POK 1 TREND DAN ISSUE KOMUNIKASI KEPERAW

TREND DAN
ISSUE DALAM
KOMUNIKASI
KEPERAWATA
N

Disusun oleh

Yosina (45)
Melva (32)
Yosina (45)
Melva (32)
Rhidayanti (29)
Angel (33)
Rhidayanti
Angel
(33)
Chintya
(14) (29)
Sinta
(41)

Chintya (14)
Sinta (41)
Intan (28)
Rini (51)
Intan (28)
Rini (51)
Nopia (10)
Niko (52)
Nopia(37)
(10)
Niko(03)
(52)
Chorry
Merry
Chorry (37)
Merry (03)
Natalia (27)
Desi (43)
Natalia (27)
Desi (43)

Cresdiana (31)
Maura (25)
Cresdiana
(31)
Maura (25)
Haryanto (36)
Haryanto (36)

Trend

Saat ini

Dibicarak
an semua
orang

Berdasark
an Fakta

Abad ke -21


Memasuki
pasar bebas
ASEAN

Masyarat
tradisonal
berubah
menjadi
masyarakat
maju

Aspek
kesehatan

Dampak pada
berbagai
aspek

Masyarakat menuju modernisasi


Pendidikan
yang lebih
tinggi

Peningkatan
pendapatan

Sadar hukum
dn lebih kritis

Masalah
kesehatan

Tuntutan bagi perawat untuk memenuhi
keperawatan

Peningkatan
mutu
pelayanan

keperawatan

Profesional

Peka budaya

Berwawasan
luas dan
menguasai
IPTEK

Kelalaian

Kepuasan
klien
minimal

Lisensi

What

happe
n
today?
Gaptek

Malprakt
ek

Tidak
kenal
body of
knowledg
e

What should we do??
Pengembang
an
Pendidikan
keperawatan
Pendidikan

akademik

Memantapkan
sistem
pelayanan
secara
profesional

Pendidikan
Profesi

Registrasi dan
lisensi

Menyempurnak
an organisasi
keperawatan

PPNI


ISMASKES

AIPNI/AINEC

Sertifikasi

Penerapan
model praktik
keperawatan
secara
profesional

APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK
MENDUKUNG SISTEM MANAJEMEN INFORMASI
KESEHATAN
Trend
TEKNOLOGI
INFORMASI
KEPERAWATA
N


Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam
bentuk perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat
keras meliputi perangkat input (keyboard, monitor, touch screen,
scanner, mike, camera digital, perekam video, barcode reader, maupun
alat digitasi lain dari bentuk analog ke digital). Perangkat keras ini
bertujuan untuk menerima masukan data/informasi ke dalam bentuk
digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer. Selanjutnya,
terdapat perangkat keras pemroses lebih dikenal sebagai CPU (central
procesing unit) dan memori komputer. Perangkat keras ini berfungsi
untuk mengolah serta mengelola sistem komputer dengan dikendalikan
oleh sistem operasi komputer. Selain itu, terdapat juga perangkat keras
penyimpan data baik yang bersifat tetap (hard disk) maupun portabel
(removable disk). Perangkat keras berikutnya adalah perangkat outuput
yang menampilkan hasil olahan komputer kepada pengguna melalui
monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk respon lainnya.
Selanjutnya dalam perangkat lunak dibedakan sistem operasi (misalnya
Windows, Linux atau Mac) yang bertugas untuk mengelola hidup
matinya komputer, menhubungkan media input dan output serta
mengendalikan berbagai perangkat lunak aplikasi maupun utiliti di

komputer. Sedangkan perangkat aplikasi adalah program praktis yang
digunakan untuk membantu pelaksanaan tugas yang spesifik seperti
menulis, membuat lembar kerja, membuat presentasi, mengelola
database dan lain sebagainya. Selain itu terdapat juga program utility
yang membantu sistem operasi dalam pengelolaan fungsi tertentu
seperti manajemen memori, keamanan komputer dan lain-lain.

Pada aspek infrastruktur, kita mengenal ada istilah jaringan komputer baik yang bersifat terbatas dan dalam
kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang dikenal dengan nama Local Area Network maupun jaringan yang
lebih luas, bahkan bisa meliputi satu kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area Network
(WAN). Saat ini, aspek infrastruktur dalam teknologi informasi seringkali disatukan dengan perkembangan
teknologi komunikasi. Sehingga muncul istilah konvergensi teknologi informasi dan komunikasi. Perangkat PDA
(personal digital assistant) yang berperan sebagai komputer genggam tetapi sarat dengan fungsi komunikasi
(baik Wi-Fi, bluetooth maupun GSM) merupakan salah satu contoh diantaranya.
Perangkat keras (baik input, pemroses, penyimpan, maupun output), perangkat lunak serta infrastruktur, ketigatiganya memiliki potensi besar untuk meningkatkan efektivitas maupun efisiensi manajemen informasi
kesehatan.
Dengan sistem manajemen informasi ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk mengakses rekam medispasien,
seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula
diakses secara virtual di mana pun kapan pun, Di samping itu data pasien atau gambar kondisi/penyakit pasien
dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Perawat dapat mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau
perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table,
mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan
intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan.
Dengan demikian, perawat dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence,
meningkatkan mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat.

Fungsi
Sistem
Informasi ▪
Keperawata
n


Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4 fungsi utama dalam praktik
keperawatan klinik dan administratif :
Proses perawatan pasien
Proses adalah apa yang telah dilakukan oleh perawat
kepada pasien yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal perawatan dan pengobatan, catatan
keperawatan, pola makan, prospektif, beban kerja , administrasi pasien.
Proses managemen bangsal
Aktivitas yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk
secara efektif menggunakan  menggunakan sumber dalam merencanakan objek secara spesifik.
Mentransformasikan informasi pada manajemen  yang berorientasi informasi dalam pengambilan keputusan:
jaminan kualitas, sudut pandang aktivitas di bangsal keperawatan, jadwal dinas karyawan, manajemen
perseorangan, perencanaan keperawatan, manajemen inventarisasi dan penyediaan sarana dan prasarana,
manajemen finansial, kontroling terhadap infeksi.



Proses Komunikasi
Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi
pada pasien dan subjek lain yang memiliki hubungan dengan subjek pengobatan, perjanjian dan penjadwalan,
review data, transformasi data, dan segala bentuk pesan.


Proses Pendidikan dan Penelitian

Keuntungan
Menggunaka
n Sistem
Informasi
Keperawatan

Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan
Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar
dalam penyimpanan arsip.
Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.
Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang
dengan baik akan mendukung otonomi yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat
membantu pengambilan keputusan secara cepat
Meningkatkan produktivitas kerja.
Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan
(Gurley L, Advantages and Disadvantages of Electronic Medical Record,
Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat
keuntungan utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu:
Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan
cepat diketahui.
Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus
meningkatkan waktu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Accessebility, legibility, mudah membaca dan mendapat informasi
klinik dari pasien dalam satu lokasi.

Penerapan
Sistem
Informasi
Dalam
Dokumentasi
Asuhan
Keperawatan

Dokumentasi perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi klinis. Namun,
dokumentasi proses keperawatan sering kurang berkualitas. Untuk meningkatkan
dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat maka perlu diterapkan
sistem infomasi keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Ada harapan
tinggi bahwa komputer dapat mendukung dalam dokumentasi keperawatan akan
membantu meningkatkan kualitas dokumentasi. Namun dengan diterapkannya
komputerisasi di rumah sakit juga perlu diimbangi oleh kemampuan perawat dalam
mengoperasionalkan komputer.
Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam penggunaan komputer maka perawat
telah menyoroti kebutuhan untuk pelatihan dalam penggunaan teknologi informasi, dan
penilaian kritis penting untuk profesional perawat. (Docker, et all.,2003)
Dokumentasi keperawatan yang ada sekarang ini adalah dokumentasi keperawtan yang
berbasis kertas. Namun pada kenyataannya sering ditemukan bahwa proses tersebut tidak
terintegrasi ke dalam dokumentasi keperawatan.Sering kita menemukan dokumentasi
yang kurang lengkap, alasannya antara lain perlu waktu yang banyak, kualitas catatan
berbasis kertas masih rendah dan pemanfaatan dokumentasi masih terbatas dari proses
keperawatan. Masalah-masalah ini menyebabkan upaya untuk mendukung proses
keperawatan dengan sistem berbasis komputer untuk mengurangi beban perawat dalam
dokumentasi.Penerapan sistem informasi keperawatan dalam dokumentasi asuhan
keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan. Dokumentasi yang berbasis komputer selain meningkatkan kualitas juga
memungkinkan penggunaan kembali data keperawatan untuk manajemen keperawatan
dan penelitian keperawatan. Hal ini seperti yang terdapat dalam hasil penelitian dari
Mueller, et all.2006 yang menyatakan bahwa kualitas dokumentasi keperawatan semakin
meningkat dengan diterapkannya Quality of Nursing Diagnoses, Interventions, and
Outcomes (Q-DIO).Penelitian ini mendukung penggunaan Q-DIO dalam mengevaluasi
dokumentasi keperawatan diagnosis, intervensi, dan hasil asuhan keperawatan.
Berdasarkan hal tersebut maka untuk meningkatkan kualitas dokumentasi, perawat
membutuhkan dukungan melalui pendidikan agar mengetahui langkah-langkah untuk
menghubungkan diagnosa dengan intervensi, spesifik ke etiologi diidentifikasi,dan untuk
mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan. Adanya peningkatan dokumentasi tersebut
membuktikan bahwa dengan diterapkannya Q-DIO dapat berguna sebagai alat audit
dokumentasi keperawatan dan harus dikembangkan sebagai fitur terintegrasi secara
elektronik. (Mueller, et all.2006).

Telenursing
   
Telenursing didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan
teknologi telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011).
Teknologi informasi dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang
mengintegrasikan ilmu keperawatan, komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu
informasi untuk mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan
pengetahuan
dalam
praktek
keperawatan.
Informatika
keperawatan
memfasilitasi integrasi data, informasi, dan pengetahuan untuk dukungan klien,
perawat, dan penyedia lainnya dalam pengambilan keputusan mereka dalam
semua peran dan pengaturan. (Terhuyung & Bagley-Thompson, 2002 dalam
Salim, 2010).
Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan
tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan
kepada klien. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang
magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara,
data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh,
menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau
komputer.Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan
keperawatan akan meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi
aktif keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan
kebijakan umum dari pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar
operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien
dan
jaminan
informasi
yang
diberikan.
Kegiatan telenursing membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan

 Kelebihan dan
kekurangan Telenursing
  Kelebihan Telenursing
 Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan keperawatan untuk
memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak
jauh. Model pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain :
1.      Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
2.      Mempersingkat hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
3.      Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan,
4.      Memudahkan akses petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
5.      Berguna dalam kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan jarah yang jauh
dari pelayanan kesehatan, dan
6.       Mendorong tenaga kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses penyedia layanan melalui
mekanisme seperti : konferensi video dan internet
(American Nurse Assosiation, 1999).
7.      Peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata,

8.      Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika
kesehatan dan meningkatkan
kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
9.      Meningkatkan rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan diterapkannya telenursing  semakin  meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga
dan meningkatkan kepatuhan. Telenursing telah menyediakan sarana bagi konsumen untuk memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan. seorang
perawat dengan pelatihan khusus  dapat menawarkan pendidikan dan dukungan, sehingga ini  bermanfaat karena klien membutuhkan dukungan yang  tidak
mungkin didapatkan dengan kontak langsung.
▪ Kekurangan dan hambatan dalam telenursing

Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalamtelenursing, meliputi: perilaku, legislatif, dan teknologi. Hambatan
perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap telenursing akibat kurangnya
penguasaan terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun dengan adanya pelatihan dan adanya support system,  perawat bisa
merasakan manfaat telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursingmuncul sebagai issue kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian
lisensi tentang telenursing. Secara teknologi, Elektronik Health Record (EHR)dan standar data mendukung perkembangan telenursing.
Tanpa EHR telehealthtidak  bisa bekerja.
Ketersediaan system penyimpanan data pasien kapanpun dan dimanapun provider membutuhkannya.
Sumber lain menyebutkan, antara lain :
▪ Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan
bahwa kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik.
▪ Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau terputusnya hubungan
komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga meningkatkan risiko
terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Implementasi Telenursing
1.      Aspek sistematika
Aspek sistematika terkait dukungan dari pemerintah, yang meliputi legislasi dan regulasi. Dalam mengontrol
kualitas dan kelangsungan telenursing sangat dibutuhkan  pengaturan dan supervisi pelayanan pemerintah. Untuk penerapan telenursing disepakati
bahwa praktek keperawatan mandiri seharusnya ada otoritas dan peraturan legal serta adanya standart operasional prosedur yang dibuat oleh organisasi
profesi keperawatan atau pendidikan keperawatan.
2.      Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi terkait verifikasi terhadap kontrol keuangan medis akibat
penggunaan telenursing dan Government recognition for cost effectivenessmerupakan prioritas utama. Investasi pemerintah dalam proyek telenursing
merupakan prioritas untuk mengaktifkan telenursing di daerah rural dan area kepulauan untuk manfaat medis. Aplikasi system telenursing yang mahal
dan uang perawatan (maintenance fee) harus dipikirkan.
3.      Aspek Sosial
Aspek sosial terkait verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial tentang telenursing dibandingkan
dengan perawatan langsung. Penerimaan dari pemberi pelayanan kesehatan  seperti fasilitas medis, dokter dan perawat, merupakan hal penting dalan
implementasi telenursing. Kerja sama dan koordinasi antara profesi kesehatan akan membangun pemahaman yang lebih baik tentang telenursing pada
publik. Adanya pengakuan public terhadap keperawatan itu sendiri merupakan factor kunci dalam pelaksanan telenursing.
4.      Aspek
teknikal
Aspek teknikal terkait kreatifitas dan originalitas konten telenursing dan pengembangan sistem pelayanan. Pelatihan dan
pendidikan perawat serta teknologi informasi mendukung pengembangan dan pengoperasiantelenursing. Pengembangan teknologi informasi untuk
menjaga privacy pasien dan keamanan informasi. Standarisasi, pelatihan keperawatan dan penelitian untuk pengembangan system telenursing dan
pelaksanaannya, teknologi informasi medis dan pengembangan system aplikasi, serta desain model fungsional  yang mungkin diterapkan  dilingkungan
tersebut. Jadi keempat aspek tersebut harus terintegrasi dalam strategi pelaksanaantelenursing.

Aplikasi  telenursing
Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat
telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang
sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat
menggunakan system memonitor parameter fisiologi seperti tekanan darah,
glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system
interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun
video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh
bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang
sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa
dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit
kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk
berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management
penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang
akurat dan memberikan dukungan secara online. Kontinuitas perawatan dapat
ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan
kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.

▪ Walaupun di Indonesia masih belum teraplikasikannya
telenursing ini dengan optimal namun telenursing
sebenarnya sangat memudahkan akses ke pelayanan
kesehatan yang berkenaan dengan populasi yang jauh
dari pelayanan (under-serviced) seperti halnya
memudahkan monitoring pelayanan di rumah atau
individu dengan permasalahan kesehatan kronis.
▪ Melihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
telenursing merupakan salah satu alternative yang bisa
digunakan dalam layanan kesehatan dan keperawatan
pada saat pasien tidak mungkin untuk datang langsung
menemui layanan kesehatan dan keperawatan baik untuk
alasan jarak yang jauh ataupun ingin mengefesien dan
mengefektifkan waktu dalam perjalanan.

Robot nurse (robot perawat)
 Tujuan dari penggunaan robot sebagai alat bantu untuk tugas rutinitas
dalam ruangan menjadi mimpi manusia diawal penciptaannya.Pada
periode delapan dekade setelah manusia bermimpi pertama kali
tentang robot,sekarang sudah banyak diciptakan robot yang bisa
dipekerjakan dibeberapa tempat khusus seperti rumah, departement
stores dan rumah sakit (Ali meghdari et.al, 2004).
  Seiring dengan perkembangan jaman, peningkatan kualitas
hidup menjadi salah satu hal yang esensial buat manusia.
Meningkatnya kualitas sistem dalam dunia kedokteran,
menjadikan populasi lansia juga bertambah karena angka
harapan hidup menjadi lebih tinggi. Namun dilain pihak,
populasi yang mendukung kehidupan para lansia ini terus
berkurang. Itu berarti bahwa para lansia akan menjadi seperti
hidup sendiri dan kesepian dalam dunia modern. Situasi yang
dialami para lansia ini juga sama dengan yang dialami para
penderita cacat sehingga dengan berkembangnya teknologi
robotic mulailah dikembangkan sebuah robot yang mampu
untuk mendukung para lansia dan orang cacat tersebut
( Hyun Keun Park et.al,2006).

Awal mula penciptaan robot nurse tidak langsung
menyerupai manusia,namun lebih dikembangkan pada
bentuk hewan sebagai teman setia untuk mengurangi
kesepian dan depresi yang dialami oleh para lansia
seperti PARO (robot binatang laut),TAMA (robot kucing).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Shibata (2004) untuk
menguji reaksi manusia terhadap robot interaktif (dalam
penelitian ini digunakan robot PARO) terhadap lansia,
anak anak dan orang yang menderita autis dan down
syndrome didapatkan hasil bahwa 1) wanita lebih tertarik
terhadap PARO dibanding laki laki 2) Orang yang
menyukai hewan melihat PARO dengan sisi positif 3) anak
anak lebih suka bermain dengan PARO 4) PARO mampu
memberikan efek positif terhadap depresi yang dialami
lansia (Shibata Takanori,2004). Dari hasil penelitian ini
kemudian dikembangkan bentuk robot nurse yang lebih
variatif baik dalam bentuk maupun fungsi.

Model Robot Nurse dan Fungsinya
Secara garis besar robot nurse terbagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu:
a)      Assistive robotic (AR) sebagian besar diasosiasikan sebagai robot yang membantu orang
dengan keterbatasan fisik melalui interaksi fisik.Contoh dari AR antara lain adalah wheelcahir
robot dan alat bantu gerak yang lain,robot companion, manipulation arms dan robot edukasi.
AR banyak digunakan di lingkungan sekolah,rumah dan hospital (David Feil-Seifer and Maja J
Matari´,2005)
b)      Socially Interactive Robotics (SIR) adalah robot yang mempunyai beberapa pola
interaksi.Istilah SIR digunakan untuk membedakan fungsi interaksi dengan robot yang
dioperasikan secara jarak jauh oleh manusia pada robot dengan sistemhuman robot
interaction (HRI).SIR memiliki semacam pola interaksi sendiri melalui suara dan gesture yang
mereka gunakan (David Feil-Seifer and Maja J Matari´,2005).
c)      SAR (Socially Assistive Robotics) adalah gabungan dari bentuk AR dan SIR. SAR adalah
robot yang menyediakan bantuan pada user , tetapi bantuan tersebut spesifik bisa didapatkan
apabila terjadi interaksi sosial antara SAR danuser. SAR hampir sama dengan SIR, bedanya SIR
bertujuan untuk mengembangkan interaksi yang dekat dan efektif seperti hubungan
pertemanan antara robot dan user, sedangkan SAR bertujuan membina hubungan yang dekat
dan efektif untuk pemberian bantuan dan pencapaian progres yang terukur pada masa
penyembuhan, rehabilitasi dan pembelajaran. (David Feil-Seifer and Maja J Matari´,2005).

Penggunaan Robot Perawat dalam
Asuhan Keperawatan
▪  Penggunaan robot perawat dalam asuhan keperawatan membawa beberapa telah dikaji oleh beberapa peneliti dengan
hasil beragam. Seperti yang sudah dibahas dalam latar belakang bahwa robot nurse pertama kali diciptakan karena
adanya peningkatan angka harapan hidup dan penurunan angka pertumbuhan penduduk yang menyebabkan para lansia
menjadi kesepian dan depresi. Robot nurse diciptakan tidak langsung berbentuk manusia nanum awalnya berbentuk
hewan seperti kucing dan anjing karena asumsi bahwa binatang tersebut adalah teman setia dari manusia. (Will Tagart
2006). Penggunaan tenagan robot perawat juga dicetuskan karena kurangnya sikap caring pada perawat terhadap pasien
yang dirawat (Jane Tenking,2010).
▪       Dari penelitian awal yang dilakukan Shibata (2004) didapatkan hasil bahwa robot nurse berbentuk binatang laut PARO
membawa beberapa aspek positif pada responden yang meliputi lansia,anak anak dan orang dengan autis dan down
syndrome yaitu 1) wanita lebih tertarik terhadap PARO dibanding laki laki 2) Orang yang menyukai hewan melihat PARO
dengan sisi positif 3) anak anak lebih suka bermain dengan PARO 4) PARO mampu memberikan efek positif terhadap
depresi yang dialami lansia.Namun pada penelitan lanjut yang dilakukan oleh Will Tagart (2006) terhadap para lansia
didapatkan hasil bahwa walaupun para lansia memberikan reaksi yang beragam terhadap PARO,namun mereka tetap
memilih untuk berinteraksi dengan manusia dibanding robot.
▪       Penggunaan robot nurse kemudian berkembang bukan lagi menjadi sekedar teman atau mainan untuk mengatasi
kesepian,namun menjadi asisten yang membantu tugas perawat seperti robot nurse yang bisa mengangkat pasien
(RIBA), robot nurse yang membantu pasien untuk mobilisasi dalam ruangan (DO-U-MI),robot nurse untuk melayani pasien
yang tidak bisa bepergian jauh namun butuh konsultasi (Companion) dan beberapa contoh penggunaan robot nurse untuk
membantu perawat dalam manajemen asuhan keperawatan.  Penggunaan robot nurse dalam proses rehabilitasi
contohnya adalah penggunaan SAR (Socially Assistive Robotics) pada enam pasien rehabilitasi stroke and trauma brain
injury ringan untuk meningkatkan fungsi tubuh akibat lesion – induced hemiparesis dan hasilnya adalah terjadi interaksi
positif antara SAR dan user dalam meningkatkan fungsi organ bagian atas yang mengalami hemiparesis, namun untuk ini
masih akan diujicoba pada populasi yang lebih besar untuk mengatasi efek “novelty” (Maja Mataric,2004)

Robot  vs Perawat
Penggunaan robot perawat akan memberikan dampak yang sangat besar pada dunia keperawatan antara lain apabila terjadi
pergeseran fungsi perawat oleh para robot perawat ini akan membuat tenaga perawat menjadi murah sehingga penghasilan
perawat menjadi turun. Bahkan disebutkan di Jepang sudah mulai dilakukan standarisasi untuk para robot perawat ini supaya
lebih aman dan efektif (www.detiknet.com. 29 Maret 2009) serta untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja perawat dari luar
negeri,dalam hal ini berarti permasalahan dalam dunia keperawatan menjadilebih bertambah yaitu masalah lapangan kerja yang
akan semakin sempit karena tergeser oleh penggunaan robot.
Kemudian pemikiran lebih lanjut bahwa penggunaan robot perawat ini akan banyak memakan tempat, berapa centimeter space
yang diperlukan oleh robot perawat ini untuk masuk kerungan pasien,berdiri disamping tempat tidur pasien dan robot perawat ini
juga bisa saja meluncur tanpa kendali pada lantai yang licin. (Roger Napthine,1997).Namun robot tetaplah robot,bukan manusia.
Walaupun dirancang dengan sesempurna mungkin untuk dapat dipergunakan dengan aman,murah dan efesien tetaplah robot
memiliki banyak kekurangan antara lain:
a)      System error: terjadinya gangguan pada sistem yang mengatur perilaku robot mengakibatkan robot menjadi liar seperti
yang terjadi pada Waldo (robot perawat di California ang bertugas mendistribusikan obat obatan dari lantai ke lantai). Waldo tiba
tiba bertingkah liar sejak keluar dari ruang farmasi dan melukai seorang dokter yang sedang memeriksa pasien di radiasi
onkologi (Nursing standard vol 24 no 8,2009)
b)      Robot tidak memiliki sense of caring seperti layaknya manusia. Sebuah robot yang bertugas memberi makan pasien hanya
akan memberikan makanan pada pasien secara sabar sembari menunggu sampai 20 kunyahan, namun robot tidak bisa
menanyakan apakah rasa makanan enak,apakah ada kesulitan menelan dll (Roger Napthine,1997)
c)      Robot tidak mempunyai “sense of humor”. Robot disetting dengan tugas terntentu dan bereaksi terhadap sensor tertentu
sehingga robot tidak bisa membedakan antara instruksi dengan candaan. (Roger Napthine,1997)
     Dari beberapa keuntungan dan kerugian akan penggunaan robot perawat disini ada hal yang harus dipertimbangkan oleh
para pengelola rumah sakit saat akan mengganti tugas perawat dengan perawat robot bahwa asuhan keperawatan adalah
sebuah hubungan caring yang unik dan tidak tergantikan oleh sebuah mesin bernama robot perawat.

Profesional nurse
Komitmen moral
Konsep Menyeluruh
Kode Etik Keperawatan

Otonomi
Mandiri
Tanggung jawab
Tanggung Gugat

Nilai intelektual
Body of knowledge
Pendidikan berkelanjutan
Menggunakan pengetahuan dalam berfikir secara kritis
dan kreatif

Issue

Belum
jelas
faktanya

Saat ini

Dibicarak
an
banyak
orang

Issue dalam
pendidikan
keperawata

Issue dalam
pelayanan
keperawata
n
Issue
Umum
Kesehatan







Seleksi mahasiswa keperawatan
Menjamurnya STIKES tanpa standarisasi
Gap antara teori di kelas dan praktek di klinik
Lack of qualified Lecturer
Fasilitas laboratorium kurang memadai







Masih banyak perawat vokasional
Program pendidikan kesehatan belum adekuat
Kurang mampu dalam tim work
Kolaborasi secara profesional dengan dokter
Penggunaan teknologi modern belum maksimal

• Aborsi
• Eutanasia

Globalisasi keperawatan

Teknologi

Kehidupan
sosial anak

Express
Moving

Komunikasi

Peran
keluarga /
orangtua

Penyebara
n penyakit

Perubahan
kesehatan
yang
massive

Budaya
dan
fashion

Menyentuh
banyak
Aspek

PERSAINGAN SEMAKIN KETAT

Tantangan internal dan eksternal

Kurangnya
pengetahua
n

Ketakutan
dan
kepercayaa
n

Rasisme

Bias dan
etnosentris
me

Stereotipe,
perilaku

Ritual

Hambatan
bahasa

Perbedaan
dalam
persepsi
dan harapan

Bergerak
lebih cepat

Kesimpulan
Hubungan kolaborasi dokter dan perawat merupakan hal yang sangat penting. Perspektif yang berbeda dari
dokter dan perawat dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan
teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang
dapat timbul jika hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American Nurses Credentialing
Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan bahwa hubungan dokter dengan perawat
bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang dialami pasien.
Inti sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka
terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit
nampaknya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi
khususnya dengan dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis
yang juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan meliputi proses
keperawatan
Disamping itu hasil wawancara seorang penulis dengan beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan
swasta, mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya
pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai
asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang mendukung.
Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat
upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta
menghambat upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi (Muharamiatul, 2012). Dan
Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama dalam memberikan kualitas atau