POLA PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA

POLA PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA (SPANYOL)
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Ade Wahidin, Lc.,M.Pd.I.

Disusun Oleh :
Indra Prayoga

: 201321048

Irhas Novelani

: 201321049

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAH
BOGOR
2014 M/ 1435 H
Alamat : JL. Raya Dramaga Km 6, Gg. Radar Baru, Kel.Margajaya,
Kec. Bogor Barat – Bogor. Telp./ Fax : (0251)-8625187


KATA PENGANTAR

Assalamulaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh
Maha suci Allah l dan segala puji hanya milik-Nya.Penggenggam segala
sesuatu yang telah memberikan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya dalam
melakukan segala aktivitas. Shalawat beserta salam semoga di limpahkan selalu
kepada sebaik-baiknya manusia yaitu Nabi Muhammad n, dan kepada para
sahabatnya, keluarganya, Thabi’in, Thabi’ut-thabiin dan pada umatnya yang tetap
berpegang teguh memegang risalahnya.
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah l, kami dapat
menyelesaikan penulisan tugas makalah “Pola Pendidikan Islam di Andalusia
(spanyol)” ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan serta sebagai syarat
untuk memenuhi nilai mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam di Semester III
Perkuliahan STAI Al-Hidayah Bogor.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan.untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun. Semoga segala
partisipasi dan bantuan dari semua pihak dalam penyusunan makalah ini baik itu
secara materil ataupun formil menjadi amal ibadah di sisi Allah ldan mendapat

balasan yang tak terhingga. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan umumnya bagi seluruh mahasiswa.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi. Wabarokatuh.

Bogor, November 2014

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

i

DAFTAR ISI.............................................................................................................

ii


BAB

PENDAHULUAN.............................................................................

1

A. Latar Belakang.............................................................................

1

B. Rumusan Masalah........................................................................

2

C. Tujuan Penulisan..........................................................................

2

D. Metode Penulisan.........................................................................


2

ANDALUSIA PRA ISLAM.............................................................

3

A. Letak Geografis Andalusia (spanyol)...........................................

3

B. Masa Kegelapan (Dark Age)........................................................

4

POLA PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA .........................

7

A. Perkembangan Pola Pendidikan Islam di Andalusia....................


7

1. Kuttab.....................................................................................

7

2. Mendirikan Lembaga Pendidikan..........................................

8

3. Pendidikan Tinggi..................................................................

10

4. Pengembangan Perpustakaan.................................................

11

B. Faktor Pendukung Pendidikan Islam di Andalusia......................


12

PENUTUP.........................................................................................

14

A. Kesimpulan...................................................................................

14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

15

BAB

BAB

BAB


I

II

III

IV

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membicarakan Spanyol Islam1 dalam konteks sejarah pendidikan dan
peradaban Islam sangat menarik untuk dicermati dan dikaji. Sebab, pembahasan
ini secara historis membicarakan perjalanan yang Panjang serta jatuh bangunnya
umat Islam selama kurun waktu lebih dari 7.5 abad di Daratan Eropa. Hal ini
disebabkan ekspansi Islam ke Spanyol merupakan ekspansi wilayah yang paling
gemilang dalam catatan sejarah kemiliteran dan peradaban. Di bidang kemiliteran
terbukti dengan kemampuan umat Islam-Dinasti Umayyah-menguasai Spanyol

dari kekuatan Visigotic yang terkenal cukup kuat waktu itu. Sedangkan di bidang
peradaban, Spanyol Islam telah membawa peranan penting dalam konteks sejarah
dan kebudayaan. Kepesatan perkembangan peradaban dan kebudayaan yang
dikembangkan Spanyol Islam telah membawa Spanyol Islam sebagai pusat
kebudayaan dan peradaban Islam di barat, sebagaimana halnya dengan Baghdad
yang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam di timur. Kehadiran dan
perkembangan kebudayaan peradaban yang dikembangkan Spanyol Islam bukan
saja memberikan warna dan ketinggian peradaban dunia Islam, melainkan
kehadirannya memainkan peranan penting dalam memberikan kontribusi yang
besar terhadap kebangkitan eropa.2
Sejarah Andalusia adalah satu dari sekian banyak sejarah yang mengungkap
keaslian, perjuangan dan hadirnya Islam sebagai satu temali yang terus mencoba
mengikat dan mengarahkan umat kepada kehidupan yang hakiki, kebahagiaan
yang sebenarnya dan mengarahkan umat kepada suatu peradaban yang Islami.
Sejarah telah membuktikan bahwa Islam telah menanamkan fondasi ilmu
pengetahuan di Spanyol, sehingga telah mengangkat harkat Spanyol menjadi
gudangnya ilmu pengetahuan di belahan eropa. Hanya karena kefanatikan agama,
orang eropa mengusir cendekiawan muslim keluar dari daerahnya, sekiranya hal
1Dalam sejarah Islam, Spanyol Islam lebih dikenal dengan nama Andalusia. Penamaan
ini diperuntukkan bagi semenanjung Iberia, yang terdiri atas Spanyol dan Portugal. Lihat :Tim

Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid I, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), hlm. 144.
2Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011
hlm. 75-76.

1

ini tidak dilakukannya maka masyarakat Spanyol niscaya akan lebih maju
daripada sekarang ini. Untuk itu, tulisan ini mencoba menelusuri kembali sejarah
perkembangan pendidikan yang dikembangkan dunia Islam Spanyol. Semoga
makalah ini akan mampu memberikan nuansa dan kebanggan bagi umat Islam ,
terutama di tengah era modern ini yang hampir menghapus andil Spanyol Islam
sebagai “guru” yang membidani perkembangan kebudayaan dunia saat ini.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di
rumuskan beberapa rumusan

masalah tentang Pola Pendidikan Islam di

Andalusia (Spanyol), diantaranya :

1. Bagaimana kondisi geografis Andalusia (spanyol) dan kehidupannya sebelum
datangnya Islam?
2. Bagaimana pola dan perkembangan pendidikan Islam di Andalusia (spanyol)?
3. Apa faktor pendukung perkembangan pola pendidikan Islam di Andalusia
(spanyol)?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah
mempelajari tentang Pola Pendidikan Islam di Andalusia (Spanyol) serta
pembahasan yang mencakup ruang lingkup di dalamnya seperti perkembangan
pendidikan Islam di Andalusia.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang dilakukan oleh penyusun adalah dengan menggunakan
metode pustaka (Library research) yaitu mencari dan mengumpulkan data-data
ilmiah yang relevan dengan tema yang akan dibahas, terutama yang terdapat
dalam kitab-kitab yang mempelajari tentang Pola Pendidikan Islam di Andalusia
(Spanyol).

2

BAB II

ANDALUSIA PRA ISLAM
A. Letak Geografis Andalusia (spanyol)
Telah kita ketahui bersama sejarah merupakan satu cerminan yang sangat
berharga bagi kehidupan kita, cerminan positif masa lalu yang senantiasa mesti
kita ingat dalam rangka mentadaburi kekuasaan Alloh l , menata masa depan
dengan bekal positif dari masa lalu, sejarah adalah guru bagi kita jika ia bersifat
membimbing ke arah perbaikan dan sebaliknya ia akan menjadi satu masalah
besar bagi kita jika sejarah bersifat negatif yang menjerumuskan ke jurang
kenistaan moral, cara berfikir dan yang lainnya.
Dalam memahami sejarah tentunya kita memerlukan berbagai fasilitas, baik
berupa manuskrip-manuskrip, penelitian terhadap pelaku sejarah tersebut, atau
penelitian lapangan, yaitu meneliti suatu daerah yang dahulunya telah
menorehkan tinta sejarah yang akan kita teliti, terkait dengan masalah itu kami
berusaha menyajikan satu fasilitas dalam memahami atau meneliti sebuah sejarah
khususnya yang akan kami bahas, yaitu Pola Pendidikan Islam di Andalusia,
dengan menyajikan letak geografis Andalusia itu sendiri.
Negeri Andalusia pada hari ini terletak di Spanyol dan Portugal. Atau juga
biasa di kenal sebagai semenanjung Iberia. Luas kedua negara itu sekitar 600.000
km2, atau kurang dari 2/3 luas Mesir. Semenanjung Andalusia dipisahkan dengan
Maroko oleh sebuah selat yang semenjak era penaklukan Islam kemudian dikenal
sebagai Selat Gibraltar (yang oleh para penulis dan sejarawan arab dikenal dengan
nama Dar Az-Ziqaq); yang lebarnya sekitar 12,8 km antara Sabtah (Cueta) dan
Jabal Thariq (Gibraltar).3
Spanyol adalah negara yang terkenal dan populer yang dulunya adalah
Andalusia, kepopulerannya dikarenakan adanya satu club sepak bola ternama
(Real Madrid). Kabar yang amat menggelitik, masyarakatnya lebih mengenal
pemain sepak bola ketimbang pemimpin negara mereka, bahkan dalam daftar

3Rhagib As-Sirjani, Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad Ihsan dan
Abdul Rasyad Shiddiq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013 hlm. 12.

3

kekayaan club ternama di dunia, Real Madrid termasuk rangking teratas dalam
peringkat pendulangan harta kekayaan.4
Semenanjung Iberia terletak dibagian tenggara Eropa, diatas daratan segitiga
yang semakin menyempit saat kita berjalan ke arah timur, dan semakin melebar
saat kita berjalan menuju arah barat. Dibagian selatan, ia berbatasan dengan
Prancis dengan dibatasi barisan pegunungan yang di kenal sebagai pegunungan
Bartat. Air laut mengelilingi wilayah ini dari segala penjuru; yang menyebabkan
bangsa arab menyebutnya sebagai Jazirah Al-Andalusia atau pulau Andalusia.
Laut Tengah meliputinya dari arah timur dan tenggara, kemudia Laut Atlantik
meliputinya dari sisi barat laut, barat, dan utara. Sehingga Pegunungan Pirenia
adalah satu-satunya perbatasan darat yang menghubungkan semenanjung ini
dengan Eropa, karena di utara ia bertemu dengan Laut Atlantik dan di selatan ia
bertemu dengan Laut Tengah (Mediteranian Sea). Pegunungan Pirenia yang
menjadi pemisah antara Prancis dan Spanyol membuat seolah-olah semenanjung
itu membalikan wajahnya membelakangi Eropa dan mengarah ke arah Maroko.
Inilah yang kemudian disepakati oleh para geografis muslim bahwa Andalusia
sebenarnya adalah kelanjutan dari Afrika, dan bukan belahan benua Eropa.
Apalagi telah diketahui bahwa semenanjung ini memiliki banyak kesamaan
ekologis (tanaman dan hewan) dengan Maroko, khususnya kota Sabtah (Cueta)
dan Thanjah (Tangier). Adapun dari dalam semenanjung itu sendiri maka kita
berhadapan dengan sebuah dataran tinggi yang dikenal denag Maseta, yang
dilintasi oleh pegunungan secara horizontal, dipenuhi oleh banyak sungai yang
mengalir, seolah-olah ia hidup diatas jalur-jalur air.5 Inilah letak geografis Negeri
Andalusia yang sekarang kita kenal dengan Spanyol.
B. Masa Kegelapan (Dark Age)
Penting kita ketahui kondisi Andalusia sebelum datangnya Islam, untuk
mengingatkan kita akan perihnya para pejuang Islam dalam melakukan ekspansi
ke suatu daerah yang jauh dari kata manusiawi, harga diri dijual murah bahkan
diperjual belikan dengan sesuatu yang sangat hina, keadaan ini menjadikan satu
4Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011
hlm. 95.
5Rhagib As-Sirjani, Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad Ihsan dan
Abdul Rasyad Shiddiq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013. Hlm. 12-13.

4

ujian bagi para pejuang Islam didalam menjalankan misinya, yaitu mengIslamisasi
mereka, mengajak mereka mentauhidkan Alloh l, dengan adanya hal ini
(perjuangan para pejuang Islam) diharapkan menjadi satu motivasi bagi kita
didalam menjalankan dan mendakwahkan hak-hak Islam yang dibawah naungan
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Eropa pada waktu itu hidup dalam masa-masa kebodohan dan keterbelakangan
yang luar biasa, yang biasa disebut dengan masa kegelapan (Dark Age).
Kedzhaliman adalah sistem yang berlaku disana para penguasa menguasai harta
dan kekayaan negeri, sementara rakyatnya hidup dalam kemiskinan yang parah.
Para penguasa menguasai istana dan benteng, sementara rakyat kebanyakan
bahkan tidak mempunyai tempat berteduh dan rumah yang layak. Mereka benarbenar berada dalam kemiskinan yang luar biasa. Bahkan mereka diperjualbelikan
bersama dengan tanah, moral-moral benar mengalami degradasi. Kehormatan
yang diinjak-injak, dan kehidupan sangat jauh dari nilai-nilai yang normal.
Kebersiahan

individu

misalnya

tidak

kelihatan;

sampai-sampai

mereka

membiarkan rambut mereka tumbuh menjulur diwajah-wajah mereka tanpa
merapikannya. Mereka sebagaimana dituturkan oleh para pengembala muslim
yang datang ke negeri-negeri tersebut ketika itu, tidak mandi kecuali sekali atau
dua kali dalam setahun. Bahkan mereka menganggap bahwa semua kotoran yang
menumpuk ditubuh mereka akan menyehatkan tubuh; karena menjadi berkah dan
kebaikan untuk mereka.6
Entah apa yang membuat mereka merasa sehat, bugar dan merasa tidak ada
masalah dalam kondisi tubuhnya ketika mereka hanya bisa membersihkan
badannya hanya satu atau dua kali dalam setahun, masalahnya bukan pada
kebersihan yang bisa dan tidaknya mereka lakukan melainkan penyebab apa yang
membuat mereka lupa akan kebersihan badannya, itulah dark age masa kegelapan
yang kita sebut diatas tentu kita faham istilah kegelapan. Kata gelap berarti lawan
dari terang, dengan adanya penerangan kita dapat melakukan suatu hal yang kita
inginkan dengan mudah karena dengan washilah penerangan itulah kita dapat
tertuntun ke arah yang positif (paling minimalnya). Berbeda dengan istilah gelap
atau kegelapan, istilah gelap tentu lawan dari kata terang itu sendiri yang berarti
6 Ibid, hlm. 15-16.

5

dengan adanya kegelapan seseorang akan terhambat dalam melakukan suatu hal
yang ia inginkan, baik itu yang bersifat khusus ataupun umum bahkan
menyebabkan adanya pembunuhan karakter, gaya hidup, cara pandang ataupun
pecahnya suatu sosisalisasi antara ia dengan lingkungannya. Dengan inilah
masyarakat Eropa terhinakan sehingga mayoritas diantara mereka tergelapkan
dengan adanya otoritas dari pihak penguasa yang bersikap pragmatisme 7 dan
hedonisme8,

yang

lebih

mengarahkan

kepada

kepuasan

sepihak

tanpa

memperhatikan orang-orang disekelilingnya.
Sebagian penduduk kawasan tersebut malah saling berkomunikasi hanya
dengan isyarat, karena mereka tidak mempunyai bahasa lisan, apalagi bahasa yang
tertulis. Mereka mempunyai keyakinan yang sebagiannya sama dengan keyakinan
kaum Hindu dan Majusi, seperti; membakar orang yang telah meninggal saat
kematiannya, ikut membakar istri bersamanya jika sang istri masih hidup, atau
membakar budak perempuan bersamanya, atau membakar siapapun yang
mencintai mencintai si mayit. Orang-orang mengetahui hal tersebut dan
menyaksikannya.9 Sehingga kondisi Eropa secara umum sebelum penaklukan
Islam diliputi oleh keterbelakangan, kedzhaliman, dan kemiskinan yang parah,
serta sangat jauh dari sisi peradaban dan kemodernan sedikitpun.
Kekacauan Eropa yang parah itu berlangsung dalam kurun waktu yang lama.
Kecenderungan pada ilmu pengetahuan di Eropa tidak muncul kecuali pada abad
ke 11 dan 12 Masehi.10 Pada akhirnya, setelah masa Dark Age di wilayah
Andalusia, Islam tersebar di banyak wilayah semenjak abad permulaan. Ketika
kaum muslimin memasuki Andalusia, mereka telah sampai di selatan dan tengah
Perancis pada tahun 114 H/ 732 M. Juga telah sampai ke selatan dan barat laut
Italia.11
7Didalam kamus ilmiah populer (Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry), pragmatis
adalah, berpegang teguh pada kenyataan untuk umum; pengikut pragmatisme; bersifat
pragmatisme; memberikan hasil-hasil yang memuaskan dan menambah pengetahuan; mudah
dilakukan. Yang dimaksud istilah pragmatisme diatas adalah lebih ke sikap yang dapat
memuaskan dirinya sendiri dengan tanpa melihat kondisi lain di sekelilingnya.
8Istilah hedonisme diambil dari kata hedona yang berarti kelezatan atau kenikmatan,
sementara istilah hedonisme itu sendiri adalah doktrin yang mengatakan bahwa kebaikan yang
pokok dalam kehidupan adalah kenikmatan.
9Rhagib As-Sirjani, Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad Ihsan dan
Abdul Rasyad Shiddiq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013. Hlm. 16.
10Ibid, hlm. 16.
11Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: Penerbit Akbar Media, 2013. Hlm. 544.

6

BAB III
POLA PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA
A. Perkembangan Pola Pendidikan Islam di Andalusia
1. Kuttab
Sebagaimana yang ditulis dalam sejarah peradaban pendidikan Islam,
dengan semakin meluasnya wilayah kekuasan Islam, telah ikut memperkaya
dan memotivasi umat untuk mendirikan lembaga pendidikan seperti kuttab
dan masjid. Begitu pula di andalusia terdapat banyak kuttab-kuttab yang
menyebar sampai kepinggiran kota. Pada lembaga ini, para siswa mempelajari
berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, seperti fikih, bahasa dan sastra,
dan kesenian. Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah
tertata dengan rapih di saat itu, sehingga Kuttab-kuttab itu mempunyai banyak
tenaga pendidik dan siswa-siswanya. Pada lembaga ini siswa-siswanya
mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan di antaranya adalah :
a. Fikih
Pemeluk Islam di Andalusia menganut Madzhab Maliki, maka para
ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari Madzhab Imam Malik.
Tokoh-tokoh yang termasyhur disini di antaranya tersebut nama Ziyad
ibnu Abdurahman dan dilanjutkan oleh Ibn Yahya. Yahya sempat menjadi
qodi dimasa Hisyam ibn Abdurahman dan masih banyak nama-nama yang
lain, seperti Abu Bakar ibn Al-Qutiyah, Munzir ibn Said Al-Baluti dan Ibn
Hazm yang sangat populer di kala itu.
Santri pada kuttab mendapatkan pelajaran yang cukup lengkap dari
ulama-ulama yang ahli di bidang ilmunya sehingga para siswanya lebih
cepat

menyerap

ilmu

pengetahuan

yang

dipelajarinya,

sehingga

menumbuhkan minat belajar dikala itu.
b. Bahasa dan Sastera
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi umat Islam di Spanyol, bahasa ini
dapat dipelajari di kuttab, bahkan kepada siswanya diwajibkan untuk
selalu melakukan dialog dengan memakai bahasa resmi Islam (bahasa
arab), sehingga bahasa ini menjadi cepat populer dan menjadi bahasa
keseharian.
7

Tokoh-tokoh bahasa tersebutlah seperti Ibn Sayidih, Ibn Malik yang
mengarang Al-fiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu alHasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnati. Di bidang sastra tersohor
nama Ibn Abd. Rabbih dengan karya al-‘Iqd al-farid, Ibn Bassam dengan
karyanya al-Dzakhirah fi mahasin ahl al- Jazirah, dan al-Fath Ibn Khaqan
dengan karyanya kitab al-Qalaid, dan lain-lain.12
c. Sains
Yang terdiri dari Ilmu-ilmu Kedokteran, Fisika, Matematika,
Astronomi, Kimia, Botani,13 Zoologi,14 Geologi,15 Ilmu Obat-obatan, juga
berkembang dengan baik. Beberapa tokoh dalam tokoh dalam bidang
Astronomi, yaitu Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya An-Naqqash, Ibnu
Safar, Al-Bitruji. Dalam bidang obat-obatan, antara lain Ahmad bin Iyas,
Ibnu Juljul, Ibnu Hazm, Ibnu Abdurrahman bin Syuhaid, dalam bidang
kedokteran, yaitu Ummul Hasan binti Abi Ja’far (seorang tokoh dokter
wanita), dalam bidang geografi, yaitu Ibnu Jubar, Ibnu Bathutah.16
2. Mendirikan Lembaga Pendidikan
Ketika umat Islam berkuasa di Spanyol, umat Islam telah mendirikan
madrasah-madrasah

yang

tidak

sedikit

jumlahnya

guna

menopang

pengembangan pendidikannya. Madrasah-madrasah itu tersebar di seluruh
daerah kekuasaan Islam, antara lain di Qurthubah (cordova), Isybiliah
(seville), Thuailithiah (toledo), Ghranathah (granada) dan lain sebagainya.
Guna melakukan sosialisasi ilmu pengetahuan lebih lanjut, khalifah Abdul
Rahman III mencoba merintisnya dengan mendirikan universitas cordova
sebagai pusat ilmu pengetahuan. Dari sini terlihat dengan jelas begitu besarnya
perhatian yang diberikan penguasa dalam memajukan pendidikan Islam di
Spanyol waktu itu. Dengan kondisi ini tidak heran jika dikatakan bahwa
pertumbuhan lembaga pendidikan sebagai sarana pengembangan ilmu
12Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media
Group, 2011. Hlm. 98-99.
13Ilmu tumbuh-tumbuhan
14Studi tentang hewan dan kehidupannya
15Ilmu bumi alam atau pertanahan atau kulit bumi
16Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Penerbit Amzah, 2013. Hlm.
173.

8

pengetahuan tumbuh laksana jamur di musim penghujan. Di Cordova
misalnya, telah berdiri lembaga pendidikan, baik sekolah rendah sampai
perguruan tinggi kurang lebih sebanyak 800 sekolah, belum lagi sekolahsekolah yang yang ada di daerah lain seperti Toledo, Seville dan lain
sebagainya.
Dari penjelasan diatas, dapatlah dipahami bahwa pola lembaga pendidikan
yang ditawarkan pada masa itu telah memiliki kesamaan stratifikasi dengan
pendidikan saat ini. Kesamaan itu adalah dengan diterapkannya tingkatantingkatan kelas tertentu (sistem klasikal) dalam proses pendidikannya. Hal ini
berarti telah ada pengelolaan administrasi pendidikan yang telah rapi pada saat
itu, baik yang menyangkut taraf perkembangan peserta didik, fasilitas,
maupun materi yang diajarkan.
Untuk sekolah rendah, pendidikan Spanyol Islam menitikberatkan pada
pendidikan agama yang meliputi : dasar-dasar agama dan sastera. Sedangkan
pada taraf berikutnya meningkat pada materi pendidikan ilmu-ilmu akal,
seperti matematika, farmasi, kedokteran, pelayaran, fisika, seni arsitektur,
geografi, ekonomi, dan sebagainya. Serta pengembangan ilmu-ilmu naqli
(ilmu-ilmu yang berkaitan dengan A-Qur’an dan Hadits)
Dalam

menunjang

pendidikannya,

pendidikan

Spanyol

Islam

memberlakukan kurikulum universal dan kompeherensif, artinya, menawarkan
materi pendidikan agama dan umum secara integral pada setiap tingkatan
pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Indikasi dari kedalaman dan
keluasan kurikulum Spanyol Islam waktu itu boleh jadi ditentukan
konsekuensi-konsekuensi praktikal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia,
sehingga pola kurikulum yang diterapkan bersifat fleksibel dan adaktif. Untuk
pendidikan kejuruan, kurikulum yang ditawarkan boleh memberikan
penekanan khusus pada spesialisasi yang ditawarkan. Pengembangan
kebijaksanaan ini diberikan hak kepada kebijaksanaan lembaga atau penguasa
dimana pendidikan itu dilaksanakan. Sedangkan metode yang diterapkan dapat
dibagi kepada dua macam.

9

a. Metode bagi pendidikan formal.
Pada pendidikan ini, guru (dosen) duduk diatas podium. Ia
memberikan materi pelajaran khususnya pendidikan tinggi dengan
membacakan manuskrip-manuskrip. Setelah itu guru menerangkan secara
jelas. Kemudian materi itu didiskusikan bersama. Para pelajar diberikan
kebebasan

untuk

bertanya

dan

mengeluarkan

pendapat,

bahkan

diperkenankan untuk berbeda pendapat dengan statemen yang diberikan
gurunya asal mereka dapat mengajukan bukti-bukti yang mendukung
kebenaran pendapatnya. Kesimpulan dari diskusi tersebut kemudian
mereka catat, khususnya pada materi yang terbatas buku cetakannya.
Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang dosen dibantu oleh
seorang asisten yang bertugas untuk membantu pelajar (mahasiswa) dalam
memahami materi yang dipelajarinya. Ia menggunakan tiga langkah dalam
presentasinya, yaitu : menerangkan materi secara umum, agak singkat, dan
secara detail. Kemudian jika masih ada yang belum mengerti, ia tidak
segan-segan

untuk mengulangnya

kembali.

Kemudian

mahasiswa

menghafalnya, mengulang lagi apa yang dihafalnya, dianalisis dan di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Metode pendidikan bagi pendidikan nonformal.
Model pendidikan ini menggunakan metode halaqoh. Posisi guru
berada diantara para pengunjung. Guru mendiktekan sejumlah buku, dan
kemudian menjelaskannya secara rinci. Diskusi seperti ini merupakan
metode pengajaran yang telah membumi di Spanyol.17
3. Pendidikan Tinggi
Tidak dapat dipungkiri bahwa Islam di Spanyol merupakan tonggak
sejarah peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada abad ke delapan dan
akhir abad ketiga belas. Universitas Cordova berdiri megah dan menjadi ikon
Spanyol , sehingga termasyhur keseluruh dunia.
Universitas ini tegak bersanding dengan Masjid Abdurrahman III, yang
pada akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidkan tinggi yang terkenal
17Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media
Group, 2011. Hlm. 79-84.

10

yang setara dengan Universitas Al-Azhar di Cairo dan Universitas Nizamiyah
di Baghdad. Perguruan Tinggi ini telah menjadi pilihan utama bagi generasi
muda yang mencintai ilmu pengetahuan, baik dari belahan Asia, Eropa, Afrika
dan belahan dunia lainnya.
Banyak yang pantas dilirik pada daerah ini, khususnya dalam bidang
pendidkan. Perpustakaannya saat itu tiada tara tandingannya, yang
menampung kurang lebih empat juta buku yang mencakup berbagai disiplin
ilmu. Buku-buku ini di konsumtifkan untuk seribu lebih mahasiswa yang
sedang menuntut ilmu.
Selain itu, terdapat juga Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Pada
perguruan tinggi ini diajarkan ilmu kedoktedran, astronomi, teologi , hukum
Islam, kimia, dan lain-lain. Pada lembaga ini terdapat para pengajar yang
cukup di kenal di antaranya, Yaitu Ibn Qutaibah yang dikenal sebagai ahlu tata
bahasa, Abu Ali Qali yang ahli di bidang biologi. Namun, secara garis besar
pada perguruan tinggi di Spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu pengetahuan,
yaitu filsafat dan sains.18
4. Pengembangan Perpustakaan
Bagaimanapun juga, kelancaran proses pendidikan sangat tergantung dari
prasarana-prasarana

yang

mendukung.

Diantaranya

adalah

fasilitas

perpustakaan. Untuk itulash khalifah-khalifah umayyah di Spanyol telah
berupaya menyisihkan dana dari kas negara untuk membangun berbagai
sarana pendukung tersebut secara intensif. Hal ini dapat dilihat dari upaya
khalifah Abdurrahman III (912-961 M) membangun perpustakaan di Granada
hingga mencapai 600.000 jilid buku. Upaya yang sama juga dilakukan oleh
khalifah Al-Hakam II (961-976 M) tak maun kalah dengan upaya yang dirintis
bapaknya. Ia juga membangun perpustakaan terbesar (greatest library) di
seluruh Eropa pada masa itu dan masa-masa sesudahnya.
Ambisi untuk mendirikan perpustakaan, bukan hanya dilakukan oleh para
khalifah saja. Akan tetapi, ambisi tersebut juga telah dimiliki oleh setiap
masyarakat Spanyol Islam. mereka mengoleksi berbagai buku bukan untuk
kepentingan dirinya saja. Akan tetapi ia wakafkan untuk dapat dimanfaatkan
18Ibid, hlm. 99-100.

11

oleh masyarakat umum seperti yang dilakukan oleh Abdul Murif, seorang
hakim di Cordova. Ia telah mengoleksi berbagai buku-buku langka. Ia juga
memperkerjakan enam orang karyawan untuk menyalin buku-buku tersebut
sehingga dapat disebarluaskan pada masyarakat umum. Ia keluarkan biaya
secara pribadi yang tidak sedikit untuk melaksanakan ambisinya tersebut.
Besarnya perhatian umat Islam di Spanyol dalam penyediaan sarana
perpustakaan perlu rasanya diacungkan jempol dan ditiru oleh umat Islam di
daerah lainnya. Ini dapat dilihat dengan berdirinya perpustakaan Khazanatul
Humist-tsani di Andalusia. Perpustakaan lain yang didirikan oleh perorangan
untuk dimanfaatkan secara umum, bahkan mereka berlomba-lomba untuk
mendirikannya. Dengan fenomena ini tidaklah heran jika dalam waktu yang
relatif singkat, pertumbuhan perpustakaan Spanyol Islam laksana jamur.
Kondisi ini pula yang ikut mendukung bagi pengembangan ilmu pengetahuan
di Spanyol sehingga dengan sekejap telah menyulap daerah Spanyol dari
negara yang kaya, makmur dan maju.19
B. Faktor Pendukung Pendidikan Islam di Andalusia
Kemajuan pola pendidikan dan ilmu pengetahuan di Andalusia tidak terlepas
dari berbagai faktor pendukung. Baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal dalam hal ini adalah faktor ajaran Islam sebagai motivasi, nilai dan
doktrin serta dilihat pula dari Hadits yang berkaitan dengan keutamaan menuntut
dan mentransfer ilmu, semua itu merupakan faktor pendorong utama dalam
memajukan pola pendidikan Islam di Andalusia,20 ini terlihat dari gairah umat
Islam dalam menyikapi dorongan tersebut. Mereka menyikapi perkembangan
pendidikan bukan hanya semata-mata karena mencari kedudukan tertentu dalam
pemerintahan akan tetapi tidak lebih karena tuntutan ajaran agama Islam.
sedangkan faktor eksternal pendukung pola pendidikan Islam di Andalusia
diantaranya :
1. Adanya dukungan dari penguasa, membuat pendidikan Islam cepat sekali
majunya, kerena penguasa sangat mencintai ilmu pengetahuan dan
berwawasan jauh ke depan.
19Ibid, hlm. 85-86.
20Ibid, hlm. 88.

12

2. Adanya beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di Spanyol
yang sangat terkenal (Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada).
3. Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung timur dan ujung barat
wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan berbagai gagasan. Ini
menunjukan bahwa, meskipun umat Islam terdiri dari beberapa kesatuan
politik, terdapat juga apa yang disebut kesatuan budaya Islam
4. Adanya persaingan antara Abbasyiah di Baghdad dan Umayyah di
Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Kompetisi dalam
bidang pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cordova yang
menyaingi Universitas Nizamiyah di baghdad yang merupakan persaingan
positif, tidak selalu dalam peperangan.21
Dari beberapa bacaan dapat disimpulkan bahwa selain dari beberapa faktor
diatas pemerintah juga memberikan subsidi yang banyak terhadap pendidikan,
yakni dengan murahnya buku-buku bacaan atau, diberikan penghargaan yang
tinggi berupa emas murni kepada penulis atau penerjemah buku, seberat buku
yang di terjemahkannya. Hal menarik yang lainnya adalah, pemerintah juga
memberikan kepada makanan pokok sehingga masalah pengisian kepala dan
pengisian perut tidak terlalu dihiraukan lagi dan relativ murah dijangkau serta
didapat oleh masyarakat.22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
21Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kalam Mulia, 2012. Hlm. 9798.
22Ibid, hlm. 101.

13

1. Negeri Andalusia terletak di Spanyol dan Portugal. Luas kedua negara itu
sekitar 600.000 km2, atau kurang dari 2/3 luas Mesir. Semenanjung
Andalusia dipisahkan dengan Maroko oleh sebuah selat yang semenjak era
penaklukan Islam kemudian dikenal sebagai Selat Gibraltar yang lebarnya
sekitar 12,8 km antara Sabtah (Cueta) dan Jabal Thariq (Gibraltar).
Sebelum islam datang, Andalusia dijuluki Dark Age karena negeri ini ada
dalam masa-masa kebodohan dan keterbelakangan yang luar biasa.
2. Pola pendidikan Islam di Andalusia terdiri dari (1) Kuttab, yang dipelajari
didalamnya ilmu fiqih, bahasa dan sastera serta sains. (2) Mendirikan
lembaga pendidikan, seperti madrasah-madrasah yang tersebar di cordova,
seville, toledo, dan granada. (3) Pendidikan Tinggi, seperti Universitas
Cordova

yang

berdiri

megah

dan

menjadi

ikon

Spanyol.

(4)

Pengembangan Perpustakaan, seperti pembangunan perpustakaan di
Granada hingga mencapai 600.000 jilid buku.
3. Faktor pendukung perkembangan pola pendidikan Islam di Andalusia,
diantaranya (1) Faktor internal, dalam hal ini adalah faktor ajaran Islam
sebagai motivasi, nilai dan doktrin serta dilihat pula dari Hadits yang
berkaitan dengan keutamaan menuntut dan mentransfer ilmu. (2) Faktor
eksternal, dalam hal ini adalah adanya dukungan dari penguasa, Adanya
beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di Spanyol yang sangat
terkenal, Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung timur dan ujung
barat dengan membawa berbagai buku dan berbagai gagasan serta adanya
persaingan dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban.

DAFTAR PUSTAKA

14

As-Sirjani, Rhagib, 2013. Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad
Ihsan dan Abdul Rasyad Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Nizar, Samsul, 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, 1994. Ensiklopedi Islam Jilid I, Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve.
Al-Usairy, Ahmad, 2013. Sejarah Islam sejak zaman nabi adam hingga abad XX,
Jakarta: Penerbit Akbar Media.
Ramayulis, 2012. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kalam Mulia.
Munir Amin, Samsul, 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Penerbit Amzah.

15