SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN DALAM PROGRAM MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) UNTUK BAYI DIBAWAH 2 BULAN

SISTEM BERBASIS PENGETAHUAN DALAM PROGRAM MANAJEMEN
TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) UNTUK BAYI DIBAWAH 2 BULAN
Hamzah
Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Respati Yogyakarta
Jl. Laksda Adisucipto Km 6.3 Depok Sleman Yogyakarta
Email : mrhamzahst@gmail.com

Abstract
Integrated Management of Childhood Healthy is an approach that was initiated by WHO and UNICEF
to prepare health workers conduct an assessment, classification and provide measures to children against diseases that
can be life-threatening. Inadequate number of trained health personnel and lack of understanding of the parents to the
disease of children under five become an obstacle in the program Integrated Management of Childhood Healthy
resulting in the risk of death for children under five.
This research aims to develop software that can assist medical personnel in conducting the assessment,
analysis, diagnosis and action to infants under the age of 2 (two) months of the disease experienced. This knowledgebased system developed with PHP and MySQL as DBMS.
Results of this study are expected to assist medical personnel in providing service to provide independent
training for all medical personnel, medical personnel and community candidates in the management program of
Integrated Management of Childhood Illness in young infants under the age of 2 months.

Keywords: Knowledge Base, Integrated Management of Childhood Illness, Medical

PENDAHULUAN
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Bila angka ini dikonversikan
secara matematis, maka setidaknya terjadi 400 kematian bayi perhari atau 17 kematian bayi setiap 1
jam di seluruh Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita (AKBAL) sebesar 44/1000 kelahiran
hidup yang berarti terjadi 529 kematian/hari atau 22 kematian balita setiap jamnya. Menurut data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, ada beberapa penyakit utama yang menjadi penyebab
kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai penyebab
kematian bayi adalah penyakit diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%, sedangkan untuk balita,
kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8%
dan campak 5,8%. Penyakit-penyakit penyebab kematian tersebut pada umumnya dapat ditangani di
tingkat Rumah Sakit dan Puskesmas perawatan namun masih sulit untuk ukuran Puskesmas nonperawatan. Hal ini disebabkan antara lain karena masih minimnya sarana/peralatan, alat diagnostik,
obat-obatan dan ketersediaan SDM di tingkat Puskesmas terutama Puskesmas non-perawatan dan
Puskesmas di daerah terpencil, selain itu seringkali Puskesmas tidak memiliki tenaga dokter yang siap
di tempat setiap saat. Padahal, Puskesmas merupakan ujung tombak fasilitas kesehatan yang paling
diandalkan di tingkat kecamatan. Kenyataan lain di banyak provinsi, keberadaan Rumah Sakit pada
umumnya hanya ada sampai tingkat kabupaten/kota sedangkan masyarakat Indonesia banyak tinggal
di pedesaan. Saat ini penerapan MTBS telah mencakup 33 provinsi namun belum semua Puskesmas
dapat menerapkannya karena berbagai kendala antara lain: terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang


dapat dilatih MTBS, perpindahan (mutasi) tenaga kesehatan yang telah dilatih, kurang lengkapnya
sarana dan prasarana pendukung, dsb. Sebagai gambaran, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia
ada sekitar 7500 Puskesmas (data Depkes tahun 2006), untuk menerapkan MTBS perlu dilatih 2
orang tenaga kesehatan di setiap Puskesmas. Dalam 1 kali penyelenggaraan pelatihan MTBS kita
dapat melatih 30-40 tenaga kesehatan yang dibagi dalam 3-4 kelas dengan lama pelatihan 6 hari.
Apabila dalam 1 tahun Depkes (pusat) hanya menyelenggarakan pelatihan MTBS 10 kali saja (jumlah
ini sudah termasuk banyak, mungkin kurang dari itu), maka berarti Depkes hanya dapat meng-cover
sekitar 300-400 tenaga kesehatan/tahun atau sekitar 5 % saja yang dapat dilatih MTBS. Belum lagi
bila dikurangi jumlah tenaga kesehatan yang pindah atau pensiun maka jumlah itu sangat tidak
memadai Wijaya[9].
Hasil penelitian yang dilakukan Mardijanto, Hasanbasri (2005) menyimpulkan bahwa bahwa
pelaksanaan MTBS telah berjalan bergantung pada petugas yang sudah pernah dilatih. Kinerja proses
seperti kelengkapan pengisian formulir dan pembuatan klasifikas keluhan terjadi tidak bertambah
baik selama periode tiga tahun. Meskipun mutu pelayanan dan pengelolaan pneumonia bertambah
baik, angka rasio kotrimoksasol belum menggembirakan. Hasil seperti ini, menurut kami terkait
dengan dukungan manajemen yang lemah di tingkat puskesmas maupun dinas kesehatan.
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan oleh Hidayati, ,Wahyono [5]
diperoleh simpulan bahwa ada hubungan antara tatalaksana pelayanan MTBS dengan kejadian
pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Bergas dengan nilai p ( 0,037) < α (0,05). Tidak
ada hubungan antara perilaku petugas MTBS dengan kejadian pneumonia balita di wilayah

kerja Puskesmas Bergas dengan nilai p ( 0,867) > α (0,05). Ada hubungan antara sarana
pendukung MTBS dengan kejadian pneumonia balita di wilayah kerja Puskesmas Bergas dengan
nilai p ( 0,018) < α (0,05).
Penelitian yang dilakukan Pratono, dkk[7] membuktikan bahwa puskesmas memiliki
semangat untuk mengimplementasi program inovasi. Yang baru mereka bisa kerjakan adalah
membuat contoh case management dari sisi ruangan, alur pelayanan, serta pencatatan dan laporan.
Dinas Kesehatan baru mampu mengembangkan program MTBS sebatas penyelenggaraan pelatihan
dan mendorong puskesmas untuk memulai. Ini pun dilakukan sebatas meneruskan program dari
pusat dan WHO. Fungsi case manager ini didukung oleh manajemen uskesmas. Pengembangan
program ini di tingkat puskesmas menuntut adanya otonomi puskesmas menuntut adanya otonomi
puskesmas yang lebih luas sehingga mereka dapat mencari strategi dari lapangan yang bisa cocok
dengan kebutuhan pemecahan masalah dalam implementasinya.
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence merupakan bagian dari ilmu komputer yang
membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh
manusia. Sistem cerdas (intelligent system) adalah sistem yang dibangun dengan menggunakan teknikteknik artificial intelligence. Kusumadewi[6].
Sistem Pakar (Expert System) adalah program berbasis pengetahuan yang menyediakan
solusi-solusi dengan kualitas pakar untuk problema-problema dalam suatu domain yang spesifik.
Sistem pakar merupakan program komputer yang meniru proses pemikiran dan pengetahuan pakar
dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu Kusumadewi[6].
Implementasi sistem pakar / program berbasis pengetahuan banyak digunakan pada

berbagai bidang karena sistem pakar dipandang sebagai cara penyimpanan pengetahuan pakar pada
bidang tertentu dalam program komputer sehingga keputusan dapat diberikan dalam melakukan
penalaran secara cerdas.
Wijaya[9] dalam penelitiannya mengembangkan Sistem Pakar/ Sistem Berbasis Pengetahuan
untuk spesifikasi jenis penyakit infeksi dibatasi pada kategori penyakit-penyakit antara lain : demam
berdarah, demam cikungunya, flu burung, leptospira. Sistem Pakar ini secara bertahap dirancang agar
dapat bersifat fleksibel, sehingga dapat memberikan kemudahan pada pengembangan selanjutnya.

Rohman, Fauzijah [10] dalam penelitiannya melakukan rancang bangun dengan implementasi
yang diterapkan sistem pakar dalam bidang psikologi, yaitu untuk sistem pakar / Sistem Berbasis
Pengetahuan untuk menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak. Anak-anak merupakan
fase yang paling rentan dan sangat perlu diperhatikan satu demi satu tahapan perkembangannya.
Contoh satu bentuk gangguan perkembangan adalah conduct disorder. Conduct disorder adalah satu
kelainan perilaku dimana anak sulit membedakan benar salah atau baik dan buruk, sehingga anak
merasa tidak bersalah walaupun sudah berbuat kesalahan. Dampaknya akan sangat buruk bagi
perkembangan sosial anak tersebut. Oleh karena itu dibangun suatu sistem pakar yang dapat
membantu para pakar/ psikolog anak untuk menentukan jenis gangguan perkembangan pada anak
dengan menggunakan metode Certainty Factor (CF).
Hartati [8] dalam penelitiannya mengembangkan sebuah aplikasi sistem pakar/ Sistem
Berbasis Pengetahuan yang mampu menjadi media konsultasi penyakit kelamin pria. Sistem ini

melakukan diagnosa penyakit berdasarkan dari gejala-gejala yang diinputkan ke sistem. Gejala-gejala
ini sering mengandung ketidakpastian yang bisa terjadi karena informasi atau fakta yang tidak
lengkap. Untuk mengatasi masalah ketidakpastian ini, system mengadopsi metode certainty factor
berdasarkan probabilitas Bayesian.
Dari berbagai permasalahan terkait tatalaksana MTBS, hasil-hasil penelitian yang menyangkut
MTBS dan penelitian perangkat lunak yang sudah dikembangkan terkait rancang bangun sistem
pakar seperti yang sudah diuraikan diatas, maka peneliti berkinginan untuk mengembang aplikasi
sistem pakar untuk manajemen terpadu balita sakit untuk bayi usia muda dibawah 2 (dua) bulan yang
nantinya diharapkan dapat membantu departemen kesehatan dalam hal ini bagi seluruh petugas
kesehatan yang jumlahnya terbatas dan juga masyarakat yang secara mandiri dapat belajar untuk
dapat serta berpatisipasi dalam program manajemen terpadu balita sakit agar dapat berkelanjutan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah pengembangan sistem pakar dalam manajemen
terpadu balita sakit pada bayi muda umur kurang dari 2 bulan. Pengembangan aplikasi pakar
nantinya berbasis web dengan perangkat lunak pengembang dengan bahasa pemrograman PHP dan
basisdata menggunakan MySQL.
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yaitu tahapan yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian untuk
mempermudah dalam melakukan penelitian. Desain Penelitian digambarkan seperti gambar 1.
2. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Literatur
Tahap ini merupakan tahapan pengumpulan pengetahuan dari sumber buku, hasil penelitian
yang mendukung penelitian.
b. Wawancara
Melakukan wawancara langsung kepada orang-orang yang terlibat langsung dalam proses
asuhan keperawatan dan beberapa kasus yang ditangani
3. Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Metode Pengembangan perangkat lunak merupakan tahapan dalam mengembangkan
perangkat lunak basis pengetahuan. Adapun tahapan pengembangan perangkat lunak nantinya
seperti pada gambar 2.

Metode
Pengumpulan
data:
1. Studi Literatur
2. Wawancara
3. Observasi

- Menentukan
kebutuhan

data yang akan digunakan
- Menentukan
alat
dan
Bahan Penelitian

Data Penelitian

Metode Pengembangan
Perangkat Lunak:
1. Analisa
2. Desain
3. Kode
4. Test

Pengembangan Perangkat Lunak

Dokumentasi/Publikasi

Gambar 1. Desain Penelitian


Analisa

Desain

Code

Test

Gambar 2. Tahapan pengembangan perangkat lunak

a.

b.

c.
4.

Analisa
Identifikasi Awal, melakukan pengumpulan data terkait proses bisnis yang saat ini berjalan,

data dan informasi yang dibutuhkan, yaitu: merumuskan Kelayakan Sistem, berdasarkan
identifikasi awal yang sudah dilakukan berdasarkan infrastruktur, perangkat keras, perangkat
lunak dan sumber daya manusia. Merumuskan Kebutuhan Sistem, berdasarkan identifikasi
awal, berdasarkan data dan informasi yang dibutuhkan.
Rancangan/Desain
Merupakan tahapan setelah dilakukan tahap analisa. Adapun rancangan sistem yang akan
dikembangkan adalah sebagai berikut:
1) Basis Pengetahuan.
2) Model Proses, memberikan gambaran proses aliran data dan informasi
3) Model Data, memberikan gambaran rancangan data secara logic dan fisik pada media
penyimpan.
Coding
Merupakan proses pembuatan aplikasi berdasarkan hasil analisa dan rancangan.

Alat Penelitian
a. Hardware yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1) PC
2) Printer
3) Koneksi Internet
b. Software yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1) Webserver : XAMPP
2) Browser
3) PHP Programming
4) PHP Designer

5.

Bahan Penelitian
Bahan penelitian dalam objek penelitian ini adalah berbagai entitas menyangkut basis
pengetahuan terkait program Manajemen Terpadu Balita Sakit yang meliputi :
a. Pedoman MTBS
b. Aturan-aturan terkait Diagnosa Medis
c. Dokumen diagnosa keperawatan

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.

Basis Pengetahuan
a. Manajemen Terpadu Balita Sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam

tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi
telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian
vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan
Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun)
yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).

b. Data jenis penyakit pada bayi muda.
Data jenis penyakit pada anak merupakan daftar dari jenis penyakit yang dialami oleh bayi muda
dibawah 2 (dua) bulan. Seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis Penyakit
KODE
P1
P2
P3
P3

NAMA JENIS PENYAKIT
Infeksi Bakteri
Diare
Ikterus
Berat badan Menurun/masalah
Pemberian ASI

c. Data klasifikasi penyakit pada bayi muda.
Merupakan penggolongan beberapa klasifikasi dari jenis penyakit pada bayi muda dibawah 2(dua) bulan
berdasarkan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi penyakit
KODE
KLASIFIKASI PENYAKIT
K1
Infeksi Bakteri Berat
K2
Infeksi Bakteri Lokal
K3
Mungkin bukan Infeksi
K4
Dehidrasi Berat
K5
Dehidrasi Ringan/Sedang
K6
Diare Tanpa Dehidrasi
K7
Ikterus Berat
K8
Ikterus
K9
Tidak Ada Ikterus
K10
Berat Badan Rendah Menurut Umur Atau Maslah Pemberian ASI
K11

2.

3.

Berat Badan Tidak Rendah Menurut Umur Atau Tidak Ada Masalah
Pemberian ASI

d. Data gejala penyakit pada bayi muda
Merupakan daftar gejala/masalah yang dialami bayi muda dan sebagai kajian oleh tenaga medis untuk
menentukan analisa, diagnosa dan rencana tindakan. Seperti pada tabel 3.

Representasi Pengetahuan
Merupakan cara untuk menyajikan pengetahuan yang diperoleh ke dalam suatu skema/diagram
tertentu sehingga dapat diketahui relasi antara suatu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain
dan dapat dipakai untuk menguji kebenaran penalarannya. Pada Tabel 4 disajikan representasi
pengetahuan logika dari hubungan antara gejala dengan klasifikasi penyakit.
Model Proses

Adalah model yang memfokuskan pada seluruh proses di dalam pengembangan sistem berbasis
pengetahuan Manajemen Terpadu Balita Sakit untuk bayi muda dibawah 2 (Dua) bulan yang
mentransformasikan data penyakit, gejala menjadi informasi rencana tindakan/solusi. Seperti pada gambar
3.

Tabel 3. Gejala penyakit apda bayi muda
KODE
NAMA GEJALA
G1
Bayi Kejang
G2
Tidak Mau Minum Atau Memuntahkan Semuanya
G3
Bergerak Hanya Jika Dirangsang
G4
Nafas Cepat >=60 Kali/Menit
G5
Nafas Lambat =37.5'C
G9
Nanah yang Banyak Dimata
G10
Pusar kemerahan dan Meluas ke Dinding Perut
G11
Adakah Pustul Kulit
G12
Letargis atau tidak sadar
G13
Mata Cekung
G14
Apabila Cubit Kulit Perut Kembalinya Sangat Lambat
G15
Gelisah/Rewel
G16
Apabila Cubit Kulit Perut Kembalinya Lambat
G17
Timbul Kuning pada Hari Pertama (=24 jam sd =60 Kali/Menit AND Tarikan Dada Kedalam
yang Sangat Kuat AND Merintih AND Demam >=37.5'C AND Nanah yang Banyak
1
Dimata AND Pusar kemerahan dan Meluas ke Dinding Perut AND Adakah Pustul Kulit
THEN Infeksi Bakteri Berat

2

IF Nanah yang Banyak Dimata AND Pusar kemerahan dan Meluas ke Dinding Perut AND
Adakah Pustul Kulit THEN Infeksi Bakteri Lokal ELSE Bukan Infeksi
IF

3

Letargis atau tidak sadar AND Mata Cekung AND Apabila Cubit Kulit Perut
Kembalinya Sangat Lambat AND Gelisah/Rewel THEN dehidrasi berat

4

IF Mata Cekung AND Apabila Cubit Kulit Perut Kembalinya Sangat Lambat
Gelisah/Rewel THEN dehidrasi sedang/ringan ELSE Tidak dehidrasi

5

6

7

AND

IF Timbul Kuning pada Hari Pertama (=24 jam sd