FAKTOR PENUNJANG STABILITAS PADA SISTEM

MAKALAH

FAKTOR PENUNJANG STABILITAS PADA
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Disusun Oleh :
KELOMPOK V
Reiza Hs

: 2010010205

Rahmat Hidayat : 2010010058
Rindang Robby : 2010010089
Nano Helgi H

: 2010010113

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN

2014
1

BAB I
PENDAHULUAN

Kestabilan sistem tenaga listrik harus dipertahankan dan dijaga untuk menjamin
keberadaan dan menghindarkan terjadinya padam total (blackout) pada suatu sistem tenaga
listrik. Memastikan kecepatan kerja sistem proteksi untuk melokalisir gangguan dan skema
pelepasan beban oleh under frequency relay merupakan cara yang umum digunakan oleh
pengelola sistem PLN untuk menghindari terjadinya ketidakstabilan sistemnya. Namun
demikian masih dibutuhkan proteksi lain yang digunakan khusus untuk mengamankan sistem
maupun peralatan (misalnya generator) bila ketidakstabilan sistem muncul sebagai akibat dari
lemahnya sistem tersebut atau lemahnya kerja sistem proteksi, yaitu dengan penggunaan outof-step relay.
Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Sistem Distribusi
Keandalan sebuah sistem distribusi pada dasarnya ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut :





Konfigurasi dari sistem distribusi
Keandalan masing – masing komponen yang
Pengaturan operasi saluran distribusi

menyusun sistem distribusi tersebut.

Sistem distribusi dengan konfigurasi tertentu dapat lebih andal dari sistem distribusi
konfigurasi lain, walaupun masing-masing mempunyai komponen yang sama. Makin andal
suatu konfigurasi, maka biayanya juga semakin mahal. Hal ini misalnya dapat dilihat pada
sistem konfigurasi radial dan sistem konfigurasi spindle, dimana sistem konfigurasi spindle
lebih andal, karena dilengkapi dengan gardu hubung dan express feeder sehingga
memungkinkan gardu distribusi salah satu feeder disuplai oleh express feeder, tetapi dengan
sendirinya investasi yang harus ditanamkan lebih mahal yaitu untuk biaya gardu hubung dan
express feeder terse but. Sedangkan keandalan dari masing - masing komponen distribusi
tersebut dapat dilihat dari kegagalan yang terjadi dari komponen itu sendiri.
Terjadinya kegagalan komponen distribusi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang antara
lain
a. Faktor dalam yaitu kegagalan yang terjadi karena kondisi komponen itu sendiri
seperti sarnbungan kabel yang tidak sernpurna, isolasi buruk dan lain-lain.
b. Faktor luar : yaitu kegagalan yang terjadi diluar seperti tingginya kelembaban pada

gardu, pencemaran udara, dan lain-lain.
Disamping hal-hal yang tersebut diatas tadi, ada pula faktor-faktor diluar sistem distribusi
yaitu terjadinya gangguan pada transmisi sehingga akan mempengaruhi keandalan sistem
distribusi yang telah mempunyai keandalan yang tinggi sekalipun.

2

1.1 Rumusan masalah
Sesuai dengan judul makalah yang telah disepakati maka makalah ini akan membahas
tentang faktor – faktor kestabilan distribusi.

1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan dalam pembuatan makalah ini
yaitu:
1. Kestabilan suatu peralatan atau sistem secara umum dapat didefenisikan sebagai
probabilitas suatu alat atau sistem untuk menyelenggarakan tujuannya secara cukup
untuk periode waktu tertentu dan kondisi operasi tertentu.
2. Sistem Distribusi: Merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power
Source) sampai ke konsumen.


1.3 Batasan masalah
Agar tidak menyimpang dari makalah ini maka penulis membatasi tentang apa yang akan
dibahas dalam makalah ini:
1. Pengertian Stabilitas
2.
3.
4.
5.

Persamaan Ayunan (Swing Equation)
Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik

3

BAB II
TEORI DASAR


2.1 Pengertian Stabilitas
Suatu sistem tenaga listrik yang baik harus memenuhi beberapa syarat, seperti :
Reliability, Quality dan Stability.

1. Reliability adalah :
Kemampuan suatu sistem untuk menyalurkan daya atau energi secara terus menerus”.
2. Quality adalah :
Kemampuan sistem tenaga listrik untuk menghasilkan besaran-besaran standart yang
ditetapkan untuk tegangan dan frekuensi”.
3. Stability adalah :
Kemampuan dari sistem untuk kembali bekerja secara normal setelah
mengalami suatu gangguan”.

Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harus dipenuhi yaitu sistem
harus mampu memberi pasokan listrik secara terus menerus dengan standar besaran untuk
tegangan dan frekuensi sesuai dengan aturan yang berlaku dan harus segera kembali normal
bila sistem terkena gangguan.

Untuk jaringan yang sangat komplek dimana beberapa pembangkit saling terkoneksi satu
sama lain maka keluaran daya elektris berupa besaran seperti tegangan dan frekuensi haruslah

diperhatikan agar tidak ada pembangkit yang kelebihan beban dan pembangkit yang lain
bebannya kecil.

Sistem tenaga listrik mempunyai variasi beban yang sangat dinamis dimana setiap detik akan
berubah-ubah, dengan adanya perubahan ini pasokan daya listrik tetap dan harus disupply
dengan besaran daya yang sesuai, bila pada saat tertentu terjadi lonjakan atau penurunan
beban yang tidak terduga maka perubahan ini sudah dapat dikatagorikan ke dalam gangguan
pada sistem tenaga listrik yakni kondisi tidak seimbang antara pasokan listrik dan permintaan
energi listrik akibat adanya gangguan baik pada pembangkit ataupun pada sistem transmisi

4

sehingga mengakibatkan kerja dari pembangkit yang lain menjadi lebih berat. Untuk itu
diperlukan satu penelaahan kestabilan agar pembangkit yang
terganggu tidak terlepas dari sistem.

Analisis kestabilan biasanya digolongkan kedalam tiga jenis, tergantung pada sifat dan
besarnya gangguan yaitu :
1. Kestabilan keadaan tetap (Steady State Stability)
2. Kestabilan Dinamis (Dynamic Stability)

3. Kestabilan Peralihan (Transient Stability)
1. Kestabilan keadaan tetap
Kestabilan keadaan tetap adalah Kemampuan sistem tenaga listrik untuk menerima
gangguankecil yang bersifat gradual, yang terjadi disekitar titik keseimbangan pada kondisi
tetap. Kestabilan ini tergantung pada karakteristik komponen yang terdapat pada sistem
tenaga listrik antara lain : Pembangkit, Beban, Jaringan transmisi, dan Kontrol sistem itu
sendiri. Model pembangkit yang digunakan adalah pembangkit yang sederhana (sumber
tegangan konstan) karena hanya menyangkut gangguan kecil disekitar titik keseimbangan.

2. Kestabilan Dinamis
Kestabilan Dinamis adalah Kemampuan sistem tenaga listrik untuk kembali ke titik
keseimbangan setelah timbul gangguan yang relatif kecil secara tiba-tiba dalam waktu yang
lama. Analisa kestabilitas dinamis lebih komplek karena juga memasukkan komponen
kontrol otomatis dalam perhitungannya.

3. Kestabilan Peralihan
Kestabilitas Peralihan adalah Kemampuan sistem untuk mencapai titik keseimbangan /
sinkronisasi setelah mengalami gangguan yang besar sehingga sistem kehilangan stabilitas
karena gangguan terjadi diatas kemampuan sistem.


Analisis kestabilan peralihan merupakan analisis yang utama untuk menelaah perilaku sistem
daya misalnya gangguan yang berupa :
1. Perubahan beban yang mendadak karena terputusnya unit pembangkit.
2. Perubahan pada jaringan transmisi misalnya gangguan hubung singkat atau
pemutusan saklar (switching).

5

Sistem daya listrik masa kini jauh lebih luas, ditambah interkoneksi antar sistem yang rumit dan
melibatkan beratus-ratus mesin yang secara dinamis saling mempengaruhi melalui perantara jalajala tegangan extra tinggi, mesin-mesin ini mempunyai sistem penguatan yang berhubungan.

Kisaran masalah yang dianalisis banyak menyangkut gangguan yang besar dan tidak lagi
memungkinkan menggunakan proses kelinearan. Masalah kestabilan peralihan dapat lebih lanjut
dibagi kedalam ”Kestabilan ayunan pertama (first swing) dan ayunan majemuk (multi swing).

Kestabilan ayunan pertama didasarkan pada model generator yang cukup sederhana tanpa
memasukkan sistem pengaturannya, biasanya periode waktu yang diselidiki adalah detik pertama
setelah timbulnya gangguan pada sistem. Bila pada sistem, mesin dijumpai tetap berada dalam
keadaan serempak sebelum berakhirnya detik pertama, ini dikatagorikan sistem masih stabil.


2.2. Persamaan Ayunan (Swing Equation)
Untuk melakukan analisis kestabilan suatu sistem tenaga listrik, maka hal pertama yang
harus dilakukan adalah membangun model matematika yang dapat menggambarkan dinamika
sistem tenaga listrik saat ada gangguan besar. Model matematika yang dipakai untuk pembangkit
listrik adalah persamaan ayunan (swing equation).
Persamaan ayunan adalah persamaan yang mengatur gerakan rotor suatu mesin serempak
didasarkan pada prinsip dalam dinamika yang menyatakan :
Momen putar percepatan (accellarating torque) adalah hasil kali momen kelembaban (moment of
inertia) rotor dan percepatan sudutnya. Untuk generator serempak, persamaan ayunan ditulis 8) :
Untuk generator serempak, persamaan ayunan ditulis 8) :

Dengan :
J

= Momen inersia dari massa rotor (kg-m2)

Ѳm = Pergeseran sudut rotor terhadap sumbu yang stasioner (radianmekanis)
t

= Waktu (detik)


Tm = Momen putar mekanis atau poros (penggerak) yang diberikan oleh penggerak mula
dikurangi dengan momen putar perlambatan (retarding) yang disebabkan oleh rugirugi perputaran (N-m)
6

Te = Momen putar elektris (N-m)
Jika Tm dan Te dianggap positif untuk generator serempak berarti bahwa T m adalah resultan
momen putar poros yang mempunyai kecendrungan untuk mempercepat rotor dalam arah Ѳm
yang positif. Prinsip dasar ini diilustrasikan pada Gambar 2.1 berikut.
Untuk generator yang bekerja dalam keadaan diam maka T m = Te, dalam keadaan ini tidak ada
percepatan ataupun perlambatan terhadap massa rotor, sedang kecepatan tetap resultan adalah
kecepatan serempak. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan suatu percepatan (T m > Te) atau
perlambatan (Tm < Te).

(a) Generator

(b) Motor

Gambar 2.1.Representasi suatu rotor mesin yang membandingkan arah perputaran serta
medan putar mekanis dan elektris.


7

BAB III
PEMBAHASAN MATERI

3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Ada tiga bagian penting dalam proses penyaluran tenaga listrik, yaitu pembangkitan,
penyaluran (transmisi), dan distribusi. Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga
listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi, fungsi distribusi tenaga listrik adalah
untuk pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan). Selain itu
distribusi tenaga listrik merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan
dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung
melalui jaringan distribusi. Dari ketiga Sistem tersebut, system distribusi merupakan bagian
yang letaknya paling dekat dengan konsumen yang berfungsi untuk menyalurkan energi litrik
dari pusat beban ( Gardu Induk ) ke konsumen. Adapun bagian-bagian dari system distribusi
tenaga listrik adalah sbb :





Gardu Induk Distribusi
Jaringan Primer (JTM)
Transformator Distribusi
Jaringan Sekunder (JTR)

SOSIAL/
RUMAH
INDUSTRI
BISNIS
GARDU
TRAFO
SISTEM
KONSUMEN
PEMBANGKIT
SI
PUBLIK
STEP
STEP-UP
DOWN
S
T
E
M
D
IS
T
R
I
B
U
SI

Klasifikasi Sistem Jaringan Distribusi
8

Jaringan distribusi dikategorikan kedalam beberapa jenis, sebagai berikut ;
a. Tegangan pengenalnya :



JTM 20 KV
JTR 380/220 Volt

b. Konfigurasi jaringan primer






Jaringan distribusi pola radial
Jaringan distribusi pola loop
Jaringan distribusi pola loop radial
Jaringan distribusi pola grid
Jaringan distribusi pola spindel

c. Konfigurasi penghantar jaringan primer




Konfigurasi penghantar segitiga
Konfigurasi penghantar vertikal
Konfigurasi penghantar horisontal

d. Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi di Indonesia
Pentanahan titik netral adalah hubungan titik netral dengan tanah, baik langsung
maupun melalui tahanan reaktansi ataupun kumparan Petersen. Di Indonesia
sistem pentanahan meliputi empat macam, yaitu ;





Sistem distribusi tanpa pentanahan
Sistem distribusi pentanahan tak langsung (dengan tahanan)
Sistem distribusi pentanahan langsung (solid)
Sistem distribusi pentanahan dengan kumparan Petersen

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna
untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai
ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya di sini. Jadi fungsi distribusi tenaga
listrik adalah:
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan).
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan,
karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui
jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 kV
sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan
menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran
transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang
mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus
yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
9

Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator
penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut
penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer.
Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk
diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu
220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumenkonsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam
sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu
digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up.
Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi
antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya,
selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban.
Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali
dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka
mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki
nilai tegangan berbeda-beda.
3.1 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 1. Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.

10

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasanpembatasan seperti pada Gambar diatas:
Daerah I

: Bagian pembangkitan (Generation)

Daerah II

: Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)

Daerah III

: Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).

Daerah IV

: (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah.

1. Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi
Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu
dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
2. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan
perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
3. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain.
4. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV
panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan
grounding,dan lain-lain.
5. SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada SUTM dan
SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.
3.3 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Menurut nilai tegangannya:
a. Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik
Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran
ini bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung
melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara
titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2-2)
2. Menurut bentuk tegangannya:
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan bolakbalik.
3. Menurut jenis/tipe konduktornya:

11

a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang) dan
perlengkapannya, dan dibedakan atas:
a. Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.
b. Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah
(ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut
(submarine cable)
4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a. Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap
netral, atau saluran positip terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garis
horisontal.

b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk garis vertikal .

c. Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu
segitiga (delta).

12

5. Menurut Susunan Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi dua yaitu
sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
a. Jaringan Sistem Distribusi Primer,
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk
distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara,
maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta
situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai
tenaga listrik sampai ke pusat beban.
Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu:






Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan tie dan
switch pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial dengan pembagian phase area.
Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan bentuk Close
loop.
Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
Jaringan distribusi spindle
Saluran Radial Interkoneksi

b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi
ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang
paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang
berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan
rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan
melalui peralatan-peralatan sbb:





Papan pembagi pada trafo distribusi,
Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau pengaman pada
pelanggan.

13

gambar 2. Komponen Sistem Distribusi
Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut standar; (1) EEI : Edison
Electric Institut, (2) NEMA (National Electrical Manufactures Association). Pada dasarnya
tidak berbeda dengan sistem distribusi DC, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah besar
tegangan yang diterima pada titik beban mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban
dapat dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi AC
dibedakan atas beberapa macam tipe dan cara pengawatan, ini bergantung pula pada jumlah
fasanya, yaitu:
1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380 Volt. Sedang
pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik dari PT. PLN, menggunakan salah satu
sistem diatas sesuai dengan standar yang ada. Pemakai listrik yang dimaksud umumnya
mereka bergantung kepada negara pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana
semua peralatan listrik mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan kerja (motormotor listrik) di suplai dari negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai anggota,
IEC (International Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai menyesuaikan sistem
tegangan menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah tidak mencantumkan
lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967 halaman
7 seri 1 tabel 1).
Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari:
1. Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat, Tipe ini merupakan bentuk dasar yang
paling sederhana, biasanya digunakan untuk melayani penyalur daya berkapasitas
kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
2. Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat, Pada tipe ini, prinsipnya sama dengan
sistem distribusi DC dengan tiga kawat, yang dalam hal ini terdapat dua alternatif
besar tegangan. Sebagai saluran “netral” disini dihubungkan pada tengah belitan
(center-tap) sisi sekunder trafo, dan diketanahkan, untuk tujuan pengamanan personil.
14

3.
4.
5.

6.

Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu
daerah perumahan dan pedesaan.
Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt, Tipe ini untuk
melayani penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak pendek, yaitu daerah
perumahan pedesaan dan perdagangan ringan, dimana terdapat dengan beban 3 fasa.
Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat, Tipe ini banyak dikembangkan secara
ekstensif. Dalam hal ini rangkaian tiga fasa sisi sekunder trafo dapat diperoleh dalam
bentuk rangkaian delta (segitiga) ataupun rangkaian wye (star/bintang). Diperoleh dua
alternatif besar tegangan, yang dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya
pembagian seimbang antara ketiga fasanya. Untuk rangkaian delta tegangannya
bervariasi yaitu 240 Volt, dan 480 Volt. Tipe ini dipakai untuk melayani beban-beban
industri atau perdagangan.
Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat, Pada tipe ini, sisi sekunder (output)
trafo distribusi terhubung star,dimana saluran netral diambil dari titik bintangnya.
Seperti halnya padasistem tiga fasa yang lain, di sini perlu diperhatikan keseimbangan
beban antara ketiga fasanya, dan disini terdapat dua alternatif besar tegangan.

15

BAB IV
KESIMPULAN

Dalam proses penyaluran tenaga listrik, ada 3 bagian penting yaitu pembangkitan,
penyaluran (transmisi), dan distribusi. Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga
listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi, fungsi distribusi tenaga listrik adalah
untuk pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan). Selain itu
distribusi tenaga listrik merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan
dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung
melalui jaringan distribusi. Dari ketiga Sistem tersebut, system distribusi merupakan bagian
yang letaknya paling dekat dengan konsumen yang berfungsi untuk menyalurkan energi litrik
dari pusat beban ( Gardu Induk ) ke konsumen. Perlunya system proteksi pada sistem tenaga
listrik agar dapat mempertahankan kestabilan system tenaga listrik.
Beberapa factor yang menentukan system distribusi yaitu :




Konfigurasi dari system distribusi
Keandalan masing masing komponen yang menyusun system distribusi
Pengaturan operasi system distribusi

Terjadinya kegagalan komponen distribusi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang antara
lain
a. Faktor dalam yaitu kegagalan yang terjadi karena kondisi komponen itu sendiri
seperti sarnbungan kabel yang tidak sernpurna, isolasi buruk dan lain-lain.
b. Faktor luar : yaitu kegagalan yang terjadi diluar seperti tingginya kelembaban pada
gardu, pencemaran udara, dan lain-lain.
Disamping hal-hal yang tersebut diatas tadi, ada pula faktor-faktor diluar sistem distribusi
yaitu terjadinya gangguan pada transmisi sehingga akan mempengaruhi keandalan sistem
distribusi yang telah mempunyai keandalan yang tinggi sekalipun.

16

Analisis kestabilan biasanya digolongkan kedalam tiga jenis, tergantung pada sifat dan
besarnya gangguan yaitu :
1. Kestabilan keadaan tetap (Steady State Stability)
2. Kestabilan Dinamis (Dynamic Stability)
3. Kestabilan Peralihan (Transient Stability)
Berikut jenis ganguannya maka system proteksi nya pun berbeda disesuaikan tergantung pada
sifat dan besarnya gangguan.

17

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25