Hubungan Promosi Kesehatan Dan Penatalaksanaan Asuhan Kehamilan Pada Praktek Klinik Lulusan Akademi Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan Tahun 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan ibu dan anak masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia dari hal tingginya angka kematian
ibu (AKI) yakni mencapai 228 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 34 per seribu kelahiran hidup.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develovement Goals/MDG’s 2000) diharapkan AKI menurun dari 228 pada tahun
2007 menjadi 102 per seratus ribu kelahiran hidup untuk tahun 2015 dan AKB menurun dari 34 menjadi 23 per seribu
kelahiran hidup; sedangkan untuk target tahun 2025 masing –masing 74 per seratus ribu dan 15,5 per seribu kelahiran hidup
(Depkes, 2011).
Asuhan kehamilan yang tidak memadai menimbulkan gangguan persalinan langsung dan
dapat menyebabkan
kematian ibu, misalnya perdarahan sebesar 28 %, infeksi 11 % , eklamsia 24 % dan partus macet sebesar 5%. Ketidak lancaran
dalam persalinan ini sangat mungkin diakibatkan kurangnya kesigapan transportasi, tenaga kesehatan atau dukungan keluarga
(Millenium Project, 2005).
Peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan kesehatan, kesejahteraan keluarga dan masyarakat merupakan
suatu upaya yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian maternal dengan perbaikan mutu pelayanan kesehatan dalam
ranah pengetahuan,sikap dan perilaku hidup sehat di masyarakat. Salah satu upayanya adalah
penerapan tatalaksana asuhan
kehamilan.
Melaksanakan asuhan kehamilan oleh ibu hamil merupakan salah satu tahapan penting yang mesti dilakukan menuju
kehamilan yang sehat.
Pemeriksaan kehamilan menurut standar minimal dilakukan sebanyak 4 kali untuk mengetahui
perkembangan kehamilan, kesehatan kandungan, kondisi janin dan merupakan deteksi dini dari kemungkinan komplikasi.Target
1
pencapaian pelayanan asuhan kehamilan (antenatal lcare) menurut Depkes RI (2008) untuk K1 sebesar 92,9% dan K4 sebesar
95% untuk tahun 2010.
Faktor yang berpengaruh dalam pemanfaatan asuhan kehamilan ini adalah faktor penentu (predisposing) yaitu
dukungan keluarga, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan. Faktor peluang (enabling) termasuk diantaranya ketrampilan
petugas kesehatan yang dalam hal ini pengetahuannya dan faktor penguat (reinforcing) termasuk penerapan tatalaksana asuhan
kehamilan oleh petugas kesehatan (Anderson, 1968).
Penatalaksanaan asuhan kehamilan oleh petrugas kesehatan membutuhkan ketrampilan dan pengetahuan.
Pengalaman selama pendidikan membantu untuk memperoleh pengetahuan baru sebagai modal untuk penyesuaian sikap dan
mempermudah memperoleh dan mempraktekkan skill yang bisa merubah status kesehatan. Strategi belajar dilakukan melalui
individu (orang per orang) atau belajar kelompok dengan media elektronik interaktif sehingga berdampak perubahan pada
individu, kelompok dan masyarakat secara umum. Strategi komunikasi massa juga dapat diterapkan melalui pemerataan
pelayanan publik, jaringan berantai, teknik pengenalan ke masyarakat dan strategi lain dalam blok pesan (Fertman et al, 2010).
Untuk tujuan ini menuntut adanya upaya pemanfaatan alumni pendidikan kesehatan seperti para lulusan Akademi
Kebidanan sebagai salah satu bentuk perjuangan yang bermotif sumber daya manusia.
Permasalahan mendasar dalam menyukseskan promosi kesehatan adalah bahwa kesadaran dan pengetahuan
masyarakat sudah memadai tentang kesehatan namun secara praktek atau perilaku belum menuntun kondusifitas kesehatannya.
Hasil kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa faktor pendukung berupa sarana atau prasarana tidak
efektif merubah perilaku hidup sehat masyarakat meskipun kesadaran dan pengetahuannya memadai. Oleh karenanya WHO
berkesimpulan bahwa pendidikan kesehatan juga tidak mampu mencapai tujuannya jika hanya terfokus pada upaya-upaya
perubahan perilaku namun perlu juga perubahan lingkungan. Uraian ini menjelaskan bahwa baik perilaku maupun perubahan
lingkungan namun kesuksesan upayanya tetap bergantung kepada pelaksanaanya sekalipun kesadaran dan pengetahuan sudah
memadai. Situasi yang demikian menutut adanya konsep promosi kesehatan dengan menerapkan aspek pendidikan-pemaksaan.
Konsep ini bisa tercapai dari kemungkinan diterapkannya intervensi subjektif-objektif seimbang seperti diuraikan tadi.
Untuk tujuan keseimbangan konsep diatas perlu ditinjau kembali rangkuman piagam Ottawa (Ottawa Charter)
mengenai strategi promosi kesehatan tentang pelayanan yang berorientasi kesehatan (reorient health service) yang menjelaskan
adanya tanggung jawab bersama antara pihak pemberi pelayanan (provider) dan pihak penerima pelayanan (consumer).
Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan melainkan juga masalah masyarakat sendiri. Hal ini logis
namun untuk kesuksesan promosi kesehatan tetap perlu dikaji ulang sumber daya manusia pemberi pelayanan sekalipun ada
tanggung jawab bersama. Misalnya, kemampuan bidan menguasai keahliannya atau keahlian lain seperti kemampuan kuratif-
promotif dalam praktek asuhan kebidanan pada ibu hamil.
Namun permasalahan selain skill, juga timbul seperti yang dirangkum dalam buku saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan bahwa “ Seringkali informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tidak diterapkan atau
digunakan oleh ibu karena tidak dimengerti atau tidak sesuai dengan kondisi ataupun kebutuhan mereka; dimana hal ini terjadi
karena komunikasi hanya satu arah dari tenaga kesehatan kepada ibu hamil sehingga ibu tidak mendapat dukungan untuk
menerapkan informasi tersebut” (Kemenkes RI. 2013). Dalam komunikasi searah ini tampaknya tidak menerapkan unsur
psikologi dari factor emosional dan factor penilaian atau penghargaan (appraisial).
Para mahasiswi telah mempelajari tentang penatalaksanaan asuhan kehamilan sebagai informasi dari dosen,
bagaimana cara menilai atau menghargai pasien, bagaimana tindakan beserta peralatan medis yang dibutuhkan dan menuntun
kecakapan emosional untuk memberikan pelayanan asuhan kehamilan kepada ibu hamil sebagai material promosi kesehatan
maupun dukungan keahlian terhadap bidan.
Peran Bidan ini perlu digali sejauhmana pengaruh promosi kesehatan dari sudut penatalaksanaan asuhan kehamilan
terhadap kemampuannya memberikan pelayanan asuhan kehamilan bagi ibu hamil. Promosi kesehatan melalui penatalaksanaan
asuhan kehamilan dapat dipraktekkan oleh bidan karena pengetahuannya didukung oleh kompetensi untuk Kebidanan Diploma
III dengan pemberian mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan Kode Bd. 403 dan Asuhan Kebidanan I (Kehamilan)
dengan Kode Bd. 502 (Kemenkes RI, 2013).
Dari survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara kepada salah seorang bidan lulusan yang
membuka praktek klinik pribadi di rumahnya menunjukkan bahwa dukungan informasional dan instrumental lebih menonjol
diperankannya dalam membantu ibu hamil selama kehamilannya; sedang dukungan penilaian dan emosional masih belum jelas
dibedakannya diantara kedua cara ini sebagai suatu bentuk pendekatan promosi kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
sejauhmana dukungkan informasional, instrumental, penilaian dan emosional ini memberi efek bagi bidan lulusan Akademi
Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan dalam menerapkan tatalaksana asuhan kehamilan bagi ibu hamil di praktek klinik
pribadinya.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu: bagaimana hubungan promosi
kesehatan melalui dukungan sosial dari faktor informasional, instrumental, penilaian, emosional dan pengetahuan dengan
penatalaksanaan asuhan kehamilan pada praktek klinik lulusan Akademi Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan tahun 2015.
Selain itu, yang menjadi permasalahan adalah belum diketahui variable dominan yang memberi pengaruh terhadap tindakan
penatalaksanaan bidan dalam asuhan kehamilan ibu.
1.3.Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana hubungan promosi kesehatan dan penatalaksanaan asuhan
kehamilan pada praktek klinik lulusan Akademi Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan tahun 2015.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Sebagai bahan persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi S2 Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
b. Bagi Institusi
Sebagai bahan kajian dan evaluasi bagi Akademi Kebidanan Matorkis
Padangsidimpuan untuk peningkatan
pengetahuan lulusan selanjutnya.
c. Bagi Mahasiswi Kebidanan
Sebagai informasi bagi mahasiswi Akademi Kebidanan akan pentingnya skill promotif-kuratif untuk meningkatkan
peran pelayanan asuhan kehamilan di masyarakat.
d. Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan kajian untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswi
kebidanan pada institusi.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan ibu dan anak masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia dari hal tingginya angka kematian
ibu (AKI) yakni mencapai 228 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 34 per seribu kelahiran hidup.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develovement Goals/MDG’s 2000) diharapkan AKI menurun dari 228 pada tahun
2007 menjadi 102 per seratus ribu kelahiran hidup untuk tahun 2015 dan AKB menurun dari 34 menjadi 23 per seribu
kelahiran hidup; sedangkan untuk target tahun 2025 masing –masing 74 per seratus ribu dan 15,5 per seribu kelahiran hidup
(Depkes, 2011).
Asuhan kehamilan yang tidak memadai menimbulkan gangguan persalinan langsung dan
dapat menyebabkan
kematian ibu, misalnya perdarahan sebesar 28 %, infeksi 11 % , eklamsia 24 % dan partus macet sebesar 5%. Ketidak lancaran
dalam persalinan ini sangat mungkin diakibatkan kurangnya kesigapan transportasi, tenaga kesehatan atau dukungan keluarga
(Millenium Project, 2005).
Peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan kesehatan, kesejahteraan keluarga dan masyarakat merupakan
suatu upaya yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian maternal dengan perbaikan mutu pelayanan kesehatan dalam
ranah pengetahuan,sikap dan perilaku hidup sehat di masyarakat. Salah satu upayanya adalah
penerapan tatalaksana asuhan
kehamilan.
Melaksanakan asuhan kehamilan oleh ibu hamil merupakan salah satu tahapan penting yang mesti dilakukan menuju
kehamilan yang sehat.
Pemeriksaan kehamilan menurut standar minimal dilakukan sebanyak 4 kali untuk mengetahui
perkembangan kehamilan, kesehatan kandungan, kondisi janin dan merupakan deteksi dini dari kemungkinan komplikasi.Target
1
pencapaian pelayanan asuhan kehamilan (antenatal lcare) menurut Depkes RI (2008) untuk K1 sebesar 92,9% dan K4 sebesar
95% untuk tahun 2010.
Faktor yang berpengaruh dalam pemanfaatan asuhan kehamilan ini adalah faktor penentu (predisposing) yaitu
dukungan keluarga, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan. Faktor peluang (enabling) termasuk diantaranya ketrampilan
petugas kesehatan yang dalam hal ini pengetahuannya dan faktor penguat (reinforcing) termasuk penerapan tatalaksana asuhan
kehamilan oleh petugas kesehatan (Anderson, 1968).
Penatalaksanaan asuhan kehamilan oleh petrugas kesehatan membutuhkan ketrampilan dan pengetahuan.
Pengalaman selama pendidikan membantu untuk memperoleh pengetahuan baru sebagai modal untuk penyesuaian sikap dan
mempermudah memperoleh dan mempraktekkan skill yang bisa merubah status kesehatan. Strategi belajar dilakukan melalui
individu (orang per orang) atau belajar kelompok dengan media elektronik interaktif sehingga berdampak perubahan pada
individu, kelompok dan masyarakat secara umum. Strategi komunikasi massa juga dapat diterapkan melalui pemerataan
pelayanan publik, jaringan berantai, teknik pengenalan ke masyarakat dan strategi lain dalam blok pesan (Fertman et al, 2010).
Untuk tujuan ini menuntut adanya upaya pemanfaatan alumni pendidikan kesehatan seperti para lulusan Akademi
Kebidanan sebagai salah satu bentuk perjuangan yang bermotif sumber daya manusia.
Permasalahan mendasar dalam menyukseskan promosi kesehatan adalah bahwa kesadaran dan pengetahuan
masyarakat sudah memadai tentang kesehatan namun secara praktek atau perilaku belum menuntun kondusifitas kesehatannya.
Hasil kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa faktor pendukung berupa sarana atau prasarana tidak
efektif merubah perilaku hidup sehat masyarakat meskipun kesadaran dan pengetahuannya memadai. Oleh karenanya WHO
berkesimpulan bahwa pendidikan kesehatan juga tidak mampu mencapai tujuannya jika hanya terfokus pada upaya-upaya
perubahan perilaku namun perlu juga perubahan lingkungan. Uraian ini menjelaskan bahwa baik perilaku maupun perubahan
lingkungan namun kesuksesan upayanya tetap bergantung kepada pelaksanaanya sekalipun kesadaran dan pengetahuan sudah
memadai. Situasi yang demikian menutut adanya konsep promosi kesehatan dengan menerapkan aspek pendidikan-pemaksaan.
Konsep ini bisa tercapai dari kemungkinan diterapkannya intervensi subjektif-objektif seimbang seperti diuraikan tadi.
Untuk tujuan keseimbangan konsep diatas perlu ditinjau kembali rangkuman piagam Ottawa (Ottawa Charter)
mengenai strategi promosi kesehatan tentang pelayanan yang berorientasi kesehatan (reorient health service) yang menjelaskan
adanya tanggung jawab bersama antara pihak pemberi pelayanan (provider) dan pihak penerima pelayanan (consumer).
Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan melainkan juga masalah masyarakat sendiri. Hal ini logis
namun untuk kesuksesan promosi kesehatan tetap perlu dikaji ulang sumber daya manusia pemberi pelayanan sekalipun ada
tanggung jawab bersama. Misalnya, kemampuan bidan menguasai keahliannya atau keahlian lain seperti kemampuan kuratif-
promotif dalam praktek asuhan kebidanan pada ibu hamil.
Namun permasalahan selain skill, juga timbul seperti yang dirangkum dalam buku saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan bahwa “ Seringkali informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tidak diterapkan atau
digunakan oleh ibu karena tidak dimengerti atau tidak sesuai dengan kondisi ataupun kebutuhan mereka; dimana hal ini terjadi
karena komunikasi hanya satu arah dari tenaga kesehatan kepada ibu hamil sehingga ibu tidak mendapat dukungan untuk
menerapkan informasi tersebut” (Kemenkes RI. 2013). Dalam komunikasi searah ini tampaknya tidak menerapkan unsur
psikologi dari factor emosional dan factor penilaian atau penghargaan (appraisial).
Para mahasiswi telah mempelajari tentang penatalaksanaan asuhan kehamilan sebagai informasi dari dosen,
bagaimana cara menilai atau menghargai pasien, bagaimana tindakan beserta peralatan medis yang dibutuhkan dan menuntun
kecakapan emosional untuk memberikan pelayanan asuhan kehamilan kepada ibu hamil sebagai material promosi kesehatan
maupun dukungan keahlian terhadap bidan.
Peran Bidan ini perlu digali sejauhmana pengaruh promosi kesehatan dari sudut penatalaksanaan asuhan kehamilan
terhadap kemampuannya memberikan pelayanan asuhan kehamilan bagi ibu hamil. Promosi kesehatan melalui penatalaksanaan
asuhan kehamilan dapat dipraktekkan oleh bidan karena pengetahuannya didukung oleh kompetensi untuk Kebidanan Diploma
III dengan pemberian mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan Kode Bd. 403 dan Asuhan Kebidanan I (Kehamilan)
dengan Kode Bd. 502 (Kemenkes RI, 2013).
Dari survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara kepada salah seorang bidan lulusan yang
membuka praktek klinik pribadi di rumahnya menunjukkan bahwa dukungan informasional dan instrumental lebih menonjol
diperankannya dalam membantu ibu hamil selama kehamilannya; sedang dukungan penilaian dan emosional masih belum jelas
dibedakannya diantara kedua cara ini sebagai suatu bentuk pendekatan promosi kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
sejauhmana dukungkan informasional, instrumental, penilaian dan emosional ini memberi efek bagi bidan lulusan Akademi
Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan dalam menerapkan tatalaksana asuhan kehamilan bagi ibu hamil di praktek klinik
pribadinya.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu: bagaimana hubungan promosi
kesehatan melalui dukungan sosial dari faktor informasional, instrumental, penilaian, emosional dan pengetahuan dengan
penatalaksanaan asuhan kehamilan pada praktek klinik lulusan Akademi Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan tahun 2015.
Selain itu, yang menjadi permasalahan adalah belum diketahui variable dominan yang memberi pengaruh terhadap tindakan
penatalaksanaan bidan dalam asuhan kehamilan ibu.
1.3.Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana hubungan promosi kesehatan dan penatalaksanaan asuhan
kehamilan pada praktek klinik lulusan Akademi Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan tahun 2015.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Sebagai bahan persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi S2 Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
b. Bagi Institusi
Sebagai bahan kajian dan evaluasi bagi Akademi Kebidanan Matorkis
Padangsidimpuan untuk peningkatan
pengetahuan lulusan selanjutnya.
c. Bagi Mahasiswi Kebidanan
Sebagai informasi bagi mahasiswi Akademi Kebidanan akan pentingnya skill promotif-kuratif untuk meningkatkan
peran pelayanan asuhan kehamilan di masyarakat.
d. Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan kajian untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswi
kebidanan pada institusi.