ANALISIS PENGARUH ISLAMIC SOCIAL REPORTI

ANALISIS PENGARUH ISLAMIC SOCIAL REPORTING TERHADAP
KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA)
Bella Chintia Listyana, Evony Silvino Violita

Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia

listyanabellachintia@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Islamic Social Reporting terhadap kinerja perusahaan pada
Bank Umum Syariah (BUS). Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari laporan keuangan
tahunan Bank Umum Syariah dengan total sampel sebanyak 8 BUS selama 4 tahun berturut-turut yaitu pada
tahun 2010-2013. Dengan pengujian regresi linier, penelitian ini menunjukkan bahwa Islamic Social Reporting
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Profit Sharing Ratio dan Islamic Income vs Non-Islamic Income.

Kata Kunci:
Islamic Income vs Non-Islamic Income; Islamic Social Reporting; Kinerja Bank Umum Syariah; Pengungkapan
Sosial; Profit Sharing;


ANALYSIS INFLUENCE OF ISLAMIC SOCIAL REPORTING ON CORPORATE
PERFORMANCE (EMPIRICAL STUDIES ON ISLAMIC BANKS IN INDONESIA)
Abstract

This research aims to analyze the influence of Islamic Social Reporting on Corporate Performance in Islamic
Banks. The data used in this research come from the annual financial statements of Islamic Banks with total
sample of 8 companies in 4 consecutive years of 2010-2013. With linear regression testing, this research indicate
that Islamic Social Reporting had a significant influence on Profit Sharing Ratio and Islamic Income vs Non-

Islamic Income.

Keywords:
Islamic Banks Performance; Islamic Income vs Non-Islamic Income; Islamic Social Reporting; Profit Sharing;
Social Disclosure;

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

1. Pendahuluan

Setelah beberapa dekade berlalu kini bank syariah telah tumbuh dan berkembang pesat

di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Perkembangan pesat bank syariah dimulai sejak
adanya pengesahan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan UU No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan
kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian
nasional.
Bank syariah menjadi berbeda dengan bank konvensional karena adanya prinsip-prinsip
syariah yang harus diterapkan. Salah satu perbedaan utama pada bank syariah dan bank
konvensional yaitu adanya larangan dalam agama Islam untuk memberikan pinjaman dengan
mengenakan bunga. Bank syariah melarang adanya transaksi dengan bunga seperti pada bank
konvensional karena mengenakan bunga termasuk riba dan tidak halal sehingga dilarang
dalam agama Islam. Namun Islam tetap mendorong usaha ekonomi dan memaksimalkan laba,
tetapi harus dalam batasan agama dan etika bisnis. Dalam bank syariah, setidaknya tujuan
sosial harus sama pentingnya dengan kebutuhan mencari laba (Haniffa dan Hudaib, 2007).
Hal ini dikarenakan bank syariah yang tidak hanya berperan sebagai lembaga intermediari
saja namun juga sebagai lembaga sosial.
Karena tujuan dari bank syariah yaitu tujuan sosial maka pengungkapan sosial
menjadi penting dalam laporan tahunan bank syariah. Hal ini ditujukan bagi para pemangku
kepentingan sebagai bentuk pertanggungjawaban dari seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
bank syariah. Pengungkapan sosial berguna bagi bank untuk menciptakan citra positif kepada
masyarakat dan juga untuk mempertahankan kredibilitas bank sehingga semakin banyak hal

spesifik yang dapat diungkapkan oleh bank maka diharapkan akan semakin baik pula respon
masyarakat terhadap bank syariah.
Pada penelitian Zubairu, Sakariyau, & Dauda (2011) mengenai praktik pelaporan
sosial bank syariah di Arab Saudi menemukan bahwa pengungkapan mengenai lingkungan
sosial adalah yang paling sedikit ditemukan dalam laporan keuangan. Bank syariah di Arab
Saudi lebih banyak memiliki kesamaan dengan bank konvensional dibandingkan dengan
aktivitas-aktivitas yang seharusnya dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Penelitian ini
menunjukkan bahwa ISR bukan merupakan hal yang diperhatikan oleh bank syariah dan
masih banyak bank syariah yang belum mengungkapkannya dengan memadai sesuai prinsip
syariah.  

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

Menurut Haniffa dan Hudaib (2007), bank syariah dianggap mempunyai identitas
etika karena fondasi dari filosofi bisnis mereka terkait erat dengan agama. Untuk dapat
menjamin kinerja jangka panjang, beberapa penulis memperdebatkan bahwa etika yang baik
adalah bisnis yang baik karena dapat menghasilkan kepercayaan dan komitmen kepada
pemegang saham (Hosmer, 1994; Jones, 1995). Identitas etika ini tercermin dalam
komunikasi melalui laporan tahunan bank syariah. Pada laporan tahunan bank syariah,
masyarakat dapat melihat apakah terdapat banyak item yang diungkapkan terkait komitmen

untuk menjalankan aktivitas sesuai syariah, melaksanakan pengembangan program sosial dan
pencapaian tujuan sosial dalam laporan tahunan.
Beberapa penelitian telah membandingkan kinerja keuangan bank konvensional
dengan bank syariah. Dari penelitian Prasetyo (2008) dan Setyowati (2008) diperoleh hasil
bahwa kinerja keuangan bank syariah lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional.
Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan Subaweh (2008) dan Winarso (2008).
Namun dalam mengukur kinerja bank syariah dan bank konvensional tersebut, hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa kinerja keduanya tidak seharusnya diukur dengan cara atau
pengukuran yang sama karena tingkat tujuan mereka yang berbeda satu sama lain (Ghayad,
2008). Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kinerja bank syariah di Indonesia lebih
banyak hanya berfokus pada kinerja keuangan atau bisnis saja. Hal ini tidak sepenuhnya
sesuai untuk diterapkan bagi bank syariah.
Pada penelitian sebelumnya telah ada beberapa penelitian mengenai pengungkapan
Islamic Social Reporting di Indonesia maupun di luar Indonesia. Begitu juga dengan
penelitian yang mengukur kinerja bank konvensional dan bank syariah. Selain itu beberapa
penelitian juga telah ada yang membahas mengenai pengaruh pengungkapan sosial pada
kinerja keuangan pada Perseroan Terbatas dan BUMN. Namun belum ditemukan penelitian
yang menghubungkan antara pengungkapan ISR dengan kinerja bank syariah terutama di
Indonesia dengan menggunakan alternatif pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh
Hameed et al., (2010) yang di anggap lebih dapat menunjukkan kinerja sosial yang sesuai

dengan syariah.
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Islamic Social Reporting
Grey et al., (1947;4) mendefinisikan pelaporan sosial sebagai proses memberikan
informasi yang didesain untuk melaksanakan akuntabilitas sosial. Informasi tersebut dapat
mencakup laporan tahunan, publikasi khusus atau laporan atau bahkan iklan yang berorientasi

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

sosial. Dalam konteks Islam, tujuan utama dari pelaporan perusahaan sesuai dengan AAOIFI
adalah untuk menunjukkan kepatuhan perusahaan terhadap prinsip syariah. Menurut Maali et
al., (2006) terdapat 3 tujuan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengidentifikasi
pengungkapan sosial pada perusahaan bisnis Islam:
1. Menunjukkan kepatuhan terhadap prinsip Islam, khususnya bertindak adil dengan
pihak lain.
2. Menunjukkan bagaimana operasi bisnis telah mempengaruhi kesejahteraan komunitas
Islam.
3. Membantu Muslim untuk menjalankan tugas agama mereka.
Penelitian yang dilakukan Othman dan Thani (2010) diperoleh kesimpulan bahwa
tingkat ISR dalam laporan tahunan 56 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia yang

menjadi sampel penelitiannya dianggap minim. Namun dari hasil penelitian Sofyani, Ulun,
Syam, dan Wahyuni (2011) ditemukan beberapa bukti bahwa secara umum, perbankan
syariah di Malaysia memiliki tingkat pengungkapan sosial yang lebih tinggi dibandingkan
perbankan syariah yang ada di Indonesia. Namun pengungkapan sosial perbankan syariah di
Indonesia pada tahun 2010 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yakni sekitar 10%
dari tahun sebelumnya (2009). Sedangkan tingkat pengungkapan sosial pada perbankan
syariah di Malaysia bisa dikatakan stabil karena tidak mengalami kenaikan maupun
penurunan. Semua bank syariah baik di Indonesia maupun Malaysia, masih belum ada
satupun yang mencapai angka penuh, yakni implementasi dan pengungkapan indeks ISR
secara 100% (seratus persen).
2.2 Kinerja Perusahaan
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kinerja bank syariah di Indonesia lebih
banyak hanya berfokus pada kinerja keuangan atau bisnis saja. Hal ini tidak sepenuhnya
sesuai untuk diterapkan bagi bank syariah. Hameed et al., (2010) telah mengembangkan
sebuah alternatif pengukuran kinerja pada bank syariah, sehingga kinerja dari lembaga
keuangan Islam dapat benar-benar diukur. Pengukuran ini terdiri dari tujuh rasio yang
merupakan cerminan dari kinerja bank syariah yaitu sebagai berikut:  
1. Profit Sharing Ratio (PSR)
Pengukuran profit sharing ratio ini digunakan untuk mengidentifikasi bagi hasil
yang menunjukkan seberapa jauh keberhasilan pencapaian tujuan dari bank syariah

melalui penyaluran dana dengan akad mudharabah dan musyarakah. Semakin besar hasil

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

rasio ini maka kontribusi bank syariah untuk pengembangan sektor usaha dan
pembangunan ekonomi semakin besar.
2. Zakat Performance Ratio (ZPR)
Kinerja bank syariah harus didasarkan pada zakat yang dibayarkan oleh bank
untuk menggantikan indikator kinerja konvensional seperti laba per saham (Earning Per
Share). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lulu (2012) pada organisasi
pengelola zakat, organisasi yang telah menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana
zakat dengan jumlah yang cukup besar, maka dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan
sudah efektif. Kinerja ini menunjukkan bahwa muzakki telah memberikan kepuasan pada
mustahiq dan tujuan untuk melayani mustahiq telah tercapai.
3. Equitable Distribution Ratio (EDR)
Akuntansi syariah berusaha untuk memastikan distribusi yang merata diantara
semua pihak. Oleh karena itu, indikator ini pada dasarnya mencoba untuk menemukan
bagaimana pendapatan yang diperoleh oleh bank syariah didistribusikan ke berbagai
pihak pemangku kepentingan yang ditunjukkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk
dana kebajikan, donasi, beban karyawan, dll. Semakin tinggi jumlah yang didistribusikan

maka semakin baik kinerja bank syariah. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan perusahaan
untuk memakmurkan dan lebih memeratakan distribusi kepada semua pihak telah
tercapai.
4. Directors - Employees Welfare Ratio
Rasio ini bertujuan untuk mengukur perbandingan jumlah pengeluaran untuk
upah direktur dengan jumlah pengeluaran untuk kesejahteraan karyawan. Kesejahteraan
karyawan disini termasuk gaji, pelatihan, dll. Semakin tinggi rasio yang dihasilkan maka
semakin besar perbedaan antara upah direktur dengan upah karyawan yang menunjukkan
bahwa upah direktur terlampau tinggi. Hal ini berarti bahwa perusahaan kurang
memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
5. Islamic Investment vs Non-Islamic Investment
Rasio ini mengukur sejauh mana bank syariah melakukan transaksi yang halal
dibandingkan transaksi yang mengandung riba, gharar dan judi. Kegagalan
pengungkapan informasi mengenai investasi yang halal dan haram dapat memberikan
gambaran yang tidak akurat.

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

6. Islamic Income vs Non-Islamic Income
Rasio ini mengukur pendapatan yang berasal dari sumber yang halal. Jika bank

syariah memiliki pendapatan dari transaksi yang dilarang, informasi mengenai sumber
pendapatan harus diungkapkan. Selain itu juga penting untuk mengungkapkan informasi
mengenai prosedur apa yang sudah tersedia untuk mencegah terjadinya transaksi haram.
Semakin tinggi pendapatan halal yang didapatkan menandakan bahwa perusahaan telah
melaksanakan aktivitasnya sesuai syariah. Rumus perhitungannya yaitu:
7. AAOIFI Index
Indeks ini untuk mengukur seberapa jauh lembaga-lembaga keuangan syariah
telah memenuhi prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam AAOIFI (Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institutions). Perhitungannya berdasarkan
pada total prinsip AAOIFI yang diterapkan dibandingkan dengan jumlah prinsip AAOIFI
yang ideal diterapkan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjelaskan tentang pelaporan CSR dengan indeks ISR
dilakukan oleh Fitria dan Hartanti di tahun 2010. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa
dari tiga sampel bank syariah yang melakukan praktik pengungkapan CSR, pengungkapan
dengan menggunakan indeks GRI lebih besar daripada pengungkapan dengan menggunakan
indeks ISR. Tingkat pengungkapan CSR dengan

indeks ISR hanya dapat memenuhi


maksimal 50% dari skor maksimal jika semua item dilakukan secara sempurna.
Penelitian terdahulu oleh Abdeldayem (2009) mengenai pengujian pengungkapan
sosial syariah di Uni Arab Emirate menunjukkan bahwa bank yang wajib membayar zakat
cenderung memberikan pengungkapan sosial lebih banyak dibandingkan dengan bank yang
tidak memiliki kewajiban untuk membayar zakat. Penelitian yang dilakukan Abdeldayem
(2009) menggunakan benchmark yang dikembangkan oleh Maali, Casso, dan Napier (2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Haniffa dan Hudaib (2007) menguji komunikasi
pengungkapan ethical identity di lingkungan Timur Tengah, mereka menemukan bahwa
transparansi bank syariah sangat rendah terutama mengenai nilai filosofi bank syariah,
pengembangan dan informasi tujuan sosial.  Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh International Institute of Islamic Thoughts (1996) yang menemukan bahwa tujuan
ekonomi masih menjadi prioritas dibandingkan dengan tujuan sosial bank syariah ketika
mengevaluasi kesempatan investasi. 

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Dari 7 alternatif pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh Hameed et al., (2010),
pengukuran kinerja yang akan digunakan dalam penelitian ini hanya ada 2 (dua), yaitu Profit
Sharing Ratio (PSR) dan Islamic Income vs Non-Islamic Income. Hal ini dikarenakan hanya 2

(dua) pengukuran ini yang memungkinkan untuk digunakan dalam penelitian ini. Sementara
pengukuran lainnya tidak digunakan mengingat ketersediaan data yang terbatas. Berdasarkan
hal tersebut berikut kerangka penelitian yang digunakan:

 
Variabel Independen: ISR

 

 
Variable Dependen: Islamic Banks
Performance

Model 1: Pengaruh Islamic Social Reporting terhadap Profit Sharing Ratio
Dalam menjalankan aktivitas bank sesuai syariat Islam, perlu adanya intensi
manajemen untuk melakukan aktivitas ekonomi yang dianjurkan oleh Islam. Begitu juga
dengan pengungkapan kegiatan sosial yang telah dilakukan. Pengungkapan ISR ini akan
membuat pemangku kepentingan memperhatikan kontribusi sosial apa yang telah diberikan
oleh bank syariah dan lebih mempertimbangkan secara ketat pada bank mana sebaiknya
mereka memperoleh pembiayaan. Jika tingkat pengungkapan sosial perusahaan tinggi maka
akan mendorong masyarakat untuk mencari dan memperoleh dana dari perusahaan tersebut
karena mereka merasa perusahaan telah bertanggungjawab kepada masyarakat dengan
melakukan banyak kegiatan sosial dan telah transparan mengungkapkan kegiatan sosial
tersebut. Hal ini akan meningkatkan pembiayaan bank syariah yaitu pembiayaan mudharabah
dan musyarakah dimana keduanya merupakan salah satu karakteristik yang khas bagi
pembiayaan perbankan syariah.

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

H1: Islamic Social Reporting berpengaruh secara positif terhadap Profit Sharing Ratio

Model 2: Pengaruh Islamic Social Reporting terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income
Perusahaan yang mengungkapkan ISR lebih banyak menandakan bahwa perusahaan
memiliki keunggulan kompetitif melalui transparansi dan akuntabilitas yang dilakukan
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan ISR. Berdasarkan hal tersebut
perusahaan akan berusaha untuk terus meningkatkan keunggulan kompetitif melalui
pengungkapan ISR. Dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan akan membuat
pemangku kepentingan lebih memillih untuk bertransaksi dengan perusahaan tersebut dengan
anggapan bahwa perusahaan akan melaksanakan kegiatannya dengan penuh tanggung jawab
dan menjamin bahwa pelaksanaannya sesuai dengan prinsip syariah. Dengan tingginya
permintaan masyarakat untuk bertransaksi dengan perusahaan maka hal ini juga akan dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan. Semakin tinggi permintaan masyarakat pada transaksi
yang halal maka akan semakin membuat perusahaan termotivasi untuk melayani masyarakat
dengan penuh tanggung jawab sebagai seorang Muslim yang menghindari segala aktivitas
yang tidak halal. Meningkatnya pendapatan perusahaan yang didapat berdasarkan kegiatan
yang berlandaskan syariat Islam menunjukkan bahwa perusahaan memiliki komitmen yang
kuat untuk dapat melayani masyarakat dengan baik dan menunjukkan tingginya peran bank
syariah dalam membantu masyarakat luas untuk menjadikannya sebagai masyarakat Muslim
yang taat pada syariat Islam.

H2: Islamic Social Reporting berpengaruh secara positif terhadap Islamic Income vs NonIslamic Income
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang bersumber dari laporan tahunan
perusahaan dengan melakukan penelusuran langsung pada situs resmi masing-masing Bank
Umum Syariah yang kemudian hasil dari penelusuran tersebut akan dianalisis berdasarkan
indikator-indikator indeks ISR.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah. Sedangkan
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Adapun
kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel penelitian antara lain:
1. Perusahaan telah berbentuk Bank Umum Syariah

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

2. Perusahaan telah menyampaikan laporan tahunan dan dipublikasikan oleh Bank
Indonesia pada kurun waktu 2010-2013
3. Perusahaan melakukan pengungkapan ISR dalam laporan tahunan secara berturutturut selama periode 2010-2013.
Persamaan regresi yang digunakan yaitu sebagai berikut:
PSRi,t

= α + β1ISRi,t + β2SIZEi,t + β3CPSTRi,t + εi,t ..............................................(1)

ISLINCi,t = α + β1ISRi,t + β2SIZEi,t + β3CPSTRi,t + εi,t ..............................................(2)
Keterangan:
PSR

= Profit Sharing Ratio

ISLINC

= Islamic Income vs Non-Islamic Income

ISR

= Islamic Social Reporting Index

SIZE

= Ukuran perusahaan

CPSTR

= Struktur modal perusahaan

α

= Konstanta

β

= Koefisien regresi variabel independen

ε

= Error term

Kinerja Perusahaan (Variabel Dependen)
Pengukuran kinerja dalam penelitian ini menggunakan pengukuran kinerja sosial yang
dikembangkan oleh Hameed et al., (2010) yang digunakan sebagai alternatif pengukuran
kinerja khusus pada bank syariah. Dalam penelitian ini pengukuran kinerja yang dilakukan
hanya menggunakan 2 (dua) rasio dari 7 rasio yang dikembangkan oleh Hameed et al.,.
Berikut rumus dari masing-masing pengukuran kinerja bank syariah yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 1. Indikator Pengukuran Kinerja
No.

Item

Indikator/Rumus

Pengukuran
1.

PSR

2.

ISLINC

!"#ℎ!"!#!ℎ + !"#$%&%'%ℎ
Total pembiayaan
!"#$%&' !"#$%&
!"#$%&' !"#$%& + !"# − !"#$%&' !"#$%&

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

Islamic Social Reporting (Variabel Independen)
Untuk mendeskripsikan pengungkapan sosial digunakan analisis konten (content
analysis). Dalam analisis konten peneliti akan menjumlahkan keberadaan teks, kemudian
membuat penafsiran tentang pesan didalam teks yang berupa informasi yang terdapat dalam
laporan tahunan bank syariah yang dijadikan sampel penelitian. Dari laporan tahunan bank
syariah kemudian akan dilakukan scoring atau coding terhadap tema-tema yang telah
ditetapkan. Masing-masing item akan diberi nilai 1 jika item diungkapkan oleh perusahaan,
dan diberi nilai 0 jika tidak diungkapkan. Setelah melakukan scoring pada sampel kemudian
dilakukan perhitungan tingkat pengungkapan dengan menjumlahkan skor ISR pada seluruh
dimensi kemudian membaginya dengan total item pada checklist ISR. Tema dan dimensi
indeks yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ethical Identity Index (EII) yang
dikembangkan oleh Haniffa dan Hudaib (2007) dengan beberapa penyesuaian Indeks ISR
oleh Maali et al., (2006) dan Othman et al., (2009). Berikut rumus untuk menghitung indeks
ISR:

ISR Index =

!"#$%& !"#!" !"# !"#$ !"#$%&'(&'$
!"#$% !"#!$ !"#"$ !!!"#$%&' !"#

Variabel Kontrol
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat tercermin pada total aset. Total aset yang besar
menunjukkan kecilnya resiko yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Begger et. al., (1987) ada hubungan antara ukuran perusahaan yang diukur dengan
total aset dengan kinerja bank syariah karena dengan meningkatnya ukuran perusahaan,
pengeluaran untuk biaya-biaya perusahaan dapat berkurang dan kinerja dapat meningkat.
Berikut rumus perhitungan ukuran perusahaan:
Size = ln of total asset
2. Struktur Modal 
Struktur modal diketahui memiliki peran penting dalam meningkatkan kinerja
perusahaan. Struktur modal dapat dihitung dengan cara membagi kewajiban dengan total
ekuitas. Kewajiban yang dimasukkan dalam perhitungan adalah kewajiban yang merupakan
pendanaan dari pihak ketiga. Rasio ini dapat menjadi indikator tentang modal ataupun
leverage, seberapa baik perusahaan dapat melunasi kewajibannya dengan modal yang
dimiliki, dan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai resiko perusahaan.

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

4. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel, Bank Umum Syariah (BUS) yang dijadikan
sampel hanya berjumlah 8 BUS. Hal ini dikarenakan dari 11 BUS yang ada di Indonesia
terdapat 3 BUS yang memiliki laporan tahunan yang tidak lengkap pada kurun waktu 2010
hingga 2013 sehingga totalnya menjadi 32 observasi.
4.1 Content Analysis Checklist ISR Bank Umum Syariah
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah nilai skor indeks atas
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR). Skor indeks ISR 8 BUS untuk masing-masing
periode 2010-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skor Indeks ISR per Tahun
Tahun

Bank Umum Syariah

2013

2012

2011

2010

PT. Bank Muamalat Indonesia

0,57

0,72

0,68

0,57

PT. Bank Syariah Mandiri

0,62

0,57

0,67

0,60

PT. Bank BNI Syariah

0,50

0,45

0,43

0,29

PT. Bank BRI Syariah

0,52

0,45

0,33

0,27

PT. Bank Mega Syariah

0,48

0,35

0,50

0,30

PT. Bank Panin Syariah

0,63

0,35

0,24

0,16

PT. Bank Syariah Bukopin

0,41

0,40

0,35

0,41

PT. Bank BCA Syariah

0,62

0,60

0,54

0,61

Keterangan:
: Skor indeks tertinggi

Tabel 1 merupakan hasil indexing checklist ISR yang telah dilakukan pada 8 BUS dari
tahun 2010-2013. Total item checklist sebanyak 82 item setiap tahunnya. Hasil indexing
didapat dari total pengungkapan yang dilakukan oleh BUS tiap tahunnya pada laporan
tahunan dibagi dengan total item checklist ISR. Pada tahun 2010, BUS yang memiliki indeks
tertinggi adalah PT. Bank BCA Syariah, dimana dari total 82 item checklist ISR PT. Bank
BCA Syariah mengungkapkan sebanyak 61% dari total checklist ISR tersebut. Sedangkan
BUS yang memiliki skor indeks terendah adalah PT. Bank Panin Syariah, Tbk., yang hanya
mengungkapkan sebanyak 16% dari total checklist ISR. Pada tahun 2011, BUS yang memiliki
skor indeks tertinggi adalah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk., yang mengungkapkan

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

sebanyak 68% dari total item checklist ISR, sedangkan BUS yang memiliki indeks paling
rendah adalah PT. Bank Panin Syariah, Tbk., yang hanya mengungkapkan sebanyak 24% dari
total checklist ISR.
Tahun 2012 yang memiliki indeks tertinggi adalah PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk., sebanyak 72% pengungkapan dari total item checklist ISR atau naik sebesar 4% dari
tahun 2011, dan indeks yang paling rendah ditempati oleh 2 BUS, yaitu PT. Bank Mega
Syariah dan PT. Bank Panin Syariah, Tbk. dimana keduanya hanya mengungkapkan sebanyak
35% dari total item checklist ISR. Pada Tahun 2013 yang memiliki indeks paling tinggi
adalah PT. Bank Panin Syariah, Tbk., yang mengungkapkan sebanyak 63% dari total item
checklist ISR, PT. Bank Panin Syariah, Tbk., mengalami peningkatan yang cukup signifikan
terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunannya, yaitu naik sebesar 28%, sedangkan
yang memiliki indeks paling rendah di tahun 2013 adalah PT. Bank Syariah Bukopin, yang
hanya mengungkapkan sebesar 41% dari total item checklist ISR.
Jika dilihat dari perkembangan tiap tahunnya, BUS yang secara konsisten mengalami
peningkatan dalam pengungkapan sosialnya dari tahun 2010 ke tahun 2013 ada 3 (tiga) BUS,
yaitu PT. Bank BNI Syariah, PT. Bank BRI Syariah dan PT. Bank Panin Syariah, Tbk.,
sedangkan 5 BUS lainnya menunjukkan skor indeks yang berfluktuasi dari tahun ke tahun
terhadap pengungkapan sosialnya. Namun, rata-rata pengungkapan sosial seluruh BUS sudah
mengalami peningkatan.
4.2

Analisis Statistik Deskriptif

4.2.1 Pengaruh ISR terhadap Profit Sharing Ratio
Hasil statistik deskriptif pengaruh ISR terhadap Profit Sharing Ratio dapat dilihat pada
Tabel 2. Berikut interpretasi lebih lanjut atas statistik deskriptif masing-masing variabel:
Tabel 2. Deskriptif Statistik Pengaruh ISR terhadap PSR
Variabel

Mean

Std. Deviasi

Maximum

Minimum

PSR (%)

26,28

17,15

82,62

0,05

ISR (%)

47,56

14,22

71,95

15,85

7,275,691,674,505

3,83

63,965,180,720,72
7

458,712,734,354

3,208

3,784

14,282

0,063

SIZE (Rp)

CPSTR

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

1. Nilai rata-rata PSR (Profit Sharing Ratio) dari 8 bank syariah periode 2010-2013
adalah 26,28%. Rata-rata tersebut dapat diartikan bahwa bank syariah melakukan
pembiayaan mudharabah dan musyarakah dari total seluruh pembiayaannya dengan
rata-rata sebesar 26,28%. Sedangkan nilai standar deviasi dari PSR adalah 17,15%
yang berarti terdapat penyimpangan sebesar ± 17,15% dari rata-rata nilai PSR secara
keseluruhan. Perusahaan yang memiliki PSR tertinggi adalah PT. Bank Bukopin
Syariah yaitu sebesar 82,62% pada tahun 2010. Sedangkan perusahaan dengan PSR
terendah dimiliki oleh PT. Bank Mega Syariah pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,05%.
2. Rata-rata nilai skor indeks ISR adalah 47,56% yang berarti hampir setengah dari total
indeks ISR secara keseluruhan yaitu 82 item. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa setiap bank syariah yang dijadikan sampel pada periode 2010-2013 belum
cukup melakukan pengungkapan ISR sesuai dengan 82 item dalam checklist yang
telah dikembangkan oleh penulis. Sedangkan nilai standar deviasi dari skor indeks ISR
adalah 14,22% yang berarti terdapat penyimpangan sebesar ± 14,22 dari rata-rata nilai
skor indeks ISR secara keseluruhan. Perusahaan yang memiliki skor indeks ISR
tertinggi adalah PT. Bank Muamalat Indonesia yaitu sebesar 71,95% pada tahun 2012.
Sedangkan perusahaan yang memiliki skor indeks paling rendah yaitu PT. Bank Panin
Syariah pada tahun 2010 yaitu sebesar 15,85%.
3. Nilai rata-rata SIZE (ukuran perusahaan) dari 8 bank syariah jika dilihat dari total aset
yang dimiliki adalah sebesar Rp7,275,691,674,505. Sedangkan standar deviasi total
aset adalah ± Rp 3,83, yang berarti terdapat penyimpangan sebesar ± Rp 3,83 dari
rata-rata nilai total aset secara keseluruhan. Nilai standar deviasi yang kecil ini
mempunyai arti bahwa ukuran bank syariah mempunyai variasi yang kurang beragam.
Nilai maksimal dari total aset dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri pada tahun 2013
yaitu sebesar Rp 63,965,180,720,727. Sedangkan nilai total aset yang paling rendah
dimiliki oleh PT. Bank Panin Syariah di tahun 2010 sebesar Rp 458,712,734,354.
4. Nilai rata-rata dari CPSTR (struktur modal) adalah 3,208 yang berarti proporsi hutang
pada bank syariah rata-rata lebih besar dibandingkan dengan ekuitasnya ± 3 kali lipat.
Sedangkan nilai standar deviasi dari nilai CPSTR adalah 3,784 yang berarti terdapat
penyimpangan sebesar ± 3,784 dari rata-rata nilai struktur modal secara keseluruhan.
Perusahaan yang memiliki nilai struktur modal tertinggi adalah PT. Bank Syariah
Bukopin pada tahun 2013 yaitu sebesar 14,282. Sedangkan perusahaan yang memiliki
nilai struktur modal terendah adalah PT. Bank Panin Syariah yaitu sebesar 0,063 di
tahun 2011.

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

4.2.2 Pengaruh ISR terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income
Hasil statistik deskriptif pengaruh ISR terhadap Islamic Income vs Non-Islamic
Income dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Deskriptif Statistik Pengaruh ISR terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income
Variabel

Mean

Std.

Maximum

Minimum

Deviasi
ISLINC (%)
ISR (%)

0,9994

0,0008

1,000

0,9966

47,5617

14,2192

71,9512

15,8537

7,275,691,674,505

3.83

63,965,180,720,727

458,712,734,354

3,2084

3,7842

14,2819

0,0628

SIZE (Rp)

CPSTR

Hasil interpretasi statistik deskriptif dengan variabel terikat yaitu Islamic Income vs
Non-Islamic Income menunjukkan nilai rata-rata ISLINC dari 8 bank syariah periode 20102013 adalah 99,94%. Angka tersebut dapat diartikan bahwa kegiatan bank syariah
menghasilkan pendapatan yang halal rata-rata sebesar 99,94% dari keseluruhan pendapatan
yang halal mapun yang tidak halal. Sedangkan nilai standar deviasi dari ISLINC adalah
0,08% yang berarti terdapat penyimpangan sebesar ± 0,08% dari rata-rata nilai ISLINC secara
keseluruhan. Variabel lainnya pada tabel diatas yaitu ISR, SIZE, dan CPSTR telah dijelaskan
pada interpretasi statistik deskriptif Tabel 2 mengenai pengaruh ISR terhadap PSR.
4.3

Hasil Uji Regresi

4.3.1 Pengaruh ISR terhadap Profit Sharing Ratio
Hasil persamaan regresi linier pengaruh ISR terhadap PSR dapat dilihat pada Tabel 3
seperti berikut:

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

Table 3. Tabel Uji Regresi Pengaruh ISR terhadap PSR

Variable
ISR
SIZE
CPSTR
_CONS
R-square

Coefficient
0,627462
-0,067066
-0,004574
1,965226
0,278089

Adjusted R-square
F-statistic

0,200742
3,595317

Prob.(F-Stat)

0,025790

Std. Error
0,229031
0,024084
0,007340
0,663950

t-Statistic
2,739639
-2,784688
-0,623150
2,959903

Prob.
0,0106
0,0095
0,5382
0,0062

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa probabilitas F adalah 0,02579 dimana angka ini lebih
kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Artinya dengan tingkat keyakinan sebesar 95% secara
statistik dapat disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel ISR, SIZE, dan
CPSTR secara bersama-sama terhadap PSR. Selain itu juga dapat dilihat dari hasil regresi
bahwa nilai adjusted R-squared hasil regresi sebesar 0,200742 atau 20,07%. Hal ini
menunjukkan bahwa 20,07% variabel bebas yaitu ISR dapat menjelaskan variabel terikat
yaitu PSR. Sementara sisanya sebesar 79,93% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar
model.
Untuk mengetahui tingkat signifikansi atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat, berikut adalah penjelasan pada ketiga variabel bebas penelitian:
1.

Islamic Social Reporting (ISR)
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas t-statistik ISR adalah 0,0106. Nilai

ini lebih kecil dari 0,05. Artinya dengan tingkat keyakinan 95% ISR memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap PSR. Sedangkan untuk nilai koefisien, ISR memiliki nilai koefisien
positif yaitu sebesar 0,62746 yang berarti setiap peningkatan nilai ISR sebesar 1% akan
menyebabkan peningkatan nilai PSR sebesar 62,746%. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
penelitian yang pertama yaitu ISR berpengaruh secara positif terhadap PSR terbukti. Semakin
tinggi ISR perusahaan maka menunjukkan bahwa perusahaan lebih peduli terhadap kinerja
Islam dengan lebih mengutamakan kegiatan Islam dimana dalam Islam sendiri lebih
mendorong transaksi bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah. Berbeda dengan bank
yang menjalankan kegiatan berdasarkan tujuan laba, mereka akan lebih banyak memberikan
pembiayaan murabahah. Perusahaan dengan ISR yang tinggi juga lebih mempunyai
kesempatan untuk menarik minat masyarakat

bergabung menjadi nasabah perusahaan.

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

Nasabah yang menjadi nasabah perusahaan ingin memperoleh pembiayaan yang sesuai
dengan prinsip syariah yaitu dengan prinsip bagi hasil (pembiayaan mudharabah dan
musyarakah). Oleh karena itu perusahaan akan terus berusaha memberikan pengungkapan
yang lebih rinci mengenai tanggung jawab sosial perusahaan agar meningkatkan tingkat
pembiayaan terutama mudharabah dan musyarakah dimana kedua pembiayaan ini merupakan
pembiayaan yang khas pada perbankan syariah karena prinsip bagi hasil yang diterapkan.

2.

Ukuran Perusahaan (SIZE)
Pada Tabel 3 menunjukkan probabilitas t-statistik pada variabel ukuran perusahaan

sebesar 0,0095. Nilai probabilitas t-statistik tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%.
Dengan demikian, variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Profit Sharing Ratio. Namun variabel ukuran perusahaan mempunyai koefisien yang negatif,
yaitu sebesar -0,06706. Koefisien yang negatif ini mengandung arti bahwa setiap peningkatan
1% total aset akan menurunkan Profit Sharing Ratio sebesar 0,06706 atau 6,71%. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi total aset perusahaan, pembiayaan mudharabah dan
musyarakah yang disalurkan semakin rendah. Rendahnya pembiayaan mudharabah dan
musyarakah ini dapat disebabkan oleh perusahaan yang tidak ingin menanggung resiko
pembiayaan yang tinggi karena prinsip bagi hasil yang diterapkan pada pembiayaan
mudharabah dan musyarakah. Perusahaan cenderung menghindari kerugian atas kegiatan
usaha yang dilakukan oleh pengelola dana karena ketika pengelola dana mengalami rugi,
perusahaan juga harus menanggung kerugian, tidak dapat memaksakan bagiannya dan juga
tidak dapat mengenakan denda. Oleh karena itu perusahaan lebih memilih menggunakan
asetnya untuk memberikan pembiayaan dengan akad murabahah, ijarah, salam, dan istishna
dimana ada waktu jatuh tempo pembayaran dan juga pengenaan denda jika nasabah telat
melakukan pembayaran sehingga pembiayaan dengan akad tersebut memiliki resiko gagal
bayar yang kecil. Selain itu pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang rendah juga dapat
terjadi karena nasabah yang lebih memilih pembiayaan dengan jual beli karena terbilang lebih
sederhana.
3.

Struktur Modal (CPSTR)
Pada Tabel 3 menunjukkan nilai probabilitas statistik t dari variabel struktur modal

yaitu 0,5382. Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 5%. Hal ini mengindikasikan
bahwa struktur modal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Profit Sharing Ratio.
Hal ini mungkin dikarenakan besar atau kecilnya struktur modal tidak mempengaruhi nasabah

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

untuk tetap memperoleh pembiayaan dari perusahaan. Nasabah tetap percaya bahwa
meskipun perusahaan memiliki hutang yang tinggi, perusahaan akan dapat melunasi
kewajibannya sebagaimana umat Muslim yang diharuskan untuk selalu bertanggungjawab
terhadap segala aktivitas yang dilakukan. Selain itu juga perusahaan yang memiliki modal
yang lebih sedikit dari hutang tidak berarti bahwa perusahaan memiliki kekurangan dana
untuk membiayai nasabah. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan bahwa
tidak banyak perusahaan yang memiliki pinjaman pembiayaan dari pihak lain untuk
membiayai nasabah.
4.3.2 Pengaruh ISR terhadap Islamic Income vs Non-Islamic Income
Hasil persamaan regresi linier pengaruh ISR terhadap ISLINC dapat dilihat pada
Tabel 4 seperti berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Regresi Pengaruh ISR terhadap ISLINC

Variable
ISR
SIZE
CPSTR
_CONS
R-square
Adjusted R-square
F-statistic

Coefficient
-0,003551
0,000200
-1,80E-05
0,995228

Std. Error
0,001183
0,000124
3,79E-05
0,003429

t-Statistic
-3,001882
1,607296
-0,474910
290,2177

Prob.
0,0056
0,1192
0,6385
0,0000

0,243815
0,162795
3,009321

Prob.(F-Stat)

0,046855

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa probabilitas F adalah 0,0468 dimana angka ini lebih
kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Artinya dengan tingkat keyakinan sebesar 95% secara
statistik dapat disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel ISR, SIZE, dan
CPSTR secara bersama-sama terhadap ISLINC. Selain itu juga dapat dilihat dari hasil regresi
bahwa nilai adjusted R-square yaitu sebesar 0,162795 atau 16,28%. Hal ini menunjukkan
bahwa 16,28% variabel bebas yaitu ISR dapat menjelaskan variabel terikat yaitu ISLINC.
Sementara sisanya sebesar 83,72% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
Untuk mengetahui tingkat signifikansi atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat, berdasarkan hasil model regresi pada Tabel 4, berikut adalah penjelasan pada ketiga
variabel bebas penelitian:

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

1.

Islamic Social Reporting (ISR)
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas t-statistik ISR adalah 0,0056. Nilai

ini lebih kecil dari 0,05. Artinya dengan tingkat keyakinan 95% ISR memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ISLINC. Sedangkan untuk nilai koefisien, ISR memiliki nilai koefisien
negatif yaitu sebesar -0,00355 yang berarti setiap peningkatan nilai ISR sebesar 1% akan
menyebabkan penurunan nilai ISLINC sebesar 0,355%. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
penelitian yang kedua yaitu ISR berpengaruh positif terhadap ISLINC tidak terbukti.
Pengaruh ISR yang signifikan dengan arah negatif ini menunjukkan bahwa perusahaan
dengan ISR yang tinggi belum tentu selalu mencari pendapatan yang halal. Terkadang
perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga mendorong perusahaan untuk
memperoleh pinjaman pembiayaan dari bank atau perusahaan bukan bank yang tidak
menjalankan kegiatannya dengan prinsip bagi hasil dan juga terdapat unsur bunga
didalamnya. Selain itu juga ketika nasabah telah memiliki kepercayaan yang tinggi kepada
perusahaan karena peran sosialnya tinggi, nasabah akan lebih berani untuk meminta
pembiayaan dengan jumlah yang tinggi pada perusahaan. Namun pembiayaan nasabah yang
meningkat ini dapat menimbulkan potensi adanya keterlambatan pembayaran bahkan gagal
bayar oleh nasabah, sehingga meningkat pula pendapatan denda (pendapatan non-halal)
perusahaan dan menurunkan rasio pendapatan Islam vs pendapatan non-Islam.
2.

Ukuran Perusahaan (SIZE)
Pada Tabel 4 menunjukkan probabilitas t-statistik pada variabel ukuran perusahaan

sebesar 0,1192. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian,
variabel ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Islamic
Income vs Non-Islamic Income. Hal ini menunjukkan bahwa belum tentu tingginya total aset
yang dimiliki perusahaan menghasilkan pendapatan yang halal. Besar kecilnya ukuran
perusahaan, masing-masing mempunyai batas tersendiri dalam memberikan pembiayaan
sehingga setiap perusahaan mempunyai resiko yang berbeda-beda terkait pembayaraan
pembiayaan oleh nasabah yang berdampak pada pendapatan masing-masing perusahaan. Hal
ini tergantung kebijakan masing-masing perusahaan mengenai penyaluran pembiayan yang
akan berdampak pada pendapatan halal perusahaan.

3.

Struktur Modal (CPSTR)
Tabel 4 menunjukkan nilai probababilitas t-statistik dari variabel struktur modal yaitu

0,6385. Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

struktur modal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Islamic Income vs NonIslamic Income. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya hutang karena adanya pendanaan dari
pihak lain tidak menyebabkan pendapatan perusahaan meningkat.
5. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Islamic Social Reporting terhadap
kinerja bank syariah pada periode 2010-2013. Dari keseluruhan pengujian empiris yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.

Tingkat pengungkapan ISR pada 8 (delapan) bank syariah yang dijadikan sampel dari
tahun 2010 sampai 2013 terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat disebabkan
karena adanya kesadaran manajemen mengenai pentingnya pengungkapkan kegiatan
sosial dan ethical identity perusahaan kepada masyarakat luas. Selain itu juga dapat
disebabkan karena adanya persaingan antar bank syariah untuk dapat menarik nasabah
dan membuat nasabah mempertahankan preferensi dan loyalitas mereka terhadap bank
syariah yang mereka pilih.

2.

Berdasarkan hasil regresi model penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
ISR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Profit Sharing Ratio. Sedangkan
untuk Islamic Income vs Non Islamic Income tidak dipengaruhi secara signifikan oleh
ISR. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yaitu pengaruh ISR terhadap PSR
terbukti, sedangkan hipotesis kedua yaitu pengaruh ISR terhadap ISLINC tidak
terbukti.

6. Saran
1.

Menambah jumlah observasi dengan menambah periode waktu penelitian.

2.

Menambah sumber-sumber informasi pengungkapan lainnya sehingga lebih dapat
menggambarkan kondisi perusahaan.

3.

Menambah pengukuran kinerja bank syariah.

4.

Bagi perusahaan, diharapkan dapat terus melaksanakan tanggung jawab sosial dan
meningkatkan pengungkapan sosial sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
kinerja perusahaan.

5. Bagi masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya
memperoleh pembiayaan yang sesuai dengan syariat Islam dan mencari pembiayaan
pada perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Abdeldayem, M. M. (2009). An Examination Social Disclosures by Islamic Banks: Evidence
from UAE. The Journal of American Academy of Business, Vol.14 No. 2. Cambridge.
Fitria, S., & Hartanti, D. (2010). Islam dan Tanggung Jawa Sosial: Studi Perbandingan
Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting Initiative Indeks dan Islamic Social
Reporting Indeks. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Ghayad, R. (2008). Corporate Governance and The Global Performance of Islamic Banks.
Department of Business and Economics, Lebanese University-CNAM, Beirut, Lebanon.
Humanomics, Vol. 24 No. 3.
Hameed, S., Wirman, A., Alrazi, B., Nor, M., & Pramono, Sigit. (2010). Alternative
Disclosure & Performance Measures for Islamic Banks. Department of Accounting,
International Islamic University Malaysia.
Haniffa, R., & Hudaib, M. (2007). Exploring the Ethical Identity of Islamic Banks via
Communication in Annual Reports. Journal of Business Ethics. 76:97-116
Hosmer, L. T.(1994). Strategic Planning as of Ethics Mattered. Strategic Management
Journal 15(Special Issue), 17-34.
Jones, T. M. (1995). Instrumental Stakeholder Theory: A Synthesis of Ethics and Economics.
Academy of Management Review 20 (2). 404-437.
Maali, B., Casson, P., & Napier, C. (2006). Social Reporting by Islamic Banks. Accounting
Foundation, The University of Sydney. ABACUS, Vol. 42, No.2.
Othman, R, & Md. Thani, A (2010). Islamic Social Reporting of Listed Companies in
Malaysia.The International Business & Economics Research Journal. Apr 2010; 9;4;
ABI/INFORM Complete pg. 135.
Sofyani,H., Ulum, I., Syam, D., L., Sri Wahjuni. (2012). Islamic Social Reporting Sebagai
Model PegukuraKinerja Sosial Perbankan Syariah (Studi Komparasi Indonesia dan
Malaysia).Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol.4, No. 1, Maret 2012, pp. 36-46.
Subaweh, Imam. (2008). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank
Konvensional Periode 2003-2007. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 13 No. 2.
Zubairu, U., Sakariyau, O., & Dauda, C. (2011). Social Reporting Practices of Islamic Banks
in Saudi Arabia. International Journal of Business and Social Science, Vol.2 No.23
(Special Issue - December 2011). Department of Entrepreneurship and Business
Technology, School of Entrepreneurship and Management Technology Federal
University of Technology, Nigeria.

Analisis pengaruh..., Bella Chintia Listyana, FE UI, 2014