MAKALAH BIOLOGI SISTEM IMUNITAS PADA TUB
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pelajaran biologi kelas XI SMA Semester 1, sistem kekebalan
tubuh adalah salah satu bab yang dipelajari. Oleh karena itu, karena
rasa keingintahuan penulis akan spesifikasi dari materi tersebut,
penulis memutuskan untuk menyusun sebuah makalah dengan judul
“SISTEM KEKEBALAN TUBUH PADA MANUSIA”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia?
1.2.3 Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem
kekebalan tubuh manusia?
1.2.4 Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
sistem kekebalan tubuh manusia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian system kekebalan tubuh.
1.3.2 Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia.
1.3.3 Mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai
system kekebalan tubuh manusia.
1.3.4 Memahami cara mempertahankan system kekebalan tubuh
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem
perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan
organ khusus pada suatu organisme sehingga tidak mudah terkena
penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi
tubuh
terhadap
infeksi
bakteri
dan
virus,
serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh.
Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya untuk
melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen,
termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang dalam
tubuh.
Sistem
imun
juga
memberikan
pengawasan
terhadap
pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem
imun telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena beberapa
jenis kanker.
2.2. FUNGSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a) Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit
penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
b) Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell)
untuk perbaikan jaringan.
c) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
d) Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.
2.3. PENGGOLONGAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a) Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit
2.3.1 Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Sistem
Pertahanan
pertahanan
tubuh
Tubuh
yang
Non
tidak
Spesifik
merupakan
membedakan
mikrobia
patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
Tidak selektif
Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi
sebelumnya
Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
Memiliki komponen yang mampu menangkal benda
untuk masuk ke dalam tubuh
Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara,
yaitu :
Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh
a. Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan
terluar tubuh, yaitu kulit dan membran mukosa,
yang
berfungsi
menghalangi
jalan
masuknya
patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri
atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit
ditembus
oleh
patogen.
Lapisan
terluar
kulit
mengandung keratin dan sedikit air sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikrobia. Sedangkan
membran mukosa yang terdapat pada saluran
pencernaan,
saluran
pernapasan,
dan
saluran
kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen
ke dalam tubuh.
b. Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh
rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung
berfungsi
menyaring
berbagai
partikel
Sedangkan
silia
udara
yang
berbahaya
berfungsi
dihirup
dan
dari
mikrobia.
menyapu
partikel
berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
c. Pertahanan Kimiawi
Pertahanan
secara
kimiawi
dilakukan
oleh
sekret yang dihasilkan oleh kulit dan membran
mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia
yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.
Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan
keringat. Minyak dan keringat memberikan suasana
asam
(pH
3-5)
sehingga
dapat
mencegah
pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan
air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa
(mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat
membunuh
bakteri
dengan
cara
menghidrolisis
dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri
mati.
d. Pertahanan Biologis
Pertahanan
secara
biologi
dilakukan
oleh
populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit
dan membran mukosa. Bakteri tersebut melindungi
tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri
patogen dalam memperoleh nutrisi.
Respons Peradangan (Inflamasi)
Inflamasi
merupakan
respons
tubuh
terhadap
kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores atau
benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan
dari empat gejala sekaligus, yakni dolor (nyeri), rubor
(kemerahan), calor (panas), dan tumor (bengkak).
Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga
berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah
agar sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan
fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh.
Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka,
sehingga mengakibatkan patogen mampu melewati
pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
2. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit
untuk mengekskresikan histamin dan prostaglandin.
3. Terjadi
pelebaran
pembuluh
darah
yang
meningkatkan kecepatan aliran darah sehingga
permeabilitas pembuluh darah meningkat.
4. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan
monosit) menuju jaringan yang terinfeksi.
5. Sel-sel fagosit memakan patogen.
Fagositosis
Fagositosis
adalah
mekanisme
pertahanan
yang
dilakukan oleh sel-sel fagosit dengan cara mencerna
mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis,
yaitu fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear.
Contoh fagosit mononuklear adalah monosit (di dalam
darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan
sebagai makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear
adalah granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan
cell mast (mastosit). Sel-sel fagosit akan bekerja sama
setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang
terinfeksi
patogen.
Berikut
ini
adalah
proses
fagositosis :
1. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel
asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit
menuju patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan
sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh
patogen.
3. Perlekatan
(adhesion),
partikel
melekat
dengan
reseptor pada membran sel fagosit.
4. Penelanan
(ingestion),
menyelubungi
seluruh
membran
permukaan
sel
fagosit
patogen
dan
menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak
dalam fagosom.
5. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzimenzim bergabung
fagolisosom
dan
dengan
mencerna
fagosom
seluruh
membentuk
permukaan
patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel
fagosit akan mati bersama dengan sel tubuh dan
patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya
nanah.
6. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang
tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
Protein Antimikrobia
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan
tubuh non spesifik adalah protein komplemen dan
interferon. Protein komplemen membunuh patogen
dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan
membran
plasma
bakteri
tersebut.
Hal
ini
menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan
dan garam-garam dari luar bakteri akan masuk ke
dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri
tersebut.
Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus.
Interferon dihasilkan saat virus memasuki tubuh melalui
kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan
berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang
berikatan ini kemudian membentuk zat yang mampu
mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat
dicegah.
2.3.2 Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik
Sistem
Pertahanan
Tubuh
Spesifik
merupakan
pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk
ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah
berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik.
Ciri-cirinya :
Bersifat selektif
Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua
jenis benda asing
Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat
kimia (antibodi)
Perlambatan waktu antara eksposur dan respons
maksimal
Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa
komponen, yaitu:
Limfosit
a) Limfosit B (Sel B)
Proses pembentukan dan pematangan sel B
terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam
pembentukan
membentuk
kekebalan
antibodi.
Sel
humoral
B
dapat
dengan
dibedakan
menjadi :
1. Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
2. Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen
yang pernah masuk ke dalam tubuh serta
menstimulasi pembentukan sel B plasma jika
terjadi infeksi kedua.
3. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B
plasma dan sel B pengingat.
b) Limfosit T (Sel T)
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum
tulang, sedangkan proses pematangannya terjadi di
kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan
kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel
penghasil antigen secara langsung. Sel T juga
membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel
T dapat dibedakan menjadi :
1. Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen
yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang
terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
2. Sel
T
pembantu,
berfungsi
menstimulasi
pembentukan sel B plasma dan sel T lainya serta
mengaktivasi
makrofag
untuk
melakukan
fagositosis.
3. Sel
T
supresor,
menghentikan
berfungsi
respons
menurunkan
imun
dengan
dan
cara
menurunkan produksi antibodi dan mengurangi
aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan
bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Antibodi akan dibentuk saat ada antigen yang masuk
ke dalam tubuh. Antigen adalah senyawa protein yang
ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi
disebut
juga
immunoglobulin
atau
serum
protein
globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh
melalui
proses
kekebalan
(immune).
Antibodi
merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan
antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya
ditangkap
dan
dihancurkan
oleh
makrofag.
Suatu
antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu.
Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit
bersifat
spesifik,
maka
diperlukan
antibodi
yang
berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh karena
itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi
tubuh dari berbagai kuman penyakit.
Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang
identik, yaitu dua rantai ringan dan dua rantai berat.
Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain
oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti
huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut memiliki
tempat
pengikatan
antigen.
Beberapa
cara
kerja
antibodi dalam menginaktivasi antigen yaitu :
Netralisasi
(menghalangi
tempat
pengikatan
virus, membungkus bakteri dan atau opsonisasi)
Aglutinasi partikel yang mengandung antigen,
seperti mikrobia
Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat
larut
Fiksasi komplemen (aktivasi komplemen)
Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2.3.1 Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya
N
Tipe
o.
Antibodi
Karakteristik
Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada
1.
IgM
saat
terjadi
infeksi
yang
pertama
kali
(respons kekebalan primer)
Paling banyak terdapat dalam darah dan
diproduksi
2.
IgG
(respons
saat
terjadi
kekebalan
infeksi
sekunder).
kedua
Mengalir
melalui plasenta dan memberi kekebalan
pasif dari ibu kepada janin.
Ditemukan dalam air mata,
air
ludah,
keringat, dan membran mukosa. Berfungsi
3.
IgA
mencegah
infeksi
pada
permukaan
epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang
berfungsi untuk mencegah kematian bayi
4.
IgD
akibat infeksi saluran pencernaan
Ditemukan pada permukaan limfosit
B
sebagai reseptor dan berfungsi merangsang
pembentukan antibodi oleh sel B plasma.
Ditemukan terikat pada basofil dalam
sirkulasi darah dan cell mast (mastosit) di
5.
IgE
dalam jaringan yang berfungsi memengaruhi
sel untuk melepaskan histamin dan terlibat
dalam reaksi alergi.
Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem
kekebalan tubuh berdasarkan cara mempertahankan diri dari
penyakit terdiri atas beberapa lapis seperti terlihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2.3.2 Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit
Pertahanan
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Tubuh Spesifik
Pertahanan
Pertahanan
Pertahanan Pertama
Kulit
Membran mukosa
Rambut hidung dan silia
pada trakea
Cairan sekresi dari kulit
Kedua
Inflamasi
Sel-sel fagosit
Protein
Ketiga
Limfosit
Antibodi
antimikrobia
dan membran mukosa
b) Berdasarkan Mekanisme Kerja
1) Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan
antibodi yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika
antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B
pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B
plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang
mengikat
antigen
sehingga
makrofag
akan
mudah
menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi
berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu
lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan
primer.
Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam
tubuh,
sel
B
pengingat
akan
menstimulasi pembentukan sel
mengenalinya
dan
B plasma yang akan
memproduksi
antibodi.
Respons
tersebut
dinamakan
respons kekebalan sekunder.
Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan
konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar daripada
respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya
memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk
mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
2) Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas
menyerang sel asing atau jaringan tubuh yang terifeksi
secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen
pada
permukaan
sel
asing,
sel
T
pembunuh
akan
menyerang dan menghancurkan sel tersebut dengan cara
merusak membran sel asing. Apabila infeksi berhasil
ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons
kekebalan
dengan
cara
menghambat
aktivitas
sel
T
pembunuh dan membatasi produksi antibodi.
c) Berdasarkan Cara Memperolehnya
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan
oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan aktif dapat diperoleh
secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah
mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit.
Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal
terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah
sakit campak tidak akan terkena penyakit tersebut
untuk kedua kalinya.
b. Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi
atau imunisasi. Vaksinasi adalah proses pemberian
vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan
antigen yang dierikan secara oral (melalui mulut) atau
melalui
suntikan
untuk
merangsang
mekanisme
pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat
berupa
suspensi
mikroorganisme
yang
telah
dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa
toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang
telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke dalam
tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk
melawan
antigen
sehingga
tubuh
menjadi
kebal
terhadap penyakit yang menyerangnya.
Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka
waktu tertentu, sehingga permberian vaksin harus
diulang lagi setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan
karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang
sehingga imunitas tubuh juga menurun. Beberapa jenis
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara
lain cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis,
tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning.
Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi
dalam skala besar sehingga harganya dapat terjangkau
oleh masyarakat.
Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4
jenis yaitu:
1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis
sabin, dan campak. Vaksin ini terbuat dari
mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini
berasal
dari
mikroorganisme
yang
telah
dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini
berasal dari toksin (racun) mikrooganisme yang
telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein
mikroorganisme.
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan
aktif. Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima antibodi
dari luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi
setelah menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta
saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan ini
juga dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama
(kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.
b. Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan
pasif
menyuntikkan
buatan
antibodi
diperoleh
yang
dengan
diekstrak
dari
cara
suatu
individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan
ini berlangsung singkat, tetapi mampu menyembuhkan
dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum
antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.
2.4. GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a) Alergi
Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang
berlebihan terhadap senyawa yang masuk ke dalam tubuh.
Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen dapat berupa
debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis
makanan tertentu, misalnya udang.
Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen
ke dalam tubuh yang kemudian merangsang sel B plasma
untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen yang pertama kali
masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun
IgE
yang
terbentuk
akan
berikatan
dengan
mastosit.
Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam tubuh untuk kedua
kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan
dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin
yang berperan dalam proses inflamasi. Respons inflamasi ini
mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti bersin, kulit
terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan
bernapas. Gejala alergi dapat dihentikan dengan pemberian
antihistamin.
b) Autoimunitas
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan
tubuh saat antibodi yang diproduksi justru menyerang sel-sel
tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh
sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh
gagalnya
proses
pematangan
sel
T
di
kelenjar
Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan, yaitu :
1. Diabetes mellitus
timus.
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang
menyerang sel-sel beta di pankreas yang berfungsi
menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan
tubuh kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula
darah meningkat.
2. Myasthenia gravis
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang
menyerang otot lurik sehingga otot lurik mengalami
kerusakan.
3. Addison’s disease
Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang
menyerang kelenjar adrenal. Hal ini mengakibatkan
berat badan menurun, kadar gula darah menurun,
mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.
4. Lupus
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang
tubuh sendiri. Pada penderita lupus, antibodi menyerang
tubuh dengan dua cara, yaitu :
Antibodi
menyerang
jaringan
tubuh
secara
langsung. Misalnya, antibodi yang menyerang sel
darah merah sehingga menyebabkan anemia.
Antibodi
bergabung
dengan
antigen
sehingga
membentuk ikatan yang dianamakan kompleks
imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang
antigennya telah diikat oleh antibodi selanjutnya
akan
ditangkap
dan
dihancurkan
oleh
sel-sel
fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing
ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel fagosit
dengan
semakin
senyawa
baik.
Jumlah
bertambah
yang
sel
fagosit
sambil
menimbulkan
justru
akan
mengeluarkan
inflamasi.
Proses
inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala
penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka panjang,
fungsi organ tubuh akan terganggu.
5. Radang sendi (artritis reumatoid)
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas
yang menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada
sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan
ditandai dengan radang pada membran sinovial dan
struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan tulang.
c) AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan
kumpulan
berbagai
penyakit
yang
disebabkan
oleh
melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan
oleh
infeksi
HIV
(Human
Immunodeficiency
Virus)
yang
menyerang sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi
pembentukan sel B plasma dan jenis sel T lainnya. Hal ini
mengakibatkan
berkurangnya
kemampuan
tubuh
dalam
melawan berbagai kuman penyakit.
Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada
permukaan
sel
tersebut
terdapat
molekul
CD4
sebagai
reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada
permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan
sel T pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T
pembantu secara endositosis dan mulai memperbanyak diri.
Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi
secara eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm 3
darah, sedangkan pada penderita AIDS, jumlah sel T-nya
hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan penderita
AIDS
mudah
terserang
berbagai
penyakit
seperti
TBC,
meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.
Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan
normal dan
tampak sehat, tetapi dapat menularkan virus HIV. Penderita
AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan
gejala
penyakit
AIDS.
Waktu
yang
dibutuhkan
seorang
penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif
lama, yaitu antara 5-10 tahun. Bahkan ada penderita HIV
positif yang seumur hidupnya tidak menjadi penderita AIDS.
Hal
tersebut
dikarenakan
virus
HIV
di
dalam
tubuh
membutuhkan waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan
tubuh penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur,
penderita HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS.
Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau penderita
AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua
tahun.
Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
Gangguan pada sistem saraf
Penurunan libido
Sakit kepala
Demam
Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
Diare
Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan
pada sekujur tubuh
Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
Terjadi penurunan berat badan secara drastis
Cara penularan virus HIV/AIDS :
Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
Pemakaian
jarum
suntik
bersama-sama
dengan
penderita
Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
Bayi
yang
minum
ASI
penderita
HIV/AIDS
atau
dilahirkan dari seorang ibu penderita HIV/AIDS
Cara mencegah penularan HIV/AIDS :
Menghindari hubungan seks di luar nikah
Memakai jarum suntik yang steril
Menghindari
kontak
langsung
dengan
penderita
HIV/AIDS yang terluka
Menerima
transfusi
darah
yang
tidak
terinfeksi
HIV/AIDS
2.5. CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH
1. Nutrisi yang sempurna
Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai
nutrisi untuk tubuh kita karena nutrisi dan sistem imun saling
berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memakan
makanan yang mengandung :
Protein
Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin
dan berbagai antibodi. Protein dapat diperoleh dari daging,
ikan, telur, dan kacang-kacangan.
Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis
sayuran dan buah.
Teh hijau
Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat
membantu meningkatkan sistem imun. Para ahli sains
menemukan bahwa kandungan theanine pada daun teh
dapat membantu sel imun badan dalam melawan bakteri
dan virus.
Aloevera
Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan
vitamin yang dapat membantu badan dalam mengeluarkan
toksin,
memulihkan
jaringan
yang
terluka,
dan
meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.
2. Olahraga yang sesuai
Olahraga
minimal
15
menit
setiap
hari
secara
berkelanjutan dapat meningkatkan ketahanan tubuh. Olahraga
seperti
jogging,
meningkatkan
berenang,
peredaran
berjalan,
darah,
dan
menguatkan
yoga
jantung,
dapat
dan
meningkatkan sistem imun dalam tubuh.
3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan
Tekanan
psikologi
yang
berkepanjangan
dapat
mengganggu mekanisme sistem imun dalam tubuh. Apabila otak
merasa tertekan, otak akan menghasilkan hormon kortisol yang
jika berlebihan akan berdampak negatif bagi sistem kekebalan
tubuh kita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme
pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis
luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen.
Sistem kekebalan tubuh dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a) Cara mempertahankan diri dari penyakit
1) Sistem pertahanan tubuh non spesifik
Tidak membedakan mikrobia patogen yang satu dengan
yang lainnya.
2) Sistem pertahanan tubuh spesifik
Pertahanan tubuh
terhadap patogen tertentu yang
masuk dalam tubuh
b) Cara memperoleh
1) Kekebalan aktif
Kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
2) Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh setelah menerima antibodi
dari luar tubuh.
c) Mekanisme kerja
1) Kekebalan humoral
Melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar
dalam aliran darah.
2) Kekebalan seluler
Melibatkan sel T yang berfungsi menyerang sel-sel asing
atau jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung.
Syistem kekebalan tubuh kita dapat mengalami gangguan, antara
lain :
a) Alergi
Respons imun yang berlebihan terhadap suatu senyawa yang
masuk ke dalam tubuh.
b) Autoimunitas
Antibodi yang diproduksi menyerang sel-sel tubuh sendiri
karena tidak mampu membedakan antara sel tubuh sendiri
dengan sel asing yang masuk ke dalam tubuh.
c) AIDS
Kumpulan
berbagai
penyakit
yang
disebabkan
oleh
melemahnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi virus HIV.
Untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh, kita harus
menjaga kesehatan tubuh kita dengan cara :
a) Memakan makanan yang bernutrisi
b) Berolahraga yang teratur
c) Senantiasa gembira dan bijak dalam menghadapi tekanan
3.2 Saran
Supaya makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi
pembaca, maka penulis menyarankan :
Jagalah pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang
penyakit
Perhatikanlah setiap makanan yang akan dikonsumsi
Jagalah kebersihan lingkungan sekitar
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pelajaran biologi kelas XI SMA Semester 1, sistem kekebalan
tubuh adalah salah satu bab yang dipelajari. Oleh karena itu, karena
rasa keingintahuan penulis akan spesifikasi dari materi tersebut,
penulis memutuskan untuk menyusun sebuah makalah dengan judul
“SISTEM KEKEBALAN TUBUH PADA MANUSIA”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia?
1.2.3 Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem
kekebalan tubuh manusia?
1.2.4 Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
sistem kekebalan tubuh manusia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian system kekebalan tubuh.
1.3.2 Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia.
1.3.3 Mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai
system kekebalan tubuh manusia.
1.3.4 Memahami cara mempertahankan system kekebalan tubuh
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem
perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan
organ khusus pada suatu organisme sehingga tidak mudah terkena
penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi
tubuh
terhadap
infeksi
bakteri
dan
virus,
serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh.
Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya untuk
melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen,
termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang dalam
tubuh.
Sistem
imun
juga
memberikan
pengawasan
terhadap
pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem
imun telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena beberapa
jenis kanker.
2.2. FUNGSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a) Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit
penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
b) Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell)
untuk perbaikan jaringan.
c) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
d) Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.
2.3. PENGGOLONGAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a) Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit
2.3.1 Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Sistem
Pertahanan
pertahanan
tubuh
Tubuh
yang
Non
tidak
Spesifik
merupakan
membedakan
mikrobia
patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
Tidak selektif
Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi
sebelumnya
Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
Memiliki komponen yang mampu menangkal benda
untuk masuk ke dalam tubuh
Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara,
yaitu :
Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh
a. Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan
terluar tubuh, yaitu kulit dan membran mukosa,
yang
berfungsi
menghalangi
jalan
masuknya
patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri
atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit
ditembus
oleh
patogen.
Lapisan
terluar
kulit
mengandung keratin dan sedikit air sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikrobia. Sedangkan
membran mukosa yang terdapat pada saluran
pencernaan,
saluran
pernapasan,
dan
saluran
kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen
ke dalam tubuh.
b. Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh
rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung
berfungsi
menyaring
berbagai
partikel
Sedangkan
silia
udara
yang
berbahaya
berfungsi
dihirup
dan
dari
mikrobia.
menyapu
partikel
berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
c. Pertahanan Kimiawi
Pertahanan
secara
kimiawi
dilakukan
oleh
sekret yang dihasilkan oleh kulit dan membran
mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia
yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.
Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan
keringat. Minyak dan keringat memberikan suasana
asam
(pH
3-5)
sehingga
dapat
mencegah
pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan
air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa
(mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat
membunuh
bakteri
dengan
cara
menghidrolisis
dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri
mati.
d. Pertahanan Biologis
Pertahanan
secara
biologi
dilakukan
oleh
populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit
dan membran mukosa. Bakteri tersebut melindungi
tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri
patogen dalam memperoleh nutrisi.
Respons Peradangan (Inflamasi)
Inflamasi
merupakan
respons
tubuh
terhadap
kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores atau
benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan
dari empat gejala sekaligus, yakni dolor (nyeri), rubor
(kemerahan), calor (panas), dan tumor (bengkak).
Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga
berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah
agar sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan
fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh.
Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka,
sehingga mengakibatkan patogen mampu melewati
pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
2. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit
untuk mengekskresikan histamin dan prostaglandin.
3. Terjadi
pelebaran
pembuluh
darah
yang
meningkatkan kecepatan aliran darah sehingga
permeabilitas pembuluh darah meningkat.
4. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan
monosit) menuju jaringan yang terinfeksi.
5. Sel-sel fagosit memakan patogen.
Fagositosis
Fagositosis
adalah
mekanisme
pertahanan
yang
dilakukan oleh sel-sel fagosit dengan cara mencerna
mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis,
yaitu fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear.
Contoh fagosit mononuklear adalah monosit (di dalam
darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan
sebagai makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear
adalah granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan
cell mast (mastosit). Sel-sel fagosit akan bekerja sama
setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang
terinfeksi
patogen.
Berikut
ini
adalah
proses
fagositosis :
1. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel
asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit
menuju patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan
sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh
patogen.
3. Perlekatan
(adhesion),
partikel
melekat
dengan
reseptor pada membran sel fagosit.
4. Penelanan
(ingestion),
menyelubungi
seluruh
membran
permukaan
sel
fagosit
patogen
dan
menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak
dalam fagosom.
5. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzimenzim bergabung
fagolisosom
dan
dengan
mencerna
fagosom
seluruh
membentuk
permukaan
patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel
fagosit akan mati bersama dengan sel tubuh dan
patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya
nanah.
6. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang
tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
Protein Antimikrobia
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan
tubuh non spesifik adalah protein komplemen dan
interferon. Protein komplemen membunuh patogen
dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan
membran
plasma
bakteri
tersebut.
Hal
ini
menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan
dan garam-garam dari luar bakteri akan masuk ke
dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri
tersebut.
Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus.
Interferon dihasilkan saat virus memasuki tubuh melalui
kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan
berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang
berikatan ini kemudian membentuk zat yang mampu
mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat
dicegah.
2.3.2 Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik
Sistem
Pertahanan
Tubuh
Spesifik
merupakan
pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk
ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah
berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik.
Ciri-cirinya :
Bersifat selektif
Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua
jenis benda asing
Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat
kimia (antibodi)
Perlambatan waktu antara eksposur dan respons
maksimal
Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa
komponen, yaitu:
Limfosit
a) Limfosit B (Sel B)
Proses pembentukan dan pematangan sel B
terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam
pembentukan
membentuk
kekebalan
antibodi.
Sel
humoral
B
dapat
dengan
dibedakan
menjadi :
1. Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
2. Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen
yang pernah masuk ke dalam tubuh serta
menstimulasi pembentukan sel B plasma jika
terjadi infeksi kedua.
3. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B
plasma dan sel B pengingat.
b) Limfosit T (Sel T)
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum
tulang, sedangkan proses pematangannya terjadi di
kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan
kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel
penghasil antigen secara langsung. Sel T juga
membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel
T dapat dibedakan menjadi :
1. Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen
yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang
terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
2. Sel
T
pembantu,
berfungsi
menstimulasi
pembentukan sel B plasma dan sel T lainya serta
mengaktivasi
makrofag
untuk
melakukan
fagositosis.
3. Sel
T
supresor,
menghentikan
berfungsi
respons
menurunkan
imun
dengan
dan
cara
menurunkan produksi antibodi dan mengurangi
aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan
bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Antibodi akan dibentuk saat ada antigen yang masuk
ke dalam tubuh. Antigen adalah senyawa protein yang
ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi
disebut
juga
immunoglobulin
atau
serum
protein
globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh
melalui
proses
kekebalan
(immune).
Antibodi
merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan
antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya
ditangkap
dan
dihancurkan
oleh
makrofag.
Suatu
antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu.
Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit
bersifat
spesifik,
maka
diperlukan
antibodi
yang
berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh karena
itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi
tubuh dari berbagai kuman penyakit.
Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang
identik, yaitu dua rantai ringan dan dua rantai berat.
Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain
oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti
huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut memiliki
tempat
pengikatan
antigen.
Beberapa
cara
kerja
antibodi dalam menginaktivasi antigen yaitu :
Netralisasi
(menghalangi
tempat
pengikatan
virus, membungkus bakteri dan atau opsonisasi)
Aglutinasi partikel yang mengandung antigen,
seperti mikrobia
Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat
larut
Fiksasi komplemen (aktivasi komplemen)
Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2.3.1 Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya
N
Tipe
o.
Antibodi
Karakteristik
Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada
1.
IgM
saat
terjadi
infeksi
yang
pertama
kali
(respons kekebalan primer)
Paling banyak terdapat dalam darah dan
diproduksi
2.
IgG
(respons
saat
terjadi
kekebalan
infeksi
sekunder).
kedua
Mengalir
melalui plasenta dan memberi kekebalan
pasif dari ibu kepada janin.
Ditemukan dalam air mata,
air
ludah,
keringat, dan membran mukosa. Berfungsi
3.
IgA
mencegah
infeksi
pada
permukaan
epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang
berfungsi untuk mencegah kematian bayi
4.
IgD
akibat infeksi saluran pencernaan
Ditemukan pada permukaan limfosit
B
sebagai reseptor dan berfungsi merangsang
pembentukan antibodi oleh sel B plasma.
Ditemukan terikat pada basofil dalam
sirkulasi darah dan cell mast (mastosit) di
5.
IgE
dalam jaringan yang berfungsi memengaruhi
sel untuk melepaskan histamin dan terlibat
dalam reaksi alergi.
Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem
kekebalan tubuh berdasarkan cara mempertahankan diri dari
penyakit terdiri atas beberapa lapis seperti terlihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2.3.2 Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit
Pertahanan
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Tubuh Spesifik
Pertahanan
Pertahanan
Pertahanan Pertama
Kulit
Membran mukosa
Rambut hidung dan silia
pada trakea
Cairan sekresi dari kulit
Kedua
Inflamasi
Sel-sel fagosit
Protein
Ketiga
Limfosit
Antibodi
antimikrobia
dan membran mukosa
b) Berdasarkan Mekanisme Kerja
1) Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan
antibodi yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika
antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B
pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B
plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang
mengikat
antigen
sehingga
makrofag
akan
mudah
menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi
berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu
lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan
primer.
Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam
tubuh,
sel
B
pengingat
akan
menstimulasi pembentukan sel
mengenalinya
dan
B plasma yang akan
memproduksi
antibodi.
Respons
tersebut
dinamakan
respons kekebalan sekunder.
Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan
konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar daripada
respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya
memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk
mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
2) Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas
menyerang sel asing atau jaringan tubuh yang terifeksi
secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen
pada
permukaan
sel
asing,
sel
T
pembunuh
akan
menyerang dan menghancurkan sel tersebut dengan cara
merusak membran sel asing. Apabila infeksi berhasil
ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons
kekebalan
dengan
cara
menghambat
aktivitas
sel
T
pembunuh dan membatasi produksi antibodi.
c) Berdasarkan Cara Memperolehnya
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan
oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan aktif dapat diperoleh
secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah
mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit.
Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal
terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah
sakit campak tidak akan terkena penyakit tersebut
untuk kedua kalinya.
b. Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi
atau imunisasi. Vaksinasi adalah proses pemberian
vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan
antigen yang dierikan secara oral (melalui mulut) atau
melalui
suntikan
untuk
merangsang
mekanisme
pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat
berupa
suspensi
mikroorganisme
yang
telah
dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa
toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang
telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke dalam
tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk
melawan
antigen
sehingga
tubuh
menjadi
kebal
terhadap penyakit yang menyerangnya.
Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka
waktu tertentu, sehingga permberian vaksin harus
diulang lagi setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan
karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang
sehingga imunitas tubuh juga menurun. Beberapa jenis
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara
lain cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis,
tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning.
Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi
dalam skala besar sehingga harganya dapat terjangkau
oleh masyarakat.
Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4
jenis yaitu:
1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis
sabin, dan campak. Vaksin ini terbuat dari
mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini
berasal
dari
mikroorganisme
yang
telah
dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini
berasal dari toksin (racun) mikrooganisme yang
telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein
mikroorganisme.
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan
aktif. Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima antibodi
dari luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi
setelah menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta
saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan ini
juga dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama
(kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.
b. Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan
pasif
menyuntikkan
buatan
antibodi
diperoleh
yang
dengan
diekstrak
dari
cara
suatu
individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan
ini berlangsung singkat, tetapi mampu menyembuhkan
dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum
antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.
2.4. GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a) Alergi
Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang
berlebihan terhadap senyawa yang masuk ke dalam tubuh.
Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen dapat berupa
debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis
makanan tertentu, misalnya udang.
Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen
ke dalam tubuh yang kemudian merangsang sel B plasma
untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen yang pertama kali
masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun
IgE
yang
terbentuk
akan
berikatan
dengan
mastosit.
Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam tubuh untuk kedua
kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan
dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin
yang berperan dalam proses inflamasi. Respons inflamasi ini
mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti bersin, kulit
terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan
bernapas. Gejala alergi dapat dihentikan dengan pemberian
antihistamin.
b) Autoimunitas
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan
tubuh saat antibodi yang diproduksi justru menyerang sel-sel
tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh
sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh
gagalnya
proses
pematangan
sel
T
di
kelenjar
Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan, yaitu :
1. Diabetes mellitus
timus.
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang
menyerang sel-sel beta di pankreas yang berfungsi
menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan
tubuh kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula
darah meningkat.
2. Myasthenia gravis
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang
menyerang otot lurik sehingga otot lurik mengalami
kerusakan.
3. Addison’s disease
Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang
menyerang kelenjar adrenal. Hal ini mengakibatkan
berat badan menurun, kadar gula darah menurun,
mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.
4. Lupus
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang
tubuh sendiri. Pada penderita lupus, antibodi menyerang
tubuh dengan dua cara, yaitu :
Antibodi
menyerang
jaringan
tubuh
secara
langsung. Misalnya, antibodi yang menyerang sel
darah merah sehingga menyebabkan anemia.
Antibodi
bergabung
dengan
antigen
sehingga
membentuk ikatan yang dianamakan kompleks
imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang
antigennya telah diikat oleh antibodi selanjutnya
akan
ditangkap
dan
dihancurkan
oleh
sel-sel
fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing
ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel fagosit
dengan
semakin
senyawa
baik.
Jumlah
bertambah
yang
sel
fagosit
sambil
menimbulkan
justru
akan
mengeluarkan
inflamasi.
Proses
inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala
penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka panjang,
fungsi organ tubuh akan terganggu.
5. Radang sendi (artritis reumatoid)
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas
yang menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada
sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan
ditandai dengan radang pada membran sinovial dan
struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan tulang.
c) AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan
kumpulan
berbagai
penyakit
yang
disebabkan
oleh
melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan
oleh
infeksi
HIV
(Human
Immunodeficiency
Virus)
yang
menyerang sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi
pembentukan sel B plasma dan jenis sel T lainnya. Hal ini
mengakibatkan
berkurangnya
kemampuan
tubuh
dalam
melawan berbagai kuman penyakit.
Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada
permukaan
sel
tersebut
terdapat
molekul
CD4
sebagai
reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada
permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan
sel T pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T
pembantu secara endositosis dan mulai memperbanyak diri.
Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi
secara eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm 3
darah, sedangkan pada penderita AIDS, jumlah sel T-nya
hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan penderita
AIDS
mudah
terserang
berbagai
penyakit
seperti
TBC,
meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.
Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan
normal dan
tampak sehat, tetapi dapat menularkan virus HIV. Penderita
AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan
gejala
penyakit
AIDS.
Waktu
yang
dibutuhkan
seorang
penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif
lama, yaitu antara 5-10 tahun. Bahkan ada penderita HIV
positif yang seumur hidupnya tidak menjadi penderita AIDS.
Hal
tersebut
dikarenakan
virus
HIV
di
dalam
tubuh
membutuhkan waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan
tubuh penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur,
penderita HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS.
Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau penderita
AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua
tahun.
Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
Gangguan pada sistem saraf
Penurunan libido
Sakit kepala
Demam
Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
Diare
Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan
pada sekujur tubuh
Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
Terjadi penurunan berat badan secara drastis
Cara penularan virus HIV/AIDS :
Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
Pemakaian
jarum
suntik
bersama-sama
dengan
penderita
Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
Bayi
yang
minum
ASI
penderita
HIV/AIDS
atau
dilahirkan dari seorang ibu penderita HIV/AIDS
Cara mencegah penularan HIV/AIDS :
Menghindari hubungan seks di luar nikah
Memakai jarum suntik yang steril
Menghindari
kontak
langsung
dengan
penderita
HIV/AIDS yang terluka
Menerima
transfusi
darah
yang
tidak
terinfeksi
HIV/AIDS
2.5. CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH
1. Nutrisi yang sempurna
Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai
nutrisi untuk tubuh kita karena nutrisi dan sistem imun saling
berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memakan
makanan yang mengandung :
Protein
Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin
dan berbagai antibodi. Protein dapat diperoleh dari daging,
ikan, telur, dan kacang-kacangan.
Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis
sayuran dan buah.
Teh hijau
Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat
membantu meningkatkan sistem imun. Para ahli sains
menemukan bahwa kandungan theanine pada daun teh
dapat membantu sel imun badan dalam melawan bakteri
dan virus.
Aloevera
Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan
vitamin yang dapat membantu badan dalam mengeluarkan
toksin,
memulihkan
jaringan
yang
terluka,
dan
meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.
2. Olahraga yang sesuai
Olahraga
minimal
15
menit
setiap
hari
secara
berkelanjutan dapat meningkatkan ketahanan tubuh. Olahraga
seperti
jogging,
meningkatkan
berenang,
peredaran
berjalan,
darah,
dan
menguatkan
yoga
jantung,
dapat
dan
meningkatkan sistem imun dalam tubuh.
3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan
Tekanan
psikologi
yang
berkepanjangan
dapat
mengganggu mekanisme sistem imun dalam tubuh. Apabila otak
merasa tertekan, otak akan menghasilkan hormon kortisol yang
jika berlebihan akan berdampak negatif bagi sistem kekebalan
tubuh kita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme
pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis
luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen.
Sistem kekebalan tubuh dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a) Cara mempertahankan diri dari penyakit
1) Sistem pertahanan tubuh non spesifik
Tidak membedakan mikrobia patogen yang satu dengan
yang lainnya.
2) Sistem pertahanan tubuh spesifik
Pertahanan tubuh
terhadap patogen tertentu yang
masuk dalam tubuh
b) Cara memperoleh
1) Kekebalan aktif
Kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
2) Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh setelah menerima antibodi
dari luar tubuh.
c) Mekanisme kerja
1) Kekebalan humoral
Melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar
dalam aliran darah.
2) Kekebalan seluler
Melibatkan sel T yang berfungsi menyerang sel-sel asing
atau jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung.
Syistem kekebalan tubuh kita dapat mengalami gangguan, antara
lain :
a) Alergi
Respons imun yang berlebihan terhadap suatu senyawa yang
masuk ke dalam tubuh.
b) Autoimunitas
Antibodi yang diproduksi menyerang sel-sel tubuh sendiri
karena tidak mampu membedakan antara sel tubuh sendiri
dengan sel asing yang masuk ke dalam tubuh.
c) AIDS
Kumpulan
berbagai
penyakit
yang
disebabkan
oleh
melemahnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi virus HIV.
Untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh, kita harus
menjaga kesehatan tubuh kita dengan cara :
a) Memakan makanan yang bernutrisi
b) Berolahraga yang teratur
c) Senantiasa gembira dan bijak dalam menghadapi tekanan
3.2 Saran
Supaya makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi
pembaca, maka penulis menyarankan :
Jagalah pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang
penyakit
Perhatikanlah setiap makanan yang akan dikonsumsi
Jagalah kebersihan lingkungan sekitar