Bab V Tugas Tugas Lainnya ok

(1)

BAB V

TUGAS TUGAS LAINNYA

V.1 Tugas Pembantuan (BOK, Penyehatan Lingkungan, dan Bina Upaya Kesehatan)

1. Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) a. Latar Belakang

Menurut Undang Undang Dasar pasal 28 H ayat 1, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh agar terwujud masyarakat sehat, mandiri dan berkeadilan. Dalam pasal 34 disebutkan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak salah satunya diwujudkan dengan pembangunan Puskesmas dan jaringannya.

Puskesmas dan jaringannya sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan yang bertanggung jawab di wilayah kerjanya, saat ini keberadaannya cukup merata, namun demikian masih terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh Puskesmas dan jaringannya, antara lain adalah keterbatasan biaya operasional untuk pelayanan kesehatan. Beberapa pemerintah daerah mampu mencukupi kebutuhan biaya Operasional kesehatan Puskesmas di daerahnya, tidak sedikit pula pemerintah daerah yang masih sangat terbatas dalam hal alokasi biaya operasional Puskesmas.

Untuk mempercepat pencapaian sasaran-sasaran pembangunan kesehatan di Indonesia, Kementrian Kesehatan melakukan terobosan melalui berbagai upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Satu diantaranya adalah Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). BOK diharapkan dapat berkontribusi


(2)

untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan, utamanya melalui kegiatan promotif dan preventif, sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan dengan fokus pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.

Penyediaan dana BOK bagi Puskesmas dan jaringannya, Poskesdes dan Posyandu, telah memasuki tahun ketiga. Untuk mengurangi kendala yang dihadapi dalam penyaluran dana BOK, maka sejak tahun 2013 dilakukan perubahan mekanisme penyaluran dana, yaitu semula melalui mekanisme Bantuan Sosial diubah menjadi mekanisme Tugas Pembantuan. Disamping itu pengelola BOK di Provinsi dan Kabupaten/Kota tahun 2013 diintegrasikan dengan pengelolaan Jamkesmas dan Jampersal agar pemanfaatan dananya memberikan daya ungkit yang besar dalam pencapaian MDGs.

Hasil pelaksanaan kegiatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun anggaran 2014 harus dapat didokumentasikan, sejak dari penetapan alokasi dana, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan yang dihimpun dalam laporan tahunan penyelenggaraan Bantuan Operasional Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat.

b. Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan dana BOK ini, diantaranya adalah :

1. Menyediakan dukungan biaya untuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat;

2. Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas, terutama dalam perencanaan tingkat Puskesmas dan lokakarya mini Puskesmas;


(3)

3. Meningkatkan upaya untuk menggerakkan potensi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan;

4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan yang bersifar promotif dan preventif yang dilakukan Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu.

c. Alokasi Dana BOK Puskesmas

Besaran alokasi dana program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Kabupaten Lombok Barat tahun anggaran 2014 sebesar Rp4.374.800.000,- yang dipergunakan untuk Puskesmas sebesar Rp4.000.000.000,- serta dana operasional dan manajemen tim pengelola BOK Kabupaten Lombok Barat sebesar Rp374.800.000,-.

Alokasi Dana Bantuan Operasional Kesehatan untuk Puskesmas dan jaringannya tahun 2014 ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk, dengan perhitungan jumlah alokasi dana BOK Puskesmas dibagi jumlah Penduduk Lombok Barat, sehingga diperoleh unit cost per penduduk sebesar Rp6.667. Penetapan alokasi dana BOK Puskesmas dilakukan dengan mengalikan jumlah penduduk di wilayah Puskesmas dengan unit cost per penduduk sehingga diperoleh alokasi dana BOK tiap-tiap Puskesmas. Setelah alokasi dana BOK tiap-tiap Puskesmas diperoleh, maka selanjutnya dibuatkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tentang Alokasi Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas Kabupaten Lombok Barat tahun 2014.

d. Proses Perencanaan

Proses perencanaan kegiatan program Bantuan Operasional Kesehatan adalah sebagai berikut :


(4)

masing-berdasarkan focussing program Dinas Kesehatan, target SPM bidang kesehatan dan target MDGs 2015.

2. Pembahasan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dalam Mini Lokakarya bulanan Puskesmas untuk menilai apakah RUK yang diajukan sesuai dengan : focussing program, target SPM bidang dan target MDGs tahun 2015.

3. Penyusunan Plan Of Action (POA) program BOK Puskesmas berdasarkan kesepakatan dalam pembahasanan RUK menjadi Usulan Kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan dalam Plan Of Action.

4. Plan Of Action Puskesmas yang sudah selesai dipresentasikan dihadapan Tim Pengelola program BOK Kabupaten untuk mendapatkan masukan, arahan dan persetujuan.

5. Perbaikan Plan of Action (POA) program BOK Puskesmas berdasarkan masukan, arahan dari Tim Pengelola BOK Kabupaten.

6. Koreksi akhir Plan of Action oleh koordinator Tim verifikasi program Bantuan Operasional Kesehatan pada Bidang Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (BPJK) Dinas Kesehatan Kabupaten lombok Barat.

7. Penandatangan Plan of Action (POA) Puskesmas oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, selaku penanggung jawab Tim pengelola program Bantuan Operasional Kesehatan.

Setelah Plan of Action (POA) tahunan Puskesmas ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan maka Puskesmas membuat Plan Of Action Bulanan, yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanakan kegiatan program Bantuan Operasional Kesehatan di Puskesmas dan jaringan.

e. Proses Penyaluran dan Pertanggungjawaban Dana BOK

Proses penyaluran dana BOK Puskesmas dari bulan Januari sampai bulan Desember 2014 melalui mekanisme penarikan SPM


(5)

LS. Sedangkan dana Kabupaten mekanisme penyalurannya melalui UP dan TUP. Kelengkapan dokumen yang dibutuhkan dalam penyaluran dana BOK melalui mekanisme UP/TUP adalah : 1). SPTB; 2). Lampiran SPTB yaitu Kuitansi/Tanda bukti Pengeluaran; 3). Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir oleh PPK/ Pejabat yang ditunjuk dan KPPN, untuk transaksi yang menurut ketentuan harus dipungut PPN dan PPH). Sedangkan untuk kelengkapan dokumen LS kepada Puskesmas adalah : 1). POA; 2). Copy buku rekening; 3). SK Alokasi dana Puskesmas; 4). Surat Perikatan/Perjanjian antara PPK dengan Kepala Puskesmas; 5). SPTB.

Pertanggungjawaban penggunaan dana BOK mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 59 Tahun 2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan tahun 2013.

f. Pemanfaatan Kegiatan.

Pemanfaatan dana BOK di Puskesmas dan jaringannya dipergunakan untuk kegiatan upaya kesehatan yang bersifat Promotif dan Prefentive di Puskesmas dan jaringannya serta poskesdes dan Posyandu. Selain itu dana BOK juga dialokasikan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mendukung pelaksanaan manajemen BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Ruang lingkup kegiatan BOK meliputi :

1). Kegiatan di Puskesmas

a). Upaya Kesehatan di Puskesmas

Upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas melalui dana BOK meliputi:

- Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana; - Imunisasi;

- Perbaikan Gizi Masyarakat; - Promosi Kesehatan;

- Kesehatan Lingkungan; - Pengendalian Penyakit.


(6)

b). Kegiatan Penunjang Upaya Kesehatan

Kegiatan penunjang upaya kesehatan merupakan kegiatan dalam rangka mendukung upaya kesehatan dan penyelenggaraan manajemen BOK di Puskesmas yang antara lain meliputi :

- Kegiatan di Poskesdes dan Posyandu; - Pengelolaan administrasi BOK;

- Survey Mawas Diri (SMD) dan pendampingan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD);

- Rapat koordinasi dengan lintas sektor, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan/ atau kader kesehatan;

- Orientasi kader kesehatan dan/atau tokoh masyarakat; - Penyuluhan kesehatan pada kelompok masyarakat; - Studi banding anatar Puskesmas.

c) Manajemen Puskesmas

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan di Puskesmas secara optimal, tepat sasaran, efisien dan efektif perlu dilaksanakan manajemen Puskesmas yang mencakup: - Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1);

- Penggerakan Pelaksanaan (P2) melalui Lokakarya Mini Puskesmas;

- Pengawasan Pengendalian dan Penilaian (P3).

Pemanfaatan dana untuk kegiatan manajemen Puskesmas sebagaimana disebutkan diatas yang dapat dibiayai dari BOK meliputi :

- Biaya pembelian ATK dan penggandaan bahan;

- Biaya transport dan konsumsi untuk peserta rapat dalam rangka P1, P2, P3 sesuai ketentuan yang berlaku;

- Biaya petugas Puskesmas untuk mengikuti Orientasi manajemen BOK di Kabupaten/Kota (biaya transport dan akomodasi, dan uang saku) sesuai ketentuan yang berlaku; - Biaya transportasi dan/atau biaya Pos untuk pengiriman

laporan ke dinas Kesehatan kabupaten/Kota;

- Biaya transportasi dalam rangka konsultasi kegiatan BOK di Lingkup/ wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.


(7)

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas dan jaringannya, maksimal 10% dari dana alokasi BOK di Puskesmas dapat dimanfaatkan untuk menyediakan barang penunjang upaya kesehatan di Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu, barang penunjang upaya kesehatan tersebut meliputi:

- Pemeliharaan ringan Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu termasuk ongkos tukang;

- Barang penunjang untuk upaya penyuluhan : Pencetakan dan penggandaan media KIE dan bahan untuk interaksi penyuluhan kepada masyarakat;

- Barang fisik yang tidak menimbulkan aset tetap. 2). Kegiatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Dana BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat digunakan untuk membiayai kegiatan manajemen yang meliputi:

a). Perencanaan

- Pertemuan sosialisasi BOK tingkat Kabupaten/Kota; - Pertemuan koordinasi perencanaan BOK tingkat

Kabupaten/Kota (misal rapat koordinasi perencanaan, Rekapitulasi RPK/POA Puskesmas, Orientasi manajemen BOK bagi Puskesmas dll).

b). Pelaksanaan

- Perjalanan Dinas Petugas dari Tim Pengelola BOK tingkat Kabupaten/ Kota dalam rangka koordinasi dengan kanwil DJPB dan KPKN terkait;

- Pertemuan pembinaan dan penggerakan manajemen BOK (misal rapat koordinasi evaluasi, analisis hasil evaluasi, desk verifikasi RPK/ POA Puskesmas, Verifikasi pertanggung jawaban keuangan dll).

c). Monitoring dan Evaluasi

- Perjalanan petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan


(8)

Posyandu (misal mengikuti Lokakarya Mini Puskesmas, Pembinaan dan pemantauan BOK, dll);

- Penyusunan dan pengiriman laporan ke Dinas Kesehatan Provinsi.

g. Pencapaian Program

Pencapaian program berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan program BOK di Kabupaten Lombok Barat tahun anggaran 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel V.1. Persentase Capaian Program (SPM) Tahun 2012 s/d 2014

Indikator 2012 2013 2014 Target2014 1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4. 90,03 96,30 90,21 95

2 Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani. 104,24 111,81 99,99 80

3

Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

83,84 89,64 90.42 90

4 Cakupan pelayanan Ibu Nifas 81,48 95,54 89.01 90

5 Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani 51,88 49,87 100,00 80

6 Cakupan kunjungan bayi. 97,77 99,14 90.12 90

7

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI).

90,98 95,08 98,36 100

8 Cakupan pelayanan anak balita. 54,35 72,90 77.30 90

9

Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia

6-24 bulan keluarga miskin. 2,76 #DIV/0! 3.18 100 10 Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan 100,00 100,00 100 100

11 Cakupan penjaringan kesehatansiswa SD dan setingkat 88,09 90,07 91,48 100

12 Cakupan peserta KB Aktif


(9)

13 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit A.

Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15

tahun 2,633 3,141 3,141 100

B. Penemuan Penderita Pneumonia Balita 89,66 108,25 85,74 100

C. Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif 38,52 41,20 41,63 100

Indikator 2012 2013 2014 Target2014 D. Penderita DBD yang Ditangani 100,00 100 100 100

E. Penemuan Penderita Diare 122,04 116,93 108,77 100

14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 79,53 98,62 - 100

15

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat

miskin 2,76 3,30 4.75 100

16

Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota.

100,00 100 100 100

17

Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam

100,00 100,00 - 100

18 Cakupan Desa Siaga Aktif 100,00 100,00 100 80

h. Realisasi Keuangan

Laporan Realisasi belanja Negara Satuan kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat (024.03.239238 TP) pada Per 31 Desember tahun 2014 adalah sebesar Rp4.343.479.000,- atau 99,30% dari yang dianggarkan DIPA Tahun 2014 sebesar Rp4.374.800.000,- dengan perincian per output/keluaran sebagai berikut :

Tabel V.2. Realisasi Keuangan dan Fisik Dana BOK Tahun 2014


(10)

2. Program Penyehatan Lingkungan (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat - PAM-STBM)

a. Latar Belakang

Salah satu aksi nyata dalam program penyehatan lingkungan yang disesuaikan dengan rencana strategis Kementerian Kesehatan serta dalam upaya pencapaian target MDG’s adalah peningkatan penyediaan air minum, sanitasi, meningkatkan perilaku higienis masyarakat dengan tujuan utama untuk menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air dan lingkungan.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/VI/ 2010 tentang Tata Laksana Pengawas-an Kualitas Air Minum PROGRAM/KEGIATAN PAGU REALISASI FISI

K

PAGU Rp. % %

Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

1. Bantuan Operasional

Kesehatan 4.165.120.000 4.140.280.000 99.40 2. Perencanaan BOK 64.248.000 60.288.000 93.8 4 3. Dokumen Monitoring dan

Evaluasi BOK 82.400.000 82.400.000 100 4. Laporan

Kegiatan/Sosialisasi/

Pembinaan 63.032.000 61.361.000

97,3 5


(11)

Pengawasan ini berlaku untuk internal pengelola air minum dan eksternal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Kantor Kesehatan Pelabuhan. Peraturan perundangan tersebut di atas menjadi acuan bagi Kementerian Kesehatan cq Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan untuk membuat upaya-upaya yang bersifat kegiatan di lapangan serta berdampak langsung bagi masyarakat. Salah satunya yaitu peningkatan kualitas air minum masyarakat melalui pendanaan untuk rehabilitasi sarana air minum yang bukan jaringan perpipaan (BJP).

Implementasi kebijakan diatas adalah dengan dibangunnya sarana air minum dan sanitasi pondok pesantren dengan tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap kualitas sarana air yang memenuhi syarat kesehatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di desa dan pondok pesantren.

b. Dasar Hukum

1). UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

2). PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Pemerintah Propinsi sebagai Daerah Otonom;

3). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/ IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum;

4). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/MENKES/PER/ VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum;

5). Permenkes Nomor 922/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota Bidang Kesehatan.


(12)

Kegiatan ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya :

1). meningkatkan akses masyarakat terhadap kualitas sarana air yang memenuhi syarat kesehatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat;

2). meningkatkan akses masyarakat terhadap kualitas sarana sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan yang dimanfaatkan oleh pondok pesantren.

d. Alokasi Anggaran

Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk menunjang kegiatan ini adalah sebesar Rp. 1.180.275.000,-.

e. Realisasi Program/Kegiatan

Realisasi Keuangan s/d 31 Desember 2014 sebesar Rp1.069.113.650,- (90,58%) dengan capaian Fisik mencapai 100 %. Realisasi Keuangan Mencapai 90,58 % disebabkan karena :

1) Realisasi Kontrak Konstruksi Teknologi Tepat Guna Sarana Air Minum dan Perbaikan Sarana Sanitasi Pondok Pesantren dengan realisasi Rp914.621.650,- (89,84%) dari Pagu Dana sejumlah Rp1.018.000.000,- ;

2) Dokumen Pelaksanaan Peningkatan Akses Air Minum realisasi Rp0,- (0%) dari Pagu Dana berjumlah Rp3.260.000,- (tidak terpakai);

3) Laporan Keuangan dan BMN realisasi Rp7.760.000,- (90%) dari total Pagu Dana Rp8.560.000,- dengan realisasi riel biaya perjalanan selama 10 Bulan, sesuai terbitnya DIPA


(13)

per 05 Desember 2013 dan revisi terakhir tanggal 22 September 2014 ) ;

4) Dokumen Penunjang Manajemen Program PL Realisasi Rp46.280.000,- (100%) Realisasi Riil Honorarium Pengelola Program selama 10 Bulan (Sesuai terbitnya DIPA per 05 Desember 2013 dan revisi terakhir tanggal 22 September 2014) dari Pagu Dana Rp46.280.000,- ;

5) Dokumen Pelaksanaan Tempat-tempat Umum, Realisasi Rp71.518.000,- (95%) dari Pagu Dana sejumlah Rp75.175.000,- ;

6) Dokumen Pelaksanaan Pengawasan Kualitas Air, Realisasi 6.500.000,- (100%) dari Pagu Dana sebanyak Rp. 6.500.000,- ;

7) Pemicuan Desa STBM, realisasi Rp. 22.500.000,- (100%) dari Pagu Dana sejumlah Rp. 22.500.000,- .

f. Lingkup Lokasi

1) Kecamatan Narmada, meliputi : Desa Selat (Pondok Pesantren) dan Desa Buwun Sejati (TTG);

2) Kecamatan Kediri, meliputi : Desa Kediri Selatan (Pontren) 3) Kecamatan Gerung, meliputi : Kelurahan Dasan Geres

(Pontren)

4) Kecamatan Kuripan, meliputi : Desa Kuripan Utara (Pontren)

5) Kecamatan Gunungsari, meliputi : Desa Gunungsari (Pontren) dan Desa Bukit Tinggi (TTG)

6) Kecamatan Lingsar, meliputi : Desa Giri Madia (TTG)


(14)

1) Pengesahan DIPA, yaitu DIPA turun tanggal 5 Desember 2013, namun direvisi sebanyak 3 (tiga) kali, dimana revisi terakhir tanggal 22 September 2014;

2) Pelaksanaan Konstruksi TTG Sarana Air Minum dan Sarana Sanitasi di Pondok Pesantren baru bisa melaksanakan tender pada bulan Oktober dan pelaksanaan konstruksi baru dimulai bulan Oktober berakhir sampai dengan tanggal 04 Desember 2014. Keterlambatan ini juga disebabkan karena DIPA revisi terlambat turun, sehingga tender baru dilakukan setelah DIPA revisi turun yaitu bulan Oktober;

3) Realisasi Keuangan tudak bisa mencapai 100% disebabkan karena ada dana yang tidak terpakai dan pencairan dana disesuaikan dengan biaya riil terutama pada perjalanan dinas paket meeting luar kota.

h. Solusi

1) Koordinasi dengan pihak ketiga utk mempercepat kegiatan dilapangan dan konsultasi ke propinsi dan pusat berkaitan dengan permasalahan tersebut diatas.

2) Bimtek dan pembinaan ke Lapangan, lokasi Teknologi Tepat Guna Sarana Air Minum (TTG-SAM) dan Perbaikan Sarana Sanitasi Pondok Pesantren

3. Program Bina Upaya Kesehatan a. Latar Belakang

Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu dari 10 Kabupaten/Kota di Provinsi NTB dengan luas wilayah 1053,92 Km2 atau 105.392 Ha. Secara administratif Kabupaten Lombok


(15)

Barat terdiri atas 10 wilayah kecamatan, dengan 122 desa dan terdapat 699 dusun. Kecamatan terluas adalah wilayah kecamatan sekotong tengah dengan luas 529.4 km2 atau lebih dari separuh keseluruhan. Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2013 adalah sebanyak 637.172 jiwa.

Kualitas sumber daya manusia yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Lombok Barat masih rendah bila dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Saat ini kondisi IPM Kabupaten Lombok Barat baru mencapai 67,48 yang tergolong IPM menengah ke bawah dan berada pada ranking 8 diantara 10 kabupaten / kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kesehatan masyarakat merupakan bagian penting dari indeks pembangunan manusia. Permasalahan kesehatan yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat masih cukup besar. Angka kematian bayi, angka kematian ibu dan umur harapan hidup yang merupakan indikator hasil akhir dari status kesehatan masyarakat, masih belum sesuai dengan harapan.

Berdasarkan laporan surveilans, jumlah kematian bayi di Kabupaten Lombok Barat tahun 2011 berjumlah 140 orang, tahun 2012 berjumlah 139 orang dan tahun 2013 berjumlah 90 orang. Penyebab kematian bayi lebih banyak disebabkan oleh BBLR, aspiksia, cacat bawan, penyakit infeksi dan penyebab lainnya.

Jumlah absolut kematian ibu di Kabupaten Lombok Barat berdasarkan hasil surveilance yaitu sebanyak 12 orang pada tahun 2011, menurun pada tahun 2012 menjadi 8 orang dan tahun 2013 meningkat lagi menjadi 10 orang. Penyebab kematian ibu kontributornya paling tinggi masih disebabkan karena perdarahan, namun trendnya meningkat dari tahun sebelumnya.

Sampai dengan saat ini di Kabupaten Lombok Barat masih tinggi penyakit penyakit menular berpotensial wabah yang terjadi.


(16)

Beberapa penyakit yang masih menjadi masalah antara lain malaria, Demam berdarah, TB Paru, diare, ISPA, Chikungunya dan HIV AIDS. Tingginya kasus penyakit menular ini tidak terlepas dari buruknya kualitas lingkungan pemukiman, kurangnya ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana sanitasi air bersih dan jamban keluarga.

Terjadinya permasalahan kesehatan tidak terlepas dari akses dan mutu pelayanan kesehatan yang tersedia. Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sangat tergantung pada ketersediaan dan kondisi sarana dan prasarana pelayanan kesehatan. Sampai dengan tahun 2013 ketersediaan sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat belum memadai.

Salah satu sarana pendukung pendekatan akses dan mutu pelayanan kesehatan adalah ketersedian sarana transportasi yang cukup dan memadai, berupa kendaraan yang dipergunakan khusus untuk Puskesmas Keliling dengan berbagai tipe menyesuaikan dengan topografi masing-masing wilayah. Kondisi saat ini, Puskesmas Keliling di Kabupaten Lombok Barat sangat memprihatinkan. Dari 17 unit Puskesmas Keliling yang ada di 17 Puskesmas, 6 unit diantaranya dalam kondisi rusak berat dan tidak layak operasional, sedangkan beberapa lainnya juga dalam kondisi rusak sedang sehingga saat ini secara bertahap dibutuhkan pengganti yang layak untuk operasional, terlebih lagi memperhatikan kondisi geografis wilayah Kabupaten Lombok Barat maka dibutuhkan juga jenis Puskesmas Keliling double gardan untuk menjangkau wilayah sulit dan terpencil khususnya di wilayah kerja Puskesmas Sekotong dan Puskesmas Pelangan. Selain itu, untuk memperlancar pelaksanaan rujukan, khususnya rujukan dari Puskesmas Perawatan ke Rumah Sakit maka diperlukan Ambulan transport. Sedangkan untuk melaksanakan pengamanan


(17)

kesehatan pada even-even tertentu dibutuhkan juga ambulan standar yang representatif.

Selama ini belum ada anggaran yang dapat digunakan untuk pengadaan kendaraan khusus Puskesmas Keliling sehingga dicoba untuk mengusulkannya melalui Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2014, dengan harapan semoga semua Puskesmas mempunyai sarana transportasi berupa Puskesmas Keliling yang layak pakai.

b. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN);

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

c. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

d. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan e. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota;

h. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.


(18)

Penerima manfaat kegiatan ini adalah semua penduduk Kabupaten Lombok Barat, terutama bayi, balita, ibu hamil dan lanjut usia serta golongan risiko tinggi lainnya.

d. Strategi Pencapaian Keluaran

1) Metode Pelaksanaan

Proses perencanaan Puskesmas Keliling dilakukan oleh Tim Sarana Prasarana Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat. Pengadaan Puskesmas Keliling dan ambulan akan dilakukan dengan penunjukan langsung berdasarkan standar dari LKPP.

2) Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

a). Kegiatan dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari persiapan (perencanaan, pelelangan), pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pelaporan;

b). Waktu pelaksanaan kegiatan akan dilaksanakan pada periode Oktober sampai Desember 2014.

e. Waktu Pencapaian Keluaran

Pencapaian keluaran yang telah ditetapkan selama tiga bulan, mulai bulan Oktober sampai bulan Desember 2014.

f. Realisasi

Dana yang dialokasikan untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp2.115.000.000,- yang dipergunakan untuk pengadaan 9 paket Puskesmas Keliling untuk 9 Puskesmas. Puskesmas Keliling tersebut dialokasikan untuk 1). Puskesmas Perampuan, 2). Puskesmas Sedau, 3). Puskesmas Pelangan, 4). Puskesmas Kuripan, 5). Puskesmas Penimbung, 6). Puskesmas Banyumulek, 7). Puskesmas Labuapi, 8). Puskesmas Meninting, 9). Puskesmas Jembatan Kembar. Realisasi fisik kegiatan mencapai 100%, sementara realisasi keuangannya sebesar


(19)

Rp2.101.675.500 (99,37%). Dana yang tidak terserap adalah dana sisa tender pengadaan barang.

V.2 Prestasi dan Penghargaan

Beberapa bentuk prestasi dan penghargaan yang telah diperoleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2014, diantaranya adalah : 1. Juara II Tenaga Medis Teladan Tingkat Provinsi NTB, yang diraih

oleh Tenaga Medis dari Puskesmas Sigerongan.

2. Juara II Tenaga Paramedis Teladan Tingkat Provinsi NTB, yang diraih oleh Tenaga Paramedis dari Poskesdes Tanak Beak.

3. Juara I Tenaga Gizi Teladan Tingkat Provinsi NTB, yang diraih oleh Tenaga Gizi dari Puskesmas Dasan Tapen.

4. Juara II Tenaga Kesehatan Masyarakat Teladan Tingkat Provinsi NTB, yang diraih oleh Tenaga Kesehatan Masyarakat dari Puskesmas Gunung Sari.

5. Juara I Puskesmas Berprestasi Kategori Puskesmas Perdesaan Tingkat Provinsi NTB, yang diraih oleh Puskesmas Gunung Sari. 6. Juara II Puskesmas Berprestasi Kategori Puskesmas Daerah

Terpencil Tingkat Provinsi NTB, yang diraih oleh Puskesmas Sekotong.

7. Juara I Lomba Desa PHBS Tingkat Provinsi NTB yang diraih oleh Desa Narmada. Perlu diketahui Kabupaten Lombok Barat telah memenangkan Lomba Desa PHBS tingkat Provinsi NTB ini dalam 2 tahun berturut-turut.

8. Juara I Lomba Pidato Kader Kesehatan Tingkat Provinsi NTB yang diraih oleh Kader Kesehatan dari Desa Dasan Tapen.

9. Bidan Penerima PIN Akino Tingkat Provinsi NTB yang diraih oleh Bidan Desa Badrain Kecamatan Narmada.

10. Bidan Terbaik Nasional dalam seleksi Tenaga Kesehatan dalam Perdesaan Sehat oleh Kementerian Pembangunan Daerah


(20)

Tertinggal yang diraih oleh Bidan Desa dari Poskesdes Tanak Beaq Kecamatan Narmada.

11. Pencapaian desa AKINO dengan rincian sebagai berikut: - Tahun 2014 ini, sebanyak 95,08% desa mencapai AKINO;

- Bahkan Sebanyak 75,41% desa telah mencapai AKINO dalam 4 tahun berturut-turut;

- Sebanyak 81,97% desa tanpa kematian bayi di tahun 2014; - Sebanyak 68,03% desa tanpa kematian bayi dalam 2 tahun


(1)

Barat terdiri atas 10 wilayah kecamatan, dengan 122 desa dan terdapat 699 dusun. Kecamatan terluas adalah wilayah kecamatan sekotong tengah dengan luas 529.4 km2 atau lebih dari separuh keseluruhan. Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2013 adalah sebanyak 637.172 jiwa.

Kualitas sumber daya manusia yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Lombok Barat masih rendah bila dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Saat ini kondisi IPM Kabupaten Lombok Barat baru mencapai 67,48 yang tergolong IPM menengah ke bawah dan berada pada ranking 8 diantara 10 kabupaten / kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kesehatan masyarakat merupakan bagian penting dari indeks pembangunan manusia. Permasalahan kesehatan yang terjadi di Kabupaten Lombok Barat masih cukup besar. Angka kematian bayi, angka kematian ibu dan umur harapan hidup yang merupakan indikator hasil akhir dari status kesehatan masyarakat, masih belum sesuai dengan harapan.

Berdasarkan laporan surveilans, jumlah kematian bayi di Kabupaten Lombok Barat tahun 2011 berjumlah 140 orang, tahun 2012 berjumlah 139 orang dan tahun 2013 berjumlah 90 orang. Penyebab kematian bayi lebih banyak disebabkan oleh BBLR, aspiksia, cacat bawan, penyakit infeksi dan penyebab lainnya.

Jumlah absolut kematian ibu di Kabupaten Lombok Barat berdasarkan hasil surveilance yaitu sebanyak 12 orang pada tahun 2011, menurun pada tahun 2012 menjadi 8 orang dan tahun 2013 meningkat lagi menjadi 10 orang. Penyebab kematian ibu kontributornya paling tinggi masih disebabkan karena perdarahan, namun trendnya meningkat dari tahun sebelumnya.

Sampai dengan saat ini di Kabupaten Lombok Barat masih tinggi penyakit penyakit menular berpotensial wabah yang terjadi.


(2)

Beberapa penyakit yang masih menjadi masalah antara lain malaria, Demam berdarah, TB Paru, diare, ISPA, Chikungunya dan HIV AIDS. Tingginya kasus penyakit menular ini tidak terlepas dari buruknya kualitas lingkungan pemukiman, kurangnya ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana sanitasi air bersih dan jamban keluarga.

Terjadinya permasalahan kesehatan tidak terlepas dari akses dan mutu pelayanan kesehatan yang tersedia. Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sangat tergantung pada ketersediaan dan kondisi sarana dan prasarana pelayanan kesehatan. Sampai dengan tahun 2013 ketersediaan sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat belum memadai.

Salah satu sarana pendukung pendekatan akses dan mutu pelayanan kesehatan adalah ketersedian sarana transportasi yang cukup dan memadai, berupa kendaraan yang dipergunakan khusus untuk Puskesmas Keliling dengan berbagai tipe menyesuaikan dengan topografi masing-masing wilayah. Kondisi saat ini, Puskesmas Keliling di Kabupaten Lombok Barat sangat memprihatinkan. Dari 17 unit Puskesmas Keliling yang ada di 17 Puskesmas, 6 unit diantaranya dalam kondisi rusak berat dan tidak layak operasional, sedangkan beberapa lainnya juga dalam kondisi rusak sedang sehingga saat ini secara bertahap dibutuhkan pengganti yang layak untuk operasional, terlebih lagi memperhatikan kondisi geografis wilayah Kabupaten Lombok Barat maka dibutuhkan juga jenis Puskesmas Keliling double gardan untuk menjangkau wilayah sulit dan terpencil khususnya di wilayah kerja Puskesmas Sekotong dan Puskesmas Pelangan. Selain itu, untuk memperlancar pelaksanaan rujukan, khususnya rujukan dari Puskesmas Perawatan ke Rumah Sakit maka diperlukan Ambulan transport. Sedangkan untuk melaksanakan pengamanan


(3)

kesehatan pada even-even tertentu dibutuhkan juga ambulan standar yang representatif.

Selama ini belum ada anggaran yang dapat digunakan untuk pengadaan kendaraan khusus Puskesmas Keliling sehingga dicoba untuk mengusulkannya melalui Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2014, dengan harapan semoga semua Puskesmas mempunyai sarana transportasi berupa Puskesmas Keliling yang layak pakai.

b. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN);

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

c. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

d. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan e. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota;

h. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.


(4)

Penerima manfaat kegiatan ini adalah semua penduduk Kabupaten Lombok Barat, terutama bayi, balita, ibu hamil dan lanjut usia serta golongan risiko tinggi lainnya.

d. Strategi Pencapaian Keluaran 1) Metode Pelaksanaan

Proses perencanaan Puskesmas Keliling dilakukan oleh Tim Sarana Prasarana Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat. Pengadaan Puskesmas Keliling dan ambulan akan dilakukan dengan penunjukan langsung berdasarkan standar dari LKPP.

2) Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

a). Kegiatan dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari persiapan (perencanaan, pelelangan), pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pelaporan;

b). Waktu pelaksanaan kegiatan akan dilaksanakan pada periode Oktober sampai Desember 2014.

e. Waktu Pencapaian Keluaran

Pencapaian keluaran yang telah ditetapkan selama tiga bulan, mulai bulan Oktober sampai bulan Desember 2014.

f. Realisasi

Dana yang dialokasikan untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp2.115.000.000,- yang dipergunakan untuk pengadaan 9 paket Puskesmas Keliling untuk 9 Puskesmas. Puskesmas Keliling tersebut dialokasikan untuk 1). Puskesmas Perampuan, 2). Puskesmas Sedau, 3). Puskesmas Pelangan, 4). Puskesmas Kuripan, 5). Puskesmas Penimbung, 6). Puskesmas Banyumulek, 7). Puskesmas Labuapi, 8). Puskesmas Meninting, 9). Puskesmas Jembatan Kembar. Realisasi fisik kegiatan mencapai 100%, sementara realisasi keuangannya sebesar


(5)

Rp2.101.675.500 (99,37%). Dana yang tidak terserap adalah dana sisa tender pengadaan barang.

V.2 Prestasi dan Penghargaan

Beberapa bentuk prestasi dan penghargaan yang telah diperoleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2014, diantaranya adalah : 1. Juara II Tenaga Medis Teladan Tingkat Provinsi NTB, yang diraih

oleh Tenaga Medis dari Puskesmas Sigerongan.

2. Juara II Tenaga Paramedis Teladan Tingkat Provinsi NTB, yang diraih oleh Tenaga Paramedis dari Poskesdes Tanak Beak.

3. Juara I Tenaga Gizi Teladan Tingkat Provinsi NTB, yang diraih oleh Tenaga Gizi dari Puskesmas Dasan Tapen.

4. Juara II Tenaga Kesehatan Masyarakat Teladan Tingkat Provinsi NTB, yang diraih oleh Tenaga Kesehatan Masyarakat dari Puskesmas Gunung Sari.

5. Juara I Puskesmas Berprestasi Kategori Puskesmas Perdesaan Tingkat Provinsi NTB, yang diraih oleh Puskesmas Gunung Sari. 6. Juara II Puskesmas Berprestasi Kategori Puskesmas Daerah

Terpencil Tingkat Provinsi NTB, yang diraih oleh Puskesmas Sekotong.

7. Juara I Lomba Desa PHBS Tingkat Provinsi NTB yang diraih oleh Desa Narmada. Perlu diketahui Kabupaten Lombok Barat telah memenangkan Lomba Desa PHBS tingkat Provinsi NTB ini dalam 2 tahun berturut-turut.

8. Juara I Lomba Pidato Kader Kesehatan Tingkat Provinsi NTB yang diraih oleh Kader Kesehatan dari Desa Dasan Tapen.

9. Bidan Penerima PIN Akino Tingkat Provinsi NTB yang diraih oleh Bidan Desa Badrain Kecamatan Narmada.

10. Bidan Terbaik Nasional dalam seleksi Tenaga Kesehatan dalam Perdesaan Sehat oleh Kementerian Pembangunan Daerah


(6)

Tertinggal yang diraih oleh Bidan Desa dari Poskesdes Tanak Beaq Kecamatan Narmada.

11. Pencapaian desa AKINO dengan rincian sebagai berikut: - Tahun 2014 ini, sebanyak 95,08% desa mencapai AKINO;

- Bahkan Sebanyak 75,41% desa telah mencapai AKINO dalam 4 tahun berturut-turut;

- Sebanyak 81,97% desa tanpa kematian bayi di tahun 2014; - Sebanyak 68,03% desa tanpa kematian bayi dalam 2 tahun