PDF ini PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN MOTIVASI KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS ULASAN SECARA MANDIRI SISWA KELAS VIII SMP BUNDA PADANG | Nahalim | 1 PB

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
DAN MOTIVASI BELAJARTERHADAP KEMAMPUAN
MENYUSUN TEKS ULASAN SECARA MANDIRI
SISWA KELAS VIII SMP BUNDA PADANG
Elfira Nahalim1, Marsis ¹, Agustina2
1

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta
²Universitas Negeri Padang

Email: elfira_nahalim@yahoo.com
Abstract

The purpose of this research is to explain influance of reading comprehension skill
about ability to compose text review of students class VIII SMP Bunda Padang,
explaining influence of leraning motivation on the ability to compose a text review of
students class VIII SMP Bunda Padang. The teori of this research is Agustina (2008)
explains about reading comprehension, next Sardiman (2011) explain about learning
motivation, Mahsun (2014) and Priyatni (2014) explain about text. The type of

research categorized as a survey with correlational analyzes to obtain data with
distributing questionnaires, tests, interviews and etc. Data processing using program
SPSS version 16.00. The results showed that three things about: (1) there is a
significant influence reading comprehension skill to compose text on review, (2) there
is significant influence of learning motivation to compose text reviews, (3) there is a
significant influence reading comprehension skill and leraning motivation to
compose text on the review. Based on results of the research it can be concluded that
reading comprehension skill and learning motivation have an influence on the ability
to compose text review, the higher level of reading comprehension of the students and
the higher the students' motivation, the ability to compose a text review of the
students will also be higher.
Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah (1) menjelaskan pengaruh kemampuan membaca
pemahaman terhadap kemampuan menyusun teks ulasan siswa kelas VIII SMP
Bunda Padang, (2) menjelaskan pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan
menyusun teks ulasan siswa kelas VIII SMP Bunda Padang. Teori yang digunakan
adalah teori Agustina (2008) untuk menjelaskan membaca pemahaman, Selanjutnya
Sardiman (2011) digunakan untuk menganalisis motivasi belajar, selanjutnya teori
Mahsun (2014), dan Priyatni (2014) menjelaskan tentang teks. Jenis penelitian ini

dikategorikan sebagai penelitian survei dengan analisis korelasional untuk
mendapatkan data dengan mengedarkan angket, test, wawancara dan sebagainya.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16,00. Hasil
1

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

penelitian ini menunjukkan tiga hal berikut ini. (1) Terdapat pengaruh yang
signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyusun teks
ulasan, (2) terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap kemampuan
menyusun teks ulasan, (3) terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan membaca
pemahaman dan motivasi belajar terhadap kemampuan menyusun teks ulasan.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca
pemahaman dan motivasi belajar memiliki pengaruh terhadap kemampuan menyusun
teks ulasan, semakin tinggi tingkat membaca pemahaman yang dimiliki siswa dan
semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka kemampuan menyusun teks ulasan yang
dimiliki siswa juga akan semakin tinggi.
Kata kunci: kemampuan membaca, motivasi belajar, menyusun teks ulasan
1. PENDAHULUAN


Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan
suasana
belajar
dan
proses
pembelajaran agar peserta didik secara
aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya (Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2013
tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Potensi yang dimiliki peserta didik
dapat
mngembangkan
kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.

Selanjutnya untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional
perlu
disusun standar pendidikan nasional,
yaitu : (1) standar kompetensi lulusan,
(2) standar isi, (3) standar proses, (4)
standar sarana prasarana, (5) standar
pendidik dan tenaga kependidikan, (6)
standar pengelolaan, (7) standar
pembiayaan, dan (8)
standar
penilaian.
Sesuai
dengan
Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 65 tentang Standar Proses
disebutkan bahwa setiap pendidik dan
satuan

pendidikan
berkewajiban
menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) secara lengkap
dan sistematis. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang disusun guru
dapat
menciptakan
pembelajaran
interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif. Juga dapat
memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Dengan demikian, setiap
satuan pendidikan perlu melakukan

perencanaan
pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran serta
penilaian proses pembelajaran dengan
strategi
yang
tepat
untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas
ketercapaian kompetensi lulusan.
Strategi
pembelajaran
merupakan perpaduan dari urutan
kegiatan, cara pengorganisasian materi
pelajaran dan siswa, peralatan dan
bahan, serta waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk

2


Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan. Dengan kata lain,
strategi pembelajaran adalah cara yang
sistematik dalam mengomunikasikan
isi pelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran
Selanjutnya,
efektifitas
pembelajaran merupakan
indikator
keberhasilan belajar, Semakin efektif
kegiatan pembelajaran maka hasil
belajar semakin berkualitas. Begitu
juga sebaliknya, semakin tidak efektif
kegiatan pembelajaran maka hasil
belajar tidak atau kurang berkualitas.
Berdasarkan
Peraturan

Pemerintah tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) Nomor 19 tahun
2005 pasal 21 ayat 2 bahwa
“Perencanaan proses pembelajaran
dilakukan dengan mengembangkan
budaya membaca dan menulis”.
Berpijak pada peraturan pemerintah
tersebut
memperkuat
pentingnya
membaca
dalam
kehidupan.
Kemampuan membaca dapat dilihat
dari
pemahaman
pesan
yang
disampaikan oleh penulis melalui
bahasa tulis. Membaca juga dapat

memperkaya
pengetahuan
dan
meningkatkan daya nalar.
Membaca merupakan salah satu
kemampuan berbahasa yang harus
dikuasai siswa dalam setiap jenjang
pendidikan.
Membaca
dapat
memengaruhi keluasan pandangan
seseorang tentang berbagai masalah.
Senada dengan arti dalam Al-Quran
juga disampaikan bahwa membaca
merupakan suatu kegiatan yang
penting dalam mempercepat kemajuan
umat manusia. Al-Quran menyebutkan
kata ‘iqrak’ yang artinya ‘bacalah’,

perintah membaca itu wajib dipatuhi

oleh umat Islam.
Selanjutnya,
Tampubolon
(2008:5)
mengemukakan
bahwa
membaca adalah suatu tindakan untuk
menalar, memahami bahasa tulisan
yang mengungkapkan ide-ide atau
pikiran-pikiran tentang kebudayaan
suatu masyarakat atau bangsa. Ide-ide
atau pikiran-pikiran tersebut dapat
membuat pola pikir suatu masyarakat
dan anggota-anggotanya. Pembaca
berusaha menemukan dan memahami
informasi yang dikomunikasikan oleh
pengarang melalui karangan. Dengan
demikian, pembaca dapat memperoleh
dua
jenis

pengetahuan,
yaitu:
informasi-informasi baru dari bacaan
dan cara-cara penyajian pikiran dalam
karangan.
Berdasarkan
pengamatan,
wawancara dan pengalaman penulis
selama
beberapa tahun mengajar
bahasa Indonesia di SMP/SMA, ketika
memberikan pembelajaran pada aspek
membaca siswa mengalami kesulitan
memahami isi teks, mengungkapkan
ide-ide atau pikiran-pikiran yang
disampaikan
pengarang,
dan
menyimpulkan isi teks. Kesulitan
siswa dalam memahami teks terungkap
ketika menyususn teks ulasan secara
mandiri. Nilai yang diperoleh siswa
dalam menyusun teks ulasan rendah.
Ketidakmampuan siswa terbukti dari
hasil ulangan harian pada tanggal 20
Agustus 2014 pada kelas VIII SMP
Bunda Padang. Hasil kemampuan
membaca siswa belum memenuhi
indikator yang diharapkan. Siswa yang
berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) sebanyak 10 siswa
3

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

dari 26 siswa, sedangkan yang lainnya
tidak/belum mencapai
Kriteria
Ketuntasan
Minimal
(KKM).
Sementara
itu,
nilai
Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk
pembelajaran membaca adalah 75.
Nilai yang diperoleh siswa di atas
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
hanya 35% sedangkan 65% lagi di
bawah Kriteria Ketunatasan Minimal
(KKM). Dengan demikian, hasil
pembelajaran membaca belum tuntas.
Selain masalah pada uraian
sebelumnya
siswa
menganggap
pembelajaran membaca merupakan
suatu
kegiatan
yang
paling
membosankan.
Membaca
hanya
menghabiskan waktu yang lama dan
butuh
kosentrasi
dalam
melaksanakannya.
Menurut Agustina (2008:15)
“membaca
pemahaman
adalah
membaca yang dilakukan tanpa
mengeluarkan bunyi atau suara”.
Pembaca
tidak
dituntut
untuk
membunyikan
atau
mengoralkan
bacaan, tetapi hanya menggunakan
mata untuk melihat dan hati serta
pikiran untuk memahaminya. Di
samping itu, siswa juga memiliki
motivasi membaca yang kuat, karena
dengan motivasi baca yang kuat
berpengaruh
terhadap
kegiatan
membaca.
Makmun
(2007:37)
mengatakan bahwa motivasi adalah
suatu kekuatan, tenaga, daya atau
suatu keadaan yang kompleks dan
kesiapsediaan dalam diri individu
untuk bergerak kearah tujuan tertentu,
baik disadari maupun tidak. Motivasi
timbul dan berkembang dari dalam diri

individu sendiri dan dari lingkungan.
Sebaliknya
Sardiman
(2011:75)
mengatakan
bahwa
motivasi
merupakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu
sehingga seorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak
suka maka akan berusaha untuk
meniadakan
atau
mengelakkan
perasaan tidak suka. Seseorang akan
memaksakan dirinya untuk menyukai
sesuatu melalui dorongan atau kondisi
yang mendukung. Pendapat lain
disampaikan
oleh
Wiryodijoyo
(1989:194-196) bahwa motivasi adalah
kebutuhan siswa secara perseorangan
yang menyebabkan dia mengerjakan
sesuatu yang akan berhasil dan
memuaskan.
Berlandaskan pendapat ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan usaha untuk
menyiapkan sesuatu melalui dorongan
atau kondisi yang mendukung.
Berdasarkan masalah yang
dirasakan maka peneliti akan mengkaji
tentang
“Pengaruh
Kemampuan
Membaca Pemahaman dan Motivasi
Belajar
terhadap
Kemampuan
Menyusun Teks Ulasan secara Mandiri
Siswa Kelas VIII SMP Bunda
Padang”. Penelitian dilakukan di SMP
Bunda Padang dengan alasan sebagai
berikut: (1) penelitian ini belum
dilakukan oleh peneliti yang lain
karena kurikulum 2013 baru terlaksana
pada kelas VIII tahun 2014 tentang
menyusun teks ulasan, dan (2) nilai
kemampuan menyusun teks ulasan
yang diperoleh siswa belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

4

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

Berdasarkan kenyataan tersebut, hal
inilah yang menyebabkan ketertarikan
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh
kemampuan membaca pemahaman dan
motivasi belajar terhadap kemampuan
menyusun teks ulasa secara mandiri siswa
SMP Bunda adang”.Penelitian ini memiliki
tiga tujuan.

1. Menjelaskan pengaruh kemampuan

membaca pemahaman terhadap
kemampuan membaca siswa kelas
VIII SMP Bunda Padang?
2. Menjelaskan pengaruh motivasi
belajar
terhadap kemampuan
menyusun teks
ulasan secara
mandiri siswa kelas VIII SMP
Bunda Padang?
3. Menjelaskan
pengaruh
kemampuan
membaca
pemahaman dan motivasi belajar
terhadap kemampuan menyusun
teks ulasan secara mandiri siswa
kelas VIII SMP Bunda Padang?
2. KAJIAN TEORETIS

Menurut Wiryodijoyo (1989:1)
“membaca adalah sebuah proses
berpikir yang termasuk di dalamnya
mengartikan, menafsirkan arti, dan
menerapkan ide-ide dari lambing”.
Lalu menurut Tampubolon (2008:5)
mengungkapkan bahwa membaca
memahami komunikasi dalam bahasa
tulisan. Lebih lanjut, Ermanto (2008:1)
mengungkapkan bahwa membaca
merupakan suatu keterampilan yang
harus dilatih dengan pemahaman teori
yang memadai, dan menggunakan kiat,
cara, teknik, strategi yang maksimal.
Selanjutnya,
Nurhadi
(2008:13)
menerangkan bahwa membaca adalah
sebuah proses yang kompleks dan

rumit. Kompleks artinya proses
membaca melibatkan berbagai faktor
internal dan faktor eksternal.
Menurut Agustina (2008:15)
membaca pemahaman
adalah
membaca yang dilakukan tanpa
mengeluarkan bunyi atau suara.
Membaca
ini
tidak
menuntut
pembacanya
membunyikan
atau
mengoralkan bacaan, tetapi hanya
menggunakan mata untuk melihat dan
hati serta pikiran untuk memahaminya.
Dalam kamus lengkap Bahasa
Indonesia pemahaman adalah sesuatu
hal yang kita pahami dan kita mengerti
dengan benar.
Makmun (2007:37) mengatakan
bahwa motivasi adalah suatu kekuatan,
tenaga, daya atau suatu keadaan yang
kompleks dan kesiapsediaan dalam diri
individu untuk bergerak kearah tujuan
tertentu, baik disadari maupun tidak.
Motivasi timbul dan berkembang dari
dalam diri individu sendiri dan dari
lingkungan.
Selanjutnya Sardiman (2011:75)
mengatakan
motivasi
merupakan
serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi- kondisi tertentu sehingga
seorang mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila ia tidak suka maka
akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka.
Seseorang akan memaksakan dirinya
untuk menyukai sesuatu melalui
dorongan
atau
kondisi
yang
mendukung.
Sugihartono (2007:78) menjelaskan
jenis-jenis motivasi belajar dapat
dibedakan menjadi empat macam,
antara lain: (1) motivasi instrumental;
(2) motivasi sosial; (3) motivasi
berprestasi; (4) motivasi instrinsik.
5

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

Motivasi instrumental merupakan
dorongan yang membuat peserta didik
belajar karena ingin mendapatkan
hadiah. Motivasi sosial menjadikan
peserta didik lebih terlibat dalam
tugas. Peserta didik belajar untuk
meraih keberhasilan yang telah
ditentukan, karena peserta didik
memiliki motivasi berprestasi dan
peserta didik memiliki rasa ingin
belajar dengan keinginannya sendiri
karena mendapatkan dorongan dari
motivasi instrinsik.
Sardiman (2011:83) mengemukakan
motivasi yang ada pada setiap orang itu
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
tekun menghadapi tugas; (2) ulet
menghadapi kesulitan; (3) menunjukkan
minat terhadap macam-macam masalah;
(4) lebih senang bekerja mandiri; (5)
cepat bosan pada tugas-tugas yang
rutin; (6) dapat mempertahankan
pendapatnya;
(7)
tidak
mudah
melepaskan hal yang diyakini itu; (8)
senang mencari dan memecahkan
masalah soal-soal.
Sudjana (2002: 61) berpendapat
motivasi siswa dapat dilihat dari
beberapa hal, antara lain: (1) minat dan
perhatian siswa terhadap pelajaran; (2)
semangat siswa untuk melakukan tugastugas belajarnya; (3) tanggungjawab
siswa dalam mengerjakan tugas-tugas
belajarnya; (4) reaksi yang ditunjukkan
siswa terhadap stimulus yang diberikan
guru; (5) rasa senang dan puas dalam
mengerjakan tugas yang diberikan.
Pentingnya motivasi bagi siswa
dalam
membaca,
maka
guru
diharapkan dapat membangkitkan
motivasi membaca siswa-siswanya.
Ada beberapa fungsi pengajar dalam
meningkatkan
motivasi
siswa.

Pertama, menggairahkan siswa dalam
kegiatan rutin di kelas sehari-hari,
seorang
guru
harus
berusaha
menghindari hal-hal yang monoton
dan
membosankan.
Kedua,
memberikan harapan realistis, seorang
guru harus memelihara harapanharapan siswa yang realistis dan
memodifikasikan
harapan-harapan
yang kurang atau tidak realistis.
Maksudnya apabila seorang siswa
telah banyak mengalami kegagalan,
maka seorang guru harus memberikan
sebanyak
mungkin
keberhasilan
kepada siswa. Ketiga, Memberikan
insentif, bila seorang siswa mengalami
suatu keberhasilan,
sorang guru
diharapkan memberikan hadiah pada
siswanya, yaitu berupa pujian, angka
yang baik atas keberhasilan yang telah
dicapai oleh siswa, sehingga siswa
terdorong untuk melakukan usaha
yang lebih baik guna mencapai tujuantujuan
pengajaran.
Keempat,
mengarahkan, seorang guru harus
mengarahkan tingkah laku siswa,
dengan cara menunjukan pada siswa
hal-hal yang dilakukan secara tidak
benar dan meminta siswa melakukan
sebaik-baiknya.
Mahsun (2014:1) mengatakan teks
merupakan jalan menuju pemahaman
tentang bahasa. Teks merupakan
bahasa yang berfungsi atau bahasa
yang sedang melaksanakan tugas
tertentu dalam konteks situasi. Dengan
demikian teks merupakan ungkapan
pernyataan atau kegiatan sosial yang
bersifat verbal.
Selanjutnya, Mahsun (2014:1)
mengatakan teks adalah satuan bahasa
yang digunakan sebagai ungkapan
suatu kegiatan sosial baik secara lisan
6

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

maupun tulis dengan struktur berpikir
yang lengkap. Selanjutnya Priyatni
(2014:65) menjelaskan teks adalah
ujaran (lisan) atau tulis bermakna yang
berfungsi untuk mengekspresikan
gagasan.
Mahsun (2014:18) juga menjelaskan jenis-jenis teks berdasarkan
genrenya dapat dibedakan menjadi tiga
macam, antara lain: (1) sastra/
penceritaan; (2) faktual; (3) tanggapan.
Tek ssastra/penceritaan dikategorikan ke dalam genre cerita naratif dan
non naratif. Genre cerita naratif, tujuan
sosialnya ialah menceritakan kejadian
seperti: (1) penceritaan ulang; (2)
anekdot; (3) eksemplum; dan (4)
pengisahan. Sebaiknya genre cerita
nonnaratif, tujuan sosialnya ialah
mendeskripsikan kejadian atau isu
seperti: (1) pantun; (2) syair; (3) puisi;
dan (4) gurindam.
Teks faktual dikategorikan ke
dalam
genre
laporan
dan
arahan/prosedural. Genre laporan,
tujuan
sosialnya
melaporkan
kejadian/isu seperti: (1) deskripsi; (2)
laporan; (3) laporan informatif; dan (4)
laporan ilmiah. Sebaiknya genre
arahan/prosedural, tujuan sosialnya
mengarahkan
atau
mengajarkan
tentang langkah-langkah yang telah
ditentukan seperti: (1) prosedur/
arahan; (2) penceritaan prosedur; (3)
panduan; (4) perintah/instruksi; (5)
protokoler ; dan (6) resep.
Teks tanggapan dikategorikan ke
dalam genre transaksional dan
ekspositori.
Genre
transaksional,
tujuan
sosialnya
menegosiasikan
hubungan, informasi barang, dan
layanan
seperti:
(1)
ucapan
terimakasih; (2) undangan; (3)

wawancara; (4) negosiasi. Sebaiknya
genre ekspositori, tujuan sosialnya
menjelaskan atau menganalisis proses
muncul atau terjadinya sesuatu seperti:
(1) label; (2) penjelasan/eksplanasi; (3)
pidato; (4) tanggapan; (5) tanggapan
pribadi; (6) eksposisi/argumentasi; (7)
diskusi; (8) reviu/telaah.
Priyatni (2014:68) menjelaskan
jenis teks pada jenjang SMP/MTs
terdapat 14 jenis: (1) teks hasil
observasi;
(2)
teks
tanggapan
deskriptif; (3) teks eksposisi; (4) teks
eksplanasi; (5) teks cerita pendek; (6)
teks cerita moral; (7) teks rekaman
percobaan; (8) teks diskusi; (9) teks
cerita prosedur; (10) teks cerita
biografi; (11) teks eksemplum; (12)
teks tanggapan kritis; (13) teks
tantangan; dan (14) teks ulasan.
Teks ulasan adalah teks yang
mengulas sebuah fenomena ataupun
sesuatu (misalnya buku, film, novel,
cerpen, dan lain-lain). Teks ini
memiliki ciri-ciri: (1) strukturnya
terdiri atas orientasi, tafsiran, evaluasi,
dan rangkuman; (2) memuat informasi
berdasarkan pandangan/opini penulis
terhadap suatu karya/produk; (3)
opininya berdasarkan fakta yang
diinterpretasikan; dan (4) dikenal
dengan istilah lain yaitu resensi.
Mahsun
(2014:112-115)
menjelaskan tiga tahapan dalam
pembelajaran
teks.
(1)
Tahap
pemodelan (percontohan). Sebelum
diberikan contoh atau model teks yang
ideal sesuai ciri-ciri teks yang
diajarkan, guru dapat memulai dengan
menciptakan suatu prakondisi dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
dalam konteks pengalaman bersama
tentang tujuan sosial teks. Dapat pula
7

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

memulainya dengan teks-teks sastra,
seperti puisi yang dapat membawa
siswa pada suatu gambaran tentang
kondisi yang menjadi tujuan sosial
teks. Pada kegiatan percontohan teks
model guru dapat mengenalkan nilai,
tujuan sosial, struktur, serta ciri-ciri
bentuk, termasuk cirri kebahasaan
yang menjadi penanda teks yang
diajarkan. (2) Tahap kerja sama
membangun teks. Kegiatannya dapat
mencakupi kegiatan membangun nilai,
sikap, dan keterampilan melalui teks
yang utuh secara bersama-sama.
Wujud
nyata
dari
kegiatan
pembelajaran pada tahap itu dapat
berupa kegiatan melengkapi dialog,
melengkapi bagan, meringkas teks,
dan kegiatan membangun teks secara
berkelompok. (3) Tahap membangun
teks secara mandiri. Siswa secara
mandiri ditugasi membangun teks
mulai dari kegiatan pengumpulan
data/informasi/fakta,
kemudian
menganalisis data, sampai pada
kegiatan menyajikan hasil analisis
yang tidak lain merupakan teks jenis
tertentu yang ditugasi. Wujud kegiatan
dari
tahap
ini
dapat
berupa
pembelajaran berbasis proyek melalui
pendekatan saintifik. Pada tahap kerja
mandiri, siswa dituntut melaksanakan
sendiri dalam mengerjakan tugas.
Untuk mengajarkan genre ini
diperlukan metode pembelajaran yang
interaktif,
dekontruktif
dan
rekonstruktif. Di dalam kurikulum ini
disebut empat tahap: (1) membangun
konteks;
(2)
pemodelan;
(3)
membangun teks bersama-sama; dan
(4) membangun teks mandiri.

3.
ETODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh
membaca pemahaman dan motivasi
belajar
terhadap
kemampuan
menyusun teks ulasan. Mengacu pada
tujuan penelitian, maka penelitian ini
dapat dikategorikan sebagai penelitian
survei dengan analisis korelasional.
Penelitian survei digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu
yang
alamiah,
tetapi
peneliti
melakukan
perlakuan
dalam
pengumpulan
data,
misalnya
mengedarkan angket, test, wawancara
dan sebagainya. Metode penelitian ini
digunakan untuk meneliti tempat yang
alamiah, dan penelitian tidak membuat
perlakuan, karena peneliti hanya
mengumpulkan data yang bersifat
emic, yaitu berdasarkan dari sumber
data, bukan pandangan peneliti
(Sugiyono, 2009:12).
Populasi
berkaitan
erat
dengan sampel, menurut Arikunto
(2006: 131-132) sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.
lebih
lanjut
Sugiyono
(2009:118) menjelaskan sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa sampel
adalah sebagian dari populasi yang
akan diteliti. Pemilihan sampel
penelitian dilakukan dengan teknik
bertujuan
(purposive
sampling).
Sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini hanya satu kelas. Sampel
tersebut diambil secara acak, lebih
lanjut dapat dilihat pada tabel berikut.

8

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

Tabel 3
Populasi Siswa Kelas VIII
SMP Bunda Padang
No.

Kelas

Jumlah Siswa

1.

VIII.1

30

2.

VIII.2

28

Jumlah

58

Seperti telah diuraikan di atas,
bahwa jenis sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik
simpel random sampling. Cara ini
dilakukan karena anggota populasi
bersifat homogen. Sampel homogen
yang dimaksud adalah sampel yang
memiliki karakteristik yang sama
(Kasmadi & Sunariah 2013:67). Jadi,
Pengambilan data penelitian pada
siswa kelas VIII SMP Bunda Padang
memiliki kelas yang setingkat, dari
hasil belajar bahasa Indonesia yang
hampir sama. Dengan demikian,
rombongan belajar tersebut dianggap
mempunyai karakteristik yang sama.
Dari populasi di atas maka terpilihlah
kelas VIII.1 yang dipilih secara acak
sebagai sampel dalam penelitian.
Variabel penelitian ialah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang
hal
tersebut,
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2009:60).
Variabel penelitian terdiri dari tiga
jenis, yaitu 1 variabel terikat dan 2
variabel bebas. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikat adalah
kemampuan menyusun teks ulasan.

Variabel bebas dalam penelitian terdiri
dari dua variabel yaitu, penerapan
membaca pemahaman dan motivasi
belajar.
Instrumen penelitian merupakan
alat bantu dalam suatu penelitian.
Secara spesifik semua fenomena ini
disebut variabel penelitian (Sugiyono,
2012: 148). Jenis-jenis instrumen
penelitian antara lain: (1) tes; (2)
angket/kuesioner; (3) wawancara; dan
(4) dokumentasi. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa
angket, tes membaca, dan menyusun
teks.
Angket
digunakan
untuk
melihat motivasi membaca siswa,
angket ini berfungsi untuk mengetahui
siswa
yang memiliki
motivasi
membaca yang tinggi dan motivasi
membaca yang rendah. Angket adalah
berupa daftar pertanyaan tertulis yang
memerlukan
tanggapan
baik
kesesuaian maupun ketidak sesuaian
dari sikap testi (Kasmadi dan Sunariah,
2013:70).
Angket dibuat berpedoman pada
skala likert yang terdiri atas 5
alternarif jawaban yaitu: SL (Selalu),
SR (Sering), KD (Kadang-kadang), JR
(Jarang), TP (Tidak Pernah), yang
untuk item positif diberi poin 5,4,3,2,1
sedangkan item negatif diberi poin
1,2,3,4,5.
Tes digunakan sebagai alat
untuk melakukan pengumpulan data
hasil belajar. Tes adalah serentetan
pertanyaan yang digunakan untuk
menguji pengetahuan, kemampuan,
atau bakat yang dimiliki individu.
Instrumen tes yang digunakan adalah
tes tertulis. Siswa diberikan sebuah
teks dan disuruh membaca sampai
9

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

selesai, lalu diberi pertanyaan.
Kemudian diberikan teks yang sama
tapi telah dibantu dengan kata-kata
bergaris-garis lalu diberi soal objektif
dan kemudian peneliti melihat hasil
kerja siswa dan memberi skor.
Langkah-langkah
kerja
pengambilan data adalah: (1) membaca
pemahaman, peneliti memberikan tes
berbentuk objektif pada siswa. Siswa
diminta untuk memilih jawaban sesuai
dengan obsen yang ada dalam tes; (2)
motivasi belajar, peneliti memberikan
angket pada siswa. Siswa mengisi
angket sesuai dengan petunjuk yang
ada dalam soal; (3) menyusun teks,
peneliti memberikan teks secara acak.
Setelah itu siswa membaca dan
menyusun teks yang diacak sesuai
dengan struktur teks.
Untuk memperoleh isntrumen
yang valid dilakukan uji-coba.
Prosedur pelaksanaan uji-coba sebagai
berikut: (1) penentuan sampel ujicoba; (2) pelaksanaan uji-coba; (3)
analisis uji. Sampel uji-coba diambil
dari populasi penelitian yang tidak
terpilih untuk sampel penelitian, yaitu
siswa kelas VIII.2 berjumlah 28 orang.
Uji-coba instrumen dilakukan di
SMP Bunda Padang pada tanggal 28
Agustus 2014. Cara yang dilakukan
untuk mengambil data uji-coba dengan
memberikan tes dan keusioner yang
akan diisi oleh siswa yang terpilih
sebagai sampel uji-coba.
Analisis terhadap instrumen ujicoba penelitian dilakukan untuk
mengetahui dan memilih butir-butir
pertanyaan yang akan dijadikan
sebagai instrumen penelitian yang
valid. Instrumen dilakukan untuk

mengetahui
tingkat
ketepatan
instrumen yang dipakai.
Menurut Sudjana (2009:12),
validitas berkenaan dengan ketepatan
alat penilaian terhadap konsep yang
dinilai sehingga betul-betul menilai
apa yang seharusnya dinilai. Pengujian
validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi berkenaan dengan
kesanggupan alat penilaian dalam
mengukur isi yang seharusnya
(Sudjana, 2009: 13). Validitas ini
digunakan
untuk
mengetahui
kemampuan
soal
dalam
mengungkapkan isi suatu konsep yang
diukur.
Uji
validitas
juga
menggunakan validitas konstruk yang
dilakukan dengan expert judgement,
yaitu meminta pendapat ahli.
Sedangkan
untuk menganalisis
validitas angket digunakan tabel nilainilai r product moment yang
dikemukakan
oleh
Sugiyono
(2009:455) dengan taraf signifikan 5%
atau 0,05.
Pengujian realibilitas instrumen
dapat dilakukan secara eksternal
maupun internal. Secara eksternal
pengujian dapat dilakukan dengan testretest (stability), equivalent, dan
gabungan keduanya sedangkan secara
internal realibilitas instrumen dapat
diuji dengan menganalisis konsistensi
butir-butir yang ada pada instrumen
dengan teknik tertentu (Sugiyono,
2009:183).
Uji normalitas berfungsi untuk
menguji normal tidaknya sebaran data
penelitian. Dalam penelitian ini, uji
normalitas sebaran menggunakan
rumus
Shapiro-Wilk.
Dalam
perhitungan dengan rumus tersebut,
10

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

apabila nilai signifikansi lebih dari
0,05 (α: 5%) maka data dalam
penelitian ini berdistribusi normal
(Nurgiyantoro, dkk, 2004:118). Selain
uji normalitas, diperlukan juga uji
homogenitas varians yang bertujuan
untuk mengetahui apakah sampel yang
diambil mempunyai variansi yang
sama
dan
tidak
menunjukkan
perbedaan secara signifikan satu
dengan yang lainnya (Nurgiyantoro,
dkk, 2004: 216- 217). Syarat uji
homogenitas adalah apabila nilai
signifikansi lebih dari 0,05 (α: 5%)
maka data dalam penelitian ini
homogen.
Uji Multikolinieritas dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antara variabel bebas. Dengan
menggunakan analisis korelasi product
moment
akan diperoleh harga
interkorelasi antar variabel bebas. Jika
harga interkorelasi antar variabel bebas
lebih kecil atau sama dengan 0,800
maka tidak terjadi multikolinieritas.
Kesimpulannya
jika
terjadi
multikolinieritas antar variabel bebas
maka uji regresi ganda tidak dapat
dilanjutkan. Akan tetapi, jika tidak
terjadi multikolinieritas antar variabel
maka uji regresi ganda dapat
dilanjutkan.
Uji linearitas bertujuan untuk
mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau
tidak. Uji ini digunakan sebagai
persyaratan dalam analisis korelasi
atau regresi linear. Menurut Kasmadi
(2013: 120) kriteria linearitas :
hubungan X1 dan X2 dengan Y bersifat
linear apabila nilai p value Sig 4,20) yang artinya semakin
tinggi tingkat membaca pemahaman
siswa, maka hasil kemampuan
13

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

menyusun teks ulasan juga semakin
meningkat.
Kedua, terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan motivasi belajar
terhadap kemampuan menyusun teks
ulasan secara mandiri pada siswa kelas
VIII SMP Bunda Padang. Pengaruh
yang positif dan signifikan tersebut
ditunjukkan dengan koefisien korelasi
(rx1y) sebesar 0,576 dan nilai fhitung
lebih besar dari nilai ftabel dengan N=
30 pada taraf kesalahan 0,05
(9,288>4,20) yang artinya semakin
tinggi motivasi belajar siswa, maka
hasil kemampuan menyusun teks
ulasan juga semakin meningkat.
Ketiga,
terdapat
pengaruh
hubungan yang positif dan signifikan
kemampuan membaca pemahaman
dan
motivasi
belajar
terhadap
kemampuan menyusun teks ulasan
secara mandiri pada siswa kelas VIII
SMP Bunda Padang. Hal pengaruh
hubungan yang positif dan signifikan
tersebut ditunjukkan dengan koefisien
korelasi pada (Ry1,2) sebesar 0,219
dan koefisien determinan (R2) sebesar
0,176 oleh kemampuan membaca
pemahaman dan motivasi belajar siswa
kelas VIII SMP Bunda Padang.
Pengaruh hubungan yang positif dan
signifikan
kemampuan
membaca
pemahaman dan motivasi belajar
terhadap kemampuan menyusun teks
ulasan secara mandiri, berarti bahwa
semakin tinggi tingkat membaca
pemahaman yang dimiliki siswa dan
semakin tinggi motivasi belajar siswa,
maka kemampuan menyusun teks
ulasan yang dimiliki siswa juga akan
semakin tinggi.

Agustina.
2008.
Pengajaran
Keterampilan
Membaca.
Padang: Rekayasa Sains.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian (Suatu Pendekatan
Praktik). Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 2006. Perencanaan
Pengajaran
Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mahsun.
2014.
Teks
dalam
Pembelajaran
Bahasa
Indonesia Kurikulum 2013.
Jakarta: Rajawali Pers.
Priyatni, Endah Tri. 2014. Desain
Pembelajaran
Bahasa
Indonesia dalam Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remaja
Karya.
Sardiman. 2011. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rajawali Pres.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2004.
Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Pendidikan
(Pendekatan
Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.

6. DAFTAR PUSTAKA
14

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

15