan tempat peperangan di adakan. Ada
lokasi yang menguntungkan, dan ada juga yang merugikan bagi suatu pihak.
Contoh yang paling jelas adalah ketika 300 orang prajurit Sparta mampu
mengalahkan mengalahkan satu juta prajurit Persia dalam pertempuran
Thermophyle. Elemen yang paling menentukan dalam pertempuran ini adalah
lokasi. Para prajurit Sparta berlindung di celah sempit antara dua tebing terjal
sehingga musuh tidak dapat menyerang sekaligus. Menyerang dalam jumlah
besar hanya mempersulit mereka satu sama lain karena sempitnya ruang gerak.
Kejadian yang hampir sama terjadi dalam pertempuran Laut Myeongyang (15921598). Admiral Yi Sun Sin memimpin hanya 13 kapal perang, tetapi mampu
mengalahkan 300 kapal perang Jepang yang menyerang. Seperti halnya para
pejuang Sparta, mereka berlindung di selat sempit, sehingga kapal-kapal perang
Jepang tak mampu bergerak dan terjebak di selat ini. Mereka pun menjadi
sasaran
5
empuk para
pejuang
Korea. Karena
pentingnya
lokasi
dalam
Definisi dari RH Liddel Hart, Andre Beaufre, dan Edward Mead Earle. N Mohapatra. Significance
of Strategic and Military Studies in International Relations. Scholar’s Voice: A New Way of
Thinking. 2, No. 1, January-June 2011, 92-96, p. 92
6
GF Keller. The Influence of Military Strategies on Business Planning. International Journal of
Business and Management, 2008, h.129
4
pertempuran, maka berbagai pihak akan mencari dan memperebutkan lokasi
yang strategis tersebut.
Ada dua makna lokasi strategis dari sebuah strategi perang. Lokasi dapat
bermakna strategis sebagai lokasi pertempuran dan dapat bermakna strategis
sebagai pusat sumber daya bangsa. Kasus pertama menunjukkan bahwa lokasi
tidak harus merupakan tempat suatu bangsa berada. Contoh dari pertempuran
memperebutkan lokasi ini adalah pertempuran perbatasan. Perbatasan adalah
lokasi strategis karena kita dapat mengepung musuh jika mampu menguasai
semua perbatasannya. Strategi ini dipakai oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet
dalam Perang Dingin. Pada perang tersebut, ada yang disebut sebagai Perang
Proksi. Perang proksi terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, tetapi
dilakukan di negara tetangganya, yang dibuat seolah-olah sebagai perang demi
harkat dan martabat bangsa di negara tersebut. Ada tiga perang proksi di masa
Perang Dingin: Perang Afganistan (1979-1989), Perang Korea (1950-1953), dan
Perang Vietnam (1955-1975).
Perang Afghanistan dan Perang Korea masing-masing menelan korban
sekitar satu juta jiwa sementara Perang Vietnam bahkan tiga juta jiwa. 7
Pembunuhan massal di Kamboja oleh Rezim Pol Pot dan di Indonesia tahun 1965
juga merupakan salah satu bentuk tragedi kemanusiaan yang merupakan bagian
dari strategi besar perebutan kekuasaan dunia oleh Uni Soviet dan Amerika
Serikat. Dalam semua kasus, kedua negara adi daya tersebut memanfaatkan
pemerintah yang lemah dari negara proksi untuk menjadi pengikutnya. Setelah
kedua negara mendapatkan pengikut, para pengikut ini saling berperang satu
sama lain. Bahkan sekarang, Korea Utara dan Korea Selatan masih dalam
ketegangan besar, sementara Uni Soviet sendiri telah runtuh. Seperti kita lihat,
Korea dan Afghanistan merupakan dua negara tetangga Uni Soviet, sementara
Vietnam merupakan negara tetangga Tiongkok, yang saat itu juga merupakan
sekutu Uni Soviet. Krisis misil Kuba, negara tetangga Amerika Serikat, merupakan
salah satu bentuk konflik proksi dimana Uni Soviet berhasil melobi pemerintah
Kuba untuk meletakkan rudal-rudal mereka di negara ini, mengarah langsung ke
Amerika Serikat.
7
Ziad Obermeyer, Christopher J L Murray, Emmanuela Gakidou. Fifty years of violent war deaths
from Vietnam to Bosnia: analysis of data from the world health survey programme. BMJ 2008; 336
5
Pertanda penting dari Perang Proksi adalah mulai menumpuknya dua
kekuatan dari negara yang bermusuhan di satu negara proksi. Pada masa Perang
Dunia II, perang Pasifik salah satunya memperebutkan Kepulauan Solomon.
Amerika Serikat dan Jepang memperebutkan kepulauan ini karena berada di
lokasi strategis di Pasifik. Penguasaan Solomon memungkinkan Amerika Serikat
dapat menyerang basis-basis Jepang di Asia Tenggara dan Jepang itu sendiri.
Jepang sendiri berkepentingan dengan Kepulauan Solomon untuk dapat
melakukan serangan ke Australia dan Amerika Serikat yang membangun basisbasisnya di kawasan Pasifik. Karenanya, kedua negara menjadikan Kepulauan
Solomon sebagai lokasi perang besar, walaupun bangsa Solomon sendiri tidak
memiliki relasi dengan bangsa Jepang maupun Amerika-Australia.
Lokasi strategis sebagai pusat sumber daya bangsa bermakna bahwa
lokasi tersebut penting agar suatu bangsa dapat terus hidup dan membangun.
Bangsa ini dapat merupakan bangsa pemilik lokasi tersebut, atau sebaliknya,
bangsa yang menginginkan lokasi tersebut. Lokasi strategis Provinsi Khuzestan
yang kaya minyak memotivasi terjadinya Perang Teluk I (1980-1988). Irak
mengklaim wilayah tersebut sebagai wilayahnya sejak tahun 1969 walaupun
merupakan wilayah Iran. Inggris saat menjajah Irak menyerahkan provinsi
tersebut ke Iran. Konflik ini tidak akan begitu mengemuka jika tidak akhirnya
diketahui bahwa provinsi ini memiliki cadangan minyak bumi yang begitu besar.
Satu juta nyawa melayang dalam perang ini.8
Berbagai perang selanjutnya di kawasan Timur Tengah dimotivasi oleh
perebutan sumber daya minyak ini. Perang Teluk (2003-2010) yang akhirnya
meruntuhkan Saddam Hussen dari kekuasaannya juga dimotivasi terutama oleh
upaya menguasai ladang minyak di negara ini. 200 ribu nyawa melayang dalam
perang ini.9 Sebelumnya, Irak juga telah menginvasi Kuwait dengan tujuan yang
sama. Kasus Ambalat juga merupakan bentuk konflik yang memperebutkan basis
sumber daya karena adanya kandungan minyak yang besar di Blok Ambalat.
Belum lagi kasus Timor Timur yang lepas dari NKRI, di selatannya terdapat Blok
Timor yang juga kaya minyak.
BBC. Iraq Profile – Timeline. http://www.bbc.com/news/world-middle-east-14546763
Cost of War. Human Costs of War: Direct War Death in Afghanistan, Iraq, And Pakistan October
2001--‐February 2013. http://costsofwar.org/sites/default/files/HMCHART_2.pdf
8
9
6
Minyak merupakan sumber daya penting bagi suatu bangsa. Ia
memberikan banyak kontribusi bagi pembangunan dan penguasaan atasnya
adalah penguasaan pembangunan. Ketika ia berada di tangan sebuah negara
yang lemah, segera bangsa yang kuat akan merebutnya, baik dengan cara damai
maupun cara perang. Kita tentu heran mengapa negara kaya minyak seperti
Venezuela, Nigeria, dan Indonesia sendiri kesulitan menjadi negara industrialis.
Penyebabnya adalah negosiasi damai dari negara-negara maju yang miskin
minyaklah yang ternyata membawa pada penguasaan atas ladang-ladang minyak
di negara ini. Para ahli menyebut fenomena ini sebagai paradoks kekayaan
sumber daya alam.10 Negara maju berusaha mati-matian merebut sumber daya
alam dari negara berkembang dan mempertahankannya mati-matian. Amerika
Serikat akan segera merespon ketika ladang minyaknya di Irak diserang oleh
pasukan “teroris” dan segera mengerahkan kekuatan bersenjatanya pada
pemimpin negara yang tidak kooperatif dalam berbagi sumber daya alam, seperti
di Venezuela dan Libya. Amerika Serikat menyadari bahwa sekali pusat sumber
daya alam mereka dikuasai, mereka akan lumpuh karena perekonomiannya
maupun angkatan bersenjatanya, sangat bertopang pada persediaan minyak dan
energi dari pusat-pusat ini.
2.
Indonesia sebagai Lokasi Strategis
Sekarang mari kita menoleh ke NKRI. Segera kita menyadari bahwa
negara kita merupakan negara strategis, baik dari segi lokasi maupun dari segi
sumber daya alam. Untuk itu, di bawah ini akan penulis mendeskripsikan
mengenai makna strategis posisi dan sumber daya alam yang terkandung di
wilayah Indonesia.
a.
Makna Strategis Posisi
Dari segi lokasi, baik darat, laut, udara, bahkan antariksa kita bernilai
strategis. Makna strategis kawasan darat NKRI terletak pada bentuk
daratan yang berupa kepulauan. Sedikit negara di dunia yang memiliki
10
Hal ini berlaku pada negara-negara kaya sumber daya alam yang justru semakin miskin seperti
Nigeria, Meksiko, Argentina, Iran, Libya, India, Costa Rica, Haiti, Armenia, Myanmar, Azerbaijan,
Georgia, dan Jamaika. M Strauss. The Growth and Natural Resource Endowment Paradox:
Empirics, Causes & the Case of Kazakhstan. Praxis: the Fletcher Journal of Development Studies,
16, 2000, h. 1
7
bentuk kepulauan. Indonesia merupakan negara dengan bentuk daratan
berupa kepulauan terbesar di dunia, terbentang horizontal pada peta dunia
di garis khatulistiwa. Musuh yang menyerang sebuah kepulauan dapat
menguasainya sedikit demi sedikit. Musuh dapat menguasai satu pulau
tanpa harus pulau lainnya sadar. Hal ini berbeda dengan negara daratan,
dimana penguasaan satu wilayah akan segera terdeteksi dan tidak ada
halangan berarti bagi kekuatan dari kawasan lain untuk segera merebut
kembali. Pengambil alihan secara perlahan-lahan ini penting bagi sebuah
negara musuh. Ia dapat segera mengambil alih kemudian memasang pos
di pulau tersebut, dan mulai mengarah ke pulau lainnya. Hal ini yang terjadi
pada berbagai kepulauan di Samudera Pasifik semasa Perang Dunia II.
Amerika Serikat dan Jepang bergantian merebut satu persatu pulau di
kepulauan-kepulauan ini. Mereka mengisolasi satu pulau kemudian
membangun pertahanan, sampai titik di mana kedua kekuatan bertemu
dan bertempur.
Pulau juga memiliki makna strategis bagi para pengacau keamanan,
terutama para perompak. Pada kawasan kepulauan, kapal-kapal perompak
dapat leluasa bersembunyi dari patroli lawan. Pulau menjadi tempat yang
sangat penting untuk bersembunyi sekaligus melakukan penyergapan pada
masa belum adanya kapal selam. Kawasan Kepulauan Riau khususnya,
merupakan titik yang rawan. Para perompak menggunakannya sebagai
tempat bersembunyi atau ketika mereka semata ingin beristirahat dan
menikmati hasil jarahan. Dari pulau-pulau ini, mereka melakukan
perompakan ke Laut Tiongkok Selatan dan Selat Malaka. Para pejuang
juga memanfaatkan titik persembunyian ini. Ketika Portugis menguasai
Selat Malaka, para prajurit Aceh bersembunyi di Kepulauan Karimun, di
kawasan Kepulauan Riau. Dari titik ini, mereka bersama prajurit bala
bantuan dari berbagai kerajaan di Sumatera dan Jawa melakukan serbuan
ke penjajah Portugis yang berkuasa di Selat Malaka.
8
Kita memiliki Maluku di timur. Ia merupakan sebuah kepulauan yang
luas, terdiri dari sekitar 1.600 pulau.11 Setiap pulau besar memiliki bahasa
dan sukunya sendiri, dan bahkan kerajaannya sendiri di masa lalu.
Penjajah memanfaatkan keanekaragaman ini sebagai alat pemecah belah.
Kalau tidak karena adanya kesadaran bersama antar kerajaan yang ada di
Maluku, tentulah kawasan ini dapat terpecah belah oleh politik divide et
impera penjajah. Hal yang sama terjadi pada skala yang lebih besar, yaitu
Nusantara itu sendiri, di masa penjajahan VOC dan Belanda. Untungnya,
keanekaragaman di Nusantara bukanlah keanekaragaman ras. Setiap
pulau berdekatan sehingga memiliki kemiripan dalam beberapa aspek
budaya. Hal ini berbeda dengan kawasan benua dimana keanekaragaman
dapat sangat mencolok antara satu sisi benua dengan satu sisi benua
lainnya. Tiongkok dan India keduanya di Benua Asia, tetapi perbedaan
budaya keduanya sangat mencolok. Inggris menggunakan strategi ini untuk
memecah belah bangsa Malaysia, Afrika Selatan, dan negara-negara
jajahan Inggris lainnya. Inggris mengirim bangsa India ke Uganda,
Malaysia, dan Afrika Selatan, yang kemudian berkelahi dengan penduduk
asli, membuat mereka kehilangan fokus yang sebenarnya, yaitu mengusir
penjajah itu sendiri. Di Nusantara, orang Jawa dibawa ke Minangkabau dan
orang Jawa dibawa ke Tondano, hanya untuk memperkuat kesatuan
bangsa karena mereka masih banyak miripnya ketimbang bedanya.
Makna strategis kedua dari bentuk kepulauan adalah keberadaan
teluk, selat, dan titik sedak (chokepoints). Teluk merupakan tempat yang
cocok untuk mendirikan pelabuhan dan juga merupakan lokasi yang cocok
untuk persembunyian. Adanya teluk memungkinkan kapal-kapal perang
disimpan dalam jumlah besar namun sedikit yang terpapar langsung ke
laut, sehingga tidak dapat musnah dalam sekali serang. Hal ini berbeda jika
suatu bangsa menyimpan kapal-kapal perang mereka di pesisir biasa yang
lurus, yang membuat sebuah ombak besar, katakanlah tsunami, dapat
menghancurkan kapal perang secara keseluruhan. Lebih dari itu, kapalkapal perang dapat bersembunyi dari pengamatan kiri dan kanan, dan
11
Jumlah pulau di Provinsi Maluku adalah 1.241 buah, sementara di provinsi Maluku Utara
sebanyak 395 buah. BKKBN Promal. Program KKB dan Pembangunan Keluarga Berbasis Gugus
Pulau, 2014. Kementerian Kehutanan. Profil Kehutanan Provinsi Maluku Utara, 2013.
9
untuk mengetahuinya, musuh harus berada langsung berhadapan dengan
kapal perang. Di sisi lain, kapal perang sendiri dapat mengirimkan pengintai
untuk mengintai musuh yang ada di kiri dan kanan sementara memasang
persenjataan langsung menghadap ke depan untuk menyambut musuh.
Selat merupakan perairan strategis pula. Ia ibarat jembatan pendek
yang menghubungkan dua pulau. Penguasaan atas jembatan ini akan
memotong pasokan darat musuh sehingga musuh harus berputar untuk
dapat sampai ke seberang. Jika daratan yang mengapit selat sangat luas,
maka tidak ada jalan lain selain kapal harus melewati selat dan siapapun
yang menguasai selat, dapat memaksakan syarat dan ketentuannya pada
pelintas selat. Bangsa-bangsa telah sedapat mungkin menguasai laut
sempit ini, dan bahkan ada yang menggali sendiri untuk membuat selat
buatan seperti di Suez dan Panama. Karenanya banyak selat di dunia
menjadi kawasan perebutan bangsa-bangsa. Selat Dardanella di Turki
misalnya, sepanjang sejarah menjadi perebutan Yunani, Usmaniyah, dan
Persia, karena menghubungkan Eropa dan Asia, jalur masuk bagi barang
dagangan dari Tiongkok dari dan ke Eropa. Alternatifnya sangat buruk. Ke
selatan, hanya ada daratan Israel yang gersang, sementara di utara, ada
kawasan padang rumput yang luas dan seolah tiada akhir.
Selat Malaka merupakan contoh selat yang sangat strategis di
Nusantara. Sumatera dan benua Asia mengapit selat ini. Cukup jauh bagi
kapal dari India dan bangsa lain di Barat untuk memutar ke Selat Sunda
untuk sampai ke Tiongkok. Begitu pula, sulit bagi Tiongkok untuk memutar
ke Selat Sunda untuk sampai ke India. Karenanya, keduanya terpaksa
menggunakan Selat Malaka untuk jalur tercepat sampai ke masing-masing
tujuan. Sejalan dengan itu, Selat Malaka menjadi tempat perebutan begitu
banyak bangsa. Mulai dari Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda, Aceh,
Melaka, Lingga, Demak, hingga Sriwijaya, telah silih berganti menguasai
Selat Malaka. Selat yang seperti ini disebut sebagai titik sedak, karena
tidak ada pilihan lain untuk mencapai lokasi di seberang kecuali melewati
titik sedak ini.
10
Selain Malaka, ada dua titik sedak lain di Indonesia, yaitu Selat
Sunda dan Selat Lombok. Selat Sunda adalah sebuah titik sedak yang
memungkinkan kapal dari Samudera Hindia memasuki perairan Nusantara
tanpa harus berhadapan dengan pajak dan bajak laut di Selat Malaka.
Angin selatan dapat mendorong kapal menyimpang dari arah menuju Selat
Malaka dan membuatnya sampai ke jalan alternatif ke Nusantara lewat
Selat Sunda. Hal inilah yang terjadi pada pelayaran orang Belanda pertama
yang datang ke Nusantara, Cornelis de Houtman. Cornelis de Houtman
terbawa angin selatan dan mendarat di Enggano, dan akhirnya sampai ke
Banten.12 Berbeda dengan Selat Malaka, selat Sunda jauh lebih sempit.
Lebar Selat Malaka hampir 400 km, sementara Selat Sunda hanya 30 km.
Selain itu, selat ini penuh dengan pulau-pulau kecil, berbeda dengan Selat
Malaka yang bersih dari pulau kecuali di ujung selatannya. Belum lagi
perjalanan laut ke Selat Sunda lebih jauh dari perjalanan laut ke Selat
Malaka, dari daratan Asia Timur dan Selatan. Karenanya, Selat Sunda
kalah pamor dari Selat Malaka. Tetapi ia tetap strategis, karena ia menjadi
jembatan yang menghubungkan Sumatera dan Jawa, dua pulau besar
dengan kekayaan alam sekaligus budaya di barat Nusantara.
Selat Lombok adalah selat lain yang merupakan titik sedak di
Indonesia. Ia mengapit dua pulau sedang: Bali dan Lombok. Selat ini dalam
dan cukup luas, berbeda dengan alternatifnya yang dangkal dan terlalu
sempit dan berliku seperti Selat Bali. Di utara, ada Selat Makassar, selat
yang mengapit Kalimantan dan Sulawesi, terhubung dengan jalur ke
Tiongkok, Taiwan, dan Filipina. Di tepiannya terdapat pusat-pusat minyak
bumi Kalimantan Timur. Sementara itu, juga ada Selat Ombai, selat yang
sangat dalam, menghubungkan Maluku dengan Nusa Tenggara Timur,
terus
ke
Australia
dan
Samudera
Hindia.
Kedalaman
lautnya
memungkinkan kapal selam asing melintas tanpa terdeteksi dalam
penyeberangan dari Amerika Serikat atau Tiongkok ke Samudera Hindia.
12
F Swart. Lambert Biesman (1573–1601) of the Company of Trader- Adventurers, the Dutch
Route to the East Indies, and Olivier van Noort’s Circumnavigation of the Globe. The Journal of the
Hakluyt Society December 2007, h. 9
11
Beberapa Titik Strategis di NKRI
Pulau di Indonesia sendiri telah sangat strategis dengan masingmasingnya. Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua,
memiliki sejarah perebutan kekuasaannya sendiri-sendiri. Kesultanan Aceh
mengusai bagian utara Pulau Sumatera yang merupakan tempat masuknya
Islam pertama ke Nusantara. Di selatan, ada Batak, Lingga, Minangkabau,
dan
Sriwijaya,
masing-masing
memiliki
kawasannya
sendiri-sendiri.
Sulawesi juga demikian, di utara ada lokasi pendaratan Spanyol dan
Belanda. Bahkan di Minahasa ada etnik Borgo yang merupakan etnik
campuran Eropa dan Minahasa. Jikalau Spanyol mampu mengalahkan
kerajaan-kerajaan di Selatan, tentulah seluruh Sulawesi jadi kawasan
jajahan Spanyol. Tetapi pulau yang benar-benar diperebutkan adalah
Kalimantan. Istilah Kalimantan sendiri memiliki makna besar tentang
kekayaan alam pulau ini, dimana terdapat banyak sungai besar dan
panjang (kali) dan batu mulia (intan).13 Di sini, para penduduk Dayak
menukarkan batu-batu mulia dengan barang dagangan dari negeri
Tiongkok dan negeri lainnya, memberikan kesan betapa kayanya pulau ini.
Tiga negara kini menguasai kawasan ini: Malaysia, Brunei, dan Indonesia.
Jauh sebelumnya, ia menjadi kawasan rebutan antara Inggris dan Belanda.
Jawa juga demikian. Ada sejarah perebutan kekuasaan yang membagi
13
Versi lain asal usul kata ini datang dari bahasa Sansekerta Kalamanthana yang berarti pulau
yang udaranya sangat panas, merujuk pada iklim khatulistiwa yang panas di Kalimantan. Lihat
Slamet Muljana, Sriwijaya, LKIS, 2006
12
pulau ini menjadi kawasan Sunda (barat) dan kawasan Jawa (tengah dan
timur). Sementara itu, Belanda, Jerman, dan Inggris, bergantian merebut
Pulau Papua, yang kemudian Indonesia dan Australia memperebutkannya
pula. Bagian timur akhirnya menjadi bagian dari negara Papua Nugini,
sementara Indonesia dengan susah payah merebut Irian Jaya kembali dari
Belanda. Di perut buminya terkandung emas yang sekarang dikelola asing.
Sementara itu, di selatan Timor Leste, terdapat blok Timor yang kaya
minyak. Lokasinya akan persis di selatan Timor Timur jika tidak provinsi ini
akhirnya lepas dari tangan NKRI karena desakan negara-negara donor
Indonesia ketika krisis moneter terjadi.
Melihat ke barat dan ke timur, kita menemukan dua samudera besar:
Hindia dan Pasifik. Sejalan dengan itu pula, maka Indonesia berada di
antara dua samudera besar ini. Dengan perspektif ini, kita dapat menyadari
bahwa sesungguhnya Indonesia adalah sebuah titik sedak. Kapal perang
dari Samudera Pasifik harus memutar ke Australia jika tidak dapat melalui
Indonesia ke Samudera Hindia. Begitu pula sebaliknya. Insiden 3 Juli 2003
merupakan bukti bagaimana strategisnya posisi Indonesia bagi Amerika
Serikat. Pada tanggal ini, dua jet tempur F-16 NKRI mencegat armada laut
Amerika Serikat yang teridentifikasi di Laut Jawa, terdiri dari lima pesawat
tempur Hornet, satu super carrier kelas Nimitz, USS Carl Vinson, dua
fregat, dan satu kapal perusak, semuanya mengangkut 100 pesawat
tempur, 16 pesawat pengintai, enam helikopter, 3.184 kelasi dan perwira,
2.800 pilot, dan 70 personil lainnya.14 Mereka mengklaim berada di
perairan internasional dan hendak melakukan latihan tempur di kawasan
barat laut Pulau Bawean. Mereka datang dari Samudera Hindia dan keluar
lewat Selat Lombok, meneruskan perjalanan ke Australia atau ke
Samudera Pasifik. Akan sangat jauh bagi mereka untuk menuju ke
Samudera Pasifik jika harus memutar Australia dari arah selatan,
karenanya mereka melewati kawasan utara, yaitu perairan NKRI.
14
Bara News. Cerita Menegangkan F-16 TNI AU Cegat Pesawat Militer AS di Bawean. 16
Februari 2015.
http://baranews.co/web/read/33038/cerita.menegangkan.f16.tni.au.cegat.pesawat.militer.as.di.baw
ean#.VabmQqTzrIU
13
Gambaran di atas juga menunjukkan sebuah keheranan. Mengapa
Amerika Serikat tidak menuju utara, ke arah Laut Tiongkok Selatan, menuju
ke Taiwan atau ke basis tempur mereka di Okinawa. Masalahnya, jika
melalui jalur ini, mereka akan memasuki kawasan Tiongkok, saingan
barunya dalam geopolitik dunia setelah Uni Soviet runtuh. Selama ini, ada
sebuah strategi besar Amerika Serikat untuk mengepung Tiongkok dari
segala arah. Di Semenanjung Korea, Amerika Serikat hadir dengan alasan
membantu Korea Selatan dalam berjaga-jaga terhadap kemungkinan
serangan Korea Utara, yang sedikit banyak mendapatkan pasokan
persenjataan dari Tiongkok. Amerika Serikat telah memperoleh lahan dari
Jepang atas kemenangannya dalam Perang Dunia II di kepulauan
Okinawa. Sementara itu, Amerika Serikat sangat mendukung Taiwan yang
memisahkan diri dari Tiongkok. Di selatannya, ada Filipina, negara bekas
jajahan Amerika Serikat yang menjadi lokasi basis militernya. Lebih ke
selatan lagi ada Indonesia, yang karena keteguhan hati Presiden Suharto,
menggagalkan upaya Amerika Serikat untuk membangun basis militernya
di Biak.
Dalam rantai ini, ada Vietnam, yang walaupun trauma sejarah
berperang dengan Amerika Serikat sebagai negara proksi, telah mendapat
banyak bantuan atas dasar permintaan maaf yang membuka ruang
diplomasi untuk membangun basis militernya pula di negara ini. Di
Singapura, ada pusat logistik bagi militer Amerika Serikat atau setidaknya,
dukungan logistik dari negara ini jika Amerika Serikat terlibat dalam perang
di salah satu kawasan di proksi Tiongkok. Di Thailand, terdapat pangkalan
militer Utapau. Amerika Serikat menggunakan pangkalan ini dahulu
sebagai basis darat untuk komando penanggulangan bencana tsunami
Aceh. Pakistan dan Afghanistan telah pula dikuasai diplomasi Amerika
Serikat atas nama perang atas terror, yang memungkinkan Amerika Serikat
membangun pangkalan militer di dua negara ini. Di utara, Amerika Serikat
mendekati secara intensif negara yang selama ini kurang terdengar
ceritanya, Mongolia.15 Pada akhirnya, hampir seluruh negara tetangga
15
RD Sawyer. Chinese Strategic Power: Myths, Intent, and Projections. Journal of Military and
Strategic Studies, Winter 2006/07, Vol. 9, Issue 2, p. 31
14
Tiongkok telah didekati Amerika Serikat, kecuali Rusia (dan negara-negara
eks CIS seperti Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan) dan
India yang keras, serta negara seperti Nepal dan Bhutan yang mati-matian
bersikap
netral,
terjaga
dengan
tingginya
Pegunungan
Himalaya.
Belakangan, bahkan India dan Uzbekistan telah berhasil di lobi oleh
Amerika Serikat.
Strategi Pengepungan Tiongkok oleh Amerika Serikat dengan Membangun
Pangkalan Militer di Berbagai Negara Proksi16
Tiongkok sebenarnya dapat bersikap serupa dengan membangun
basis militer yang mengepung Amerika Serikat seperti di Amerika Tengah,
Karibia, Amerika Selatan, dan Laut Tengah, tetapi hal ini tidak dilakukan
karena mereka pertama berfokus pada kepentingan pembangunan dalam
negeri yang sedang sangat maju, mencoba mengalahkan dominasi
Amerika Serikat. Sungguh demikian, perang di dunia maya telah terjadi
dimana para peretas dari kedua negara saling membobol rahasia negara
lawan mereka. Selain itu, Tiongkok juga telah mengeluarkan strategi
pembangunan benteng laut untuk menangkal kekuatan Amerika Serikat
Sumber gambar BD Cole. Island Chains and Sea Control: China’s Maritime Strategy. National
War College, 2014, h. 27
16
15
lewat konsep dua rantai kepulauan. Dua rantai ini mencakup rantai pertama
(terdalam) terentang dari Kepulauan Kurile, Jepang, kepulauan Ryukyu,
Taiwan, Filipina, Kalimantan, dan berakhir di Natuna. Berjarak 1,6 hari (514
mil laut) dari pantai daratan Tiongkok. Rantai kedua, melewati selat Soya,
Tsugaru, Osumi, Miyako, dan Bashi, sejauh 1.800 mil laut atau 5,4 hari
perjalanan dari daratan Tiongkok, terdiri dari rantai mulai dari Yokota dan
Yokosuka di Jepang, terus hingga ke Guam, dan berujung di Semenanjung
Kepala Burung Papua. Tiongkok tidak perlu menguasai negara-negara
yang ada di rantai kepulauan ini, tetapi seperti Amerika Serikat, mereka
berambisi menempatkan pangkalan militer mereka di kawasan-kawasan ini,
siap menangkis kekuatan dari Timur, yang tak lain adalah kekuatan
Amerika Serikat. Sebagai bukti keseriusan mereka meluncurkan rudal anti
satelit tahun 2007 untuk menembak hancur satelit mereka sendiri di
antariksa,
menciptakan
protes
dari
kalangan
internasional
karena
menghasilkan sampah antariksa yang berbahaya bagi berbagai satelit yang
ada di orbit Bumi.17
Strategi Pembentengan Tiongkok dari serangan Amerika Serikat
dengan Membangun Pangkalan Militer di Berbagai Negara Proksi18
B Weeden. Anti Satellite Tests in Space – The Case of China. 2013. Secure World Foundation,
h. 3
18
Sumber BD Cole, Op. Cit, h. 11
17
16
Kembali ke Indonesia, seperti halnya laut dan darat, kawasan udara
kita sangat strategis. Sejalan dengan kesepakatan internasional, kawasan
udara kita ada di atas wilayah darat kita. Sejalan dengan kesepakatan
UNCLOS 1982, luas Indonesia mencakup lautan mencapai 5,8 juta km2.
Karenanya, begitu pulalah, kawasan udara, hingga ketinggian 110 km,
memberikan ruang udara sebesar 638 juta km 3. Pesawat militer maupun
sipil seringkali menerobos ruang udara yang luas ini. Di sisi lain, kawasan
udara di atas Batam, Natuna, dan Dumai, masih dikuasai oleh Singapura.
Patroli Angkatan Udara di atas kawasan ini harus mendapatkan izin dan
dipandu oleh Singapura, sejak tahun 1946 hingga sekarang. Padahal,
kawasan Natuna merupakan sebuah kawasan yang strategis. Kepulauan
ini menjorok ke Laut Tiongkok Selatan, secara efektif memotong kawasan
Malaysia Barat dan Timur, sehingga menjadi incaran bagi Malaysia, yang
ingin mengintegrasikan kawasan Barat dan Timurnya lewat laut.
Lebih dari itu, Natuna juga berhadapan dengan kawasan sengketa
Laut Tiongkok Selatan yang melibatkan negara Vietnam, Brunei, Filipina,
Malaysia, Tiongkok, dan Taiwan. Sengketa belum sampai ke kawasan
Indonesia, tetapi Indonesia terus mengamatinya agar tidak meluas ke
wilayah kita. Jika meluas, maka korban pertama adalah Natuna. Malahan,
Natuna sudah masuk dalam bagian rantai kepulauan pertama Tiongkok. 19
Adalah mungkin bahwa penguasaan udara Natuna oleh Singapura yang
membuat Indonesia tidak terlibat dalam konflik Laut Tiongkok Selatan.
Singapura merupakan negara kuat yang akan sulit dihadapi oleh Tiongkok
yang tergolong paling agresif dalam upaya menguasai Laut Tiongkok
Selatan. Kalaupun dimiliki NKRI, negara kita juga kuat dan dapat
dipandang paling kuat di Asia Tenggara dari segi Sumber Daya Manusia.
Tetapi yang jelas, penguasaan Singapura atas ruang udara Natuna akan
mempersulit Indonesia mengawasi dan menjaga kedaulatan di perbatasan
Natuna. Indonesia telah membahas masalah ini dengan Singapura dan
Malaysia sejak tahun 1983 tetapi belum berhasil mengambil alih hingga
19
M Matsumura. The Limits and Implications of the Air-Sea Battle Concept: A Japanese
Perspective. Journal of Military and Strategic Studies, 15(3), 2014, 23-59, h.40
17
saat ini. Pemerintah menargetkan pengembalian ruang udara Indonesia
dari Singapura tercapai 100% pada tahun 2024.20
Lebih jauh lagi ke atas, ada GSO (Geo Stationary Orbit), sebuah orbit
antariksa dengan ketinggian 35.786 di atas khatulistiwa. Ia merupakan
kawasan antariksa yang sangat strategis, dimana sebagian besar satelit
komunikasi, penyiaran, dan militer berdiam. Makna strategis datang dari
jarak pisah yang sempit antar satelit sehingga ruang harus dijatah. Satelit
mengejar lokasi ini karena jauh lebih murah. Mekanisme orbit mengatur
sendiri lokasi satelit sehingga tidak perlu ada teknisi yang mati-matian
menulis rumus dan merekayasa satelit agar dapat bergerak sesuai orbit
yang diharapkan. Jangkauan satelit juga dapat mencapai sepertiga planet
bumi, lebih luas dari lokasi manapun di orbit antariksa. Saat ini, terdapat
854 satelit di orbit geostasioner, 516 diantaranya tergolong masih aktif.21
Amerika Serikat memiliki 339 satelit di orbit ini sementara Indonesia hanya
memiliki satu.22 Sementara di orbit di atas Indonesia, 95°BT - 141°BT
terdapat enam satelit dimana tiga diantaranya milik Malaysia (MEASAT-3,
MEASAT-3a, dan MEASAT-5) dan dua sisanya milik Rusia (Express AM33
dan Express AM3) dan hanya satu satelit Indonesia, Palapa D.23
Ada delapan negara khatulistiwa yang mengklaim kedaulatan di orbit
geostasioner.24 Selain Indonesia, terdapat Brazil, Equador, Kolombia,
Kongo, Kenya, Uganda, dan Zaire. Mereka telah bersatu lewat Deklarasi
Bogota
tahun
1976
untuk
memperluas
kedaulatan
hingga
orbit
geostasioner.25 Walau begitu, dunia internasional tidak menerima tuntutan
ini. Alasan utamanya adalah tidak ada satupun negara anggota Deklarasi
20
The Jakarta Post. Indonesia Not Ready to Take Over Airspace from Singapore. 14 Maret 2015.
http://www.thejakartapost.com/news/2015/03/14/indonesia-not-ready-take-over-airspacesingapore.html
21
Nayebi, N. The Geosynchronous Orbit and the Outer Limits of Westphalian Sovereignty .
Hastings Science & Technology Law Journal 3:2 : 471-498, h. 472
22
Ibid, h. 487
23
Wikipedia. List of Satellites in Geosynchronous Orbit. (update terakhir 12 Juli 2015)
https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_satellites_in_geosynchronous_orbit . Sebenarnya ada banyak
satelit Indonesia lainnya yaitu Palapa A1, A2, B1, B4, C1, dan C2. Tetapi semuanya sudah tidak
aktif.
24
Sebenarnya ada 13 negara yang dilintasi garis khatulistiwa. Walau begitu negara Sao Tome dan
Principe, Gabon, Somalia, Maladewa, dan Kiribati, tidak mengajukan klaim. Tampaknya karena
porsi wilayah mereka yang dilintasi garis khatulistiwa sangat kecil.
25
Nayebi, Op. Cit, h. 487
18
Bogota
yang
memiliki
kemampuan
meluncurkan
satelit
ke
orbit
geostasioner, apalagi mengontrolnya.26 Sampai sekarang, tidak ada
pengakuan dunia internasional atas kedaulatan negara manapun di
antariksa, termasuk orbit geostasioner. Sejalan dengan itu, Indonesia pun
membatalkan klaimnya atas orbit geostasioner dalam undang-undangnya.
UU No 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan tidak lagi menyebut adanya
orbit geostasioner. Sementara itu, pasal 6 UU No 43 tahun 2008 tentang
Wilayah Negara hanya menyatakan bahwa penetapan batas wilayah
negara di angkasa luar merujuk pada perkembangan hukum internasional.
Padahal, orbit geostasioner masih dikatakan dalam UU No 3 tahun 1989
tentang Telekomunikasi27 dan UU No 20 tahun 1982 tentang Pertahanan
Keamanan Negara.28 Walau begitu, tim diplomasi Indonesia tetap terus
berjuang untuk mendorong pengakuan kedaulatan atas orbit geostasioner
di atas langit Indonesia.29
26
Palapa diluncurkan pada tahun yang sama tetapi tampaknya belum diakui pada saat Deklarasi
Bogota.
27
Pasal 7, Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1989 Tentang Telekomunikasi menyatakan bahwa:
“Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit geostasioner yang merupakan sumber daya alam
yang terbatas dalam penyelenggaraan telekomunikasi diatur dengan Peraturan Pemerintah”
28
Penjelasan pasal 30 ayat 3 UU No 20 tahun 1982 tentang Pertahanan Keamanan Negara
menyatakan bahwa Penjelasan pasal ini adalah: “Adapun pengertian dirgantara mencakup ruang
udara dan antariksa termasuk “Orbit Geostasioner“ yang merupakan sumber daya alam terbatas“.
Menjelaskan pasal 30 ayat 3 yang menyatakan bahwa salah satu tugas TNI Angkatan Udara
adalah “Selaku penegak kedaulatan negara di udara bertugas mempertahankan keutuhan wilayah
dirgantara nasional bersama – sama segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan negara
lainnya;”
29
A Pramono. Orbit Geostasioner (GSO) dalam Hukum Internasional dan Kepentingan Nasional
Indonesia. Pandecta, 6(2), 2011, h.128
19
Negara-Negara yang dilewati Garis Khatulistiwa dan berdaulat atas Orbit
Geostasioner
b.
Makna Strategis Kandungan Sumber Daya Alam
Dari segi sumber daya alam, tak dapat ditolak bahwa Indonesia
merupakan negara yang kaya sumber daya alam. Sumber daya alam ini
adalah bahan tambang. Kenapa demikian? Karena berbeda dengan
pertanian dan peternakan, manusia tidak dapat memperbaharui bahan
tambang. Ia tidak dapat dibuat, dan kalaupun bisa dibuat, akan jauh lebih
kecil
daripada
yang
disediakan
langsung
oleh
alam.
Sementara
laboratorium hanya mampu menghasilkan segenggam mineral, perut bumi
mampu memberikan satu gunung penuh bahan tambang. Jauh lebih mudah
dan
murah
untuk
mengeksplorasi
dan
mengeksploitasi
ketimbang
memproduksi. Perusahaan besar pertambangan bahkan rela menggaji
miliaran bagi tenaga ahli eksplorasi untuk mencari sumber-sumber tambang
di pegunungan, gurun, kutub, dan tempat-tempat terpencil lainnya di muka
bumi ini. Menjadi ahli batu merupakan salah satu profesi paling memuaskan
saat ini di kalangan para ilmuan.
20
Bahan tambang ini membentuk peradaban modern. Manusia
menggunakan semen, perak, emas, tembaga, minyak bumi, gas alam, nikel,
dan berbagai jenis bahan logam dan non logam lainnya, untuk membuat
kendaraan tempur, rudal, hingga perabotan rumah tangga dan kendaraan
sehari-hari.
Negara
maju
sangat
menginginkannya
karena
dengan
eksistensi barang-barang konsumsi inilah kita menyebut mereka sebagai
negara maju. Akan sangat aneh jika Amerika Serikat kita sebut negara maju
tetapi penduduknya hidup dari mata pencaharian bertani dan nelayan.
Negara-negara berkembang menyegani negara-negara maju karena kotakotanya penuh dengan pencakar langit dan permukaan tanahnya dilapisi
oleh jaringan jalan yang kompleks ke sana kemari dengan semua fasilitas
yang memuaskan.
Penguasaan Indonesia terhadap sumber daya alam kita sendiri telah
dinyatakan dengan tegas oleh Pasal 33 UUD 1945. Pasal 33 ayat (3) UUD
1945 menyatakan bahwa negara menguasai bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dan negara mempergunakannya untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Tetapi kita selalu memandang bahwa
UUD 1945 merupakan cita-cita bangsa. Negara memang menguasai
sumber daya alam, tetapi sulit bagi negara untuk menggunakannya untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Istilah sebesar-besar di sini berarti
semaksimal mungkin. Artinya, negara tidak dapat sekedar mengambil satu
dua truk bahan tambang dari satu gunung mineral, tetapi negara harus
mengeksploitasi seluruh kekayaan tambang yang ada di gunung tersebut
untuk rakyat. Hal ini tentu membutuhkan modal yang sangat besar. Akhirnya
negara menghadapi dilema antara menguasai kekayaan alam tetapi tidak
dapat menggunakannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, atau
tidak menguasai kekayaan alam tetapi dapat menggunakannya untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Di sinilah, negara akhirnya membuka
ruang bagi pemilik modal raksasa, perusahaan-perusahaan asing, untuk
membongkar perut bumi negeri ini lewat mekanisme bagi hasil. Status
mereka adalah penyewa, sementara negara bertugas mendapatkan biaya
sewa berdasarkan hasil produksi. Hal ini masih belum maksimal tetapi
sebesar itulah yang paling mampu diberikan pemerintah dengan segala
21
keterbatasan modal dan sumber daya manusia yang ia miliki. Karenanya,
dari barat sampai timur negeri ini, dari Arun hingga Tembagapura,
perusahaan-perusahaan asing membangun pusat-pusat pertambangan
mereka, mengalirkan hasil bumi Indonesia ke negaranya.
Adanya pusat-pusat sumber daya alam di Indonesia memberikan
makna geopolitik yang cukup besar bagi reputasi Indonesia. Penemuan
deposit emas terbesar di dunia di Papua, yang sekarang ditangani PT
Freeport, merupakan sebuah potensi strategis. Amerika Serikat tidak dapat
menolak
untuk menjaga PT Freeport sebagai sebuah kepentingannya.
Alternatifnya, jika Belanda yang menguasai Papua, Amerika Serikat akan
kesulitan mendapatkan emas ini. Belanda memiliki kemampuan eksploitasi
yang sangat besar, buah dari pengerukan kekayaan negeri ini selama tiga
setengah abad. Karenanya, Amerika Serikat membantu Indonesia dalam
perebutan kembali Irian Barat dari tangan sang saingan. Menjajah Indonesia
sendiri demi kekayaan alamnya merupakan alternatif yang tidak dapat
dipilih. Indonesia sangat kuat, dan sebagai salah satu negara non blok,
Indonesia mampu menggerakkan semua rakyat dan bantuan dari negara
senasib untuk menangkal kekuatan Sekutu. Adanya Uni Soviet juga
menghalangi pengambil alihan Indonesia demi kekayaan alamnya, karena
Uni Soviet tidak akan tinggal diam dan dapat terjadi perang proksi di
Indonesia. Akan sangat rugi bagi Amerika Serikat maupun Uni Soviet untuk
melancarkan perang proksi di Indonesia yang berbentuk kepulauan. Harga
sebuah kapal perang pengangkut pesawat tempur sangat mahal dan sekali
hancur, mereka dapat rugi besar. Hal ini berbeda dengan situasi dimana
perang terjadi di darat seperti di Vietnam, Afghanistan, dan Korea, dimana
kehancuran lebih terletak pada kendaraan-kendaraan kecil yang murah.
Karenanya, diplomasi merupakan satu-satunya jalan bagi negara-negara
asing untuk menguasai sumber alam di NKRI, sebagian melalui mekanisme
“haram” dengan menyuap dan menggoda sebagian pejabat kita dengan
harta berlimpah. Strategi ini lebih murah ketimbang harus membayar dana
yang besar kepada negara.
Kepemilikan asing pada sumber daya alam sebenarnya memberikan
hasil yang menyedihkan. Kita telah menyebut sebelumnya paradoks sumber
22
daya alam di sejumlah negara kaya cadangan kekayaan alam di dunia.
Bukan hanya perilaku korup, kesalahan manajemen, atau keterlenaan atas
mudahnya mendapatkan uang dari kepemilikan tanah semata yang
menyebabkan
menciptakan
paradoks
paradoks.
ini.
Perusahaan
Strateginya
adalah
asing
memang
memecah
sengaja
belah
atau
memiskinkan lokasi tambang sehingga masyarakat lokal tidak memiliki
kekuatan untuk menuntut haknya. Strategi pecah belah menyebabkan
konflik lokal, sementara strategi pemiskinan mencegah keberdayaan lokal.
Keduanya menjamin kepemilikan jangka panjang asing terhadap lokasi
tambang. Untuk mencegah lokasi tambang ikut hancur oleh konflik, mereka
membangun persenjataan canggih ala militer beserta benteng yang begitu
tebal di sekitar pertambangan mereka. Strategi konflik merupakan strategi
kuno, dipakai penjajah Inggris dan Belanda untuk mempertahankan
kepemilikannya atas negara jajahannya. Strategi ini kurang efektif karena
saat ini, masyarakat semakin mampu memiliki persenjataan yang dapat
menyamai persenjataan asing. Tidaklah mungkin bagi perusahaan asing
menggunakan rudal atau tank dalam menjaga aset mereka. Mereka
bertopang pada senjata-senjata ringan dan pertahanan berlapis. Artinya,
masyarakat lokal juga mampu mengimbangi dengan bom dan senjata
rakitan serta pengenalan wilayah. Ketika kesadaran muncul bahwa mereka
diadu domba, akan sangat berbahaya bagi perusahaan asing. Mereka
akhirnya harus meninggalkan tanah garapan mereka dan menumpuk
hutang perlahan-lahan sebelum akhirnya bangkrut. Tetapi senjata yang
berkualitas sangat mahal. Kepemilikannya memerlukan uang yang tidak
sedikit. Masyarakat lokal akan tak berdaya jika mereka tidak punya uang.
Karenanya, strategi pemiskinan adalah yang lebih masuk akal.
Kita mungkin heran mengapa kemudian pusat-pusat tambang dunia
merupakan pusat masyarakat miskin. Kembali, bukan karena semata biaya
hidup yang mahal atau tanah yang tidak layak huni karena tercemar, tetapi
karena ada sebuah strategi untuk mengosongkan, atau setidaknya
memiskinkan,
kawasan
sekitar
sehingga
tidak
mengancam
bagi
kelangsungan pusat tambang. Contoh yang paling spektakuler adalah
Benua Afrika. Ia adalah Benua paling kaya di planet ini, tetapi juga
23
merupakan benua termiskin. Walaupun dijajah hanya oleh segelintir negara
Eropa, tetapi jumlah negara yang merdeka begitu banyak dan terpecahpecah. Sejalan dengan itu pula, minyak dan permata mengalir tanpa henti
dari Afrika ke Eropa dan Amerika Serikat. Di masa lalu, bahkan manusia,
yang mengalir lewat perbudakan, baik ke Amerika, Eropa, maupun Asia.
Demikianlah, negara kita strategis, bukan saja dari lokasinya, tetapi
juga dari kandungan yang ada di dalamnya. Usaha melindungi negara ini
memerlukan perhatian yang serius. Kita harus mulai memperhatikan bukan
saja lingkungan internal kita, tetapi juga lingkungan eksternal kita. Bab
selanjutnya akan berbicara tentang bagaimana Indonesia menerapkan
strategi militer selama ini untuk menjaga pertahanan dan ketahanan
bangsa, sekaligus menyorotnya dari sisi makna strategis negeri ini di mata
dunia internasional.
3.
Kesimpulan
Sejak awal sejarah manusia, penundukan bangsa yang dilakukan oleh
bangsa lain dengan alasan untuk menguasai sumber daya alam yang terkandung
di suatu wilayah. Kestrategisan sebuah wilayah dan potensi sumber daya alam
yang terkandung di dalamnya menjadi sebuah daya tarik yang mengundang
keinginan bangsa lain untuk menguasainya. Sejarah mencatat bahwa perang
besar yang terjadi di dunia dikarenakan alasan itu.
merupakan
potensi
yang
menjadi
pendukung
Dua aspek tersebut
sebuah
negara
dalam
membentangkan sistem pertahanan secara sistemik. Sehingga tak heran bila
banyak negara bersikukuh mempertahankan klaimnya atas sebuah kawasan,
semisal klaim China terhadap Laut Cina Selatan. Tindakan China tentu saja
menciptakan friksi dengan banyak negara yang merasa memiliki opsi kepemilikan
terhadap kawasan tersebut.
Indonesia sebagai negara dengan luas wilayah perairan yang begitu
dominan, menjadi sebuah negara yang memiliki banyak potensi strategis di
wilayah negaranya. Ia menjadi krusial dikarenakan posisi Indonesia yang berada
di antara dua samudera dan dua benua, sehingga wilayah Indonesia menjadi lalu
lintas berbagai akfitas dari banyak negara. Disamping posisi yang strategis,
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang
besar. Hal ini tentu saja
24
menjadi variabel yang sangat ideal sebagai modal dalam memetakan sistem
pertahanan negara dengan berpijak pada cara pandang bangsa dalam memaknai
geostrategis yang dimiliki. Untuk menerjemahkan hal tersebut di atas, maka
dibutuhkan strategi yang tepat dan mendasar sebagai sebuah pemahaman yang
linear dengan konsep kepentingan Indonesia akan interaksinya dengan negara di
kawasan.
4.
Referensi
a.
A Pramono. Orbit Geostasioner (GSO) dalam Hukum Internasional
dan Kepentingan Nasional Indonesia. Pandecta, 6(2), 2011, h.128
b.
B Weeden. Anti Satellite Tests in Space – The Case of China. 2013.
Secure World Foundation, h. 3
c.
BBC. Iraq Profile – Timeline. http://www.bbc.com/news/world-middle-
east-14546763
d.
BKKBN Promal. Program KKB dan Pembangunan Keluarga
Berbasis Gugus Pulau, 2014. Kementerian Kehutanan. Profil Kehutanan
Provinsi Maluku Utara, 2013.
e.
Definisi dari RH Liddel Hart, Andre Beaufre, dan Edward Mead
Earle. N Mohapatra. Significance of Strategic and Military Studies in
International Relations. Scholar’s Voice: A New Way of Thinking. 2, No. 1,
January-June 2011, 92-96, p. 92
f.
F Swart. Lambert Biesman (1573–1601) of the Company of Trader-
Adventurers, the Dutch Route to the East Indies, and Olivier van Noort’s
Circumnavigation of the Globe. The Journal of the Hakluyt Society
December 2007, h. 9
g.
G Price, BG de Wet. Converting the military strategy principle of
simplicity into a successful tool for strategy execution in a geographically
dispersed organisation. African Journal of Business Management Vol.
6(17), pp.5750-5762, 2 May, 2012, h. 5751
h.
GF Keller. The Influence of Military Strategies on Business Planning.
International Journal of Business and Management, 2008, h.129
25
i.
M White. Source List and Detailed Death Tolls for the Primary
Megadeaths
of
the
Twentieth
Century.
2011.
http://necrometrics.com/20c5m.htm#Second
j.
MD Poesponegoro dan N Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia:
Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda. Jakarta: Balai
Pustaka, 2008, h. 91
k.
M Strauss. The Growth and Natural Resource Endowment Paradox:
Empirics, Causes & the Case of Kazakhstan. Praxis: the Fletcher Journal of
Development Studies, 16, 2000, h. 1
l.
M Matsumura. The Limits and Implications of the Air-Sea Battle
Concept: A Japanese Perspective. Journal of Military and Strategic Studies,
15(3), 201
POSISI STRATEGIS INDONESIA DI DUNIA
“Sebuah Kajian Mengenai Kestrategisan Indonesia dari Perspektif Pertahanan”
Oleh
Ade prasetia, S.Kel, M.si (Han)
Abstract
This paper describes about the strategic of Indonesia as archipelago country
that is surrounded by another countries around it. The meaning of strategic
Indonesia is based on its position which is between the two oceans and
continents. It is also along with many natural resources that Indonesia has. In the
defense perspective point of view, this condition can be ideal potential in
destroying the defense of Indonesia. On the other hand, both of aspects are
actually the cause of conflict between countries. In addition, it can cause war in
the world. It is written in the history that war is started by struggling the natural
resources and regions of a country. Thus it can suffer a financial loss. Finally, to
be wise that Indonesia manages the two variables as good as possible to optimize
the defense of NKRI.
Keywords: strategic position, natural resources, and defense.
1.
Makna Lokasi Strategis Bagi Pertahanan
Perang merupakan sebuah kepedihan, baik bagi pihak yang menang
maupun pihak yang kalah. Di dalamnya terdapat penderitaan dan korban jiwa dari
kedua belah pihak. Manusia telah belajar banyak dari meletusnya Perang Dunia II
yang menelan korban hingga 66 juta jiwa,1 sekitar 3% dari jumlah penduduk dunia
saat itu.2 Jumlah sebanyak itu setara dengan seperlima penduduk Indonesia saat
1
M White. Source List and Detailed Death Tolls for the Primary Megadeaths of the Twentieth
Century. 2011. http://necrometrics.com/20c5m.htm#Second
2
Tahun 1940 diperkirakan penduduk dunia berjumlah 2,3 Miliar jiwa. US Census. Historical
Estimates of World Population.
https://www.census.gov/population/international/data/worldpop/table_history.php
2
ini atau hampir sama dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1940.3 Ini
belum menghitung jumlah korban yang luka parah dan cacat seumur hidup. Kita
juga belum pula menghitung hilangnya harta benda. Karena besarnya kerugian
ini, kita sangat tidak menginginkan perang terjadi.
Walau demikian, perebutan selalu terjadi. Hal ini karena setiap bangsa
memiliki kepentingannya sendiri dan kadang bertentangan dengan bangsa lain.
Mereka sebenarnya dapat menyelesaikannya secara damai. Tetapi kadangkala
hal ini tidak selalu berhasil. Akibatnya, penyelesaian dapat terjadi dengan cara
peperangan antar bangsa. Dan di dunia ini ada banyak sekali bangsa.
Sejalan dengan itu, tidaklah mengherankan jika negara paling damai
sekalipun berusaha menjaga wilayahnya dengan begitu kuat. Swiss yang
dipandang sebagai negara paling aman di dunia, memiliki perangkat pertahanan
yang sangat kuat, tersembunyi di balik pegunungan. Sewaktu-waktu, ketika
serangan datang, mereka dapat menggerakkan kekuatan dari tempat-tempat
yang tak terduga. Serangan ini dapat datang dari pangkalan-pangkalan militer
mereka yang tersembunyi di balik hiruk pikuk kehidupan perkotaan dan sepinya
perdesaan.
Gambaran di atas adalah contoh dari sebuah strategi. Strategi adalah
konsep yang berakar kuat pada dunia militer. Ia diturunkan dari bahasa Yunani
“strategos” yang berarti “jenderal”.4 Strategi merupakan elemen penting rencana
perang. Rencana perang bertujuan untuk memaksakan syarat dan ketentuan
pada lawan, sehingga lawan tidak memberikan sedikitpun kompromi. Intinya
adalah, rencana perang bertujuan untuk mencapai kemenangan total. Dengan
kata lain, strategi adalah alat untuk mencapai kemenangan total.
Strategi didefinisikan sebagai sebuah seni oleh berbagai ahli. RH Liddel
Hart, sejarawan dan ahli strategi perang Inggris, menyatakan bahwa strategi
adalah “seni mendistribusikan dan menerapkan alat militer untuk memenuhi
sebuah tujuan kebijakan.” Sementara itu, Andre Beaufre, ahli strategi perang
3
Tahun 1940 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia adalah 70,4 juta jiwa. MD Poesponegoro
dan N Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia
Belanda. Jakarta: Balai Pustaka, 2008, h. 91
4
G Price, BG de Wet. Converting the military strategy principle of simplicity into a successful tool
for strategy execution in a geographically dispersed organisation. African Journal of Business
Management Vol. 6(17), pp.5750-5762, 2 May, 2012, h. 5751
3
Perancis mengartikan strategi sebagai “seni mengendalikan semua sumber daya
suatu bangsa untuk mendorong dan mengamankan kepentingan vitalnya
terhadap lawan aktual maupun potensial.” Begitu pula, Edward Mead Earle,
pakar hubungan internasional Amerika Serikat, mengatakan bahwa strategi
adalah “seni dialektika dua keinginan yang bertentangan menggunakan kekuatan
untuk memecahkan pertikaian.”5
Ahli strategi yang paling dikagumi dan dipanut di dunia adalah seorang
ahli strategi Tiongkok, Sun Tzu, yang hidup 500 tahun sebelum masehi. Beliau
menyebutkan bahwa strategi terdiri dari lima elemen penting: tao (kekuatan jiwa),
cuaca, tempat, kepemimpinan, dan sistem.6 Selanjutnya, Sun Tzu juga
mengatakan bahwa kita bukan saja harus mempelajari lima elemen ini pada diri
kita sendiri, tetapi juga pada diri musuh kita. Dengan pengetahuan ini, kita dapat
memperhitungkan kemungkinan kemenangan dari sebuah peperangan.
Dari lima elemen penting dari strategi perang di atas, kita akan berfokus
pada elemen lokasi. Lokasi ini merupakan tempat peperangan di adakan. Ada
lokasi yang menguntungkan, dan ada juga yang merugikan bagi suatu pihak.
Contoh yang paling jelas adalah ketika 300 orang prajurit Sparta mampu
mengalahkan mengalahkan satu juta prajurit Persia dalam pertempuran
Thermophyle. Elemen yang paling menentukan dalam pertempuran ini adalah
lokasi. Para prajurit Sparta berlindung di celah sempit antara dua tebing terjal
sehingga musuh tidak dapat menyerang sekaligus. Menyerang dalam jumlah
besar hanya mempersulit mereka satu sama lain karena sempitnya ruang gerak.
Kejadian yang hampir sama terjadi dalam pertempuran Laut Myeongyang (15921598). Admiral Yi Sun Sin memimpin hanya 13 kapal perang, tetapi mampu
mengalahkan 300 kapal perang Jepang yang menyerang. Seperti halnya para
pejuang Sparta, mereka berlindung di selat sempit, sehingga kapal-kapal perang
Jepang tak mampu bergerak dan terjebak di selat ini. Mereka pun menjadi
sasaran
5
empuk para
pejuang
Korea. Karena
pentingnya
lokasi
dalam
Definisi dari RH Liddel Hart, Andre Beaufre, dan Edward Mead Earle. N Mohapatra. Significance
of Strategic and Military Studies in International Relations. Scholar’s Voice: A New Way of
Thinking. 2, No. 1, January-June 2011, 92-96, p. 92
6
GF Keller. The Influence of Military Strategies on Business Planning. International Journal of
Business and Management, 2008, h.129
4
pertempuran, maka berbagai pihak akan mencari dan memperebutkan lokasi
yang strategis tersebut.
Ada dua makna lokasi strategis dari sebuah strategi perang. Lokasi dapat
bermakna strategis sebagai lokasi pertempuran dan dapat bermakna strategis
sebagai pusat sumber daya bangsa. Kasus pertama menunjukkan bahwa lokasi
tidak harus merupakan tempat suatu bangsa berada. Contoh dari pertempuran
memperebutkan lokasi ini adalah pertempuran perbatasan. Perbatasan adalah
lokasi strategis karena kita dapat mengepung musuh jika mampu menguasai
semua perbatasannya. Strategi ini dipakai oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet
dalam Perang Dingin. Pada perang tersebut, ada yang disebut sebagai Perang
Proksi. Perang proksi terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, tetapi
dilakukan di negara tetangganya, yang dibuat seolah-olah sebagai perang demi
harkat dan martabat bangsa di negara tersebut. Ada tiga perang proksi di masa
Perang Dingin: Perang Afganistan (1979-1989), Perang Korea (1950-1953), dan
Perang Vietnam (1955-1975).
Perang Afghanistan dan Perang Korea masing-masing menelan korban
sekitar satu juta jiwa sementara Perang Vietnam bahkan tiga juta jiwa. 7
Pembunuhan massal di Kamboja oleh Rezim Pol Pot dan di Indonesia tahun 1965
juga merupakan salah satu bentuk tragedi kemanusiaan yang merupakan bagian
dari strategi besar perebutan kekuasaan dunia oleh Uni Soviet dan Amerika
Serikat. Dalam semua kasus, kedua negara adi daya tersebut memanfaatkan
pemerintah yang lemah dari negara proksi untuk menjadi pengikutnya. Setelah
kedua negara mendapatkan pengikut, para pengikut ini saling berperang satu
sama lain. Bahkan sekarang, Korea Utara dan Korea Selatan masih dalam
ketegangan besar, sementara Uni Soviet sendiri telah runtuh. Seperti kita lihat,
Korea dan Afghanistan merupakan dua negara tetangga Uni Soviet, sementara
Vietnam merupakan negara tetangga Tiongkok, yang saat itu juga merupakan
sekutu Uni Soviet. Krisis misil Kuba, negara tetangga Amerika Serikat, merupakan
salah satu bentuk konflik proksi dimana Uni Soviet berhasil melobi pemerintah
Kuba untuk meletakkan rudal-rudal mereka di negara ini, mengarah langsung ke
Amerika Serikat.
7
Ziad Obermeyer, Christopher J L Murray, Emmanuela Gakidou. Fifty years of violent war deaths
from Vietnam to Bosnia: analysis of data from the world health survey programme. BMJ 2008; 336
5
Pertanda penting dari Perang Proksi adalah mulai menumpuknya dua
kekuatan dari negara yang bermusuhan di satu negara proksi. Pada masa Perang
Dunia II, perang Pasifik salah satunya memperebutkan Kepulauan Solomon.
Amerika Serikat dan Jepang memperebutkan kepulauan ini karena berada di
lokasi strategis di Pasifik. Penguasaan Solomon memungkinkan Amerika Serikat
dapat menyerang basis-basis Jepang di Asia Tenggara dan Jepang itu sendiri.
Jepang sendiri berkepentingan dengan Kepulauan Solomon untuk dapat
melakukan serangan ke Australia dan Amerika Serikat yang membangun basisbasisnya di kawasan Pasifik. Karenanya, kedua negara menjadikan Kepulauan
Solomon sebagai lokasi perang besar, walaupun bangsa Solomon sendiri tidak
memiliki relasi dengan bangsa Jepang maupun Amerika-Australia.
Lokasi strategis sebagai pusat sumber daya bangsa bermakna bahwa
lokasi tersebut penting agar suatu bangsa dapat terus hidup dan membangun.
Bangsa ini dapat merupakan bangsa pemilik lokasi tersebut, atau sebaliknya,
bangsa yang menginginkan lokasi tersebut. Lokasi strategis Provinsi Khuzestan
yang kaya minyak memotivasi terjadinya Perang Teluk I (1980-1988). Irak
mengklaim wilayah tersebut sebagai wilayahnya sejak tahun 1969 walaupun
merupakan wilayah Iran. Inggris saat menjajah Irak menyerahkan provinsi
tersebut ke Iran. Konflik ini tidak akan begitu mengemuka jika tidak akhirnya
diketahui bahwa provinsi ini memiliki cadangan minyak bumi yang begitu besar.
Satu juta nyawa melayang dalam perang ini.8
Berbagai perang selanjutnya di kawasan Timur Tengah dimotivasi oleh
perebutan sumber daya minyak ini. Perang Teluk (2003-2010) yang akhirnya
meruntuhkan Saddam Hussen dari kekuasaannya juga dimotivasi terutama oleh
upaya menguasai ladang minyak di negara ini. 200 ribu nyawa melayang dalam
perang ini.9 Sebelumnya, Irak juga telah menginvasi Kuwait dengan tujuan yang
sama. Kasus Ambalat juga merupakan bentuk konflik yang memperebutkan basis
sumber daya karena adanya kandungan minyak yang besar di Blok Ambalat.
Belum lagi kasus Timor Timur yang lepas dari NKRI, di selatannya terdapat Blok
Timor yang juga kaya minyak.
BBC. Iraq Profile – Timeline. http://www.bbc.com/news/world-middle-east-14546763
Cost of War. Human Costs of War: Direct War Death in Afghanistan, Iraq, And Pakistan October
2001--‐February 2013. http://costsofwar.org/sites/default/files/HMCHART_2.pdf
8
9
6
Minyak merupakan sumber daya penting bagi suatu bangsa. Ia
memberikan banyak kontribusi bagi pembangunan dan penguasaan atasnya
adalah penguasaan pembangunan. Ketika ia berada di tangan sebuah negara
yang lemah, segera bangsa yang kuat akan merebutnya, baik dengan cara damai
maupun cara perang. Kita tentu heran mengapa negara kaya minyak seperti
Venezuela, Nigeria, dan Indonesia sendiri kesulitan menjadi negara industrialis.
Penyebabnya adalah negosiasi damai dari negara-negara maju yang miskin
minyaklah yang ternyata membawa pada penguasaan atas ladang-ladang minyak
di negara ini. Para ahli menyebut fenomena ini sebagai paradoks kekayaan
sumber daya alam.10 Negara maju berusaha mati-matian merebut sumber daya
alam dari negara berkembang dan mempertahankannya mati-matian. Amerika
Serikat akan segera merespon ketika ladang minyaknya di Irak diserang oleh
pasukan “teroris” dan segera mengerahkan kekuatan bersenjatanya pada
pemimpin negara yang tidak kooperatif dalam berbagi sumber daya alam, seperti
di Venezuela dan Libya. Amerika Serikat menyadari bahwa sekali pusat sumber
daya alam mereka dikuasai, mereka akan lumpuh karena perekonomiannya
maupun angkatan bersenjatanya, sangat bertopang pada persediaan minyak dan
energi dari pusat-pusat ini.
2.
Indonesia sebagai Lokasi Strategis
Sekarang mari kita menoleh ke NKRI. Segera kita menyadari bahwa
negara kita merupakan negara strategis, baik dari segi lokasi maupun dari segi
sumber daya alam. Untuk itu, di bawah ini akan penulis mendeskripsikan
mengenai makna strategis posisi dan sumber daya alam yang terkandung di
wilayah Indonesia.
a.
Makna Strategis Posisi
Dari segi lokasi, baik darat, laut, udara, bahkan antariksa kita bernilai
strategis. Makna strategis kawasan darat NKRI terletak pada bentuk
daratan yang berupa kepulauan. Sedikit negara di dunia yang memiliki
10
Hal ini berlaku pada negara-negara kaya sumber daya alam yang justru semakin miskin seperti
Nigeria, Meksiko, Argentina, Iran, Libya, India, Costa Rica, Haiti, Armenia, Myanmar, Azerbaijan,
Georgia, dan Jamaika. M Strauss. The Growth and Natural Resource Endowment Paradox:
Empirics, Causes & the Case of Kazakhstan. Praxis: the Fletcher Journal of Development Studies,
16, 2000, h. 1
7
bentuk kepulauan. Indonesia merupakan negara dengan bentuk daratan
berupa kepulauan terbesar di dunia, terbentang horizontal pada peta dunia
di garis khatulistiwa. Musuh yang menyerang sebuah kepulauan dapat
menguasainya sedikit demi sedikit. Musuh dapat menguasai satu pulau
tanpa harus pulau lainnya sadar. Hal ini berbeda dengan negara daratan,
dimana penguasaan satu wilayah akan segera terdeteksi dan tidak ada
halangan berarti bagi kekuatan dari kawasan lain untuk segera merebut
kembali. Pengambil alihan secara perlahan-lahan ini penting bagi sebuah
negara musuh. Ia dapat segera mengambil alih kemudian memasang pos
di pulau tersebut, dan mulai mengarah ke pulau lainnya. Hal ini yang terjadi
pada berbagai kepulauan di Samudera Pasifik semasa Perang Dunia II.
Amerika Serikat dan Jepang bergantian merebut satu persatu pulau di
kepulauan-kepulauan ini. Mereka mengisolasi satu pulau kemudian
membangun pertahanan, sampai titik di mana kedua kekuatan bertemu
dan bertempur.
Pulau juga memiliki makna strategis bagi para pengacau keamanan,
terutama para perompak. Pada kawasan kepulauan, kapal-kapal perompak
dapat leluasa bersembunyi dari patroli lawan. Pulau menjadi tempat yang
sangat penting untuk bersembunyi sekaligus melakukan penyergapan pada
masa belum adanya kapal selam. Kawasan Kepulauan Riau khususnya,
merupakan titik yang rawan. Para perompak menggunakannya sebagai
tempat bersembunyi atau ketika mereka semata ingin beristirahat dan
menikmati hasil jarahan. Dari pulau-pulau ini, mereka melakukan
perompakan ke Laut Tiongkok Selatan dan Selat Malaka. Para pejuang
juga memanfaatkan titik persembunyian ini. Ketika Portugis menguasai
Selat Malaka, para prajurit Aceh bersembunyi di Kepulauan Karimun, di
kawasan Kepulauan Riau. Dari titik ini, mereka bersama prajurit bala
bantuan dari berbagai kerajaan di Sumatera dan Jawa melakukan serbuan
ke penjajah Portugis yang berkuasa di Selat Malaka.
8
Kita memiliki Maluku di timur. Ia merupakan sebuah kepulauan yang
luas, terdiri dari sekitar 1.600 pulau.11 Setiap pulau besar memiliki bahasa
dan sukunya sendiri, dan bahkan kerajaannya sendiri di masa lalu.
Penjajah memanfaatkan keanekaragaman ini sebagai alat pemecah belah.
Kalau tidak karena adanya kesadaran bersama antar kerajaan yang ada di
Maluku, tentulah kawasan ini dapat terpecah belah oleh politik divide et
impera penjajah. Hal yang sama terjadi pada skala yang lebih besar, yaitu
Nusantara itu sendiri, di masa penjajahan VOC dan Belanda. Untungnya,
keanekaragaman di Nusantara bukanlah keanekaragaman ras. Setiap
pulau berdekatan sehingga memiliki kemiripan dalam beberapa aspek
budaya. Hal ini berbeda dengan kawasan benua dimana keanekaragaman
dapat sangat mencolok antara satu sisi benua dengan satu sisi benua
lainnya. Tiongkok dan India keduanya di Benua Asia, tetapi perbedaan
budaya keduanya sangat mencolok. Inggris menggunakan strategi ini untuk
memecah belah bangsa Malaysia, Afrika Selatan, dan negara-negara
jajahan Inggris lainnya. Inggris mengirim bangsa India ke Uganda,
Malaysia, dan Afrika Selatan, yang kemudian berkelahi dengan penduduk
asli, membuat mereka kehilangan fokus yang sebenarnya, yaitu mengusir
penjajah itu sendiri. Di Nusantara, orang Jawa dibawa ke Minangkabau dan
orang Jawa dibawa ke Tondano, hanya untuk memperkuat kesatuan
bangsa karena mereka masih banyak miripnya ketimbang bedanya.
Makna strategis kedua dari bentuk kepulauan adalah keberadaan
teluk, selat, dan titik sedak (chokepoints). Teluk merupakan tempat yang
cocok untuk mendirikan pelabuhan dan juga merupakan lokasi yang cocok
untuk persembunyian. Adanya teluk memungkinkan kapal-kapal perang
disimpan dalam jumlah besar namun sedikit yang terpapar langsung ke
laut, sehingga tidak dapat musnah dalam sekali serang. Hal ini berbeda jika
suatu bangsa menyimpan kapal-kapal perang mereka di pesisir biasa yang
lurus, yang membuat sebuah ombak besar, katakanlah tsunami, dapat
menghancurkan kapal perang secara keseluruhan. Lebih dari itu, kapalkapal perang dapat bersembunyi dari pengamatan kiri dan kanan, dan
11
Jumlah pulau di Provinsi Maluku adalah 1.241 buah, sementara di provinsi Maluku Utara
sebanyak 395 buah. BKKBN Promal. Program KKB dan Pembangunan Keluarga Berbasis Gugus
Pulau, 2014. Kementerian Kehutanan. Profil Kehutanan Provinsi Maluku Utara, 2013.
9
untuk mengetahuinya, musuh harus berada langsung berhadapan dengan
kapal perang. Di sisi lain, kapal perang sendiri dapat mengirimkan pengintai
untuk mengintai musuh yang ada di kiri dan kanan sementara memasang
persenjataan langsung menghadap ke depan untuk menyambut musuh.
Selat merupakan perairan strategis pula. Ia ibarat jembatan pendek
yang menghubungkan dua pulau. Penguasaan atas jembatan ini akan
memotong pasokan darat musuh sehingga musuh harus berputar untuk
dapat sampai ke seberang. Jika daratan yang mengapit selat sangat luas,
maka tidak ada jalan lain selain kapal harus melewati selat dan siapapun
yang menguasai selat, dapat memaksakan syarat dan ketentuannya pada
pelintas selat. Bangsa-bangsa telah sedapat mungkin menguasai laut
sempit ini, dan bahkan ada yang menggali sendiri untuk membuat selat
buatan seperti di Suez dan Panama. Karenanya banyak selat di dunia
menjadi kawasan perebutan bangsa-bangsa. Selat Dardanella di Turki
misalnya, sepanjang sejarah menjadi perebutan Yunani, Usmaniyah, dan
Persia, karena menghubungkan Eropa dan Asia, jalur masuk bagi barang
dagangan dari Tiongkok dari dan ke Eropa. Alternatifnya sangat buruk. Ke
selatan, hanya ada daratan Israel yang gersang, sementara di utara, ada
kawasan padang rumput yang luas dan seolah tiada akhir.
Selat Malaka merupakan contoh selat yang sangat strategis di
Nusantara. Sumatera dan benua Asia mengapit selat ini. Cukup jauh bagi
kapal dari India dan bangsa lain di Barat untuk memutar ke Selat Sunda
untuk sampai ke Tiongkok. Begitu pula, sulit bagi Tiongkok untuk memutar
ke Selat Sunda untuk sampai ke India. Karenanya, keduanya terpaksa
menggunakan Selat Malaka untuk jalur tercepat sampai ke masing-masing
tujuan. Sejalan dengan itu, Selat Malaka menjadi tempat perebutan begitu
banyak bangsa. Mulai dari Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda, Aceh,
Melaka, Lingga, Demak, hingga Sriwijaya, telah silih berganti menguasai
Selat Malaka. Selat yang seperti ini disebut sebagai titik sedak, karena
tidak ada pilihan lain untuk mencapai lokasi di seberang kecuali melewati
titik sedak ini.
10
Selain Malaka, ada dua titik sedak lain di Indonesia, yaitu Selat
Sunda dan Selat Lombok. Selat Sunda adalah sebuah titik sedak yang
memungkinkan kapal dari Samudera Hindia memasuki perairan Nusantara
tanpa harus berhadapan dengan pajak dan bajak laut di Selat Malaka.
Angin selatan dapat mendorong kapal menyimpang dari arah menuju Selat
Malaka dan membuatnya sampai ke jalan alternatif ke Nusantara lewat
Selat Sunda. Hal inilah yang terjadi pada pelayaran orang Belanda pertama
yang datang ke Nusantara, Cornelis de Houtman. Cornelis de Houtman
terbawa angin selatan dan mendarat di Enggano, dan akhirnya sampai ke
Banten.12 Berbeda dengan Selat Malaka, selat Sunda jauh lebih sempit.
Lebar Selat Malaka hampir 400 km, sementara Selat Sunda hanya 30 km.
Selain itu, selat ini penuh dengan pulau-pulau kecil, berbeda dengan Selat
Malaka yang bersih dari pulau kecuali di ujung selatannya. Belum lagi
perjalanan laut ke Selat Sunda lebih jauh dari perjalanan laut ke Selat
Malaka, dari daratan Asia Timur dan Selatan. Karenanya, Selat Sunda
kalah pamor dari Selat Malaka. Tetapi ia tetap strategis, karena ia menjadi
jembatan yang menghubungkan Sumatera dan Jawa, dua pulau besar
dengan kekayaan alam sekaligus budaya di barat Nusantara.
Selat Lombok adalah selat lain yang merupakan titik sedak di
Indonesia. Ia mengapit dua pulau sedang: Bali dan Lombok. Selat ini dalam
dan cukup luas, berbeda dengan alternatifnya yang dangkal dan terlalu
sempit dan berliku seperti Selat Bali. Di utara, ada Selat Makassar, selat
yang mengapit Kalimantan dan Sulawesi, terhubung dengan jalur ke
Tiongkok, Taiwan, dan Filipina. Di tepiannya terdapat pusat-pusat minyak
bumi Kalimantan Timur. Sementara itu, juga ada Selat Ombai, selat yang
sangat dalam, menghubungkan Maluku dengan Nusa Tenggara Timur,
terus
ke
Australia
dan
Samudera
Hindia.
Kedalaman
lautnya
memungkinkan kapal selam asing melintas tanpa terdeteksi dalam
penyeberangan dari Amerika Serikat atau Tiongkok ke Samudera Hindia.
12
F Swart. Lambert Biesman (1573–1601) of the Company of Trader- Adventurers, the Dutch
Route to the East Indies, and Olivier van Noort’s Circumnavigation of the Globe. The Journal of the
Hakluyt Society December 2007, h. 9
11
Beberapa Titik Strategis di NKRI
Pulau di Indonesia sendiri telah sangat strategis dengan masingmasingnya. Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua,
memiliki sejarah perebutan kekuasaannya sendiri-sendiri. Kesultanan Aceh
mengusai bagian utara Pulau Sumatera yang merupakan tempat masuknya
Islam pertama ke Nusantara. Di selatan, ada Batak, Lingga, Minangkabau,
dan
Sriwijaya,
masing-masing
memiliki
kawasannya
sendiri-sendiri.
Sulawesi juga demikian, di utara ada lokasi pendaratan Spanyol dan
Belanda. Bahkan di Minahasa ada etnik Borgo yang merupakan etnik
campuran Eropa dan Minahasa. Jikalau Spanyol mampu mengalahkan
kerajaan-kerajaan di Selatan, tentulah seluruh Sulawesi jadi kawasan
jajahan Spanyol. Tetapi pulau yang benar-benar diperebutkan adalah
Kalimantan. Istilah Kalimantan sendiri memiliki makna besar tentang
kekayaan alam pulau ini, dimana terdapat banyak sungai besar dan
panjang (kali) dan batu mulia (intan).13 Di sini, para penduduk Dayak
menukarkan batu-batu mulia dengan barang dagangan dari negeri
Tiongkok dan negeri lainnya, memberikan kesan betapa kayanya pulau ini.
Tiga negara kini menguasai kawasan ini: Malaysia, Brunei, dan Indonesia.
Jauh sebelumnya, ia menjadi kawasan rebutan antara Inggris dan Belanda.
Jawa juga demikian. Ada sejarah perebutan kekuasaan yang membagi
13
Versi lain asal usul kata ini datang dari bahasa Sansekerta Kalamanthana yang berarti pulau
yang udaranya sangat panas, merujuk pada iklim khatulistiwa yang panas di Kalimantan. Lihat
Slamet Muljana, Sriwijaya, LKIS, 2006
12
pulau ini menjadi kawasan Sunda (barat) dan kawasan Jawa (tengah dan
timur). Sementara itu, Belanda, Jerman, dan Inggris, bergantian merebut
Pulau Papua, yang kemudian Indonesia dan Australia memperebutkannya
pula. Bagian timur akhirnya menjadi bagian dari negara Papua Nugini,
sementara Indonesia dengan susah payah merebut Irian Jaya kembali dari
Belanda. Di perut buminya terkandung emas yang sekarang dikelola asing.
Sementara itu, di selatan Timor Leste, terdapat blok Timor yang kaya
minyak. Lokasinya akan persis di selatan Timor Timur jika tidak provinsi ini
akhirnya lepas dari tangan NKRI karena desakan negara-negara donor
Indonesia ketika krisis moneter terjadi.
Melihat ke barat dan ke timur, kita menemukan dua samudera besar:
Hindia dan Pasifik. Sejalan dengan itu pula, maka Indonesia berada di
antara dua samudera besar ini. Dengan perspektif ini, kita dapat menyadari
bahwa sesungguhnya Indonesia adalah sebuah titik sedak. Kapal perang
dari Samudera Pasifik harus memutar ke Australia jika tidak dapat melalui
Indonesia ke Samudera Hindia. Begitu pula sebaliknya. Insiden 3 Juli 2003
merupakan bukti bagaimana strategisnya posisi Indonesia bagi Amerika
Serikat. Pada tanggal ini, dua jet tempur F-16 NKRI mencegat armada laut
Amerika Serikat yang teridentifikasi di Laut Jawa, terdiri dari lima pesawat
tempur Hornet, satu super carrier kelas Nimitz, USS Carl Vinson, dua
fregat, dan satu kapal perusak, semuanya mengangkut 100 pesawat
tempur, 16 pesawat pengintai, enam helikopter, 3.184 kelasi dan perwira,
2.800 pilot, dan 70 personil lainnya.14 Mereka mengklaim berada di
perairan internasional dan hendak melakukan latihan tempur di kawasan
barat laut Pulau Bawean. Mereka datang dari Samudera Hindia dan keluar
lewat Selat Lombok, meneruskan perjalanan ke Australia atau ke
Samudera Pasifik. Akan sangat jauh bagi mereka untuk menuju ke
Samudera Pasifik jika harus memutar Australia dari arah selatan,
karenanya mereka melewati kawasan utara, yaitu perairan NKRI.
14
Bara News. Cerita Menegangkan F-16 TNI AU Cegat Pesawat Militer AS di Bawean. 16
Februari 2015.
http://baranews.co/web/read/33038/cerita.menegangkan.f16.tni.au.cegat.pesawat.militer.as.di.baw
ean#.VabmQqTzrIU
13
Gambaran di atas juga menunjukkan sebuah keheranan. Mengapa
Amerika Serikat tidak menuju utara, ke arah Laut Tiongkok Selatan, menuju
ke Taiwan atau ke basis tempur mereka di Okinawa. Masalahnya, jika
melalui jalur ini, mereka akan memasuki kawasan Tiongkok, saingan
barunya dalam geopolitik dunia setelah Uni Soviet runtuh. Selama ini, ada
sebuah strategi besar Amerika Serikat untuk mengepung Tiongkok dari
segala arah. Di Semenanjung Korea, Amerika Serikat hadir dengan alasan
membantu Korea Selatan dalam berjaga-jaga terhadap kemungkinan
serangan Korea Utara, yang sedikit banyak mendapatkan pasokan
persenjataan dari Tiongkok. Amerika Serikat telah memperoleh lahan dari
Jepang atas kemenangannya dalam Perang Dunia II di kepulauan
Okinawa. Sementara itu, Amerika Serikat sangat mendukung Taiwan yang
memisahkan diri dari Tiongkok. Di selatannya, ada Filipina, negara bekas
jajahan Amerika Serikat yang menjadi lokasi basis militernya. Lebih ke
selatan lagi ada Indonesia, yang karena keteguhan hati Presiden Suharto,
menggagalkan upaya Amerika Serikat untuk membangun basis militernya
di Biak.
Dalam rantai ini, ada Vietnam, yang walaupun trauma sejarah
berperang dengan Amerika Serikat sebagai negara proksi, telah mendapat
banyak bantuan atas dasar permintaan maaf yang membuka ruang
diplomasi untuk membangun basis militernya pula di negara ini. Di
Singapura, ada pusat logistik bagi militer Amerika Serikat atau setidaknya,
dukungan logistik dari negara ini jika Amerika Serikat terlibat dalam perang
di salah satu kawasan di proksi Tiongkok. Di Thailand, terdapat pangkalan
militer Utapau. Amerika Serikat menggunakan pangkalan ini dahulu
sebagai basis darat untuk komando penanggulangan bencana tsunami
Aceh. Pakistan dan Afghanistan telah pula dikuasai diplomasi Amerika
Serikat atas nama perang atas terror, yang memungkinkan Amerika Serikat
membangun pangkalan militer di dua negara ini. Di utara, Amerika Serikat
mendekati secara intensif negara yang selama ini kurang terdengar
ceritanya, Mongolia.15 Pada akhirnya, hampir seluruh negara tetangga
15
RD Sawyer. Chinese Strategic Power: Myths, Intent, and Projections. Journal of Military and
Strategic Studies, Winter 2006/07, Vol. 9, Issue 2, p. 31
14
Tiongkok telah didekati Amerika Serikat, kecuali Rusia (dan negara-negara
eks CIS seperti Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan) dan
India yang keras, serta negara seperti Nepal dan Bhutan yang mati-matian
bersikap
netral,
terjaga
dengan
tingginya
Pegunungan
Himalaya.
Belakangan, bahkan India dan Uzbekistan telah berhasil di lobi oleh
Amerika Serikat.
Strategi Pengepungan Tiongkok oleh Amerika Serikat dengan Membangun
Pangkalan Militer di Berbagai Negara Proksi16
Tiongkok sebenarnya dapat bersikap serupa dengan membangun
basis militer yang mengepung Amerika Serikat seperti di Amerika Tengah,
Karibia, Amerika Selatan, dan Laut Tengah, tetapi hal ini tidak dilakukan
karena mereka pertama berfokus pada kepentingan pembangunan dalam
negeri yang sedang sangat maju, mencoba mengalahkan dominasi
Amerika Serikat. Sungguh demikian, perang di dunia maya telah terjadi
dimana para peretas dari kedua negara saling membobol rahasia negara
lawan mereka. Selain itu, Tiongkok juga telah mengeluarkan strategi
pembangunan benteng laut untuk menangkal kekuatan Amerika Serikat
Sumber gambar BD Cole. Island Chains and Sea Control: China’s Maritime Strategy. National
War College, 2014, h. 27
16
15
lewat konsep dua rantai kepulauan. Dua rantai ini mencakup rantai pertama
(terdalam) terentang dari Kepulauan Kurile, Jepang, kepulauan Ryukyu,
Taiwan, Filipina, Kalimantan, dan berakhir di Natuna. Berjarak 1,6 hari (514
mil laut) dari pantai daratan Tiongkok. Rantai kedua, melewati selat Soya,
Tsugaru, Osumi, Miyako, dan Bashi, sejauh 1.800 mil laut atau 5,4 hari
perjalanan dari daratan Tiongkok, terdiri dari rantai mulai dari Yokota dan
Yokosuka di Jepang, terus hingga ke Guam, dan berujung di Semenanjung
Kepala Burung Papua. Tiongkok tidak perlu menguasai negara-negara
yang ada di rantai kepulauan ini, tetapi seperti Amerika Serikat, mereka
berambisi menempatkan pangkalan militer mereka di kawasan-kawasan ini,
siap menangkis kekuatan dari Timur, yang tak lain adalah kekuatan
Amerika Serikat. Sebagai bukti keseriusan mereka meluncurkan rudal anti
satelit tahun 2007 untuk menembak hancur satelit mereka sendiri di
antariksa,
menciptakan
protes
dari
kalangan
internasional
karena
menghasilkan sampah antariksa yang berbahaya bagi berbagai satelit yang
ada di orbit Bumi.17
Strategi Pembentengan Tiongkok dari serangan Amerika Serikat
dengan Membangun Pangkalan Militer di Berbagai Negara Proksi18
B Weeden. Anti Satellite Tests in Space – The Case of China. 2013. Secure World Foundation,
h. 3
18
Sumber BD Cole, Op. Cit, h. 11
17
16
Kembali ke Indonesia, seperti halnya laut dan darat, kawasan udara
kita sangat strategis. Sejalan dengan kesepakatan internasional, kawasan
udara kita ada di atas wilayah darat kita. Sejalan dengan kesepakatan
UNCLOS 1982, luas Indonesia mencakup lautan mencapai 5,8 juta km2.
Karenanya, begitu pulalah, kawasan udara, hingga ketinggian 110 km,
memberikan ruang udara sebesar 638 juta km 3. Pesawat militer maupun
sipil seringkali menerobos ruang udara yang luas ini. Di sisi lain, kawasan
udara di atas Batam, Natuna, dan Dumai, masih dikuasai oleh Singapura.
Patroli Angkatan Udara di atas kawasan ini harus mendapatkan izin dan
dipandu oleh Singapura, sejak tahun 1946 hingga sekarang. Padahal,
kawasan Natuna merupakan sebuah kawasan yang strategis. Kepulauan
ini menjorok ke Laut Tiongkok Selatan, secara efektif memotong kawasan
Malaysia Barat dan Timur, sehingga menjadi incaran bagi Malaysia, yang
ingin mengintegrasikan kawasan Barat dan Timurnya lewat laut.
Lebih dari itu, Natuna juga berhadapan dengan kawasan sengketa
Laut Tiongkok Selatan yang melibatkan negara Vietnam, Brunei, Filipina,
Malaysia, Tiongkok, dan Taiwan. Sengketa belum sampai ke kawasan
Indonesia, tetapi Indonesia terus mengamatinya agar tidak meluas ke
wilayah kita. Jika meluas, maka korban pertama adalah Natuna. Malahan,
Natuna sudah masuk dalam bagian rantai kepulauan pertama Tiongkok. 19
Adalah mungkin bahwa penguasaan udara Natuna oleh Singapura yang
membuat Indonesia tidak terlibat dalam konflik Laut Tiongkok Selatan.
Singapura merupakan negara kuat yang akan sulit dihadapi oleh Tiongkok
yang tergolong paling agresif dalam upaya menguasai Laut Tiongkok
Selatan. Kalaupun dimiliki NKRI, negara kita juga kuat dan dapat
dipandang paling kuat di Asia Tenggara dari segi Sumber Daya Manusia.
Tetapi yang jelas, penguasaan Singapura atas ruang udara Natuna akan
mempersulit Indonesia mengawasi dan menjaga kedaulatan di perbatasan
Natuna. Indonesia telah membahas masalah ini dengan Singapura dan
Malaysia sejak tahun 1983 tetapi belum berhasil mengambil alih hingga
19
M Matsumura. The Limits and Implications of the Air-Sea Battle Concept: A Japanese
Perspective. Journal of Military and Strategic Studies, 15(3), 2014, 23-59, h.40
17
saat ini. Pemerintah menargetkan pengembalian ruang udara Indonesia
dari Singapura tercapai 100% pada tahun 2024.20
Lebih jauh lagi ke atas, ada GSO (Geo Stationary Orbit), sebuah orbit
antariksa dengan ketinggian 35.786 di atas khatulistiwa. Ia merupakan
kawasan antariksa yang sangat strategis, dimana sebagian besar satelit
komunikasi, penyiaran, dan militer berdiam. Makna strategis datang dari
jarak pisah yang sempit antar satelit sehingga ruang harus dijatah. Satelit
mengejar lokasi ini karena jauh lebih murah. Mekanisme orbit mengatur
sendiri lokasi satelit sehingga tidak perlu ada teknisi yang mati-matian
menulis rumus dan merekayasa satelit agar dapat bergerak sesuai orbit
yang diharapkan. Jangkauan satelit juga dapat mencapai sepertiga planet
bumi, lebih luas dari lokasi manapun di orbit antariksa. Saat ini, terdapat
854 satelit di orbit geostasioner, 516 diantaranya tergolong masih aktif.21
Amerika Serikat memiliki 339 satelit di orbit ini sementara Indonesia hanya
memiliki satu.22 Sementara di orbit di atas Indonesia, 95°BT - 141°BT
terdapat enam satelit dimana tiga diantaranya milik Malaysia (MEASAT-3,
MEASAT-3a, dan MEASAT-5) dan dua sisanya milik Rusia (Express AM33
dan Express AM3) dan hanya satu satelit Indonesia, Palapa D.23
Ada delapan negara khatulistiwa yang mengklaim kedaulatan di orbit
geostasioner.24 Selain Indonesia, terdapat Brazil, Equador, Kolombia,
Kongo, Kenya, Uganda, dan Zaire. Mereka telah bersatu lewat Deklarasi
Bogota
tahun
1976
untuk
memperluas
kedaulatan
hingga
orbit
geostasioner.25 Walau begitu, dunia internasional tidak menerima tuntutan
ini. Alasan utamanya adalah tidak ada satupun negara anggota Deklarasi
20
The Jakarta Post. Indonesia Not Ready to Take Over Airspace from Singapore. 14 Maret 2015.
http://www.thejakartapost.com/news/2015/03/14/indonesia-not-ready-take-over-airspacesingapore.html
21
Nayebi, N. The Geosynchronous Orbit and the Outer Limits of Westphalian Sovereignty .
Hastings Science & Technology Law Journal 3:2 : 471-498, h. 472
22
Ibid, h. 487
23
Wikipedia. List of Satellites in Geosynchronous Orbit. (update terakhir 12 Juli 2015)
https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_satellites_in_geosynchronous_orbit . Sebenarnya ada banyak
satelit Indonesia lainnya yaitu Palapa A1, A2, B1, B4, C1, dan C2. Tetapi semuanya sudah tidak
aktif.
24
Sebenarnya ada 13 negara yang dilintasi garis khatulistiwa. Walau begitu negara Sao Tome dan
Principe, Gabon, Somalia, Maladewa, dan Kiribati, tidak mengajukan klaim. Tampaknya karena
porsi wilayah mereka yang dilintasi garis khatulistiwa sangat kecil.
25
Nayebi, Op. Cit, h. 487
18
Bogota
yang
memiliki
kemampuan
meluncurkan
satelit
ke
orbit
geostasioner, apalagi mengontrolnya.26 Sampai sekarang, tidak ada
pengakuan dunia internasional atas kedaulatan negara manapun di
antariksa, termasuk orbit geostasioner. Sejalan dengan itu, Indonesia pun
membatalkan klaimnya atas orbit geostasioner dalam undang-undangnya.
UU No 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan tidak lagi menyebut adanya
orbit geostasioner. Sementara itu, pasal 6 UU No 43 tahun 2008 tentang
Wilayah Negara hanya menyatakan bahwa penetapan batas wilayah
negara di angkasa luar merujuk pada perkembangan hukum internasional.
Padahal, orbit geostasioner masih dikatakan dalam UU No 3 tahun 1989
tentang Telekomunikasi27 dan UU No 20 tahun 1982 tentang Pertahanan
Keamanan Negara.28 Walau begitu, tim diplomasi Indonesia tetap terus
berjuang untuk mendorong pengakuan kedaulatan atas orbit geostasioner
di atas langit Indonesia.29
26
Palapa diluncurkan pada tahun yang sama tetapi tampaknya belum diakui pada saat Deklarasi
Bogota.
27
Pasal 7, Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1989 Tentang Telekomunikasi menyatakan bahwa:
“Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit geostasioner yang merupakan sumber daya alam
yang terbatas dalam penyelenggaraan telekomunikasi diatur dengan Peraturan Pemerintah”
28
Penjelasan pasal 30 ayat 3 UU No 20 tahun 1982 tentang Pertahanan Keamanan Negara
menyatakan bahwa Penjelasan pasal ini adalah: “Adapun pengertian dirgantara mencakup ruang
udara dan antariksa termasuk “Orbit Geostasioner“ yang merupakan sumber daya alam terbatas“.
Menjelaskan pasal 30 ayat 3 yang menyatakan bahwa salah satu tugas TNI Angkatan Udara
adalah “Selaku penegak kedaulatan negara di udara bertugas mempertahankan keutuhan wilayah
dirgantara nasional bersama – sama segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan negara
lainnya;”
29
A Pramono. Orbit Geostasioner (GSO) dalam Hukum Internasional dan Kepentingan Nasional
Indonesia. Pandecta, 6(2), 2011, h.128
19
Negara-Negara yang dilewati Garis Khatulistiwa dan berdaulat atas Orbit
Geostasioner
b.
Makna Strategis Kandungan Sumber Daya Alam
Dari segi sumber daya alam, tak dapat ditolak bahwa Indonesia
merupakan negara yang kaya sumber daya alam. Sumber daya alam ini
adalah bahan tambang. Kenapa demikian? Karena berbeda dengan
pertanian dan peternakan, manusia tidak dapat memperbaharui bahan
tambang. Ia tidak dapat dibuat, dan kalaupun bisa dibuat, akan jauh lebih
kecil
daripada
yang
disediakan
langsung
oleh
alam.
Sementara
laboratorium hanya mampu menghasilkan segenggam mineral, perut bumi
mampu memberikan satu gunung penuh bahan tambang. Jauh lebih mudah
dan
murah
untuk
mengeksplorasi
dan
mengeksploitasi
ketimbang
memproduksi. Perusahaan besar pertambangan bahkan rela menggaji
miliaran bagi tenaga ahli eksplorasi untuk mencari sumber-sumber tambang
di pegunungan, gurun, kutub, dan tempat-tempat terpencil lainnya di muka
bumi ini. Menjadi ahli batu merupakan salah satu profesi paling memuaskan
saat ini di kalangan para ilmuan.
20
Bahan tambang ini membentuk peradaban modern. Manusia
menggunakan semen, perak, emas, tembaga, minyak bumi, gas alam, nikel,
dan berbagai jenis bahan logam dan non logam lainnya, untuk membuat
kendaraan tempur, rudal, hingga perabotan rumah tangga dan kendaraan
sehari-hari.
Negara
maju
sangat
menginginkannya
karena
dengan
eksistensi barang-barang konsumsi inilah kita menyebut mereka sebagai
negara maju. Akan sangat aneh jika Amerika Serikat kita sebut negara maju
tetapi penduduknya hidup dari mata pencaharian bertani dan nelayan.
Negara-negara berkembang menyegani negara-negara maju karena kotakotanya penuh dengan pencakar langit dan permukaan tanahnya dilapisi
oleh jaringan jalan yang kompleks ke sana kemari dengan semua fasilitas
yang memuaskan.
Penguasaan Indonesia terhadap sumber daya alam kita sendiri telah
dinyatakan dengan tegas oleh Pasal 33 UUD 1945. Pasal 33 ayat (3) UUD
1945 menyatakan bahwa negara menguasai bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dan negara mempergunakannya untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Tetapi kita selalu memandang bahwa
UUD 1945 merupakan cita-cita bangsa. Negara memang menguasai
sumber daya alam, tetapi sulit bagi negara untuk menggunakannya untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Istilah sebesar-besar di sini berarti
semaksimal mungkin. Artinya, negara tidak dapat sekedar mengambil satu
dua truk bahan tambang dari satu gunung mineral, tetapi negara harus
mengeksploitasi seluruh kekayaan tambang yang ada di gunung tersebut
untuk rakyat. Hal ini tentu membutuhkan modal yang sangat besar. Akhirnya
negara menghadapi dilema antara menguasai kekayaan alam tetapi tidak
dapat menggunakannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, atau
tidak menguasai kekayaan alam tetapi dapat menggunakannya untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Di sinilah, negara akhirnya membuka
ruang bagi pemilik modal raksasa, perusahaan-perusahaan asing, untuk
membongkar perut bumi negeri ini lewat mekanisme bagi hasil. Status
mereka adalah penyewa, sementara negara bertugas mendapatkan biaya
sewa berdasarkan hasil produksi. Hal ini masih belum maksimal tetapi
sebesar itulah yang paling mampu diberikan pemerintah dengan segala
21
keterbatasan modal dan sumber daya manusia yang ia miliki. Karenanya,
dari barat sampai timur negeri ini, dari Arun hingga Tembagapura,
perusahaan-perusahaan asing membangun pusat-pusat pertambangan
mereka, mengalirkan hasil bumi Indonesia ke negaranya.
Adanya pusat-pusat sumber daya alam di Indonesia memberikan
makna geopolitik yang cukup besar bagi reputasi Indonesia. Penemuan
deposit emas terbesar di dunia di Papua, yang sekarang ditangani PT
Freeport, merupakan sebuah potensi strategis. Amerika Serikat tidak dapat
menolak
untuk menjaga PT Freeport sebagai sebuah kepentingannya.
Alternatifnya, jika Belanda yang menguasai Papua, Amerika Serikat akan
kesulitan mendapatkan emas ini. Belanda memiliki kemampuan eksploitasi
yang sangat besar, buah dari pengerukan kekayaan negeri ini selama tiga
setengah abad. Karenanya, Amerika Serikat membantu Indonesia dalam
perebutan kembali Irian Barat dari tangan sang saingan. Menjajah Indonesia
sendiri demi kekayaan alamnya merupakan alternatif yang tidak dapat
dipilih. Indonesia sangat kuat, dan sebagai salah satu negara non blok,
Indonesia mampu menggerakkan semua rakyat dan bantuan dari negara
senasib untuk menangkal kekuatan Sekutu. Adanya Uni Soviet juga
menghalangi pengambil alihan Indonesia demi kekayaan alamnya, karena
Uni Soviet tidak akan tinggal diam dan dapat terjadi perang proksi di
Indonesia. Akan sangat rugi bagi Amerika Serikat maupun Uni Soviet untuk
melancarkan perang proksi di Indonesia yang berbentuk kepulauan. Harga
sebuah kapal perang pengangkut pesawat tempur sangat mahal dan sekali
hancur, mereka dapat rugi besar. Hal ini berbeda dengan situasi dimana
perang terjadi di darat seperti di Vietnam, Afghanistan, dan Korea, dimana
kehancuran lebih terletak pada kendaraan-kendaraan kecil yang murah.
Karenanya, diplomasi merupakan satu-satunya jalan bagi negara-negara
asing untuk menguasai sumber alam di NKRI, sebagian melalui mekanisme
“haram” dengan menyuap dan menggoda sebagian pejabat kita dengan
harta berlimpah. Strategi ini lebih murah ketimbang harus membayar dana
yang besar kepada negara.
Kepemilikan asing pada sumber daya alam sebenarnya memberikan
hasil yang menyedihkan. Kita telah menyebut sebelumnya paradoks sumber
22
daya alam di sejumlah negara kaya cadangan kekayaan alam di dunia.
Bukan hanya perilaku korup, kesalahan manajemen, atau keterlenaan atas
mudahnya mendapatkan uang dari kepemilikan tanah semata yang
menyebabkan
menciptakan
paradoks
paradoks.
ini.
Perusahaan
Strateginya
adalah
asing
memang
memecah
sengaja
belah
atau
memiskinkan lokasi tambang sehingga masyarakat lokal tidak memiliki
kekuatan untuk menuntut haknya. Strategi pecah belah menyebabkan
konflik lokal, sementara strategi pemiskinan mencegah keberdayaan lokal.
Keduanya menjamin kepemilikan jangka panjang asing terhadap lokasi
tambang. Untuk mencegah lokasi tambang ikut hancur oleh konflik, mereka
membangun persenjataan canggih ala militer beserta benteng yang begitu
tebal di sekitar pertambangan mereka. Strategi konflik merupakan strategi
kuno, dipakai penjajah Inggris dan Belanda untuk mempertahankan
kepemilikannya atas negara jajahannya. Strategi ini kurang efektif karena
saat ini, masyarakat semakin mampu memiliki persenjataan yang dapat
menyamai persenjataan asing. Tidaklah mungkin bagi perusahaan asing
menggunakan rudal atau tank dalam menjaga aset mereka. Mereka
bertopang pada senjata-senjata ringan dan pertahanan berlapis. Artinya,
masyarakat lokal juga mampu mengimbangi dengan bom dan senjata
rakitan serta pengenalan wilayah. Ketika kesadaran muncul bahwa mereka
diadu domba, akan sangat berbahaya bagi perusahaan asing. Mereka
akhirnya harus meninggalkan tanah garapan mereka dan menumpuk
hutang perlahan-lahan sebelum akhirnya bangkrut. Tetapi senjata yang
berkualitas sangat mahal. Kepemilikannya memerlukan uang yang tidak
sedikit. Masyarakat lokal akan tak berdaya jika mereka tidak punya uang.
Karenanya, strategi pemiskinan adalah yang lebih masuk akal.
Kita mungkin heran mengapa kemudian pusat-pusat tambang dunia
merupakan pusat masyarakat miskin. Kembali, bukan karena semata biaya
hidup yang mahal atau tanah yang tidak layak huni karena tercemar, tetapi
karena ada sebuah strategi untuk mengosongkan, atau setidaknya
memiskinkan,
kawasan
sekitar
sehingga
tidak
mengancam
bagi
kelangsungan pusat tambang. Contoh yang paling spektakuler adalah
Benua Afrika. Ia adalah Benua paling kaya di planet ini, tetapi juga
23
merupakan benua termiskin. Walaupun dijajah hanya oleh segelintir negara
Eropa, tetapi jumlah negara yang merdeka begitu banyak dan terpecahpecah. Sejalan dengan itu pula, minyak dan permata mengalir tanpa henti
dari Afrika ke Eropa dan Amerika Serikat. Di masa lalu, bahkan manusia,
yang mengalir lewat perbudakan, baik ke Amerika, Eropa, maupun Asia.
Demikianlah, negara kita strategis, bukan saja dari lokasinya, tetapi
juga dari kandungan yang ada di dalamnya. Usaha melindungi negara ini
memerlukan perhatian yang serius. Kita harus mulai memperhatikan bukan
saja lingkungan internal kita, tetapi juga lingkungan eksternal kita. Bab
selanjutnya akan berbicara tentang bagaimana Indonesia menerapkan
strategi militer selama ini untuk menjaga pertahanan dan ketahanan
bangsa, sekaligus menyorotnya dari sisi makna strategis negeri ini di mata
dunia internasional.
3.
Kesimpulan
Sejak awal sejarah manusia, penundukan bangsa yang dilakukan oleh
bangsa lain dengan alasan untuk menguasai sumber daya alam yang terkandung
di suatu wilayah. Kestrategisan sebuah wilayah dan potensi sumber daya alam
yang terkandung di dalamnya menjadi sebuah daya tarik yang mengundang
keinginan bangsa lain untuk menguasainya. Sejarah mencatat bahwa perang
besar yang terjadi di dunia dikarenakan alasan itu.
merupakan
potensi
yang
menjadi
pendukung
Dua aspek tersebut
sebuah
negara
dalam
membentangkan sistem pertahanan secara sistemik. Sehingga tak heran bila
banyak negara bersikukuh mempertahankan klaimnya atas sebuah kawasan,
semisal klaim China terhadap Laut Cina Selatan. Tindakan China tentu saja
menciptakan friksi dengan banyak negara yang merasa memiliki opsi kepemilikan
terhadap kawasan tersebut.
Indonesia sebagai negara dengan luas wilayah perairan yang begitu
dominan, menjadi sebuah negara yang memiliki banyak potensi strategis di
wilayah negaranya. Ia menjadi krusial dikarenakan posisi Indonesia yang berada
di antara dua samudera dan dua benua, sehingga wilayah Indonesia menjadi lalu
lintas berbagai akfitas dari banyak negara. Disamping posisi yang strategis,
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang
besar. Hal ini tentu saja
24
menjadi variabel yang sangat ideal sebagai modal dalam memetakan sistem
pertahanan negara dengan berpijak pada cara pandang bangsa dalam memaknai
geostrategis yang dimiliki. Untuk menerjemahkan hal tersebut di atas, maka
dibutuhkan strategi yang tepat dan mendasar sebagai sebuah pemahaman yang
linear dengan konsep kepentingan Indonesia akan interaksinya dengan negara di
kawasan.
4.
Referensi
a.
A Pramono. Orbit Geostasioner (GSO) dalam Hukum Internasional
dan Kepentingan Nasional Indonesia. Pandecta, 6(2), 2011, h.128
b.
B Weeden. Anti Satellite Tests in Space – The Case of China. 2013.
Secure World Foundation, h. 3
c.
BBC. Iraq Profile – Timeline. http://www.bbc.com/news/world-middle-
east-14546763
d.
BKKBN Promal. Program KKB dan Pembangunan Keluarga
Berbasis Gugus Pulau, 2014. Kementerian Kehutanan. Profil Kehutanan
Provinsi Maluku Utara, 2013.
e.
Definisi dari RH Liddel Hart, Andre Beaufre, dan Edward Mead
Earle. N Mohapatra. Significance of Strategic and Military Studies in
International Relations. Scholar’s Voice: A New Way of Thinking. 2, No. 1,
January-June 2011, 92-96, p. 92
f.
F Swart. Lambert Biesman (1573–1601) of the Company of Trader-
Adventurers, the Dutch Route to the East Indies, and Olivier van Noort’s
Circumnavigation of the Globe. The Journal of the Hakluyt Society
December 2007, h. 9
g.
G Price, BG de Wet. Converting the military strategy principle of
simplicity into a successful tool for strategy execution in a geographically
dispersed organisation. African Journal of Business Management Vol.
6(17), pp.5750-5762, 2 May, 2012, h. 5751
h.
GF Keller. The Influence of Military Strategies on Business Planning.
International Journal of Business and Management, 2008, h.129
25
i.
M White. Source List and Detailed Death Tolls for the Primary
Megadeaths
of
the
Twentieth
Century.
2011.
http://necrometrics.com/20c5m.htm#Second
j.
MD Poesponegoro dan N Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia:
Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda. Jakarta: Balai
Pustaka, 2008, h. 91
k.
M Strauss. The Growth and Natural Resource Endowment Paradox:
Empirics, Causes & the Case of Kazakhstan. Praxis: the Fletcher Journal of
Development Studies, 16, 2000, h. 1
l.
M Matsumura. The Limits and Implications of the Air-Sea Battle
Concept: A Japanese Perspective. Journal of Military and Strategic Studies,
15(3), 201