DESAIN PENGATURAN BANDWIDTH LEWAT JARING
DESAIN PENGATURAN BANDWIDTH LEWAT JARINGAN LOCAL AREA NETWORKING AD HOC UNTUK INTEGRASI INFORMASI SISTEM INFORMASI DAERAH KOTA MATARAM
Husain 1 , Ronald Ommy Yulyantho 2 , Abdul Manan 3
1,2 ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Informatika STMIK Bumigora Mataram, NTB
e-mail : husain@stmikbumigora.ac.id
Abstrak
Integrasi Informasi dari suatu Sistem diperlukan karena_adanya kebutuhan konstituen untuk bekerja sama antar instansi pemerintah dan terjadinya pengolahan data antar sistem informasi tiap Instansi Pemerintah yang saling terkait, sehingga untuk melengkapi suatu informasi dibutuhkan proses pertukaran data dengan Sistem Informasi yang lain (kominfo,2010). Pemerintah kota Mataram saat ini telah memiliki komponen untuk mendukung proses terjadi integrasi informasi antara Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) karena memiliki server Sistem Informasi Daerah (datacenter) di bagian Pengelolaan Data Elektronik dan Informatika (PDEI) Sekretariat Kota Mataram dan infrastruktur jaringan LAN antar SKPD. Pelaksanaan model pengirimanan data yang dapat menjangkau beberapa personil yang ada di masing-masing SKPD sehingga proses pengirimanan data menjadi lebih cepat. Infrastruktur Jaringan LAN dengan menggunakan Teknologi Wireless saat ini dipasang pada SKPD hanyak satu 1 (satu) cleint sebagai penerima sedangkan untuk menjangkau semua personil tersebut dibutukan jaringan local dalam SKPD dengan menggunakan teknologi WIFI ad hoc. Jaringan WiFi Ad hoc adalah mode Jaringan WiFi yang memungkinkan dua atau lebih device (komputer atau router) untuk saling berkomunikasi satu sama lain secara langsung (dikenal dengan istilah peer to peer) tanpa melalui Central Wireless Router atau Acces Point (AP). Hasilnya dari komunikasi dengan menggunakan jaringan ad hoc semua operator yang ada SKPD dapat mengkases Sistem Informasi Daerah Kota Mataram.
Kata Kunci : sistem informasi, LAN, SKPD, WIFI, client, dan integrasi Informasi
1. Pendahuluan
dapat diperkirakan. Prinsip address yang harus unik ini hanya berlaku bagi host yang dapat diakses
Integrasi Informasi dari suatu Sistem
secara langsung dari Internet.
diperlukan karena_adanya kebutuhan konstituen Sebagian alamat yang dimiliki oleh mesin untuk bekerja sama antar instansi pemerintah dan
pengguna ditentukan oleh ISP (Internet Service terjadinya pengolahan Data antar sistem informasi
Provider). ISP akan melakukan koneksi ke Internet tiap Instansi Pemerintah yang saling terkait,
dan melakukan routing seluruh trafiic dari dan ke sehingga untuk melengkapi suatu informasi
alamat IP pengguna. Sehingga alamat IP ini bersifat dibutuhkan proses pertukaran data dengan Sistem
tetap, dan pengguna dapat menggunakannya alamat Informasi yang lain (kominfo,2010).
yang sama selalu, sehingga hal ini mempermudah Upaya untuk mendukung terjadinya integrasi
konfigurasi.
informasi maka yang perlu dipersiapkan salah Memiliki suatu jangkauan alamat IP (misal satunya infrastruktur jaringan teknologi informasi.
klas B, atau klas C), keadaan menjadi sedikit Proses
berbeda. Jangkauan ini bersifat unik, dan pengguna mengintegrasikan jaringan lokal dari remote site ke
integrasi yang
dilakukan
adalah
menggunakan untuk dalam suatu jaringan yang besar. Integrasi ini harus
membangun koneksi ini. Tetapi pada beberapa menciptakan suatu situasi yang memungkinkan
kondisi, tidak mungkin menggunakan 1 alamat IP pengaksesan ke berbagai bagian dari jaringan yang
untuk menghubungkan kantor satu ke alamat IP terintegrasi secara transparan. Untuk mencapai hal
lainnya di kantor lainnya dengan menggukanan ini, harus diatasi beberapa masalah, antara lain
jangkauan address yang sama untuk keduanya. adalah menentukan alamat IP dan Melakukan
Keterbatasan ini disebabkan oleh mekanisme paket routing traffic dari A ke B.
IP dirouting di Internet. Mekanisme routing ini Setiap alamat IP di Internet haruslah unik.
biasanya tidak berdasarkan alamat IP sebenarnya, Karena hanya itulah cara untuk mengidentifikasi
tetapi berdasarkan jangkauan (range) alamat IP. suatu host. Menggunakan alamat yang sama untuk
Jadi seluruh paket pada jangkauan tertentu akan beberapa mesin akan menghasilkan hasil yang tak Jadi seluruh paket pada jangkauan tertentu akan beberapa mesin akan menghasilkan hasil yang tak
3. Dapat melakukan proses penukaran
tertentu dikirim ke router yang lainnya.
informasi antara SKPD karena adanya
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
Sistem Informasi Daerah yang terpusat.
Teknologi Informasi dan Komunikasi sangatlah
4. Memperluas jaringan akses di SKPD
cepat demi memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
lewat jaringan ad hoc
manusia. Perkembangan di bidang teknologi
jaringan yang belakangan ini menarik perhatian
para pemerhati teknologi pada umumnya adalah 2. Kajian Pustaka
teknologi wireless (Ramadhan,2011). Perangkat- Arti konsep sistem mulai diperkenalkan perangkat
dikembangkan sekarang ini juga turut memicu sekitar dekade 1920-an. Definisi konsep sistem perkembangan
menurut Buckley adalah :” Suatu kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh, disebabkan
Beberapa contoh perangkat mobile yang umum dipakai termasuk di antaranya PDA (Personal adanya saling ketergantungan di antara bagian-
Desktop Assistance), smartphone, laptop, notebook bagiannya dinamakan suatu sistem .” Definisi konsep sistem menurut H. Kerzner (
dan sebagainya (Ramadhan,2011). 1989 ) adalah :”Sekelompok komponen yang terdiri Pemerintah kota Mataram saat ini telah memiliki komponen untuk mendukung proses dari manusia dan atau bukan manusia (nonhuman)
yang diorganisir dan diatur sedemikian rupa terjadi integrasi informasi antara Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) karena memiliki server sehingga komponen-komponen tersebut dapat
Sistem Informasi Daerah (datacenter) di bagian bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapai Pengelolaan Data Elektronik dan Informatika tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir ”.
Fungsi dan efektivitas sistem dalam usaha (PDEI) Sekretariat Kota Mataram dan infrastruktur mencapai tujuannya tergantung dari ketepatan jaringan LAN antar SKPD. Namun dalam susunan rangkaian atau struktur terhadap tujuan pelaksanaannya dibutuhkan model pengirimanan
yang telah ditetapkan.
data yang dapat menjangkau beberapa personil yang ada di masing-masing SKPD sehingga proses
Beberapa sifat yang melekat pada sistem dan masing-masing komponennya, demikian pula
pengirimanan data menjadi lebih cepat. hubungan antara satu dengan yang lain adalah Infrastruktur
sebagai berikut :
menggunakan Teknologi Wireless saat ini dipasang
1. Bersifat Dinamis : Sistem menunjukkan sifat pada SKPD hanyak satu 1 (satu) cleint sebagai yang dinamis, dengan perilaku tertentu. penerima sedangkan untuk menjangkau semua
personil tersebut dibutukan jaringan local dalam Perilaku sistem pada umumnya dapat diamati pada caranya mengkonversikan masukan
SKPD dengan menggunakan teknologi WIFI ad (input) menjadi hasil (output). hoc. Jaringan WiFi Ad hoc adalah mode Jaringan
2. Sistem Terpadu Lebih Besar daripada Jumlah WiFi yang memungkinkan dua atau lebih device Komponen-komponennya Bila elemen-elemen (komputer atau router) untuk saling berkomunikasi atau bagian-bagian tersebut tersusun dan satu sama lain secara langsung (dikenal dengan
istilah peer to peer) tanpa melalui Central Wireless terorganisir secara benar, maka akan terjalin suatu sistem terpadu yang lebih besar daripada
Router atau Acces Point (AP). 1. jumlah/besaran bagian-bagiannya. Tujuan penelitian ini adalah:
3. Mempunyai Arti yang Berbeda Satu sistem
1. Merancang model integrasi informasi bank yang sama bisa jadi dipandang atau diartikan data kota Mataram lewat jaringan antar SKPD. berbeda, tergantung siapa yang mengamatinya
2. Membuat model jaringan adhoc di SKPD dan untuk kepentingan apa. dalam rangka mengakses sistem informasi
4. Mempunyai Sasaran yang Jelas Salah satu Sistem Informasi Daerah kota Mataram. tanda keberadaan sistem adalah adanya tujuan
3. Dapat Mengakses sistem informasi Sistem
jelas. Mempunyai Informasi Daerah yang berada di server Bagian Keterbatasan Sistem mempunyai keterbatasan PDEI Kota Mataram. yang disebabkan oleh faktor luar dan faktor
4. Membuat sistem informasi Sistem Informasi dalam. Faktor luar berupa hambatan dari Daerah kota mataram lingkungkan, sedangkan faktor dalam adalah Manfaat penelitian ini adalah:
batasan sumber daya.
1. Mempercepat proses pengiriman data
Pada dasarnya metodoli pendekatan sistem
yang berasal dari SKPD
yang digunakan pada konsep sistem sangat efektif
2. Memberikan Informasi mengenai Sistem
digunakan dalam usaha mencapai keberhasilan
Informasi Daerah di semua SKPD Informasi Daerah di semua SKPD
2.2.2 Protokol Routing
dan kompleks. Pada umumnya protokol untuk jaringan Ad- Pada tahap implementasi, yaitu setelah proyek
Hoc terbagi dua tipe, yaitu proaktif dan reaktif. dinyatakan lulus evaluasi dan seleksi, serta telah
Protokol routing reaktif bersifat on-demand, artinya tersedia
membentuk sebuah rute dari satu node sumber ke memusatkan
sumber daya,
manajemen
proyek
node tujuan hanya berdasarkan pada permintaan pelaksanaan pekerjaan dengan cara sebagai berikut
node sumber tersebut. Kedua, protokol routing :
proaktif bersifat table driven, dimana setiap node
1. Mengelola para peserta proyek (konsultan, menyimpan tabel yang berisi informasi rute ke kontraktor, rekanan penyandang dana, dan
setiap node yang diketahuinya. Informasi rute lain-lain) dengan pengertian bahwa mereka
diperbaharui secara berkala jika terjadi perubahan adalah subsistem dari suatu sistem (proyek).
link.
Mereka harus diarahkan untuk mencapai Pada Gambar 2. ditunjukkan tabel pohon sasaran bersama, yaitu keberhasilan proyek,
yang menjelaskan beberapa tipe protokol routing meskipun terdapat tujuan yang berlainan.
ad-hoc . Beberapa protocol MANET di antaranya (Pemilik ingin menekan biaya proyek,
adalah AODV, OLSR dan DSDV. Masing-masing sedangkan kontraktor atau rekanan ingin
protokol memiliki karakteristik yang berbeda. meningkatkan laba).
AODV adalah salah satu protokol routing reaktif.
2. Mengelola proyek dengan menyadari bahwa Cara kerja protokol ini adalah selama koneksi rute proyek adalah bagian dari siklus sistem yang
dari pengirim ke penerima telah valid, AODV tidak utuh, jadi mengikuti pola tahap konseptual,
melakukan pencarian lagi. AODV memelihara rute desain pendahuluan dan pengembangan, desain
ini selama mereka dibutuhkan (Murthy,2004). terinci,
manufaktur, dengan memperhatikan keperluan- keperluan untuk tahap berikutnya (operasi atau produksi dan pemeliharaan).
3. Mengelola proyek dengan memahai siklus proyek dan siklus sistem, sehingga dapat mengikuti
mengantisipasi kapan, jumlah, dan jenis sumber daya yang harus disediakan.
Gambar 2.2. Karakteristik Protokol Routing.
2.1 Jaringan Komputer
2.2.1 Unsur dan Sifat Sistem
Optimized Link State Protocol (OLSR) Mobile
adalah sebuah protokol routing proaktif, jadi merupakan sebuah jaringan yang terdiri dari
rutenya selalu secara cepat tersedia ketika gabungan perangkat-perangkat bergerak (mobile)
dibutuhkan. OLSR adalah sebuah versi optimisasi tanpa infrastruktur, sehingga membentuk jaringan
dari sebuah protokol kondisi link murni (pure link yang bersifat sementara (Ramadhan,2011). Tiap state protocol )[3]. Dan yang ketiga adalah DSDV, perangkat memiliki antarmuka nirkabel dan saling Routing protocol Destination Sequenced Distance berkomunikasi melalui gelombang radio, kemudian
Vector (DSDV) adalah salah satu protokol awal tiap perangkat tersebut dinamakan node. Beberapa
yang diusulkan pada jaringan nirkabel ad-hoc. contoh ad-hoc node yaitu laptop dan personal
DSDV termasuk salah satu protokol proaktif. digital assistants (PDA) yang saling berkomunikasi
DSDV juga merupakan salah satu protokol yang secara langsung satu sama lain (Larsson,1998).
menjaga informasi dari topologi global dalam Karena peralatan ad-hoc bisa bermacam –macam, bentuk tabel pada setiap node. Tabel-tabel ini di-
maka seperti pada Gambar 1. Diperlihatkan update secara sering untuk menjaga kekonsistenan kemungkinan topologi pada jaringan ad-hoc, yaitu
dan keakurasian informasi keadaan jaringan terdiri
dari perangkat
yang
berbeda –beda
(Murthy,2004).
(heterogen) atau sejenis (homogen).
2.2.3 Simulasi MANET Dengan NS-3
Perancangan topologi yang dibuat untuk MANET adalah bersifat dinamis, artinya pada MANET node juga berfungsi sebagai router yang meneruskan paket ke node lainnya, sehingga jaringan ini terus berganti (berubah-ubah), seperti
Gambar 2.1. Perangkat MANET Gambar 2.1. Perangkat MANET
digunakan adalah dengan analisis dokumen, yang diam berjumlah satu buah, dan node yang
observasi, kuisioner dan wawancara. Untuk bergerak berjumlah 5 buah. Simulasi akan berjalan
mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian dengan keadaan semua node, baik yang diam atau
diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data yang bergerak, akan berbaris dengan panjang
tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan barisan maksimal 10 node dan akan membentuk
lancar.
baris kedua jika node lebih dari 10 dan seterusnya. Metode pengumpulan data yang digunakan Jarak antar ode dalam barisan adalah 1 meter s/d 2
untuk mengumpulkan data dalam penelitian meter.
pada umumnya
menggunakan
observasi, wawancara, kuisioner dan studi dokumenter, atas dasar konsep tersebut, maka empat teknik pengumpulan data diatas digunakan dalam penelitian ini. Wawancara
teknih
Wawancara dilakukan dengan nara sumber yang merupakan pimpinan SKPD
Kuisioner
Kuisioner yang digunakan diedarkan pada
Gambar 2.3. Skenario Jaringan MANET
SKPD Observasi /Pengamatan
Saat semua node sudah dalam keadaan Penulis mengamati prosedur aliran data. berbaris, semua node, terkecuali node pertama,
Pengamatan dilakukan dari proses pemasukan akan mulai bergerak dengan arah random dalam
data, pengolahan data hingga pencetakan ruang lingkup yang ada. Dengan kecepatan konstan
dokumen dan pelaporan.
10m/s, node pertama hanya diam di koordinat 0,0.
Racangan penelitian adalah :
Pada detik ke-satu, tiap node yang bergerak akan
a. Membuat IP dimasing-masing SKPD mengirimkan paket UDP dengan bitrate konstan
b. Mengedalikan IP Lewat peralatan terpusat sebesar 1Mbps ke node yang diam. Setelah itu
Peralatan beberapa Berdasarkan pada hasil dari skenario di atas, node
dengan
memasang
Mikrotik dengan mengatur bandwith untuk uji yang bergerak, akan melakukan pergerakan
masing-masing skpd
dalam ruang lingkup sebesar 100 x 100m, dimana
c. Mendistribusikan bandwith ruang lingkup tersebut dirasa sudah cukup besar
d. Menguji hasil IP dan bandwith yang telah dan masih dalam jarak ideal dalam pengiriman data
diatur
untuk dilakukan simulasi (Ramadhan,2011).
e. Mengatur aplikasi yang berjalan dijaringan
3. Metode Penelitian
antar SKPD Untuk pengujian bandwith yang berjalankan
Metode penelitian yang akan digunakan lewat jaringan degan menggunakan aplikasi test adalah:
bandwith yang diuji dimasing-masing note (titik)
1. Penelitian dilakukan di 18 SKPD yaitu 6 yang berada dimasing-masing SKPD. Kecamatan, Sekretariat Daerah, 6 SKPD
Rujukan pustaka dalam pembahasan ditandai Teknis, dan 5 Badan-badan di kota Mataram.
nama belakang penulis disertai tahun penerbitan
2. Membuat Sistem Integrasi informasi lewat dalam kurung. Contoh: Attia & Horacek, P.(2001); pemrograman PHP dengan Database MySQL
Martinez, et al (2001); Sampat, et al (2004).
3. Membuat skenario implementasi MANET
4. Merancang simulasi MANET menggunakan
4. Pembahasan
simulator NS-3
5. Implementasi akan dilakukan sesuai dengan Setelah penelitian yang dilakukan, maka kriteria yang telah ditentukan lalu melakukan
diperoleh beberapa hasil dalam bentuk sistem pengujian
informasi yang terintegrasi dan model penggunaan MANET.
data lewat jaringan antara SKPD. Pada akhirnya
6. Menjalankan Sistem Informasi lewat Jaringan model pengiriman data dilakukan dengan membuat SKPD
skenerio MANET jaringan AD hoc. MANET ad hoc
Sesuai dengan
bentuk
pendekatan
penelitian kualitatif dan sumber data yang akan
4.1. Konsep Jaringan Penerapan Akses Integrasi Informasi Bank Data
Sistem informasi ini digunakan untuk menyimpan data integrasi dari semua data yang ada di SKPD kota Mataram di pusat data center Bagian Pengolahan Data Elektronik Informatika (PDEI) . model akses sistem ini lewat jaringan anatara SKPD menggunakan model wireless. Peralatan untuk mengkoneksi sistem jaringan antar SKPD dibutuhkan adalah server database, firewall, mikrotik, radio, antena sektoral dan intalasi model adhoc di masing-masing SKPD.
4.2.2. Informasi Data Dinas
Gambar 4.1. Jaringan antara SKPD
4.2.3. Menu Adminstrator Jalan
Gambar 4.2. Konfigurasi server dan peralatan
Gambar 4.3. Konfigurasi model entry data secara
4.2.4 Model Pengaturan Bandwith
ad hoc
Pengaturan bandwith menggunakan peralatan
mikrotik yang terdiri dari mikrobit ainos, mikrotik Sistem informasi Sistem Informasi Daerah
4.2. Model Sistem Informasi Daerah
router 450G, mikrotik R1100 dan mikrotik 2100. dibuat lewat pemrograman php, java, kemudian
Didalam aplikasi mikrotik yang diperlukan sistem tersebut diakses secara entranet lewat
pengaturan IP sesuai jumlah pemakaian dimasing- jaringan
masing SKPD, pengaturan jumlah bandwith menggunakan mysql, sql dan ACCESS. Adapun
antara SKPD
dengan
database
dimasing-masing SKPD dan jadwal waktu model dari sistem tersebut adalah : berbasis front
aplikasi dan jaringan office dan back office. Front office maksudnya
penggunaan
paket
internasional (internet).
adalah bahwa sistem dapat di akses informasi oleh semua pihak yang terhubung dengan jaringan. Sedangkan back office sistem hanya diakses oleh administrator di masing-masing SKPD untuk mengelolah data.
4.2.1. Menu Tampilan Halaman Web
Hermawan Kartajaya, M. Hermawan, Yuswohady, Taufik, Sonni, H. Anwar, H.H. Joewono, J. Mussry. 2002. MarkPlus on Strategy. PT Gramedia. Jakarta.
http://www.gnuplot.info, 2005. V. Noumov, G. Thomas, Simulation of Large Ad Hoc Ne http://www.handhelds.org, 2004. http://www.openxtra.co.uk/support/ethereal-
display-filter.php, 2005. http://dast.nlanr.net/Projects/Iperf/ http://www.linuxguruz.com/iptables/howto/, 2005.
R. Jain, The Art of Computer System Performance Evaluation Performance Analysis,
5. Simpulan
John Willey, 1991.
Integrasi informasi Sistem Informasi Daerah
http://kominfo.go.id,2013
di pemerintah Kota Mataram merupakan proses Larsson,, T. and Hedman, N. (1998). Routing pengelolaan data yang berasal dari semua SKPD
Protocol In Wireless Ad-hoc Networks A dalam rangka untuk memberikan informasi tentang
Simulation Study, Master Thesis, Lulea kinerja dari masing-masing SKPD. Sehingga lewat
University of Technology, Stockholm. model jaringan entranet menggunakan jaringan
McGovern, James, Scott W. A., 2003. Practical SKPD dan menggunakan model ad hoc untuk
Guide to Enterprise Architecture , USA: mengakses data, maka masyarakat, pimpinan dan
Prentice Hall.
operator SKPD dapat membuka informasi Murthy, C. Siva Ram and Manoj, B. S. (2004). Ad mengenai data-data hasil kerja dari pemerintah
Hoc Wireless Networks Architectures and daerah yang ada di masing-masing SKPD. Protocols, Pearson Education, Inc., USA.
Ramadhan, Y., Abdi, M., Mike, R.V. (2011).
Analisa Performa Routing Protokol AODV,
Daftar Pustaka:
OLSR, dan DSDV Menggunakan NS-3 Pada Mobile Ad-Hoc Network. Universitas Bina
Az Enterprise Architecture, http://gita.state.az.us/ Nusantara
Sowa, J. F., J. A. Zachman, 1987. Extending and 27/06/2007.
enterprise_architecture.
Diakses
pada
Formalizing the Framework for Information Badan Penelitian dan Pengembangan SDM
Systems Architecture , IBM Systems Journal, Kominfo. 2006. Sosialisasi Pedoman Standard
Vol. 31.
Kompetensi SDM Pengelola e-Government .
for Framework Departemen Komunikasi dan Informatika.
Advancement, http://www.zifa.com. Diakses Jakarta
pada 27/06/2007.
Booz Allen Hamilton, Government On-line, Vachon B., Graziani R. (2008) Accessing the WAN Indonesia Roadmap to e-Government, Proyek
companion guide . IIDP Bank Dunia, Jakarta, 2002.
:CCNA
exploration
Indianapolis : Cisco Press
Chief Information Officer Council. 2001. A Zachman, J. A., 1999. A Framework for Practical Guide to
Architecture , IBM Architecture . Federal Architecture Working
Federal Enterprise
Information
Systems
Systems Journal, Vol.38, NOS 2 & 3. Group. USA.
IMPLEMENTASI VIRTUALISASI LABORATORIUM SERVER LINUX SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER DI MAJEMEN INFORMATIKA POLINEMA
Yuri Ariyanto
Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Manajemen Informatika, Politeknik Negeri Malang
yuri.bjn@gmail.com
Abstrak
Implementasi virtualisasi laboratorium server linux ini merupakan aplikasi virtual mesin yang dirancang untuk membantu mahasiswa dalam mencoba dan menguji server dalam praktikum jarimgan komputer secara mandiri di laboratotium maupun diluar laboratorium, sebelum mahasiswa mengimplementasikan sistem server linux secara rill. Implementasi virtualisasi laboratorium server linux dibuat dengan menggunakan apliksi NETKIT-2.8 yang merupakan sistem User Mode Linux yang berjalan pada sistem operasi linux. Uji coba dilakukan dengan pembuatan virtual laboratorium menggunakan NETKIT-2.8 pada sistem operasi Linux Ubuntu, kemudian dibuat laboratorium virtual untuk melakukan percobaan virtualisasi laboratorium peer to peer, ssh dan server static routing. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, semua fungsi yang terdapat pada virtualisasi laboratorium server linux berjalan dengan baik.
Kata kunci : User Mode Linux, NETKIT, Linux Ubuntu.
1. Pendahuluan
2. Kajian Pustaka
2.1. Penelitian Tentang Virtual Server
Perkuliahan jaringan komputer di Program Virtualisasi server adalah penggunaan perangkat Studi Manajemen Informatika Politeknik Negeri
lunak yang memungkinkan satu perangkat keras Malang dilaksanakan pada Laboratorium Jaringan
untuk menjalankan beberapa sistem operasi dan Komputer (L.JK), dengan jumlah mahasiswa 30
services pada saat yang sama, sedangkan virtual orang perkelas yang melakukan praktikum jaringan
server adalah penggunaan perangkat lunak yang komputer. Sedangkan pada Lab.JK komputer yang
memungkinkan banyak perangkat keras untuk tersedia +- 25 komputer sehingga mengharuskan
menjalankan satu sistem secara terpadu. Teknologi mahasiswa membawa komputer sendiri (laptop)
virtualisasi server ini bertujuan untuk menghindari untuk melakukan praktikum jaringan komputer.
pemborosan daya proses yang mahal atau dengan Dalam
efisiensi serta implementasi
mengoptimalkan penggunaan processor berinti lebih menggunakan
dari satu. Penghematan lain adalah biaya listrik melakukan pengujian server minimal membutuhkan
sistem
operasi Linux.
Untuk
karena hanya menggunakan satu atau sedikit server sekitar 3-6 komputer untuk mencoba dan
saja.
mengujinya, kemudian baru diimplementasikan Penelitian yang berkaitan adalah Garnieri pada sistem yang terintegrasi.
(2010), Penelitian ini menargetkan penggunaan Berdasarkan masalah diatas, untuk mengatasi
virtualisasi server pada perusahaan besar, yang masalah keterbatasan komputer pada praktikum
memfokuskan pada minimalisasi downtime pada saat jaringan komputer diperlukan adanya Virtualisasi
keras server dengan Laboratorium Server Linux untuk menunjang
maintance
perangkat
menggunakan aplikasi VMware Infrastructure 3. kegiatan praktikum jaringan komputer, sehingga
Selain itu peneliti Ardianto (2011), menjelaskan mahasiswa dapat mencoba dan mengujinya secara
virtualisasi appliances mandiri di komputernya masing-masing baik di
bagaimana
merancang
dengan memanfaatkan metode virtualisasi. laboratorium maupun di luar laboratorium. Dalam implementasi virtualisasi laboratorium
2.2. Sistem Operasi Jaringan
Pada dasarnya OS terdiri dari dua macam, yaitu Server Linux digunakan paket User Mode Linux
(UML) yang ada pada linux distro debian yang UNIX dan non-UNIX. Perbedaan kedua jenis OS tersebut terletak pada penggunaannya. Jika
dipaket dalam aplikasi NETKIT-2.8.
UNIX digunakan untuk komputer besar seperti Linux Untuk Menunjang Praktikum Jaringan mainframe, super komputer, dan sebagainya
Komputer Di Manajemen Informatika Polinema sedangkan non-UNIX digunakan pada PC.
adalah SDLC (System Development Life Cycle) Jaringan komputer adalah berbagai komputer
waterfall. Metode Waterfall yang dihubungkan satu dengan yang lain untuk
dengan
model
menekankan pada sebuah keterurutan dalam proses dapat saling berkomunikasi serta berbagi informasi
pengembangan perangkat lunak. Metode ini dipilih dan perangkat komputer. Dalam jaringan komputer
karena sangat cocok untuk membangun sebuah terdapat client dan server yang memiliki fungsi
sistem dimana sumber daya manusia yang terlibat tersendiri. Pada dasarnya jaringan komputer terbagi
dalam jumlah terbatas (Rosa A.S. dan Shalahuddin, menjadi dua jenis, yaitu client-server dan peer-to-
2011 : 26-29). Metode peneltian ditunjukkan pada peer.
gambar 4.1 dibawah ini:
2.3. User Mode Linux (UML)
Kebutuhan Anal i sa
Ada berbagai macam aplikasi untuk melakukan virtualisasi, salah satu di antaranya adalah User Mode Linux (UML). Kelebihan dari UML ini adalah Perancangan
Si stem
dapat mensimulasikan jaringan virtual dan tidak membutuhkan sumber daya yang terlalu besar.
Selain itu, bagi yang sudah terbiasa, penggunaannya Im pl em entasi lebih sederhana. Pada penelitian ini digunakan
aplikasi NETKIT yang merupakan salah satu
Penguj i an
turunan dari UML. Netkit merupakan sebuah network emulator open source yang dirilis dibawah Lisensi BSD .
Pem el i haraan
Netkit memungkinkan untuk membuat virtual network device3 (router,switch,komputer,dll) yang
Gambar 3.1. Metode Penelitian bisa dihubungkan kedalam beberapa jaringan . Gambaran singkat metodologi penelitian ini Untuk mempelajarinya minimal harus mengenal dan dapat digambarkan sebagai berikut: memahami Linux dasar , karena netkit hanya bisa
a. Analisa Kebutuhan
dijalankan pada Sistem Operasi Linux.
sebagai tahapan pengumpulan informasi kebutuhan apa saja yang
Implementasi Virtualisasi Netkit merupakan sebuah network emulator Laboratorium Server Linux untuk praktikum open source yang dirilis dibawah lisensi BSD . jaringan komputer. Pada praktikum jaringan Lisensi BSD : kependekan dari Berkeley Software komputer mahasiswa masih membutuhkan minimal Distribution merupakan sebuah lisensi yang
3 – 6 komputer untuk mencoba dan mengujinya termasuk di dalam keluarga lisensi free software. kemudian diimplementasikan pada sistem yang Netkit sangat cocok untuk digunakan oleh para
terintegrasi.
pemula yang ingin belajar jaringan komputer dan
memahami jaringan komputer secara lebih detil dan b. Perancangan Sistem
tahapan setelah spesifik, disamping itu, netkit juga bisa digunakan mendapatkan hasil dari proses analisis kebutuhan. oleh Network Administrator untuk mensimulasikan Pada proses ini dirancang suatu rancangan sistem jaringan yang akan dibuat sebelum benar-benar dari virtualisasi laboratorium server linux yang mengimplematasikan pada dunia nyata. sesuai dengan hasil dari proses analisis kebutuhan Netkit memungkinkan kita untuk membuat
yang telah dilakukan.
virtual network device3 (router,switch,komputer,dll)
c. Implementasi
yang bisa dihubungkan kedalam beberapa jaringan . Pada proses implementasi ini digunakan aplikasi Untuk mempelajarinya minimal kita mengenal dan
NETKIT-2.8 yang merupakan salah satu turunan memahami Linux dasar , karena netkit hanya bisa dari UML (User Mode Linux) sebagai software dijalankan pada Sistem Operasi Linux. Agar mudah untuk membuat virtualisasi server pada linux. memahami Netkit harus mengetahui perintah dasar
d. Pengujian
linux dan konsep TCP/IP terlebih dahulu. Proses pengujian aplikasi virtualisai laboratorium
3. Metode Penelitian
server linux ini dilakukan di Laboratorium
Komputer Jaringan di Program Studi Manajemen Pada penelitian ini digunakan User Mode Linux
3.1. Metode Penelitian Model Waterfall
Informatika Politeknik Negeri Malang. (UML)
yaitu NETKIT,
untuk
melakukan
e. Pemeliharaan
Implementasi Virtualisasi Laboratorium Server
Tahap ini dapat diartikan sebagai tahap penggunaan
b. Tahapan Konfigurasi
perangkat lunak virtualisasi laboratorium yang Pada tahap ini dilakukan pengaturan PATH standar disertai dengan pemeliharaan dan perbaikan.
yang akan di gunakan pada netkit yaitu pada Pemeliharaan dan perbaikan suatu perangkat lunak
/home/yuri/netkit/netkit. Untuk itu diperlukan,
direktori
dilakukan pengeditan pada file bash.bashrc. Pada pengembangan, karena dalam prakteknya ketika
pengeditan file bash.bashrc bisa digunakan teks perangkat lunak tersebut digunakan terkadang masih
editor yang ada di linux sebagai contoh pico. terdapat kekurangan ataupun penambahan fitur-fitur
Dengan cara mengetikkan perintah pico pada konsol baru yang dirasa perlu.
terminal, dengan sintak #pico /etc/bash.bashrc. Setelah dilakukan proses tersebut maka akan terbuka
file /etc/bash.bashrc, jangan dilakukan perubahan Setelah mengenal netkit maka tahap selanjutnya apapun. Pada baris paling bawah sendiri pada file adalah menginstall netkit sebelum dilakukan bash.bashrc, ditambahkan beberapa sintak nektit pembuatan virtualisasi laboratorium server linux
3.2. Instalasi NETKIT
sebagai berikut:
pada jaringan komputer. Dalam menginstall linux digunakan distro linux varian debian. Pada [..]
# NETKIT PATH
percobaan ini digunakan distro linux ubuntu yang
export
merupakan varian dari distro linux debian. NETKIT_HOME=/home/yuri/netkit/netkit
a. Tahapan Download dan Extrak (catatan: direktori penyimpanan sesuai Download terlebih dahulu 3 modul netkit yang
dengan path sesuai dengan yang telah terbaru
di
dibuat)
http://wiki.netkit.org/index.php/Download_Official , export MANPATH=:$NETKIT_HOME/man dalam hal ini digunakan:
export PATH=$NETKIT_HOME/bin:$PATH – netkit-2.8.tar.bz2 [..]
– netkit-filesystem-i386-F5.2.tar.bz2
c. Tahapan Cek Konfigurasi
– netkit-kernel-i386-K2.8.tar.bz2 Setelah konfigurasi tersebut selesai, tutup Kemudian dicopikan semua file kedalam
terminal konsol kemudian buka lagi terminal konsol direktori /home, pada percobaan ini semua file
masuk sebagai user root. Untuk proses pengecekan diletakkan pada direktori /home/yuri/netkit. Dengan
apakah netkit siap digunakan atau tidak, dengan menggunakan
perintah sintak cara mengetikkan perintah mkdir /home/yuri/netkit
pada mode terminal untuk memudahkan pada proses ./check_configuration.sh. Kemudian akan muncul instalasi, kemudian extrak semua modul tersebut.
list konfigurasi NETKIT sampai ada keterangan [READY]. Status [READY] menunjukkan bahwa
yuri@yuri-VirtualBox:~$sudo su [sudo] password for yuri: (masukkan password,
konfigurai berhasil, jika masih ada status [ERROR] tersus tekan enter)
cek konfigurasi PATHnya. Konfigurasi netkit berhasil ditunjukkan pada gambar dibawah ini
root@yuri-VirtualBox:/home/yuri#mkdir
sebagai berikut:
/home/yuri/netkit root@yuri-VirtualBox:/home/yuri#cd /home/yuri/netkit (untuk masuk ke dalam direktori /netkit)
root@yuri-VirtualBox:/home/yuri/netkit# (copykan semua file disini) root@yuri-VirtualBox:/home/yuri/netkit#
ls
(ketik ls untuk melihat isi direktori) netkit-2.8.tar.bz2 netkit-filesystem-i386-F5.2.tar.bz2 netkit-kernel-i386-K2.8.tar.bz2 Kemudian extrak dengan perintah # tar -xjf netkit-2.8.tar.bz2
Gambar 3.2. Cek Konfigurasi NETKIT # tar -xjf netkit-filesystem-i386-F5.2.tar.bz2
d. Cara Penggunaan NETKIT
# tar -xjf netkit-kernel-i386-K2.8.tar.bz2 Setelah installasi netkit selesai , kita sudah #Setelah proses extrak akan terbentuk direktori
dapat memulai menggunakan netkit , namun baru dengan nama netkit. Ketikan cd netkit untuk
sebelum menggunakan netkit , hal yang paling masuk ke direktori yang baru terbentuk pada proses
penting adalah kita memahami command line yang instalasi.
disediakan oleh netkit .
root@yuri- Netkit menyediakan dua buah alternatif VirtualBox:/home/yuri/netkit/netkit#
command
interface
untuk memulai dan untuk memulai dan
percobaan pembuatan 'l' command, untuk 'v' command , semua command
Untuk
melakukan
virtualisasi laboratorium peer to peer berdasarkan atau perintah dimulai dengan huruf v sedangkan 'l'
gambar 4.1. dengan langkah-langkah sebagai command , semua dimulai dengan huruf l . Pada
berikut:
dasarnya v merupakan command yang digunakan
1. Masuk terminal linux.
untuk membuat virtual mesin pada netkit ,
2. Login sebagai user root dengan perintah sudo su sedangkan l adalah command yang digunakan untuk
3. Masuk ke direktori netktit, dengan perintah #cd membangun lab komputer virtual yang terdiri dari
/home/yuri/netkit/netkit
banyak komputer virtual.
4. Kemudian dalam direktori tersebut buatlah Command yang termasuk didalam 'v' command
sebuah direktori, misalkan dengan nama netkit- seperti : vclean, vconfig, vcrash, vhalt, vlist, vstart
lab_static_routing. Dengan perintah #mkdir sedangkan yang termasuk kedalam 'l' command
netkit_lab_peer_to_peer.
adalah : lclean, lcrash, lhalt, linfo, lrestart, lstart,
5. Pindah ke direktori tersebut dengan perintah cd ltest.
6. Di dalam direktori tersebut buatlah file lab.conf, dengan perintah #pico lab.conf. Isikan sintak
4. Hasil dan Pembahasan
perintah seperti dibawah ini: Setelah pada bab sebelumnya telah dibahas LAB_DESCRIPTION="Percobaan
Virtualisasi mengenai analisa dan desain sistem, maka pada bab
LAB Peer to Peer"
ini akan dijelaskan mengenai bagaimana cara
LAB_VERSION=1
pengimplementasian virtualisasi laboratorium sistem
LAB_AUTHOR="Yuri"
yang telah dibuat. LAB_EMAIL=yuri.bjn@gmail.com Pengujian
LAB_WEB=http://www.netkit.org Laboratorium Server Linux Untuk Menunjang
Implementasi
Virtualisasi
machines="pc1 pc2"
Praktikum Jaringan Komputer Di Program Studi
pc1[0]=A
Manajemen Informatika Polinema dilakukan di
pc2[0]=A
Laboratorium Jaringan Komputer.
7. Kemudian buatlah file berektensi .startup untuk masing-masing virtual mesin yang dibuat.
4.1. Spesifikasi Perangkat
laboratorium dijalankan Untuk pengimplementasian Virtualisasi
Sehingga
jika
konfigurasi secara otomatis akan dijalankan Laboratorium Server Linux, digunakan komputer
sesuai konfigurasi yang ada di file .startup. dengan spesifikasi yang ditunjukan pada tabel
Pc1.startup, isikan sintak dibawah ini dibawah ini :
ifconfig eth0 192.168.1.1 netmask 255.255.255.0 Tabel Spesifikasi Komputer Untuk Pengujian
Pc2.startup, isikan sintak dibawah ini 1 Merk
No Deskripsi
Apple Inc ifconfig eth0 192.168.1.2 netmask 255.255.255.0 2 Processor
Spesifikasi
8. Pastikan direktori yang sedang aktif berada pada 3 Memori
Processor Intel Core i7 ~2.7 GHz
direktori #cd /home/yuri/netkit/netkit. Kemudian 4 Hardisk
4 GB
500 GB ketik sintak berikut untuk menjalankannya, 5 Sistem Operasi
4.0.4 –d netkit-lab_peer_to_peer. 7 Sistem Operasi
Windows 7
#lstart
6 Virtual box
9. Maka akan tampil tampilan laboratorium virtual Virtual Box
Ubutnu 12.04
untuk percobaan peer to peer, yang ditunjukkan 8 Netkit
Netkit-2.8 pada gambar 4.2. sebagai berikut: Netkit-filesystem-i386-F5.2 Netkit-kernel-i386-K2.8
4.2. Percobaan Virtualisasi Laboratorium Peer
To Peer
Sebelum melakukan konfigurasi pada virtual mesin perlu dibuat gambar skema dari
pembuatan virtualisasi laboratorium peer to peer. Seperti ditunjukkan pada gambar 4.1. dibawah ini:
Gambar 4.2. Virtualisasi Lab. Peer To Peer
4.3. Percobaan Virtualiasi Laboratorium Remote Login SSH
Sebelum melakukan konfigurasi pada virtual mesin perlu dibuat gambar skema dari
Gambar 4.1. Topologi Peer to Peer Gambar 4.1. Topologi Peer to Peer
Gambar 4.4. Virtualisasi Lab. Remote Login SSH
4.4. Percobaan Virtualisasi Laboratorium Static Routing
Gambar 4.3. Virtualisasi Lab. Remote Login SSH Sebelum melakukan konfigurasi pada virtual Untuk
mesin perlu dibuat gambar skema dari pembuatan virtualisasi
virtualisasi laboratorium static routing. Seperti berdasarkan gambar 4.3. dengan langkah-langkah
ditunjukkan pada gambar 4.5. dibawah ini: sebagai berikut:
1. Masuk terminal linux.
2. Login sebagai user root dengan perintah sudo su
3. Masuk ke direktori netktit, dengan perintah #cd /home/yuri/netkit/netkit
4. Kemudian dalam direktori tersebut buatlah sebuah direktori, misalkan dengan nama netkit- lab_static_routing. Dengan perintah #mkdir netkit_lab_ssh.
5. Pindah ke direktori tersebut dengan perintah cd
6. Di dalam direktori tersebut buatlah file lab.conf, Gambar 4.5. Virtualisasi Lab. Static Routing dengan perintah #pico lab.conf. Isikan sintak
percobaan pembuatan perintah seperti dibawah ini:
Untuk
melakukan
virtualisasi laboratorium routing dengan static LAB_DESCRIPTION="Percobaan LAB Remote
routing berdasarkan gambar 4.5. dengan langkah- SSH"
langkah sebagai berikut:
LAB_VERSION=1 LAB_AUTHOR="Yuri"
1. Masuk terminal linux.
LAB_EMAIL=yuri.bjn@gmail.com
2. Login sebagai user root dengan perintah sudo su LAB_WEB=http://www.netkit.org
3. Masuk ke direktori netktit, dengan perintah #cd machines="pc1 pc2"
/home/yuri/netkit/netkit
pc1[0]=A
4. Kemudian dalam direktori tersebut buatlah pc2[0]=A
sebuah direktori, misalkan dengan nama netkit-
7. Kemudian buatlah file berektensi .startup untuk lab_static_routing. Dengan perintah #mkdir masing-masing virtual mesin yang dibuat.
netkit_lab_static-routing.
Sehingga jika
5. Pindah ke direktori tersebut dengan perintah cd konfigurasi secara otomatis akan dijalankan
laboratorium
dijalankan
6. Di dalam direktori tersebut buatlah file lab.conf, sesuai konfigurasi yang ada di file .startup.
dengan perintah #pico lab.conf. Isikan sintak pc1.startup, isikan sintak dibawah ini
perintah seperti dibawah ini: Ifconfig eth0 192.168.1.1 netmask 255.255.255.0
LAB_DESCRIPTION="Percobaan Virtual Lab. /etc/init.d/ssh restart
Static Routing"
Pc2.startup, isikan sintak dibawah ini
LAB_VERSION=1
ifconfig eth0 192.168.1.2 netmask 255.255.255.0
LAB_AUTHOR="Yuri"
8. Pastikan direktori yang sedang aktif berada pada LAB_EMAIL=yuri.bjn@gmail.com direktori #cd /home/yuri/netkit/netkit. Kemudian
LAB_WEB=http://www.netkit.org/ ketik sintak berikut untuk menjalankannya,
#lstart –d netkit-lab_ssh.
machines="r1 r2 pc1 pc2"
r1[0]="A"
9. Maka akan tampil tampilan laboratorium virtual
r1[1]="B"
untuk percobaan remote login SSH, yang
r2[0]="C"
ditunjukkan pada gambar 4.4. sebagai berikut:
r2[1]="B" pc1[0]="A"
pc2[0]="C"
7. Kemudian buatlah file berektensi .startup untuk Jika terjadi proses reply maka percobaan masing-masing virtual mesin yang dibuat.
berhasil.
Sehingga jika
laboratorium
dijalankan
konfigurasi secara otomatis akan dijalankan
5. Simpulan
sesuai konfigurasi yang ada di file .startup. pc1.startup, isikan sintak dibawah ini
a) Pada percobaan virtualisasi laboratorium ifconfig eth0 195.11.14.5 netmask 255.255.255.0
peer to peer, berhasil diuji dengan broadcast 195.11.14.255 up
berjalannya PC1 dengan IP ADDRESS route add default gw 195.11.14.1 dev eth0
192.168.1.1/24 dan PC2 dengan IP pc2.startup, isikan sintak dibawah ini
ADDRESS 192.168.1.2/24, pada pengujian ifconfig eth0 200.1.1.7 netmask 255.255.255.0
dengan ping berjalan dengan baik. broadcast 200.1.1.255 up
b) Pada percobaan virtualisasi laboratorium route add default gw 200.1.1.1 dev eth0 remote login dengan SSH, berhasil diuji r1.startup denagn berjalannya percobaan remote login ifconfig eth0 195.11.14.1 netmask 255.255.255.0
broadcast 195.11.14.255 up dengan PC1 dengan IP ADDRESS
ifconfig eth1 100.0.0.9 netmask 255.255.255.252 192.168.1.1/24 sebagai server SSH dan broadcast 100.0.0.11 up
PC2 dengan IP ADDRESS 192.168.1.2/2 route add -net 200.1.1.0 netmask 255.255.255.0 gw
sebagai client.
c) Pada percobaan virtualisasi laboratorium r2.startup
100.0.0.10 dev eth1
static routing berhasil diuji dengan ifconfig eth0 200.1.1.1 netmask 255.255.255.0
client dengan IP broadcast 200.1.1.255 up
berjalannya
PC1
ADDRESS 195.11.14.5/24, PC2 client ifconfig eth1 100.0.0.10 netmask 255.255.255.252
dengan IP ADDRESS 200.1.1.7/24, R1 broadcast 100.0.0.11 up
router dengan eth0 195.11.14.1/24 dan eth1 route add -net 195.11.14.0 netmask 255.255.255.0
router dengan IP ADDRESS eth0 200.1.1.1/24 dan eth1
R2
gw 100.0.0.9 dev eth1
8. Pastikan direktori yang sedang aktif berada pada 100.0.0.10/30. Proses pengujian dilakukan direktori #cd /home/yuri/netkit/netkit. Kemudian
dengan perintah ping dari PC1 ke PC2 ketik sintak berikut untuk menjalankannya,
#lstart –d netkit-lab_static-routing, untuk
terjadi proses reply.
menjalankan virtualisasi laboratorium.
Daftar Pustaka:
9. Maka akan tampil tampilan laboratorium virtual Gunawan, Johames. 2003. Linux Sistem Operasi untuk percobaan pembuatan server static routing, Masa Depan. Ilmu Komputer.Com. dengan dibuat 2 komputer sebagai client dengan Wahyudi, Untung. 2008. Peanfaatan Sistem Operasi nama pc1 dan pc2, kemudian ada 2 komputer dalam Sistem Operasi pada Komputer lagi sebagai server routernya dengan nama r1 secara Virtual dengan VMWare. Sekolah dan r2, seperti yang ditunjukkan pada gambar
Tinggi
Manajemen Informatikadan
4.6. sebagai berikut:
Komputer Jakarta. Zaman, Aditya. 2011.Perbedaan Dasar Sistem
Windows, Linux, dan MacOS.http://hantoro.staff.gunadarma. ac.id/Downloads/files/15597/Sistem+Opera si+Jaringan.ppt
Operasi
http://user-mode-linux.sourceforge.net/ http://www.netkit.org Rosa
A.S.,
M.Shalahuddin.2011.MODUL
REKAYASA
PERANGKAT LUNAK (TERSTRUKTUR DAN BERORIENTASI
Gambar 4.6. Virtualisasi Lab. Static Routing OBJEK).Kota : Bandung. Modula. Garnieri, H, M. 2010. Desain dan Implementasi
10. Pembukti koneksi antar pc1 dengan pc2 berjalan dengan benar lakukan perintah ping dari pc1 ke
Virtualisasi
di PT Thiess Contractors Indonesia.Yogyakarta.
Server
pc2, dengan mengetikkan sintak: ping 200.1.1.7.
MENGUKUR TINGKAT KEMATANGAN SISTEM MENGGUNAKAN CAPABILITY MATURITY MODEL (CMM)
Dwi Purnomo 1 , Kusrini 2 , Emha Taufiq Luthfi 3
1,2,3 Magister Teknik Informatika, Program Pasca Sarjana, STMIK Amikom Yogyakarta
1 2 purnomo_it@yahoo.com, 3 kusrini@amikom.ac.id, emhataufiqluthfi@amikom.ac.id
Abstrak
Tingkat kematangan dapat menggambarkan kemampuan organisasi dalam mengelola dan merencanakan kegiatan pengembangan sebuah sistem. Pada penelitian ini dibahas model kematangan dalam kegiatan pengembangan sistem. Kuesioner sebagai sumber data ditabulasi menggunakan alat bantu software SPSS, tahap selanjutnya CMM beserta Key Process Area yang ada pada CMM diterapkan. Hasil pengukuran akhir adalah tingkat kematangan sistem yang sedang berjalan dan sedang dikembangkan berdasar pada KPA yang ada pada CMM, saran atau masukan yang dihasilkan dari penelitian ini berguna bagi organisasi bila ingin konsisten untuk berada pada tingkatan/level kematangan yang ditetapkan berdasar model CMM, sehingga dapat mencapai tingkat pengukuran yang lebih tinggi dari level yang ada sekarang. Sebuah rekomendasi akan terbentuk dari penelitian ini bagi organisasi yang sedang melakukan kegiatan pengembangan sistem ini.
Kata kunci : CMM, Key Process Area, rekomendasi
1. Pendahuluan
yaitu : (a) Bagaimana melakukan pengukuran tingkat kematangan dalam pengembangan Sistem
Pada kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Informasi A yang berbasis Information Technology perlu
(IT) saat ini di Bappeda Pemkab. X menggunakan pengembangannya yang telah dilakukan. Dengan
diadakannya pengukuran
atas
proses
Capability Maturity Model (CMM) versi 1.1 ? (b) pengukuran tersebut akan diketahui sejauh mana
Bagaimana menyusun sebuah rekomendasi setelah tingkat
dilakukan pengukuran menggunakan CMM versi mengidentifikasi potensi masalah yang mungkin ada
agar dapat dilakukan perbaikan dan pengembangan di masa mendatang.
2. Dasar Teori
Peneliti melakukan pengukuran pada kegiatan
2.1 Tingkat kematangan Software
pengembangan dan penerapan yang dilakukan oleh Bappeda Pemerintah Kabupaten X yaitu terhadap
Tingkat kematangan proses software adalah sistem informasi A. Kuesioner sebagai sumber data
sejauh mana proses tertentu secara eksplisit ditabulasi menggunakan alat bantu software SPSS,
didefinisikan, dikelola, diukur, dikendalikan, dan tahap selanjutnya CMM beserta Key Process Area
efektif. Kematangan menunjukan potensi untuk yang ada pada CMM diterapkan. Hasil pengukuran
mengembangkan kemampuan dan menunjukkan akhir adalah tingkat kematangan sistem/software
kesempurnaan, baik proses perangkat lunak yang sedang berjalan dan sedang dikembangkan
konsistensinya dengan yang berdasar pada KPA pada CMM, saran atau masukan
organisasi
dan
dalam proyek-proyek di seluruh yang dihasilkan dari penelitian ini dapat berguna
diterapkan
organisasi. Proses perangkat lunak yang diartikan bagi Bappeda bila ingin konsisten untuk berada pada
pada seluruh organisasi telah matang, biasanya tingkatan/level kematangan yang ditetapkan berdasar
melalui dokumentasi dan pelatihan, dan proses ini model CMM, sehingga dapat mencapai tingkat
terus-menerus dipantau dan ditingkatkan oleh pengukuran yang lebih tinggi dari level yang ada
penggunanya. (Paulk, M.C, dkk., 1993) sekarang. Sebuah rekomendasi akan terbentuk dari penelitian ini khusus bagi Bappeda yang sedang
2.2 Kerangka Kerja Capability Maturity Model
melakukan kegiatan pengembangan sistem berbasis
(CMM)
Information Technology yaitu sistem informasi A.
metode untuk dirumuskan menjadi suatu rumusan masalah pokok
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
mengevaluasi dan mengukur tingkat kematangan
(maturity) dari proses rekayasa piranti lunak. Dalam dokumen resminya, dijelaskan bahwa CMM menyediakan pedoman kepada pengembang piranti lunak tentang bagaimana untuk meningkatkan kontrol terhadap proses mereka dalam membangun dan memelihara piranti lunak, dan tentang bagaimana untuk mengembangkan lebih jauh sebuah kultur rekayasa piranti lunak dan majemen yang baik. CMM didesain sebagai pedoman pengembang piranti lunak dalam memilih strategi peningkatan proses, dengan mengukur kematangan proses yang sedang berjalan dan mengidentifikasi beberapa isu yang paling kritikal sehubungan dengan kualitas piranti lunak dan peningkatan proses. (Paulk, M.C, dkk, 1993). Capability Maturity Model terdapat 5 level/skala kematangan yaitu :
Gambar 2.2 Key Process Area pada CMM “Paulk, M.C, dkk.,1993”
3. Metode dan Analisis Data
Pada penelitian ini mengikuti langkah dan tahapan sebagai berikut :
Gambar 2.1 CMM level “Paulk, M.C, dkk, 1993”
Pada mulanya Capability Maturity Model dikembangkan oleh Software Engineering Institute atas permintaan Departement of Defense (DOD) Amerika Serikat dengan tujuan membuat ujian saringan masuk bagi kontraktor yang mendaftarkan diri untuk menjadi konsultan DOD.
2.2.1 Key Process Area pada CMM
Dalam setiap levelnya, CMM memiliki Key Process Area (KPA) sebagai rincian tentang hal-hal yang harus menjadi perhatian. Setiap KPA tersebut memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai. Kecuali untuk Level 1, masing-masing tingkat kematangan yang dipecah menjadi beberapa key process area