PERTEMPURAN 5 HARI 5 MALAM DI PALEMBANG (1)

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

PERTEMPURAN 5 HARI 5 MALAM DI PALEMBANG

Oleh:
Zulkarnain Bilhaqqi N.
Shania Diandra M.
XI MIA 8

SMA MUHAMMADIYAH 2 SIDOARJO
TAHUN PELAJARAN 2015-2016

Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah atas nikmat yang diberikan kepada Allah SWT sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah dari Sejarah Indonesia yang berjudul ‘’Pertempuran 5 Hari 5 Malam di
Palembang’’.
Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas wawasannya tentang perjuangan
indonesia sehingga menimbulkan semangat seperti para pejuang yang sudah memperjuangkan
indonesia sampai titik darah penghabisan. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan

penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu kami minta maaf
apabila ada kata atau penulisan yang salah ataupun tidak sesuai mohon dimaafkan karna kami
hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan. Hanya saran dan kritik yang dapat membantu
untuk mengembangkan makalah kedepannya agar lebih baik.

Sidoarjo, April 2016

Daftar Isi

Cover............................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................iii
BAB I Pendahaluan......................................................................................
1.1Latar Belakang........................................................................1
BAB II Pembahasan......................................................................................2
BAB III Penutup............................................................................................
3.1. Kesimpulan...........................................................................
Daftar Pustaka.............................................................................................


BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Palembang merupakan kota yang strategis di Sumatera Selatan. Sebagai kota
tua, Palembang banyak menyimpan sejarah perjuangan rakyat. Keberdaan
Palembang yang dibagi oleh Sungai Musi menambah eksotismenya. Ciri khas Kota
Palembang sebagai kota yang sangat didominasi oleh air, bahkan oleh Belanda
sebelum Perang Dunia II, pernah dipromosikan sebagai “Venetie van het Verre
Oasten” atau “Venesia dari Timur Jauh.” Kekayaan alam Sumatera Selatan menjadi
kebanggaan sekaligus ancaman dari bangsa asing.
Setelah Perang Dunia II, Sekutu membonceng NICA ke Indonesia dengan
maksud agar Belanda dapat kembali menguasai Indonesia. Konflik RI dan Belanda
semakin menimbulkan ketegangan. Para pasukan RI, laskar dan rakyat berusaha
mempertahankan Kemerdekaan yang telah dicapai pada 17 Agustus 1945. Usaha
untuk mencapai kepentingan Belanda berlanjut dengan pertempuran besar.
Pertempuran besar yang menentukan antara lain Bandung Lautan Api,
Pertempuran Ambarawa, Medan Area, Puputan Margarana dan lain-lain. Di
Sumatera Selatan pun terjadi pertempuran besar yang dikenal dengan
Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang. Pertempuran ini terjadi pada
tanggal 1 hingga 5 Januari 1947.


BAB II
Pembahasan
Pertempuran Lima Hari Lima Malam
Sejarah pertempuran 5 hari 5 malam di Palembang – Seperti halnya ditempattempat lain, pertempuran melawan Sekutu meletus juga di Palembang.Pasukan
sekutu mendarat di Palembang pada tanggal 12 Oktober 1945 di bawah pimpinan
Letnan Kolonel Carmichael.

Seperti juga di tempat lain, kali inipun bersama tentara Sekutu ikut pula mendarat
aparat/tentara NICA. Selanjutnya pemerintah RI di Palembang menentukan bahwa
pasukan Sekutu itu hanya diijinkan mendiami daerah Talang Semut, kemudian
ternyata mereka meluaskan daerahnya ke tempat-tempat lain.
Suasana menjadi panas ketika Sekutu secara tidak sah menggeledah rumah
penduduk untuk mencari senjata.Akhirnya meletuslah suatu insiden.
Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang terjadi pada tanggal 1
hingga 5 Januari 1947.Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang
merupakan perang tiga matra yang pertama kali kita alami, begitu pula pihak

Belanda.Perang tersebut terjadi melibatkan kekuatan darat, laut, dan udara.
Belanda sangat berkepentingan untuk menguasai Palembang secara total karena

tinjauan Belanda terhadap Palembang dari aspek politik. ekonomi dan militer.
Dalam aspek politik, Belanda berusaha untuk menguasai Palembang karena ingin
membuktikan kepada dunia internasional bahwa mereka benar-benar telah
menguasai Jawa dan Sumatera.
Ditinjau dari aspek ekonomi berarti jika Kota Palembang dikuasai sepenuhnya
maka berarti juga dapat menguasai tempat penyulingan minyak di Plaju dan Sei
Gerong. Selain itu, dapat pula perdagangan karet dan hasil bumi lainnya untuk
tujuan ekspor. Sedangkan jika ditinjau dari segi militer, sebenarnya Paskan TRI dan
pejuang yang dikonsentrasikan di Kota Palembang merupakan pasukan yang relatif
mempunyai persenjataan yang terkuat, jika dibandingkan dengan pasukanpasukan di luar kota.
Front Pertempuran Lima Hari Lima Malam
1. Front Seberang Ilir Timur Front Seberang Ilir Timur meliputi kawasan mulai
dari Tengkuruk sampai RS Charitas - Lorong Pagar Alam - Jalan Talang Betutu - 16
Ilir - Kepandean - Sungai Jeruju - Boom Baru - Kenten. Pertempuran pertama
terjadi pada hari Rabu 1 Januari 1947.Belanda melancarkan serangan dan
tembakan yang terus menerus diarahkan ke lokasi pasukan RI yang ada di sekitar
RS Charitas. RS Charitas berada di tempat yang strategis karena berada di atas
bukit sehingga menjadi basis pertahanan yang baik bagi Belanda. Basis strategi
pertahan di Front Seberang Ilir Timur terutama berlokasi di depan Masjid Agung,
simpang tiga Candi Walang, Pasar Lingkis (sekarang Pasar Cinde), Lorong Candi

Angsoko dan di Jalan Ophir (sekarang Lapangan Hatta). Dibawah pimpinan Mayor
Dani Effendi, Pasukan TRI melancarkan serangan ke Rumah Sakit Charitas dan
daerah di Talang Betutu.Tujuan serangan ini adalah untuk memblokir bantuan
Belanda yang datang dari arah Lapangan Udara Talang Betutu menuju arah
Palembang dan menghalangi hubungan antara pusat pertahanan Belanda di RS
Charitas dengan Benteng.Pada sore harinya, pihak Belanda telah mengerahkan
pasukan tank dan panser untuk menerobos pertahanan dan barikade Pasukan TRI
di sepanjang Jalan Tengkuruk.Mereka kemudian berhasil menduduki Kantor Pos

dan Kantor Telepon melalui perlawanan yang seru dari Pasukan TRI.Dengan
berhasilnya Belanda menduduki Kantor Telepon, maka hubungan melalui alat
komunikasi menjadi terputus secara total.Setelah itu, belanda memperluas
gerakannya hingga menduduki Kantor Residen dan Kantor Walikota.Pasukan TRI
yang berada di daerah tersebut mengundurkan diri ke Jalan Kebon Duku dan Jalan
Kepandean sedangkan di RS Charitas, kekuatan Belanda semakin terdesak karena
serangan dari Pasukan TRI.Pada pertempuran hari kedua, konsentrasi pasukan
terutama diarahkan terhadap pasukan dan pertahan Belanda di RS
Charitas.Namun, Belanda berhasil menerobos lini Talang Betutu setelah terlebih
dahulu berhadapan dengan Lettu Wahid Uddin bersama Kapten Anima Achyat.
Belanda telah memperkuat tempat-tempat yang telah mereka kuasai, terutama di

depan Masjid Agung. Secara spontanitas, rakyat dan pemuda di dalam kota dan
luar kota turut serta bertempur melawan Belanda. Melihat kemajuan-kemajuan
dipihak kita, Belanda pun segera mengadakan pengintaian, bahkan melakukan
tembakan dari udara terhadap kereta api yang membawa bahan makanan,
bantuan dari Baturaja, Lubuk Linggau, dan Lahat. Oleh karena lokasi Markas Besar
Staf Komando Divisi II tidak lagi aman, maka dipindahkan dari Sungai Jeruju ke
daerah Kenten, tepatnya di Jalan Duku. Hal ini disebabkan karena Belanda terusmenerus melakukan pengintaian dan pengeboman terhadap markas-markas
Pasukan TRI/Lasykar.Keberhasilan pengeboman jarak jauh yang dilakukan Belanda
tidak terlepas dari peranan para pengintai atau mata-mata.
Pertempuran
hari ketiga berlangsung pada hari Jum'at, tanggal 3 Januari 1947.Saat itu, Kolonel
Mollinger memerintahkan angkatan perangnya (Darat, Laut, dan Udara) untuk
menghancurkan semua garis pertahanan Pasukan TRI/Lasykar.Ini menunjukan
terjadinya konsep perang tiga matra yang dilakukan Belanda di
Palembang.Berdasarkan perintah tersebut, maka konvoi kendaraan berlapis baja
keluar dari Benteng menuju RS Charitas menerobos Jalan Tengkuruk, melepaskan
tembakan di sekitar Masjid Agung dan Markas BPRI.Gerakan penerobosan
Belanda ke Charitas itu dihambat oleh pasukan kita yang berada di Pasar Cinde
dengan ranjau-ranjau, manun gagal karena ranjau-ranjau tersebut gagal
meledak.Akibatnya Pasar Lingkis (Cinde) dapat dikuasai oleh musuh.Tapi, sore

harinya pasar itu dapat dikuasai kembali oleh pasukan kita (Resimen XVII).Senjata
dan amunisi yang dimiliki pasukan RI jumlahnya terbatas, dan sebagian besar

senjata yang digunakan oleh pasukan kita banyak yang telah tua (out of date)
sebagai hasil rampasan dari serdadu Jepang.Sampai hari ketiga, keadaaan
Palembang sebenarnya sudah parah. Hampir seperlima kota telah hancur terkena
serangan bom dan peluru mortir Belanda. Pada pertempuran hari keempat (4
Januari 1947), Belanda menfokuskan pertahanan di Plaju.Sehingga pasukan Mayor
Dani Effendi berhasil memanfaatkan situasi tersebut untuk menguasai Charitas
dan sekitarnya.Akibatnya pasukan Belanda mulai terdesak.Pasukan TRI berhasil
mendekati gudang amunisi di RS Charitas dan menembak serdadu Belanda yang
berusaha mendekati gudang tersebut.Pada pertempuran hari kelima (5 Januari
1947), pihak Belanda dapat menguasai beberapa tempat dengan bantuan kapalkapal perang yang hilir mudik di Sungai Musi dan pesawat terbang yang
menjatuhkan bom-bom ke arah posisi Pasukan TRI. Namun demikian pasukan
Belanda mengalami hal yang sama dengan Pasukan TRI yaitu letih, kurang tidur
dan merasa stress, sedangkan Pasukan TRI telah banyak menderita kerugian baik
dari materi ataupun yang gugur dan luka-luka.
2. Front Seberang Ilir Barat Front Seberang Ilir Barat meliputi kawasan mulai
dari 36 Ilir yaitu meliputi Tangga Buntung - Talang - Bukit Besar - Talang Semut Talang Kerangga - Emma Laan - Sungai Tawar - Sekanak - Benteng. Pada
pertempuran pertama (1 Januari 1947), pasukan-pasukan disekitar belakang

Benteng mulai terdesak lalu mengundurkaan diri ke sekitar Jalan Kelurahan Madu
dan Jalan Kebon Duku.TRI/Lasykar yang berlokasi di Bukit terpaksa mengubah
taktik yaitu memencarkan diri masuk ke kampung-kampung di sekitar Bukit
Siguntang dan sekitarnya. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah pasukan
Belanda yang akan menerobos ke 35 Ilir. Karena apabila pasukan Belanda yang
akan beroperasi di 36 Ilir, Suro, 29 Ilir dan Sekanak akan terkepung. Usaha pasukan
TRI dibawah pimpinan Mayor Surbi Bustam dilakukan untuk menyerang Gedung
BPM Handelszaken.Serangan ini dibantu oleh Kapten Makmun Murod, Letnan
Satu Asnawi Mangkualam dan Kapten Riyacudu. Belanda dengan menggunakan
kendaraan berlapis baja dan persenjataan modern berhasil menguasai Kantor Pos,
Kantor Telegraf, Kantor Residen, Kantor Walikota dan di sekitar Jalan Guru-guru di
19 Ilir.. Pada pertempuran hari kedua, Belanda menembakan mortirnya dengan
membabibuta ke arah Sekanak sampai ke Tangga Buntung.Tujuan utama adalah

menembaki markas batalyon dan pos-pos pertahanan TRI dan rakyat yang
terdapat antara Sekanak sampai Tangga Buntung. Gencarnya tembakan yang
dilakukan Belanda dari benteng pertahanan dan dan pesawat udara pada 2
Januari 1947 menyebabkan Staf Komando Batalyon 32/XV oleh Mayor Zurbi
Bustam bersama Kapten Makmun Murod dipindahkan ke Talang. Keterbatasan
senjata tidak membuat pasukan kita menyerah. "molotov" adalah bensin yang

dimasukan ke dalam botol dicampur dengan karet untuk kemudian diberi sumbu
memjadi alat yang sangat efisien. Kapten Alamsyah memerintahkan Sersan Mayor
M. Amin Suhud untuk mencuri persediaan bensin Belanda yang akan digunakan
untuk membuat bom molotov. Sersan Mayor M. Amin Suhud mendapatkan
bensin.Kesulitan bahan makanan dialami oleh Front Seberang Ilir Barat karena
blokade yang dilakukan oleh Belanda.Begitu pula peran anggota Palang Merah
Indonesia (PMI) dan PPI (Pemuda Puteri Indonesia) yang mengurus korban
pertempuran dan mengurus bahan makanan.Pada hari ketiga, pertempuran tiga
matra yang dilakukan oleh Belanda semakin aktif, setelah dikeluarkan perintah
oleh Kolonel Mollinger untuk menghancurkan garis pertahanan RI di Emma Laan
(Jalan Kartini) dan Sekolah MULO Talang Semut.Pasukan TRI yang dibawah
pimpinan Letda Ali Usman berhasil menghancuran sekitar 3 regu Pasukan Belanda
yaitu Pasukan Gajah Merah. Pada pertempuran hari keempat, Sabtu tanggal 4
Januari 1947, Pasukan TRI/Lasykar terdesak sehingga mundur ke arah Kebon
Gede,Talang dan Tangga Buntung. Sebagai resiko perjuangan dari bangsa yang
baru merdeka, maka setiap gerakan pasukan musuh berakibat pada pemindahan
dislokasi pasukan.Walaupun situasi pertempuran selalu dilaporkan kepada
komando pertempuran.Namun laporan tersebut mengalami keterlambatan akibat
sulitnya hubungan komunikasi.Pada hari kelima pertempuran di Front Seberang
Ilir Barat terus berlangsung, walaupun Pasukan TRI/Lasykar dan rakyat mulai

menampakkan keletihan dan pengiriman makanan dari dapur umum mulai tidak
teratur lagi akibat blokade Belanda. Sebenarnya blokade ini juga berdampak pada
pihak Belanda juga karena bahan makanan dari luar kota sulit masuk ke Kota
Palembang.
3. Front Seberang Ulu Front Seberang Ulu meliputi kawasan mulai dari 1 Ulu
Kertapati sampai Bagus Kuning, selanjutnya meliputi kawasan Plaju - Kayu Agung -

Sungai Gerong. Pada awal pertempuran tanggal 1 Januari 1947, tembakan mortir
dari pasukan Belanda yang dberada di Bagus Kuning, Plaju dan Sungai
Gerongterus ditujukan ke markas batalyon yang dipimpin Kapten Raden
Mas.Namun demikian, kapal perang Belanda yang berada di Boom Plaju atau
Sungai Gerong belum dapat bergerak leluasa, karena dihambat oleh pasukan ALRI
di Boom Baru.Motorboat milik Belanda melaju dari arah Plaju menuju Boom Yetty
yang diduga membawa bahan persenjataan pasukan Belanda, Pasukan TRI
berusaha menyerang namun tidak berhasil.Kompi I yang berkedudukan di Jalan
Bakaran Plaju, dipimpin Lettu Abdullah di Jalan Kayu Agung dan Sungai Bakung
diberi tugas untuk menghadapi Belanda. Begitu juga Kompi II yang dipimpin Letda
Sumaji bertugas menghadapi Belanda di Bagus Kuning dan Sriguna, sedangkan
Kompi II dibawah pimpinan Letda Z. Anwar Lizano bertugas menghadapi Belanda
di pinggir Sungai Musi yang letaknya sejajar dengan Boom Yetty sampai Pasar 16

Ilir.
Pasukannya dibantu dari Lasykar Pesindo, Napindo dan Hizbullah.penyerbuan
tersebut membuahkan hasil. Pasukan TRI/Lasykar dapat menguasai gudanggudang persenjataan musuh, sedangkan pasukan Belanda mengundurkan diri ke
kapal-kapal perang mereka. Bendera Belanda si tiga warna yang terpancang di
depan asrama telah diturunkan, kemudian dirobek warna birunya dan dinaikkan
kembali dengan keadaan si Dwiwarna, Sang Saka Merah Putih. Namun
kemenangan ini tidak berlangsung lama pasukan Belanda kemudian melepaskan
tembakan-tembakan mortir ke arah kedudukan Pasukan TRI/Lasykar.Pertempuran
hari ketiga, Setelah Komandan Mollinger mengeluarkan perintah kepada seluruh
unsur kekuatan darat, laut dan udara.Belanda untuk meningkatkan gempuran dan
berusaha menerobos setiap garis pertahanan TRI dan badan-badan perjuangan
rakyat.Pewasat-pesawat terbang dan kapal-kapal perang Belanda semakin
menggiatkan aksinya, terutama di daerah-daerah yang menjadi tempat bertahan
pasukan-pasukan TRI yang berada di Seberang Ulu dan Ilir.Kapal perang jenis
korvet menembakan mesin kesepanjang Sungai Musi terutama di pos-pos
pertahanan RI, terutama yang berlokasi di sekitar 7 Ulu.Akibatnya Pasukan TRI dan
Lasykar terpaksa membalas dengan menggunakan senjata bekas persenjataan
Jepang, yaitu meriam pantai milik kompi III Batalyon 34 di 7 Ulu di tepi Sungai

Musi.Dengan menggunakan senjata seperti itu, pasukan Hizbullah dibawah
pimpinan Letkol (Lasykar) M. Ali Thoyib berhasil menembak sebuah motorboat
Belanda yang sedang mengangkat amunisi milik Belanda dari Plaju menuju ke
Benteng. Pertempuran keempat,tanggal 4 Januari 1947 di Front Seberang Ulu
pasukan Belanda semakin memperhebat tekannya terhadap pasukan RI sehingga
pasukan TRI yang berada di Bagus Kuning mengundurkan diri ke 16 Ulu. Kapalkapal perang Belanda melakukan patroli mulai dari perairan Sungai Gerong di
bagian Hilir sampai ke perairan Kertapati, Keramasan di bagian Hulu.Pada hari
kelima, tanggal 5 Januari 1947, pasukan kita dalam keadaan lelah, sekalipun hal itu
tidak mengendorkan semangat perjuangan. Upaya Perundingan dan Pengakhiran
Pertempuran Sejak tanggal 4 Januari 1947 di Kota Palembang telah menerima
kedatangan Kapten A.M. Thalib, utusan Panglima Divisi II Bambang Utoyo, yang
mengabarkan tentang keinginan Mollinger untuk berunding. Ternyata Gubernur
Muda telah menerima berita dari Jakarta lewat telegram yang diterima oleh
pemancar darurat dibawah pimpinan Herry Salim, bahwa akan datang ke
Palembang secepatnya Dokter Adnan Kapau Gani sebagai utusan pemerintah
pusat untuk melakukan perundingan gencatan senjata dengan pihak Belanda.
Perundingan ini dilakukan oleh pihak RI dikarenakan ada kepentingan strategis
dengan alasan: ·
pertama, mencegah korban lebih banyak ·
kedua, kita
perlu mengadakan konsolidasi kekuatan kembali ·
ketiga, dari segi politis akan
memberikan gambaran kepada dunia internasional bahwa RI cinta perdamaian,
sekaligus menegaskan bahwa pemerintah pusatnya dipatuhi oleh daerahdaerahnya. Perhitungan yang melandasi berunding dari pihak RI adalah
berdasarkan: ·
Pertama, perjuangan kemerdekaan akan memakan waktu
cukup lama, mungkin bertahun-tahun. ·
Kedua, hampir 60% pasukan RI di
Sumatera Selatan berada di Kota Palembang, bila sampai bertempur habishabisan akan memperlemah kekuatan pada masa selanjutnya. Setelah itu,
ditetapkan tiga orang delegasi yang melakukan pejajakan perundingan. Mereka
adalah dr. M. Isa, Gubernur Muda yang mewakili Pemerintah Sipil; Mayor M.
Rasyad Nawawi, Kepala Staf Divisi Garuda II yang mewakili pasukan-pasukan dari
Komando Pertempuran dan Komisaris Besar Polisi, Mursoda, yang mewakili
Kepolisian. Perundingan antara RI - Belanda dilaksanakan pada tanggal 5 Januari
1947, di Rumah Sakit Charitas.Formasi delegasi pun ditambah dengan Kolonel

Bambang Utoyo, Komandan Divisi Garuda II, yang ditunjuk sebagai Ketua dan
Mayor Laut A.R. Saroingsong. Akhirnya Pertempuran Lima Hari Lima Malam
diakhiri dengan gencatan senjata (cease fire) antara kedua belah pihak, dimana
TRI/Lasykar harus kelur dari Kota Palembang sejauh 20 Kilometer kecuali
Pemerintah Sipil RI dan ALRI masih tetap berada di dalam kota. Sedangkan pospos Belanda hanya boleh sejauh 14 Km dari pusat kota. Jalan raya di dalam kota
dijaga pasukan Belanda dengan rentang wilayah 3 Km ke kiri dan kanan jalan. Hasil
perundingan ini selanjutnya segera disampaikan ke markas besar TRI di Yogyakarta
Motivasi Perjuangan Rakyat
Peranan rakyat sangat besar dalam Pertempuran Lima Hari Lima Malam.
Motivasinya perjuangan rakyat Indonesia umumnya dan khususnya para pejuang
di daerah Sumatera Selatan yakni adanya “sense to be a nation,” rasa harga diri
sebagai suatu bangsa yang telah merdeka. Semboyan “Merdeka atau Mati” yang
berkumandang semasa periode Perang Kemerdekaan adalah wujud usaha untuk
menjaga agar tetap berdirinya Negara Republik Indonesia.

Penutup
Kesimpulan
Suasana kota Palembang makin tegang dan insiden-insiden bersenjata seringkali
terjadi. Ketika Belanda menuntut supaya kota Palembang dikosongkan dan
pemuda-pemuda menolak tuntutan tersebut, maka meletuslah pertempuran.
Untuk mengulur waktu guna mendatangkan bala bantuan, Belanda mengajak
berunding.
Pada saat perundingan sedang berjalan pada tanggal 1 Januari 1947 pertempuran
meletuslah kembali. Dalam pertempuran ini, Belanda menggunakan pesawat
terbang, tembakan altileri dari sungai dengan meriam-meriam kapal dan berbagai
senjata berat.
Tetapi, para pejuang kemerdekaan RI di Palembang dengan persenjataan yang
sederhana telah memberikan perlawanan yang gigih dan berhasil membuat
kerugian yang cukup besar pada fihak Belanda.
Setelah pertempuran berlangsung selama 5 hari 5 malam, seperlima kota
Palembang hancur serta korban berjatuhan di kedua belah pihak. Pada tanggal 6
Januari 1947, akhirnya dicapai persetujuan gencatan senjata antara Belanda dan
pimpinan Pemerintah RI di Palembang.

Daftar Pustaka
http://www.sejarah-negara.com/sejarah-pertempuran-5-hari-5-malam-di/
http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/12/pertempuran-lima-hari-lima-malamdi.html
http://ensiklopdeia99.blogspot.co.id/2013/07/pertempuran-5-hari-dipalembang.html