PERAN KOMUNIKASI DALAM SOSIALISASI GENDE

PERANAN KOMUNIKASI DALAM SOSIALISASI GENDER
Oleh :
Aziz Hakim Astqolani (B06213013)
Renno Andre A.P. (B96213106)
Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
A. PENDAHULUAN
Pokok Pikiran Komunikasi, Sosialisasi dan Gender
Sebagai mahasiswa komunikasi, sepastinya mutlak mengetahui dari definisi objek
yang dipelajari yakni komunikasi itu sendiri. Hampir diseluruh mata kuliah yang telah
dipelajari, semua memulai dengan mengulang definisi komunikasi sebagai pengantar
sebelum dihubungkan dengan pengetahuan lainnya, sepertihalnya sosiologi komunikasi,
psikologi komunikasi, Komunikasi organisasi, komunikasi massa, dan juga komunikasi
gender. Satu hal yang menarik, dialami oleh penulis ketika pembelajaran mengenai
komunikasi dan organisasi mengenai konsep-konsep komunikasi. Kembali dosen yang
mengampuh mata kuliah ini menanyakan pengertian komunikasi kepada hampir seluruh
mahasiswa.

kebanyakaan


mereka

menjawab

dengan

inti

yang

sama

menggubungkan unsur-unsur komunikasi menjadi suatu kalimat definisi,

yakni
padahal

pengertian komunikasi dapat dilihat dari banyak perspektif.
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang
salah. Seperti model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatan untuk

menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi
mungkin terlalu sempit, misalnya “Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui
media elektronik”. Atau terlalu luas , misalnya “Komunikasi adalah interaksi antara dua
pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disamapaikan.”

1

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa
latin atau communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi
maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai
apa yang di komunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari
suatu pesan tertentu.1
Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi
seperti yang diungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchana
Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi teori dan Praktek”, ilmu komunikasi adalah
“Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian
informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”.2
Ungkapan Carl. I. Hovland yang serupa menjelaskan komunikasi sebagai “The
process by which an individual (the communication) transmits stimuli (usually verbal

symbols) to modify the behavior of other individuals (communicates).3
Menurut Willbur Schramn, seorang ahli ilmu komunikasi kenamaan dalam
karyanya “Communication Research In The United States” menyatakan bahwa
komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok
dengan kerangka acuan (Frame of Reference) yakni panduan pengalaaman dan
pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.4

Gambar 1. collection of
experience and meaning

1
2
3
4

Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2001) hal.
4
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. ( Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2002) hal.10
Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat suatu Tinjauan Komunikologis, cet.1. (Bandung;

Remaja Rosdakarya) hal.63
*

2

Lasswell dalam karyanya, the sructure and function of communication in Society.
Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan sebagai berikut Who – Say What – In Which Channel – To
whoam – With What Effect? Jadi menurut paradigma tersebut, Laswell mengartikan
bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.5
Jadi proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang
dilakukan oleh seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa
gagasan, informasi, opini dan lain-lain baik pesan itu berupa pesan verbal ataupun non
verbal, disampaikan melalui media atau tidak, yang mana pesan itu ditujukan agar
menghasilkan efek baik kognitif, afektif maupun konatif.
Pemahaman mengenai sosialisasi secara kebanyakan yang difahami oleh banyak
orang erat kaitannya dengan “sosialisasi” sebatas pemberitahuan mengenai petunjuk
operasional suatu produk. Seperti contoh “Sosialisasi LPG”. Konsep sosialisasi yang
benar akan mempermudah pemahaman untuk menghubungkannya dengan komunikasi

dan juga gender dalam pembahasan kali ini.
Menurut Abdullah, Sosilisasi merupakan aktivitas manusia dalam berpikir,
bersikap, dan berperilaku dalam menjalin hubungan sosial diantara sesamannya.6
Sosialisasi adalah penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan
seseorang bertindak dan bersikap sebagai anggota masyarakat yang efektif, yang
menyebabkan ia efektif, yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga
ia dapat aktif dalam masyarakat. (Effendy, 2002:27)
Menurut Vander Zanden, sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita
mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta
secara efektif dalam masyarakat (Ihromi, 1999; 75). untuk memperoleh pengetahuan,

5
6

Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Ibid., hal. 62
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. ( Bandung; Remaja Rosdakarya,
2002) hal.27

3


ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota
dalam kelompok masyarakatnya.7
Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang
dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Konsep gender menyangkut perbedaan
psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan, yaitu makna penting yang
diberikan masyarakat pada kategori biologis laki-laki dan perempuan.

Hal ini

ditegaskan oleh pernyataan Brym & Lie8 :
The entire socilogical perspective began to shift as a growing member of scholar
abandoned gender-biased research. Thus, male centeredness, or approaching
sociological problem from an exclusively male perspective, is now less common
than it used to be.
Di dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu
konsep kultural yang berupaya memuat pembedaan dalam hal peran, perilaku,
mentalitas, dan karakter emosional antara pria dan wanita yang berkembang dalam
masyarakat.9
B. PEMBAHASAN
Komunikasi dan Sosialisasi

Komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam hidup
bermasyarakat. Karena hal itu merupakan satu faktor terfatal untuk
menciptakan Interaksi sosial an hubungan sosial.
Komunikasi merupakan elemen penting bagi proses sosialisasi
dalam masyarakat. Karena tanpa adanya komunikasi antar anggota
masyarakat, proses sosialisasi tidak akan dapat berlangsung. Jadi,
dengan adanya komunikasi, proses sosialisasi dalam masyarakat akan
dapat berlangsung secara maksimal.
7
8
9

.(Ihromi, 2004: 30) *
(Fakih, 1997: 8) *
Women’s Studies Encyclopedia

4

Proses sosialisasi tercipta berasal dari interaksi sosial, dan
interaksi sosial tercipta dari Komunikasi yang berjalan lancar. Ketiga

hal itu tak mampu dipisahkan karena saling berkaitan, dan harus ada
untukm menciptakan Sosialisasi yang maksimal. Sehingga harus ada
unsure-unsur yang telah disebutkan diatas.
Jadi, komunikasi mendukung dan menjadi faktor utama terjadinya
suatu

sosialisasi

di

dalam

masyarakat.

Karena

tanpa

adanya


komunikasi, proses sosialisasi di dalam masyarakat tidak akan
berlangsung ataupun tercipta secara baik.10

Strategi Komunikasi dalam Sosialisasi Gender
Dalam tugas yang lalu, pada komentar yang disampaikan terdapat komentar yakni,
“analisanya sudah bagus, tetapi masih perlu dibahas secara lebih mendalam lagi
bagaimana caranya, bagaimana komunikasi digunakan dalam sosialisasi gender
tersebut. tentu saja unsur-unsur komunikasinya perlu dibahas.”
Dari komentar diatas, penulis akhirnya memilih sub judul ini untuk menjelaskan
bagaimana komunikasi berperan dalam sosialisasi, terlebih pada sosialisasi gender.
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk
mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya.11
Ada empat tujuan dalam strategi komunikasi sebagai berikut 12 : (1) To Secure
Understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam
berkomunikasi. (2) To Establish Acceptance, yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus
dibina dengan baik. (3) To Motivate Action yaitu penggiatan untuk memotivasinya, dan
10 Keterkaitan komunikasi dengan sosialisasi dalam http://www.google.com/Keterkaitan
%20Komunikasi%20dengan%20Sosialisasi%20di%20Masyarakat.html diakses 13 oktober 2014

pukul 17.45
11 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Ibid., hal.32
12 Ibid., hal. 32

5

(4) To Goals Which Communicator Sought To Achieve yaitu bagaimana mencapai tujuan
yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut.
Strategi juga memiliki fungsi ganda sebagaimana dijelaskan oleh Effendy yaitu13 :
1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan
instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang
optimal.
2. Menjembatani ”cultural gap”, yaitu kondisi yang terjadi akibat kemudahan
diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu ampuh,
yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai yang dibangun.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika menyusun strategi komunikasi adalah
dengan merperhatikan segala kelebihan dan kekurangan yang melekat pada komponenkomponen komunikasi tersebut, yaitu :
1. Komunikator
Istilah komunikator berpadanan dengan kata pengirim, dalam bahasa Inggris sender
dan enconder. Istilah-istilah ini diberi makna sama ketika bertindak sebagai pelaku /

pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, komunikator tidak bisa lepas
dari proses komunikasi. Disini peran yang dilakukan adalah sebagai pengirim
simbol/lambang/bahasa/informasi apapun.14
Syarat komunikasi efektif bagi seseorang komunikator adalah mempunyai
kredibilitas, keterampilan berkomunikasi, personality, (kepribadian), dan kemampuan
komunikator memperhitungkan harapan komunikan. Namun dari syarat tersebut,
indikator yang paling penting dalam komunikator adalah kredibilitas yaitu menyangkut
kepercayaan dan keahlian. Kepercayaan dan keahlian yang di maksud adalah dari aspek
keilmuan dan pengetahuan sesuai dengan apa yang akan disampaikan.15
13 Ibid., hal. 33
14
Soleh Soemirat. Dasar-Dasar Komunikasi. (Bandung; Program Pascasarjana UNPAD, 2000)
hal.5
15 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung; Rosyda Karya, 1989) hal.257

6

Terkait dengan keterampilan komunikasi Kris Cole (2005)16 memerincinya dengan
ciri-ciri yakni (1) Dapat berkomunikasi dengan jelas, (2) Memiliki rasa asertiv dan
empati, (3) Memiliki Integritas, (4) Memiliki kemampuan mendorong dan memotivasi,
(5) Memiliki respek pada orang lain, dan (6) Mampu sebagai pemain tim dan
bekerjasama secara efektif.
Komunikator dalam sosialisasi gender yakni sipa-siapa yang menjadi sumber
(source) pengirim pesan yang mengandung nilai maupun norma gender. Sesuai
pengertian sosialisasi dalam dictionary.com, komunikator yang menjadi media penyalur
pesan gender antara lain : (1) Keluarga, (2) Teman Sebaya, (3) Sekolah, (4) Media
Massa.
1) Keluarga
Sebagaimana dengan proses sosialisasi yang lainnya, maka sosialisasi
gender pun berawal pada keluarga. keluargalah yang mula-mula mengeajarkan
seorang anak laki-laki untuk mengetahui sifat maskulin, dan seorang anak
perempuan untuk mengetahui sifat feminim.
Proses sosialisasi gender sebenarnya sudah berawal semenjak seorang bayi
dilahirkan. Sejak lahir, bayi perempuan sudah diberi busana yang jenis dan
warnanya berbeda dengan bayi laki-laki. bagi bayi perempuan mulai dipasangkan
anting sebagai simbol feminitas, sedangkan laki-laki tidak. Dalam berkomunikasi
lisan, orang dewasa disekitar anak itu memberikan perlakuan sebagi contoh yakni
panggialan yang berbeda. Untuk anak laki-laki misalnya diberi julukan gagah,
ganteng, sedangkan untuk anak perempuan diberi julukan cantik atau manis.
Salah satu media yang digunakam orang tua untuk memperkuat identitas
gender ialah mainan, yaitu dengan menggunakan mainan berbeda untuk tiap jenis
kelamin (sex-differentiated toys atau gender-typed toys). Buku cerita anak-anak
16 Keterampilan komunikasi antarpersonal dalam
http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/24/ketrampilan-komunikasi-antarpersonal/ diakses
13 oktober 2014 pukul 20.10

7

pun juga merupakan salah satu media yang tepat pula, namun ada hal yang harus
diperhatikan, sebagai contoh, buku bacaan untuk anak laki-laki sebaiknya yang
berisikan mengenai laki-laki sebagai orang yang gagah, kesatria, berambisi, meiliki
cinta kasih, berbuat baik kepada sesama, Bukan yang menceritakan laki-laki
sebagai penjahat, orang yang kasar, yang bersifat buruk. Begitu pula dengan
perempuan, dengan cerita wanita yang anggun, seperti putri, lembut, dan
sebagainya. Bukan malah menampilkan wanita seperti ibu tiri yang jahat ataupun
penyihir yang menyeramkan.
2) Teman Sebaya
Kelompok bermain menjalankan peran yang cukup besar dalam sosialisasi
gender. Dikala dalam kelompok bermain anak laki-laki cenderung memilih jenis
permainan yang menekankan pada segi persaingan, kekuatan fisik dan keberanian.
Sedangkan kelompok bermain perempuan lebih mengutamakan aspek kerjasama,
kelembutan dan kasih sayang.
Pada saat remaja, mereka mulai menjadikan kelompok bermain mereka
sebagai kelompok rujukan. mereka yang sesebaya mulai mempelajari peraturan
yang mengatur pernan orang-orang yang kedudukannya sederajat, mulai bisa
memahami prinsip persamaan dan keadilan.
3) Sekolah
Sebagai agen sosialisasi gender, sekolah menerapkan pembelajaran gender
melalui media utamanya, yaitu kurikulum formal. Dalam mata pelajran prakarya,
misalnya, sebaiknya sekolah memberikan pembelajaran mata pelajaran ini kepada
siswa sesuai dengan jenis kelamin. Semisal, laki-laki diajarkan tentang
pertukangan, sedangkan wanita diajarkan tentang seni tekstil.
4) Media Massa

8

Sebagai salah satu contoh media massa yang sering mengangkat mengenai
stereotip gender adalah iklan (gender stereotyped advertising). Iklan yang
mempromosikan produk keperluan rumah tangga, seprti pembersih lantai,
pembasmi serangga, sabun cuci, bumbu masak, minyak goreng cenderung
menggunakan perempuan dalam peran ibu rumah tangga. sedangkan iklan yang
mempromosikan mobil mewah yang merupakan simbol status dan kesuksesan
dibidang pekerjaan , cenderung menggunakan pemeran laki-laki.
2. Materi atau Pesan
Dalam bahasa Inggris pesan disebut sebagai message, content atau informasi.
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi atau
melalui media telekomunikasi, isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi,
nasihat atau propaganda. Adapun sesuatu yang dimaksud dengan pesan dalam proses
komunikasi

adalah

sesuatu

yang

disampaikan

pengirim/komunikator

kepada

penerima/komunikan.
Pesan yang disampaikan dalam sosialisasi gender adalah pesan yang berisikan
mengenai nilai-nilai gender. Pada saat anak masih kecil, bentuk pesan dapat mengenai
pengenalan diri mereka kepada gender mereka. Bagaimana anak laki-laki bersikap
maskulin dan bagaimana perempuan dapat bersikap feminim. Pada saat remaja ketika
nilai persamaan dan keadilan
penanaman nilai gender tentang
kesetarann mulai bisa
Kecil
Remaja
diberikan. bagaimna perempuan memiliki kedudukan yang sama untuk mendapat hakhak yang sama yang diterima oleh laki-laki.
Pembentukan
diri

Kelompok
bermain =
Kelompok
rujukan

Pengasuhan

Usia yang relatif
sama

Penguatan
gender

Persamaan dan
Keadilan

9

Kesetaraan
gender laki-laki
dan perempuan

Gambar 2.
Pesan Gender disesuaikan berdasar usia

Wilbur Schramm mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan
dapat lebih efektif, maka pesan yang disampaikan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
menarik perhatian sasaran dimaksud.
2) Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga sama-sama dapat
dimengerti.
3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
4) Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi,
yang layak bagi situasi kelompok di mana sasaran berada pada

3. Media atau Saluran

10

M.O Palapah membagi media atau saluran ini menjadi dua bagian : media umum
dan media massa. Media umum artinya media yang dapat digunakan untuk menyalurkan
ketiga macam komunikasi, yaitu komunikasi persona, kelompok, dan massa. Sedangkan
media massa hanya digunakan untuk menyalurkan komunikasi massa saja.17
Penyampaian pesan gender melalui media persona dapat melalui penyampaian
tutur orang terpercaya (opinion leader), Untuk media kelompok sebagai contoh dapat
melalui kelompok bermain, komunitas atau organisasi. Sedangkan Media massa dapat
melalui Buku, Film, Sinema TV, Iklan, dan lain sebagainya.
4. Efek
Menurut Berlo ada 2 (dua) ukuran tujuan komunikasi (dimension of
purpose) yaitu :
1) Kepada "Siapa" seseorang melakukan komunikasi. Dalam hal ini harus
dibedakan antara sasaran yang dituju (Intended receiver) dengan sasaran yang
bukan dituju (unitended receiver). Dalam berkomunikasi paling sedikit
terdapat dua keinginan bereaksi.
2) Bagaimana seseorang melakukan komunikasi. Tujuan komunikasi dapat
diletakan di sepanjang ukuran continum, yang menunjukkan apakah tujuan itu
segera diperoleh (consum story purpose) atau tertunda (Instrumental
purpose). Schramm menyebutnya sebagai "lmmediate reward" dan "delayed
reward".
Effendy menjelaskan tujuan komunikasi sebagai berikut :
1) Perubahan Sikap (attitude change)
Komunikan dapat merubah sikap setelah dilakukan suatu proses komunikasi.
2) Perubahan pendapat (opinion change)
17

M.O Palapah. Diktat Kuliah Ilmu Publisistik. (Bandung; UNPAD, 1975) hal. 15

11

Perubahan pendapat dapat terjadi dalam suatu komunikasi yang tengah dan sudah
berlangsung

dan

tergantung

bagaimana

komunikator

menyampaikan

komunikasinya.
3) Perubahan perilaku (behaviour change)
Perubahan perilaku dapat terjadi bila dalam suatu proses komunikasi, apa yang
dikemukakan komunikator sesuai dengan yang disampaikan hal ini
tergantung kepada kredibilitas komunikator itu sendiri.
4) Perubahan sosisal (social change).
Perubahan yang terjadi dalam tatanan masyarakat itu sendiri sesuai dengan
lingkungan ketika berlangsungnya komunikasi.

Komunikator
1.Keluarga,
2.Teman
Sebaya,
3.Sekolah,
4.Media
Massa

Pesan

Media atau Saluran

Pesan yang
mengandung
nilai, norma
gender.

1. Persona
2. Kelompok
3. Massa

Komunikan

Efek
1.Perubahan Sikap (attitude change)
2.Perubahan pendapat (opinion change)
3.Perubahan perilaku (behaviour
change)
4.Perubahan sosisal (social change).

Gambar 3. Skema Strategi Komunikasi
Noise sosialisasi gender
Noise merupakan salah satu unsur komunikasi yang pasti ada. Secara alih bahasa
noise adalah gangguan sedangakan .......................

12

Gangguan dalam komunikasi dapat berasal dari komunikator, pesan, komunikan
media, konteks, ketidaksamaan persepsi, background pendidikan dan background
pengalaman yang berbeda.
Selama ini telah disosialisasikan, ditanamkan sedemikian rupa, ke dalam
benak, ke dalam pribadi-pribadi seseorang, laki-laki dan perempaun, bahwa
karena “kodrat”-nya seorang laki-laki berhak dan sudah seharusnya untuk
mendapat kebebasan, mendapat kesempatan yang lebih luas daripada
perempuan. Tuntutan nilai-nilai yang ditentukan oleh masyarakat telah
mengharuskan seorang laki-laki untuk lebih pintar, lebih kaya, lebih berkuasa
daripada seorang perempuan. Akibatnya segala perhatian dan perlakuan yang
diberikan kepada masing-masing dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan
tersebut pun disesuaikan dan diarahkan untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Kepada laki-laki diberikan prioritas dan kesempatan lebih luas untuk sekolah
dan menuntut ilmu lebih tinggi daripada kesempatan yang diberikan kepada
kaum perempuan. Kepada kaum laki-laki pula dibuka pintu selebar-lebarnya
untuk bekerja di berbagai sektor publik dalam dunia pekerjaan yang dianggap
maskulin, sementara perempuan lebih diarahkan untuk masuk ke sektor
domestik dengan pekerjaan-pekerjaan yang selama ini memang dianggap
sebagai “urusan” perempuan.
Bertolak dari kondisi tersebut maka akses perempuan terhadap “sesuatu”
yang dihargai dalam masyarakat, yang menjadi sumber kelahiran pelapisan
dalam masyarakat pun menjadi sangat rendah. Sehingga kaum perempuan
dengan segala keterbatasan yang sudah ditentukan oleh masyarakat untuknya
terpaksa menempati lapisan yang lebih rendah di masyarakat daripada kaum
laki-laki.
Kondisi yang telah menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang tidak
menguntungkan di atas telah juga melahirkan pelbagai bentuk ketidakadilan
gender (gender inequalities) yang termanifestasi antara lain dalam bentuk:

13

a) Marginalisasi
Proses marginalisasi, yang merupakan proses pemiskinan terhadap
perempuan, terjadi sejak di dalam rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas
anggota keluarga laki-laki dengan anggota keluarga perempuan. Marginalisasi
juga diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir keagamaan. Misalnya, banyak
diantara suku-suku di Indonesia yang tidak memberi hak kepada kaum
perempuan untuk mendapatkan waris sama sekali atau hanya mendapatkan
separuh dari jumlah yang diperoleh kaum laki-laki.
Demikian juga dengan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan, berbeda
antara laki-laki dan perempuan, yang akibatnya juga melahirkan perbedaan
jumlah pendapatan antara laki-laki dan perempuan.
Seorang perempuan yang bekerja sepanjang hari di dalam rumah, tidaklah
dianggap “bekerja” karena pekerjaan yang dilakukannya, seberapapun
banyaknya, dianggap tidak produktif secara ekonomis. Namun seandainya
seorang perempuan “bekerja” pun (dalam arti di sektor publik) maka
penghasilannya hanya dapat dikategorikan sebagai penghasilan tambahan saja
sebagai penghasilan seorang suami tetap yang utama, sehingga dari segi nominal
pun perempuan lebih sering mendapatkan jumlah yang lebih kecil daripada
kaum laki-laki.
b. Subordinasi
Pandangan berlandaskan gender juga ternyata bisa mengakibatkan subordinasi
terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional
berakibat munculnya sikap menempatkan perempuan pada posisi yang tidak
penting.
Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang
berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya.

14

Salah satu konsekuensi dari posisi subordinat perempuan ini adalah
perkembangan keutamaan atas anak laki-laki. Seorang perempuan yang
melahirkan bayi laki-laki akan lebih dihargai daripada seorang perempuan yang
hanya melahirkan bayi perempuan. Demikian juga dengan bayi-bayi yang baru
lahir tersebut. Kelahiran seorang bayi laki-laki akan disambut dengan
kemeriahan yang lebih besar dibanding dengan kelahiran seorang bayi
perempuan.
Subordinasi juga muncul dalam bentuk kekerasan yang menimpa kaum
perempuan. Kekerasan yang menimpa kaum perempuan termanifestasi dalam
berbagai wujudnya, seperti perkosaan, pemukulan, pemotongan organ intim
perempuan (penyunatan) dan pembuatan pornografi.
Hubungan subordinasi dengan kekerasan tersebut karena perempuan dilihat
sebagai objek untuk dimiliki dan diperdagangkan oleh laki-laki, dan bukan
sebagai individu dengan hak atas tubuh dan kehidupannya.18
Anggapan bahwa perempuan itu lebih lemah atau ada di bawah kaum lakilaki juga sejalan dengan pendapat teori nature yang sudah ada sejak permulaan
lahirnya filsafat di dunia Barat. Teori ini beranggapan bahwa sudah menjadi
“kodrat” (sic!) wanita untuk menjadi lebih lemah dan karena itu tergantung
kepada laki-laki dalam banyak hal untuk hidupnya. 19 Bahkan Aristoteles
mengatakan bahwa wanita adalah laki-laki – yang – tidak lengakap.
Demikianlah

pendikotomian

laki-laki

dan

perempuan

berdasarkan

hubungan gender nyata sekali telah mendatangkan ketidakadilan gender bagi
perempuan yang termanifestasi dalam berbagai wujud dan bentuknya. Karena
diskriminasi gender perempuan diharuskan untuk patuh pada “kodrat” –nya yang
telah ditentukan oleh masyarakat untuknya. Karena diskriminasi pula perempuan
harus menerima stereotype yang dilekatkan pada dirinya yaitu bahwa perempuan
18 (Mosse, 1996:76) *
19 (Budiman, 1985: 6) *

15

itu irrasional, lemah, emosional dan sebagainya sehingga kedudukannya pun
selalu subordinat terhadap laki-laki, tidak dianggap penting bahkan tidak
dianggap sejajar dengan laki-laki, sehingga perempuan diasumsikan harus selalu
menggantungkan diri dan hidupnya kepada laki-laki.
Bertolak dari kondisi demikianlah maka tidak mudah untuk memperbaiki
sosialisasi yang salah ini, dengan pesan keseteraan gender yang bertujuan
menyamakan hak laki-laki dan perempuan. Alangkah indahnya apabila, jika
antara feminis dan maskulin bekerja bersama untuk kepentingan individu
sendiri, kelompok maupun bersama. kini

kaum feminis menggemakan

perjuangannya, untuk memperoleh kesetaraan gender. Untuk memperoleh
kedudukan dan hak yang sama dengan laki-laki. Ditengah masalah yang berat ini
tugas

kitalah sebagai bagian dari agen sosialisasi untuk membantu

menyampaikan pesan gender yakni kesetaraan.
C. PENUTUP
Komunikasi dan sosialisasi adalah dua hal yang sangat terkait, karena tanpa
adanya komunikasi antar anggota masyarakat, proses sosialisasi tidak akan dapat
berlangsung. Sosilisasi gender adalah proses interaksi sosial melalui
penyampaian pesan berupa informasi nilai, norma, cara-cara berfikir,
berperasaan dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma gender yakni
kesetaraan gender sehingaa timbul Perubahan Sikap (attitude change),
Perubahan pendapat (opinion change), Perubahan perilaku (behaviour change)
terlebih Perubahan sosisal (social change). Sehingga tidak ada lagi Marginalisasi
dan subordinasi bagi perempuan.

DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2002.

16

Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat suatu Tinjauan Komunikologis,
cet.1. Bandung, Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2001.
Palapah. M.O. Diktat Kuliah Ilmu Publisistik. Bandung, UNPAD, 1975.
Rakhmat, Jalaluddin.

Psikologi Komunikasi. Bandung, Remaja Rosyda Karya,

1989.
Soemirat, Soleh.

Dasar-Dasar Komunikasi. Bandung, Program Pascasarjana

UNPAD, 2000.
http://ronawajah.wordpress.com/2007/05/24/ketrampilan-komunikasi-antarpersonal/
http://www.google.com/Keterkaitan%20Komunikasi%20dengan%20Sosialisasi
%20di%20Masyarakat.html

17