PRODUKSI BENIH DI LAPANG TANAMAN TERONG
PRODUKSI BENIH DI LAPANG TANAMAN TERONG (Solaum
melongena)
Yulindar Utami Ningsih
201410200311064
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang
Telp. (0341) 464318 Fax: +62 341 460782 Website: www.umm.ac.id
ABSTRAK
Tanaman terung ialah tumbuhan hijau yang sering
ditanam secara tahunan. Secara umum ciri fisik terung
tidak jauh berbeda dari karakter terung pada umumnya
seperti, bentuk bulat/lonjong, panjang, berkulit mulus,
dengan kaliks (tangkai buah) yang besar sesuai ukuran
buahnya. Produksi yang semakin menurun disebabkan
oleh penggunaan benih yang tidak memiliki kualitas
baik. Untuk mendapatkan kemurnian benih terong
yang akan dihasilkan hendaknya dilakukan roguing.
Rouging adalah proses pemeriksaan kondisi tanaman
dilapangan dan pembuangan tanaman yang tidak
dikehendaki. Sehingga dihasilkan benih yang murti
tanpa adanya campuran dari benih-benih lain. Untuk
mempercepat perkembangan, ketersediaan benih yang
memadai dari varietas unggul yang sudah dilepas
merupakan kunsi keberhasian. Hal ini karena melalui
varietas yang unggul dapat diperoleh hasil yang baik.
Kata Kunci : Rouging, terong, benih
1. PENDAHULUAN
Tanaman terung termasuk salah satu
jenis sayuran buah yang banyak digemari oleh
berbagai kalangan karena mengandung kalsium,
protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin
B, vitamin C, fosfor, dan zat besi. Buah terong
dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk
berbagai macam sayur atau lalapan, yang juga
mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya
lengkap. Tanaman terung ialah tumbuhan hijau
yang sering ditanam secara tahunan. Secara
umum ciri fisik terung tidak jauh berbeda dari
karakter terung pada umumnya seperti, bentuk
bulat/lonjong, panjang, berkulit mulus, dengan
kaliks (tangkai buah) yang besar sesuai ukuran
buahnya. Batangnya biasanya berduri, warna
bunganya antara putih hingga ungu, dengan
mahkota yang memiliki lima lobus dan benang
sarinya berwarna kuning. Tanaman terung sangat
mudah
dibudidayakan
dan
tidak
perlu
penanganan yang rumit. Dengan demikian,
tanaman terung dapat hidup di dataran rendah
dan tinggi.
Di Indonesia hasil buah terung rata-rata
yaitu 32,64 - 34,11 kwintal/hektar, padahal untuk
luasan satu hektar dapat dihasilkan 30 ton terong
[3]. Terong merupakan bahan sayuran yang
cukup menjanjikan prospek untuk diusahakan,
tetapi saat ini produktivitas terong masih sangat
rendah (BSN, 2004). Rendahnya produktivitas
tanaman terung salah satunya disebabkan dalam
budidaya tanaman terung,
petani biasanya
menggunakan benih yang ditanaman secara
turun-temurun, sehingga produksi tidak dapat
optimal. Mempertahankan mutu benih dengan
cara menjaga kemurnian benih meruakan salah
satu langkah yang dapat menjaga kualitas benih.
Mutu benih yang berasal dari varitas unggul
ditanam bermutu (asli, murni, vigor, bersih dan
sehat) mampu mendukung peningkatan produksi
benih.
Menurut
[7],
Produksi
benih
membutuhkan perhatian khusus. Hal tersebut
dikarenakan terdapat perbedaan hasil benih pada
daerah
penanaman yang berbeda. Dalam
produksi benih, dilakukan isolasi jarak minimal
201 m dan pemotongan bunga jantan pada tetua
betina
(detasseling)
untuk mendapatkan
kemurnian benih hingga 99 % atau lebih. Untuk
mendapatkan kemurnian yang akan dihasilkan
hendaknya dilakukan roguing.
Rouging adalah proses pemeriksaan
kondisi tanaman dilapangan dan pembuangan
tanaman yang tidak dikehendaki, yang memiliki
cirri berbeda yaitu gulma, tanaman species lain,
tanaman varietas lain dalam satu spesies dan
tanaman tipe simpang (off type). Tanamantanaman ini disebut sebagai rogues yang tidak
1
dapat diterima kehadirannya di areal usaha
produksi benih karena benihnya akan mengotori
produk benih yang akan dipanen karena ukuran
dan bentuknya sangat mirip sehingga tidak dapat
dipisahkan atau dikenali. Rouging dilaksanakan
terhadap tanaman species lain, tanaman varietas
lain, tanaman tipe simpang, dan gulma berbahaya
dengan tujuan menjaga kemurnian benih
sehingga persyaratan benih dapat terpenuhi [2].
Untuk mempercepat perkembangan,
ketersediaan benih yang memadai dari varietas
unggul yang sudah dilepas merupakan kunsi
keberhasian. Hal ini karena melalui varietas yang
unggul dapat diperoleh hasil yang baik. Dilihat
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Untuk itu
pengetahuan mengenai benih lapang sangat
membant dalam menghasilkan benih terong yang
bermutu tinggi sehingga mampu meningkatkan
produksi.
2. METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan di Lahan
Terpadu
Fakultas
Pertanian
Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang dari bulan
Oktober hingga Desember 2017.
Adapun alat yang digunakan selama
praktikum ialah seedbox, gembor, cangkul, dan
plang. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi
benih tanaman terong (Solanum melongena) ,
media penyemaian, pupuk (SP 36, NPK), dan
pupuk kandang.
Praktikum produksi benih di lapang
tanaman terong dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan penyemaian untuk mendapatkan bibit
terong yang seragan dan siap tanam di lapang.
Penyemaian dilakukan didalam seedbox selama
16 hari atau hingga tanaman telah memiliki 3-4
helai daun sejati. Kemudian bibit terong di
transplanting atau dipindah tanamkan di lahan
lapang. Selama pertumbuhan, tanaman terong
diberi
perawatan
berupa
penyiraman,
penyiangan,roguing dan pemupukan. Pemupukan
dilakukan sebanyak dua kali yakni pada 1
minggu setelah transplanting dan pemupukan ke
dua dilakukan ketika tanaman mendekati fase
pertumbuhan generatifnya. Pengamatan yang
dilakukan meliputi fase vegetatif (tinggi tanaman,
jumlah daun, dan jumlah cabang), pengamatan
fase generatif (waktu awal berbunga, berbunga
50% dan 75 % dari seluruh jumlah tanaman),
jumlah bunga, dan jumlah buah. Serta
pengamatan rouging, rouging dilakukan untuk
membuang tanaman yang tidak dikehendaki dari
tanaman pokok.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil dari praktikum ini disajikan dalam
bentuk tabel, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Fase Vegetatif Tinggi Tanaman Terong (Solanum melongna) (cm)
Minggu
ke1
2
3
4
5
6
7
8
RataRata
1
4
5,1
6,9
9,7
12
15,5
17
19,3
2
3
7
8,2
9
10,2
15,2
20,4
23,5
3
3
4,7
6
7,8
13
15,9
18
21,5
Tinggi Tanaman
Tanaman ke
4
5
6
3
2,5
4
5
4
5,8
7,8
4,8
8,3
8,9
6
10
11,2
6,4
12,3
20,5
7
16,8
22,3
8
20,5
24
10,5
25
11,19
12,06
11,24
12,84
6,15
12,84
7
2,8
3,5
5
8
9,3
10,2
15,8
18,5
8
4
6
8
9,7
10,2
14
18
22
9
2,5
3,9
4,8
6,2
9,3
11
12,3
13,5
9,14
11,49
7,94
2
Tabel 2. Fase Vegetatif Jumlah Daun Tanaman Terong (Solanum melongna) (buah)
Minggu
ke1
2
3
4
5
6
7
8
RataTata
Jumlah Daun (buah)
Tanaman ke
4
5
6
3
3
3
3
3
3
6
3
8
8
3
10
10
4
14
16
6
19
19
8
25
25
12
30
1
3
3
5
8
10
14
17
22
2
3
6
8
12
15
18
22
25
3
3
3
5
7
10
14
17
24
10,25
13,63
10,38
11,25
5,25
14,00
7
3
3
5
7
9
10
14
21
8
3
3
4
8
10
12
16
22
9
3
3
3
4
6
7
10
15
9,00
9,75
6,38
7
0
0
1
1
2
3
3
4
8
0
1
1
2
2
3
3
4
1,75
2,00
Tabel 3. Fase Vegetatif Jumlah Cabang Tanaman Terong (Solanum melongna) (buah)
Minggu
ke1
2
3
4
5
6
7
8
RataTata
1
0
1
1
2
2
2
3
3
1,75
Jumlah Cabang (buah)
Tanaman ke
4
5
6
0
0
0
1
0
1
1
1
1
2
1
2
2
2
3
3
2
4
3
3
4
4
3
5
2
0
1
1
1
2
3
4
4
3
0
1
1
2
2
3
4
5
2,00
2,25
2,00
1,50
2,50
9
0
0
1
1
1
2
3
4
1,50
Tabel 4. Fase Generatif Pertumbuhan Tanamna Terong Solanum melongna
Tanaman ke
Parameter
Awal
Berbunga
(MST)
Berbunga 50%
Berbunga 75%
Jumlah
Bunga/Tanam
an
1
2
-
-
-
-
-
-
3
5
6
7
8
9
6 MST 6 MST
-
5 MST
-
7 MST
-
7 MST 6 MST
8 MST 7 MST
-
6 MST
7 MST
-
7 MST
8 MST
-
-
6
-
1
-
1
4
1
3
Tabel 5. Pengamatan Rouging Tanaman Terong (Solanum melongna)
Minggu
ke-
Komoditas
Jumlah
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
Terong
(Solanum
melongena)
9
Fase Vegetative
Pengamatan fase vegetatif tanaman
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah
cabang. Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman
seperti pada Tabel 1. menunjukkan bahwa rerata
tinggi tanaman berbeda-beda antara tanaman
terong satu dengan yang lain. Rata-tara tanaman
terong tertinggi terdapat pada sampel tanaman
ke-6 dengan tingggi 12,84 cm, sedangkan tinggi
tanaman terendah terdapat pada tanaman ke-9
dengan rata-rata tinggi 7,94 cm. Pada
pengamatan fase vegetative jumlah daun seperti
pada Tabel 2. tanaman terong yang memiliki
jumlah helai daun terbanyak ialah tanaman
tanaman ke-6 dan tanaman dengan helai daun
terendah ialah tanaman ke-9. Sedangkan pada
pengamatan fase vegetatif jumlah cabang,
tanaman terong yang memiliki jumlah cabang
terbanyak ialah tanaman ke-6 dan tanaman yang
memiliki jumlah cabang terendang ialah tanaman
ke-9. Batang tanaman terung dibedakan menjadi
dua macam, yaitu batang utama (batang primer)
dan percabangan (batang sekunder). Batang
utama merupakan penyangga berdirinya tanaman,
sedangkan percabangan adalah bagian tanaman
yang akan mengeluarkan bunga [5]. Data tersebut
menunjukkan bahwa masing-masing tanaman
memberikan respon yang berbeda terhadap
pertumbuhannya. Menurut [1] faktor genetik
yang mempengaruhi vigor benih adalah pola
dasar perkecambahan dan pertumbuhan yang
merupakan bawaan genetik dan berbeda antara
satu spesies dan spesies lain. Selain dipengaruhi
oleh faktor genetik, pertumbuhan tanaman juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Hal ini
Jumlah
Tanaman of
Type
-
Jumlah
Tanaman
Volunter
2
1
0
0
2
0
1
0
sesui dengan pendapat [6] yang menyatakan
bahwa pengaruh interaksi antara genotip dan
lingkungan terhadap penampilan suatu tanaman
adalah sebagai beriku : faktor genetik tidak akan
memperhatikan sifat yang dibawanya kecuali
dengan adanya faktor lingkungan yang
menunjang.
Fase Generatif
Pada pengamatan fase generatif diawali
dengan munculnya bunga. Berdasarkan data pada
tabel 4. dimana tidak semua tanaman yang
ditanaman muncul bunga. Pada tanaman 1,2,5,7,
dan 9 belum menunjukkan tanda-tanda
munculnya bunga. Sedangkan pada tanaman
3,4,6 dan 8 mengalami proses pembungaan
diwaktu yang berbeda. Pada tanaman 3 dan 4
mulai muncul bunga pada 6 minggu setelah
tanam (MST), tanaman ke 6 mulai muncul bunga
pada 5 minggu setelah tanam (MST), sedangkan
tanaman ke 7 mulai puncul bunga pada 7 minggu
setelah tanam (MST). Hal ini tidak sejalan
dengan
pendapat Samadi (2001) yang
menyatakan bahwa bunga terung akan muncul
pertama kali setelah berumur sekitar 28 HST atau
4 MST. Hingga akhir pengamatan yakni
pengamatan presentase pembungaan, masingmasing tanaman 3,4,6 dan 7 mengalami
pembungaan 50% dan 75%. Hingga didapatkan
jumlah bunga pertanaman yakni pada tanaman
3,4 dan 7 terdapat satu bunga, sedangkan
tanaman ke-7 terdapat enam bunga. Temperatur
berperan dalam menentukan masa berbunga
terung dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
secara kesuluruhan [5]. Ketinggian tempat
4
merupakan salah satu faktor mengapa tanaman
terong tumbuh lambat. Tanaman terong yang
tumbuh pada ketinggian tempat lebih dari 800
meter di atas permukaan laut pertumbuhannya
akan lambat dan hasilnya akan berkurang [4].
Pengamatan Roguing
Berdasarkan data pengamatan rouging
tanaman terong pada tabel 5. dimana tidak
ditemukan tanaman of type namun terdapat dua
jenis tanaman volunter yang juga ikut tumbuh.
Dua jenis tanaman volunter tersebut termasuk
kedalam jenis gulma yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman poko jika dibiarka.
Eleusine indica dan Krokot mine merupakan
tanaman volunter yang ditemukan tumbuh
disekitar tanaman pokok. Rougingdilaksanakan
terhadap tanaman species lain, tanaman varietas
lain, tanaman tipe simpang, dan gulma berbahaya
Adapun tujuan dari dilakukannya rouging dalam
produksi benih adalah untuk menjaga kemurnian
varietas yang dibudidayakan [2].
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat
ditarik beberapa kesimpulan yakni :
1. Pada fase vegetatif pertumbuhan antar
tanaman terong berbeda, hal ini dapat
dikarenakan
faktor
genetik
dan
lingkungan.
Faktor
genetik
yang
mempengaruhi vigor benih adalah pola
dasar perkecambahan dan pertumbuhan
yang merupakan bawaan genetik dan
berbeda antara satu spesies dan spesies
lain. Selain dipengaruhi oleh faktor
genetik, pertumbuhan tanaman juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungannya.
2. Pada fase generatif, beberapa tanaman
mengawali pembungaan pada minggu ke
5 hingga ke 7. Lambatnya pembentukan
bunga dapat disebabkan oleh banyak hal
diantaranya ialah temperatur dan
ketinggian tempat.
3. Rouging dilakukan guna menghilangkan
tanaman
yang
tidak
diharapkan
keberadaannya disekitar tanaman pokok.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bedell, P.E. 1998. Seed Science and
Technology: Indian Forestry Species.
Allied Publishers Limited. New Delhi. 346
p.
[2] Mugnisyah, WQ dan Aseo Setiawan. 1995.
“Pengantar Produksi Benih . Raja
Gravindo Persada. Jakarta
[3] Rukmana, R. (1994). Bertanam Terung.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman
11 - 13.
[4] Siemonsma, J.S. dan K. Piluek. 1994. Plant
Resources of South East Asia Vegetables.
Prosea Foundation. Bogor
[5] Soetasad, Muryanti dan Sunarjono. 2003.
Budidaya Terung Lokal dan Terung
Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta.
[6] Wels, J.R.,1991. Dasar-Dasar Genetika dan
Pemuliaan Tanaman. Terjemahan Mogea,
P.J. Penerbit Erlangga. Jakarta.
[7] White dan Johnson, 2011. Pembentukan dan
Pemantapan Produksi Benih Bermutu
Mendukung Industri Benih Berbasis
Komunal. Laporan Akhir Tahun. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
5
melongena)
Yulindar Utami Ningsih
201410200311064
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian-Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang
Telp. (0341) 464318 Fax: +62 341 460782 Website: www.umm.ac.id
ABSTRAK
Tanaman terung ialah tumbuhan hijau yang sering
ditanam secara tahunan. Secara umum ciri fisik terung
tidak jauh berbeda dari karakter terung pada umumnya
seperti, bentuk bulat/lonjong, panjang, berkulit mulus,
dengan kaliks (tangkai buah) yang besar sesuai ukuran
buahnya. Produksi yang semakin menurun disebabkan
oleh penggunaan benih yang tidak memiliki kualitas
baik. Untuk mendapatkan kemurnian benih terong
yang akan dihasilkan hendaknya dilakukan roguing.
Rouging adalah proses pemeriksaan kondisi tanaman
dilapangan dan pembuangan tanaman yang tidak
dikehendaki. Sehingga dihasilkan benih yang murti
tanpa adanya campuran dari benih-benih lain. Untuk
mempercepat perkembangan, ketersediaan benih yang
memadai dari varietas unggul yang sudah dilepas
merupakan kunsi keberhasian. Hal ini karena melalui
varietas yang unggul dapat diperoleh hasil yang baik.
Kata Kunci : Rouging, terong, benih
1. PENDAHULUAN
Tanaman terung termasuk salah satu
jenis sayuran buah yang banyak digemari oleh
berbagai kalangan karena mengandung kalsium,
protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin
B, vitamin C, fosfor, dan zat besi. Buah terong
dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk
berbagai macam sayur atau lalapan, yang juga
mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya
lengkap. Tanaman terung ialah tumbuhan hijau
yang sering ditanam secara tahunan. Secara
umum ciri fisik terung tidak jauh berbeda dari
karakter terung pada umumnya seperti, bentuk
bulat/lonjong, panjang, berkulit mulus, dengan
kaliks (tangkai buah) yang besar sesuai ukuran
buahnya. Batangnya biasanya berduri, warna
bunganya antara putih hingga ungu, dengan
mahkota yang memiliki lima lobus dan benang
sarinya berwarna kuning. Tanaman terung sangat
mudah
dibudidayakan
dan
tidak
perlu
penanganan yang rumit. Dengan demikian,
tanaman terung dapat hidup di dataran rendah
dan tinggi.
Di Indonesia hasil buah terung rata-rata
yaitu 32,64 - 34,11 kwintal/hektar, padahal untuk
luasan satu hektar dapat dihasilkan 30 ton terong
[3]. Terong merupakan bahan sayuran yang
cukup menjanjikan prospek untuk diusahakan,
tetapi saat ini produktivitas terong masih sangat
rendah (BSN, 2004). Rendahnya produktivitas
tanaman terung salah satunya disebabkan dalam
budidaya tanaman terung,
petani biasanya
menggunakan benih yang ditanaman secara
turun-temurun, sehingga produksi tidak dapat
optimal. Mempertahankan mutu benih dengan
cara menjaga kemurnian benih meruakan salah
satu langkah yang dapat menjaga kualitas benih.
Mutu benih yang berasal dari varitas unggul
ditanam bermutu (asli, murni, vigor, bersih dan
sehat) mampu mendukung peningkatan produksi
benih.
Menurut
[7],
Produksi
benih
membutuhkan perhatian khusus. Hal tersebut
dikarenakan terdapat perbedaan hasil benih pada
daerah
penanaman yang berbeda. Dalam
produksi benih, dilakukan isolasi jarak minimal
201 m dan pemotongan bunga jantan pada tetua
betina
(detasseling)
untuk mendapatkan
kemurnian benih hingga 99 % atau lebih. Untuk
mendapatkan kemurnian yang akan dihasilkan
hendaknya dilakukan roguing.
Rouging adalah proses pemeriksaan
kondisi tanaman dilapangan dan pembuangan
tanaman yang tidak dikehendaki, yang memiliki
cirri berbeda yaitu gulma, tanaman species lain,
tanaman varietas lain dalam satu spesies dan
tanaman tipe simpang (off type). Tanamantanaman ini disebut sebagai rogues yang tidak
1
dapat diterima kehadirannya di areal usaha
produksi benih karena benihnya akan mengotori
produk benih yang akan dipanen karena ukuran
dan bentuknya sangat mirip sehingga tidak dapat
dipisahkan atau dikenali. Rouging dilaksanakan
terhadap tanaman species lain, tanaman varietas
lain, tanaman tipe simpang, dan gulma berbahaya
dengan tujuan menjaga kemurnian benih
sehingga persyaratan benih dapat terpenuhi [2].
Untuk mempercepat perkembangan,
ketersediaan benih yang memadai dari varietas
unggul yang sudah dilepas merupakan kunsi
keberhasian. Hal ini karena melalui varietas yang
unggul dapat diperoleh hasil yang baik. Dilihat
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Untuk itu
pengetahuan mengenai benih lapang sangat
membant dalam menghasilkan benih terong yang
bermutu tinggi sehingga mampu meningkatkan
produksi.
2. METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan di Lahan
Terpadu
Fakultas
Pertanian
Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang dari bulan
Oktober hingga Desember 2017.
Adapun alat yang digunakan selama
praktikum ialah seedbox, gembor, cangkul, dan
plang. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi
benih tanaman terong (Solanum melongena) ,
media penyemaian, pupuk (SP 36, NPK), dan
pupuk kandang.
Praktikum produksi benih di lapang
tanaman terong dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan penyemaian untuk mendapatkan bibit
terong yang seragan dan siap tanam di lapang.
Penyemaian dilakukan didalam seedbox selama
16 hari atau hingga tanaman telah memiliki 3-4
helai daun sejati. Kemudian bibit terong di
transplanting atau dipindah tanamkan di lahan
lapang. Selama pertumbuhan, tanaman terong
diberi
perawatan
berupa
penyiraman,
penyiangan,roguing dan pemupukan. Pemupukan
dilakukan sebanyak dua kali yakni pada 1
minggu setelah transplanting dan pemupukan ke
dua dilakukan ketika tanaman mendekati fase
pertumbuhan generatifnya. Pengamatan yang
dilakukan meliputi fase vegetatif (tinggi tanaman,
jumlah daun, dan jumlah cabang), pengamatan
fase generatif (waktu awal berbunga, berbunga
50% dan 75 % dari seluruh jumlah tanaman),
jumlah bunga, dan jumlah buah. Serta
pengamatan rouging, rouging dilakukan untuk
membuang tanaman yang tidak dikehendaki dari
tanaman pokok.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil dari praktikum ini disajikan dalam
bentuk tabel, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Fase Vegetatif Tinggi Tanaman Terong (Solanum melongna) (cm)
Minggu
ke1
2
3
4
5
6
7
8
RataRata
1
4
5,1
6,9
9,7
12
15,5
17
19,3
2
3
7
8,2
9
10,2
15,2
20,4
23,5
3
3
4,7
6
7,8
13
15,9
18
21,5
Tinggi Tanaman
Tanaman ke
4
5
6
3
2,5
4
5
4
5,8
7,8
4,8
8,3
8,9
6
10
11,2
6,4
12,3
20,5
7
16,8
22,3
8
20,5
24
10,5
25
11,19
12,06
11,24
12,84
6,15
12,84
7
2,8
3,5
5
8
9,3
10,2
15,8
18,5
8
4
6
8
9,7
10,2
14
18
22
9
2,5
3,9
4,8
6,2
9,3
11
12,3
13,5
9,14
11,49
7,94
2
Tabel 2. Fase Vegetatif Jumlah Daun Tanaman Terong (Solanum melongna) (buah)
Minggu
ke1
2
3
4
5
6
7
8
RataTata
Jumlah Daun (buah)
Tanaman ke
4
5
6
3
3
3
3
3
3
6
3
8
8
3
10
10
4
14
16
6
19
19
8
25
25
12
30
1
3
3
5
8
10
14
17
22
2
3
6
8
12
15
18
22
25
3
3
3
5
7
10
14
17
24
10,25
13,63
10,38
11,25
5,25
14,00
7
3
3
5
7
9
10
14
21
8
3
3
4
8
10
12
16
22
9
3
3
3
4
6
7
10
15
9,00
9,75
6,38
7
0
0
1
1
2
3
3
4
8
0
1
1
2
2
3
3
4
1,75
2,00
Tabel 3. Fase Vegetatif Jumlah Cabang Tanaman Terong (Solanum melongna) (buah)
Minggu
ke1
2
3
4
5
6
7
8
RataTata
1
0
1
1
2
2
2
3
3
1,75
Jumlah Cabang (buah)
Tanaman ke
4
5
6
0
0
0
1
0
1
1
1
1
2
1
2
2
2
3
3
2
4
3
3
4
4
3
5
2
0
1
1
1
2
3
4
4
3
0
1
1
2
2
3
4
5
2,00
2,25
2,00
1,50
2,50
9
0
0
1
1
1
2
3
4
1,50
Tabel 4. Fase Generatif Pertumbuhan Tanamna Terong Solanum melongna
Tanaman ke
Parameter
Awal
Berbunga
(MST)
Berbunga 50%
Berbunga 75%
Jumlah
Bunga/Tanam
an
1
2
-
-
-
-
-
-
3
5
6
7
8
9
6 MST 6 MST
-
5 MST
-
7 MST
-
7 MST 6 MST
8 MST 7 MST
-
6 MST
7 MST
-
7 MST
8 MST
-
-
6
-
1
-
1
4
1
3
Tabel 5. Pengamatan Rouging Tanaman Terong (Solanum melongna)
Minggu
ke-
Komoditas
Jumlah
Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
Terong
(Solanum
melongena)
9
Fase Vegetative
Pengamatan fase vegetatif tanaman
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah
cabang. Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman
seperti pada Tabel 1. menunjukkan bahwa rerata
tinggi tanaman berbeda-beda antara tanaman
terong satu dengan yang lain. Rata-tara tanaman
terong tertinggi terdapat pada sampel tanaman
ke-6 dengan tingggi 12,84 cm, sedangkan tinggi
tanaman terendah terdapat pada tanaman ke-9
dengan rata-rata tinggi 7,94 cm. Pada
pengamatan fase vegetative jumlah daun seperti
pada Tabel 2. tanaman terong yang memiliki
jumlah helai daun terbanyak ialah tanaman
tanaman ke-6 dan tanaman dengan helai daun
terendah ialah tanaman ke-9. Sedangkan pada
pengamatan fase vegetatif jumlah cabang,
tanaman terong yang memiliki jumlah cabang
terbanyak ialah tanaman ke-6 dan tanaman yang
memiliki jumlah cabang terendang ialah tanaman
ke-9. Batang tanaman terung dibedakan menjadi
dua macam, yaitu batang utama (batang primer)
dan percabangan (batang sekunder). Batang
utama merupakan penyangga berdirinya tanaman,
sedangkan percabangan adalah bagian tanaman
yang akan mengeluarkan bunga [5]. Data tersebut
menunjukkan bahwa masing-masing tanaman
memberikan respon yang berbeda terhadap
pertumbuhannya. Menurut [1] faktor genetik
yang mempengaruhi vigor benih adalah pola
dasar perkecambahan dan pertumbuhan yang
merupakan bawaan genetik dan berbeda antara
satu spesies dan spesies lain. Selain dipengaruhi
oleh faktor genetik, pertumbuhan tanaman juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Hal ini
Jumlah
Tanaman of
Type
-
Jumlah
Tanaman
Volunter
2
1
0
0
2
0
1
0
sesui dengan pendapat [6] yang menyatakan
bahwa pengaruh interaksi antara genotip dan
lingkungan terhadap penampilan suatu tanaman
adalah sebagai beriku : faktor genetik tidak akan
memperhatikan sifat yang dibawanya kecuali
dengan adanya faktor lingkungan yang
menunjang.
Fase Generatif
Pada pengamatan fase generatif diawali
dengan munculnya bunga. Berdasarkan data pada
tabel 4. dimana tidak semua tanaman yang
ditanaman muncul bunga. Pada tanaman 1,2,5,7,
dan 9 belum menunjukkan tanda-tanda
munculnya bunga. Sedangkan pada tanaman
3,4,6 dan 8 mengalami proses pembungaan
diwaktu yang berbeda. Pada tanaman 3 dan 4
mulai muncul bunga pada 6 minggu setelah
tanam (MST), tanaman ke 6 mulai muncul bunga
pada 5 minggu setelah tanam (MST), sedangkan
tanaman ke 7 mulai puncul bunga pada 7 minggu
setelah tanam (MST). Hal ini tidak sejalan
dengan
pendapat Samadi (2001) yang
menyatakan bahwa bunga terung akan muncul
pertama kali setelah berumur sekitar 28 HST atau
4 MST. Hingga akhir pengamatan yakni
pengamatan presentase pembungaan, masingmasing tanaman 3,4,6 dan 7 mengalami
pembungaan 50% dan 75%. Hingga didapatkan
jumlah bunga pertanaman yakni pada tanaman
3,4 dan 7 terdapat satu bunga, sedangkan
tanaman ke-7 terdapat enam bunga. Temperatur
berperan dalam menentukan masa berbunga
terung dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
secara kesuluruhan [5]. Ketinggian tempat
4
merupakan salah satu faktor mengapa tanaman
terong tumbuh lambat. Tanaman terong yang
tumbuh pada ketinggian tempat lebih dari 800
meter di atas permukaan laut pertumbuhannya
akan lambat dan hasilnya akan berkurang [4].
Pengamatan Roguing
Berdasarkan data pengamatan rouging
tanaman terong pada tabel 5. dimana tidak
ditemukan tanaman of type namun terdapat dua
jenis tanaman volunter yang juga ikut tumbuh.
Dua jenis tanaman volunter tersebut termasuk
kedalam jenis gulma yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman poko jika dibiarka.
Eleusine indica dan Krokot mine merupakan
tanaman volunter yang ditemukan tumbuh
disekitar tanaman pokok. Rougingdilaksanakan
terhadap tanaman species lain, tanaman varietas
lain, tanaman tipe simpang, dan gulma berbahaya
Adapun tujuan dari dilakukannya rouging dalam
produksi benih adalah untuk menjaga kemurnian
varietas yang dibudidayakan [2].
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat
ditarik beberapa kesimpulan yakni :
1. Pada fase vegetatif pertumbuhan antar
tanaman terong berbeda, hal ini dapat
dikarenakan
faktor
genetik
dan
lingkungan.
Faktor
genetik
yang
mempengaruhi vigor benih adalah pola
dasar perkecambahan dan pertumbuhan
yang merupakan bawaan genetik dan
berbeda antara satu spesies dan spesies
lain. Selain dipengaruhi oleh faktor
genetik, pertumbuhan tanaman juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungannya.
2. Pada fase generatif, beberapa tanaman
mengawali pembungaan pada minggu ke
5 hingga ke 7. Lambatnya pembentukan
bunga dapat disebabkan oleh banyak hal
diantaranya ialah temperatur dan
ketinggian tempat.
3. Rouging dilakukan guna menghilangkan
tanaman
yang
tidak
diharapkan
keberadaannya disekitar tanaman pokok.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bedell, P.E. 1998. Seed Science and
Technology: Indian Forestry Species.
Allied Publishers Limited. New Delhi. 346
p.
[2] Mugnisyah, WQ dan Aseo Setiawan. 1995.
“Pengantar Produksi Benih . Raja
Gravindo Persada. Jakarta
[3] Rukmana, R. (1994). Bertanam Terung.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman
11 - 13.
[4] Siemonsma, J.S. dan K. Piluek. 1994. Plant
Resources of South East Asia Vegetables.
Prosea Foundation. Bogor
[5] Soetasad, Muryanti dan Sunarjono. 2003.
Budidaya Terung Lokal dan Terung
Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta.
[6] Wels, J.R.,1991. Dasar-Dasar Genetika dan
Pemuliaan Tanaman. Terjemahan Mogea,
P.J. Penerbit Erlangga. Jakarta.
[7] White dan Johnson, 2011. Pembentukan dan
Pemantapan Produksi Benih Bermutu
Mendukung Industri Benih Berbasis
Komunal. Laporan Akhir Tahun. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
5