ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA
DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS
PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE : 2009-2013
Maulan Irwadi, S.E., M.Si., Ak. CA1), Choiruddin, S.E., M.Si 2)
1
Program Studi Akuntansi, Politeknik Anika
irwadi1@yahoo.co.id
2
Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Sriwijaya
Choirudd1n@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui apakah manajemen modal kerja dan
likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas, baik secara parsial maupun simultan.
Populasi penelitian ini adalah Perusahaan Pertambangan Sektor Batubara yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2013, yaitu 21 perusahaan. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dimana sampel dipilih
berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang terpilih sebanyak 15 perusahaan. Data yang
digunakan berasal dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang dipublikasikan

melalui situs www.idx.co.id. Pengolahan data menggunakan metode analisis regresi
berganda. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak SPSS v.20. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel manajemen modal kerja dan
likuiditas secara simultan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, hal ini dapat
diketahui dari nilai sig sebesar 0,120 yang menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari
0,05 atau 0,120 > 0,05. Secara parsial variabel manajemen modal kerja berpengaruh
negatif signifikan terhadap profitabilitas, ini dapat diketahui dari nilai sig sebesar 0,044
dan t bernilai negatif yang lebih kecil dari 0,05 sedangkan variabel likuiditas tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas, hal ini dapat diketahui dai nilai sig sebesar 0,872
yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
Kata kunci: Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Profitabilitas
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Modal kerja dibutuhkan oleh setiap
perusahaan untuk membiayai kegiatan
operasinya, misalnya untuk membayar gaji
pegawai, pembelian bahan mentah,
membayar ongkos angkutan, membayar
hutang. Modal kerja yang telah dikeluarkan
diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam

perusahaan dalam jangka pendek melalui
hasil penjualan produk. Modal kerja yang
berasal dari penjualan produk tersebut akan
segera dikeluarkan lagi untuk membiayai
kegiatan operasional selanjutnya (Riyanto
dalam Mega, 2011, h.1).
Manajemen modal kerja dalam suatu
perusahaan diperlukan untuk mengetahui
jumlah modal kerja optimal yang

dibutuhkan perusahaan tersebut. Menurut
(Ersa dan apriweni dalam aulia rahma,
2011, h.8). Manajemen modal kerja adalah
kegiatan yang mencakup semua fungsi
manajemen atas aktiva lancar dan
kewajiban jangka pendek perusahaan.
Manajemen modal kerja yang efektif
menjadi sangat penting untuk pertumbuhan
kelangsungan perusahaan dalam jangka
panjang. Adapun sasaran yang ingin dicapai

dari manajemen modal kerja yaitu untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dengan
mengelola aktiva lancar sehingga tingkat
pengembalian investasi marjinal adalah
sama atau lebih besar dari biaya modal
yang digunakan untuk membiayai aktivaaktiva tersebut, meminimalkan biaya modal
yang digunakan untuk membiayai aktiva
17

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
lancar, serta pengawasan terhadap arus dana
dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana
dari sumber utang sehingga perusahaan
selalu
dapat
memenuhi
kewajiban
keuangannya pada saat jatuh tempo. Modal
kerja adalah jumlah harta lancar yang
merupakan bagian dari investasi yang

bersirkulasi dari satu bentuk kebentuk yang
lain dalam suatu kegiatan bisnis. Modal
kerja yang belebihan menunjukkan adanya
dana yang tidak produktif dan hal ini akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan
karena
adanya
kesempatan
untuk
memperoleh keuntungan telah di sia-siakan.
Sebaliknya adanya ketidakcukupan maupun
mis management dalam modal kerja
merupakan penyebab utama kegagalan
suatu perusahaan (Hadi dan Parno 2011,
h.74). Indikator modal kerja yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
perputaran modal kerja (working capital
turn over). Standar industri yang digunakan
pada perputaran modal kerja adalah sebesar
6 kali (Kasmir,2013, h.187).

Berdasarkan gambaran penelitian
yang dilakukan sebelumnya, maka peneliti
tertarik untuk kembali melakukan analisis
rasio keuangan. Adapun rasio keuangan
yang digunakan oleh peneliti adalah
perputaran modal kerja, current ratio (rasio
lancar), dan return on equity (tingkat
pengembalian dari ekuitas). Peneliti
memilih rasio-rasio ini karena peneliti
merasa bahwa rasio ini berpengaruh
terhadap penurunan dan peningkatan yang
tidak stabil terhadap perkiraan-perkiraan
tersebut.
Fenomena
yang
terjadi
pada
perusahaan pertambangan sektor batubara
untuk rata – rata perputaran modal kerja
pada tahun 2009 sebesar (0,05) kali, 2010

sebesar 51,70 kali, 2011 sebesar (0,71) kali,
2012 sebesar (5,15) kali dan 2013 sebesar
7,51 kali, jika rata-rata industri perputaran
modal kerja adalah 6 kali, itu artinya untuk
perputaran modal kerja pada tahun 2009,
2011 dan 2012 masih berada dibawah rata –
rata industri, namun untuk tahun 2010 dan
2013 perputaran modal kerja berada di atas
rata-rata industri, untuk itu dalam hal ini

manajemen harus bekerja lebih keras lagi
untuk meningkatkan rasio perputaran modal
kerja hingga minimal mencapai atau sama
dengan rasio rata – rata industri (Kasmir,
2013, h.184).
Fenomena
yang
terjadi
pada
perusahaan pertambangan sektor batubara

untuk rata – rata current ratio pada tahun
2009 sebesar 1,75 kali, 2010 sebesar 1,86
kali, 2011 sebesar 3,79 kali, 2012 sebesar
1,71 kali dan 2013 sebesar 1,56 kali, jika
rata-rata industri current ratio adalah 2 kali,
itu artinya untuk current ratio pada tahun
2009, 2010, 2012 dan 2013 masih berada
dibawah rata – rata industri, namun untuk
tahun 2011 current ratio berada di atas ratarata industri. Oleh karena itu, kondisi di
tahun 2009, 2010, 2012 dan 2013 perlu
dikhawatirkan mengingat rasio lancar yang
dimiliki perusahaan masih dibawah ratarata industri, hal ini dibutuhkan guna
menumbuhkan
tingkat
kepercayaan
berbagai pihak kepda perusahaan.
Fenomena
yang
terjadi
pada

perusahaan pertambangan sektor batubara
untuk rata – rata return on equity pada
tahun 2009 sebesar 35%, 2010 sebesar
10%, 2011 sebesar 18%, 2012 sebesar -7%
dan 2013 sebesar 4%, jika rata-rata industri
return on equity
adalah 40%, maka
perusahaan pertambangan sektor batubara
untuk return on equity masih dibawah ratarata
industri,
artinya
kemampuan
perusahaan untuk mencari keuntungan
dapat dikatakan gagal. Untuk kedepannya
manajemen perlu melakukan evaluasi
secara menyeluruh mengapa rata – rata
rasio return on equity dibawah rata – rata
industri.
Dari latar belakang dan fenomena
yang telah diuraikan, maka peneliti tetarik

untuk meneliti mengenai “Pengaruh
Manajemen Modal Kerja dan Likuiditas
Terhadap
Profitabilitas
pada
Perusahaan
Pertambangan
Sektor
Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2013”.

18

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah manajemen modal kerja dan
likuiditas berpengaruh secara simultan

terhadap profitabilitas pada Perusahaan
Pertambangan Sektor Batubara Yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2013?
2. Apakah manajemen modal kerja dan
likuiditas berpengaruh secara parsial
terhadap profitabilitas pada Perusahaan
Pertambangan Sektor Batubara Yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas,
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui apakah manajemen
modal kerja dan likuiditas berpengaruh
secara simultan terhadap profitabilitas
pada Perusahaan Pertambangan Sektor
Batubara Yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2013.

2. Untuk mengetahui apakah manajemen
modal kerja dan likuiditas berpengaruh
secara parsial terhadap profitabilitas
pada Perusahaan Pertambangan Sektor
Batubara Yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009-2013.
2. Landasan Teori
2.1 Definisi Modal kerja
Menurut (Munawir, 2012, h.114)
mengemukakan ada tiga konsep atau
definisi
modal kerja yang umum
dipergunakan yaitu :
1) Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan pada
kuantitas dana yang tertanam dalam
unsur – unsur aktiva lancar. Aktiva ini
merupakan aktiva sekali berputar
kembali dalam bentuk semula atau dana
yang tertanam dalam aktiva akan dapat
bebas lagi dalam jangka pendek. Jadi,
yang dimaksud dalam konsep ini adalah
keseluruhan jumlah aktiva lancar.

2) Konsep Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada
kualitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan
aktiva lancar terhadap hutang jangka
pendek (net working capital), yaitu
jumlah aktiva lancar berasal dari
pinjaman jangka panjang maupun dari
pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat
kualitatif
karena
menunjukkan
tersedianya aktiva lancar yang lebih
besar dari pada hutang lancarnya (hutang
jangka
pendek)
dan
menjamin
kelangsungan
operasi
dimasa
mendatang,
serta
kemampuan
perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman jangka pendek dengan jaminan
aktiva lancarnya.
3) Konsep fungsional
Konsep ini menitikberatkan pada fungsi
dari dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan (laba) dari
usaha pokok perusahaan. Setiap dana
yang digunakan dalam perusahaan
dimaksudkan
untuk
menghasilkan
pendapatan, tetapi tidak semua dana
digunakan untuk menghasilkan laba
periode ini (current income) ada
sebagian dana yang akan digunakan
untuk memperoleh atau menghasilkan
laba di masa yang akan datang.
Dari uraian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa modal kerja adalah harta
yang
dimiliki
perusahaan
yang
dipergunakan untuk menjalankan kegiatan
usaha
atau
membiayai
operasional
perusahaan tanpa mengorbankan aktiva
yang lain dengan tujuan memperoleh laba
yang optimal.
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebutuhan Modal Kerja
Kebutuhan perusahaan akan modal
tergantung pada faktor-faktor sebagai
berikut (Kasmir, 2013, h.254):
1. Jenis perusahaan
Jenis kegiatan perusahaan dalam
praktiknya meliputi dua macam, yaitu:
perusahaan yang bergerak dalam bidang
jasa dan non jasa (industri). Kebutuhan
modal dalam perusahaan industri lebih
19

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
besar jika dibanding dengan perusahaan
jasa. Di perusahaan industri, investasi
dalam bidang kas piutang, dan sediaan
relatif
lebih
besar jika dibanding
dengan perusahaan jasa.
2. Syarat kredit
Syarat kredit atau penjualan yang
pembayarannya dilakukan dengan cara
mencicil (angsuran) juga memengaruhi
modal kerja.
3. Waktu produksi
Untuk waktu produksi, artinya jangka
waktu atau lamanya memproduksi suatu
barang. Makin lama waktu yang
digunakan memproduksi suatu barang,
maka akan semakin besar modal kerja
yang dibutuhkan. Demikian pula
sebaliknya semakin pendek waktu yang
dibutuhkan untuk memproduksi modal
kerja, maka semakin kecil modal kerja
yang dibutuhkan.
4. Tingkat perputaran sediaan
Pengaruh tingkat perputaran sediaan
terhadap modal kerja cukup penting bagi
perusahaan. Semakin kecil atau rendah
tingkat perputaran, kebutuhan modal
kerja semakin tinggi, demikian pula
sebaliknya.
Dengan
demikian
dibutuhkan perputaran sediaan yang
cukup tinggi agar memperkecil resiko
kerugian akibat penurunan harga serta
mampu menghemat biaya penyimpanan
dan pemeliharaan sediaan.
b. Sumber Modal Kerja
Sumber-sumber
dana
dapat
diperolah dari penurunan jumlah aktiva dan
kenaikan passiva. Berikut ini beberapa
sumber modal kerja yang dapat digunakan
(Kasmir, 2013, h.256):
1) Hasil operasi perusahaan
Hasil operasi perusahaan maksudnya
adalah pendapatan atau laba yang
diperoleh
pada
periode
tertentu.
Pendapatan atau laba yang diperoleh
perusahaan
ditambah
dengan
penyusutan. Seperti misalnya cadangan
laba, atau laba yang belum dibagi.
Selama laba yang belum dibagi
perusahaan dan belum atau tidak diambil
pemegang saham , hal tersebut akan

menambah modal kerja perusahaan.
Namun, modal kerja ini sifatnya hanya
sementara waktu saja dalam waktu yang
relatif tidak terlalu lama.
2) Keuntungan
penjualan
surat-surat
berharga
Keuntungan
penjualan
surat-surat
berharga juga dapat digunakan untuk
keperluan
modal
kerja.
Besar
keuntungan tersebut adalah selisih antara
harga beli dengan harga jual surat
berharga tersebut. Namun, sebaliknya
jika terpaksa harus menjual surat-surat
berharga dalam kondisi rugi, otomatis
akan mengurangi modal kerja.
3) Penjualan saham
Penjualan saham, artinya perusahaan
melepas sejumlah saham yang masih
dimiliki untuk dijual kepada berbagai
pihak. Hasil penjualan saham ini dapat
digunakan sebagai modal kerja.
c. Manajemen Modal Kerja
Menurut (Weston dan Copeland dalam
Aulia Rahma, 2011, h.8) manajemen
modal kerja adalah semua aspek
pengelolaan aktiva lancar dan hutang
lancar. Sedangkan (Esra dan Apriweni
dalam Aulia Rahma, 2011, h.8)
mendefinisikan
bahwa
manajemen
modal kerja adalah kegiatan yang
mencakup semua fungsi manajemen atas
aktiva lancar dan kewajiban jangka
pendek perusahaan yang terdapat dalam
perusahaan agar mampu membiayai
pengeluaran atau operasi perusahaan.
Dari
pengertian
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa perhatian utama
dalam manajemen modal kerja adalah
pada
manajemen
aktiva
lancar
perusahaan, yaitu kas, sekuritas, piutang
dan
persediaan
serta
pendanaan
(terutama kewajiban lancar) yang
diperlukan untuk mendukung aktiva
lancar.
1. Perputaran Kas (cash turn over)
Perputaran kas merupakan merupakan
kemampuan kas dalam menghasilkan
pendapatan sehingga dapat dilihat
berapa kali uang kas berputar dalam
satu periode tertentu.Semakin tinggi
20

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
perputaran kas ini akan semakin baik.
Karena ini berarti semakin tinggi
efisiensi penggunaan kasnya. Tetapi
cash turn over yang berlebih-lebihan
tingginya dapat berarti bahwa jumlah
kas yang tersedia terlalu kecil untuk
volume penjualan tersebut.
Rumus yang digunakan untuk
mencari perputaran kas
adalah sebagai berikut:
Perputaran kas = Penjualan bersih
Rata-rata kas
2. Perputaran Persediaan (Inventory
Turn Over)
Perputaran persediaan merupakan
rasio
yang
digunakan
untuk
mengukur berapa kali dana yang
ditanam dalam sediaan (invertory) ini
berputar dalam suatu periode. Dapat
diartikan pula bahwa perputaran
sediaan merupakan rasio yang
menunjukan beberapa kali jumlah
barang sediaan diganti dalam satu
tahun. Semakin kecil rasio perputaran
sediaan ini maka semakin jelek,
demikian pula sebaiknya.
Cara menghitung rasio perputaran
sediaan dilakukan dengan dua cara
yaitu: pertama, membandingkan
antara harga pokok barang yang dijual
dengan nilai sediaan, dan kedua,
membandingkan antara penjualan
nilai sediaan. Apabila rasio yang
diperoleh tinggi, ini menunjukan
perusahaan berkerja secara efesien
dan likuid persediaan semakin baik.
Demikian pula apabila perputaran
sediaan rendah berarti perusahaan
berkerja tidak efisien atau tidak
produktif dan banyak barang sediaan
yang menumpuk.
Rumus mencari inventory turn over
dapat digunakan dengan dua cara
sebagai berikut: (Kasmir, 2013,
h.180)
1) Menurut James C Van Horne
Perputaran persediaan = HPbarang dijual
Persediaan

2) Menurut J Fred Weston
Perputaran persediaan = Penjualan
Persediaan
3. Perputaran Modal Kerja (working
capital turn over)
Perputaran modal kerja atau working
capital turnover merupakan salah satu
rasio untuk mengukur atau menilai
keefektifan
modal
kerja
perusahaan selama periode tertentu.
Artinya seberapa banyak modal kerja
berputar selama suatu periode atau
dalam suatu periode. Untuk mengukur
rasio ini, kita membadingkan antara
penjualan dengan modal kerja atau
dengan modal kerja rata-rata.
Dari
hasil
penilaian,
apabila
perputaran modal kerja yang rendah
dapat diartikan perusahaan sedang
kelebihan modal kerja. Demikian
pula jika perputaran modal kerja
tinggi, mungkin disebabkan tingginya
perputaran persediaan atau perputaran
piutang atau saldo kas yang terlalu
kecil.
Rumus yang digunakan untuk
mencari perputaran modal kerja
adalah sebagai berikut:
Perputaran modal kerja = Penjualan bersih
Modal kerja rata2
2.2 Likuiditas
Likuiditas merupakan suatu gambaran
kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya
secara lancar dan tepat waktu (Fahmi, 2011,
h.87).
Menurut (Kasmir, 2013, h.128) ada
perusahaan yang tidak mampu atau tidak
sanggup untuk membayar seluruh atau
sebagian utang (kewajibannya) yang sudah
jatuh tempo pada saat ditagih. Atau
terkadang perusahaan juga sering tidak
memiliki dana untuk membayar kewajiban
tepat waktu hal ini terjadi karena
perusahaan tidak memiliki dana yang cukup
untuk menutupi utang yang jatuh tempo
tersebut.
Untuk menilai likuiditas perusahaan
terdapat beberapa rasio yang dapat
21

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
digunakan sebagai alat untuk menganalisa
dan manilai posisi likuiditas perusahaan,
yaitu:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar atau (current ratio)
merupakan
rasio
untuk
mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih
secarah keseluruhan. Perhitungan rasio
lancar
dilakukan
dengan
cara
membandingkan antara total aktiva lancar
dengan total utang lancar. Versi terbaru
pengukuran rasio lancar adalah mengurangi
sediaan dan piutang.
Menurut (Kasmir, 2013, h.135) rumus
untuk mencari rasio lancar atau current
ratio dapat yang digunakan sebagai berikut.
Current ratio = aktiva lancar
Utang lancar
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat atau rasio sangat lancar
atau acid test ratio merupakan rasio yang
menunjukan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi atau membayar kewajiban atau
utang lancar (utang jagka pendek ) dengan
aktiva lancar tanpa menghitungkan nilai
sediaan (inventory). Artinya nilai sediaan
kita abaikan, dengan cara dikurangi dari
nilai total aktiva lancar.
Untuk mencari Quick Ratio diukur
dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi
dengan nilai sediaan.
Menurut (Kasmir, 2013, h.137) rumus
untuk mencari rasio cepat (Quick Ratio)
dapat digunakan sebagai berikut.

Quick ratio = current assets - inventory
current liabilities
2.3 Profitabilitas
Profitabilitas
menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan, dan sumber
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang,
dan sebagainya (Fahmi 2012, h.68).
Sedangkan
(Sunyoto,
2013,
h.113)
mendefinisikan bahwa profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari usahanya.
Menurut (Kasmir, 2013, h.196) rasio
profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan tingkat efektivitas manajemen
suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh
laba yang dihasilkan dari penjualan dan
pendapatan investasi.
Terdapat beberapa cara untuk
mengukur besar kecilnya profitabilitas,
yaitu:
1) Return on Investasi (ROI)
ROI menunjukan hasil (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. ROI juga merupakan suatu
ukuran tentang efektivitas manajemen
dalam mengelolah investasinya. Semakin
kecil rasio ini, semakin kurang baik,
demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan. Rumus
untuk mencari Return on Investment (ROI )
dapat digunakan sebagai berikut.

Return on Investment (ROI) = Earning after interst and tax
Total assets
2) Return on Equity (ROE)
ROE menunjukan kemampuan untuk
menghasilkan laba setelah pajak dengan
menggunakan modal sendiri yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini penting bagi
pemegang saham untuk mengetahui
efektivitas dan efesiensi pengelolaan modal
sendiri yang dilakukan oleh pihak

manajemen perusahaan. Semakin tinggi
rasio ini berarti semakin efisien penggunaan
modal sendiri yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan. rumus untuk
mencari Return on Equity (ROE ) dapat
digunakan sebagai berikut.

22

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
Return on Equity (ROE) = Earning after interst and tax
Equity
3) Profit Margin on Sales
Profit Margin on Sales atau Ratio
Profit Margin atau margin laba atas
penjualan merupakan salah satu rasio yang
digunakan untuk mengukur margin laba
atas penjualan.
Menurut (kasmir, 2013, h.199)
terdapat dua rumus untuk mencari profit
margin, yaitu sebagai berikut.
1. Untuk margin laba kotor:
Profit margin = Net Sales – CGS
Sales
Margin laba kotor menunjukan
laba yang relatif terhadap perusahaan,
dengan cara penjualan bersih dikurangi
harga pokok penjualan.
2. Untuk margin laba bersih
Net profit margin = EAIT
Sales

Margin laba bersih merupakan
ukuran
keuntungan
dengan
membandingkan antara laba setelah
bunga dan pajak pajak dibandingkan
dengan penjualan.
2.4 Kerangka Pemikiran
Peneliti mencoba meneliti mengenai
Analisis Pengaruh Manajemen Modal kerja
dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada
Perusahaan Pertambangan Sektor Batubara
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Variabel independen dalam penelitian ini
adalah Perputaran Modal Kerja dan Current
ratio, sedangkan variabel dependennya
adalah Retun on equity.
Kerangka
pemikiran
yang
menggambarkan hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dapat
digambarkan sebagai berikut:

Manajemen Modal
Kerja (X1)
Profitabilitas (Y)
Likuiditas (X2)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis
H1: Manajemen modal kerja dan likuiditas
secara simultan berpengaruh terhadap
profitabilitas
pada
perusahaan
Pertambangan Sektor Batubara Yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2009-2013.
H2: Manajemen modal kerja dan likuiditas
secara parsial berpengaruh terhadap
profitabilitas
pada
Perusahaan
Pertambangan Sektor Batubara Yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2009-2013.

2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini merupakan replikasi
dari penelitian yang pernah dilakukan
(Wawan Setiawan 2012, h.16). yang
berjudul "Pengaruh Efisiensi Modal kerja
dan likuiditas terhadap profitabilitas pada
Perusahaan industri otomotif dan komponen
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia".
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba
untuk menguji kembali pengaruh variabel
independen yaitu Manajemen Modal kerja
dan likuiditas terhadap profitabilitas
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu data dan sampel
penelitian tidak sama dengan penelitian
23

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
sebelumnya karena sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah perusahaan
pertambangan sektor batubara yang
terdaftar di bursa efek Indonesia.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional
1. Variabel Penelitian
Berdasarkan
permasalahan,
kerangka berfikir, dan hipotesis yang
diajukan maka variabel yang akan dianalisis
dalam penelitian ini adalah:
a) Variabel Bebas / Independent Variabel
(X)
Variabel bebas yaitu variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel
devenden (Sugiyono 2013, h.38).
Adapun yang menjadi variabel bebas (X)
dalam penelitian ini adalah Manajemen
Modal Kerja (X1) dan Likuiditas (X2).
b) Variabel Terikat / Devenden Variabel
(Y)
Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono
2013, h.39). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah profitabilitas (Y).
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karekteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2013, h.80).
Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah
perusahaan-perusahaan
pertambangan
sektor
pertambangan
batubara yang sudah go public di Bursa
Efek Indonesia periode 2009-2013 dimana
data diperoleh dari sumber data sekunder.
Jumlah perusahaan batubara yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia adalah sebanyak 21
perusahaan yang merupakan jumlah
populasi dalam penelitian ini.
Sampel adalah sebagian dari jumlah
dan karateristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2013, h.81). Teknik
penentuan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan sampling
purposive. Sampling purposive adalah
teknik
penentuan
sampel
dengan
pertimbangan tertentu.
Adapun kriteria dipilihnya anggota
populasi menjadi sampel dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang masuk dalam
sektor pertambangan batubara dan listing di
Bursa Efek Indonesia, yang mencantumkan
laporan keuangannya dari tahun 2009-2013.
Berdasarkan kriteria di atas, dari tahun
2009-2013,
ternyata
terdapat
15
perusahaan.

Tabel 3.1
Daftar Distribusi Sampel
No
Distribusi Sampel
1 Perusahaan Pertambangan Sektor Batubara yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2009 – 2013
2 Sampel yang diteliti
3 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan
selama 5 tahun berturut – turut selama periode : 2009 –
2013
Jumlah sampel yang representative

Total
21
21
(6)

15

Sumber: Data yang telah diolah

3.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini merupakan data sekunder

yang berasal dari laporan keuangan
perusahaan, sampel yang diperoleh dari
Bursa Efek Indonesia melalui situs
dan
resminya
yaitu
www.idx.co.id
24

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
ringkasan laporan keuangan perusahaan
yang terdapat pada Indonesian Capital
Market Directory.
2. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi, yaitu dengan cara
mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji
data sekunder yang berupa laporan
keuangan
perusahaan
Perusahaan
pertambangan
sektor
pertambangan
batubara yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
periode
2009-2013
yang
dipublikasikan oleh BEI melalui Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) serta
dari berbagai buku pendukung dan sumber
– sumber lainnya yang berhubungan dengan
profitabilitas.

4. PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Statistik
4.1.1 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) berfungsi
untuk melihat sejauh mana keseluruhan
variabel independen dapat menjelaskan
variabel
dependen.
Apabila
angka
determinasi semakin kuat, yang berarti
variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Sedangkan nilai koefisien
determinasi (R Square) yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel
dependen adalah terbatas. Hasil uji
koefisien determinasi diperoleh hasil
sebagai berikut:

Tabel 4.1
Hasil Uji Analisis Determinan
Model Summaryb
odel
R
R Square
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.239a
.057
.031
.480
Predictors: (Constant), LIKUIDITAS, MANAJEMEN MODAL KERJA
mber: Data yang telah diolah

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan
pada tabel 4.7 Angka R square atau
koefisien determinasi adalah 0,057 (berasal
dari 0,239 x 0,239). Hal ini berarti 5,7%
variasi dari profitabilitas bisa dijelaskan
oleh variasi dari variabel manajemen modal
kerja dan likuiditas. Sedangkan sisanya
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain atau
dijelaskan oleh perubahan variabel lain
yang tidak masuk dalam model.

4.1.2 Uji Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda digunakan
untuk mengetahui pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependent.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
hasil pengolahan data yang menunjukkan
nilai konstanta dan koefisien regresi sebagai
berikut:

Tabel 4.2
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
odel

Unstandardized
Coefficients
B
Constant)

Standardized
Coefficients

Std. Error
-.351

25

Sig.

Beta

.088

ANAJEMEN
-.181
MODAL KERJA
IKUIDITAS
.031
Dependent Variable: PROFITABILITAS
mber data yang telah diolah

T

-3.970

.000

.088

-.236

-.2046

.044

.192

.019

.162

.872

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015

Berdasarkan hasil pengujian dengan
metode regresi linier berganda yang
ditunjukkan pada tabel 4.8, maka didapat
persamaan regresi sebagai berikut:
Y= -0,351 -0,181 X1 + 0,031 X2+e
Dari persamaan regresi diatas maka
dapat diinterprestasikan beberapa hal antara
lain:
a. Jika manajemen modal kerja dan
likuiditas bernilai 0 (nol), maka
profitabilitas akan bernilai -0,351
(koefisien arah negatif).
b. Jika manajemen modal kerja menurun
sebesar 1 persen maka profitabilitas
perusahaan bertambah menjadi -0,181.

c. Jika likuiditas perusahaan meningkat 1
persen maka profitabilitas perusahaan
berkurang 0,031.
4.1.3 Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji asumsi klasik
didapat bahwa data tersebut memenuhi
syarat untuk dilakukan pengujian hipotesis
yang telah dibuat. Langkah selanjutnya
peneliti akan menguji hipotesis yang
ditetapkan dengan uji F dan uji t.
1. Uji F (Simultan)
Uji f dilakukan untuk melihat
pengaruh variabel bebas secara bersamasama atau simultan terhadap variabel
terikat. Untuk mengetahui signifikan atau
tidak pengaruh secara bersama-sama
variabel bebas terhadap variabel terikat
maka digunakan probability sebesar 5% (α =
0,05)

.
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Anova atau Uji F
NOVAa
odel

um of Squares
Regression

Df

Mean Square

1.004

2

.502

Residual

16.563

72

.230

tal

17.567

74

F

Sig.
2.182

.120b

Dependent Variable: PROFITABILITAS
Predictors: (Constant), LIKUIDITAS, MANAJEMEN MODAL KERJA

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan
pada tabel 4.9 diketahui nilai sig untuk
variabel manajemen modal kerja dan
likuiditas sebesar 0,120. ini menunjukan
bahwa nilai signifikansi lebih besar dari
0,05 atau 0,120 > 0,05.
Sedangkan
F
tabel
dihitung
menggunakan rumus df1=(k-1), df2=(n-k).
Dimana : k : adalah jumlah variabel bebas
n : adalah jumlah sampel
Maka didapat hasil df1 (3-1)=2 dan
df2 (75-3)=72 dengan α 5% adalah 3.12.

Dengan demikian didapat Fhitung < Ftabel
atau (2,182 < 3,12), sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel manajemen
modal dan likuiditas tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas.
2.Uji T (Parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui
pengaruh
masing-masing
variabel
independen yang terdiri atas manajemen
modal kerja dan likuiditas terhadap
profitabilitas.

26

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
Tabel 4.14
Hasil Uji Hipotesis Statistik t (Parsial)
odel

Constant)

Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
-.351

.088

ANAJEMEN
MODAL
-.181
KERJA
IKUIDITAS
.031
Dependent Variable: PROFITABILITAS
Sumber: Data yang telah diolah

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan
pada tabel 4.10 diketahui nilai sig untuk
variabel manajemen modal kerja sebesar
0,044. ini menunjukan bahwa nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 0,044
< 0,05 dan t hitung < t tabel atau -2,046 <
1,993. Dan dari tebel juga didapat nilai sig
untuk variabel likuiditas sebesar 0,872. ini
menunjukan bahwa nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 atau 0,872 > 0,05 dan t
hitung < t tabel atau 0,162 < 1,993.
Sedangkan
t
tabel
dihitung
menggunakan rumus df = (n-k1).
Dimana :
k : adalah jumlah variabel bebas
n : adalah jumlah sampel.
Maka didapat hasil df (75-2-1)=72
dengan α
5% adalah 1,993.Dengan
demikian dapat disimpulkan variabel
manajemen modal kerja berpengaruh
negatif signifikan terhadap profitabilitas
dan variabel likuiditas tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh variabel manajemen
modal kerja dan likuiditas secara
simultan terhadap profitabilitas.
Berdasarkan hasil analisis regresi
melalui uji simultan ternyata variabel
manajemen modal kerja dan likuiditas tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE),
hal ini dapat dilihat dari hasil uji F hasil
pengolahan
data
output
regresi
menunjukkan nilai F-hitung < F-tabel
(2,182 < 3,12). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel manajemen modal kerja dan
likuiditas secara bersama-sama atau
simultan tidak berpengaruh terhadap

T

Sig.

-3.969

.000

.088

-.236

-2.046

.044

.192

.019

.162

.872

profitabilitas. Hasil penelitian secara
keseluruhan mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Aris Setia Noor dan Eva
Larasati yang menyatakan bahwa variabel
manajemen modal kerja dan likuiditas tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas, tetapi
bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wawan Setiawan, Aulia
Rahma dan Ricki Wijaya yang menyatakan
bahwa variabel manajemen modal kerja dan
likuiditas
berpengaruh
terhadap
profitabilitas.
4.2.1 Pengaruh variabel
manajemen
modal kerja dan likuiditas secara
parsial terhadap profitabilitas.
Berdasarkan hasil pengujian secara
parsial menggunakan uji t, dapat diketahui
pengaruh
masing-masing
variabel
independen terhadap variabel dependen
sebagai berikut:
1. Pengaruh manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas
Dari hasil pengujian hipotesis
pertama yang dilakukan secara parsial,
diketahui bahwa variabel manajemen modal
kerja berpengaruh negatif signifikan
terhadap profitabilitas (ROE), terbukti dari
hasil uji parsial nilai sig= 0,044 lebih kecil
dari 0,05 atau 0,044 < 0,05 dan t-hitung <
t-tabel (-2,046 < 1,993) maka Ho ditolak
dan H1 diterima dan koefisien β bernilai
negatif sebesar -0,181, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel manajemen
modal kerja berpengaruh negatif signifikan
terhadap profitabilitas. Dari hasil analisis
regresi koefisien β yang bertanda negatif
artinya semakin tinggi manajemen modal
kerja maka akan menurunkan tingkat
profitabilitas perusahaan.
27

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
Penyebab manajemen modal kerja
berpengaruh negatif pada perusahaan
pertambangan sektor batubara yang
terdafatar di Bursa Efek Indonesia, pertama
perusahaan belum menggunakan modal
kerja secara efisien, kemudian yang kedua
kurangnya pengawasan dari perusahaan
akan pentingnya manajemen modal kerja
untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan
pengelolaan investasi yang efektif akan
berpengaruh besar terhadap laba yang
dihasilkan. Maka dari itu diharapkan bagi
perusahaan yang bersangkutan diharapkan
ditahun-tahun
kedepan
dapat
lebih
meningkatkan lagi dalam efektifitasnya
mengelola manajemen modal kerja, apabila
ditiap tahun terus meningkat maka hal
seperti itulah yang sangat memberikan
suatu untuk mencapai tujuan dari
perusahaan. Hasil penelitian ini juga
didukung oleh penelitian Aulia Rahma,
wawan Setiawan dan Aris Setia Noor yang
menunjukkan bahwa manajemen modal
kerja berpengaruh
negatif terhadap
profitabilitas, tetapi bertentangan dengan
penelitian Ricki Wijaya dan Eva Larasti
yang menyatakan bahwa manajemen modal
kerja
tidak
berpengaruh
terhadap
profitabilitas.
2. Pengaruh
likuiditas
terhadap
profitabilitas
Dari hasil pengujian hipotesis
pertama yang dilakukan secara parsial,
diketahui bahwa variabel likuiditas tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE).
Hal ini ditunjukkan dari niali sig 0,872 yang
lebih besar dari 0,05 atau 0,872 > 0,05 dan
t-hitung < t-tabel (0,872 < 1,993), maka H0
diterima dan H1 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel likuiditas tidak
mempunyai pengaruh tehadap profitabilitas
perusahaan.
Penyebab likuiditas tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas pada perusahaan
pertambangan sektor batubara yang
terdaftar di bursa efek Indonesia
dikarenakan tingkat likuiditas yang
dihasilkan perusahaan jauh dari standar
industri serta kelalaian manajemen dalam
menjalankan usahanya kemudian sebab

lainnya, pihak manajemen perusahaan tidak
menghitung rasio keungan yang diberikan
sehingga
tidak
mengetahui
bahwa
sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam
keadaan tidak mampu lagi karena nilai
hutangnya lebih tinggi dari harta lancarnya.
Sebaiknya perusahaan harus dituntut lebih
meningkatkan
dalam
pengelolaan
efektivitas dalam memenuhi kewajibannya
hal tersebut akan memeberikan jaminan
bagi pihak kreditor untuk memeberikan
pinjaman dan memberikan keyakinan para
investor, distributor dan masyarakat untuk
berinvestasi keperusahaan. Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian Aris Setia
Noor, Ricki Wijaya dan Eva Larasati yang
menunjukkan bahwa likuiditas tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas, tetapi
bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wawan Setiawan dan Aulia
Rahma yang menyatakan bahwa likuiditas
berpengaruh terhadap profitabilitas.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang
telah dilakukan dan didasari oleh hipotesis
dalam penelitian ini, maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen modal kerja dan likuiditas
tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
pada perusahaan pertambangan sektor
batubara yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2009-2013.
2. Manajemen modal kerja berpengaruh
negatif signifikan terhadap profitabilitas
pada perusahaan pertambangan sektor
batubara yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2009-2013 dan
likuiditas tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas pada perusahaan pada
perusahaan
pertambangan
sektor
batubara yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2009-2013.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian
yang telah diuraikan, maka beberapa saran
yang dapat dikemukakan peneliti antara
lain:
28

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
1. Bagi perusahaan agar pihak manajemen
dapat mengelola modal kerja dan
likuiditas sebaik mungkin untuk
meningkatkan profitabilitas perusahaan.
2. Pada penelitian yang akan datang
diharapkan agar dapat memfokuskan
penelitiannya pada perusahaan sektor
industri
tertentu
untuk
dapat
membandingkan
seberapa
besar
pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen pada jenis-jenis
perusahaan tertentu dan Peneliti juga
dapat mengembangkan dan memperluas
dengan cara memperpanjang periode dan
menembahkan
variabel
penelitian
sehingga mendapatkan hasil penelitian
yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Rahma, 2009. Analisis Pengaruh
Manajemen Modal Kerja terhadap
Profitabilitas Perusahaan. (Studi
Pada Perusahaan Manufaktur PMS
dan PMDN Yang Terdaftar di BEI
Periode : 2004-2008). Jurnal.
Aris, Setia, Noor, 2012. Analisis Efisiensi
Modal Kerja, Likuiditas dan
Solvabilitas terhadap Profitabilitas.
(Studi Kasus Pada Industri Barang
Konsumsi
Di
Bursa
Efek
Indonesia). Jurnal Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al
Banjary Banjarmasin.
Danang, Sunyoto, 2013.a. Analisis Laporan
Keuangan untuk Bisnis. Yogyakarta
: Penerbit CAPS (Center of
Academic Publishing Service).
Danang, Sunyoto, 2013.b. Metodologi
Penelitian
Akuntansi.
Cetakan
Kesatu, Mei 2013, Penerbit PT
Refika Aditama
Eva, Larasati, 2012. Pengaruh Modal Kerja
terhadap Profitabilitas Studi Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal.
Universitas
Tadulako:

Fakultas
Ekonomi
Jurusan
Akuntansi.
Imam, Ghozali, 2005. Analisis Multivariate
dengan Program SPSS. Semarang:
Edisi
Ketiga,
Universitas
Diponegoro.
Irham, Fahmi, 2012. Analisis Kinerja
Keuangan. Bandung : Penerbit
Alfabeta.
Kasmir, 2013. Analisis Laporan Keuangan.
Jakarta: Edisi Pertama, Cetakan
Keenam, Penerbit PT. RajaGrafindo
Persada.
Rahmini Hadi, dan Parno, 2011 Manajemen
Keuangan (Konsep Teori dan
Praktiknya di Sekolah dan Pondok
Pesantren). Purwokerto : Penerbit
STAIN Press.
Ricky, Wijaya, 2012. Analisis Manajemen
Modal kerja Terhadap Profitabilitas
Emitmen LQ-45 Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal.
R.rr, Ken Berlian, Kautsari, 2012.
Pengaruh Manajemen Modal Kerja
Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Rokok Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Jurnal.
Universitas
Brawijaya : Fakultas Ekonomi.
S, Munawir, 2012. Analisa Laporan
Keuangan.
Yogyakarta:
Edisi
Keempat, Cetakan Keenam Belas,
Penerbit Liberty Yogyakarta.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Penerbit CV. Alfabeta.
Sugiyono, 2013.b Stastika untuk Penelitian.
Bandung : Penerbit CV. Alfabeta.
Wawan, Setiawan 2012. Pengaruh Efisiensi
Modal Kerja dan Likuiditas
terhadap
Profitabilitas
Pada
Perusahaan Industri Otomotif dan
Komponen Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal. Universitas
Maritim Raja Ali Haji: Fakultas
Ekonomi.
http:
www.idx.co.id,
Laporan Keuangan Perusahaan Yang
Terdaftar di BEI. Internet. (Diakses
Tanggal 8 Maret 2014).
29

Jurnal Akuntanika, No. 1 , Vol. 2, Juli- Desember 2015
http://www.google.com/#q=Pengaruh
+
Manajemen + Modal + Kerja.
Internet.
(Diakses Tanggal 10
Maret 2014).

http://

30

junaidichaniagago.wordpress.com.
Titik Persentase Distribusi F.
(Diakses Tanggal 17 Juli 2014).