MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG

MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU B
“Pendendalian Tikus dan Penyakit Yang Berhubungan Dengan Tikus”

Dosen Pengampu :
Hajimi, SKM, M.Kes
Kelompok 6 :
 Neneng Wasih

A9.10.01.0033

 Yesy Wahyuningsih

A9.10.01.0052

 Syarifah Nirwana

A9.10.01.0046

 Zulkifli

A9.10.01.0054


 Apyudi

A9.10.01.004

 Bakat Jubata

A9.10.01.007

 Sari

A9.10.01.0041

 Diky Apriansyah

A9.10.01.0014

 M.Fikry Isnaini

A0.10.01.0031


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D-III
2011/2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul penyakit yang di sebabkan oleh tikus.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah pengendalian vector dan binatang
pengganggu b ( praktek). Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pontianak 27 maret 2012

Kelompok 6


DAFTAR IS

1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR

ISI…………………………………………………………………………...

…………………...ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB 2..............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................5
2.1 Leptospirosis.........................................................................................................................5
2.2 Plague/pes..............................................................................................................................6

2.3 Sindrom hantavirus paru (HPS)............................................................................................6
2.4 Rat-gigitan demam (RBF).....................................................................................................6
2.5 Komponen-komponen yang dapat dipadukan dalam pengendalian tikus antara lain :.........7
BAB 3..............................................................................................................................................8
PEMBAHASAN..........................................................................................................................8
3.1 Leptospirosis.........................................................................................................................8
3.2 PLAGUE/PENYAKIT PES................................................................................................13
3.3 Sindrom hantavirus paru (PS).............................................................................................17
3.4 Rat-gigitan demam (RBF)...................................................................................................17
Mengurangi populasi tikus........................................................................................................18
2

BAB 4............................................................................................................................................19
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................19
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19
4.2 Saran....................................................................................................................................19
Daftar Pustaka................................................................................................................................20

3


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi Pengendalian Hama Tikus (PHT)
Sistem pengendalian hama yang dapat dibenarkan secara ekonomi dan berkelanjutan yang
meliputi berbagai pengendalian yang kompatibel dengan tujuan memaksimalkan produktivitas
tetapi dengan dampak sekecil-kecilnya.
Perkembanganbiakan tikus sangat cepat, umur 1, –5 bulan sudah dapat berkembangbiak,
setelah hamil 21 hari setiap ekor dapat melahirkan 6-8 ekor anak, 21 hari kemudian pisah dari
induknya dan setiap tahun seekor tikus dapat melahirkan 4 kali.

Di Indonesia tercatat tidak kurang dari 150 jenis tikus, kira-kira 50 jenis masuk dalam
genus Bandicota, Rattes dan Mus. Klasifikasi tikus sawah yaitu : Ordo : Rodentia, Famili :
Myomorpha, Genus : Rattus, Spesies : Rattes ArgentiventerWarna punggung coklat muda bercak
hitam, perut dan dada putih keabu-abuan, Tikus betina mempunyai 12 puting susu (6 pasang)
yang terletak dibagian dada (3 pasang) dan dibagian perut (3 pasang)

Tikus sebagian besar berada di rumah, di perkebunan atau di sawah sebagai hama. Tikus
yang berada di rumah membuat berbagai macam masalah yang menyebabkan penyakit tertentu.
Binatang pengerat tersebut dapat masuk di sudut rumah. Mereka dapat menghasilkan sampah

juga membuang kotoran di rumah rumah yang menjadi sarang tikus. Tikus juga dapat masuk ke

1

dapur dan buang air kecil di sekitar peralatan masak dan bahan makanan. Akibatnya jika
peralatan tidak dicuci dengan baik dan juga jika makanan yang tercemar oleh tikus dapat
menyebabkan penyakit berbahaya. keberadaan tikus di rumah – rumah harus di kontrol secara
rutin agar tidak terjadi penyakit yang tidak di inginkan.Tikus dapat menyebabkan banyak
kerusakan di dalam rumah. Tikus juga dapat menghancurkan peralatan listrik dan elektronik.

Selain itu tikus merupakan hama penting yang menimbulkan kerugian bagi tanaman
pertanian baik dilapangan maupun hasil pertanian dalam penyimpanan. Jenis tanaman yang
sering mendapat serangan hama tikus adalah padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan ubiubian.Jenis tikus yang banyak menimbulkan kerugian adalah Rattus Argentiventer (tikus sawah)
dan Rattus diardi yang menimbulkan kerusakan hasil dalam simpanan. Dalam pengendalian tikus
diperlukan strategi yang dapat memadukan semua teknik pengendalian yang kompatibel menjadi
satu kesatuan program, sehingga populasi hama tikus selalu berada pada tingkat yang tidak
menimbulkan kerugian ekonomi, menghasilkan keuntungan optimal bagi produsen serta aman
bagi produsen, konsumen dan lingkungan.
Fakta tentang Tikus
- Vektor penyakit berbahaya seperti leptospirosis, sampar (pes) , thypus, cacing, dll.

- Merusak bahan makanan dan perlatan.
- Menjijikan dan membuat tidak nyaman
PENGENDALIAN TIKUS (Rodentstop Service)
a. Proofing Infestation

2

Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang memungkinkan
tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang pembuangan air, atau dari bawah saluran air.
Kami akan merekomendasikan kepada klien bila dijumpai adanya celah masuk tikus
untuk di-proofing/ditutup; biasanya dengan jaring kawat pada area pembuangan air.
b. Sanitation
Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi factor penarik
tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi tempat sarang tikus, maka akan
merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien.
c. Treatment Tikus (Rodent Control)
Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk jangka panjang
menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia terhadap trap. Penggunaan trap hanya
untuk tempat-tempat yang sangat khusus dengan populasi tikus yang rendah.
Penempatan Rodent Bait dilaksanakan pada area tertentu yang akan menarik tikus dari

dalam sarang ke luar, atau ketempat yang tidak sensitive, seperti area parkir/garden,
setelah itu baru difokuskan untuk tikus yang aktifitasnya dengan radius pendek yakni
tikus nyingnying (mice/Mus musculus), umpan ditempatkan di dalam.
Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi dengan konfigurasi penempatan
umpan untuk setiap kategori jenis tikus, jadi dengan penempatan umpan pada suatu
lokasi dapat dideteksi sampai sejauh mana lokasi tempat tikus tersebut mati, ditambah
tenaga serviceman cukup berpengalaman mengatasi masalah tikus di puluhan Rumah
(housing), Mall, industri (pergudangan), RS, Hotel / Apartemen.

Tikus diketahui dapat mengirimkan sejumlah penyakit langsung (melalui gigitan) atau
tidak langsung melalui gigitan parasit yang ditemukan pada tikus atau oleh kontaminasi makanan

dengan urin atau feses. Berikut adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh tikus,
Leptospirosis, plague/penyakit pes, Sindrom hantavirus paru (HPS), Rat-gigitan demam (RBF).
3

1.2 Rumusan Masalah

Penyakit-penyakit apakah yang disebabkan oleh tikus dan bagaimana cara untuk
menanggulangi atau mengurangi bahaya


yang dapat di sebabkan oleh tikus sebagai, dan

bagaimana cara untuk mrngurangi populasi tikus ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tulisan makalah ini bertujuan untuk mengupas
mengenai macam-macam penyakit, yang di sebabkan oleh tikus.

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leptospirosis

Sebenarnya adalah penyakit pada binatang yang bisa menjangkiti manusia juga
(zoonosis). Sering dianggap sebagai penyakit pasca banjir karena sering muncul setelah banjir,
atau di daerah-daerah sehabis kebanjiran. Meskipun masyarakat kita belum lama mengenal
leptospirosis, setelah timbul wabah di beberapa kota yang kebanjiran beberapa waktu yang lalu,

tetapi sebenarnya ini bukan penyakit baru.

Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari
hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit
Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever),
Demam Pemotong tebu (Cane-cutter fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit
Stuttgart, Demam Canicola, penyakit kuning non-virus, penyakit air merah pada anak sapi, dan
tifus anjing.

Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan
gejalapanas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa. Penyakit
dengan gejala tersebut di atas oleh Goldsmith (1887) disebut sebagai Weil’s Disease. Pada
tahun 1915 Inada

berhasil

membuktikan

bahwa


“Weil’s

Disease”

disebabkan

oleh

bakteriLeptospira icterohemorrhagiae. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang bersifat
umum pada berbagai spesies hewan peliharaan. Leptospirosis juga ditemukan pada berbagai
5

hewan liar, terutama pada binatang pengerat, yang biasanya berlaku sebagai hewan pembawa
penyakit.

2.2 Plague/pes

Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis
(Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Penyakit ini menular lewat
gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh
binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2
lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur
penderita yang terbawa oleh udara.

2.3 Sindrom hantavirus paru (HPS)

Hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan oleh tikus
yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia bisa terkena penyakit ini ketika
mereka menghirup virus aerosol. HPS pertama kali diakui pada tahun 1993 dan sejak itu telah
diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent
control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi
hantavirus.

6

2.4 Rat-gigitan demam (RBF)

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan dari binatang
pengerat atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran tikus. Salah satu
penyakit berbahaya yang disebabkan oleh tikus adalah demam gigitan tikus. Penyakit demam
tidak disebabkan oleh gigitan tikus binatang pengerat tersebut langsung tetapi langsung
mempengaruhi manusia oleh mencemari atau buang air kecil dalam makanan dan air yang
dikonsumsi oleh manusia.

2.5 Komponen-komponen yang dapat dipadukan dalam pengendalian tikus antara lain :

(a)

Sanitasi Lingkungan,dilakukan dalam bentuk membersihkan rumah, semak-semak dan

rerumputan, membongkar liang dan sarang serta tempat perlindungan lainnya. Dengan
lingkungan yang bersih, tikus akan merasa kurang mendapat tempat berlindung.

(b)

Fisik dan Mekanis,Usaha pengendalian secara fisik maupun mekanis meliputi semua cara

secara fisik langsung membunuh tikus seperti dengan pukulan, diburu dengan anjing,
menggunakan perangkap tikus, penggunaan pagar plastik dan lain sebagainya. Cara
pengendalian ini biasanya memberikan hasil yang memuaskan.

7

BAB 3
PEMBAHASAN

Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling
dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di
semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalam biologi; juga
merupakan hewan peliharaan yang populer. Tikus diketahui dapat mengirimkan sejumlah
penyakit langsung (melalui gigitan) atau tidak langsung melalui gigitan parasit yang ditemukan
pada tikus atau oleh kontaminasi makanan dengan urin atau feses. Berikut macam – macam
penyakityang disebabkan oleh tikus
3.1 Leptospirosis

Selama 1 Februari - 9 Maret 2004, telah dirawat 13 orang penderita leptospirosis, tiga orang
di antaranya meninggal. Gejala leptospirosis hampir sama dengan DBD. Suhu badan panas
selama 2-10 hari, menggigil, sakit kepala dan otot pada betis serta mata tampak merah atau
kekuning-kuningan.

I.

Apa Itu Lestospirosis

Leptospirosis sesungguhnya tergolong penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia juga, atau
disebut zoonosis. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira
8

berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama lebih
kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat
mati. Di dunia kedokteran veteriner, penyakit ini bukan asing lagi, bahkan telah lama sekali
dikenal. Vaksinasi hewan piaraan terhadap penyakit leptospirosis pun telah rutin dilakukan.

II.

Sumber Penularan

Penyebabnya bakteri Leptospira. Kuman ini hidup dan berbiak di tubuh hewan. Semua binatang
dapat terjangkiti. Paling banyak tikus dan hewan pengerat lainnya, selain binatang ternak.
Binatang piaraan, dan hewan liar pun adakalanya dapat terjangkiti pula. Leptospira yang telah
diketahui dari aspek imunologiknya banyak mempunyai serovars, sekitar 175 serovars. Di antara
serovars sedikit saja yang memiliki kekebalan silang. Infeksi oleh leptospira dapat oleh satu atau
lebih serovars. Pada binatang, serovars yang sering ditemukan adalah L. hardjo, L. Pamona, L.
grippotyphosa, L. Canicola, dan L. Ichterohaemorrhagiae. Masa tunas leptospirosis sekitar 10
hari. Dua pekan sehabis banjir reda di Jakarta, saat korban banjir membersihkan bekas endapan
banjir, kasus leptospirosis muncul. Boleh jadi kuman ada dalam air kotor yang disisakan banjir.

Hewan yang menjadi sumber penularan adalah tikus (rodent), babi, kambing, domba, kuda,
anjing, kucing, serangga, burung, kelelawar, tupai dan landak. Sedangkan penularan langsung
dari manusia ke manusia jarang terjadi.

III.

Cara Penularan
9

Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori
oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia
melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau makanan yang
terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira. Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.

IV. Gejala Klinis

1. Stadium Pertama



Demam menggigil



Sakit kepala



Malaise



Muntah



Konjungtivitis



Rasa nyeri otot betis dan punggung



Gejala-gejala diatas akan tampak antara 4-9 hari

10



Gejala yang Kharakteristik



Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada mata)



Rasa nyeri pada otot-otot

2. Stadium Kedua



Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita



Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama



Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi meningitis.
Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.

V. Komplikasi Leptospirosis



Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6



Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.



Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat
mengikabatkan kematian mendadak.
11



Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.



Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan, saluran
pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).



Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

VI. Pencegahan

Kuman leptospira mampu bertahan hidup beberapa bulan di air dan tanah, tetapi mati
oleh desinfektan, seperti lisol. Oleh karena itu, upaya “lisolisasi” seluruh permukaan lantai,
dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan tercemar air kotor banjir yang mungkin sudah
berkuman leptospira, dianggap cara mudah dan murah mencegah munculnya leptospirosis.
Selain sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya dilakukan dengan menjaga
tangan selalu bersih. Selain terkena air kotor, tangan dapat tercemar kuman dari binatang piaraan
yang sudah terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar. Hindari kontak dengan kencing
binatang piaraan.

Biasakan memakai alat pelindung diri, seperti sarung tangan karet sewaktu berkontak dengan
air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakai sepatu bot, terutama jika kulit ada luka,
borok, atau eksim. Selalulah membasuh tangan sehabis menangani binatang, ternak, atau
membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat kotor. Binatang piaraan yang terserang
leptospirosis langsung diobati, dan yang masih sehat diberi vaksinasi. Vaksinasi leptospirosis
berlaku bagi binatang.
12

Kebersihan lingkungan, khususnya rumah, harus dilakukan secara terus menerus. Jangan
memberi kesempatan tikus berkembang biak di dalam rumah. Bahkan tikus rumah perlu dibasmi
sampai ke sarang-sarangnya. Demikian pula jika terdapat binatang pengerat lain.

Jangan lupa bagi yang aktivitas hariannya di peternakan, atau yang bergiat di ranch. Kuda,
babi, sapi, bisa terjangkit leptospirosis, selain tupai, dan binatang liar lainnya yang mungkin
singgah ke peternakan dan pemukiman, atau ketika kita sedang berburu, berkemah, dan
berolahraga di danau atau sungai. Leptospirosis tidak menular langsung dari penderita ke
penderita. Namun, kencing binatang berpenyakit leptospirosis di air, makanan, dan tanah, yang
menjadi ajang penularan penyakit binatang ini terhadap tubuh manusia. Membiasakan diri
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Menyimpan makanan dan minuman dengan
baik agar terhindar dari tikus. Mencucui tangan dengan sabun sebelum makan. Mencucui tangan,
kaki

serta

bagian

tubuh

lainnya

dengan

sabun

setelah

bekerja

di

sawah/

kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya. Melindungi pekerja yang
berisiko tinggi terhadap leptospirosis (petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan, dan
lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan. Membersihkan tempat-tempat air
dan kolam renang. Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung. Menghindari pencemaran
oleh tikus. Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus
Meningkatkan penangkapan tikus.

VII Pengobatan

Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati dengan antibiotik
yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin dan turunannya (Amoxylline) Streptomycine,
13

Tetracycline, Erithtromycine. Bila terjadi komplikasi angka lematian dapat mencapai 20%,
segera berobat ke dokter terdekat.

VIIi. Kewaspadan oleh Kader / Masyarakat.

Bila kader / masyarakat dengan gejala-gejala diatas segera membawa ke Puskesmas /
UPK terdekat untuk mendapat pengobatan

IX. Sistem Kewaspadaan Dini

Analisa data penderita Leptospirosis yang dilaporkan oleh Rumah Sakit (SARS) ke Dinas
Kesehatan Propinsi DKI Jakarta

X. Penanggulangan KLB

Penanggulangan KLB dilakukan pada daerah yang penderita Leptospirosis cenderung
meningkat (per jam/hari/minggu/bulan) dengan pengambulan darah bagi penderita dengan gejala
demam, sekitar 20 rumah dari kasus indeks.

Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 2,5 sampai 16,45 persen
atau rata-rata 7,1 persen. Bahkan pada penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih
14

besar, bisa mencapai 56 persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang
ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematian akibat leptospirosis lebih tinggi lagi.

Untuk itu, lakukan pencegahan sedini mungkin. Antara lain dengan menjaga kebersihan
lingkungan. Tempat-tempat yang kemungkinan bisa dijadikan tempat bersarangnya tikus, segera
dibersihkan agar tak ada tempat sedikitpun untuk berkembangbiaknya bakteri leptospira yang
mematikan.(berbagai sumber/Idh)

3.2 PLAGUE/PENYAKIT PES

Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui Tanjung Perak,
Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, tahun 1923 melalui
pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban manusia meninggal
karena pes dari 1910-1960 tercatat 245.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934,
yaitu 23.275 orang.

Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam UU nomor 4
tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah, tata
cara penyampaian laporannya dan tata cara seperlunya tentang pedoman penyelidikan
epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa serta International Classification of
Disease ( ICD ). Di Indonesia telah diupayakan penanggulangan penyakit per melalui beberapa
kegiatan yang mendukung, seperti surveilans trapping, surveilans human, pengamnilan dan
15

pengiriman spesies, pengadaan obat-obatan dan Disponsible syringe, dan pengadaan metal life
trap.

Penyebaran penyakit plague/pes Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang
disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla
cheopis. Pess terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Pes Bubo

Pes Bubo merupakan penyakit yang mempunyai gejala demam tinggi, tubuh dingin, menggigil,
nyeri otot, sakit kepala hebat, dan ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di
pangkal paha, ketiak dan leher (bubo). Pada pemeriksaan cairan bubo di laboratorium ditemukan
kuman pes (Yersinis pestis).

2. Pes Pneumonik

Pes pneumonik adalah penyakit yang mempunyai gejala batuk secara tiba-tiba dan keluar dahak,
sakit dada, sesak nafas, demam, muntah darah. Pada pemeriksaan sputum atau usap tenggorok
ditemukan kuman pes (Yersinis pestis), dan apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan darah
untuk menemukan zat antinya.

Di Indonesia dan negara2 Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia.
Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague,
dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri
16

ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari
dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara. Jenis- jenis plague dan gejalanya pada
manusia

Ada 3 jenis penyakit plague yaitu:

1. Bubonic plague

Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat dengan tempat gigitan
binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut Bubo). Terasa sakit
apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil,
lemah, benjolan lunak berisi cairan di di tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic
plague jarang menular pada orang lain.

2. Septicemic plague

Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah kulit
atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual,
muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik. Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic
plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague
dan Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar.

3. Pneumonic plague

17

Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek, sesak napas, batuk,
sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya.
Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakaninfeksi sekunder akibat Bubonic
plague dan Septicemic plague yang tidak diobati dengan benar. Binatang yang dapat menjadi
pembawa plague. Semua binatang pengerat (tikus, marmut, hamster, tupai, dll), kucing, anjing,
kelinci, rusa, kambing dll.

Gejala plague pada kucing

Demam, muntah, diare, kondisi bulu yang buruk, lidah membengkak, luka pada mulut
(sariawan), terdapat kotoran pada mata. Diagnosa plague Diagnosa dilakukan dengan mengambil
cairan dari bubo, dahak (pada pneumonic plague) dan tes darah. Tes darah diulang setelah 10-14
hari.

a. Pengobatan plague

Plague pada manusia dan kucing dapat diobati dengan Streptomycin, Tetracyclin, Doxycyclin,
Gentamycin. Streptomycyn dosis tinggi terbukti lebih efektif mengobati plague. Penicilin tidak
efektif untuk penyakit plague. Diazepam diberikan untuk mengurangi rasa lelah. Heparin
biasanya diberikan apabila terdapat gejala pembekuan darah.

b. Pencegahan plague
18

1. Orang atau binatang di sekitar penderita plague harus diobati dg antibiotic selambat2nya 7 hari
setelah kontak dg penderita.

2. Memakai sarung tangan, baju panjang, masker, dan goggle (kacamata) pd waktu kontak dg
penderita plague

3. Tidak mengijinkan kucing makan tikus, kelinci atau binatang hidup berdarah panas lainnya.

4. Tidak mengijinkan kucing bermain di luar rumah, terutama di daerah yg banyak terdapat
sarang tikus.

5. Mengontrol populasi tikus dan kutu di lingkungan anda.

6. Vaksinasi plague apabila akan bepergian ke daerah epidemi plague.

Sejak dahulu kala sampai kini, infeksi mikroba merupakan ancaman utama terhadap
kesehatan manusia beradab. Penyakit pes – lebih daripada “pes-pes” di kemudian hari seperti
misalnya kolera, cacar, demam kuning dan influenza-tetap merupakan contoh utama mengenai
suatu penyakit infeksi yang datang dari luar negeri dan menyerang orang Filistin melalui
pelabuhan laut mereka. Wabah raya penyakit pes yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad
ke-6, berkecamuk waktu perdagangan internasional meningkat.

19

3.3 Sindrom hantavirus paru (PS)

hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan oleh tikus yang
terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia bisa terkena penyakit ini ketika mereka
menghirup virus aerosol. HPS pertama kali diakui pada tahun 1993 dan sejak itu telah
diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent
control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi
hantavirus. maka gejala yang dapat diamati : diare, muntah, mual, dan kram perut.

3.4 Rat-gigitan demam (RBF)

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri moniliformis
Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan dari binatang pengerat atau
menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran tikus. Salah satu penyakit
berbahaya yang disebabkan oleh tikus adalah demam gigitan tikus. Penyakit demam tidak
disebabkan oleh gigitan tikus binatang pengerat tersebut langsung tetapi langsung mempengaruhi
manusia oleh mencemari atau buang air kecil dalam makanan dan air yang dikonsumsi oleh
manusia. Jika barang-barang makanan yang terkontaminasi yang digunakan oleh manusia
sengaja maka berbagai penyakit yang dialami manusia.

Gejala-gejala yang disebabkan oleh penyakit ini :
20

1. Demam

2. Mual

3. Muntah

4. Sakit kepala

5. Nyeri di punggung dan sendi.
Mengurangi populasi tikus

untuk mengusir tikus dan tikus dari rumah dan sekitarnya. Untuk menyingkirkan tikus
dari rumah dan sekitarnya ada tikus repellents tersedia di pasar. Itu selalu untuk lebih baik untuk
lebih memilih ramah lingkungan repellents tikus. Salah satu ramah lingkungan repellents tikus
adalah semprotan pembasmi alami yang tidak mengandung apapun unsur-unsur beracun dan
dibuat dari versi yang dipilih dari herbal organik alami.

Jenis tikus pengusir menghasilkan bau tubuh kucing dan menyebabkan untuk
menyingkirkan tikus sederhana. Ada juga pengusir tikus elektronik ramah lingkungan yang
memancarkan suara frekuensi tinggi dan kesusahan produk di telinga tikus untuk menyingkirkan
tikus dan tikus dari rumah-rumah. Semua repellents tikus efektif untuk menyingkirkan tikus dan
tersedia dengan harga terjangkau di pasar.

21

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
 Tikus merupakan hama pengganggu dan perusak diberbagai aspek seperti pertanian,
kesehatan, dan keindahan.
 penyakit berbahaya seperti leptospirosis, sampar (Pes), thypus, cacing,dll.
 Cara pengendalian tikus ada 3, yaitu : Profing infestation, Sanitation, Treatment Tikus
 Leptospirosis adalah penyakit pada binatang yang bisa juga menjangkiti manusia
(zoonosis).
 Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia
pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis
 Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
moniliformis Streptobacillus

4.2 Saran
Untuk menghindari sepsis akibat bakteri gram negatif, hendaknya kita dapat menghindari
trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni bakteri gram negatif.

22

Daftar Pustaka



Afrizal, D. 2010. http://fkmutu.blogspot.com/2010/12/makalah-pengendalian-vektorpenyakit.html diakses pada tanggal 5 Maret 2011



Chandra,budi.

2003.Vektor

Penyakit

Menular

Pada

Manusia.

http://files.buku-

kedokteran.webnode.com/200000024-3716638102/Vektor%20Penyakit.pdf

.

diakses

tanggal 4 maret 2011.



Nurmaini. 2001. Identifikasi vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian
anopheles Aconitus secara sederhana.http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6Res3-ind.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011.



Peraturan

Mentri

Republik

Indonesia

nomor

374/Mekes/PER/III/2010.tentang

Pengendalian Vektor. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf.
diakses tanggal 4 maret 2011.



Arantina.

2008.

Pes

yang

Mematikan

Black

http://mikrobia.wordpress.com/2008/05/15/pes-yang-mematikan-black-death/.

Death.
Diakses

pada tanggal 18 November 2011.



Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.
23



Hamsafir,

Evan.2010.

Diagnosis

dan

Panatalaksaan

pada

Penyakit

Pes.

http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakitpes.html. Diakses pada tanggal 19 November 2011.



Mitcell, dkk. 2008. Buku Saku Patologis Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.



Natadisastra, Djaenuddin.2009. parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.



Soedarto. 2007. Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga Uniersity Press.

Solocats. 2008. Plague/Penyakit Pes. http://solocats.blogspot.com/2008/12/plaguepenyakitpes.html. Diakses pada tanggal 17 November 2011.

Tamboyong, Jun. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

24

WHO. 2002. Plague. http://www.who.int/topics/plague/en/. Diakses pada tanggal 17 November
2011.

WHO. 2005. Plague. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs267/en/. Diakses pada tanggal
17 November 2011.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.mayoclinic.com/health/plague/DS00493/DSECTION%3Dsymptoms. Diakses
pada tanggal 19 November 2011.

25