PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP TINGKAT

PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP TINGKAT OPTIMALITAS ASET TETAP (TANAH DAN BANGUNAN) PEMERINTAH KOTA BAUBAU

Tesis

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Program Magister Ekonomika Pembangunan Bidang Ilmu-ilmu Sosial

Diajukan oleh:

Jusmin

11/327184/PEK/16624

Kepada FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, April 2013

Jusmin

PERSEMBAHAN

Moto: “kesuksesan adalah pilihan, usaha adalah jalan, doa adalah

keyakinan” Allahuakbar… (Lahaulawalaquwataillabillah)

Kupersembahkan tesis ini untuk: Ayahanda tercinta La Ibara dan Ibunda tercinta Wa IGoso yang telah membiayai sarjana S2 saya pada kampus biru Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmantNnya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Tingkat Optimalitas Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Daerah Kota Baubau”. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan UGM Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat kekurangan, mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Namun demikian berkat adanya dukungan, petujuk, saran dan bimbingan dari berbagai pihak terutama pembimbing, akhirnya tesis ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat.

1. Bapak Prof. Dr. Samsubar Saleh, M. Soc.Sc. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh

perhatian dan kesabaran dalam penyusunan tesis ini.

2. Ibu Artidiatun Adji, M.Ec., M.A., Ph.D. selaku ketua pengelola dan para dosen pengajar serta seluruh staf sekretariat program MEP-UGM yang telah membantu penulis dalam berbagai hal menyangkut proses belajar mengajar.

3. Bapak Drs. A.S. Tamrin, M.H. selaku Walikota Baubau beserta seluruh jajaran organisasi dan stafnya, yang telah memberikan ijin dan membantu penulis dalam mendapatkan data dalam penyelesaian tesis ini.

4. Ayahanda tercinta La Ibara dan Ibunda tercinta Wa Igoso, serta semua saudara-saudaraku tercinta yaitu kak Sugianto sekeluarga, kak Yurmanti sekeluarga, kak Jayanto sekeluarga, adik Yusnianti sekeluarga dan adik Ayu Widi serta seluruh keluarga besar yang kucintai semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan baik finansial, doa dan dorongan motivasi dalam menyelesaikan studi serta penulisan ini.

5. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi MEP-UGM, khususnya personel angkatan 47, yang telah mengukir berbagai kenangan manis dan terindah semasa pendidikan di kampus biru UGM. Tanpa kalian perkuliahan terasa sulit dan berat kujalani.

Akhirnya suatu pepatah “tiada gading yang tak retak” selalu mengingatkan kita bahwa di dunia ini tiada yang sempurna. Demikian halnya dengan penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala bentuk, saran, kritik dan masukan yang membantu sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 1 April 2013 Penulis,

Jusmin

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Alur Manajemen Aset ........................................................

15

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ..............................................................

68 Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian .................................................

69 Lampiran 3 Kartu Inventarisasi Barang ....................................................

70 Lampiran 4 Rekapitulasi Jawaban Responden ..........................................

85 Lampiran 5 Pengantar Kuesioner ..............................................................

87 Lampiran 5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Hasil Pengolahan SPSS....

93 Lampiran 7 Analisis Regresi Linear Berganda .........................................

95 Lampiran 8 Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................

96

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen aset terhadap tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan) pada Pemerintah Daerah di Kota Baubau. Dengan menggunakan metoda purposive sampling jumlah sampel penelitian yang diambil adalah sebanyak 48 responden. Variabel- variabel yang digunakan adalah inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset, serta pengawasan dan pengendalian aset.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan alat uji Regresi Linear Berganda menunjukan bahwa secara individual inventarisasi aset terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan) yang berarti sesuai dengan hipotesis, secara individual legal audit aset tidak terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan) yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis, secara individual penilaian aset terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat optimalitas aset tetap(tanah dan bangunan), pengawasan dan pengendalian aset terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan). Sedangkan hasil analisis secara serentak menunjukan bahwa ke-empat variabel yaitu inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset serta pengawasan dan pengendalian aset terbukti berpengaruh signifikan/positif terhadap tingkat optimalitas aset tetap tanah (tanah dan bangunan) hal ini dibuktikan dengan nilai F-hitung > F-tabel.

Kata kunci: inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset, pengawasan dan pengendalian aset, optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan).

ABSTRACT

This research aims to analyze the impact of asset management towards optimality of fixed assets (land and buildings) in the Local Government in Baubau Regency. By using purposive sampling method the number of research samples was takenas much as 48 respondents. The variables used are assets inventory, audit legal of assets assessment, as well as supervision and asset control.

Based on the analysis result using Multiple Linear Regression test indicated that the asset inventory individually are proven have positive and significant influence toward optimality of fixed assets (land and buildings) that means consistent with the hypothesis, individually the legal audit of assets are not proved have positive and significant influence to optimization of fixed assets (land and buildings) that means not consistent with the hypothesis, an individual assessment of the assets are indicated are proved has positive influence to optimality of fixed assets (land and buildings) that means consistent with the hypothesis, the supervision and asset control is proved have positive and significant influence to optimization of fixed assets (land and buildings) that means consistent with the hypothesis. While the analysis results together /simultaneously indicated that all four variables, namely the asset inventory, audit legal of assets, assets assessment as well as supervision and assets control are proved to have significant and positive influence to optimality of fixed assets (land and buildings) this is proved by the value of F count > F-table.

Keywords: asset inventory, audit legal of assets, asset assessment, supervision and asset control, optimality of fixed assets (land and buildings).

BAB I PENGANTAR

1.1 Latar Belakang

Sistem pemerintahan daerah di Indonesia dewasa ini memasuki paradigma baru di mana salah satu tujuan dari penyelenggaraan pemerintah adalah terciptanya good governance dengan cara melakukan perubahan yang mendasar dalam mengelola daerah serta mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Hal ini dapat dicermati dengan semakin disempurnakannya peraturan perundang- undangan pemerintah daerah dengan diterbitkannya undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 merupakan landasan perubahan sistem pemerintahan daerah termasuk perimbangan keuangan negara. Perubahan itu mengarah pada pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Otonomi daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, secara implisit sebenarnya memposisikan pemerintah daerah agar mandiri dalam setiap aspek pembangunan, termasuk di dalamnya aspek pendanaan pembangunan daerah. Salah satu kriteria penting untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan dalam bidang keuangan, oleh karena itu kemampuan untuk mengelola keuangan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan suatu daerah. Pemerintah daerah dapat menciptakan sumber pendapatan dengan mengoptimalkan pengolahan terhadap aset milik pemerintah daerah dengan cara melakukan langkah strategis untuk Otonomi daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, secara implisit sebenarnya memposisikan pemerintah daerah agar mandiri dalam setiap aspek pembangunan, termasuk di dalamnya aspek pendanaan pembangunan daerah. Salah satu kriteria penting untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan dalam bidang keuangan, oleh karena itu kemampuan untuk mengelola keuangan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan suatu daerah. Pemerintah daerah dapat menciptakan sumber pendapatan dengan mengoptimalkan pengolahan terhadap aset milik pemerintah daerah dengan cara melakukan langkah strategis untuk

Kewenangan yang diberikan berkaitan pula dengan bagaimana pemerintah daerah mampu memaksimalkan kekayaan daerah yang dimiliki misalnya melalui pengelolaan aset. Aset disini dapat diartikan sebagai barang/benda yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai ekonomis (economic value), nilai komersial atau nilai pertukaran yang dimiliki atau digunakan suatu badan usaha, lembaga atau perorangan. Aset negara adalah barang tidak bergerak (tanah dan/atau bangunan) dan barang bergerak (inventarisasi) yang dibeli atas beban APBN dan perolehan lain yang sah, yang dimiliki/dikuasai oleh instansi lembaga pemerintah non departemen, badan-badan, tidak termasuk kekayaan yang dipisahkan dan bukan kekayaan pemerintah daerah. Untuk itu, pemerintah daerah harus benar-benar memahami apa sajakah yang harus dilakukan sehingga dapat mengoptimalkan aset-aset yang dimiliki guna meningkatkan pendapatan asli daerah khususnya dalam hal ini adalah aset tetap tanah dan bangunan.

Salah satu masalah utama pengelolaan barang (aset) daerah adalah ketidaktertiban dalam pengelolaan data barang (aset). Ini menyebabkan pemerintah daerah akan mengalami kesulitan untuk mengetahui secara pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset-aset yang dikelola pemerintah daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaanya. Menurut Siregar (2004: 518-519) ada beberapa tahap manajemen aset yang dapat dilakukan guna meningkatkan Salah satu masalah utama pengelolaan barang (aset) daerah adalah ketidaktertiban dalam pengelolaan data barang (aset). Ini menyebabkan pemerintah daerah akan mengalami kesulitan untuk mengetahui secara pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset-aset yang dikelola pemerintah daerah cenderung tidak optimal dalam penggunaanya. Menurut Siregar (2004: 518-519) ada beberapa tahap manajemen aset yang dapat dilakukan guna meningkatkan

Kota Baubau adalah sebuah Kotamadya atau kota otonom dipulau buton, Sulawesi Tenggara. Kota Baubau memperoleh status kota pada tanggal 21 juni 2001 berdasarkan UU No. 13 Tahun 2001, dengan luas wilayah daratan 221,00

2 km 2 , luas laut mencapai 30 km merupakan kawasan potensial untuk pengembangan sarana dan prasarana transportasi laut. Secara geografis, kota

0 Baubau terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 5,21 0 – 5,33 lintang

0 selatan dan di antara 122,30 0 – 122,47 Bujur Timur, atau terletak di sebelah selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Batas wilayah kota Baubau adalah sebagai

berikut: sebelah utara berbatasan Selat Buton, sebelah selatan berbatasan Kecamatan Pasar Wajo Kabupaten Buton, Sebelah timur berbatasan Kecamatan Kapuntori, Kabupaten Buton. Sebelah Barat berbatasan Kecamatan Kadatua Kabupaten Buton.

Dengan wilayah yang terbilang cukup luas, Pemerintah Daerah kota Baubau harus dapat mengelola inventarisasi aset daerahnya sehingga sesuai dengan PP No

6 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik negara/daerah sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat, dalam hal ini sarana dan prasarana yang merupakan aktiva tetap (fixed asset) tanah dan bangunannya. Akan

tetapi dalam prakteknya kota Baubau belum dapat menjalankan manajemen aset dengan baik, ini dapat dilihat dari laporan Badan Pemeriksa Keuangan bahwa hasil Laporan Keuangan Pemerintah Daerah kota Baubau masih menyandang predikat Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Permasalahan yang muncul karena belum memaksimalkan aset tetap (tanah dan bangunan) milik pemerintah kota Baubau. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kendala terutama masalah inventarisasi aset sebagaimana hingga sekarang belum ada data yang baku tentang jumlah luas tanah milik pemerintah Kota Baubau, termasuk masalah legal audit yang mana beberapa aset yang dimiliki pemerintah Kota Baubau yaitu sebanyak 146 bidang tanah, yang baru sertifikasi 40 bidang (27,39 persen) dan sisanya 106 bidang (72,60 persen) tidak memiliki status hukum yang jelas, kemudian belum ada penilai independen (sertifikasi) yang melakukan penilaian terhadap aset tetap (tanah dan bangunan) milik pemerintah kota Baubau sehingga sampai sekarang belum dapat diketahui berapa nilainya. Permasalahan aset tersebut yang menjadi kendala kota Baubau untuk meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Berkaitan permasalahan tersebut di atas adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada. Faktor yang mempengaruhi tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan) milik pemerintah kota Baubau belum maksimal dipengaruhi oleh faktor inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset serta pengawasan dan pengendalian aset. Di mana dari permasalahan yang ada di atas timbul pertanyaan penelitian yang dibatasi sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh yang positif antara inventarisasi aset terhadap tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan) milik pemerintah Kota Baubau?

2. Apakah ada pengaruh yang positif antara legal audit terhadap tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan) milik pemerintah Kota Baubau?

3. Apakah ada pengaruh yang positif antara penilaian terhadap tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan) milik pemerintah Kota Baubau?

4. Apakah ada pengaruh yang positif antara pengawasan dan pengendalian terhadap tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan) milik pemerintah Kota Baubau?

1.2 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh manajemen aset terhadap tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan) Kota Baubau belum ada yang meneliti, namun sudah ada literatur yang tersedia. Hal ini berpedoman dan mengacu pada penelitian sebelumnya mengenai manajemen aset diantaranya adalah.

1. Dadson dan Ebenezer (2006) menjelaskan tentang mengoptimalkan manajemen aset tanah di Ghana dalam rangka menuju good governance. Beberapa langkah-langkah yang digunakan guna mencapai pemerintahan yang baik adalah berada di seputar legislasi, organisasi dalam sektor tanah, data base dan peta serta mekanisme sistem lahan yang berkelanjutan

2. Quertani, Parlikad dan Mcfarlane (2008), dalam penelitiannya mengusulkan suatu pendekatan guna mendukung para manajer aset mengembangkan suatu strategi manajemen informasi aset yang efektif. Informasi mengenai siklus hidup aset yang muncul pada tahap acquisition, deployment, usage, maintance dan disposal pada umumnya susah didapatkan dan biasanya informasi tersebut 2. Quertani, Parlikad dan Mcfarlane (2008), dalam penelitiannya mengusulkan suatu pendekatan guna mendukung para manajer aset mengembangkan suatu strategi manajemen informasi aset yang efektif. Informasi mengenai siklus hidup aset yang muncul pada tahap acquisition, deployment, usage, maintance dan disposal pada umumnya susah didapatkan dan biasanya informasi tersebut

3. Phelps (2009), meneliti hubungan antara pemikiran, praktek dan hasil dalam pengelolaan aset dalam rangka memahami faktor-faktor perubahan dari manajemen properti untuk manajemen aset yang terjadi di Inggris dan Rusia. Sebuah kerangka kerja analitis dikembangkan untuk mengukur mengapa organisasi melakukan manajemen aset; bagaimana mereka melakukannya dan apa yang mereka capai. Kesimpulannya manajemen aset di Inggris lebih maju dan disiplin dibandingkan Rusia, ini disebabkan adanya campur tangan pemerintah pusat dan keterlibatan aktif para pelaku manajemen aset.

4. Akbar dan Lukman (2010), Manajemen aset merupakan pendekatan yang awalnya diterapkan oleh sektor privat dan terbukti menghasilkan keuntungan yang signifikan, sehingga mulai diadopsi oleh pemerintah untuk mengelola aset-aset publik. Penerapan manajemen aset di sektor publik lebih banyak pada pengelolaan infrastruktur seperti jaringan jalan (roads), rel kereta api (railroads), drainase (drainage), gorong-gorong (culverts), jaringan listrik (electricity), dan mulai meluas ke aset real property seperti lahan (lands) dan bangunan (buildings). Salah satu aset penting perkotaan adalah taman. Taman sebagai salah satu bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki peran dan manfaat yang besar bagi masyarakat perkotaan. Namun, kebanyakan manfaat taman sifatnya berorientasi jangka panjang dan tidak secara langsung memberikan keuntungan ekonomi yang besar seperti halnya mall, permukiman, pertokoan, dan fasilitas sosial lainnya. Akibatnya, seringkali

keberadaan taman dikesampingkan. Beragam persoalan taman terkait kuantitas dan kualitas kerap dijumpai di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya Kota Bandung. Untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut, pengelolaan taman dapat dilakukan dengan menerapkan konsep manajemen aset. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan model pendekatan manajemen aset terhadap taman berbasiskan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam rangka mengoptimalkan fungsi taman. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif melalui teknik wawancara dengan pihak-pihak terkait pengelolaan taman dan observasi lapangan pada taman-taman yang ada di wilayah penelitian. Hasilnya Manajemen aset merupakan salah satu pendekatan yang berperan penting dalam tahapan implementasi penataan ruang (pemanfaatan dan pengendalian). Penerapannya telah terbukti berhasil untuk pengelolaan aset publik seperti infrastruktur jalan, drainase, lahan, bangunan, dan sebagainya.

5. Hanis, Tringunarsyah, dan Susilawati (2011), melakukan penelitian untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah Indonesia ketika mengadopsi kerangka manajemen aset publik. Desain/metodologi/ pendekatan. Sebuah studi kasus dalam pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan digunakan sebagai pendekatan untuk mencapai tujuan penelitian. Studi kasus ini melibatkan dua teknik pengumpulan data wawancara dan analisis dokumen. Temuan Hasil penelitian menunjukkan terdapat tantangan yang signifikan bahwa pemerintah daerah Indonesia perlu mengelola ketika mengadopsi kerangka manajemen aset publik. Tantangan-tantangan tersebut:

tidak adanya kerangka kelembagaan dan hukum untuk mendukung penerapan manajemen aset, prinsip non-profit aset publik, beberapa yurisdiksi yang terlibat dalam proses manajemen aset publik, kompleksitas tujuan pemerintah daerah, ketersediaan-non Data untuk mengelola milik umum, dan sumber daya manusia yang terbatas. Penelitian keterbatasan/implikasi Penelitian ini terbatas pada satu studi kasus. Ini adalah studi pendahuluan dari penelitian yang lebih besar yang menggunakan studi kasus ganda. Penelitian utama juga menyelidiki peluang bagi pemerintah daerah dengan mengadopsi dan menerapkan manajemen aset publik. Orisinalitas/nilai Temuan kertas memberikan masukan yang bermanfaat bagi pembuat kebijakan, akademisi dan praktisi manajemen aset di Indonesia untuk membangun kerangka kerja manajemen aset publik sehingga organisasi yang efisien dan efektif, serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Penelitian ini memiliki aplikasi potensial di negara-negara berkembang lainnya.

6. Wahyuni (2011), melakukan penelitian terkait pengaruh manajemen aset yang terdiri dari aspek inventarisasi, identifikasi, legal audit dan penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. Sampel dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan 2 (dua) alat analisis yaitu analisis regresi berganda (multiple regression ) dan Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil analisisnya dengan menggunakan DEA menunjukan dari 8 Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan sebagai lembaga teknis daerah yang memiliki target pencapaian pendapatan asli daerah hanya 3 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang 6. Wahyuni (2011), melakukan penelitian terkait pengaruh manajemen aset yang terdiri dari aspek inventarisasi, identifikasi, legal audit dan penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. Sampel dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan 2 (dua) alat analisis yaitu analisis regresi berganda (multiple regression ) dan Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil analisisnya dengan menggunakan DEA menunjukan dari 8 Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan sebagai lembaga teknis daerah yang memiliki target pencapaian pendapatan asli daerah hanya 3 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang

7. Antoh (2012), melakukan penelitian tentang manajemen aset dalam rangka optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) pada pemerintah daerah di Kabupaten Paniai. Dengan menggunakan metoda purposive sampling jumlah sampel penelitian yang diambil adalah sebanyak 50 responden. Variabel- variabel yang digunakan adalah inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset, serta pengawasan dan pengendalian aset. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan alat uji Regresi Linear Berganda menunjukan bahwa secara individual inventarisasi aset tidak terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis. Secara individual legal audit aset terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan, secara individual penilaian aset tidak terbukti berpengaruh positif terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan), pengawasan dan pengendalian aset terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan). Analisis secara bersama- sama/serempak menunjukan bahwa ke-empat variabel yaitu inventarisasi aset, 7. Antoh (2012), melakukan penelitian tentang manajemen aset dalam rangka optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) pada pemerintah daerah di Kabupaten Paniai. Dengan menggunakan metoda purposive sampling jumlah sampel penelitian yang diambil adalah sebanyak 50 responden. Variabel- variabel yang digunakan adalah inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset, serta pengawasan dan pengendalian aset. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan alat uji Regresi Linear Berganda menunjukan bahwa secara individual inventarisasi aset tidak terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis. Secara individual legal audit aset terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan, secara individual penilaian aset tidak terbukti berpengaruh positif terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan), pengawasan dan pengendalian aset terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan). Analisis secara bersama- sama/serempak menunjukan bahwa ke-empat variabel yaitu inventarisasi aset,

Keaslian penelitian ini dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya adalah terletak dari aspek objek dan waktu penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tentang konsep pengelolaan aset dalam rangka optimalitas aset pemerintah daerah, dan alat analisis. Penelitian ini belum pernah dilakukan di objek penelitian yaitu Kota Baubau provinsi Sulawesi Tenggara, sehingga untuk dapat menjelaskan atas permasalahan pengelolaan manajemen aset atau pengelolaan barang milik pemerintah daerah diperlukan penelitian tersendiri.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset, serta pengawasan dan pengendalian aset terhadap tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan) Pemerintah Daerah di Kota Baubau. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang baik terhadap pemerintah daerah dalam pemanfaatan asetnya.

1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat.

1. Bagi pemerintah Kota Baubau hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam menentukan kebijakan untuk memperbaiki pengelolaan aset khususnya aset tetap (tanah dan bangunan).

2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan sebagai tambahan referensi, serta sumber penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan manajemen aset pemerintah daerah.

1.4 Sistematika penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut: Bab I Pengantar, yang menguraikan latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka menguraikan tentang tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis, serta alat analisis yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini. Bab III Analisis Data menguraikan bagaimana proses selama penelitian ini dijalankan serta pembahasan akan setiap analisis data- data yang telah didapatkan. Bab IV Kesimpulan dan Saran berisikan ringkasan singkat (kesimpulan) mengenai hasil analisis yang diperoleh, saran-saran yang diberikan kepada pemerintah Kota Baubau, serta keterbatasan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini menggunakan library research (tinjauan kepustakaan) guna melihat apa yang seharusnya dilakukan dalam pengelolaan aset pemerintah daerah khususnya pada Pemerintah Daerah Kota Baubau. Sehubungan dengan diberlakukanya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 yang telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Pengelolaan aset negara dalam pengertianya yang dimaksud dalam PP No.6/2006 tentang pengelolaan aset Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) adalah tidak sekedar administratif semata, tetapi lebih maju berfikir dalam menangani aset negara, bagaimana meningkatkan efisiensi, efektivitas dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset. Oleh karena itu, lingkup pengelolaan aset negara mencakup perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Dalam perkembangannya, manajemen aset telah dicoba untuk ditelaah dalam berbagai penelitian di level pemerintah daerah. Lewes District Council (2005: 2) mengatakan bahwa tujuan dari perencanaan manajemen aset adalah.

1. Memastikan efektivitas dan koordinasi kegiatan manajemen aset yang disusun pemerintah.

2. Mengawasi penggunaan dana dalam proses manajemen serta penggunaan aset properti.

3. Memastikan bahwa permasalahan manajemen aset telah dibahas dalam pertemuan pengambilan keputusan sebagai dasar penyusunan rencana pelayanan.

4. Memahami batasan efektivitas, efisiensi serta mempertimbangkan kondisi ekonomi dalam menyusun manajemen/pengelolaan aset.

5. Membuat pola kerjasama pengelolaan aset dengan pihak ketiga atau organisasi lain yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Phelps (2009), meneliti hubungan antara pemikiran, praktek dan hasil dalam pengelolaan aset dalam rangka memahami faktor-faktor perubahan dari manajemen properti untuk manajemen aset yang terjadi di Inggris dan Rusia. Sebuah kerangka kerja analitis dikembangkan untuk mengukur mengapa organisasi melakukan manajemen aset; bagaimana mereka melakukannya dan apa yang mereka capai. Kesimpulannya manajemen aset di Inggris lebih maju dan disiplin dibandingkan Rusia, ini disebabkan adanya campur tangan pemerintah pusat dan keterlibatan aktif para pelaku manajemen aset.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian aset

Pengertian yang umum dari suatu aset adalah bahwa aset merupakan sesuatu yang memiliki nilai. Menurut buku Standar Penilai Indonesia (SPI, 2007: 3) Pengertian yang umum dari suatu aset adalah bahwa aset merupakan sesuatu yang memiliki nilai. Menurut buku Standar Penilai Indonesia (SPI, 2007: 3)

Siregar (2004: 178) menyatakan aset adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu (perorangan). Pengertian aset yang disebutkan di atas pada dasarnya berlaku pula untuk aset yang dikuasai atau dimiliki negara berdasarkan syarat-syarat tertentu.

Menurut siregar (2004: 178) menyatakan aset adalah barang yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak. Barang yang dimaksud meliputi barang tidak bergerak (tanah dan bangunan) dan barang bergerak baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu perusahaan, badan usaha, institusi atau individu perorangan.

Menurut Siregar (2004: 179) Aset Negara adalah bagian dari kekayaan negara atau harta kekayaan negara (HKN) yang terdiri dari barang bergerak atau barang tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai oleh instansi pemerintah, yang sebagain atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari perolehan yang sah, tidak termasuk kekayaan negara Menurut Siregar (2004: 179) Aset Negara adalah bagian dari kekayaan negara atau harta kekayaan negara (HKN) yang terdiri dari barang bergerak atau barang tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai oleh instansi pemerintah, yang sebagain atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari perolehan yang sah, tidak termasuk kekayaan negara

2.2.2 Konsep manajemen aset

Menurut Lukman dan Akbar (2010) konsep manajemen aset pertama kali dicetuskan oleh industri privat. Penerapan konsep manajemen aset telah terbukti memberikan hasil positif dan menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan sektor privat. Kesuksesan sektor privat ini mulai dilirik oleh aparatur pemerintah dan perusahaan-perusahaan publik. Oleh karena itu, konsep manajemen aset mulai dikenali sebagai suatu cara yang dapat diterapkan oleh pemerintah dalam mengelola aset-aset yang dimiliki.

Surminah (2008) menyatakan bahwa manajemen aset adalah suatu sistem penatalaksanaan atau suatu unit fungsional yang berfungsi/bertugas untuk mengoperasikan seperangkat sumber daya (sumber daya manusia, uang, mesin, barang, waktu) dan seperangkat instrument (metoda, standar/kriteria) untuk mencapai satu tujuan. Kebutuhan akan manajemen aset menjadi penting yang berhubungan dengan ketersediaan, efisiensi, mutu, kesinambungan perusahaan dan pemenuhan keselamatan lingkungan) aset fisik yang dimiliki perusahaan.

Menurut Siregar (2004: 518-519) tahapan manajemen aset daerah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Alur Manajemen Aset

1. Inventarisasi aset, yang terdiri atas dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/labeling, pengelompokan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.

2. Legal audit, merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain.

3. Penilaian aset, merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk 3. Penilaian aset, merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk

4. Optimalisasi aset, merupakan satu proses kerja dalam manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahapan ini, aset-aset yang dimiliki pemerintah daerah diidentifikasi dan dikelompokan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangkan panjang. Tentunya kriteria untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan. Aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran, stategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasai.

5. Pengawasan dan pengendalian aset merupakan satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada pemerintah daerah saat ini. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan SIMA. Melalui SIMA, transparasi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam SIMA ini keempat aspek itu diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek pengawasan dan pengendalian, sehingga setiap penanganan terhadap satu aset, termonitor jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang 5. Pengawasan dan pengendalian aset merupakan satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada pemerintah daerah saat ini. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan SIMA. Melalui SIMA, transparasi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam SIMA ini keempat aspek itu diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek pengawasan dan pengendalian, sehingga setiap penanganan terhadap satu aset, termonitor jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang

2.2.2.1 Inventarisasi. Menurut Siregar (2004: 518-519) tahapan manajemen aset daerah sebagai berikut. Inventarisasi aset, yang terdiri atas dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain- lain. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/labeling, pengelompokan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.

Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Daerah menyatakan inventarisasi adalah kegiatan atau tindakan untuk melakukan perhitungan, pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang dalam pemakaian. Barang inventarisasi adalah seluruh barang yang dimiliki/dikuasai oleh pemerintah daerah yang penggunaanya lebih dari satu tahun dan dicatat serta didaftar dalam buku Inventarisasi. Agar buku inventarisasi dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan perananya, maka pelaksanaanya harus lebih tertib, teratur, dan berkelanjutan, berdasarkan data yang benar, lengkap, dan akurat sehingga dapat memberikan informasi yang tepat.

Berdasarkan Permendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, dapat dibagi menjadi dua kegiatan yaitu: kegiatan Berdasarkan Permendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, dapat dibagi menjadi dua kegiatan yaitu: kegiatan

1. Buku Induk Inventarisasi (BII).

2. Buku Inventarisasi (BI).

3. Kartu Inventarisasi Barang (KIB).

4. Kartu Inventarisasi Ruangan (KIR). Dalam pelaksanaanya pelaporan dipergunakan daftar-daftar yaitu.

1. Daftar rekapitulasi (jumlah barang hasil sensus, daftar mutasi barang).

2. Daftar mutasi barang. Buku induk inventarisasi adalah merupakan gabungan/kompilasi dari buku inventarisasi. Buku inventarisasi adalah himpunan catatan data teknis dan administrasi yang diperoleh dari catatan kartu-kartu inventarisasi barang sebagai hasil sensus ditiap-tiap unit/satuan kerja yang dilaksanakan secara serempak pada waktu tertentu. Untuk mendapatkan data barang dan pembukuan buku inventarisasi yang benar, dapat dipertanggungjawabkan dan akurat (up to date) maka dapat dilakukan melalui sensus barang daerah setiap 5 (lima) tahun sekali.

Buku inventarisasi barang adalah kartu untuk mencatat barang-barang inventarisasi secara tersendiri atau kumpulan/kolektif dilengkapi data asal, volume, kapasitas, merk, type, nilai/harga dan data lain mengenai barang tersebut, yang diperlukan untuk inventarisasi maupun tujuan lain dan dipergunakan selama barang itu belum dihapuskan. Kartu inventarisasi barang terdiri dari:

1. kartu inventarisasi tanah;

2. kartu inventarisasi gedung;

3. kartu inventarisasi kendaraan;

4. kartu inventarisasi lainnya. Kartu inventarisasi ruangan adalah kartu untuk mencatat barang-barang inventaris yang ada dalam ruangan kerja. Kartu inventarisasi ruangan ini harus dipasang disetiap ruangan kerja. Pemasangan maupun pencatatan inventarisasi menjadi tanggung jawab pengurus barang setiap unit/satuan kerja.

Daftar rekapitulasi inventarisasi disusun oleh Kepala Daerah selaku kuasa/ordonatur barang dengan mempergunakan bahan berasal dari rekapitulasi inventarisasi barang yang disusun oleh pengurus barang unit. Daftar mutasi barang memuat data barang yang berkurang dan atau bertambah dalam jangka waktu tertentu (1 semester dan 1 tahun). Mutasi barang bertambah dapat disebabkan oleh pengadaan baru karena pembelian/pembangunan, sumbangan/ hibah, tukar-menukar dan perubahan peningkatan kualitas (guna susun). Mutasi barang berkurang dapat disebabkan oleh dijual/dihapuskan,musnah/hilang/mati, di hibahkan/disumbangkan, dan tukar menukar/tukar guling/dilepaskan dengan ganti rugi.

Untuk mengurus dan menertibkan pencatatan barang dalam proses pemakaian maka Kepala Daerah menunjuka/menetapkan kembali pengurus barang pada masing-masing unit. Dengan mengingat prinsip organisasi dalam rangka tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintah di daerah, maka fungsi atau wewenang pengurusan tersebut dilimpahkan kepada aparat pembantunya tanpa mengurangi tanggungjawab Kepala Daerah. Dengan demikian mekanisme pengelolaan barang daerah yaitu adanya fungsi otorisator

(Kepala Daerah), ordonatur (Unit Kerja yang berwenang/dilimpahi tugas) dan bendaharawan.

Kodefikasi adalah pemberian pengkodean barang pada setiap barang inventaris milik pemerintah daerah yang menyatakan kode lokasi dan kode barang. Tujuan pemberian kodefikasi adalah untuk mengamankan dan memberikan kejelasan status kepemilikan dan status penggunaan barang pada masing-masing pengguna.

2.2.2.2 Legal audit. Siregar (2004: 519) menyatakan bahwa legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain.

Berdasarkan Perpmendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Daerah, Legal audit juga merupakan tindakan pengamanan atau tindakan pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan barang daerah secara fisik, administrasi dan tindakan hukum. Pengamanan tersebut menitikberatkan pada penertiban pengamanan secara fisik dan secara administrasi, sehingga barang daerah tersebut dapat dipergunakan/dima nfaatkan secara optimal serta terhindar dari penyerobotan pengambil alihan atau klaim dari pihak lain. Pengamanan secara fisik terhadap barang tidak bergerak

(tanah dan bangunan) dapat dilakukan dengan pemagaran, pemasangan papan tanda kepemilikan dan penjagaan. Pengamanan secara administratif dapat dilakukan dengan cara penyelesaian bukti kepemilikan seperti IMB, berita acara serah terima, surat perjanjian, akte jual beli, dan dokumen pedukung lainnya.

2.2.2.3 Penilaian. Penilaian adalah satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penerapan harga bagi aset yang ingin dijual.

Berdasarkan Perpmendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Daerah, penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah daerah, pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah. Pelaksanaan penilaian barang milik daerah dilakukan oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah dan dapat melibatkan dengan lembaga independen bersertifikat dibidang penilaian aset; penilaian barang milik daerah khusus untuk tanah dan/atau bangunan, dilakukan dengan estimasi terendah menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sehingga diperoleh nilai wajar.

2.2.2.4 Pengawasan serta pengendalian. Pengawasan dan pengendalian adalah satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada pemerintah daerah saat ini. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan SIMA. Melalui SIMA, transparasi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan 2.2.2.4 Pengawasan serta pengendalian. Pengawasan dan pengendalian adalah satu permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada pemerintah daerah saat ini. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan SIMA. Melalui SIMA, transparasi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan

Berdasarkan Perpmendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Daerah, pengawasan dan pengendalian barang milik daerah dilakukan untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah secara berdayaguna dan berhasilguna, maka fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian sangat penting untuk menjamin tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah. Pengendalian merupakan usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksnakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan merupakan usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan, apakah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.2.3 Optimalitas aset

Aliasuddin (2002), menyatakan bahwa optimalitas adalah salah satu usaha yang ingin dicapai oleh setiap unit bisnis. Ada dua segi optimalitas yaitu memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan pengeluaran. Produksi maksimum tidak menjamin keuntungan maksimum. Untuk itu, produksi optimal Aliasuddin (2002), menyatakan bahwa optimalitas adalah salah satu usaha yang ingin dicapai oleh setiap unit bisnis. Ada dua segi optimalitas yaitu memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan pengeluaran. Produksi maksimum tidak menjamin keuntungan maksimum. Untuk itu, produksi optimal

Boediono (1999: 2) menyatakan bahwa hasil akhir dari model matematika berkaitan erat dengan beberapa variabel, kendala, dan fungsi tujuan, solusi dari model yang kemudian akan menghasilkan sebuah nilai dari beberapa variabel keputusan yang optimum (maksimasi dan minimasi) menunjukan nilai fungsi tujuan yang memuaskan seluruh kendala. Solusi tersebut sering diistilahkan dengan solusi kelayakan optimum (optimum feasible solution); lebih lanjut dijelaskan bahwa feasible solution adalah suatu yang memenuhi seluruh kendala (constraints) yang ada dalam persoalan tersebut, istilah optimum solution adalah feasible solution yang memberikan nilai “terbaik” bagi fungsi tujuan. Terbaik diartikan sebagai nilai terbesar apabila tujuannya maksimisasi, dan diartikan sebagai nilai terkecil apabila fungsi tujuannya minimasi. Maksimalisasi adalah usaha yang dilakukan untuk memaksimumkan total penerimaan atau total keuntungan pada kendala sumber daya yang terbatas (Husaini, 2005: 13). Jadi maksimalisasi aset adalah usaha organisasi untuk meningkatkan daya saing untuk meningkatkan nilai, untuk pencapaian tersebut dibutuhkan penerapan manajemen aset secara konsisten.