REVIEW BUKU HAM DAN POLITIK INTERNASIONA (1)

REVIEW BUKU HAM DAN POLITIK INTERNASIONAL
Siti Muafiah
Email : Sitimuafiah@studentsuunnesuauid
Judul Buku
Penulis
Penerbit
Tahun Terbit
Kota Penerbit
Bahasa Buku
Jumlah Halaman
ISBN Buku

: HAM DAN POLITIK INTERNASIONAL
: Ani Wu Soetjipto (ed)
: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
: 2015
: Jlu Plajuu Nou 10 Jakarta 10230
: Bahasa Indonesia & Bahasa Inggris
: 231 hlmu
: 978-979-461-954-4


Buku HAM dan Politik Internasional ini ditulis oleh Ani Wu Soetjipto yang
merupakan Pengajar di Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas
Indonesia dan Pengajar di Program Pasca Sarjana Kajian Gender Universitas
Indonesiau Selain sebagai pengajar saat ini Ani menjadi Board oi Editor Journal
oi Journal oi Current Southeast ASEAN Afairs (dipublikasikan oleh German
Institute oi Global and Area Studies)u Gender Consultant untuk beragam
organisasi internasional seperti HIVOS, The Asian Foundation, Danidam
Kemitraan serta UNDP (United Nation Development Program)u
Lahirnya buku HAM dan Politik Internasional ini dilatarbelakangi oleh
ketidak pahaman beberapa kalangan mengenai Istilah Politik Internasional,
Hubungan Internasional dan Politik Globalu untuk beberapa kalangan sering
menganggap mengenai istilah tersebut untuk tujuan yang sama dan dianggap
hanya sekedar permainan bahasa atau istilah sematau Dalam buku ini , Politik
Internasional dimaknai bukan sebagai kajian tentang hubungan antar negara,
dimensi hubungan diantara mereka, atau pola-pola yang terbentuk dalam
hubungan tersebut, seperti halnya yang selama ini dikenal dengan istilah
Hubungan Internasionalu
Buku ini hadir dengan harapan bisa memberikan kontribusi dan
memperkaya kajian politik Internasional lewat lensa yang lebih komprehensii,
berkeadilan , dan membebaskan dalam memandang tatanan dunia iniu Selain

itu buku ini dimaksudkan sebagai bacaan awal bagi para mahasiswa, peneliti,
aktivis dan kalangan umum yang berminat pada beberapa isu pada buku iniu
Didalam buku HAM dan Politik Internasional karya Ani Wu Soetjipto terdiri
dari
8 bab, bab 1 berisi tentang Sebuah Pengantar HAM dan Politik
Internasional, bab 2 menjelaskan tentang beberapa buku dan artikel yang
membahas Hak Asasi Manusia dan Politik Internasional, membahas mengenai
kasus Genosida Rwarda dan Peran Institusi HAM internasional pada bab 3,
membahas tentang Pelanggaran HAM dalam Counterterrorism Amerika Serikat
pada bab 4, membahas konfik identitas dan pelanggaran HAM di Rwanda pada
bab 5, membahas tentang statelessness Rohingya di myanmar : Kritik
Terhadap Sovereignty pada bab 6, membahas tentang Jaringan Advokasi
Transnasional dan perjuangan HAM Falun Gong pada pada bab 7, dan
menjelaskan HAM di Indonesia Paska Reiormasi: Tinjauan dari Hak Sipil dan
Politik pada bab 8u Yang akan di bahas di sini mengenai keunikan dan
1

kekurangan serta akan mengulas Per bab dari buku HAM dan Politik
Internasional karya Ani Wu Soetjipto iniu
Dalam bab 1 penulis membagi pada pembahasan ini menjadi tiga bagianu

Bagian pertama membahas dan mengelaborasi perspektii klasik dari kajiankajian HAM dan Politik Internasionalu Bagian kedua membahas perspektii
kultural, mengaitkan ienomena empirik Politik Internasioal dengan gagasangagasan yang berkemang dalam kontestasi antara politik HAM dan flsaiat
HAMu Bagian ketiga membahas perspektii kritis dalam kajian Politik
Internasional dan HAMu Pada bagian pertama penulis lebih condong
menjelaskan tentang kelemahan dari pendekatan klasik dalam menganalisa
HAM dan Politik internasional adalah kesenjangan teori HAM dengan ienomena
empirik yang sering tidak sejalan (Politik HAM dan ide-ide normatii), dan
kelamahan yang lain adalah penekanan pendekatan klasik pada dimensi politik
keamanan dari HAM, dan kurang menyoroti dimensi lain (ekonomi dan sosial
serta kultural)u Bagian kedua penulis membahas perspektii kultural, yang disini
lebih membahas tentang karakteristik dari pendekatan kultural, karakteristik
dari pendekatan kultural adalah pluralisme di dalam pendekatan terhadap HAM
karena setiap tradisi dan perspektii hanya menjelaskan seara terbatas aspekaspek tertentu dari HAM yang hendak menjadi bahan kajianu Bagian ketiga
disini lebih menitikberatkan komunitas dan masyarakat yang beragumen
bahwa persoalan hak bukan sesuatu yang diklaim tetapi sesuatu yang di
perjuangkanu
Pada bab 1 ini pendekatan-pendekatan penulis dalam menulis
pembahasan disini juga di jelaskan secara jelas beserta tantangan dan solusi
penulis dalam menulis buku iniu Alasan penulis membagi pada tiga bagian
tersebut adalah berawal dari landasan yang berbeda itu sendiri, maka cara

pandang teori HI pos-positivistik lebiih banyak tertarik untuk mengamati
ketimpangan, Kemudian kondisi tersebut menjadi komitmen penulis untuk
memicu para sarjana untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran HI yang
lebih emansipatoris dan tidak lagi melihat ienomena internasional sebagai
sesuatu yang netralu Justru, sejak awal komitmen untuk berpihak dalam isu-isu
yang menjadi iokus kajian mereka seperti gender, HAM, lingkungan, dan
ekonomi telah dipegang teguhu Pendekatan ini membuka pintu bagi mereka
untuk berkontribusi secara intelektual dan untuk tujuan memuliakan manusia
oleh karena agensi manusia dilihat sebagai komponen yang penting untuk
perubahan sosialu Pada akhir pembahasan ini juga terdapat kolom yang
mengenai perbandingan Tiga pendekatan tersebut, yang mempermudah
pembaa untuk lebih singkat untuk memahami perbedaan dari pendekatan
yang di pakai penulis untuk menulis buku iniu
Penulis juga menjelaskan pada bagian akhir pada pembahasan ini
bawasannya di Indonesia sendiri hingga saat ini arus utama dalam
pembelajaran HAM dan Politik Internasional masih banyak menggunakan
persepktii klasik dan perspektii kulturalu Pendekatan ketiga yang lebih kritis
belum terlalu populer walaupun tren untuk mengembangkannya kini telah
cukup terbukau Jadi maksud dari bab satu ini adalah lebih mejelaskan konsep
penulis dalam menulis buku ini dan tujuan penulis menulis buku iniu

Dalam bab 2 tentang Buku Hak Asasi Manusia dan Politik Internasional,
pembahasan artikel mengenai Hak Asasi Manusia yang membahas beragam
tema dan topik aktual seputar HAM yang tidak saja berdampak nasional dan
2

regional, tetapi juga menjadi kepedulian yang luas dikalangan internasionalu
Jadi para pembaca dapat mengetahui dasar-dasar analisa yang akan dibahas di
bab selanjutnya melalui artikel yang di jelaskan pada bab iniu Pada
pembahasan ini juga di jelaskan mengenai tujuan penulis dalam menulis buku
ini yakni “ Buku Hak Asasi Manusia dan Politik Internasional ini kami
peruntukan sebagai bahan untuk mahasiswa, peneliti, aktivis, maupun
kalangan umum yang berminat pada isu iniu
Lewat artikel-artikel yang termuat dalam buku ini, para penulis menulis
beragam tema dan topik aktual seputar isu HAM yang tidak saja berdampak
nasional dan regional, tetapi juga menjadi kepedulian yang luas dikalangan
Internasional”u Membahas isu hak asasi manusia lewat rangkaian tulisan dalam
buku ini bukan hanya bertujuan utuk memberi pemahaman tentang hak dasar
yang dimiliki oleh setiap manusia, standar-standar dasar bagaimana manusia
harus di perlakukan (tidak boleh di bunuh, disiksa, dan ditangkap tanpa
alasan), serta pemenuhan hak dasar individu yang menjadi hak mereka seperti

pendidikan, kesehatan, pekerjaan, proses hukum yang adil, dan seterusnya
namun yang lebih penting adalah sikap teguh dan ideologi pemihakan pada
kelompok rentan dan minoritas serta mereka yang tersisih dalam masyarakat
dan bagaimana hak-hak dasar mereka sebagai manusia bisa di penuhiu Tidak
jarang prinsip-prinsip
dasar tentang hak dasar manusia terlanggardan
penegakan hukum atas pelanggaran HAM berat tersebut tidak optimalu
Di dalam buku ini juga di jelaskan mengenai kasus-kasus tentang HAM
dan Politik Internasional yang di jelaskan pada pembahasan ke tiga sampai ke
delapanu Kasus yang pertama mengenai kasus Genosida Rwanda dan Peran
Institusi HAM internasional, di kasus yang pertama ini penulis menjelaskan
gambaran umum mengenai Peran Institusi HAM Internasional terlebih dahulu di
pendahuluan pada bab ini di jelaskan bawasannya Pelanggaran terhadap HAM
pada akhirnya bisa menjadi kejahatan yang bukan menjadi tanggung jawab
satu negara sajau Isu yang tadinya bersiiat lokal atau domestik pada akhirnya
akan menjadi perhatian internasional, pada poin ini yang akan dielaborasi lebih
lanjut dalam tulisan ini dengan memaknai studi kasus pelanggaran
HAM/genosida di Rwandau
Dalam kasus tersebut, HAM bukan saja menjadi standart modal
universal, pelanggaranpun bisa di adiliu Setelah menjelaskan pendahuluan

terkait gambaran umum tersebut, penulis baru menganalis kasus terkait
Genosida Rwanda dan Peran Institusi HAM internasioanalu Dalam kasus ini
dijelaskan secara runtut awal kasus hingga penutupu Tulisan pada pembahasan
ini melihat bahwa keberadaan standar yang beriiat “universal” tersebut
kemudian memengaruhi pola hubungan antar negarau Di bagian pembahasan
ini juga terdapat data mengenai jumlah korban mengenai kasus Pelanggaran
HAM di Rwandau Di kasus ini juga ada pendapat beberapa para ahli salah
satunya adalah John Lock, John Lock menjelaskan bahwa manusia memebentuk
pemerintah untuk memastikan bahwa haknya terlindungi dan apabila negara
gagal, maka masyarakat tidak lagi memiliki kewajiban untuk tunduk pada
aturannyau Kasus ini juga dilihat dari pandangan yang berbeda diantara dilihat
dari Liberalisme, Institusi HAM, dan Kasus Rwanda Dilihat Dari Kacamata
Institusi Internasionalu
Kasus yang kedua adalah Pelanggaran HAM dan Counterterrorism
Amerika Serikat penyusunan penolis dalam menganalisis kasus hampir sama
dengan kasus sebelumnya, tetapi yang saya temukan disini tidak adanya
3

undang-undang yang terkait penjelasan tentang HAM dan Counterterrorismu
Hanya menjelaskan rekomendasi strategi dari Majelis Umum PBB pada 2008

yang disini mengeluarkan Resolusi A/RES/62/272 terkait counterterorism
globalu Tetapi keunikan dari kasus ini penulis juga menjelaskan pendekatan
dalam menganalisis kasus ini yakni dengan menggunakan Teori English
Shcoolu Bab ini secara khusus akan membahas menenai counterterrorism
Amerika Serikat dari sudut pandang Hak Asasi Manusia yang di Analisis Melalui
Pendekatan English Shcool tadiu Melalui kasus ini, ditemukan bahwa negara
dapat menemukan kesimpulan bahwa negara dapat menerapakan double
standard dengan melanggar Hak Asasi Manusia demi survival negara, dan
diwaktu yang sama mengkampanyekan Hak Asasi Manusia demi survival
negara, dan diwaktu yang sama mengkampanyekan Hak Asasi Manusia ke
seluruh dunia atas nama kemanusiaan dan perdamaianu Adanya aktor nonnegara dapat menjadi pengingat negara untuk kembali ke jalan kemanusiaan
secara seutuhnyau Di bab ini juga di jelaskan mengenai pendapa para ahli
mengenai kasus tersebut diantaranya Bull, dala hal ini Tokoh Bull menjelaskan
mengenai order dalam Hubungan Internasional menurut versi English Schoolu
Dan Bull membagi hal tersebut menjadi tiga tingkatan, yaitu 1) tatanan
kehidupan keseharian, 2)u Tatanan internasional, yangmeliputi tujuan-tujuan
masyarakat Internasional yang terdiri dari negara-negara dunia, 3) tatanan
dunia, yang meliputi tujuan-tujuan umat manusia secara keseluruhanu
Kasus yang ketiga yakni Konfik Identitas dan Pelanggaran HAM di
Rwanda, berbeda dengan kasus yang pertama yang memebhas tentang

Rwanda, tetapi di kasus yang pertama mengenai Genosida Rwanda dan Peran
Institusi pemeritah yang lebih menitik beratkan pada peraturan pemerintah
maupun peraturan HAM internasional di kasus yang ketiga ini lebih menitik
beratkan pada Konfik dan pelanggarannyau Dan menurut saya kekurangan dari
pembahasan pada kasus ini, seakan penulis mengulang kembali kasus
mengenai genosida yang pertamau Dapat di simpulkan penulis menganalisis
mengenai kasus ini tujuannya adalah untuk mendorong adanya iokus
padapemimpin tertentu dan pergerakan dibandingkan dengan konteks dan
hubungan politik u Refeksi terkait hal ini dapat dilihat dari berlakunya dari
defnisi genosida berbasis aktor yang memiokuskan pada tujuan subjektii
perpetratorsu
Penulis disini juga memberikan masukan bagaimana caranya untuk lebih
mudah memahami kasus tentang genosida ini, Sehingga untuk memahami
genosida, penting untuk bergerak lebih dari melihat “intensi” pelaku genosida
menjadi “hubungan sosial” diantara perpetrators dan target-groups atau
dengan kata lain, melihat genosida sebagai konfik, serta melihat konteks
struktural dimana genosida itu terjadiu Melalui analisis konstruktivisme, kita
akan dapat memahami norma mana yang dapat menjadi hukum dan
bagaimana hukum tersebut dapat dipatuhiu Hal tersebut akan sangat
membantu dalam memperjuangkan ide tertentu menjadi norma yang diterima

secara internasional, termasuk didalamnya dari isu HAM menjadi hukum
internasionalu
Kasus yang keempat adalah Statelessness Rohingya di Myanmar Kritik
Terhadap Sovereignty, kasus yang ini menurut saya kasus yang paling
menarik, dalam pembahsannya juga di jelakan secara jelas dasar HAM yang
berkaitan dengan kasus ini, baru di bagian kedua di jelaskan kasus
statelessness Rohingya di Myanmar baru dilajut mngenai konsep Statelessness
4

dan kritik terhadap konsep Statelessness baru benulis menganalisa mengenai
legal Empowerment Terhadap Kasus Statelessness Rohingyau Baru dijelaskan
penutup yang beranggapan penulis menyimpulakan dalam kasus Rohingya,
pemberian hak politik dapat dilihat dalam dua sisiu Pertama, pemberian hak
politik sebatas hak untuk memilih merefeksikan akan digunakannya ide ini
sebagai instrumen untuk melanggengkan kekuasaan keompok-kelompok
tertentuu Dan di dalam penutup juga di jelaskan secara jelas mencakup
pembahsan yang begitu banyak, dan pembacaakan di pahamkan di bagian
penutup apabila kurang begitu paham dalam pembahasannyau
Kasus yang kelima menganalisis tentang Jaringan Advokasi Transnasional
dan Perjuagan HAM Falun Gongu Dalam bagian analisis kasus ini yang menarik

adalah pada bagian ilustrasi : Jaringan Transnasional dan Perjuangan HAM
Falun Gong, dimana disini digambarkan atau dijelakan secara jelas mengenai
perjuangan Hak Asasi Manusia Falung Log dan yang menarik perhatian pembaa
juga setelah pembahasan mengenai ilustrasi penulis langsung menyuguhkan
para pembaca dengan Taktik Jaringan dalam Pergerakan Hak Asasi Manusia
Falun Gong, sungguh menarik ketika membaca yang sebelumya mengenai
kasusnya terus di lanjutkan dengan taktik kasus itu sendiri seperti ada jawaban
pertanyaan sebelimnya ketika membaca ilustrasiu
Kasus analisis yang terakhir mengenai HAM Indonesia Paska Reiormasi :
Tinjauan dari Hak Sipil dan Politik, yang dijelaskan yang pertama mengenai
Kewajiban Generik Negara terkait HAM, Sebagaimana
telah menjadi
kesepakatan dan nyatakan oleh Ofce oi the Higt Commissioner oi Human
Rights HAM bersiiat, Universal dan tidak dapat dicabut (Univesal and
Inalienable); Saling bergantung dan tidak dapat di pisahkan ( Interdependent
and divisible); Setara dan non-diskriminatii (equel and non-discriminatory); Hak
sekaligus tanggung jawab ( both right and obligations)u Di Pembahasan
selanjutnya membahas tentang Aktor Non-Negara dan HAM, disini di jelaskan
tentang tanggung jawab generik negara terkait HAM diantaranya, Menghormati
(Obligation to respect), Melindungi (Obligation to protet), Memenuhi (obligation
to iulfll), Negara dapat melakukan pelanggaran HAM melalui Tindakan dan
Pembiaranu Dalam pembahsan selanjutnya mengenai Hak sipil dan politik
Indonesia, keunikan dari buku ini lagi adalah penulis menulis hak hak
mengenai hak sipil dan politik indon esia di gambaran umum analisis kemudian
di pembahasan selanjutnya penulis membahas satu persatu hak tersebut, serta
dalam pembahasan penulis memberikan bukti-bukti atau peraturan
perundang-undangan terkait masing-masing hak pada pembahasanu Keunikan
dari pembahasan terakhir ini penulis juga memberikan pesan singkat kepada
pembaca di bagian penutup pembahasanu
Dapat di simpulkan dari ulasan pembahasan mengenai kasus-kasus di
atas bawasannya penulis membuat buku ini secara tidak langsung di tujukan
untuk membuka diskusi – diskusi yang lebih beragam mengenai HAM dan
Politik Internasional dimasa yang akan datangu Karena dilihat dari kasus-kasus
yang di bahas begitu banyak sebenarnya kasus mengenai HAM dan politik
Internasional baik dalam konteks masalah dalam negeri maupun masalah yang
menyangkut Politik Internasionalu
Adapun keunikan dan kelemaan secara menyeluruh dari buku HAM dan
Politik Internaisonal karangan Ani Wu Soetjipto, setelah membaca buku ini dari
awal sampai akhir halaman beserta mengulas kembali perbabnya keunikan
dan kelemahan buku ini dapat saya temukan menurut gambaran saya sendiriu
5

Keunikan Buku :
Yang pertama, dalam pembahasan penulis membagi pada pembahasan
pengantar HAM dan Politik Internasional ini menjadi beberapa bagian, dan
bagian-bagian itu berkaitan dengan pembahasan sebelumya maupun
sesudahnya, jadi mempermudah para pembaca untuk memahami isi bukuu
Yang kedua penulis dalam pembahasannya juga terstuktur ada konfik dan
adanya penyelesaian masalah, dan yang ketiga penulis membagi per
pembahasanya menjadi empat bagian, yakni di awali dengan pendahuluan,
pembahasan dan penutupu keunikan selanjutannya adalah di setiap
pembahasan tepatnya pada akhir pembahasan setelah penutup , penulis juga
memberika pertanyaan diskusi yang sesuai dengan pembahasan per babnya,
hal ini sangat eiektii untuk mengulas kembali dan untuk mengukur kepahaman
para pembaca, selain itu dengan adanya pertanyaan diskusi tersebut pembaca
agar lebih mengetahui secara luas mengenai kasus yang di bahas tersebutu
Kasus-kasus yang di angakat dalam pembahasan ini juga menarik untuk
dikaji kembaliu Penulis dalam menganalisis kasus juga menggunakan beberapa
pendekatan teori untuk mempermudah pembaca untuk memahami, salah
satunya pada analisi kasus yang ke dua penulis menggunakan Teori English
Shcool dalam menganalisis kasus iniu Buku ini disetiap kasusnya juga diberi
gambar yang disini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca memahami
apa saja yang terjadi terkait kasus tersebut melalui adanya gambaru Buku ini
juga dilengkapi dengan bagan dan kolom yang meringkas maksud dari
penjelasan maupun analisisu
Kelemahan Buku :
Menurut saya penjabaran pembahasan buku terlalu di ulang-ulang
kembali, contoh di bagian pengantar pembahsan itu sudah di jelaskan tetapi di
bagian penjelasan di jelaskan kembali, kelemahan selanjutanya pada kasus
yang pertama dan yang ketiga sebenarnya menurut pemahaman saya tema
dari kasus pertama dan ketiga itu sama yang memebedakan hanya pokok
pembahasannyau disini bisa di jadikan satu agar pembaca tidak mengulang
kembali dalam memaknai kasus pelanggaran HAM Rwanda tersebutu
Meskipun buku ini berbasis pengantar, yang artinya masih bersiiat
dialogis atau diagnosis, dan terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, buku
ini layak di baca dan di pelajari, khusunya bagi mahasiswa dan dosen, dan
masyarakat pada umumnya untuk menambah pengetahuan terkait Hak Asasi
Manusia dan Politik Internasionalu Dan buku ini juga sangat membantu para
pembaca untuk menambah reierensi untuk mengkaji atau menganalisis kasus
yang sama pada analisis yang dibahas pada buku iniu

6

7