Hubungan Promosi Kesehatan Dan Penatalaksanaan Asuhan Kehamilan Pada Praktek Klinik Lulusan Akademi Kebidanan Matorkis Padangsidimpuan Tahun 2015
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pengembangan Promosi Kesehatan
Pada akhir abad 20 yang lalu, telah ada usaha perbaikan kesehatan dan peningkatan harapan hidup yang dramatis
oleh penduduk dunia. Dengan perubahan lingkungan dimana orang hidup, yang seterusnya diikuti perbaikan praktek pengobatan
ternyata telah mendatangkan adanya penurunan mortalitas dan morbiditas yang pada gilirannya memperbaiki standar kehidupan
dan kualitas hidup (Wass, A., 1998).
Pangkal pokok dari Asuhan Kesehatan Dasar yang diambil dari 10 prinsip Deklarasi Alma-Ata (WHO, l978)
merupakan filosofi yang menekankan keadilan social, kesetaraan, partisipasi masyarakat, teknologi yang layak dan terjangkau,
pengawasan pelayanan atas dasar kebutuhan masyarakat, pendidikan kesehatan dan usaha memperbaiki akar sebab dari pada
sakit-sehat. Pemahaman ini menekankan adanya konsep usaha bersama dengan orang yang memungkinkan orang tersebut
membuat keputusan tentang kebutuhan mereka dan bagaimana baiknya menempatkan kebutuhan tersebut. Prinsip inilah yang
mencerminkan filosofi Asuhan Kesehatan Dasar, yakni menggunakan pendekatan-pendekatan yang layak, sesuai secara lokal
dan pada akhirnya berkelanjutan (Wass, A., 1998).
2.2. Promosi Kesehatan Saat Ibu Hamil
7
Salah satu unsur penting untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) adalah
memelihara kesehatan ibu hamil. Data ibu hamil perlu bagi bidan terutama disekitar lingkungannya guna sebagai bahan untuk
merancang strategi pemeliharaan kesehatan. Upaya pertama adalah anjuran pemeriksaan kesehatan sedini mungkin melalui
pendekatan kepada masyarakat, ibu-ibu atau langsung kepada ibu hamilnya (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
Pemeriksaan kesehatan ibu hamil dilakukan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan yang mencakup
identifikasi, analisis masalah dan penentuan diagnosis. Hal ini dapat dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik sebagai
materi rencana asuhan kehamilan dan tindakannya (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
2.3. Kehamilan
2.3.1.Defenisi Kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan (Manuaba, 2009)
Kehamialan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi
sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat
sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamialan (Mandriwati, 2008).
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai
berikut (Hani, U. dkk, 2010):
a. Kehamilan 16 sampai 20 minggu dengan berat janin 1000g bila berakhir disebut
keguguran
b. Kehamilan 21 sampai 28 minggu bila terjadi persalinan disebut immatur.
c. Kehamilan 29 sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut prematuritas.
d. Kehamilan 37 minggu dengan 42 minggu disebut aterm.
e. Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu.
Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu:
1. Triwulan pertama 0 sampai 12 minggu
2. Triwulan kedua 13 sampai 28 minggu
3. Triwulan ketiga 29 sampai 42 minggu
2.3.2.Tanda-tanda dan Gejala Hamil
2.3.2.1. Tanda-tanda Dugaan Hamil
1. Amenorea (terlambat datang bulan).
2. Mual (nausea) dan muntah (emesis) termasuk:
a. Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan.
b.
Menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang
disebutkan morning sickness.
c.
Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi
d.
Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.
3. Ngidam.
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang
demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan
pertama kehamilan dan akan menghilang makin tuanya kehamilan.
4. Sinkope atau pingsan.
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu.
5. Payudara tegang.
Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara,
sedangkan progesterone menstimulasi perkembangan sistem alveolar
payudara.
Bersama
somatomamotropil,
hormone-hormon
ini
menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan
nyeri selama 2 bulan pertama kehamilan, pelebaran putting susu, serta
pengeluaran kolostrum.
6. Sering miksi.
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi, dan biasanya hal
ini menghilang pada triwulan kedua.
7. Konstipasi atau obstipasi.
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
8. Pigmentasi kulit.
a. Sekitar pipi: Chloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi,
hidung, pipi dan leher).
b. Dinding perut.
a. Striae lividae ( pada seorang primigravida, warnanya membiru).
b. Striae nigra
c. Linea alba makin hitam
c. Sekitar payudara
a. Hiperpigmentasi areola mamae
b. Putting susu makin menonjol
9. Varices atau penampakan pembuluh darah vena.
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh
darah terutama bagi wanita yang mempunyai
2.3.2.2. Tanda tidak Pasti Kehamilan
Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan:
1. Rahim membesar sesuai dengan tuanya hamil.
2. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
2.3.2.3. Tanda Pasti Kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan:
1. Gerakan janin dalam rahim
a. Terlihat/teraba gerakan janin
b. Teraba bagian-bagian janin
2. Adanya denyut jantung janin (Salemba, 2010)
2.3.3. Menentukan Masa Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi sampai dengan lahirnya
janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (4 minggu atau 9 bulan 7 hari).
Dihitung dari haid pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu:
2.3.3.1. Trimester I (konsepsi samapi 12 minggu)
Dimulai dari masa konsepsi spermatozoa menembus dinding corona radiata
dengan enzim hyaluronidase. Inti sel telur dan inti sel spermatozoa cromosom dari
kedua inti bercampur hingga telur mempunyai 46 kromosom dan selanjutnya masingmasing kromosom membelah diri hingga terjadi 2 pasang. Ovum yang telah dibuahi
mengalami proses segmentasi sehingga terjadi blastomer.
Umur janin yang sebenarnya, harus dihitung mundur dari saat fertilisasi
karena fertilisasi selalu berdekatan dengan ovulasi sekurang-kurangnya dari saat
ovulasi. Sesuai tingkat pertumbuhannya dari 0-2 minggu setelah fertilisasi disebut
ovum, 3-5 minggu disebut embrio (mudigah) pada saat ini belum bisa dibedakan,
tetapi pembentukan alat-alat badan dalam bentuk dasar sudah terjadi. Sedangkan
umur kehamilan lebih dari 5 minggu disebut fetus yang mana janin sudah mempunyai
bentuk manusia akhir.
Akhir 1 bulan badan bayi sangat melengkung, panjangnya 7,5-10 mm,
kepalanya 1/3 dari seluruh mudigah. Saluran yang akan menjadi jantung sudah
terbentuk dan sudah berdenyut.
Akhir 2 bulan mukanya mulai jelas terbentuk muka manusia dan sudah
mempunyai lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki. Alat kelamin sudah
nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjangnya 2,5 cm.
2.3.3.2. Trimester II ( 12 sampai dengan 28 minggu)
Pada bulan ke 4 panjang janin mencapai 10-17 cm, beratnya 100 gr, alat
kelamin sudah dapat ditentukan jenisnya, kulit ditumbuhi rambut yang halus
(Lanugo). Pada akhir bulan ini pergerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu.
Akhir bulan ke 5 panjang janin 18-27 cm, beratnya 300 gr, bunyi jantung
janin sudah dapat didengar.
Akhir bulan ke 6 panjang janin 28-36 cm, beratnya 600 gr, kulit keriput dan
lemak mulai ditimbun dibawah kulit, dan kulit tertutup oleh veniks caseora yang
bermaksud untuk melindungi kulit.
2.3.3.2. Trimester III (28 sampai dengan 40 minggu)
Bulan ke 7 panjang janin mencapai 35-38 cm, beratnya 100 gr, kalau lahir
dapat hidup didunia luar, walaupun kemungkinannya hidup sangat kecil
Akhir bulan ke 8 panjangnya mencapai 42,5 cm, beratnya mencapai 1700 gr,
permukaan kulit masih merah dan keriput seperti orangtua.
Akhir bulan ke 9 panjangnya mencapai 46cm, dan beratnya 2500 gr kulit
sudah berisi.
Akhir bulan ke 10 janin sudah cukup bulan (mature/aterm), panjangnya
mencapai 50cm beratnya 3000gr. Kulit halus tidak terdapat lanugo, tetapi masih
terdapat Vernicaeosa ialah campuran sel-sel epitel kulit, secret kelenjar lemak.
Kepala sudah ditumbuhi rambut, kuku melebihi ujung jari, pada janin laki-laki testis
sudah ada dalam scrotum dan pada wanita labia mayora menutupi labia minora.
2.3.4. Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan
Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk
memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal
atau bermasalah (Saifuddin, 2001).
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan sosial dalam keluarga, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal
yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi dan serta
menatalaksanakan kondisi yang tidak normal (Saifuddin, 2001).
2.3.5. Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan asuhan kebidanan dalam kehamilan pada prinsipnya adalah memberikan layanan atau bantuan untuk
meningkatkan kesehatan ibu hamil dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga. Kegiatan yang dilakukan di dalam pelayanan
kebidanan dapat berupa upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan (Saifuddin, 2010). Upaya tersebut
diuraikan sebagai berikut:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan bayi.
3. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan
dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal (Rukiyah, 2011).
2.3.6. Proses Kehamilan
2.3.6.1. Ovum
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks.
Jumlah oogonium pada wanita:
Bayi baru lahir
: 750.000
Umur 6-15 tahun
: 439.000
Umur 16-25 tahun
: 159.000
Umur 26-35 tahun
: 59.000
Umur 35-45 tahun
: 34.000
Menopause
: menghilang.
Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses
pematangan dan terjadi ovulasi.
2.3.6.2. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata
rantai hormonal yang kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis, sehingga spermatogonium dapat mengalami proses
mitosis. Pada setiap hubungan seks ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap
cc. Bentuk spermatozoa seperti kecebong yang terdiri atas:
a. Kepala, lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti.
b. Leher, penghubung antara kepala dan ekor.
c. Ekor, panjang sekitar 10 kali kepala mengandung energy sehingga dapat
bergerak.
2.3.6.3. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi
dapat berlangsung sebagai berikut:
a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate,
yang mengandung persediaan nutrisi.
b. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma yang
disebut vitellus.
c. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitellus. melalui saluran pada zona pelusida.
d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba
1. Tempat yang dipaling luas
2. Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang mempunyai silia.
3. Ovum mempunyai waktu terlam dalam ampula tuba.
e. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
2.3.6.4. Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma “vitellus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti
ovum yang dalam keadaan “metafase”. Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa terbentuk zigot yang dalam
beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya (Manuaba, 1998)
2.3.7.
Standar Asuhan Kehamilan
Asuhan antenatal yang baik sangat penting untuk hasil kehamilan yang baik karena sebagian besar dari kematian ibu
bisa dihindarkan melalui asuhan antenatal, intranatal, dan postnatal yang bermutu tinggi. Selama masa antenatal, pemberi asuhan
kesehatan akan memperoleh kesempatan untuk menyentuh banyak hidup wanita dan barangkali bisa membantu mengubah
tragedi kehilangan nyawa para ibu (Hani,U. dkk, 2010).
Standar Minimal Asuhan Kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Timbang Berat Badan
Secara perlahan berat badan ibu hamail akan mengalami kenaikan antara 9-13
kg selama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per minggu atau 2 kg dalam satu
bulan. Penambahan berat badan paling banyak terjadi pada trimester ke II kehamilan.
Pertanda bahaya kehamilan meliputi:
1. Tubuh ibu sangat kurus atau tidak bertambah (paling sedikit 9kg) selama
kehamilan.
2. Tubuh ibu sangat gemuk atau bertambah lebih dari 19 kg selama kehamilan.
3. Verat badan ibu naik secara tiba-tiba lebih dari 0,5 kg dalam satu minggu atau
lebih dari 2 kg dalam satu.
Penambahan BB ibu selama kehamilan sebagian besar terdiri dari atas
penambahan BB bayi, plasenta, serta air ketuban sebagian lagi berasal dari
penambahan BB ibu sendiri.Disingkat dengan Timbang.
2. Ukuran Tekanan Darah
Tekanan darah normal anatara 90/60 hingga 140/90 mmHg dan tidak banyak
meningkat selama kehamilan.
Tekanan darah adalah ukuran kencang nya darah menekan bagian dalam
pembuluh darah (vena arteri).
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan banyak masalah dalam kehamilan
aliran darah dari plasenta ke bayi juga mengalami gangguan sehingga penyaluran
oksigen serta makanan terhambat, yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
(IUFD) dan sebagiannya.Tekanan darah.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Uterus semakin lama semakin membesar seiring dengan penambahan usia
kehamilan, pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan dengan membandingkan
HPHT (Hari pertama haid terakhir/LMP), dan diukur dengan menggunakan palpasi
(metode jari) atau meteran terhadap TFU. Uterus bertumbuh kira-kira 2 jari per bulan.
Petanda bahaya.
a. Bagian atas uterus tidak sesuai dengan batas tanggal kehamilannya dari
HPHT.
b. Pembesaran uterus lebih atau kurang dari 2 jari per bulan. Tinggi fundus.
4. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil guna memberikan kekebalan
pada janin terhadap infeksi tetanus (Tetanus neonatorum) pada saat persalinan,
maupun postnatal. Bila seorang wanita dalam hidupnya mendapatkan imunisasi
sebanyak lima kali berarti akan mendapatkan kekebalan seumur hidup (long life)
dengan priode waktu tertentu terhadap penyakit tetanus. Menurut WHO, jika seorang
ibu belum pernah mendapatkan imunisasi TT selama hidupnya, maka ibu tersebut
minimal mendapatkan paling sedikit 2 kali injeksi selama kehamilan (pertama saat
kunjungan antenatal pertama dan kedua, empat minggu setelah kunjungan pertama).
Dosis terakhir sebaiknya diberikan sebelum dua minggu pesalinan untuk
mendapatkan efektivitas dari obat. Tetanus-imunisasi.
5. Pemberian Tablet Besi (minimum 90 tablet selama kehamilan)
Selama kehamilan seorang ibu minimal harus mendapatkan 90 tablet tambah
darah (Fe), karena sulit untuk mendapatkan zat besi dengan jumlah yang cukup dari
makanan. Untuk anemia seorang wanita sebaiknya mengosumsi sedikitnya 60 mg zat
besi (mengandung FeSO4320 mg) dan 1mg asam folat setiap hari. Akan tetapi, jika
ibu tersebut sudah menderita anemia, maka sebaiknya mengonsumsi 2 tablet besi dan
1 asam folat per hari. Ingat bahwa zat besi menyebabkan mual, konstipasi, serta
perubahan warna pada feses. Maka saran yang dianjurkan adalah minum tablet pada
malam hari untuk menghindari persaan mual.
Tabel 2.1. Jadwal Imunisasi Ibu Hamil
Antigen
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
Interval (sedang waktu
minimal)
Pada kunjungan antenatal
pertama
4 minggu setelah TT1
6 bulan
1 tahun setelah TT3
1 tahun setelah TT4
Lama
perlindungan
-
% Perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun /seumur
hidup
80
95
99
99
-
Tablet besi sebaiknya diberikan saat diketahui ibu tersebut hamil sampai 1
bulan sesudah persalinan. Zat besi penting untuk mengompensasi peningkatan
volume darah yang terjadi kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan serta
perkembangan janin yang adekuat.
6. Tes terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual)
PMS yang terjadi selama kehamilan berlangsung akan menyebabkan kelainan
atau cacat bawaan pada janin dengan segala akibatnya, oleh karena itu tes terhadap
PMS perlu dilakukan agar dapat didiagnosis secara dini dan mendapatkan pengobatan
secara tepat.Tes PMS.
7. Temu Wicara dalam Rangka Persiapan Rujukan
Temu wicara mengenai persiapan tentang segala sesuatu yang kemungkinan
terjadi selama kehamilan penting dilakukan. Hal ini penting karena bila terjadi
komplikasi dalam kehamilan, ibu dapat segera pertolongan secara tepat karena
kematian ibu sering terjadi karena 3T, yaitu sebagai berikut.
a. Terlambat mengenali bahaya
b. Terlambat untuk dirujuk
c. Terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai.Temu wicara.
Disamping 7 T di atas, sekarang penanganan pelayanan ibu hamil dilanjutkan
dengan 7 T berikutnya yaitu: 1) Tes Hb, 2) Tes protein urin, 3) Tes reduksi urin, 4)
Tekan-pijat payu dara, 5) Tingkat kebugaran (senam hamil), 6) Terapi kapsul yodium
dan 7) Terapi malaria.
2.3.8.
Standar Minimal Kunjungan Kehamilan
Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan-kunjungan
antenatal ini, maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan
selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3 trimester, atau dengan istilah rumus 1 1
2, yaitu sebagai berikut.
a. 1 kali pada trimester I
b. 1 kali pada trimester II
c. 2 kali pada trimester III
Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi
yang sangat penting. Garis-garis besarnya dijelaskan dalam tabel bawah ini:
Tabel 2.2. Tindakan Bidan Selama Kunjungan Antenatal
Kunjungan
Waktu
Informasi penting
Trimester
pertama
Sebelum
minggu ke-14
Trimestr ke II
Sebelum
minggu ke 28
Trimester
ketiga
Trimester
ketiga
Antara
minggu 28-36
a. Membangun hubungan saling percaya antara
petugas kesehatan dengan ibu hamil.
b. Mendeteksi masalah dan menanganinya.
c. Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonaturum, anemia kekurangan zat
besi menggunakan praktik tradisional yang
merugikan.
d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
e. Mendorong prilaku yang sehat (gizi) latihan
dan kebersihan, istirahat dan sebagainya).
Sama seperti di atas ditambah kewaspadaan
khusus mengenai preeklamsia (Tanya ibu
tentang gejala-gejala preeklamsia, periksa untuk
mengetahui proteiuneria).
Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal
untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi
yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rimah sakit
Pada waktu pemberian asuhan, penting diingat bahwa orang lebih suka
menggunakan jasa yang bermutu dan akan menghindari mutu jasa yang baik. Pada
waktu wanita merasakan bahwa dirinya akan diasuh dan dihormati, maka dia akan
kembali berkunjung. Di sini dilihat bahwa cara atau model kita pemberi asuhan akan
menentukan juga frekuensi kunjungan ibu untuk memeriksakan kehamilannya
(Salemba, 2010).
2.3.9. Perubahan dan Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil
2.3.9.1. Trimester Pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormone estrogen dan progesteron tubuh, maka akan muncul berbagai macam
ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah, keletihan, dan pembesaran pada payudara. Hal inu akan
memicu perubahan psikologi seperti berikut ini:
1. Ibu untuk membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan, dan kesedihan.
2. Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali memberitahukan orang
lain apa yang dirahasiakannya.
3. Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang meningkat
libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada wanita yang
mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu kebutuhan untuk
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita hamil yang
merasakan kebutuhan untuk dicintai dan mencinta, tetapi bukan dengan seks.
Sedangkan libido yang sangat besar dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual,
pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran. Sedangkan bagi suami
sering kali membatasi hubungan suami istri karena takut mencederai istri dan
calon bayinya.
4. Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggaan, tetapi
bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah bagi
keluarga.
2.3.9.2. Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak
nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibupun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban.
Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energy dan fikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester
ini pula ibu dapat merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa
terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan
meningkatnya libido.
1. Trimester Ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab pada
saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan
membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.
Kadang-kadang ibu merasakan khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktuwaktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya
tanda dan gejala terjadinya persalinan pada ibu. Seringkali ibu merasa khawatir
atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan
ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau
benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin
mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul kembali
pada waktu melahirkan (Salemba, 2010).
2.3.10. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kehamilan
2.3.10.1. Faktor Fisik
1. Status Kesehatan
Kondisi kesehatan sangat penting dalam kehamilan, baik kondisi kesehatan
sebelum atau selama kehamilan. Kehamilan dapat lebih berbahaya lagi jika
wanita tersebut sedang sakit.
2. Status Gizi
Selama masa kehamilan ibu merupakan sumber nutrisi bagi bayi yang dikandungnya. Apa yang ibu makan akan
mempengaruhi kondisi bayi. Apabila wanita hamil memiliki status gizi kurang selama kehamilannya maka ia beresiko
memiliki bayi dengan kondisi kesehatan yang buruk. Dan wanita dengan status gizi baik akan melahirkan bayi yang sehat.
Wanita hamil dengan status gizi kurang memiliki kategori risiko tinggi keguguran, kematian bayi dalam kandungan,
kematian bayi baru lahir, cacat, dan berat badan lahir rendah. Selain itu, umumnya pada ibu dengan status gizi kurang
tersebut dapat terjadi 2 komplikasi yang cukup berat selama kehamilan yaitu anemia (kekurangan sel darah merah) dan
pre-eklampsia/eklampsia.
3. Gaya Hidup
Gaya hidup seperti perokok, mengkonsumsi obat-obatan, dan alkohol adalah hal yang sangat berbahaya bagi ibu dan
bayinya. Semua benda tersebut dapat terserap dalam darah ibu kemudian terserap dalam darah bayi melalui sistem sirkulasi
plasenta selama kehamilan.
2.3.10.2. Faktor Psikologi
1. Stresor Internal & External
Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari dalam diri ibu hamil (internal) dan dapat
juga berasal dari faktor luar diri ibu hamil (external). Faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan berasal dari dalam diri
ibu dapat berupa latar belakang kepribadian ibu dan pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
2. Dukungan Keluarga
Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada
ibu akan mempengaruhi keadaan keluarga.
Dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan dapat berjalan lancar antara lain : memberikan dukungan
pada ibu untuk menerima kehamilannya, memberi dukungan pada ibu untuk menerima dan mempersiapkan peran sebagai ibu,
memberi dukungan pada ibu untuk menghilangkan rasa takut dan cemas terhadap persalinan, memberi dukungan pada ibu untuk
menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang dikandungnya melalui perawatan kehamilan dan persalinan yang baik,
serta menyiapkan keluarga lainnya untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru.
3. Dukungan Suami
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya. Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa
wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan
fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini
karena ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan
dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap anaknya.
Ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya antara lain :
1) Dukungan emosi yaitu suami sepenuhnya memberi dukungan secara
psikologis kepada istrinya dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian
kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan dan perubahan emosi ibu
hamil.
2) Dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan untuk
memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya.
3) Dukungan informasi yaitu dukungan suami dalam memberikan informasi
yang diperolehnya mengenai kehamilan.
4) Dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan
kehamilan istrinya.
2.3.10.3. Faktor Lingkungan
Banyak alasan mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil, beberapa alasan antara lain
karena kemiskinan, kurangnya pelayanan medik, kurang pendidikan dan pengetahuan, termasuk sosial budaya berupa
kepercayaan yang merugikan atau membahayakan.
2.3.10.4. Kebiasaan Adat Istiadat
Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu
setempat yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudian menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral (tidak berpengaruh
pada keamanan atau kesehatan), tidak jelas (efek tidak diketahui/tidak dipahami) atau membahayakan.
2.3.10.5. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan
kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang
mudah dijangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk sering memeriksakan kehamilannya dan untuk mendapatkan
penanganan dalam keadaan darurat. Bidan dapat memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang
pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM, dan fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan
aman bagi kehamilan dan persalinannya.
2.3.10.6. Sosial Ekonomi
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena berhubungan dengan pemehuhan kebutuhan-
kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain : makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan, dan
transportasi/sarana angkutan.
2.3.11. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan
2.3.11.1. Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Muda
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah normal. Pada masa awal sekali
kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting di
sekitar waktu pertama haidnya terlambat. Perdarahan ini adalah perdarahan
implantasi dan normal. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan kecil
mungkin pertanda dari friable cervix. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau
mungkin suatu tanda adanya suatu infeksi. Pada awal kehamilan, perdarahan yang
tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan yang
sangat menyakitkan. Perdarahan ini dapat berarti aborsi, kehamilan mola, atau
kehamilan ektopik.
2. Hipertensi Gravidarum
Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik (meningkatnya tekanan
darah sebelum usia kehamilan 20 minggu). Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran sering berhubungan dengan hipertensi
dalam kehamilan. Keadaan lain yang dapat mengakibatkan kejang ialah epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis.
a. Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis pada penanganan
hipertensi dalam kehamilan.
b. Tekanan diastolik mengukur tekanan tahanan perifer dan tidak dipengaruhi
oleh keadaan emosi pasien (seperti pada tekanan sistolik).
c. Jika tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua pemeriksaan berjarak 4 jam atau
lebih, diagnosisnya adalah hipertensi. Pada keadaan urgen, tekanan diastolik
110 mmHg dapat dipakai sebagai dasar diagnosis, dengan jarak waktu
pengukuran < 4 jam.
1) Jika hipertensi pada kehamilan > 20 minggu, pada persalinan, atau dalam
48 jam sesudah persalinan, diagnosisnya adalah hipertensi dalam
kehamilan.
2) Jika hipertensi terjadi pada kehamilan < 20 minggu, diagnosisnya adalah
hipertensi kronik.
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut :
1) Hipertensi (tanpa protenuria atau odema)
2) Pre-eklampsia ringan
3) Pre-eklampsia berat
4) Eklampsia
3. Nyeri Perut Bagian Bawah
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala
utama pada kehamilan ektopik atau abortus.
Tabel 2.3. Diagnosis nyeri perut pada kehamilan muda
Gejala dan Tanda yang
selalu Ada
Gejala dan Tanda yang
Kadang Ada
Diagnosis
a. Nyeri perut
b. Tumor adneksa pada
periksa dalam
a. Nyeri perut bawah
b. Demam
c. Nyeri lepas
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
Disuria
Sering berkemih
Nyeri perut
Disuria
Demam tinggi/menggigil
Sering berkemih
Nyeri perut
a. Demam
b. Nyeri perut bawah
c. Bising usus (-)
a.
b.
c.
d.
e.
Nyeri perut
Perdarahan sedikit
Serviks tertutup
Uterus sedikit besar
Uterus lunak
a. Masa tumor di perut
bawah
b. Perdarahan vaginal ringan
a. Perut membengkak
b. Anoreksia
c. Mual/muntah
d. Ileus paralitik
e. Lekositosis
f. Tumor (-)
g. Nyeri di atas McBurney
a. Nyeri retro/suprapubik
Kista ovarium
Apendisitis
Sistitis
a.
b.
c.
d.
d.
Nyeri retro/suprapublik
Nyeri pinggang
Sakit di dada
Anoreksia
Mual.muntah
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
Nyeri lepas
Perut kembung
Anoreksia
Mual/muntah
Syok
Pingsan
Tumor adneksa nyeri
Amenorea
Serviks nyeri goyang
Pielonefritis akut
Pielonefritis
Kehamilan ektopik
2.3.11.2. Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut
1. Perdarahan per Vaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum sebelum kelahiran.
Perdarahan pada akhir kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.
Perdarahan seperti ini bisa berarti plasenta previa
2. Sakit Kepala yang Hebat dan Menetap
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang
dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin mengalami penglihatan yang kabur
atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia.
3. Perubahan Visual secara Tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)
Karena pengaruh hormonal dalam kehamilan, ketajaman visual ibu dapat berubah. Perubahan yang kecil adalah
normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya
pandangan kabur atau berbayang dan berbintik-bintik. Perubahan visual mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Perubahan visual mendadak mungkin merupakan suatu tanda pre-eklampsia.
4. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang
mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gastritis, penyakit
kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, ISK, dan lain-lain.
5. Bengkak pada Muka atau Tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari
dan biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih tinggi. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius
jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal
ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau pre-eklampsia.
6. Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya
lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan
bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Salemba, 2010).
2.4. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan adalah merupakan studi dan praktek pengajaran, pembelajaran dan perubahan. Pendidikan kesehatan
merupakan suatu proses yang menjembatani ruang pemisah diantara informasi kesehatan dan praktek kesehatan. Pendidikan
kesehatan dapat memotivasi seseorang untuk mengetahui informasi yang berguna untuk kesehatannya atau bagi petugas
kesehatan sebagai pengetahuan untuk menjadi mediator promosi kesehatan. Pendidikan ini berhubungan dengan perilaku sehat
untuk menolong orang dalam mempertahankan pola hidup sehatnya atau bahkan dapat mengembangkan pola hidup pada derajat
yang lebih baik. Pendidikan kesehatan sebagai suatu proses memberi makna memiliki kegiatan pendidikan kesehatan yang
berbasis umum dengan tidak masalah dimana saja, apakah di klinik, masyarakat, sekolah, rumah (keluarga) atau pada wadah
pekerjaan. Defenisi lain dari pendidikan kesehatan adalah upaya kombinasi pengalaman-pengalaman belajar yang dirancang
untuk memfasilitasi proses penyesuaian perilaku secara sukarela yang kondusif terhadap kesehatan (Green dkk, 1980).
Uraian di atas menggambarkan adanya faktor partisipasi petugas kesehatan atau pihak provider yang berimplikasi ada
intervensi untuk pengembangan dan perubahan di dalam perilaku mempertahankan sehat atau setidaknya menghambat perilaku
yang merugikan bagi kesehatan. Hal ini mengandung pengertian bahwa motivasi memperoleh pengetahuan dibutuhkan untuk
diri petugas kesehatan atau klien sedemikian sehingga keahlian kuratif dapat merelevankan promosi untuk sehat (Green dkk,
1980).
Konsep model asuhan dan proses keperawatan merupakan penyelesaian masalah yang mengarah pada masalah-
masalah klinik. Seperti halnya dengan kerangka Precede , model asuhan pasien dan proses keperawatannya membutuhkan
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses keperawatan lebih condong berfokus
pada model pengobatan dari sudut perilaku sehat positif, kemampuan dan kelemahan keluarga serta potensialnya untuk
pertumbuhan dan perawatan diri. Proses keperawatan ini menuntut perawat bagaimana mengumpul informasi pada individu
seperti anggota keluarga, masyarakat dan kelompok kultur; dan bagaimana merencanakan asuhan untuk kebutuhan individu.
Dalam bentuk perencanaan, para perawat diharapkan mampu membedakan kebutuhan-kebutuhan yang yang pokok dan yang
bukan, maupun dapat menentukan intervensi yang mana yang lebih sesuai seperti memilih perawatan dokter, pendidikan atau
bentuk pembinaan.Setelah ada kesepakatan bersama perawat dengan kolaborasinya dan pasien dengan keluarganya maka
intervensi dilaksanakan dan seterusnya dilakukan monitoring (Green dkk, 1980).
Persamaan diantara proses keperawatan dan fase kerangka Precede tampak pada adanya model penyelesaian masalah
berbasis asesmen, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Perencana pada kedua model ini melaksanakan identifikasi dan
membuat rating masalah sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan untuk mendapat siaga perhatian. Perbedaan kedua model ini
juga terletak pada sasaran kerja ke individu untuk proses keperawatan dan ke tingkat populasi untuk kerangka precede dalam
konteks perencanaan (Green dkk, 1980).
Kerangka Precede digambarkan pada gambar 2.2.1.dan diuraikan faktor-faktornya pada gambar 2.2.2. Proses
penerapan kerangka precede oleh para ahli klinik atau perawat atau bidan dalam melaksanakan perencanaan asuhan atau
perawatan pasien dapat disesuaikan dengan proses keperawatannya. Proses itu meliputi asesmen, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi
Tahapannya dimulai dari pengamatan fisik, emosional, kesejahteraan pasien dan seterusnya kemajuan pasien diamati
cermat (Green dkk, 1980).
PRECEDE
Fase 5
Fase 4
Diagnosis Administratif
Diagnosis Pendidikan
dan Kebijakan
dan Organisasi
PROMOSI
Fase 3
Fase 2
Diagnosis Perilaku
Diaagnosis Epidemiologi
Fase 1
Diagnosis Sosial
dan Lingkungan
FAKTOR
KESEHATAN
UTAMA
I
PERILAKU DAN GAYA
PENDIDIKAN
FAKTOR
KESEHATAN
PELUANG
HIDUP
KUALITAS
SEHAT
LINGKUNGAN
ORGANISASI
FAKTOR
REGULASI
PENGUAT
HIDUP
FASE 9
EVALUASI HASIL
KEBIJAKAN
FASE 7
FASE 8
PPROSES EVALUASI
FASE 6
EVALUASI DAMPAK
PELAKSANAAN
Gambar 2.1. Model Precede-Proceed (Dikutip dari Green, L,W., M.W. Kreuter, S.G. Deeds and K.B. Patridge, 1980)
Faktor Penentu (predisposisi) meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
Pengetahuan
Keyakinan
Nilai
Sikap
persepsi
PERILAKU INDIVIDU ATAU
Faktor peluang:
1. Ketersediaan
Sumber
Daya Kesehatan
2. Akses Sumber Daya
Kesehatan
3. Peraturan, Prioritas dan
Komitmen
Masyarakat/Pemerintah
4. Skill Kesehatan
ORGANISASI
SEHAT
LINGKUNGAN KONDISI KEHIDUPAN
Faktor Penguat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Keluarga
Kerabat
Guru
Pekerja
Petugas Kesehatan
Pemuka Masyarakat
Cerdik Pandai
Gambar 2.2. Faktor-faktor peubah perilaku sehat diuraikan di dalam kotak yang diringkaskan pada gambar 2.2.2
(Dikutip dari Green, L,W., M.W. Kreuter, S.G. Deeds and K.B. Patridge, 1980).
2.5. Faktor Penentu , Peluang dan Penguat
2.5.1. Kurikulum Pendidikan D III Kebidanan
Pendidikan Diploma III Kebidanan merupakan Pendidikan Vokasional yang menghasilkan Bidan Pelaksana dengan
gelar Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb), dengan beban studi kompetensi inti dan pendukung minimal 110 SKS dan maksimal
120 SKS yang dijadwalkan 6 semester dan selama-lamanya 10 semester setelah pendidikan menengah (Kepmendiknas
232/U/2000).
Sebagai Ahli Madya Kebidanan yang mampu dalam pelayanan preventif-promotif, diberikan Mata Kuliah Ilmu
Kesehatan Masyarakat dengan kode Bd. 403 dan Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) dengan kode Bd. 502. Kompetensi ini
ternyata di lapangan mendukung pelayanan para bidan yang bukan hanya dalam kebidanan saja akan tetapi masyarakat juga
mengharapkan pelayanan kuratif pengobatan, sehingga dapat diasumsikan bahwa pelayanan itu berkembang menjadi kuratif-
promotif.
Profil lulusan di dalam panduan kurikulum inti diharapkan mampu berperan sebagai pengembang asuhan kebidanan,
penggerak masyarakat, komunikator, pengambil keputusan, dan pengelola. Sementara standar kompetensi lulusan diharapkan a)
mampu berperilaku profesional, beretika dan bermoral serta tanggap terhadap nilai sosial budaya dalam praktek kebidanan; b)
mampu melakukan komunikasi efektif dengan perempuan; c) mampu memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil, bersalin,
nifas dan menyusui, bayi baru lahir, balita dan kesehatan reproduksi pada kondisi normal; d) mampu memberikan penanganan
kegawatdaruratan sesuai kewenangannya; e) mampu melakukan upaya promotif, preventif, deteksi dini dan pemberdayaan
msyarakat dalam pelayanan kebidanan; dan f) mampu mengelola kewirausahaan dalam pelayanan kebidanan yang menjadi
profesinya (Kemenkes BPPSDM Kesehatan Pusdiklat Tenaga Kesehatan, 2011).
2.5.2. Perilaku Pengaruh Timbal-balik Faktor Lingkungan
Perilaku diatur oleh konsekuensi lingkungan
(reinforcement) bagi individu yang dapat mengerti dan
menginterpretasi, artinya bukan hanya kejadian dilingkungan yang mempengaruhi perilaku tetapi persepsi individunya terhadap
kejadian di lingkungan tersebut. Konsekuensi lingkungan ini diuraikan berikut.
1. Faktor Penguat (reinforcement)
Perilaku individu tampil sebagai produk interpretasi konsekuensi-konsekuensi yang dirasakan (perceivable
concequences) pada lingkungannya.Faktor penguat dari melihat kenikmatan orang menerima keberhasilan orang
(vicarious reinforcement)
namun belum diekspresikan individu dan individu menguatkan dirinya (self-
reinforcement) berperilaku dibawah kontrolnya terlepas dari konsekuensi lingkungan.
2. Belajar Mengamati (observational learning)
Individu menampilkan perilaku melalui belajar mengamati dengan kehadirannya saat kejadian yang penuh perhatian
(attentional processes), mampu mengulang kembali perilaku denga ingatannya (retentional processes), mampu
meniru perilaku dengan meniru kejadian yang diamati atau duplikasi (motor reproductive processes) dan mampu
memerankan perilaku yang diperoleh dengan mencontoh konsekuensi (acquisitional processes).
2.5.3. Perilaku Pengaruh Timbal-balik Faktor Personal
Pendekatan individu terhadap situasi jarang mengerahkan kemampuannya secara penuh. Pengambilan keputusan atas
dasar fakta, konsep, skill, keyakinan, sikap dan kesan sebagai yang dialami dimasa lampau akan menjadi faktor kognitif dalam
menampilkan perilaku sekarang dengan pertimbangan-pertimbangannya.
Faktor penguat diri sebagai bagian dari sistem pengaturan diri adalah juga bagian dari struktur personal manusia.
Dalam hal ini perilaku ditampilkan sesuai dengan kepentingan aspek personal. Simons-Morton dkk (1995) menguraikan aspek
personal ini meliputi:
a. Perilaku Antisipatif (outcome expectation)
Perilaku feedback dari hasil yang diwanti-wanti sejak individu termotivasi di masa lampau akan menampilkan
perilaku atas keyakinan adanya efek dikemudian hari.
b. Perilaku Yang Diinginkan (outcome expectancy)
Perilaku yang diharapkan individu yang memang diharapkan akan tampil nantinya seperti perilaku memberi
pelayanan kepada pasien.
c. Perilaku Mandiri (efficacy expectation)
Kerangka fikir dalam penelitian ini dalam rangka mengukur peran kuratif-promotif bidan pada pelayanan asuhan ibu
hamil dapat dikutip dari uraian Simons-Morton dkk (1995) bahwa beberapa riset yang sangat menjanjikan yang berhubungan
dengan perilaku sehat beberapa tahun terakhir ini adalah berfokus pada konsep kemandirian ( self-efficacy ). Kok et al. (1991)
juga mengungkapkan bahwa konsep kemandirian (self-efficacy) merupakan prediktor yang baik untuk perilaku. Berikut ini
dijelaskan Simons-Morton (1995) tentang konsep konsekuensi kemandirian (sel-efficacy) pada 4 variabel personal untuk
menjadi karakter yang akan menempa perilaku:
2.5.3.1. Perilaku Konsekuensi Status Fisiologi (Physiological State)
Kesehatan fisik dan fisikologik individu merupakan faktor penentu mampu tidaknya individu melakukan tugas.
Disamping itu, persepsi dan potensi kesehatan juga berpengaruh. Kategori ini memfokuskan pengukuran suasana kesehatan
individu baik kesehatan fisik maupun mental untuk menerima dan menampilkan konsekuensi perilaku sehat dan persepsinya
dalam melakukan tugas pelayanan.
2.5.3.2. Perilaku Konsekuensi Bujukan LISAN (Verbal Persuation)
Salah satu keyakinan yang dapat mendukung kemampuan melakukan tugas tertentu adalah datang dari bujukan
orang berpengaruh atau bahkan dari orang tua. Bujukan ini sering berhasil merubah perilaku pada hal-hal yang dapat dicerna
akal penerimanya.
2.5.3.3. Perilaku Konsekuensi Belajar dari Prestasi Orang (Vicarious Experience)
Belajar dari prestasi orang merupakan faktor penentu perilaku yang dapat menampilkan perilaku setelah peringkat
berprestasi atau sudah melakukan upaya-upaya sukses dalam keahlian tertentu.Kategori ini termasuk upaya belajar obserbasi
atau mengamati.
2.5.3.4. Perilaku Konsekuensi Berprestasi (Performance Accomplishment)
Salah satu cara yang paling baik dan jelas untuk mengembangkan kemandirian (self-efficacy) adalah dengan adanya
kesuksesan yang dialami untuk pembentukan perilaku target. Istilah yang muncul disini adalah “ kesuksesan melahirkan
kesuksesan “ dan hal ini sangat penting untuk menyusun program yang dapat membuat pengalaman sukses. Kategori ini akan
diukur dalam konsep peran promotif.
2.6. Perilaku Peran Promotif Bidan
2.6.1. Landasan Teori
2.6.1.1. Konsekuensi Pembelajaran
Untuk tujuan penelitian, hubungan pengetahuan dan skill ini dengan peran kuratif-promotif, Teori Sosial Kognitif
(Social Cognitive Theory) yang dikemukakan oleh Bandura (1986) tampak akan membantu sebagai interpretasi dari kerangka
precede dalam membuat asesmen konsekuensi pembelajaran asuhan kehamilan. Teori ini sangat berguna sebagai suatu
pendekatan terhadap program yang diarahkan pada pengembangan personalitas umum, patologi perilaku, dan
promosi
kesehatan. Teori ini menurut Simons-Morton BG (1995) adalah sebagai faktor penentu perilaku yang muncul dari efek timbal-
balik (Reciprocal Determinism), yakni perilaku tampilan merupakan pengaruh timbal balik di dalam faktor pengaruh lingkungan
dan pengaruh timbal balik dalam faktor personal dari pada subjek.
Bandura (1986) memperkenalkan teori Kognitif Sosial ini dapat menampilkan potensi konsekuensi perilaku yang
dialami oleh individu sebagai faktor penentu tindakan atau perilaku pada masa yang akan datang. Perilaku itu dapat timbul dari
hasil interpretasi faktor lingkungan dengan konsekuensinya atau feedback. Dua faktor lainnya adalah faktor personal dan faktor
perilaku sendiri.Faktor personal berkaitan dengan latar belakang berupa pengetahuan dan sikap-sikap yang berhubungan dengan
persoalan pengetahuan. Faktor perilaku berhubungan dengan kemampuan individu menggunakan kendali diri (self-control)
dalam menentukan respon terhadap situasi. Faktor perilaku ini merupakan sekumpulan proses yang dipelajari berdasarkan
kebiasaan pengamatan sendiri (self-observation), pertimbangan sendiri (self-judment) dan reaksi sendiri (self-reaction). Faktor
perilaku sendiri mempunyai dampak timbal balik (reciprocal impact) terhadap lingkungan sehingga memberikan efek untuk
tindakan berikutnya (Simons-Morton B., 1995).
2.6.1.2. Konsekuensi Dukungan Sosial
Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Cohen & Syme (1996),
dukungan sosial adalah suatu keadaan, yang berrnanfaat bagi individu yang diperoleh
dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang
lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.
Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Friedman (1998),
dukungan sosial adalah sebagai suatu proses hubungan antara Individu dengan
lingkungan sosial.
Dalam sernua tahapan, dukungan sosial menjadikan individu mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sehingga akan rneningkatkan
kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.
Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat House Smet (1994),
setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunvai ciri-ciri antara lain :
a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh
seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi
pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan
dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi
persoalan yang sama atau hampir sama.
Keluarga ibu hamil maupun bidan diarahkan memberikan informasi tentang
nasehat bahaya kehamilan ibu dan janinnya dengan arahan melaksanakan standard
minimal asuhan kehamilan (7 T) serta menjelaskan persoalan-persoalan yang
dihadapi ibu hamil sesuai umur kehamilan pada trimester I, II dan III.
b. Perhatian Emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang
lain. Dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan
penghargaan.
Keluarga bumil maupun bidan diarahkan melakukan interaksi dan komunikasi dua
arah terhadap ibu hamil dan membangun suasana yang kondusif dengan
melibatkan keluarga pasien untuk memberikan dukungan sehingga ibu menerima
kehamilannya, siap untuk jadi ibu serta menghilangkan rasa takut akan persalinan
dan bahaya selama kehamilan. Bidan harus bersahabat dengan pasiennya tanpa ada
pemaksaan pada ibu dalam mengatasi persoalannya dengan cara penyelesaian
masalah yang tidak sesuai kebutuhannya.
c. Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah
seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan
yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya.
d. Bantuan Penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang
kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa
positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang.
Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga, maka penilaian yang sangat
membantu adalah penilaian yang positif.
Menurut Astuti, H.P. (2012), konsep dasar asuhan kebidanan pada kehamilan dari pertimbangan filosofi bahwa
keyakinan dan nilai berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok. Ruang lingkupnya meliputi upaya kehamilan
sehat, deteksi dini komplikasi, antisipasi rujukan dan persiapan persalinan. Sedangkan prinsipnya untuk tujuan ini adalah adalah
bahwa bidan tetap mengikuti kompetensinya dalam membantu proses kehamilan dan kelahiran normal, memberdayakan ibu
hamil dan keluarganya, keputusan tetap di tangan ibu dan keluarga namun bidan memberikan informasi tentang asuhan
kehamilannya dan semua tindakan bidan harus berdasarkan keilm
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pengembangan Promosi Kesehatan
Pada akhir abad 20 yang lalu, telah ada usaha perbaikan kesehatan dan peningkatan harapan hidup yang dramatis
oleh penduduk dunia. Dengan perubahan lingkungan dimana orang hidup, yang seterusnya diikuti perbaikan praktek pengobatan
ternyata telah mendatangkan adanya penurunan mortalitas dan morbiditas yang pada gilirannya memperbaiki standar kehidupan
dan kualitas hidup (Wass, A., 1998).
Pangkal pokok dari Asuhan Kesehatan Dasar yang diambil dari 10 prinsip Deklarasi Alma-Ata (WHO, l978)
merupakan filosofi yang menekankan keadilan social, kesetaraan, partisipasi masyarakat, teknologi yang layak dan terjangkau,
pengawasan pelayanan atas dasar kebutuhan masyarakat, pendidikan kesehatan dan usaha memperbaiki akar sebab dari pada
sakit-sehat. Pemahaman ini menekankan adanya konsep usaha bersama dengan orang yang memungkinkan orang tersebut
membuat keputusan tentang kebutuhan mereka dan bagaimana baiknya menempatkan kebutuhan tersebut. Prinsip inilah yang
mencerminkan filosofi Asuhan Kesehatan Dasar, yakni menggunakan pendekatan-pendekatan yang layak, sesuai secara lokal
dan pada akhirnya berkelanjutan (Wass, A., 1998).
2.2. Promosi Kesehatan Saat Ibu Hamil
7
Salah satu unsur penting untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) adalah
memelihara kesehatan ibu hamil. Data ibu hamil perlu bagi bidan terutama disekitar lingkungannya guna sebagai bahan untuk
merancang strategi pemeliharaan kesehatan. Upaya pertama adalah anjuran pemeriksaan kesehatan sedini mungkin melalui
pendekatan kepada masyarakat, ibu-ibu atau langsung kepada ibu hamilnya (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
Pemeriksaan kesehatan ibu hamil dilakukan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan yang mencakup
identifikasi, analisis masalah dan penentuan diagnosis. Hal ini dapat dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik sebagai
materi rencana asuhan kehamilan dan tindakannya (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
2.3. Kehamilan
2.3.1.Defenisi Kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan (Manuaba, 2009)
Kehamialan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi
sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat
sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamialan (Mandriwati, 2008).
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai
berikut (Hani, U. dkk, 2010):
a. Kehamilan 16 sampai 20 minggu dengan berat janin 1000g bila berakhir disebut
keguguran
b. Kehamilan 21 sampai 28 minggu bila terjadi persalinan disebut immatur.
c. Kehamilan 29 sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut prematuritas.
d. Kehamilan 37 minggu dengan 42 minggu disebut aterm.
e. Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu.
Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu:
1. Triwulan pertama 0 sampai 12 minggu
2. Triwulan kedua 13 sampai 28 minggu
3. Triwulan ketiga 29 sampai 42 minggu
2.3.2.Tanda-tanda dan Gejala Hamil
2.3.2.1. Tanda-tanda Dugaan Hamil
1. Amenorea (terlambat datang bulan).
2. Mual (nausea) dan muntah (emesis) termasuk:
a. Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan.
b.
Menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang
disebutkan morning sickness.
c.
Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi
d.
Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.
3. Ngidam.
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang
demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan
pertama kehamilan dan akan menghilang makin tuanya kehamilan.
4. Sinkope atau pingsan.
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu.
5. Payudara tegang.
Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara,
sedangkan progesterone menstimulasi perkembangan sistem alveolar
payudara.
Bersama
somatomamotropil,
hormone-hormon
ini
menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan
nyeri selama 2 bulan pertama kehamilan, pelebaran putting susu, serta
pengeluaran kolostrum.
6. Sering miksi.
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi, dan biasanya hal
ini menghilang pada triwulan kedua.
7. Konstipasi atau obstipasi.
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
8. Pigmentasi kulit.
a. Sekitar pipi: Chloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi,
hidung, pipi dan leher).
b. Dinding perut.
a. Striae lividae ( pada seorang primigravida, warnanya membiru).
b. Striae nigra
c. Linea alba makin hitam
c. Sekitar payudara
a. Hiperpigmentasi areola mamae
b. Putting susu makin menonjol
9. Varices atau penampakan pembuluh darah vena.
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh
darah terutama bagi wanita yang mempunyai
2.3.2.2. Tanda tidak Pasti Kehamilan
Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan:
1. Rahim membesar sesuai dengan tuanya hamil.
2. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
2.3.2.3. Tanda Pasti Kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan:
1. Gerakan janin dalam rahim
a. Terlihat/teraba gerakan janin
b. Teraba bagian-bagian janin
2. Adanya denyut jantung janin (Salemba, 2010)
2.3.3. Menentukan Masa Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi sampai dengan lahirnya
janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (4 minggu atau 9 bulan 7 hari).
Dihitung dari haid pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu:
2.3.3.1. Trimester I (konsepsi samapi 12 minggu)
Dimulai dari masa konsepsi spermatozoa menembus dinding corona radiata
dengan enzim hyaluronidase. Inti sel telur dan inti sel spermatozoa cromosom dari
kedua inti bercampur hingga telur mempunyai 46 kromosom dan selanjutnya masingmasing kromosom membelah diri hingga terjadi 2 pasang. Ovum yang telah dibuahi
mengalami proses segmentasi sehingga terjadi blastomer.
Umur janin yang sebenarnya, harus dihitung mundur dari saat fertilisasi
karena fertilisasi selalu berdekatan dengan ovulasi sekurang-kurangnya dari saat
ovulasi. Sesuai tingkat pertumbuhannya dari 0-2 minggu setelah fertilisasi disebut
ovum, 3-5 minggu disebut embrio (mudigah) pada saat ini belum bisa dibedakan,
tetapi pembentukan alat-alat badan dalam bentuk dasar sudah terjadi. Sedangkan
umur kehamilan lebih dari 5 minggu disebut fetus yang mana janin sudah mempunyai
bentuk manusia akhir.
Akhir 1 bulan badan bayi sangat melengkung, panjangnya 7,5-10 mm,
kepalanya 1/3 dari seluruh mudigah. Saluran yang akan menjadi jantung sudah
terbentuk dan sudah berdenyut.
Akhir 2 bulan mukanya mulai jelas terbentuk muka manusia dan sudah
mempunyai lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki. Alat kelamin sudah
nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjangnya 2,5 cm.
2.3.3.2. Trimester II ( 12 sampai dengan 28 minggu)
Pada bulan ke 4 panjang janin mencapai 10-17 cm, beratnya 100 gr, alat
kelamin sudah dapat ditentukan jenisnya, kulit ditumbuhi rambut yang halus
(Lanugo). Pada akhir bulan ini pergerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu.
Akhir bulan ke 5 panjang janin 18-27 cm, beratnya 300 gr, bunyi jantung
janin sudah dapat didengar.
Akhir bulan ke 6 panjang janin 28-36 cm, beratnya 600 gr, kulit keriput dan
lemak mulai ditimbun dibawah kulit, dan kulit tertutup oleh veniks caseora yang
bermaksud untuk melindungi kulit.
2.3.3.2. Trimester III (28 sampai dengan 40 minggu)
Bulan ke 7 panjang janin mencapai 35-38 cm, beratnya 100 gr, kalau lahir
dapat hidup didunia luar, walaupun kemungkinannya hidup sangat kecil
Akhir bulan ke 8 panjangnya mencapai 42,5 cm, beratnya mencapai 1700 gr,
permukaan kulit masih merah dan keriput seperti orangtua.
Akhir bulan ke 9 panjangnya mencapai 46cm, dan beratnya 2500 gr kulit
sudah berisi.
Akhir bulan ke 10 janin sudah cukup bulan (mature/aterm), panjangnya
mencapai 50cm beratnya 3000gr. Kulit halus tidak terdapat lanugo, tetapi masih
terdapat Vernicaeosa ialah campuran sel-sel epitel kulit, secret kelenjar lemak.
Kepala sudah ditumbuhi rambut, kuku melebihi ujung jari, pada janin laki-laki testis
sudah ada dalam scrotum dan pada wanita labia mayora menutupi labia minora.
2.3.4. Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan
Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk
memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal
atau bermasalah (Saifuddin, 2001).
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan sosial dalam keluarga, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal
yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi dan serta
menatalaksanakan kondisi yang tidak normal (Saifuddin, 2001).
2.3.5. Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan asuhan kebidanan dalam kehamilan pada prinsipnya adalah memberikan layanan atau bantuan untuk
meningkatkan kesehatan ibu hamil dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga. Kegiatan yang dilakukan di dalam pelayanan
kebidanan dapat berupa upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan (Saifuddin, 2010). Upaya tersebut
diuraikan sebagai berikut:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan bayi.
3. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan
dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal (Rukiyah, 2011).
2.3.6. Proses Kehamilan
2.3.6.1. Ovum
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks.
Jumlah oogonium pada wanita:
Bayi baru lahir
: 750.000
Umur 6-15 tahun
: 439.000
Umur 16-25 tahun
: 159.000
Umur 26-35 tahun
: 59.000
Umur 35-45 tahun
: 34.000
Menopause
: menghilang.
Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses
pematangan dan terjadi ovulasi.
2.3.6.2. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata
rantai hormonal yang kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis, sehingga spermatogonium dapat mengalami proses
mitosis. Pada setiap hubungan seks ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap
cc. Bentuk spermatozoa seperti kecebong yang terdiri atas:
a. Kepala, lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti.
b. Leher, penghubung antara kepala dan ekor.
c. Ekor, panjang sekitar 10 kali kepala mengandung energy sehingga dapat
bergerak.
2.3.6.3. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi
dapat berlangsung sebagai berikut:
a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate,
yang mengandung persediaan nutrisi.
b. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma yang
disebut vitellus.
c. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitellus. melalui saluran pada zona pelusida.
d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba
1. Tempat yang dipaling luas
2. Dindingnya penuh jonjot, tertutup sel yang mempunyai silia.
3. Ovum mempunyai waktu terlam dalam ampula tuba.
e. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
2.3.6.4. Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma “vitellus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti
ovum yang dalam keadaan “metafase”. Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa terbentuk zigot yang dalam
beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya (Manuaba, 1998)
2.3.7.
Standar Asuhan Kehamilan
Asuhan antenatal yang baik sangat penting untuk hasil kehamilan yang baik karena sebagian besar dari kematian ibu
bisa dihindarkan melalui asuhan antenatal, intranatal, dan postnatal yang bermutu tinggi. Selama masa antenatal, pemberi asuhan
kesehatan akan memperoleh kesempatan untuk menyentuh banyak hidup wanita dan barangkali bisa membantu mengubah
tragedi kehilangan nyawa para ibu (Hani,U. dkk, 2010).
Standar Minimal Asuhan Kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Timbang Berat Badan
Secara perlahan berat badan ibu hamail akan mengalami kenaikan antara 9-13
kg selama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per minggu atau 2 kg dalam satu
bulan. Penambahan berat badan paling banyak terjadi pada trimester ke II kehamilan.
Pertanda bahaya kehamilan meliputi:
1. Tubuh ibu sangat kurus atau tidak bertambah (paling sedikit 9kg) selama
kehamilan.
2. Tubuh ibu sangat gemuk atau bertambah lebih dari 19 kg selama kehamilan.
3. Verat badan ibu naik secara tiba-tiba lebih dari 0,5 kg dalam satu minggu atau
lebih dari 2 kg dalam satu.
Penambahan BB ibu selama kehamilan sebagian besar terdiri dari atas
penambahan BB bayi, plasenta, serta air ketuban sebagian lagi berasal dari
penambahan BB ibu sendiri.Disingkat dengan Timbang.
2. Ukuran Tekanan Darah
Tekanan darah normal anatara 90/60 hingga 140/90 mmHg dan tidak banyak
meningkat selama kehamilan.
Tekanan darah adalah ukuran kencang nya darah menekan bagian dalam
pembuluh darah (vena arteri).
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan banyak masalah dalam kehamilan
aliran darah dari plasenta ke bayi juga mengalami gangguan sehingga penyaluran
oksigen serta makanan terhambat, yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
(IUFD) dan sebagiannya.Tekanan darah.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Uterus semakin lama semakin membesar seiring dengan penambahan usia
kehamilan, pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan dengan membandingkan
HPHT (Hari pertama haid terakhir/LMP), dan diukur dengan menggunakan palpasi
(metode jari) atau meteran terhadap TFU. Uterus bertumbuh kira-kira 2 jari per bulan.
Petanda bahaya.
a. Bagian atas uterus tidak sesuai dengan batas tanggal kehamilannya dari
HPHT.
b. Pembesaran uterus lebih atau kurang dari 2 jari per bulan. Tinggi fundus.
4. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil guna memberikan kekebalan
pada janin terhadap infeksi tetanus (Tetanus neonatorum) pada saat persalinan,
maupun postnatal. Bila seorang wanita dalam hidupnya mendapatkan imunisasi
sebanyak lima kali berarti akan mendapatkan kekebalan seumur hidup (long life)
dengan priode waktu tertentu terhadap penyakit tetanus. Menurut WHO, jika seorang
ibu belum pernah mendapatkan imunisasi TT selama hidupnya, maka ibu tersebut
minimal mendapatkan paling sedikit 2 kali injeksi selama kehamilan (pertama saat
kunjungan antenatal pertama dan kedua, empat minggu setelah kunjungan pertama).
Dosis terakhir sebaiknya diberikan sebelum dua minggu pesalinan untuk
mendapatkan efektivitas dari obat. Tetanus-imunisasi.
5. Pemberian Tablet Besi (minimum 90 tablet selama kehamilan)
Selama kehamilan seorang ibu minimal harus mendapatkan 90 tablet tambah
darah (Fe), karena sulit untuk mendapatkan zat besi dengan jumlah yang cukup dari
makanan. Untuk anemia seorang wanita sebaiknya mengosumsi sedikitnya 60 mg zat
besi (mengandung FeSO4320 mg) dan 1mg asam folat setiap hari. Akan tetapi, jika
ibu tersebut sudah menderita anemia, maka sebaiknya mengonsumsi 2 tablet besi dan
1 asam folat per hari. Ingat bahwa zat besi menyebabkan mual, konstipasi, serta
perubahan warna pada feses. Maka saran yang dianjurkan adalah minum tablet pada
malam hari untuk menghindari persaan mual.
Tabel 2.1. Jadwal Imunisasi Ibu Hamil
Antigen
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
Interval (sedang waktu
minimal)
Pada kunjungan antenatal
pertama
4 minggu setelah TT1
6 bulan
1 tahun setelah TT3
1 tahun setelah TT4
Lama
perlindungan
-
% Perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun /seumur
hidup
80
95
99
99
-
Tablet besi sebaiknya diberikan saat diketahui ibu tersebut hamil sampai 1
bulan sesudah persalinan. Zat besi penting untuk mengompensasi peningkatan
volume darah yang terjadi kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan serta
perkembangan janin yang adekuat.
6. Tes terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual)
PMS yang terjadi selama kehamilan berlangsung akan menyebabkan kelainan
atau cacat bawaan pada janin dengan segala akibatnya, oleh karena itu tes terhadap
PMS perlu dilakukan agar dapat didiagnosis secara dini dan mendapatkan pengobatan
secara tepat.Tes PMS.
7. Temu Wicara dalam Rangka Persiapan Rujukan
Temu wicara mengenai persiapan tentang segala sesuatu yang kemungkinan
terjadi selama kehamilan penting dilakukan. Hal ini penting karena bila terjadi
komplikasi dalam kehamilan, ibu dapat segera pertolongan secara tepat karena
kematian ibu sering terjadi karena 3T, yaitu sebagai berikut.
a. Terlambat mengenali bahaya
b. Terlambat untuk dirujuk
c. Terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai.Temu wicara.
Disamping 7 T di atas, sekarang penanganan pelayanan ibu hamil dilanjutkan
dengan 7 T berikutnya yaitu: 1) Tes Hb, 2) Tes protein urin, 3) Tes reduksi urin, 4)
Tekan-pijat payu dara, 5) Tingkat kebugaran (senam hamil), 6) Terapi kapsul yodium
dan 7) Terapi malaria.
2.3.8.
Standar Minimal Kunjungan Kehamilan
Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan-kunjungan
antenatal ini, maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan
selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3 trimester, atau dengan istilah rumus 1 1
2, yaitu sebagai berikut.
a. 1 kali pada trimester I
b. 1 kali pada trimester II
c. 2 kali pada trimester III
Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi
yang sangat penting. Garis-garis besarnya dijelaskan dalam tabel bawah ini:
Tabel 2.2. Tindakan Bidan Selama Kunjungan Antenatal
Kunjungan
Waktu
Informasi penting
Trimester
pertama
Sebelum
minggu ke-14
Trimestr ke II
Sebelum
minggu ke 28
Trimester
ketiga
Trimester
ketiga
Antara
minggu 28-36
a. Membangun hubungan saling percaya antara
petugas kesehatan dengan ibu hamil.
b. Mendeteksi masalah dan menanganinya.
c. Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonaturum, anemia kekurangan zat
besi menggunakan praktik tradisional yang
merugikan.
d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
e. Mendorong prilaku yang sehat (gizi) latihan
dan kebersihan, istirahat dan sebagainya).
Sama seperti di atas ditambah kewaspadaan
khusus mengenai preeklamsia (Tanya ibu
tentang gejala-gejala preeklamsia, periksa untuk
mengetahui proteiuneria).
Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal
untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi
yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rimah sakit
Pada waktu pemberian asuhan, penting diingat bahwa orang lebih suka
menggunakan jasa yang bermutu dan akan menghindari mutu jasa yang baik. Pada
waktu wanita merasakan bahwa dirinya akan diasuh dan dihormati, maka dia akan
kembali berkunjung. Di sini dilihat bahwa cara atau model kita pemberi asuhan akan
menentukan juga frekuensi kunjungan ibu untuk memeriksakan kehamilannya
(Salemba, 2010).
2.3.9. Perubahan dan Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil
2.3.9.1. Trimester Pertama
Segera setelah terjadi peningkatan hormone estrogen dan progesteron tubuh, maka akan muncul berbagai macam
ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah, keletihan, dan pembesaran pada payudara. Hal inu akan
memicu perubahan psikologi seperti berikut ini:
1. Ibu untuk membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan, dan kesedihan.
2. Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali memberitahukan orang
lain apa yang dirahasiakannya.
3. Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang meningkat
libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada wanita yang
mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu kebutuhan untuk
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita hamil yang
merasakan kebutuhan untuk dicintai dan mencinta, tetapi bukan dengan seks.
Sedangkan libido yang sangat besar dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual,
pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran. Sedangkan bagi suami
sering kali membatasi hubungan suami istri karena takut mencederai istri dan
calon bayinya.
4. Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggaan, tetapi
bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah bagi
keluarga.
2.3.9.2. Trimester Kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak
nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibupun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban.
Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energy dan fikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester
ini pula ibu dapat merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa
terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan
meningkatnya libido.
1. Trimester Ketiga
Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab pada
saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan
membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.
Kadang-kadang ibu merasakan khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktuwaktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya
tanda dan gejala terjadinya persalinan pada ibu. Seringkali ibu merasa khawatir
atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan
ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau
benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin
mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul kembali
pada waktu melahirkan (Salemba, 2010).
2.3.10. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kehamilan
2.3.10.1. Faktor Fisik
1. Status Kesehatan
Kondisi kesehatan sangat penting dalam kehamilan, baik kondisi kesehatan
sebelum atau selama kehamilan. Kehamilan dapat lebih berbahaya lagi jika
wanita tersebut sedang sakit.
2. Status Gizi
Selama masa kehamilan ibu merupakan sumber nutrisi bagi bayi yang dikandungnya. Apa yang ibu makan akan
mempengaruhi kondisi bayi. Apabila wanita hamil memiliki status gizi kurang selama kehamilannya maka ia beresiko
memiliki bayi dengan kondisi kesehatan yang buruk. Dan wanita dengan status gizi baik akan melahirkan bayi yang sehat.
Wanita hamil dengan status gizi kurang memiliki kategori risiko tinggi keguguran, kematian bayi dalam kandungan,
kematian bayi baru lahir, cacat, dan berat badan lahir rendah. Selain itu, umumnya pada ibu dengan status gizi kurang
tersebut dapat terjadi 2 komplikasi yang cukup berat selama kehamilan yaitu anemia (kekurangan sel darah merah) dan
pre-eklampsia/eklampsia.
3. Gaya Hidup
Gaya hidup seperti perokok, mengkonsumsi obat-obatan, dan alkohol adalah hal yang sangat berbahaya bagi ibu dan
bayinya. Semua benda tersebut dapat terserap dalam darah ibu kemudian terserap dalam darah bayi melalui sistem sirkulasi
plasenta selama kehamilan.
2.3.10.2. Faktor Psikologi
1. Stresor Internal & External
Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari dalam diri ibu hamil (internal) dan dapat
juga berasal dari faktor luar diri ibu hamil (external). Faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan berasal dari dalam diri
ibu dapat berupa latar belakang kepribadian ibu dan pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
2. Dukungan Keluarga
Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada
ibu akan mempengaruhi keadaan keluarga.
Dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan dapat berjalan lancar antara lain : memberikan dukungan
pada ibu untuk menerima kehamilannya, memberi dukungan pada ibu untuk menerima dan mempersiapkan peran sebagai ibu,
memberi dukungan pada ibu untuk menghilangkan rasa takut dan cemas terhadap persalinan, memberi dukungan pada ibu untuk
menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang dikandungnya melalui perawatan kehamilan dan persalinan yang baik,
serta menyiapkan keluarga lainnya untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru.
3. Dukungan Suami
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya. Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa
wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan
fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini
karena ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan
dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap anaknya.
Ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya antara lain :
1) Dukungan emosi yaitu suami sepenuhnya memberi dukungan secara
psikologis kepada istrinya dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian
kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan dan perubahan emosi ibu
hamil.
2) Dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan untuk
memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya.
3) Dukungan informasi yaitu dukungan suami dalam memberikan informasi
yang diperolehnya mengenai kehamilan.
4) Dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan
kehamilan istrinya.
2.3.10.3. Faktor Lingkungan
Banyak alasan mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil, beberapa alasan antara lain
karena kemiskinan, kurangnya pelayanan medik, kurang pendidikan dan pengetahuan, termasuk sosial budaya berupa
kepercayaan yang merugikan atau membahayakan.
2.3.10.4. Kebiasaan Adat Istiadat
Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu
setempat yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudian menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral (tidak berpengaruh
pada keamanan atau kesehatan), tidak jelas (efek tidak diketahui/tidak dipahami) atau membahayakan.
2.3.10.5. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan
kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang
mudah dijangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk sering memeriksakan kehamilannya dan untuk mendapatkan
penanganan dalam keadaan darurat. Bidan dapat memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang
pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM, dan fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan
aman bagi kehamilan dan persalinannya.
2.3.10.6. Sosial Ekonomi
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena berhubungan dengan pemehuhan kebutuhan-
kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain : makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan, dan
transportasi/sarana angkutan.
2.3.11. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan
2.3.11.1. Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Muda
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah normal. Pada masa awal sekali
kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting di
sekitar waktu pertama haidnya terlambat. Perdarahan ini adalah perdarahan
implantasi dan normal. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan kecil
mungkin pertanda dari friable cervix. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau
mungkin suatu tanda adanya suatu infeksi. Pada awal kehamilan, perdarahan yang
tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan yang
sangat menyakitkan. Perdarahan ini dapat berarti aborsi, kehamilan mola, atau
kehamilan ektopik.
2. Hipertensi Gravidarum
Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik (meningkatnya tekanan
darah sebelum usia kehamilan 20 minggu). Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran sering berhubungan dengan hipertensi
dalam kehamilan. Keadaan lain yang dapat mengakibatkan kejang ialah epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis.
a. Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis pada penanganan
hipertensi dalam kehamilan.
b. Tekanan diastolik mengukur tekanan tahanan perifer dan tidak dipengaruhi
oleh keadaan emosi pasien (seperti pada tekanan sistolik).
c. Jika tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua pemeriksaan berjarak 4 jam atau
lebih, diagnosisnya adalah hipertensi. Pada keadaan urgen, tekanan diastolik
110 mmHg dapat dipakai sebagai dasar diagnosis, dengan jarak waktu
pengukuran < 4 jam.
1) Jika hipertensi pada kehamilan > 20 minggu, pada persalinan, atau dalam
48 jam sesudah persalinan, diagnosisnya adalah hipertensi dalam
kehamilan.
2) Jika hipertensi terjadi pada kehamilan < 20 minggu, diagnosisnya adalah
hipertensi kronik.
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut :
1) Hipertensi (tanpa protenuria atau odema)
2) Pre-eklampsia ringan
3) Pre-eklampsia berat
4) Eklampsia
3. Nyeri Perut Bagian Bawah
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala
utama pada kehamilan ektopik atau abortus.
Tabel 2.3. Diagnosis nyeri perut pada kehamilan muda
Gejala dan Tanda yang
selalu Ada
Gejala dan Tanda yang
Kadang Ada
Diagnosis
a. Nyeri perut
b. Tumor adneksa pada
periksa dalam
a. Nyeri perut bawah
b. Demam
c. Nyeri lepas
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
Disuria
Sering berkemih
Nyeri perut
Disuria
Demam tinggi/menggigil
Sering berkemih
Nyeri perut
a. Demam
b. Nyeri perut bawah
c. Bising usus (-)
a.
b.
c.
d.
e.
Nyeri perut
Perdarahan sedikit
Serviks tertutup
Uterus sedikit besar
Uterus lunak
a. Masa tumor di perut
bawah
b. Perdarahan vaginal ringan
a. Perut membengkak
b. Anoreksia
c. Mual/muntah
d. Ileus paralitik
e. Lekositosis
f. Tumor (-)
g. Nyeri di atas McBurney
a. Nyeri retro/suprapubik
Kista ovarium
Apendisitis
Sistitis
a.
b.
c.
d.
d.
Nyeri retro/suprapublik
Nyeri pinggang
Sakit di dada
Anoreksia
Mual.muntah
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
Nyeri lepas
Perut kembung
Anoreksia
Mual/muntah
Syok
Pingsan
Tumor adneksa nyeri
Amenorea
Serviks nyeri goyang
Pielonefritis akut
Pielonefritis
Kehamilan ektopik
2.3.11.2. Tanda Bahaya Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut
1. Perdarahan per Vaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum sebelum kelahiran.
Perdarahan pada akhir kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.
Perdarahan seperti ini bisa berarti plasenta previa
2. Sakit Kepala yang Hebat dan Menetap
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang
dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin mengalami penglihatan yang kabur
atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia.
3. Perubahan Visual secara Tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)
Karena pengaruh hormonal dalam kehamilan, ketajaman visual ibu dapat berubah. Perubahan yang kecil adalah
normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya
pandangan kabur atau berbayang dan berbintik-bintik. Perubahan visual mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Perubahan visual mendadak mungkin merupakan suatu tanda pre-eklampsia.
4. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang
mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gastritis, penyakit
kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, ISK, dan lain-lain.
5. Bengkak pada Muka atau Tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari
dan biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih tinggi. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius
jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal
ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau pre-eklampsia.
6. Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya
lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan
bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Salemba, 2010).
2.4. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan adalah merupakan studi dan praktek pengajaran, pembelajaran dan perubahan. Pendidikan kesehatan
merupakan suatu proses yang menjembatani ruang pemisah diantara informasi kesehatan dan praktek kesehatan. Pendidikan
kesehatan dapat memotivasi seseorang untuk mengetahui informasi yang berguna untuk kesehatannya atau bagi petugas
kesehatan sebagai pengetahuan untuk menjadi mediator promosi kesehatan. Pendidikan ini berhubungan dengan perilaku sehat
untuk menolong orang dalam mempertahankan pola hidup sehatnya atau bahkan dapat mengembangkan pola hidup pada derajat
yang lebih baik. Pendidikan kesehatan sebagai suatu proses memberi makna memiliki kegiatan pendidikan kesehatan yang
berbasis umum dengan tidak masalah dimana saja, apakah di klinik, masyarakat, sekolah, rumah (keluarga) atau pada wadah
pekerjaan. Defenisi lain dari pendidikan kesehatan adalah upaya kombinasi pengalaman-pengalaman belajar yang dirancang
untuk memfasilitasi proses penyesuaian perilaku secara sukarela yang kondusif terhadap kesehatan (Green dkk, 1980).
Uraian di atas menggambarkan adanya faktor partisipasi petugas kesehatan atau pihak provider yang berimplikasi ada
intervensi untuk pengembangan dan perubahan di dalam perilaku mempertahankan sehat atau setidaknya menghambat perilaku
yang merugikan bagi kesehatan. Hal ini mengandung pengertian bahwa motivasi memperoleh pengetahuan dibutuhkan untuk
diri petugas kesehatan atau klien sedemikian sehingga keahlian kuratif dapat merelevankan promosi untuk sehat (Green dkk,
1980).
Konsep model asuhan dan proses keperawatan merupakan penyelesaian masalah yang mengarah pada masalah-
masalah klinik. Seperti halnya dengan kerangka Precede , model asuhan pasien dan proses keperawatannya membutuhkan
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses keperawatan lebih condong berfokus
pada model pengobatan dari sudut perilaku sehat positif, kemampuan dan kelemahan keluarga serta potensialnya untuk
pertumbuhan dan perawatan diri. Proses keperawatan ini menuntut perawat bagaimana mengumpul informasi pada individu
seperti anggota keluarga, masyarakat dan kelompok kultur; dan bagaimana merencanakan asuhan untuk kebutuhan individu.
Dalam bentuk perencanaan, para perawat diharapkan mampu membedakan kebutuhan-kebutuhan yang yang pokok dan yang
bukan, maupun dapat menentukan intervensi yang mana yang lebih sesuai seperti memilih perawatan dokter, pendidikan atau
bentuk pembinaan.Setelah ada kesepakatan bersama perawat dengan kolaborasinya dan pasien dengan keluarganya maka
intervensi dilaksanakan dan seterusnya dilakukan monitoring (Green dkk, 1980).
Persamaan diantara proses keperawatan dan fase kerangka Precede tampak pada adanya model penyelesaian masalah
berbasis asesmen, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Perencana pada kedua model ini melaksanakan identifikasi dan
membuat rating masalah sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan untuk mendapat siaga perhatian. Perbedaan kedua model ini
juga terletak pada sasaran kerja ke individu untuk proses keperawatan dan ke tingkat populasi untuk kerangka precede dalam
konteks perencanaan (Green dkk, 1980).
Kerangka Precede digambarkan pada gambar 2.2.1.dan diuraikan faktor-faktornya pada gambar 2.2.2. Proses
penerapan kerangka precede oleh para ahli klinik atau perawat atau bidan dalam melaksanakan perencanaan asuhan atau
perawatan pasien dapat disesuaikan dengan proses keperawatannya. Proses itu meliputi asesmen, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi
Tahapannya dimulai dari pengamatan fisik, emosional, kesejahteraan pasien dan seterusnya kemajuan pasien diamati
cermat (Green dkk, 1980).
PRECEDE
Fase 5
Fase 4
Diagnosis Administratif
Diagnosis Pendidikan
dan Kebijakan
dan Organisasi
PROMOSI
Fase 3
Fase 2
Diagnosis Perilaku
Diaagnosis Epidemiologi
Fase 1
Diagnosis Sosial
dan Lingkungan
FAKTOR
KESEHATAN
UTAMA
I
PERILAKU DAN GAYA
PENDIDIKAN
FAKTOR
KESEHATAN
PELUANG
HIDUP
KUALITAS
SEHAT
LINGKUNGAN
ORGANISASI
FAKTOR
REGULASI
PENGUAT
HIDUP
FASE 9
EVALUASI HASIL
KEBIJAKAN
FASE 7
FASE 8
PPROSES EVALUASI
FASE 6
EVALUASI DAMPAK
PELAKSANAAN
Gambar 2.1. Model Precede-Proceed (Dikutip dari Green, L,W., M.W. Kreuter, S.G. Deeds and K.B. Patridge, 1980)
Faktor Penentu (predisposisi) meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
Pengetahuan
Keyakinan
Nilai
Sikap
persepsi
PERILAKU INDIVIDU ATAU
Faktor peluang:
1. Ketersediaan
Sumber
Daya Kesehatan
2. Akses Sumber Daya
Kesehatan
3. Peraturan, Prioritas dan
Komitmen
Masyarakat/Pemerintah
4. Skill Kesehatan
ORGANISASI
SEHAT
LINGKUNGAN KONDISI KEHIDUPAN
Faktor Penguat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Keluarga
Kerabat
Guru
Pekerja
Petugas Kesehatan
Pemuka Masyarakat
Cerdik Pandai
Gambar 2.2. Faktor-faktor peubah perilaku sehat diuraikan di dalam kotak yang diringkaskan pada gambar 2.2.2
(Dikutip dari Green, L,W., M.W. Kreuter, S.G. Deeds and K.B. Patridge, 1980).
2.5. Faktor Penentu , Peluang dan Penguat
2.5.1. Kurikulum Pendidikan D III Kebidanan
Pendidikan Diploma III Kebidanan merupakan Pendidikan Vokasional yang menghasilkan Bidan Pelaksana dengan
gelar Ahli Madya Kebidanan (A.Md.Keb), dengan beban studi kompetensi inti dan pendukung minimal 110 SKS dan maksimal
120 SKS yang dijadwalkan 6 semester dan selama-lamanya 10 semester setelah pendidikan menengah (Kepmendiknas
232/U/2000).
Sebagai Ahli Madya Kebidanan yang mampu dalam pelayanan preventif-promotif, diberikan Mata Kuliah Ilmu
Kesehatan Masyarakat dengan kode Bd. 403 dan Asuhan Kebidanan I (Kehamilan) dengan kode Bd. 502. Kompetensi ini
ternyata di lapangan mendukung pelayanan para bidan yang bukan hanya dalam kebidanan saja akan tetapi masyarakat juga
mengharapkan pelayanan kuratif pengobatan, sehingga dapat diasumsikan bahwa pelayanan itu berkembang menjadi kuratif-
promotif.
Profil lulusan di dalam panduan kurikulum inti diharapkan mampu berperan sebagai pengembang asuhan kebidanan,
penggerak masyarakat, komunikator, pengambil keputusan, dan pengelola. Sementara standar kompetensi lulusan diharapkan a)
mampu berperilaku profesional, beretika dan bermoral serta tanggap terhadap nilai sosial budaya dalam praktek kebidanan; b)
mampu melakukan komunikasi efektif dengan perempuan; c) mampu memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil, bersalin,
nifas dan menyusui, bayi baru lahir, balita dan kesehatan reproduksi pada kondisi normal; d) mampu memberikan penanganan
kegawatdaruratan sesuai kewenangannya; e) mampu melakukan upaya promotif, preventif, deteksi dini dan pemberdayaan
msyarakat dalam pelayanan kebidanan; dan f) mampu mengelola kewirausahaan dalam pelayanan kebidanan yang menjadi
profesinya (Kemenkes BPPSDM Kesehatan Pusdiklat Tenaga Kesehatan, 2011).
2.5.2. Perilaku Pengaruh Timbal-balik Faktor Lingkungan
Perilaku diatur oleh konsekuensi lingkungan
(reinforcement) bagi individu yang dapat mengerti dan
menginterpretasi, artinya bukan hanya kejadian dilingkungan yang mempengaruhi perilaku tetapi persepsi individunya terhadap
kejadian di lingkungan tersebut. Konsekuensi lingkungan ini diuraikan berikut.
1. Faktor Penguat (reinforcement)
Perilaku individu tampil sebagai produk interpretasi konsekuensi-konsekuensi yang dirasakan (perceivable
concequences) pada lingkungannya.Faktor penguat dari melihat kenikmatan orang menerima keberhasilan orang
(vicarious reinforcement)
namun belum diekspresikan individu dan individu menguatkan dirinya (self-
reinforcement) berperilaku dibawah kontrolnya terlepas dari konsekuensi lingkungan.
2. Belajar Mengamati (observational learning)
Individu menampilkan perilaku melalui belajar mengamati dengan kehadirannya saat kejadian yang penuh perhatian
(attentional processes), mampu mengulang kembali perilaku denga ingatannya (retentional processes), mampu
meniru perilaku dengan meniru kejadian yang diamati atau duplikasi (motor reproductive processes) dan mampu
memerankan perilaku yang diperoleh dengan mencontoh konsekuensi (acquisitional processes).
2.5.3. Perilaku Pengaruh Timbal-balik Faktor Personal
Pendekatan individu terhadap situasi jarang mengerahkan kemampuannya secara penuh. Pengambilan keputusan atas
dasar fakta, konsep, skill, keyakinan, sikap dan kesan sebagai yang dialami dimasa lampau akan menjadi faktor kognitif dalam
menampilkan perilaku sekarang dengan pertimbangan-pertimbangannya.
Faktor penguat diri sebagai bagian dari sistem pengaturan diri adalah juga bagian dari struktur personal manusia.
Dalam hal ini perilaku ditampilkan sesuai dengan kepentingan aspek personal. Simons-Morton dkk (1995) menguraikan aspek
personal ini meliputi:
a. Perilaku Antisipatif (outcome expectation)
Perilaku feedback dari hasil yang diwanti-wanti sejak individu termotivasi di masa lampau akan menampilkan
perilaku atas keyakinan adanya efek dikemudian hari.
b. Perilaku Yang Diinginkan (outcome expectancy)
Perilaku yang diharapkan individu yang memang diharapkan akan tampil nantinya seperti perilaku memberi
pelayanan kepada pasien.
c. Perilaku Mandiri (efficacy expectation)
Kerangka fikir dalam penelitian ini dalam rangka mengukur peran kuratif-promotif bidan pada pelayanan asuhan ibu
hamil dapat dikutip dari uraian Simons-Morton dkk (1995) bahwa beberapa riset yang sangat menjanjikan yang berhubungan
dengan perilaku sehat beberapa tahun terakhir ini adalah berfokus pada konsep kemandirian ( self-efficacy ). Kok et al. (1991)
juga mengungkapkan bahwa konsep kemandirian (self-efficacy) merupakan prediktor yang baik untuk perilaku. Berikut ini
dijelaskan Simons-Morton (1995) tentang konsep konsekuensi kemandirian (sel-efficacy) pada 4 variabel personal untuk
menjadi karakter yang akan menempa perilaku:
2.5.3.1. Perilaku Konsekuensi Status Fisiologi (Physiological State)
Kesehatan fisik dan fisikologik individu merupakan faktor penentu mampu tidaknya individu melakukan tugas.
Disamping itu, persepsi dan potensi kesehatan juga berpengaruh. Kategori ini memfokuskan pengukuran suasana kesehatan
individu baik kesehatan fisik maupun mental untuk menerima dan menampilkan konsekuensi perilaku sehat dan persepsinya
dalam melakukan tugas pelayanan.
2.5.3.2. Perilaku Konsekuensi Bujukan LISAN (Verbal Persuation)
Salah satu keyakinan yang dapat mendukung kemampuan melakukan tugas tertentu adalah datang dari bujukan
orang berpengaruh atau bahkan dari orang tua. Bujukan ini sering berhasil merubah perilaku pada hal-hal yang dapat dicerna
akal penerimanya.
2.5.3.3. Perilaku Konsekuensi Belajar dari Prestasi Orang (Vicarious Experience)
Belajar dari prestasi orang merupakan faktor penentu perilaku yang dapat menampilkan perilaku setelah peringkat
berprestasi atau sudah melakukan upaya-upaya sukses dalam keahlian tertentu.Kategori ini termasuk upaya belajar obserbasi
atau mengamati.
2.5.3.4. Perilaku Konsekuensi Berprestasi (Performance Accomplishment)
Salah satu cara yang paling baik dan jelas untuk mengembangkan kemandirian (self-efficacy) adalah dengan adanya
kesuksesan yang dialami untuk pembentukan perilaku target. Istilah yang muncul disini adalah “ kesuksesan melahirkan
kesuksesan “ dan hal ini sangat penting untuk menyusun program yang dapat membuat pengalaman sukses. Kategori ini akan
diukur dalam konsep peran promotif.
2.6. Perilaku Peran Promotif Bidan
2.6.1. Landasan Teori
2.6.1.1. Konsekuensi Pembelajaran
Untuk tujuan penelitian, hubungan pengetahuan dan skill ini dengan peran kuratif-promotif, Teori Sosial Kognitif
(Social Cognitive Theory) yang dikemukakan oleh Bandura (1986) tampak akan membantu sebagai interpretasi dari kerangka
precede dalam membuat asesmen konsekuensi pembelajaran asuhan kehamilan. Teori ini sangat berguna sebagai suatu
pendekatan terhadap program yang diarahkan pada pengembangan personalitas umum, patologi perilaku, dan
promosi
kesehatan. Teori ini menurut Simons-Morton BG (1995) adalah sebagai faktor penentu perilaku yang muncul dari efek timbal-
balik (Reciprocal Determinism), yakni perilaku tampilan merupakan pengaruh timbal balik di dalam faktor pengaruh lingkungan
dan pengaruh timbal balik dalam faktor personal dari pada subjek.
Bandura (1986) memperkenalkan teori Kognitif Sosial ini dapat menampilkan potensi konsekuensi perilaku yang
dialami oleh individu sebagai faktor penentu tindakan atau perilaku pada masa yang akan datang. Perilaku itu dapat timbul dari
hasil interpretasi faktor lingkungan dengan konsekuensinya atau feedback. Dua faktor lainnya adalah faktor personal dan faktor
perilaku sendiri.Faktor personal berkaitan dengan latar belakang berupa pengetahuan dan sikap-sikap yang berhubungan dengan
persoalan pengetahuan. Faktor perilaku berhubungan dengan kemampuan individu menggunakan kendali diri (self-control)
dalam menentukan respon terhadap situasi. Faktor perilaku ini merupakan sekumpulan proses yang dipelajari berdasarkan
kebiasaan pengamatan sendiri (self-observation), pertimbangan sendiri (self-judment) dan reaksi sendiri (self-reaction). Faktor
perilaku sendiri mempunyai dampak timbal balik (reciprocal impact) terhadap lingkungan sehingga memberikan efek untuk
tindakan berikutnya (Simons-Morton B., 1995).
2.6.1.2. Konsekuensi Dukungan Sosial
Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Cohen & Syme (1996),
dukungan sosial adalah suatu keadaan, yang berrnanfaat bagi individu yang diperoleh
dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang
lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.
Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Friedman (1998),
dukungan sosial adalah sebagai suatu proses hubungan antara Individu dengan
lingkungan sosial.
Dalam sernua tahapan, dukungan sosial menjadikan individu mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sehingga akan rneningkatkan
kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.
Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat House Smet (1994),
setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunvai ciri-ciri antara lain :
a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh
seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi
pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan
dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi
persoalan yang sama atau hampir sama.
Keluarga ibu hamil maupun bidan diarahkan memberikan informasi tentang
nasehat bahaya kehamilan ibu dan janinnya dengan arahan melaksanakan standard
minimal asuhan kehamilan (7 T) serta menjelaskan persoalan-persoalan yang
dihadapi ibu hamil sesuai umur kehamilan pada trimester I, II dan III.
b. Perhatian Emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang
lain. Dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan
penghargaan.
Keluarga bumil maupun bidan diarahkan melakukan interaksi dan komunikasi dua
arah terhadap ibu hamil dan membangun suasana yang kondusif dengan
melibatkan keluarga pasien untuk memberikan dukungan sehingga ibu menerima
kehamilannya, siap untuk jadi ibu serta menghilangkan rasa takut akan persalinan
dan bahaya selama kehamilan. Bidan harus bersahabat dengan pasiennya tanpa ada
pemaksaan pada ibu dalam mengatasi persoalannya dengan cara penyelesaian
masalah yang tidak sesuai kebutuhannya.
c. Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah
seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan
yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya.
d. Bantuan Penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang
kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa
positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang.
Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga, maka penilaian yang sangat
membantu adalah penilaian yang positif.
Menurut Astuti, H.P. (2012), konsep dasar asuhan kebidanan pada kehamilan dari pertimbangan filosofi bahwa
keyakinan dan nilai berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok. Ruang lingkupnya meliputi upaya kehamilan
sehat, deteksi dini komplikasi, antisipasi rujukan dan persiapan persalinan. Sedangkan prinsipnya untuk tujuan ini adalah adalah
bahwa bidan tetap mengikuti kompetensinya dalam membantu proses kehamilan dan kelahiran normal, memberdayakan ibu
hamil dan keluarganya, keputusan tetap di tangan ibu dan keluarga namun bidan memberikan informasi tentang asuhan
kehamilannya dan semua tindakan bidan harus berdasarkan keilm