PAKET PAKET KEBIJAKAN EKONOMI DAN PENGA

PAKET - PAKET KEBIJAKAN EKONOMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA

A. Andrew Toedjono
2013 013 010
ABSTRACT

Decreasing trend of global economic growth, give a significant impact on Indonesia ’s
domestic economy. Plan of taking down the Fed Rate and devaluation of Yuan made the
condition worst. To stimulate the domestic economy and achived sustainable growth,
government of Indonesia has launch economic packages as a policy to cure and stimulate
domestic condition. There are 6 packages launched and every packages has own
characteristics but has the same target, is to improved the condition of dometic economy.
However, the policy that has launched only talking about supply side and long-term condition
through fiscal policy, whereas people’s of Indonesia need the real impact to improved
purchasing power. Thus, demand side oriented policy is needed pass through the monetary
policy besides fiscal policy.
Keywords : Economic Packages, Policy, Fiscal Policy

PENDAHULUAN
Penurunan tren ekonomi global memberi dampak signifikan bagi perekonomian

Indonesia. Rencana AS yang akan menaikan suku bunga acuan membuat perekonomian
dunia berguncang. Tambahan lagi, Cina melakukan devaluasi Yuan guna memacu
ekonominya. Akibatnya, terjadi volatilitas yang tinggi pada perekonomian global. Selain itu,
harga – harga komoditas pun anjlok. Indonesia yang bergantung dari ekspor komoditas pun
tidak dapat berbuat apa – apa.
Melemahnya nilai tukar yang mestinya bisa dimanfaatkan untuk memacu ekspor
domestik, juga tidak terjadi seperti keinginan. Selain itu, capital outflow secara massive juga
terjadi pada bursa domestik yang menyebabkan IHSG anjlok dalam. Maka, penurunan
pertumbuhan ekonomi dan melemahnya nilai tukar rupiah pun tidak bisa dihindarkan lagi.
Pertumbuhan ekonomi domestik pun diprediksi hanya mencapai 4,7% pada akhir tahun,
meleset dari perkiraan yang mencapai 5%.
Dalam rangka mengatasi masalah ekonomi tersebut serta menciptakan ekonomi yang
kondusif, Pemerintah dan Bank indonesia melakukan upaya – upaya stabilisasi, baik dari sisi
fiskal juga dari sisi moneter. Upaya pemerintah tersebut, tertuang dalam paket – paket
kebijakan yang dirilis dari bulan September hingga bulan November tahun ini. Paket – paket
kebijakan tersebut, terdiri dari 6 seri yang semuanya merupakan bukti upaya pemerintah dan
BI guna mengatasi masalah ekonomi saat ini, serta menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan di masa mendatang.
Dengan kata lain, paket – paket kebijakan tersebut merupakan obat juga stimulus bagi
ekonomi Indonesia dimasa mendatang. Sehingga, masyarakat luas dan pelaku usaha


menunggu dampak riil dari paket – paket yang telah dikeluarkan tersebut. Oleh karena itu,
penulis mencoba mengulas isi dari paket – paket kebijakan dan dampaknya pada
perekonomian Indonesia guna mencapai stabilisasi dan pertumbuhan yang diinginkan.

RUMUSAN MASALAH
Unsur – unsur apa sajakah yang terdapat dalam masing – masing paket kebijakan ekonomi
yang dirilis pemerintahan Jokowi.
Bagaimana mekanisme transmisi kebijakan melauli paket - paket dalam mencapai tujuannya
Dampak positif dan negatif paket – paket kebijakan ekonomi tersebut

PEMBAHASAN

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI I
Demi mengatasi perlambatan perekonomian global yang berimbas terhadap
perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik, Pemerintah Indonesia melakukan terobosan
guna memaksimalkan wewenang pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter. Hasil dari
kebijakan tersebut yaitu dirilisnya paket kebijakan ekonomi tahap I pada 9 September 2015
yang merupakan terobosan untuk paket – paket kebijakan selanjutnya.
Paket ekonomi pertama pada masa pemerintahan Presiden Jokowi ini dibagi menjadi

3 aspek penting yaitu Pertama , menjaga daya beli masyarakat. Kedua , menarik kembali dana
asing yang keluar secara massive (capital intflow). Ketiga , memacu pertumbuhan investasi
baik asing maupun domestik melalui deregulasi dan debirokrasi.
Jika dilihat, paket ekonomi tahap I merupakan gambaran secara makro tentang hal –
hal yang dibutukan perekonomian saat ini. Melalui sektor moneter diharapkan jikan margin
kredit turun maka bunga kredit rendah. Harapannya, permintaan akan kredit meningkat dan
mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi domestik saat ini. Juga, dengan dilakukannya
bilateral swap diharapkan cadangan devisa tidak tergerus habis saat menjaga kestabilan nilai
tukar rupiah yang semakin volatile dan nilai Rupiah bisa kembali menguat.
Selain itu, sektor riil juga merupakan aspek yang sangat penting karena berdampak
langsung bagi masyarakat dan pengusaha. Maka, perubahan terhadap sektor ini harus
dilakukan secara nyata. Kebijakan yang dilakukan antara lain, pembangunan infrastruktur,
penyaluran KUR, penyederhanaan peraturan, insentif fiskal, dsb.
Kebijakan ekonomi tahap I merupakan gebrakan dan kebijakan secara makro dan
menyeluruh. Kebijakan ini diharapkan, dapat membuka jalan bagi kebijakan – kebijakan
ekonomi selanjutnya berjalan guna memperkuat pertumbuhan dan stabilisasi ekonomi
Indonesia.
Rincian Kebijakan Ekonomi Tahap I
Sektor Moneter


-

BI akan mencari bantalan memperkuat cadangan devisa. Antara lain : Mengaktifkan
penggunaan deffered drawdown option dan bilateral swap arrangement
OJK perlonggar bisnis trustee bank dan permudah pembukaan rekening WNA
Batasi utang luar negeri korporasi utamanya bagi korporasi bermodal cekak dan
beromzet rupiah
Dorong bank kurangi marginnya agar bunga kredit turun

Sektor Riil dan Dorong Daya Saing Riil
-

-

Percepat belanja infrastruktur dengan memangkas administrasi yang menghambat
pencairan anggaran dan memberikan kaminan hokum atas pelaksana proyek
infrastruktur. Dana desa akan focus untuk 3 proyek irigasi, jalan, dan jembatan.
Jaminan fasilitas kredit ekspor untuk mendongkrak ekspor
Harga gas dipangkas agar biaya produksi korporasi turun
Dorong daya beli lewat penurunan pph pribadi dan badan

Memangkas bunga KUR dan menambah plafon KUR hungga Rp 150 triliun
Perbanyak kartu keluarga sejahtera
Mengkaji ulang 160 peraturan untuk menarik investasi

Sumber: Harian Kontan 9 September 2015

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP II
Pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi tahap II pada tanggal 29
September 2015. Melalui paket ekonomi ini Pemerintah berusaha menarik investor dengan
memangkas perizinan melalui deregulasi dan debirokratisasi. Diharapkan dengan
dipangkasnya perizinan, investasi dapat meningkat seiring dengan kemudahan yang diterima
investor.
Menurut Menko Perekonomian Darmin Nasution, untuk meningkatkan investasi dan
menarik investor, salah satu kemudahan yang dapat diberikan pemerintah adalah melalui
pemberian layanan cepat dalam bentuk perizinan yang hanya dalam waktu 3 jam di kawasan
industri. Regulasi yang dibutuhkan adalah Peraturan Kepala Badan Kordinasi Penanaman
Modal (BKPM) nomor 14 tahun 2015 tentang pedoman dan tata cara izin penanaman modal.
Diharapakan dengan insentif ini, sektor industri di Indonesia dapat bertumbuh guna
menopang pertumbuhan ekonomi yang mengalami penurunan. Menurut data BPS proporsi
sektor industri terhadap PDB pada tahun 2014 sebesar 21 % oleh sebab itu sektor ini memang

harus selalu didukung guna memacu pertumbuhan indonesia diatas 5%.
Selain itu, paket tahap II juga memberikan insentif bagi para eksportir yang
menyimpan dana hasil ekspornya di perbankan Indonesia. Insentif yang diberikan adalah
pengurangan pajak sesuai lama waktu penyimpanan. Selain itu, insentif lebih juga diberikan
pemerintah bagi yang menyimpan dananya dalam bentuk mata uang Rupiah.
Dampak yang diharapkan adalah likuiditas perbankan di Indonesia terbantu karena
dana banyak yang masuk dan mengisi bank – bank di Indonesia dari investasi - investasi

sehingga modal bank bertambah. Harapannya, dana tersebut dapat disalurkan melalui kredit
dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia.

Rincian Paket Kebijakan Ekonomi Tahap II
Sektor Kehutanan
Sebanyak 14 proses perizinan investasi di sektor kehutanan dipangkas hingga tersisa 6
perizinan saja. Contoh:
-

-

Proses izin pinjam pakai kawasan hutan untuk eksplorasi dan operasi produksi uang

biasanya dikeluarkan untuk tambang. Waktu pemrosesan izin tersebut akan dipangkas
menjadi 12 hari saja.
Memangkas proses perizinan pelepasan kawasan hutan. Selama ini proses pengurusan
izin prinsip untuk pelepasan hutan memakan waktu 2 – 4 tahun. Dalam waktu dekat,
waktu akan dipangkas hingga 13 hari saja.

Sektor Industri
-

Izin investasi di kawasan industri yang selama ini memerlukan waktu 526 hari akan
dipangkas hingga 3 jam saja.

Insentif bagi eksportir yang membawa Devisa Hasil Ekspor (DHE) kedalam negeri
-

Pemberian insentif berupa pemotongan pajak dari devisa ekspor yang disimpan di
perbankan dalam negeri.
Besarnya insentif bergantung pada valuta dan lamanya dana tersimpan di perbankan
dalam negeri.
Jika devisa berbentuk Dollar AS, insentif tetap diberikan namun nilainya lebih kecil

jika dibandingkan dengan simpanan dalam bentuk Rupiah.
1. Jika DHE tersimpan dalam bentuk Dollar AS, pajak deposito dalam jangka
waktu 1 bulan dilurangi dari 20% menjadi 10%
2. Untuk jangka waktu 3 bulan pajaknya berkurang menjadi 7,5 % dan untuk
waktu 6 bulan menjadi 2,5%
3. Untuk DHE yang tersimpan untuk jangka waktu 9 bulan bebas pajak
Jika DHE dalam bentuk Rupiah
1. Jika DHE dismpan dalam deposito Rupiah dalam jangka waktu 1 bulan
pajak menjadi 7,5 %
2. Jika DHE dalam deposito berjangka waktu 3 bulan terkena pajak 5%
3. Jilka eksportir menyimpan DHE dalam deposito berjangka waktu 6 bulan
akan tidak dipotong pajak atau bebas pajak.

Sumber: Harian Kontan dan Kemenkeu.go.id

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI III
Pada tanggal 7 Oktober 2015 Pemerintah memberikan jawaban kepada para
pengusaha melalui paket ekonomi tahap ke III. Didalam paket ekonomi ini, pemerintah

mengedepankan para pelaku industri agar dapat bertumbuh secara sustainable. Paket

kebijakan dibagi menjadi 3 isu pokok, sektor keuangan, pertanian, dan industri.
Jika diamati, Paket kebijakan tahap III ini bertujuan untuk meningkatkan sektor
supply bukan secara langsung untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Ini terlihat dari
seluruh aspek dalam paket yang mengedepankan sektor industri. Salah satu contohnya,
pemerintah tidak menurunkan harga BBM jenis premium melainkan hanya solar.
Banyak ekonom yang kurang sepaham dengan paket ini karena menurut mereka salah
satu yang harus ditingkatkan adalah daya beli masyarakat. Tetapi, jika cermat memang sisi
penawaran merupakan sektor yang sangat penting demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi
kita pada jangka menengah dan panjang. Namun, masyarakat luas lebih membutuhkan
dampak riilnya pada saat sekarang, karena suntikan kebijakan yang mementingkan daya beli
sangat dibutuhkan guna menstimulasi ekonomi.
Rincian Kebijakan Ekonomi Tahap III
Sektor Keuangan
-

-

Relaksasi persyaratan kegiatan usaha dan penitipan valuta asing serta pengelolaan
(trust) bank.
Menerapkan asuransi pertanian untuk tanaman padi. Premi Rp 180.000 per hektare,

petani akan mendapatkan pertanggungan sebesar Rp 6 juta per hektare. Pemerintah
menanggung premi 80% atau Rp 150.000, petani 20%. Dianggarkan Rp 150 milyar
untuk 1 juta hektare lahan pada tahun depan.
Revitalisasi industri modal ventura
Pembentukan konsorsium berbasis ekspor dan ekonomi kreatif & UMKM.
Pemberdayaan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)
Implementasi One Project Concept terkait kualitas kredit perbankan.

Sektor Industri
-

-

-

Pemangkasan proses perizinan di sektor pertanahan. Pertama, izin pemanfaatan tanah
untuk usaha. Kedua, pemangkasan waktu pengurusan izin perpanjangan pemanfaatan
lahan. Ketiga, pemangkasan izin untuk pengurusan hak guna bangunan.
Harga BBM jenis Solar diturunkan sebesar Rp 200 per liter, menjadi Rp 6.700 per
liter.

Harga BBM jenis premium tetap
Pemberian insentif tarif listrik untuk pelanggan industri. Pertama, tarif listrik untuk
pelanggan industri golongan 1-3 dan 1-4 turun Rp 12 per kWh. Kedua, penurunan
tarif hingga 30% untuk pemakaian listrik pada tengah malam dari pukul 23.00 hingga
8.00. Ketiga, kelonggaran bagi perusahaan padat karya yang memiliki tunggakan
listrik, dapat membayar hanya 60% dari total tagihan selama satu tahun, sisanya
dibayarkan pada bulan ke 13 dapat dicicil hingga 12 bulan.
Harga gas industri dari lapangan gas baru ditetapkan sesuai dengan kemampuan daya
beli industri pupuk, yakni sebesar US$ 7 mmbtu. Harga gas untuk industri lainnya
seperti, petrokimia, keramik dan lainnya akan diturunkan sesuai dengan kemampuan
industri masing – masing. Penurunan harga gas efektif mulai 1 Januari 2016

-

Bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) diturunkan dari 24 % menjadi 12%. Pegawai
dapat menerima dana KUR.

Sumber: Harian Kontan 8 oktober 2015

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI IV
Paket kebijakan tahap IV yang dirilis pada 15 Oktober 2015 merupakan paket
kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mensejahterakan para buruh dan juga pelaku
industri kecil atau mikro. Paket ini merupakan angin segar bagi para pelaku indsutri kecil dan
juga buruh. Penghitungan upah minimum diubah dan juga lebih transparan. Penyaluran KUR
juga dipermudah dan diperbanyak demi memperluas sasaran penerima.
Namun, dalam kenyataanya banyak buruh yang kurang setuju dengan perhitungan
upah yang dikeluarkan pemerintah tersebut. Akan tetapi, kebijakan ini adalah salah satu
terobosan transparansi perhitungan upah yang selama ini simpang siur dan dapat
meningkatkan iklim industri di Indonesia. Selain itu, kemudahan dan ditingkatnya jumlah
penyaluran KUR juga dapat merangsang pertumbuhan industri kecil dan menengah untuk
berkembang. Diharapkan kedepannya, industri berbasis mikro bisa menjadi penopang
ekonomi yang kuat di masa yang akan datang dan memperbanyak wirausahawan baru.

Rincian Paket Kebijakan Ekonomi Tahap IV
Sektor tenaga kerja
-

-

-

Proses penetapan upah minimum akan berjalan sederhana, adil dan terproyeksi
dengan formula penentuan UMP: ((UMP tahun berjalan + (inflasi x pertumbuhan
ekonomi) + UMP tahun berjalan))
Gubernur wajib menyesuaikan UMP dengan KHL secara bertahap paling lama 4
tahun mendatang. Pengusaha yang belum menyusun dan menerapkan struktur dan
skla upah, wajib menyusun dan menerapkan struktur dan skla upah berdasarkan PP ini
paling lambat 2 tahun mendatang.
Program pembangunan rumah dan rumah susun untuk buruh dan pekerja.

Kredit Usaha Rakyat (KUR)
-

-

Penerima KUR adalah individu atau badan hokum yang meliputi :
1. Usaha mikro, kecil, dan menengah yang produktif
2. Calon tenaga kerja Indonesia yang akan bekerja di luar negeri
3. Anggota keluarga dari karyawan / karyawati atau TKI yang
berpenghasilan tetap
4. TKI yang purna dari bekerja di luar negeri
Sektor penerima KUR adalah sector produktif:
1. Pertanian, perikanan, industri pengolahan dan perdagangan yang terkait
tiga sektor tersebut juga pada sektor jasa – jasa.

Sumber: Harian Kontan 16 Oktober 2015, kemenkeu.go.

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI V

22 Oktober 2015 adalah tanggal dimana paket kebijakan ekonomi tahap V dirilis
Pemerintah. Jika dicermati paket kebijakan ini berfokus pada sisi insentif yang dapat
diberikan Pemerintah kepada pengusaha. Pemerintah beranggapan jika insentif diberikan
maka pengusaha akan semakin produktif dan berkontribusi terhadap perekonomian saat ini.
Insentif yang diberikan salah satunya melalui pengurangan pajak revaluasi aset.
Dimasa lampau pengusaha enggan melakukan revaluasi karena biayanya terlalu tinggi. Akan
tetapi, demi mempermudah pengusaha biaya pajak revaluasi kini dipangkas lebih kecil dari
10% tergantung tanggal perusahaan melakukan revaluasi. Harapan pemerintah dengan
dipangkasnya pajak revaluasi aset, banyak perusahaan yang melakukan revaluasi. Dampak
positif yang diterima dari revaluasi adalah meningkatnya kondisi laporan keuangan
perusahaan yang dapat digunakan untuk modal usaha.
Selain itu, penghapusan pajak berganda untuk kontrak investasi dan dana investasi
real estate (REITS) merupakan bagian dalam paket kebijakan ekonomi ini. DIRE/ REIT
adalah surat berharga dengan underlying asset berupa perusahaan properti. Maka, dengan
penghapusan double tax diharapkan pertumbuhan surat berharga DIRE dapat membantu
pertumbuhan pasar modal di Indonesia.
Yang terakhir adalah pemerintah mempermudah izin untuk produk – produk bank
berbasis syariah. Indonesia merupakan Negara berpenduduk Islam terbesar oleh karenanya,
prospek perbankan syariah masih sangat terbuka. Dengan dipangkasnya izin, pemerintah
berharap agar perbankan syariah mampu berkembang lebih pesat dan dapat diperhitungkan
dalam dunia perbankan nasional.
Rincian Paket Kebijakan Ekonomi Tahap V
Diskon tarif pajak penghasilan (PPh) untuk perusahaan yang melakukan revaluasi
asset.
-

-

Selama ini perusahaan yang melakukan revaluasi asset dikenakan tariff pajak sebesar
10%. Pada paket jilid V diberikan insentif sebesar:
1. Revaluasi asset hingga 31 Desember 2015, tariff PPh 3% dari selisih asset.
2. Revaluasi asset 1 januari hingga 30 Juni 2016, tariff PPh 4%
3. Revaluasi asset 1 Juli hingga 31 Desember 2016, tariff PPh 6%
Keuntungan revaluasi asset bagi perusahaan:
1. Dengan melakukan revaluasi asset nilai asset perusahaan akan anik
2. Selisih nilai asset bias digunakan untuk menambah modal usaha dan
ekspansi. Keuangan korporasi juga akan semakin membaik.

Penghapusan pajak berganda untuk kontrak kolektif dan investasi real estate (DIRE)/
Real Estate Investment Trust (REIT)

-

-

DIRE adalah kontrak investasi kolektif (KIK) mirip reksadana. DIRE juga
menggunakan istilah nilai kativa bersih (NAB).
DIRE khusus menempatkan dana pada asset dasar berupa property. Melalui produk
DIRE, investor bias memiliki property fisik tanpa harus membeli secara langsung.
Di Indonesia, DIRE masih mengenakan PPh 5% terhadap perusahaan penghimpun
asset (SPV) dan perusahaan penerbit DIRE. Pajak lainnya adalah Bea perolehan ha
katas tanah dan bangunan 5%. Di Singapura DIRE bebas pajak.
Di Indonesia, baru satu perusahaan yang menerbitkan DIRE yaitu Ciptadana Asset
Management yang diluncurkan pada 12 Januari 2012.

Mempermudah perjanjian produk Bank Syariah
-

Berupa penyederhanaan izin produk perbankan syariah. Tidak perlu mengirim surat,
cukup melapor saja.

Sumber: Kemenkeu.go.id

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI VI
Pada tanggal 6 November 2015 paket kebijakan ekonomi tahap yang ke VI
diluncurkan Pemerintah. Jika dilihat, paket kebijakan ini ditujukan pada industri – industri
yang berada di daerah – daerah pinggiran dan dengan spesifikasi produk khusus. Salah satu
kebijakan yang dilakukan adalah insentif pajak bagi industri di wilayah Kawasan Eknomi
Khusus (KEK). Pemerintah mulai mendorong agar industri – industri di daerah dapat tumbuh
cepat dengan adanya kebijakan ini.
Dengan adanya insentif yang diberikan Pemerintah melalui insentif fiskal dan juga
deregulasi, Pemerintah berharap agar investor – investor tertarik untuk melakukan investasi
di kawasan KEK. Selanjutnya, kebijakan ini juga untuk memberikan kepastian bagi mereka
sehingga, salah satu tujuan pemerintah yaitu hilirisasi industri dapat terjadi di daerah –
daerah. Karenanya dengan kebijakan ini iklim investasi yang kondusif dan nyaman dapat
terwujud sehingga dapat berkorelasi positif dengan produktifitas industri.
Selain KEK, perizinan penyediaan air merupakan hal yang sangat penting. Air
merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Sehingga untuk memberikan kepastian bagi para
pengusaha air dan melindungi sumber – sumber air di Indonesia, Pemerintah meluncurkan
peraturan – peraturan mengenai penyediaan air. Dengan diterbitkan peraturan ini maka,
eksploitasi berlebihan terhadap sumber – sumber air dapat dihindari dan tujuan bagi
kesejahteraan masyarakat dapat terjadi.
Obat juga meruapakan sarana penting bagi kesehatan masyarakat. Akan tetapi, bahan
baku pembuatan obat sangat tergantung dengan bahan baku impor. Demi mempermudah dan
memberikan layanan obat murah bagi masyarakat, Pemerintah melakukan deregulasi impor
untuk industri obat. Izin impor bahan baku untuk industri ini dipangkas hingga hanya
membutuhkan waktu maksimal 5,7 jam saja.
Rincian Paket Kebijakan Ekonomi Tahap VI
Insentif pajak di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

-

Menggerakan kawasan di wilayah pinggiran melalaui pengembangan KEK

8 Kawasan Ekonomi Khusus
KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu yang tercakup dalam wilayah hukum RI
yang ditetapkakn untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu. KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi aktivitas investasi, ekspor,
dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
-

-

Tanjung Lesung (Banten)
Sei Mangkei (Sumatera Utara)
Palu ( Sulawesi tengah)
Bitung (Sulawesi Utara
Mandalika ( NTB)
Morotai ( Maluku Utara)
Tanjung Api – Api ( Sumatera Selatan)
Maloi Batuta Trans Kalimantan/ MBTK (Kalimantan Timur)
Insentif pada kawasan KEK :
1. Pengurangan PPh, pengurangan penghasilan netto dan penyusutan
dipercepat
2. Tidak ada pungutan
3. Tarif Bea masuk dengan Surat Keterangan Asal (SKA)
Insentif investasi di daerah KEK
1. Orang asing dapat memilki properti
2. Pengurangan pajak hiburan dan pembangunan pada kawasan wisata
3. Ada dewan pengupahan dan lembaga triparit khusus
4. Visa kunjungan selama 30 hari, dapat diperpanjang selama 5 kali
5. Administrator KEK dapat memberikan izin pertanahan
6. Administrator KEK dapat mengeluarkan izin prinsip dan usaha
7. Percepatan perizinan maksimal 3 jam

Perizinan impor bahan baku obat
-

Waktu perizinan dipangkas hanya 342 menit / 5,7 jam
Proses cepat(paperless) perizinaan impor bahan baku obat

Regulasi sumber daya air
-

Menyusun rancangan peratauran Pemerintah tentang Pengusahaan Sumber Daya Air
(RPP Pengusaha SDA)
Menyusun RPP tentang Sistem Penyediaan Air Minum (RPP SPAM)
Memastikan bahwa badan usaha swasta tidak menguasai keseluruhan sub system
penyelenggaraan SPAM
Badan usaha swasta melakukan penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan
sendiri

Sumber: Kemenkeu.go.id

RESPON PAKET KEBIJAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN

Paket – paket kebijakan Pemerintah yang berjumlah 6 paket sampai saat ini berhasil
direspon cukup positif oleh pasar. Jika dilihat dari kondisi nilai tukar, Rupiah mengalami
penguatan setelah terdepresiasi sebesar 18,02% dari Januari 2015 sampai 2 Oktober 2015.
Rupiah menguat dari level 14.728 USD/Rp ke Level 13.639 USD/ Rp pada akhir Oktober.
Jika kita melihat kondisi IHSG hal yang terjadi serupa. Ketika paket kebijakan ekonomi tahap
2 diluncurkan IHSG mengalami penguatan 45 poin atau 31 % pada perdagangan 2 oktober
2015. Jika Melihat pada gambar 1, tanggal 2 Oktober merupakan titik balik nilai IHSG.

Gambar 1 : Pergerakan harga IHSG 3 bulan belakangan
Sumber: duniainvestasi.com

Namun, respon positif yang ditimbulkan masih dianggap kurang oleh sejumlah pihak.
Jika dilihat, kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah lebih berbasis pada
penguatan sektor penawaran dari pada sektor permintaan. Ini terbukti dari deflasi yang terjadi
selama 2 bulan berturut – turut yaitu -0,5% dan -0,8% pada bulan September dan Oktober.
Artinya daya beli menjadi aspek yang krusial dalam masa – masa ini dan kebijakan yang
dilakukan belum mengenai secara langsung.
Kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan hingga paket ekonomi 6 lebih berorientasi
kemudahan bagi para pebisnis dan pengusaha. Hanya paket ekonomi tahap 4 saja yang
mengatur regulasi perupahan buruh yang lebih kepada sektor permintaan. Akan tetapi,
peraturan tersebut justru membuat perdebatan dikalangan buruh sendiri. Terlebih lagi,
kebijakan moneter melalui mekanisme transmisi suku bunga belum dapat dilaksanakan
karena pemerintah masi menunggu arah kebijakan bank sentral AS.
Paket – paket kebijakan ekonomi yang telah di luncurkan memang telah memberikan
sentiment positif terhadap pelaku bisnis dan usaha di Indonesia.Akan tetapi, yang lebih
ditunggu adalah efek langsung dari kebijakan – kebijakan tersebut. Kebijakan yang telah
dirilis selama ini masih terkendala time lag, karena kebijakan fiskal akan terasa efeknya pada

jangka panjang. Namun, masyarakat ingin merasakan dampak riil dari kebijakan tersebut
yaitu pada jangka pendek atau efek secara langsung.
Kedepannya, selain memperhatikan sektor penawaran yang memang krusial,
Pemerintah juga harus mengedepankan sektor daya beli masyarakat. Karena daya beli
masyarakat adalah salah satu penopang ekonomi domestik melalui konsumsi masyarakat.
Oleh karena itu, instrumen moneter yang dikendalikan bank sentral juga merupakan
kebijakan yang penting, selain kebijakan fiskal pemerintah guna menstabilkan antara sisi
permintaan juga sisi penawaran di pasar dengan harapan selain pengusaha, masyarakat juga
diuntungkan dari paket – paket kebijakan yang dirilis oleh pemerintah.
PENUTUP

Paket – paket kebijakan yang ada merupakan obat bagi perekonomian Indonesia saat
ini. Paket – paket yang telah diluncurkan pemerintah juga tidak dapat dipisahkan antara yang
satu dengan yang lain karena, paket – paket tersebut memiliki sasaran dan target yang
berbeda tetapi jika digabungkan, tujuannya sama yaitu untuk memperbaiki kondisi
perekonomian Indonesia saat ini.
Masih banyak yang perlu dikritisi dari paket – paket yang telah diluncurkan, salah
satunya adalah paket belum secara langsung mengenai kondisi riil masyarakat. Kebijakan
paket ekonomi yang ada saat ini masih berputar dari sisi penawaran saja. Kebijakan yang
telah diluncurkan lebih tertuju kepada para pebisnis dan investor. Juga, efek kebijakan fiskal
memiliki waktu yang lama yaitu jangka panjang sehingga impact secara langsung belum
dapat dirasakan. Pemerintah kurang peka terhadap kebutuhan mendesak pada jangka pendek.
Pemerintah masih berhati – hati dalam menentukan arah kebijakan untuk merangsang sisi
permintaan karena, masih menunggu arah kebijakan bank sentral AS terkait kebijakan suku
bunganya. Maka, arah kebijakan moneter trutama melalui mekanisme transmisi suku bunga
dari Bank Indonesia sangat ditunggu.
Kedepannya, Pemerintah, Bank Indonesia, dan OJK harus meramu kebijakan yang
tepat sasar dan bersinergi. Kebijakan yang diramu harus merangkum seluruh keinginan
lapisan masyarakat. Selain sisi penawaran yang penting, sisi permintaan juga tidak boleh di
kesampingkan. Penguatan sisi penawaran kurang efektif jika dari sisi permintaan lemah. Oleh
karenanya, kebijakan yang terorganisir dan tersinergi serta dapat merangkum keinginan
masyarakat sangat ditunggu guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang sustainable dimasa
yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Toedjono, A dan Mbui, C. 2015. Kebijakan dalam memcau pertumbuhan sektor Industri dan
Infrastruktur. Esai Finalis Indonesia Economic Outlook 2016.
Triyono, A, Adris, U dan Santosa U. Oktober 16 2015.Ungkit Daya Beli Lewat Formula
Upah. Harian Kontan.
Triyono, A dan Agustina, M. Oktober, 23 2015. Paket Jilid V Nikmat bagi Pemerintah.
Harian Kontan.
Triyona, A, dkk. September, 30 2015. Mengais Devisa Lewat Diskon Pajak. Harian Kontan
Triyono, A dan Hasniawati, A. Oktober, 8 2015. Prioritas Industri Daya Beli Soal Nanti.
Harian Kontan.
Meilani, H. 2015. Paket Kebijakan Ekonomi dan Stabilisasi Nilai Tukar Tahap II. Info
Singkat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Publik , Vol 7 (19), 13-16.
Munazat, A dan Handoyo. September, 9 2015. Menanti Kiriman Paket Ekonomi Jokowi.
Harian Kontan.
Zatnika, A dan idris, U. September,29 2015. Biar Tak Pahit Paket II Lebih Konkret. Harian
Kontan.
http://www.depkeu.go.id, Diakses tanggal 22 November 2015
http://www.duniainvestasi.com, diakses tanggal 22 November 2015