KRITIK SOSIAL DALAM ROMAN PUNKTCHEN UND

KRITIK SOSIAL DALAM ROMAN PÜNKTCHEN UND
ANTON KARYA ERICH KÄSTNER
(ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA)
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :
Ely Rusliawati
1203241027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI TOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dan
saling membutuhkan. Maka dari itu manusia saling berinteraksi,
menghargai, dan tolong menolong. Kehidupan sosial tidak akan berjalan
dengan mulus karena salah satunya tidak mendukungnya interaksi
tersebut.
Banyak penulis sastra menggambarkan fenomena sosial dalam
karyanya salah satunya dalam roman Pünktchen und Anton karya Erich
Kästner. Roman anak ini menceritakan kehidupan dua orang anak berusia
sekitar 9 tahun yang bernama Pünktchen dan Anton. Pünktchen adalah
seorang anak perempuan yang ceria putri seorang kepala Pabrik yang kaya
dengan ibu yang sangat sibuk sehingga kurang memperhatikannya
sedangkan Anton adalah anak laki-laki yang berasal dari keluarga kurang
mampu ia tinggal hanya dengan ibunya yang sakit-sakitan sehingga Anton
harus menggantikan ibunya bekerja di kedai kafe Italia.
Roman Pünktchen und Anton ditulis pada tahun 1931 oleh Erich
Kästner. Roman ini merupakan roman anak kedua yang ditulis Erich
setelah roman anak Emil und die Detektive. Erich

Kästner sendiri


merupakan seorang penulis ternama di Jerman. Kästner merupakan lulusan
ilmu sastra, sejarah dan filsafat dari Universitas Leipzig. Ia menerima
gelar doktor pada tahun 1925 dan menjadi asisten Editor di sebuah Surat
Kabar Leipzig. Karya-karyanya banyak bertema tentang dunia anak.

Dalam tulisannya yang bertema anak Kästner juga ingin menyampaikan
pesan tentang persahabatan, perbedaan status sosial yang ada di Jerman,
cerita krimanal yang terjadi di kota besar dan perpecahan antar keluarga.
(https://www.inhaltsangabe.de/autoren/kaestner/. Diunduh pada 05 Januari
2016).
Roman ini dibagi dalam 16 kapitel. Setiap kapitel banyak hal yang
penulis ingin sampaikan tentang masalah sosial yang digambarkan pada
kehidupan Pünktchen dan Anton. Permasalahan kehidupan anak-anak yang
cukup kompleks yang memperlihatkan sisi-sisi lain dunia anak yang tidak
hanya keceriaan. Dalam roman ini juga digambarkan tentang kriminalitas
yang terjadi di kota besar, perbedaan status sosial, keluarga yang tidak
harmonis, dan persahabatan.
Dalam setiap akhir Kapitel pengarang memberikan kesimpulan dan
opini berupa kritik terhadap kejadian demi kejadian yang dilamai tokoh
utama Pünktchen. Fenomena permasalahan sosial yang terjadi kehidupan

masyarakat khususnya masyarakat Jerman ini yang menarik untuk diteliti.
B. Fokus Masalah
1. Masalah sosial apa yang dikritik oleh Erich Kästner?
2. Bagaimana bentuk penyampaian kritik oleh Erich Kästner?

C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan Masalah sosial apa saja yang dikritik oleh Erich
Kästner dalam roman Pünktchen und Anton
2. Mendeskripsikan bentuk penyampaian kritik Erich Kästner dalam
roman Pünktchen und Anton

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan korelasi
antara satra, pengarang, dan masyarakat dalam penciptaan sebuah
karya sastra.
b. Sebagai bahan kajian dan perbandingan yang relevan bagi
penelitian yang serupa.
c. Sebagai bahan pembelajaran sastra, khususnya sastra Jerman.
2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran mengenai masalah-masalah sosial yang
terjadi di masyarakat Jerman.
b. Memahami muatan sosial yang terkandung dalam roman
Pünktchen und Anton karya Erich Kästner.

E. Batasan Istilah
1. Roman
Roman adalah cerita prosa yang menekankan pada pengalaman
atau pengalaman dan peristiwa, yang memiliki beberapa alur.
2. Kritik Sosial
Kritik sosial adalah kritik yang berupaya untuk menanggulangi
suatu permasalahan yang ada di masyarakat.
3. Bentuk Penyampaian
Cara yang digunakan pengarang untuk menyampaikan kritik, yaitu
secara langsung dan tidak langsung.
-

BAB II
KAJIAN TEORI


A. Pengertian Roman
Roman merupakan salah satu dari tiga genre karya sastra. Dua
genre sastra lainnya berupa Lyrik termasuk di dalamnya adalah Poesie atau
Gedicht dan Drama (Sugiarti, dkk, 2005: 2). Pada awalnya roman
merupakan sebuah cerita yang disusun dalam bahasa Romagna, bahasa
yang digunakan sehari-hari di daerah sekitar kota Roma. Dengan kata lain
kata roman berasal dari bahasa daerah, bukan bahasa latin resmi seperti
biasa dipakai oleh para ahli. Setelah abad ke-13 istilah roman dipakai
untuk cerita-cerita avontur atau suatu cerita yang penuh kisah asmara
dalam bentuk puisi yang kemudian berkembang menjadi bentuk prosa.
Dalam perkembangannya, roman tidak lagi menampilkan gambaran dunia
kolektif suatu kelompok, namun roman mengisahkan peristiwa-peristiwa
lahir dan batin dari seseorang atau beberapa orang tokoh pada suatu zaman
tertentu dan untuk pembaca-pembaca individual (Hartoko, 1986: 120121).

Dalam kesusastraan Indonesia, istilah roman dan novel umumnya
dibedakan pengertiannya. Van Leeuwan dalam Zulfahnur (1996: 66-67)
mengemukakan bahwa roman lebih banyak melukiskan seluruh hidup
pelaku-pelaku, mendalami sifat-sifat watak mereka, dan melukiskan
sekitar tempat mereka hidup. Pelaku-pelaku dilukiskan dari mulai kecil

hingga akhir hidupnya, sedangkan novel dianggapnya tidak mendalam,
lebih banyak melukiskan suatu saat, suatu episode dari kehidupan
seseorang. Isinya lebih terbatas dari roman.
Sementara itu, Jassin dalam Zulfahnur (1996: 67) membedakan
pengertian roman dan novel sebagai berikut: suatu roman melingkupi
seluruh kehidupan, pelaku-pelakunya dilukiskan dari kecilnya hingga
matinya, dari ayunan hingga ke kubur; sedangkan novel menceritakan
suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana kejadian-kejadian
itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib
tokohnya.
Teeuw (2003: 189) menyebutkan bahwa roman merupakan bentuk
sastra yang seringkali dianggap paling bersifat mimetik. Apa yang
diceritakan dalam roman harus mendekati kenyataan; dunia roman yang
disajikan dalam roman harus dikenali dan harus akrab dari segi kenyataan.
Hartoko (1986: 121) menyebutkan bahwa roman dirumuskan dalam
beberapa kriteria tematis dan formal, yaitu sebagai berikut.
1.

Secara tematis-struktural dapat dibedakan antara roman-roman yang
menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialami seorang tokoh (cerita


silat, Robinson, detektif, western), roman yang mementingkan profil dan
perkembangan psikologis tokoh-tokoh dan roman yang menggambarkan
suasana pada zaman tertentu atau di suatu daerah tertentu (roman sejarah,
roman sosial, science fiction, roman daerah, roman kota dan sebagainya).
2.

Secara formal-struktural dititikberatkan kriteria yang berkaitan dengan
aspek-aspek menceritakan sesuatu (siapa yang menceritakan, point of
view, bagaimana waktu dan ruang ditampilkan, roman dalam bentuk Aku
atau Dia, roman dalam bentuk surat menyurat, buku catatan harian,
autobiografi, kenang-kenangan dan sebagainya).
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa roman adalah

sebuah karya gambaran kehidupan dunia yang diciptakan oleh pengarangnya,
yang di dalamnya menampilkan hidup suatu tokoh beserta permasalahannya.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, roman adalah
sebuah karangan sebagai wujud ekspresi batin pengalaman hidup pengarang
yang menceritakan suatu peristiwa baik lahir maupun batin seseorang atau
beberapa tokoh yang bersumber dari kehidupan nyata serta dituangkan dalam

tulisan yang bernilai estetis. Dengan demikian roman dalam kasusastraan
Jerman memiliki arti yang sama dengan novel dan roman dalam kasusastraan
Indonesia.
B. Sosiologi Sastra
Dalam penelitian ini aspek yang dikaji adalah kritik sosial dengan
pendekatan sosiologi sastra.
Sosiologi sastra atau sosiokritik adalah disiplin ilmu yang terlahir pada
abad ke-18, ditandai dengan tulisan Madame de Stael (Ratna, 2003: 331)

yang berjudul De la literature cinsideree dans ses rapports avec les institutions
socials (1800). Meskipun demikian, buku teks tentang sosiologi sastra
pertama baru terbit pada tahun 1970, berjudul The Sociology of Art and
Literature: a reader, yang dihimpun oleh Milton C. Albrecht, dkk.
Endraswara berpendapat “sosiologi sastra merupakan dua bidang ilmu
yang memiliki keterkaitan satu sama lain. dalam kaitan ini sastra merupakan
sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan suatu tes dialektika
antara pengarang dengan situasi sosial yang membentukanya, yang kemudian
dikembangkan menjadi sebuah karya sastra“ (Endraswara 2003: 78 ). Hal ini
menunjukkan bahwa karya sastra banyak lahir dari keadaan masyarakat sosial
di lingkungan pengarang.

Menurut Ratna (2003:2) sosiologi sastra adalah pemahama terhadap karya
sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek

kemasyarakatan yang

melatarbelakanginya. Lebih lanjut Ratna (2003:11) mengungkapkan tujuan
sosiologi sastra, yaitu meningkatkan pemahaman terhadap karya sastra dalam
kaitannya dengan masyarakat, bahwa rekaan (imaji) tidak bertentangan
dengan kenyataan. Hal ini sejalan dengan pendapat Endraswara bahwa
Sosiologi sastra berbanding lurus dengan kenyataan.
C. Sastra, Masyarakat, dan Permasalahan Sosial
1. Sastra dan Masyarakat
Sastra dan masyarakat mempunyai hubungan yang erat satu sama
lain. Karya-karya sastra tidak lahir begitu saja ada yang melatarbelakangi
kehadirannya.

Masyarakat

adalah


bagian

yang

melatarbelakang

terciptanya karya Sastra. Masyarakat dengan segala permasalahan yang
timbul didalamnya seringkali menjadi bahan sesorang untuk berkarya yang
hidup ditengah-tengah masyarakat tersebut. Ratna mengungkapkan

(Ratna,2011:332) bahwa ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan demikian
harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebab: 1) Karya sastra
ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh
penyalin, sedangkan ketiga subyek tersebut adalah anggota masyarakat, 2)
Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan
yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh
masyarakat, 3) Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam
melalui


kompetensi

masyarakat,

yang

dengan

sendirinya

telah

mengandung masalah masalah kemasyarakatan, 4) Berbeda dengan ilmu
pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya
sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika. Masyarakat jelas
sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut, terakhir 5) Sama
dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas,
masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.
Dengan demikian dapat disimpulkan karya sastra adalah cerminan
kondisi

masyarakat.

Pengarang

sebagai

anggota

masyarakat

menyampaikan pendapat dan pandangannya mengenai kondisi masyarakat
di lingkungannya mengenao masalah-masalah sosial melalui karya sastra
yang diciptakannya.
2. Permasalahan Sosial
Menurut Soekanto (1990: 46), suatu masalah sosial akan timbul,
apabila terjadi ketidakserasian antara nilai-nilai dan norma norma yang
berlaku dengan kenyataan yang dihadapi. Ada beberapa masalah sosial

penting yang dihadapi oleh masyarakat yang pada umumnya sama, yaitu
a) masalah kemiskinan sebagai suatu keadaan seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan ukuran kehidupan kelompoknya
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya
dalam kelompok tersebut; b) kejahatan; c) disorganisasi keluarga, yaitu
suatu perpecahan dalam keluarga sebagai suatu unit, oleh karena anggotaanggota keluarganya gagal memenuhi kewajibankewajibannya yang sesuai
dengan peranan sosialnya; d) masalah generasi muda; e) peperangan; f)
pelanggaran terhadap normanorma masyarakat; g) masalah kependudukan;
h) masalah lingkungan; i) birokrasi (Soekanto, 1990: 462-463).
Adapun penyebab timbulnya masalah sosial secara garis besar
adalah, pertama terjadi hubungan antara warga masyarakat yang
menghambat pencapaian tujuan penting dari sebagian besar warga
masyarakat. Kedua, organisasi sosial menghadapi ancaman serius oleh
ketidakmampuan mengatur hubungan antarwarga (Rab & Selznich via
Soetomo, 1995: 4).
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan apapun bentuk permasalahan
sosial adalah suatu kondisi yang tidak disukai oleh sebagaian anggota
masyarakat. Kondisi tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan.
Berdasarkan pendapat pakar mengenai jenis permasalahan sosial di
atas, maka penulis mengklasifikasikan jenis-jenis masalah sosial menjadi
delapan aspek, sebagai dasar pengklasifikasian jenis-jenis kritik sosial.
Pengklasifikasian masalah sosial tersebut mengacu pada berbagai aspekaspek kehidupan masyarakat yang lebih bersifat umum, diantaranya adalah

masalah politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, keluarga, agama,
moral, gender.
D. Kritil Sosial dalam Karya Sastra
1. Kritik sosial
Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani “krinein“ yang berarti
mengamati,

membanding,

dan

menimbang.

Dalam

Ensiklopedia

Indonesia, kritik didefinisikan sebagai penilaian (penghargaan), terutama
mengenai hasil seni dan ciptaan-ciptaan seni (Tarigan, 1985: 187). Kata
sosial dalam hal ini berhubungan dengan interaksi dengan masyarakat.
Interaksi yang dilakukan warga masyarakat mengacu pada permasalahan
yang melibatkan banyak orang dan sering disebut dengan kepentingan
umum, manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat semestinya
mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan individu.
Kritik sosial merupakan usaha seseorang untuk memberikan penilaian dan
pendapat terhadap suatu persoalan atau kenyataan sosial yang terjadi di
masyarakat. Kondisi sosial yng dikritik adalah kondisi sosial yang
dianggap menyimpang dalam kurun waktu tertentu. Penilaian dapat
diungkapkan dengan berbagai cara berikut mengamati, menyatakan
kesalahan, memberi pertimbangan, dan sindiran guna menentukan nilai
hakiki suatu masyarakat lewat pemahaman, penafsiran, dari kondisi yang
harus dipertanggungjawabkan. Adapun batasan kritik sosial selalu disertai
dengan 1.) penilaian yang dilakukan oleh seseorang 2.) kritik sosial
digunakan untuk menentukan nilai hakiki suatu masyarakat, 3.) kritik
sosial didasarkan pada kenyataan sosial, 4.) bentuk penyampaian kritik

sosial dengan cara mengamati, menyatakan kesalahan, memberi
pertimbangan, dan sindiran.
Batsan kritik sosial yang akan digunakan pada penilitian ini adalah kritik
sosial yang berdasarkan pada kenyataan- kenyataan

sosial yang

menyimpang. Penulis memfokuskan menganalisis masalah-masalah sosial
ynag muncul dalam budaya Jerman dengan latar belakang waktu, tempat,
dan budaya pengarang.
2. Kritik sosial dalam Karya Sastra
Karya sastra melalui medium bahasa figuratif konotatif memiliki
kemampuan yang jauh lebih luas dalam mengungkapkan masalah-masalah
yang ada di masyarakat (Ratna, 2003: 23). Lebih lanjut menurut Ratna
(2011:335) diantara genre utama karya sastra, yaitu puisi, prosa, dan
drama, genre prosalah, khususnya novel yang dianggap paling dominan
dalam

menampilkan

unsurunsur

sosial.

Alasan

yang

dapat

dikemukakandiantaranya: a) novel menampilkan unsur-unsur cerita yang
lebih lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan masalkahmasalah kemasyarakatan yang juga luas,b) bahasa novel cenderung
menggunakan bahasa sehari-hari, bahasa yang paling umum digunakan
oleh masyarakat. Oleh karena itulah, dikatakan bahwa novel merupakan
genre yang sosiologis dan responsiv sebab sangat pekat terhadap fluktuasi
sosiohistoris.
Sastrawan sebagai anggota masyarakat berusaha mengkomunikasin
masalah-masalah yang ada di masyarakat dengan menciptakan suatu
karya yang mengandung kritik
masyarakat.

sehingga dapat mewakili perasaan

Kritik sosial dalam karya sastra memiliki kesamaan dengan kritik
sosial dalam pengertian umum atau kritik sosial dalam media massa.
Kesamaan tersebut terletak pada kemampuannya untuk mengungkapkan
segala problem sosial. Damono (1979: 25)

berpendapat bahwa kritik

sosial dalam karya sastra (dewasa ini) tidak lagi hanya menyangkut
hubungan antara orang miskin dan orang kaya, kemiskinan dan
kemewahan. Kritik sosial mencakup segala macam masalah sosial yang
ada di masyarakat, hubungan manusia dengan lingkungan, kelompok
sosial, penguasa dan institusi-institusi yang ada.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa karya sastra
dapat berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan kritik sosial
terhadap fenomena kondisi masyarakat sehingga adanya keharmonisan.
3. Jenis-Jenis kritik Sosial
Pada penelitian ini peneliti mengklasifikasikan jenis-jenis kritik
sosial berlandaskan pada konsep sosiologi sastra Marx, dengan
pengembangan konsep konflik sosial berdasarkan konsep lembagalembaga

kemasyarakatan,

sehingga

peninjauan

kritik

dilakukan

berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.
Dalam konsep sosiologi sastra Marx dijelaskan bahwa eksistensi
sastra sebagai produk pikiran dan perasaan manusia ditentukan oleh faktor
di luar sastra, yaitu struktur material masyarakat (Kurniawan, 2011:46).
Dalam menganalisis sastra dengan metodologi analisis sastra Marx,
terdapat tiga paradigma yakni: pertama analisis terhadap aspek di luar
sastra, yaitu struktur kelas ekonomi masyarakat yang menjadi faktor

determinasi sastra, yang dilakukan dengan mengidentifikasi latar sosial
yang menjadi konteks terjadinya peristiwa. Kedua, analisis terhadap relasi
struktural sastra dengan struktur masyarakat, yang tinjauan akhirnya
adalah mengidentifikasi fenomena sosial masyarakat yang menjadi acuan
dari perspektif konflik sosial antar kelas. Ketiga, analisis fungsi sosial
sastra.
Menurut Soekanto (1990:395) pada hakekatnya masalahmasalah
sosial yang terjadi pada masyarakat merupakan gejalagejala yang tidak
dikehendaki atau gejala patologis. Gejala-gejala

tersebut akan

menyebabkan kekecewaan dan penderitaan bagi warga masyarakat. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa masalah-masalah

sosial yang terjadi akibat

adanya ketidaksesuaian unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang
membahayakan kehidupan

kelompok sosial. Dalam keadaan normal

terdapat integrasi yang sesuai antara lembaga-lembaga kemasyarakatan
sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini (Soekanto, 1990: 398399).

Gambar. 1Hubungan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang terintegrasi
secara harmonis.
Berdasarkan gambar diatas, terdapat distribusi yang merata antar
lembaga kemasyarakatan, antara lain: rumah tangga, moral, politik,
pendidikan, agama, kebiasaan, dan ekonomi. Namun apabila distribusi
antar aspek tidak merata, maka akan timbul permasalahan sosial.
Berasarkan uraian di atas maka kritik sosial pada penelitian ini
diklasifikasikan menjadi delapan aspek meliputi politik, ekonomi,
kebiasaan, pendidikan, keluarga, moral, gender, dan agama. Pembagian ini
berdasarkan pada pembagian lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
meliputi: politik, moral, pendidikan, agama, rumah tangga, ekonomi dan
kebiasaan.
a. Kritik Sosial Masalah Politik
b. Kritik Sosial Masalah Ekonomi
c. Kritik Sosial Masalah Pendidikan
d. Kritik Sosial Masalah Kebudayaan
e. Kritik Sosial Masalah Moral
f. Kritik Sosial Masalah Keluarga
g. Kritik Sosial Masalah Agama
h. Kritik Sosial Masalah Gender
4. Bentuk penyampaikan kritik sosial dalam karya sastra
a. Bentuk penyampaian langsung
b. Bentuk penyampaian tidak langsung
E. Penelitian yang relevan

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pustaka yang menggunakan teknik
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian pustaka atau penelitian perpustakaan
dilakukan dalam kaitanya dengan objek dalam bentuk karya tertentu. Artinya,
objek tersebut dianggap sah, sudah cukup diri untuk mewakili keseluruhan data
yang diperlukan (Ratna, 2004: 17). Secara keseluruhan metode kualitatif
memanfaatkan cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi
(Ratna, 2004: 46).
B. Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata, frasa atau
kalimat-kalimat yang berisi kritik-kritik sosial yang terdapat dalam kinderroman
Pünktchen und Anton. Dengan demikian pembahasan dalam penelitian ini akan
berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian pembahasan
tersebut.
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah roman berjudul Pünktchen und Anton
karangan Erich Kästner. Roman ini diterbitkan pada tahun 2013 oleh Dresslr
Verlag Gmbh, Hamburg dengan tebal halaman 154 halaman, yang dimulai dari
halaman 7 sampai halaman 154.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang berupa roman. Oleh
karena itu dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah teknik baca

catat. Data diperoleh dari kata, frasa, kalimat, maupun paragraf yang
mengungkapkan kritik-kritik sosial. Adapun langkah-langkah yang ditempuh
dalam pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut.
1. Membaca keseluruhan roman untuk mengetahui identifikasi umum.
2. Membaca dengan cermat yang di dalamnya ada kegiatan menganalisis kata,
frasa atau kalimat yang berhubungan dengan kritik-kritik sosial dalam roman
tersebut
3. Mencatat hasil pembacaan secara menyeluruh
4. Mengklasifikasikan data sesuai fokus permasalahan dalam bentuk tabel.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri yang akan menganalisis
roman berjudul Pünktchen und Anton karya Erich Kästner. Kegiatan penelitian ini
juga dibantu alat-alat lain berupa laptop dan alat tulis yang digunakan untuk
mencatat data-data yang ditemukan. Data tersebut menyangkut kata-kata yang
mengandung kritik dalam roman Pünktchen und Anton .
F. Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data penelitian dilakukan dengan validitas
semantik dan expert judgment atau pertimbangan ahli. Dalam hal ini peneliti
berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan bertanya kepada para ahli di luar
dosen pembimbing. Sementara itu reliabilitas data penelitian dilakukan dengan
reliabilitas intrarater dan interrater. Dalam reliabilitas intrarater peneliti
melakukan pembacaan secara berulang-ulang untuk memastikan hasil temuan
data, sedangkan reliabilitas interrater peneliti mendiskusikan hasil temuan data

dengan rekan yang telah membaca karya tersebut atau memahami bidang yang
diteliti.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dengan teknik
deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh diidentifikasi dan diklasifikasikan sesuai
kategori yang ditentukan. Data-data tersebut kemudian ditafsirkan maknanya
dengan menghubungkan antara data dan teks tempat data berada. Selain itu
dilakukan juga interferensi, yaitu menyimpulkan data-data yang telah dipilahpilah tersebut untuk kemudian dibuat deskripsinya sesuai dengan kajian
penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
balai Pustaka.
Hartoko, Dick. dan B. Rahmanto 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:
Kanisius.
Meutiawati. Tia dkk. 2007. Mengenal Jerman Melalui Sejarah dan Kesussastraan,
Yogyakarta: Narasi.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sugiarti, Yati dkk. 2005. Literatur 1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan

`
Teeuw, A. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Wellek, Renne dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani
Budianta. Jakarta: Gramedia.
Zulfahnur, dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

KRITIK SOSIAL DALAM ROMAN PÜNKTCHEN UND ANTON KARYA
ERICH KÄSTNER
(ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA)
Oleh
Ely Rusliawati
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) kritik masalah sosial
yang ada di Jerman dalam roman Pünktchen Und Anton Karya Erich Kästner dan
(2) bentuk penyampaian kritik Erich Kästner dalam roman Pünktchen Und Anton.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra. Data

penelitian ini berupa kata, frasa, dan kalimat dalam roman Pünktchen Und Anton
karya Erich Kästner. Penulis belum mampu memberikan kesimpulan hasil
penelitian karena masih dalam proses penelitian.
Sumber data penelitian ini adalah roman Pünktchen Und Anton karya
Erich Kästner yang diterbitkan oleh Dressler Verlag GmbH di Hamburg tahun
2013, ISBN 978-3-7915-3014-7
. Data diperoleh dengan teknik menbaca dan mencatat. Data dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif. Keabsahan data

diperoleh dengan validitas semantik dan diperkuat dengan validitas ekspert
judgement. Reliabilitas yang digunakan
Interrater.

adalah reliabilitas Intrarater dan