PENGARUH LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMEROL

PENGARUH LINGKUNGAN BAHASA
DALAM PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA
Nur Lailatul Fajariani
130210402053
Mahasiswi PBSI Universitas Jember
Abstrak : Semua manusia pasti berkomunikasi dan berinteraksi dengan
manusia lain dengan bahasa yang berbeda. Lingkungan memiliki pengaruh
besar terhadap pemerolehan bahasa terlebih terhadap bahasa kedua.
Pemerolehan bahasa kedua tidak seperti pemerolehan bahasa pertama
karena pemerolehan bahasa kedua dipelajari secara sadar dengan melalui
belajar dari lingkungan formal ataupun lingkungan informal pembelajar
bahasa.
Kata Kunci : lingkungan bahasa, pemerolehan bahasa kedua
PENDAHULUAN
Bahasa selalu ada bersama dengan manusia. Ungkapan itu, bukan sekedar
ungkapan tanpa dasar. Dasar tersebut memiliki arti bahwa bahasa merupakan
sarana komunikasi antar-manusia. Bahkan dapat pula dikatakan tanpa ada
manusia lain pun seseorang dapat berbahasa. Manusia dapat berpikir dalam
lamunannya dan dalam mimpinya sehingga dasar yang paling utama sebenarnya
adalah bahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia.
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses manusia

mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan
kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai
kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang
diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada
bahasa isyarat.
Pemerolehan bahasa dikategorikan menjadi dua yaitu pemerolehan bahasa
pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa pertama sering
dikenal dengan bahasa ibu. Dalam pemerolehan bahasa pertama diperoleh anak
pertama kali dengan cara meniru bahasa pertama kali di keluarganya, pada proses
ini sang anak tanpa sadar bahwa dia mempelajari bahasanya. Setelah menguasai

1

bahasa pertama seseorang dalam proses selanjutnya pasti memerlukan komunikasi
yang lebih luas, kedunia luar dan guna mengembangkan kehidupannya. Oleh
karena itu seseorang akan berusaha untuk belajar bahasa kedua. Bahasa kedua di
peroleh

dipelajari dengan sadar, sedangkan pemerolehan bahasa pertama


diperoleh sang anak tanpa sadar dari kesehariannya bersama keluarganya.
Pemerolehan keduanya lebih kepada proses pemahaman bahasa belajar secara
sadar.
Dalam pemerolehan bahasa kedua terdapat banyak faktor dan strategi dalam
pemerolehan dan penguasaannya. Selain itu, masih ada faktor yang begitu
memengaruhi pemerolehan bahasa kedua yang dilakukan oleh manusia. Faktor
tersebut

merupakan

faktor

lingkungan

yang

dapat

berpengaruh


dalam

pemerolehan bahasa.
Lingkungan Bahasa
Lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh
pembelajar terkait dengan bahasa kedua yang sedang dipelajari. Menurut Nurhadi
dan Roekhan (1990) lingkungan secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam
lingkungan formal dan lingkungan informal.
Lingkungan formal adalah salah satu lingkungan belajar bahasa yang
memfokuskan pada penguasaan kaidah atau aturan-aturan bahasa secara sadar
dalam bahasa target (Dulay dan Ellis dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990: 118).
lingkungan informal ialah lingkungan atau tempat berkumpulnya individu satu
dengan individu lainnya dalam satu lingkungan, baik dalam lingkungan keluarga,
teman dan sebagainya tanpa ada keterkaitan kaidah-kaidah bahasa hanya dengan
percakapan yang didengar ataupun yang diujarkan oleh orang lain.
Dua cara pemerolehan bahasa kedua bagi orang dewasa menurut Krasen
(dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990: 108) yaitu dengan jalan belajar langsung
secara informal seperti anak kecil yang mempelajari bahasa ibunya. Sedangkan
yang kedua berlangsung secara formal di dalam kelas dan menyangkut kaidahkaidah tata bahasa. Cara yang pertama dinamakan ‘pemerolehan’ (acquisition)
dan yang kedua dinamakan ‘pembelajaran’ (learning).


2

Ciri-Ciri Pembelajaran Bahasa
1) Berfokus pada bentuk-bentuk bahasa
2) Keberhasilan didasarkan pada penguasaan bentuk-bentuk bahasa
3) Pembelajaran ditekankan pada tipe-tipe bentuk dan struktur bahasa,
aktivitas dibawah perintah guru
4) Koreksi kesalahan sangat penting untuk mencapai tingkah penguasaan
5) Belajar

merupakan

proses

sadar

untuk

menghafal kaidah, bentuk, dan struktur

6) Penekanan

pada

kemampuan

produksi

mungkin dihasilkan dari ketertarikan pada tahap awal.
Ciri-Ciri Pemerolehan Bahasa
1) Berfokus pada komunikasi penuh makna
2) Keberhasilan didasarkan pada penggunaan bahasa untuk melaksanakan
sesuatu
3) Materi ditekankan pada ide dan minat anak aktivitas berpusat pada anak
4) Kesalahan merupakan hal yang wajar
5) Pemerolehan merupakan proses bawah sadar dan terjadi melalui
pemajanan dan masukan yang dapat dipahami anak
6) Penekanan

pada


tumbuhnya

kecakapan

bahasa

secara

alamiah

Perbandingan Pembelajaran Bahasa dengan Pemerolehan Bahasa
Ragam Pemerolehan Bahasa

3

Ragam pemerolehan bahasa dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang,
yaitu berdasarkan bentuk, urutan, jumlah, media, dan keasliannya. Dalam
pengertiannya semua istilah itu ternyata hampir sama. Di dalam literatur keduanya
sering dipakai berganti-ganti untuk maksud dan pengertian yang sama. Dalam

bahasa satu tercakup istilah bahasa pertama, bahasa asli, bahasa ibu, bahasa
utama, dan bahasa kuat. Dalam bahasa dua tercakup bahasa kedua, bukan bahasa
asli, bahasa asing, bahasa kedua, dan bahasa lemah. Masih ada beberapa istilah
lagi yaitu bahasa untuk komunikasi luas, bahasa baku, bahasa regional, bahasa
nasional, bahasa resmi, bahasa modern, dan bahasa klasik.
1.

Berdasarkan bentuk terdapat 3 ragam pemerolehan bahasa, yaitu sebagai
berikut.
a. Pemerolehan bahasa pertama yaitu bahasa yang pertama diperoleh
sejak lahir
b. Pemerolehan bahasa kedua yaitu bahasa kedua yang diperoleh setelah
bahasa pertama diperoleh.
c. Pemerolehan-ulang yaitu yaitu bahasa yang dulu pernah diperoleh kini
diperoleh kembali karena alasan tertentu.

2.

Berdasarkan urutan terdapat 2 ragam pemerolehan bahasa, yaitu sebagai
berikut.

a. Pemerolehan bahasa kedua serentak
b. Pemerolehan bahasa kedua berurutan

3. Berdasarkan jumlah terdapat 2 ragam pemerolehan bahasa yaitu sebagai
berikut.
a. Pemerolehan satu bahasa yaitu pemerolehan bahasa pada lingkungan
yang hanya terdapat satu bahasa secara luas.
b. Pemerolehan dua bahasa yaitu pemerolehan bahasa pada lingkungan
yang terdapat lebih dari satu bahasa secara luas
4. Berdasarkan media terdapat 2 ragam pemerolehan bahasa yaitu sebagai
berikut.
a. Pemerolehan bahasa lisan yaitu bahasa yang diucapkan oleh
penuturnya.

4

b. Pemerolehan bahasa tulis yaitu bahasa yang dituliskan, oleh
penuturnya
5. Berdasarkan keaslian terdapat 2 ragam pemerolehan bahasa, yaitu sebagai
berikut.

a. Pemerolehan bahasa asli yaitu bahasa yang digunakan sebagai alat
komunikasi penduduk asli.
b. Pemerolehan bahasa asing yaitu bahasa yang digunakan oleh para
pendatang atau bahasa yang memang didatangkan untuk dipelajari
Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa kedua atau disingkat PB2, adalah studi yang membahas
tentang bagaimana bahasa kedua dipelajari oleh individu, dengan kata lain yaitu
studi tentang akuisisi atau pemerolehan bahasa selain bahasa ibu. Bahasa non
primer atau tambahan tersebut dinamakan bahasa kedua (B2), walaupun bahasa
tersebut adalah bahasa lain yang kedua, ketiga, keempat, ataupun kesepuluh yang
sedang dipelajari. Bahasa kedua yang dipelajari disebut bahasa target (BT).
Bahasa target tersebut tidak dibatasi atas bahasa asing, daerah, ataupun nasional.
Para ahli bahasa pertama kali melakukan penelitian PB2 melalui disiplin
ilmu Linguistik lalu berkembang ke bidang ilmu Psikologi. Dari ilmu linguistik
didapat beberapa metode analisis kontrastif, analisis eror, interbahasa, dan urutan
morfem. Lalu, dari bidang psikologi didapat teori mengenai hubungan otak dan
bahasa, proses internal pembelajaran bahasa kedua, dan motif-motif yang
mempengaruhi

penguasaan


B2.

Teori-teori

dari

ilmu

PB2

selanjutnya

dimanfaatkan untuk menemukan strategi dalam bidang pengajaran bahasa.
Menurut Ghazali (2000 : 11) pemerolehan bahasa kedua mengacu kepada
proses pemerolehan bahasa yang terjadi setelah seseorang memperoleh bahasa
pertamanya atau bahasa ibunya. Jika terdapat seorang anak yang belajar bahasa
Jawa sebagai bahasa pertamanya, kemudian ia belajar bahasa Indonesia, maka
bahasa Indonesia adalah bahasa kedua baginya. Bahasa Indonesia dianggap
sebagai bahasa kedua bagi anak tersebut karena bahasa Indonesia juga

dipergunakan sebagai bahasa komunikasi di lingkungan anak.

5

Hipotesis Pemerolehan Bahasa Kedua
Menurut Tarigan (1984 : 127) ada lima hipotesis mengenai pemerolehan
bahasa kedua, yaitu.

1.

Hipotesis Pembedaan Pemerolehan dan Belajar
Pembedaan pemerolehan dengan belajar barangkali merupakan yang
paling fundamental dari semua hipotesis. Hipotesis ini menyatakan bahwa
orang dewasa mempunyai dua cara yang berbeda, berdikari dan mandiri
mengenai pengembangan kompetensi dalam suatu bahasa kedua. Cara
yang pertama adaalah “pemerolehan” bahasa yang merupakan proses
bersamaan, kalau tidak identik atau sama betul dengan cara anak-anak
mngembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan
bahasa merupakan proses bawah sadar, para pemeroleh bahasa tidak selalu
sadar

akan

kenyataan

bahwa

mereka

memakai

bahasa

untuk

berkomunikasi. Hasil atau akibat pemerolehan bahasa, kompetensi yang
diperoleh, juga merupakan bawah sadar. Pada umumnya, tidak menyadari
benar-benar kaidah-kaidah bahasa yang sudah diperoleh. Terkadang, hanya
memiliki suatu “perasaan” bagi kebenaran. Kalimat-kalimat gramatikal
“terdengar” atau “terasa” benar dan kesalahan-kesalahan terasa salah,
sekalipun secara sadar tidak mengetahui kaidah yang telah dilanggar.
Cara-cara lain memberikan pemerolehan termasuk belajar implisit, belajar
informal dan belajar alamiah. Dalam bahasa nonteknis, pemerolehan
:memungut” bahasa.
Cara kedua untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua
yaitu dengan “belajar” bahasa. Istilah “belajar” bahasa mengacu kepada
pengetahuan yang sadar terhadap bahasa kedua, mengetaui kaidah-kaidah,
menyadari kaidah-kaidah tersebut, dan mampu berbicara mengetahui
kaidah-kaidah itu. Dalam istilah-istilah non-teknis, belajar adalah
“mengetahui atau tahu tentang” bahasa, yang oleh umum dikenal sebagai

6

“tatabahasa” atau “kaidah-kaidah” bahasa. Beberapa sinonim mencakup
pengetahuan formal mengenai suatu bahasa, atau belajar eksplisit.
Beberapa pakar teori bahasa kedua beranggapan bahwa anak-anak
memperoleh, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan
tetapi hipotesis pemerolehan belajar menuntut bahwa orang-orang dewasa
juga memperoleh, bahwa kemampuan “memungut” bahasa bahasa tidaklah
hilang pada masa puber. Ini berarti bahwa orang dewasa akan selalu
mampu merasakan tingkat-tingkat mirip-pribumi pembicara asli dalam
bahasa kedua. Ini berarti bahwa orang-orang dewasa dapat memanfaatkan
“sarana pemerolehan bahasa” alamiah yang sama seperti yang dipakai
anak-anak.
2.

Hipotesis Urutan Alamiah
Salah satu dari penemuan-penemuan yang paling mengasikkan dan
paling menggairahkan dalam penelitian pemerolehan bahasa tahun-tahun
terakhir ini adalah penemuan bahwa pemerolehan struktur-struktur
gramatikal tertentu terlebih dahulu, dan yang lain-lainnya baru kemudian.
Persesuaian antara para pemeroleh secara individual tidak selalu seratus
prosen, tetapi jelas terdapat persamaan-persamaan yang nyata, yang
signifikan secara statistik.
Aneka telaah yang menunjang hipotesis urutan alamiah hanya
menunjukkan dimana struktur-struktur yang matang atau teratur rapi
muncul. Telaah-telaah lainnya mengungkapkan atau menyingkapkan jalan
yang ditempuh oleh para pemeroleh, jalan yang harus dikuasai sebaik
mungkin. Bentuk-bentuk transisi telah pula diperiksa bagi bahasa-bahasa
lainnya dan bagi struktur-struktur lainnya. Tahap-tahap bagi bahasa
sasaran tertentu kelihatan atau terlihat sama dengan sangat mencolok
dengan bahasa pertama sang pemeroleh (walaupun bahasa pertama
tertentu mungkin mempengaruhi tempo atau lamanya tahap-tahap tertentu,
Cf Schumann, 1979 dalam buku Tarigan 1984). Uniformitas atau

7

keragaman ini dianggap mencerminkan operasi proses pemerolehan
bahasa alamiah yang merupakan bagian dari bahasa.
3.

Hipotesis Monitor
Walaupun hipotesis pembedaan pemerolehan-belajar menuntut dua
proses terpisah yang hidup berdampingan pada orang dewasa, tetapi
hipotesis itu tidak menyatakan bagaimana cara pemakaian keduanya dalam
performansi bahasa kedua. Hipotesis monitor mengemukakan serta
menjelaskan bahwa “pemerolehan” dan “belajar” dipakai dengan cara
yang amat khas. Biasanya pemerolehan “memprakarsai” ucapan-ucapan
dalam bahasa kedua dan juga bertanggung-jawab atas kelancaran dan
kefasihannya. Belajar hanya mempunyai satu fungsi, yaitu sebagai
“monitor” atau “editor” sebagai “pemantau” atau “penyunting”. Belajar
hanya berperan membuat perubahan-perubahan dalam bentuk ujran setelah
“dihasilkan” oleh sistem yang diperoleh dan diinginkan. Ini dapat terjadi
waktu berbicara/menulis atau sesudahnya.
Tiga Tipe Perilaku atau “Performer”
a. Pemakai Monitor yang Berlebihan
b.

Pemakai Monitor yang Kurang

c. Pemakai Monitor yang Optimal
4.

Hipotesis Masukan
Ada dua hal yang menarik mengenai hipotesis masuka ini, yaitu : (1)
banyak dari bahan ini relative baru,sedangkan hipotesis-hipotesis lainya
telah diberikan dan didiskusikan dalam beberapa buku dan makalah; dan
(2) hipotesis ini penting baik secara teoritis dan praktis. Hipotesis masukan
berupaya menjawab apa yang barangkali merupakan masalah paling
penting dalam bidang ini, dan memberikan suatu jawaban yang mempunyai
pengaruh yang kuat pada semua bidang pengajaran bahasa.
Bagian-bagian Hipotesis Masukan:

8

a. Kemampuan berproduksi muncul, tidak diajarkan secara langsung
b. Kalau komunikasi berhasil, masukan terpahami, dan cukup, i + 1
tersedia secara otomatis
c. HM berhubungan dengan pemerolehan, bukan dengan Belajar
d. Diperoleh dengan pemahaman bahasa yang mengandung struktur
disekitar i + 1
Penunjang Hipotesis Masukan:
a. Pemerolehan Bahasa Pertama pada Anak
b. Penelitian/Riset linguistik terapan
c. Kerugian dan keuntungan (kelemahan dan keunggulan) pemakain
kaidah B1
d. Fakta-fakta dari PB2 : periode tenang dan pengaruh B1
e. Fakta-fakta dari PB2 : sandi sandi sederhana
Faktor penunjang kedua bagi hipotesis masukan adalah berupa “faktafakta dari pemerolehan bahasa kedua, berupa sandi-sandi sederhana
“Hipotesis masukan juga menarik bagi pemerolehan bahasa kedua, anakanak atau orang dewasa, juga merupakan “pemerolehan”, persis seperti
sang anak memperoleh bahasa pertama.
5.

Hipotesis Saringan Afektif
Dalam Tarigan (1984 : 144) konsep saringan afektif dikemukakan oleh
Dulay & Burt (1997) dan konsisten dengan karya teoritis yang dilakukan
dalam bidang variable-variabel afektif dan pemerolehan bahasa kedua.
Penelitian selama decade terakhir telah menegaskan serta memperkuat
bahwa variable afektif berhubungan erat dengan keberhasilan dalam
pemerolehan bahasa kedua. Kebanyakan yang telah ditelaah itu dapat
dimasukan pada salah satu kategori, yaitu:
MOTIVASI adalah para pembelajar yang bermotivasi tinggi pada
umumnya berbuat lebih baik dalam PB2 (biasanya,tetapi tidak
selaluh,”integrative”).
9

KEGELISAHAN adalah para pembelajar yang memiliki kegelisahan
rendah mengakibatkan atau mendatangkan hasil yang lebih baik PB2, baik
yang diukur sebagai pribadi ataupun kegelisahan kelas
Para pembelajar yang mempunyai kepercayaan pada diri sendiri dan
imaji, diri sendiri yang baik, cenderung berbuat lebih baik dalam PB2.
Hipotesis Saringan Afektif menuntut bahwa efek atau pengaruh “afe” atau
“kepura-puraan” atau “yang dibuat-buat” memang berada “diluar” sarana
pemerolehan bahasa yang wajar.
Strategi Pemerolehan Bahasa Kedua
Ada tiga komponen yang menentukan proses pemerolehan bahasa yaitu
prospensity (kecenderungan), language faculty, (kemampuan berbahasa), dan
acces (jalan masuk) ke bahasa.
Strategi pemerolehan bahasa kedua sebagai berikut :
1. Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa
pertama mereka, melainkan bahasa kedua, atau ketiga.
2. Pengenalan/penguasaan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui proses
pemerolehan atau proses belajar.
3. Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi
tak formal dengan orang tua dan/atau teman sebaya, tanpa bimbingan.
4. Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif,
ada bimbingan, dan dilakukan dengan sadar.
5. Bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) didapat bersama-sama atau
dalam waktu berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda, bahasa
kedua (B2) didapat pada usia prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar.
6. Bahasa kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan bahasa pertama (B1) dan
bahasa kedua (B2). Jika diperoleh di lingkungan bahasa pertama, bahasa
10

kedua dipelajari melalui proses belajar formal. Jika didapat di lingkungan
bahasa kedua, bahasa kedua didapat melalui interaksi tidak formal, melalui
keluarga, atau anggota masyarakat Bahasa Kedua.
Terdapat dua cara pemerolehan bahasa kedua, yaitu pemerolehan
bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara
alamiah sebagai berikut.
1. Pemerolehan

bahasa

kedua

secara

terpimpin

yaitu

pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan
menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada
kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategiyang dipakai
oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok
bagi siswanya.
2. Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan
bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari,
bebas dari pengajaran atau pimpinan dan guru. Tidak ada
keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua
dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi
bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari
pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan
ialah

terjadi

dalam

komunikasi

sehari-hari,

dan

bebas

dari pimpinan sistematis yang sengaja.
Keberhasilan belajar bahasa kedua, menurut pakar bahasa, dipengaruhi oleh
strategi yang digunakan pembelajar, yakni.
1) Verifikasi, adalah mengecek apakah hhipotesis mereka tentang bahasa
tersebut benar.
2) Pemrosesan induktif, yakni menyusun hipotesis tentang bahasa kedua
dengan dasar pengetahuan mereka pada bahasa pertama
11

3) Alasan deduktif, yakni menggunakan logika umum dalam memecahkan
masalah
4) Praktik, yakni kegiatan mengulang, berlatih, dan menirukan.
5) Memorasi atau mengingat, yakni strategi pengulangan untuk tujuan
menguatkan penyimpanan dan pengambilan (storage and retrieval)
6) Monitoring, yakni berani membuat kesalahan dan memberi perhatian pada
bagaimana pesan diterima oleh penutur.

Pengaruh Lingkungan Bahasa Dalam Pemerolehan Bahasa Kedua
a. Pengaruh Lingkungan Formal
Krashen (1983: 40) dikutip oleh Roekhan pada Nurhadi dan Roekhan
(1990: 118) menegaskan, bahwa lingkungan formal memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Bersifat artifisial
2. Didalamnya pembelajar bahasa diarahkan untuk melakukan aktifitas
bahasa yang menampilkan kaidah-kaidah bahasa yang telah
dipelajarinya, dan diberikannya balikan oleh guru yang berupa
pelacakan kesalalan atau koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan
oleh pembelajar, dan
3. Merupakan bagian dari keseluruhan pengajaran bahasa di sekolah
(kelas)
Ketika pembelajaran berfokus pada isi, lingkungan formal tidak
memengaruhi urutan. Tetapi ketika pembelajar memiliki kesempatan
melakukan monitor, urutan terpengaruh. Koreksi, perluasan, dan
frekuensi berpengaruh pada peningatan profisiensi bahasa pembelajar,
walaupun sangat kecil. Untuk itu, pembelajaran bahasa di dalam kelas
selain harus mengenalkan pada fungsi-fungsi dan ragam-ragam yang
12

sesuai dengan fungsinya, serta membawanya pada suasana kegiatan
berbahasa yang nyata, juga harus menyadarkan pembelajar akan
kaidah-kaidah bahasa. Sebab, hanya dengan penggunaan kaidah
bahasa, pemerolehan bahasa pembelajar dapat mencapai tingkat yang
optimal.
Ada tiga hal yang dianggap sangat penting dan mendasar dalam
proses belajar bahasa dalam lingkungan formal, yaitu:
a. Belajar bahasa adalah orang
b. Belajar bahasa adalah orang-orang dalam interaksi dinamis
c. Belajar bahasa adalah orang-orang dalam responsi.
b. Pengaruh Lingkungan Informal
Lingkungan informal terjadi secara alami. Yang tergolong lingkungan
informal adalah bahasa yang dipakai kawan sebaya, bahasa pengasuh atau
orang tua, bahasa yang dipakai anggota kelompok etnis pembelajar, bahasa
yang dipakai di media cetak atau elektronika (koran, buku, televisi, atau
radio), dan bahasa yang dipakai guru dalam proses belajar-mengajar di
kelas bahasa maupun bukan bahasa. Sehubungan dengan itu, ada empat
hal dari lingkungan bahasa yang berpengaruh dalam pemerolehan bahasa,
yaitu :
a. Sifat alami bahasa sasaran
b. Cara pembelajar dalam berkomunikasi
c. Persediaan acuan kongkrit; dan
d. Model bahasa sasaran
Dalam lingkungan bahasa yang bersifat alami, titik berat
komunikasi adalah isi pesan, bukan bentuk linguistiknya.
Beberapa hal yang perlu diketahui menyangkut lingkungan
informal dalam pemerolehan bahasa kedua sebagai berikut.

13

a. Lingkungan kawan sebaya memiliki pengaruh lebih besar
dibandingkan orang tua dan guru dalam pemerolehan bahasa
kedua.
b. Program celup (immersion program) akan lebih berhasil bila
menyediakan penutur asli sebagai kawan sebaya pembelajar.
c. Terdapat kemiripan antara bahasa pengasuh, bahasa guru, dan
bahasa penutur asing
d. Bahasa guru berpengaruh pada pemerolehan bahasa kedua,
sedangkan bahasa orang tua atau pengasuh lebih banyak berperan
pada pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibunya.
e. Bahasa penutur asing secara implisit juga hadir sebagai model
pengajaran bahasa kedua.
f. Bahasa kawan sebaya, orang tua, guru, dan penutur asing
merupakan lingkungan informal yang mampu menjadi data input
yang baik dan abstraksinya yang berupa aturan-aturan linguistik
dapat dipakai sebagai bahan monitor, dan
g. Dalam pemerolehan bahasa kedua pengaruh lingkungan informal
perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh selain lingkungan
formal.
PENUTUP
Lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat oleh
pembelajar terkait dengan bahasa kedua yang sedang dipelajari. Lingkungan
dikelompokkan ke dalam lingkungan formal dan lingkungan informal.
Ragam pemerolehan bahasa dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, yaitu
berdasarkan bentuk, urutan, jumlah, media, dan keasliannya. Pemerolehan bahasa
kedua mengacu kepada proses pemerolehan bahasa yang terjadi setelah seseorang
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Ada lima hipotesis mengenai
pemerolehan bahasa kedua, yaitu hipotesis pembedaan pemerolehan dan belajar,
hipotesis urutan alamiah, hipotesis monitor, hipotesis masukan dan hipotesis

14

saringan afektif. Terdapat dua cara pemerolehan bahasa kedua, yaitu pemerolehan
bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah.
Pengaruh lingkungan formal masih berpengaruh terhadap pemerolehan
bahasa kedua, walau sangat samar. Sedangkan lingkungan informal lebih
berpengaruh dalam pemerolehan bahasa kedua.

15

Daftar Pustaka
Ghazali, Syukur. 2000. Pemerolehan Dan Pengajaran Bahasa Kedua. Jakarta :
Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah
http://id.wikipedia.org/wiki [Rabu, 03 Juni 2015]
http://kbbi.web.id [Rabu, 03 Juni 2015]
Nurhadi dan Roekhan. 1990. Dimensi-Dimensi Dalam Belajar Bahasa Kedua.
Bandung: Sinar Baru Bandung.
Rampung, Bone. 2012. Lingkungan Bahasa. http://bone-rampung.blogspot.com
[Rabu, 10 Juni 2015]
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung :
Penerbit Angkasa

16