MAKALAH PELAYANAN PUBLIK PENGARUH OTONOM

MAKALAH
PELAYANAN PUBLIK
PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

OLEH
FAISHAL RASYID
23.1981
KELAS C.4
MANAJEMEN PEMRINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2014-2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih serta sayang-Nya sehingga kita semua masih diberi
kesempatan untuk menikmati segala ciptaan-Nya yang dihamparkan di bumi
ini.
Salam beriring sholawat kita kirimkan kepada Nabi junjungan kita yakni

Nabi Muhammad SAW yang kita sadari bahwa beliaulah yang telah membawa
kita semua dari alam yang begitu gelap menuju alam yang terang benderang
yaitu keislaman seperti yang kita rasakan bersama-sama hingga saat ini.
Adapun

penulis

menyusun

makalah

yang

berjudul

“Pengaruh

Otonomi Daerah terhadap Kualitas Pelayanan Publik” penulis sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan, sehingga kedepannya

kami dapat memperbaiki diri demi peningkatan kualitas Makalah selanjutnya.
Adapun harapan dari penulis agar kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Jatinangor, 8 Desember 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kualitas pelayanan publik yang baik adalah pelayanan yang mampu
memberikan kepuasan bagi masyarakat yang menerima pelayanan publik
tersebut tanpa komplain. Pelayanan yang diberikan membuat masyarakat
merasa nyaman dan bahagia tanpa ragu bahwa pelayanan tersebut telah
dilaksanakan dengan benar.
Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan agenda reformasi
birokrasi yang bertitik tolak dari fakta yang ada tentang buruknya kualitas
pelayanan publik yang sebagian besar ditentukan oleh kualitas sikap karakter
aparatur pemerintah yang korup dan tidak memiliki tanggungjawab.

Saat ini pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah masih
jauh dari kondisi ideal yang diharapkan. Masih terdapat oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan jabatannya untuk mendapatkan
keuntungan.
Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah haruslah sesuai
dengan prinsip penyelenggaraannya yaitu:
1. Kesederhanaan: Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami, dan mudah dilaksanakan.
2. Kepastian: Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
3. Akurasi: Produk pelayanan publik dapat diterima dengan benar, tepat,
dan sah.
4. Tidak diskriminatif: Tidak membedakan suku, ras, dan agama.
5. Bertanggung jawab: Pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan publik.
Otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ini
harus dapat dilaksanakan dengan baik dan benar oleh pemerintah daerah
untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu otonomi daerah dan pelayanan publik?
2. Mengapa otonomi daerah penting?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam melaksanakan otonomi daerah?
4. Bagaimana pengaruh otonomi daerah terhadap pelayanan publik?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui otonomi daerah dan pelayanan publik?
2. Untuk mengetahui pentingnya otonomi daerah.
3. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam pelaksanaan otonomi
daerah.
4. Untuk mengetahui pengaruh otonomi daerah terhadap pelayanan
publik.

BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 Angka 6
“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan Kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Kualitas adalah baik buruknya seuatu atau totalitas fitru-fitur dan
karakteristik-karakteristik dari produk atau layanan yang berpengaruh pada

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan yang tersirat
(ISO).
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai
segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa
publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan publik
adalah baik buruknya suatu pelayanan yang diberikan pemerintah yang
berpengaruh pada kepuasan masyarakat. Dimana kualitas pelayanan publik
tersebut bergantung pada kinerja pemrintahan daerah untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam hal ini pelayanan publik.
Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik dapat dilakukan
dengan mengikuti Siklus Deming yang dari Dr. W. Edwards Deming, yaitu
meliputi tahapan-tahapan berikut (Drs. H. Surjadi, M.Si 2012:55):
 Tahap perencanaan
 Tahap pelaksanaan
 Tahap pemeriksaan
 Tahap pelaksanaan
Perbaikan kualitas yang dimaksudkan sebagi upaya pemerintah dalam
memuaskan masyarakat yang pada dasarnya berkembang dari waktu ke
waktu. Jadi perbaikan yang dilakukan pun harus terus berkembang dari segi

pengamatan terhadap apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik.

BAB III
PEMBAHASAN
1. OTONOMI DAERAH DAN PELAYANAN PUBLIK
Pengertian "otonom" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
secara bahasa adalah "berdiri sendiri" atau "dengan pemerintahan sendiri".
Sedangkan "daerah" adalah suatu "wilayah" atau "lingkungan pemerintah".
Secara istilah "otonomi daerah" adalah "wewenang atau kekuasaan pada
suatu wilayah atau daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan
wilayah masyarakat itu sendiri."
Otonomi daerah menurut adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan
dan Kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia” Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Undang-Undang
ini adalah hasil dari perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan
kondisi masyarakat Indonesia saat ini.

Dengan berkembangnya modernisasi dan gaya kehidupan masyarakat
yang semakin tinggi memaksa pemerintah untuk harus selalu berbuat sesuatu
yang baru untuk mengurus urusan pemerintahannya yang berkembang dari
waktu ke waktu. Terbukti dengan banyaknya perubahan Undang-Undang
tentang otonomi daerah.
Otonomi daerah yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 memberikan wewenang kepada pemerintah daerah dengan terus
meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam bentuk jasa pelayanan berupa
barang publik maupun jasa publik.
Semua peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah harus
mengacu pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan
dasar dan filosofi Negara Indonesia. Peraturan tersebut harus sesuai dengan

keadaan masyarakat pada saat peraturan itu dibuat dan pro terhadap
kepentingan umum serta tidak merugikan mana pun.

2. PENTINGNYA OTONOMI DAERAH
Otonomi daerah saat ini telah begitu banyak melahirkan perubahan
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dampak otonomi daerah sangat
luas, tidak hanya sekedar menciptakan perubahan pada aspek pemerintahan

namun juga termasuk social, budaya, ekonomi dan politik.
Dampak otonomi yang luas timbul karena otonomi pada dasarnya
memiliki makna strategis yang berkaitan erat dengan tata kehidupan sosial,
budaya, ekonomi dan politik masyarakat Indonesia. Otonomi daerah
diharapkan mampu untuk mendorong terciptanya demokratisasi di Indonesia,
yang ditandai dengan meningkatnya peran masyarakat dalam proses
pembangunan. Peran tersebut diwujudkan dalam bentuk partisipasi, prakarsa,
dan kreatifitas untuk mengatur dan mengurus rumah tangga masing-masing.
Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak tahun 1999 hingga sekarang
telah melahirkan berbagai perubahan di antara sekian banyak dampak
otonomi daerah terhadap kehidupan masyarakat
Terdapat begitu banyak harapan yang ideal di balik penyelenggaraan
desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia. Salah satu dampak otonomi
daerah yang diharapkan adalah peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam
pelayanan publik, meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan terwujudnya
kemajuan pembangunan di seluruh daerah secara merata. Secara empiris,
negara-negara

yang


sukses

dalam

menyelenggarakan

kebijakan

desentralisasi telah membuktikan hal tersebut. Namun, bukti empiris juga
menunjukkan

bahwa

di negara-negara yang

gagal, penyelenggaraan

kebijakan desentralisasi justru mengganggu sektor pelayanan publik dan
menimbulkan ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan politik.


3. PERAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Hasil penelitian tentang kualitas pelayanan publik yang bisa dijadikan
pedoman bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas pelayanan

publik menyatakan bahwa 3-6 dari 10 pelanggan akan membicarakan tentang
buruknya perlakuan yang mereka terima. Dan 6 dari 10 pelanggan akan
mengkonsumsi barang atau jasa alternative (Pantius D, Soeling, 1997,11).
Hasil studi The Technical Assistens Research Program Intstitute
menunjukkan hasil bahwa 95% pelanggan yang dikecewakan tidak pernah
mengeluh kepada perusahaan. Rata-rata pelanggan yang complain akan
memberitahukan kepada 9 atau 10 orang lain mengenai pelayanan yang
buruk yang mereka terima. Dan 70% pelanggan yang complain akan berbisnis
kembali dengan perusahaan kalau keluhannya cepat ditangani (Pantius D,
Soeling, 1997,11).
Masih rendahnya pelayanan publik kepada masyarakat. Ini disebabkan
rendahnya kompetensi PNS daerah dan tidak jelasnya standar pelayanan
yang diberikan. Belum lagi rendahnya akuntabilitas pelayanan yang membuat
pelayanan tidak prima. Banyak terjadi juga Pemerintah daerah mengalami
kelebihan PNS dengan kompetensi tidak memadai dan kekurangan PNS
dengan kualifikasi terbaik. Di sisi yang lain tidak sedikit juga gejala

mengedepankan ”Putra Asli Daerah” untuk menduduki jabatan strategis dan
mengabaikan profesionalitas jabatan.
Dalam hal ini pelayanan memegang peranan yang sangat penting
untuk menjaga loyalitas konsumen. Jika kualitas yang didapatkan baik maka
yang akan menyebar di masyarakat adalah cerita yang baik pula yang dapat
meningkatkan

kepercayaan

masyarakat

terhadap

pelayanan

tersebut.

Sehingga masyarakat akan terus menggunakan pelayanan yang diberikan.
Berbagai

permasalahan

lain

dalam

otonomi

daerah

ialah

isu

pergeseran kekuasaan di kalangan elit daripada isu untuk melayani
masyarakat secara lebih efektif. Otonomi daerah diwarnai oleh kepentingan
elit lokal yang mencoba memanfaatkan otonomi daerah sebagai momentum
untuk mencapai kepentingan politiknya dengan cara memobilisasi massa dan
mengembangkan sentimen kedaerahan

seperti ”putra daerah” dalam

pemilihan kepala daerah.
Demikian pula dengan pemerintah daerah, jika dapat meningkatkan
kualitas pelayanan publik maka masyarakat pasti tidak akan mencari alternatif

lain. Jadi peranan pemerintah sangat penting untuk tetap menjaga dan
meningkatkan kualitas pelayanan publik.

4. PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN
PUBLIK.
Dengan bertambah luasnya kewenangan yang diberikan, maka aparat
pemerintahan di daerah dapat mengelola dan menyelenggarakan pelayanan
publik dengan lebih baik sesuai dengankebutuhan masyarakatnya, Hoesseein
(2001), “Otonomi daerah merupakan wewenang untuk mengatur urusan
pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat”.
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan pemberian pelayanan
kepada masyarakat akan lebih efektif. Namun sampai sekarang kualitas
pelayanan publik masih saja terdapat pelayanan yang sulit untuk diakses,
berbelit-belit dan biaya yang tidak jelas serta masih terdapat pungutan liar.
Selain itu ada juga ketidakadilan dalam pelayanan publik dimana
masyarakat yang tergolong dalam kategori miskin akan mendapatkan
kesulitan saat mendapatkan pelayanan sebaliknya orang yang tergolong
mampu

akan

lebih

mudah

mendapatkan

pelayanan. Untuk itu

jika

ketidakadilan ini teus terjadi maka pelayanan yang berpihak ini akan
memunculkan potensi disintegrasi bangsa, perbedaan antara yang kaya dan
yang miskin dalam konteks pelayanan, peningkatan ekonomi yang lamban.
Kejadian tersebut terjadi karena paradigma lama tersebut ditandai
dengan aparatur Negara di lingkungan birokrasi menempatkan dirinya untuk
dilayani bukan untuk melanyani. Padahal pemerintah seharusnya sadar
bahwa pelayanan merupakan pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan
keberhasilan dalam membangun bangsa.
Agar pelayanan publik berkualitas sudah sepantasnya pemerintah
mereformasi paradigma pelayanan publik terebut. Reformasi pelayanan publik
ini

adalah

penggeseran

pola

penyelenggara

pelayanan

publik

yang

berorientasi pemerintah sebagai penyedia menjadi pelayanan berorientasi
kepada kebutuhan masyarakat sebagai pengguna.

Penyerahan wewenang pun harus digunakan dengan bijaksana oleh
pemrintah daerah dengan melayani kebutuhan masyarakat tanpa membedabedakan status, ras, agama, golongan tertentu dan kepentingan-kepentingan
yang sering menjadikan pelayanan jadi tidak efekfif dan mengecewakan
masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah.

BAB IV
KESIMPULAN
Otonomi daerah saat ini telah begitu banyak melahirkan perubahan
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dampak otonomi daerah sangat
luas, tidak hanya sekedar menciptakan perubahan pada aspek pemerintahan
namun juga termasuk social, budaya, ekonomi dan politik.
Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik dapat dilakukan
dengan mengikuti Siklus Deming yang dari Dr. W. Edwards Deming, yaitu
meliputi tahapan-tahapan berikut (Drs. H. Surjadi, M.Si 2012:55):
 Tahap perencanaan
 Tahap pelaksanaan
 Tahap pemeriksaan
 Tahap pelaksanaan
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan pemberian pelayanan
kepada masyarakat akan lebih efektif. Namun sampai sekarang kualitas
pelayanan publik masih saja terdapat pelayanan yang sulit untuk diakses,
berbelit-belit dan biaya yang tidak jelas serta masih terdapat pungutan liar.