KONSEP WARGA NEGARA DALAM HUKUM INTERNAS

KONSEP WARGA NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL
Oleh Tammy Sri Rahayu
Mahasiswa Departemen Pendidikan Kewarganegaraan
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
I.

PENDAHULUAN
Hukum Internasional pada hakikatnya merupakan keseluruhan azas-azas
yang mengatur hubungan antara negara yang satu dengan negara yang
lainnya atau bisa diasumsikan sebagai hubungan antara subjek hukum
Internasional. Selain itu negara merupakan salah satu subjek dalam Hukum
Internasional, serta merupakan subjek yang dapat dikategorikan penting
diantara subjek Hukum Internasional lainnya. Hal tersebut dikarenakan
bahwa Negara lah yang mampu melakukan hubungan-hubungan internasional
dengan negara lain dan tidak ada batasan dalam berhubungan dengan subjek
lainnya selama ada aturan dan perjanjian yang disepakati, dalam aspek
Hukum Internasional dapat dikatakan bahwa Negara lah yang menjadi
penggerak hubungan-hubungan internasional. Jika di asumsikan lahirnya
negara sebagai subjek Hukum Internasional seiring dengan lahirnya Hukum
Internasional, sehingga dengan demikian negara dapat dikatakan sebagai

subjek Hukum Internasional yang sifatnya klasik atau hukum internasional
ada salah satunya karena hadirnya Negara.
Negara sebagai subjek dalam Hukum Internasional, hal tersebut tentu
menjadikan negara memiliki peranan yang penting dalam Hukum
Internasional begitu pun sebaliknya hukum internasional dapat dikatakan
memiliki peranan penting bagi sebuah Negara. Pentingnya peranan negara
dalam Hukum Internasional yaitu ketika suatu Negara mengadakan
kerjasama dengan Negara lain otomatis menghasilkan sebuah hukum atau
aturan internasional yang disepakati kedua belah pihak untuk ditaati,
kemudian peranan penting sebuah hukum internasional terhadap sebuah
Negara yaitu ketika di analogikan Negara sebagai tempat bagi warga Negara
tentu memiliki sebuah hukum dalam mengatur warga negaranya dalam
menjalankan hak-hak nya, hukum yang berlaku dalam sebuah Negara

1

biasanya ada beberapa aturan yang diterapkan melalui hasil ratifikasi hukum
internasional.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Bangsa dan Warga Negara

Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang bersatu atau dipersatukan
oleh adanya persamaan nasib dan pengalaman di masa lampau dan
mempunyai cita-cita serta tujuan yang sama untuk kehidupan di masa
depan.1 Istilah bangsa menurut Otto Baeur diartikan sebagai sekelompok
manusia yang memiliki karakter dan sifat yang hampir sama karena
persamaan nasib dan pengalaman sejarah dan budayanya yang saling
sama dan juga tumbuh berkembang bersama dengan tumbuh kembangnya
bangsa2.
Untuk menentukan definisi warga negara menurut Aristoteles,
bergantung pada konstitusi yang berlaku di negara tersebut. Aristoteles
menyatakan “different constitution require different types of good
citizen”. Pernyataan ini memberikan indikasi bahwa untuk mengetahui
pengertian warga negara serta sisapa yang menjadi warga negara
tergantung pada konstitusi yang berlaku di negara tersebut. 3
Dalam konstitusi negara Indonesia, yakni Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, dalam pasal 26 warga negara ialah
1) Yang menjadi warga negara Indonesia ialah orang-orang Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan menurut Undang-undang
sebagai warga negara,
2) Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan

Undang-undang.
Warga negara atau dalam bahasa Inggris disebut citizen, sedangkan
dalam bahasa Perancis citoyen dalam bahasa Yunani yakni civic (asal
1

Tanpa Nama, “Konsep Kewarganegaraan”, [pdf], tt, diakses dari:
digilib.unila.ac.id/1844/8/BAB%20II.pdf
2
Tanpa nama, “Pengaturan hukum internasional tentang hubungan antara negara dengan warga
negara”, [pdf] di akses dari:httprepository.usu.ac.idbitstream123456789420403Chapter
%20II.pdf, hlm. 23
3
A Wahab dan Sapriya, Teori dan landasan Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta CV, Bandung,
2011, hlm.213

2

kata civicus) yang berarti penduduk sipil atau citizen. Penduduk sipil
(citizen) ini melaksanakan kegiatan demokrasi secara langsung dalam
suatu polis atau negara kota (civic state). Turner mengatakan bahwa

warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang tinggal dan
hidup atau tinggal diwilayah hukum tertentu. Turner pula menegaskan
bahwa warga negara adalah anggota dari suatu kelompok yang hidup
dalam aturan-aturan pemerintah.4
Menurut Pasal 2 Undang-Undang No. 12 tahun 2006, yang dimaksud
warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga
negara.5
B. Cara Memperoleh Kewarganegaraan
Yang mengikat seseorang dengan negaranya ialah kewarganegaraan
yang ditetapkan oleh masing-masing hukum nasional, pada umumnya ada
tiga cara penetapan kewarganegaraan yaitu:
1. Ius Sanguinis, adalah cara penetapan kewarganegaraan melalui
keturunan, menurut cara ini, kewarganegaraan anak ditentukan oleh
kewarganegaraan orang tuanya.
2. Ius Soli, menurut sistem ini kewarganegaraan seseorang ditentukan
oleh tempat kelahirannya dan bukan kewarganegaraan orang tuanya.
3. Naturalisasi, suatu negara memberikan kemungkinan bagi warga
asing


untuk

memperoleh

kewarganegaraan

setempat

setelah

memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti telah mendiami negara
tersebut dalam waktu yang cukup lama atau melalui perkawinan.6
Undang-Undang No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI
mengatur tata cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia, Berbagai
cara orang asing agar menjadi Warga Negara Indonesia, antara lain
melalui cara:
1. Menjadi WNI dengan cara Pewarganegaraan
4

S Wuryan dan Syaifullah, Ilmu kewarganegaraan (civics), Laboratorium Pendidikan

Kewarganegaraan Bandung, 2015, hlm. 108
5
Asep Kurnia, Panduan Praktis Mendapatkan Kewarganegaraan Indonesia, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2012, hlm.11
6
Boer Mauna, Hukum Internasional, PT Alumni, Bandung, 2000, hlm. 18

3

Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk
memperoleh

kewarganegaraan

Indonesia

melalui

permohonan


berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Indonesia. Pengertian pewarganegaraan
atau yang lebih dikenal dengan istilah “naturalisasi” merupakan salah
satu cara orang asing menjadi Warga Negara Indonesia. Persyaratan
dan tata cara memperoleh kewaranegaraan Indonesia melalui
pewarganegaraan diatur mulai dari Pasal 8 sampai dengan Pasal 18
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006.
Menurut Bagir Manan, Pewarganegaraan merupakan fungsi
administrasi negara yang sangat penting, baik bagi negara maupun
bagi pemohon. Dari segi negara, pewarganegaraan bertalian dengan
salah satu unsur negara yaitu warga negara. Dari segi pemohon,
pewarganegaraan menyangkut perubahan status, perubahan hak dan
kewajiban terhadap negara, pemerintah, dan masyarakat.7
2. Menjadi WNI dengan Cara Menyapaikan Pernyataan
Pengertian kata pernyataan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah

hal

menyatakan,


tindakan

menyatakan,

pemakluman,

pemberitahuan. Dalam kaitannya dengan kewarganegaraan, kata
pernyataan ini dapat ditemukan dalam Pasal 19 Undang-Undang
Nomor 12 tahun 2006 yang menyatakan bahwa warga negara asing
yang melakukan perkawinan secara sah dengan warga negara
Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia dengan
menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat.
Apabila orang asing melakukan perkawinan yang sah dengan
perempuan Indonesia, hak menyampaikan pernyataan ada pada suami
yang berkewarganegaraan asing. Sedangkan apabila orang asing
melakukan perkawinan yang sah dengan laki-laki Indonesia, hak
menyampaikan pernyataan ada pada istri yang berkewarganegaraan
asing. Di sini terlihat ada asas “equal facility” atau adanya kedudukan


7

Asep Kurnia, Opcit., hlm 17-18

4

yang sama dari orang asing sebagai suami atau istri dari warga negara
Indonesia.
Dengan
dipahami

demikian
bahwa

kewarganegaraan

kata
orang

“menyampaikan

asing

Indonesia

yang

tersebut

pernyataan”
akan

dapat

memperoleh

mendapatkan

suatu

keistimewaan karena orang asing tersebut melakukan perkawinan

yang sah dengan Warga Negara Indonesia, dengan syarat telah
nertempat tinggal di Indonesia sekurang-kurangya 5 tahun berturutturut atau 10 tahun tidak berturut-turut, dan kewarganegaraan tidak
diberikan kalau akan menimbulkan kewarganegaraan ganda8
3. Menjadi WNI dengan Cara Pendaftaran
Pendaftaran menjadi WNI dilakukan dalam hal:
a. Anak yang lahir sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 4
huruf c, huruf d, huruf h, huruf l dan anak yang diakui atau
diangkat secara sah sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 5.
b. Warga Negara Indonesia yang bertemat tiggal di luar wilayah
negara Republik Indonesia selama 5 tahun atau lebih tidak
melaporkan diri kepada perwakilan RI telah kehilangan
kewarganegaraan

RI

sebelum

Undang-Undang

ini

diundangkan dapat memperoleh kembali kewarganegaraan
dengan mendaftarkan diri di Perwakilan RI dalam waktu
paling lambat 3 tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan
sepanjang tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda.9
4. Menjadi WNI karena Pemberian Pemerintah RI
Pemberian kewarganegaraan RI mengandung makna bahwa
pemerintah

RI

melakukan

inisiatif

untuk

memberikan

kewarganegaraan RI. Orang asing yang telah berjasa kepada
negara Republik Indonesia, atau dengana alasan kepentingan
negara dapat diberi kewarganegaraan Republik Indonesia oleh
Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyar RI. Orang asing yang telah berjasa kepada RI adalah orang
8
9

Ibid., hlm. 18-19
Ibid., hlm. 19-20

5

asing yang karena prestasinya yang luar biasa dibidang
kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan
lingkungan hidup, serta keolahragaan telah memberikan kemjuan
dan keharuman nama bangsa Indonesia.
Sedangkan yang dimaksud dengan orang asing yang diberi
kewarganegaraan karena alasan kepentingan negara adalah orang
asing yang dinilai oleh negara telah dan dapat memberikan
sumbangan yang luar biasa untuk kepentingan memantapkan
kedaulatan negara dan untuk meningkatkan kemajuan khususnya
dibidang perekonomian Indonesia.10
5. Dengan Sendirinya menjadi WNI dengan Ketentuan UndangUndang
Kewarganegaraaan RI dengan sendirinya diberikan kepada
orang asing, dengan ketentuan bahwa si penerima adalah anak
yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di Indonesia di mana ayah atau ibu memperoleh
kewarganegaraan RI, maka dengan sendirinya anak tersebut
berkewarganegaraan RI. Atau, anak warga negara asing yang
belum berusia 5 tahun yang diangkat secara sah menurut
penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia
memperoleh warga negara RI.
Yang dimaksud dengan pengadilan di sini adalah pengadilan
negeri di tempat tinggal pemohon yang bertempat tinggal di
wilayah Indonesia. Bagi pemohon yang bertempat tinggal di luar
negeri, pengertian pengadilan di sini adalah Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat.11

C. Asas-Asas Hukum Keluarga dalam Hukum Internasonal

10
11

Ibid., hlm. 21-22
Ibid., hlm. 22

6

Asas-Asas dalam Hukum Keluarga Berbicara tentang hukum keluarga,
maka pada dasarnya orang berbicara tentang perkawinan. Dalam Hukum
Perdata Internasional, persoalan perkawinan transnasional adalah salah
satu bidang yang paling vulnerable terhadap persoalan-persoalan Hukum
Perdata Internasional. Di Indonesia, Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan, yakni: "Ikatan lahir batin antara seorang pria
dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa." Ikatan semacam itu yang berlangsung antara seorang pria dan
seorang wanita yang masing-masing tunduk pada sistem hukum nasional
yang berbeda tentunya akan memunculkan persoalan Hukum Perdata
Internasional dalam bidang hukum keluarga yang meliputi masalah
validitas perkawinan sendiri.
Asas Hukum Keluarga dalam Hukum Internasional:
1. Validitas Esensial Perkawinan Asas-asas utama yang berkembang
dalam Hukum Perdata Internasional tentang hukum yang harus
digunakan untuk mengatur validitas materiil suatu perkawinan, yakni:
Asas lex loci celebrationis, perkawinan harus ditetapkan berdasarkan
kaidah hukum dari tempat dilangsungkannya perkawinan/perkawinan
diresmikan.
a. Asas yang menyatakan bahwa validitas materil suatu perkawinan
ditentukan berdasarkan sistem hukum dari masing-masing pihak
menjadi warga negara sebelum perkawinan dilangsungkan.
b. Asas yang menyatakan validitas material perkawinan harus ditentukan
berdasarkan sistem hukum dari tempat masing-masing pihak
berdomisili sebelum perkawinan dilangsungkan.
c. Asas yang menyatakan validitas materil perkawinan harus ditentukan
berdasarkan sistem hukum dari tempat dilangsungkan perkawinan
(locus celebrationis), tanpa mengabaikan persyaratan perkawinan
yang berlaku didalam sistem hukum para pihak sebelum perkawinan
dilangsungkan.

7

2. Validitas Formal Perkawinan berdasarkan asas locus regitactum, diterima
asas bahwa validitas/persyaratan formal suatu perkawinan ditentukan
berdasarkan lex loci celebrationis.
3. Akibat-Akibat Perkawinan Dalam Hukum Perdata Internasional tentang
akibat perkawinan (seperti masalah hak dan kewajiban suami istri,
hubungan orang tua dan anak, harta kekayaan perkawinan, dan
sebagainya). Tunduk pada:
a. Sistem hukum tempat perkawinan diresmikan (lex loci celebrationis).
b. Sistem hukum dari tempat suami istri bersama-sama menjadi warga
negara salah setelah perkawinan (gemeenschapelijke nationaliteit/
joint nationality).
c. Sistem hukum dari tempat suami istri berkediaman tetap bersama
setelah perkawinan (gemeenschapelijke woonplaats/ joint residence).
Atau tempat suami istri ber-domisili tetap setelah perkawinan.
4. Perceraian dan Akibat Perceraian Perceraian harus diselesaikan
berdasarkan siatem hukum dari tempat:
a. Lex loci celebrationis.
b. Gemeenschapelijke nationaliteit/ joint nationality.
c. Gemeenschapelijke woonplaats/ joint residence atau domicile of
choice setelah perkawinan.
d. Diajukannya gugatan perceraian (lex fori).12
D. Hapus (hilangnya) Status Kewarganegaraan
Kehilangan status kewarganegaraan bisa saja terjadi pada seorang
warga negara disuatu negara. Di Indonesia sendiri, kehilangan atau
dihapuskannya warga negara dapat terjadi kepada seseorang berdasarkan
Pasal 23 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan,
jika yang bersangkutan:
a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri
b. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain,
sedangkan orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu

12

Dena Agustina, tt, “Hukum Perdata Internasional” [pdf], diakses dari: http://www.docsengine.com/pdf/1/hukum-perdata-internasional.html.

8

c. Dinyatakan

hilang

kewarganegaraan

oleh

presiden

atas

permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun
atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan
dinyatakan hilang kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi
tanpa kewarganegaraan
d. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari
presiden
e. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam
dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara
Indonesia
f. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia
kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut
g. Tidak diwajibkan tetapi ikut serta dalam pemilihan sesuatu yang
bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing
h. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing
atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegraan yang
masih berlaku dari negara alain atas namanya, atau
i. Bertempat tinggal diwilayah negara Republik Indonesia selama 5
tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan
yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk
tetap menjadi warga negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun
itu berakhir, dan setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak
mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia
kepada Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal Perwakilan
Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis
kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan.13
1. Mengikuti Wajib Militer

13

Asep Kurnia, Opcit., hlm. 109-110

9

Pasal 23 huruf d Undang-Undang No 12 Tahun 2006 menyatakan
bahwa warga negara Indonesia kehilangan kewarganegaraan jika yang
bersangkutan masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih
dahulu dari Presiden. Namun untuk hal ini ada celah pengecualian.
Pasal 24 UU No. 12 tahun 2006 menyatakan adanya suatu
pengecualian

bagi

mereka

yang

sedang

mengikuti

program

pendidikan di negara lain dan negara tersebut mengharuskan
mengikuti wajib militer.14
2. Kehilangan Kewarganegaraan dikerenakan Keterkaitan Orang Tua
Pasal 25 ayat 1 Undang-Undang No.12 Tahun 2006 menyatakan
bahwa kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang
ayah tidakdengan sendirinya berlaku terhadap anaknya yang
mempunyai hubungan hukum dengan ayah nya sampai dengan anak
tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin. Sedangkan ayat 2
menyatakan bahwa kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
bagi seorang Ibu tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya
yang tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai
dengan anak tersebut berusia 18 tahun atau telah kawin. Dan ayat 3
menegaskan bahwa kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesi
karena memperoleh kewarganegaraan lain bagi seorang ibu yang
putus perkawinannya, tidak dengan sendirinya berlaku terhadap
anaknya sampai dengan anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah
kawin.
Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap
anak sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 ayat (1), (2), (3) UndangUndang No. 12 Tahun 2006 berakibat anak berkewarganegaraan
ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah kawin anak tersebut harus
menyatakan memilih salah satu kewarganegaraan.15
3. Kehilangan Kewarganegaraan Karena Keterkaitan Perkawinan
Hal yang berbeda terjadi pada kasus keterkaitan perkawinan. Pasal
26 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 menyatakan bahwa
14
15

Ibid., hlm. 111
Ibid., hlm. 111-112

10

perempuan Warga Negara Indoesiayang kawin dengan laki-laki warga
negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika
menurut hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan istri
mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan
tersebut.
Sedangkan laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan
perempuan warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan
Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal istrinya,
kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai
akibat perkawinan tersebut. Hal ini termuat di ayat 2 Pasal tersebut.
Perempuan atau laki-laki sebagaimana dimaksud pada kedua ayat
tersebut jika ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia maka dapat
mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada Pejabat
atau Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya melimputi
tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan
tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Surat pernyataan
dapat diajukan oleh perempuan atau laki-laki setelah 3 tahun sejak
tanggal perkawinannya berlangsung.
Pasal 27 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 menyatakan bahwa
kehilangan Kewarganegaraan bagi suami atau istri yang terikat
perkawinan

yang

sah

tidak

menyebabkan

hilangnya

status

kewarganegaraan dari istri atau suami.16
4. Kehilangan Kewarganegaraan RI dengan Sendirinya
Pasal 31 Ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2007 tentang
tata cara memperoleh, kehilangan, pembatalan, dan memperoleh
kembali kewarganegaraan Republik Indonesia, menyebutkan bahwa
Warga

Negara

Indonesia

dengan

sendirinya

kehilangan

kewarganegaraannya karena beberapa alasan.17
5. WNI Dinyatakan Hilang Kewarganegaraan Oleh Presiden Atas
Permohonannya Sendiri

16
17

Ibid., hlm. 112-113
Ibid., hlm. 113-115

11

Pasal 23 ayat huruf c Undang-Undang No 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan RI menyatakan bahwa Warga Negara Indonesia
kehilangan kewarganegaraan jika yang bersangkutan dinyatakan
hilang kewarganegaraan oleh presiden atas permohonannya sendiri,
yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun, bertempat tinggal diuar
negeri, dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan Republik
Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan. Persyaratan untuk
mengajukan permohonan tersebut adalah sudah berusia 18 tahun atau
sudah kawin, bertempat tinggal diluar negeri, dan dipastikan juga
dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak
menjadikan si pemohon tanpa kewarganegaraan.18
E. Hak-Hak Warga Negara dalam Aspek Hukum Internasional
Terdapat pertanyaan apakah individu dapat dianggap sebagai
subjek hukum internasional. Dalam menjawab pertanyaan tersebut
terdapat dua konsep yang berbeda. Dengan merujuk pada praktik
internasional yang berlaku dan hukum positif, pada umumnya pakar
hukum berpendapat bahwa hukum internasional hanya mengatur
hubungan antar negara dan oleh karena itu individu tidak dapat dianggap
sebagai subjek hukum internasional. Jadi pada intinya mereka
berpendapat bahwa hanya negara saja yang merupakan subjek hukum
internasional dan bukan individu.
Sebaliknya ada juga yang berpendapat terutama Prof. Georges
Scelle, pakar hukum kenamaan dari Perancis bahwa hanya individu yang
merupakan subjek hukum internasional. Para pendukung doktrin ini
mendasarkan

pandangannya

bahwa

bukankah

tujuan

akhir

dari

pengaturan-pengaturan konvensional adalah individu dan oleh karena itu
dia

mendapatkan

perlindungan

internasional.

Suatu

konvensi

internasional yang ditandatangani oleh sejumlah negara yang berisikan
ketentuan bahwa pelayaran atas suatu sungai internasional adalah bebas,
tidak lain berarti sebagai pemberian kebebasan kepada individu-individu,
pedagang, pemilik kapal, untuk dapat menggunakan sungai tersebut bagi
18

Ibid., hlm.117

12

keperluan usaha mereka. Jadi keseluruhan dari ketentuan internasional
mengenai pelayaran menyangkut individu-individu.
Ada juga naskah yang mengatur secara langsung keadaan individu
seperti konvensi-konvensi mengenai tawanan perang (Konvensi Den
Haag) yang mengatur perang dan Konvensi-Konvensi Palang Merah dan
semuanya mempunyai tema yang sama yaitu perlindungan terhadap
individu-individu yang lemah, menderita sakit, tidak bersenjata, dan lainlain. Maka dari itu tidak dapat disangkal bahwa perlindungan terhadap
individu merupakan tema umum dari pengaturan internasional dan
keseluruhan ketentuan-ketentuan hukum.
Telah kita ketahui bahwa banyak ketentuan internasional yang
menyangkut

individu-individu

baik

dalam

bentuk

keuntungan-

keuntungan yang diberikan maupun kewajiban-kewajiban yang harus
mereka laksanakan. Namun demikian tidak berarti bahwa individu secara
otomatis merupakan subjek hukum internasional karena dalam banyak
hal, negara bertindak sebagai layar antara mereka dan hukum
internasional.
Secara prinsip merupakan tugas negara agar individu-individu
yang berada di bawah yuridiksinya mematuhi kewajiban-kewajiban yang
menyangkut mereka. Sebaliknya jarang terjadi individu yang secara
langsung mendapatkan kemudahan yang diberikan oleh norma-norma
internasional tertentu tanpa perantaraan negara. Pasca Perang Dunia II
masyarakat dunia mulai memperhatikan tindakan-tindakan kekejaman,
kekerasan, penganiayaan, dan pembunuhan masal yang dilakukan oleh
rezim diktator selama perang berlangsung sehingga memunculkan
kesadaran masyarakat internasional untuk melembagakan pemajuan dan
perlindungan secara internasional terhadap hak asasi manusia.
Sehubungan dengan hal itu, secara gencar organisasi-organisasi
internasional terutama PBB beserta organisasi-organisasi regional
meletakkan prinsip-prinsip pokok, merumuskan berbagai kebijakan,
langkah dan tindakan untuk memajukan dan melindungi hak-hak asasi
manusia di seluruh penjuru dunia dan untuk semua bangsa. Masalah

13

perlindungan internasional HAM ini sudah diatur secara baik dalam
hukum internasional HAM yang secara khusus mengatur mengenai
perlindungan individu dan kelompok dari pelanggaran berat HAM yang
dilakukan oleh aparat pemerintah.
PBB mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam pemajuan
dan perlindungan hak-hak asasi di seluruh dunia. Tiga tahun setelah PBB
berdiri, Majelis Umum mencanangkan pernyataan umum tentang HAM
(Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948.
Deklarasi tersebut terdiri dari 30 pasal yang mengumandangkan seruan
agar rakyat menggalakkan dan menjamin pengakuan yang efektif dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan yang telah
ditetapkan dalam deklarasi.
Pasal 1 dan 2 Deklarasi menegaskan bahwa semua orang
dilahirkan dengan martabat dan hak-hak yang sama dan berhak atas
semua hak dan kebebasan sebagaimana yang ditetapkan oleh Deklarasi
tanpa membeda-bedakan baik dari segi ras, warna kulit, jenis kelamin,
agama, pandangan politik, maupun yang lain, asal-usul kebangsaan atau
sosial, hak milik, kelahiran, atau kedudukan yang lain. Sedangkan dalam
Pasal 3 sampai 21 Deklarasi tersebut menempatkan hak-hak sipil dan
politik yang menjadi hak semua orang. Hak-hak tersebut antara lain.
a. Hak untuk hidup
b. Kebebasan dan keamanan pribadi
c. Bebas dari perbudakan dan penghambaan
d. Bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam,
tak

berperikemanusiaan

ataupun

yang

merendahkan

derajat

kemanusiaan
e. Hak untuk memperoleh pengakuan hukum dimana saja sebagai
pribadi
f. Hak untuk pengampunan hukum yang efektif
g. Bebas dari penangkapan, penahanan atau pembuangan yang
sewenang-wenang

14

h. Hak untuk peradilan yang adil dan dengar pendapat yang dilakukan
oleh pengadilan yang independen dan tidak memihak
i. Hak untuk praduga tak bersalah
j. Bebas dari campur tangan sewenang-wenang terhadap keleluasaan
pribadi, keluarga, tempat tinggal maupun surat-surat
k. Bebas dari serangan kehormatan dan nama baik
l. Hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu
m. Bebas bergerak, hak untuk memperoleh suaka, hak atas suatu
kebangsaan, hak untuk menikah dan membentuk keluarga, hak untuk
mempunyai hak milik
n. Bebas berpikir, berkesadaran dan beragama, dan menyatakan
pendapat
o. Hak untuk menghimpun dan berserikat, hak untuk ambil bagian
dalam pemerintahan dan hak atas akses yang sama terhadap
pelayanan masyarakat
Pasal 22 sampai 27 dari Deklarasi tersebut berisikan hak-hak
ekonomi sosial dan kebudayaan yang menjadi hak semua orang. Hak
tersebut antara lain.
a. Hak atas jaminan sosial
b. Hak untuk bekerja
c. Hak untuk membentuk dan bergabung pada serikat-serikat buruh
d. Hak atas istirahat dan waktu senggang
e. Hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan dan
kesejahteraan
f. Ha atas pendidikan
g. Hak untuk berpartisipasi dalam kebudayaan masyarakat19

19

Boer Mauna, Opcit.

15

III.

PENUTUP
Negara merupakan salah satu subjek dalam Hukum Internasional, serta
merupakan subjek yang dapat dikategorikan penting diantara subjek Hukum
Internasional lainnya. Hal tersebut dikarenakan bahwa Negara lah yang
mampu melakukan hubungan-hubungan internasional dengan negara lain
sesuai dengan hukum Internasional dan perjanjian yang disepakati,
1. Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang bersatu atau dipersatukan
oleh adanya persamaan nasib dan pengalaman di masa lampau dan
mempunyai cita-cita serta tujuan yang sama untuk kehidupan di masa
depan. Dalam konstitusi negara Indonesia, yakni Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, dalam pasal 26 warga negara ialah
a) Yang menjadi warga negara Indonesia ialah orang-orang Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan menurut Undangundang sebagai warga negara.
b) Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan
Undang-undang.
2. Cara Memperoleh Kewarganegaraan dalam Undang-Undang No 12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI mengatur tata cara memperoleh
kewarganegaraan Indonesia, Berbagai cara orang asing agar menjadi
Warga Negara Indonesia, antara lain melalui cara:
a. Menjadi WNI dengan cara Pewarganegaraan
b. Menjadi WNI dengan Cara Menyapaikan Pernyataan
c. Menjadi WNI dengan Cara Pendaftaran
d. Menjadi WNI karena Pemberian Pemerintah RI
e. Dengan Sendirinya menjadi WNI dengan Ketentuan Undang-Undang
3. Asas-Asas Hukum Keluarga dalam Hukum Internasonal, Asas-Asas
dalam Hukum Keluarga Berbicara tentang hukum keluarga, maka pada
dasarnya orang berbicara tentang perkawinan. Dalam Hukum Perdata
Internasional, persoalan perkawinan transnasional adalah salah satu
bidang yang paling vulnerable terhadap persoalan-persoalan Hukum
Perdata Internasional. Di Indonesia, Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan

16

4. Hapus

(hilangnya)

Status

Kewarganegaraan,

Kehilangan

status

kewarganegaraan bisa saja terjadi pada seorang warga negara disuatu
negara. Di Indonesia sendiri, kehilangan atau dihapuskannya warga
negara dapat terjadi kepada seseorang berdasarkan Pasal 23 UndangUndang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan,
5. Hak-Hak Warga Negara dalam Aspek Hukum Internasional

17

IV.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D. (tt). “Hukum perdata internasional”. [pdf]. Tersedia:
http://www.docs-engine.com/pdf/1/hukum-perdatainternasional.html.Di Akses: 22 November 2016
Kurnia, A. (2012). Panduan praktis mendapatkan kewarganegaraan
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Mauna, B. (2000). Hukum InternasionaL. Bandung: PT Alumni
Tanpa Nama. (tt). “Konsep kewarganegaraan”. [pdf]. Tersedia:
digilib.unila.ac.id/1844/8/BAB%20II.pdf.

Di

Akses:

22

November 2016
Tanpa nama. (tt). “Pengaturan hukum internasional tentang hubungan
antara negara dengan warga negara”. [pdf]. Tersedia: http:
repository.usu.ac.idbitstream123456789420403Chapter
%20II.pdf, hlm. 23. Di Akses: 22 November 2016
Wahab, A. A dan Sapriya. (2011). Teori dan landasan Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta CV.
Wuryan, S. dan Syaifullah. (2015). Ilmu kewarganegaraan (civics).
Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

18