Eksekusi Jaminan Fidusia Sebagai Pelunasan Utang Debitur (Studi Pada PT. Bank BNI Cabang Meulaboh, Aceh)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional
merupakan salah satu untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dimana dalam rangka memelihara kesinambungan
pembangunan ekonomi tersebut, yang pelakunya meliputi baik pemerintah
maupun orang perseorangan dan badan hukum, sangat diperlukan dana dalam
jumlah yang cukup besar, dimana dengan meningkatnya kegiatan pembangunan,
meningkat juga keperluan akan tersedianya dana, yang sebagian besar diperoleh
melalui kegiatan perkreditan.1
Eksistensi bank sebagai suatu lembaga yang berfungsi untuk menghimpun
dana masyarakat, yang untuk selanjutnya mengucurkan dana tersebut dalam
bentuk pemberian kredit kepada masyarakat, sangatlah berperan penting dalam
pembangunan roda perekonomian secara berkesinambungan tersebut dalam suatu
Negara.
Mengingat pentingnya kedudukan dana perkreditan tersebut dalam proses
pembangunan, sudah semestinya jika pemberi dan penerima serta pihak lain yang
terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan


1

Herowati Poesoko, Parate Eksecutie Obyek Jaminan fidusia (Inkonsistensi, Konflik
Norma, dan Kesesatan Penalaran Dalam UUHT), Pressindo,Yogyakarta, 2007, hlm.1.

1
Universitas Sumatera Utara

2

yang dapat pula memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Hukum jaminan yang kuat dan pasti merupakan salah satu indikasi untuk
mempercepat pertumbuhan perekonomian, karena bank (kreditur) sebagai
penyedia dana sudah pasti memerlukan jaminan dan perlindungan hukum yang
memadai ketika mengucurkan kredit kepada perorangan maupun perusahaan,
bahkan keberadaan hukum jaminan yang kuat serta memberikan kepastian hukum
dan mudah dalam eksekusinya sangat didambakan oleh para pelaku bisnis.
Hukum jaminan yang berlaku di Indonesia sendiri dapat dibagi ke dalam

dua bentuk yaitu:2
1. Jaminan kebendaan dan jaminan perorangan, dimana jaminan kebendaan
adalah jaminan berupa harta kekayaan dengan cara pemisahan bagian harta
dari harta kekayaan baik debitur maupun pihak ke tiga, guna menjamin
pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur yang bersangkutan cidera janji
(wanprestasi).
2. Jaminan perorangan adalah jaminan berupa pernyataan kesanggupan yang
diberikan oleh seorang pihak ke tiga guna menjamin pemenuhan kewajibankewajiban debitur kepada kreditur, apabila debitur yang bersangkutan cidera
janji (wanprestasi). Jaminan semacam ini pada dasarnya adalah penanggungan
utang yang diatur dalam Pasal 1820-1850 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUH Perdata), yang pada perkembanganya jaminan perorangan juga
dipraktikan oleh perusahaan yang menjamin utang perusahaan lainya. Bank

2

Ibid.,hlm.27

Universitas Sumatera Utara

3


dalam hal ini sering menerima jaminan serupa, yang sering disebut Corporate
Guarantee.
Salah satu bentuk jaminan yang sering sekali dipakai oleh lembaga
perbankan adalah jaminan kebendaan yang berupa jaminan fidusia, dimana
jaminan fidusia ini memberikan kemudahan kepada masyarakat terutama bagi
pihak debitur (pemberi fidusia), karena dalam sistem jaminan fidusia barang tidak
diserahkan kepada pihak kreditur, akan tetapi barang tersebut masih tetap berada
dalam

kekuasaan pihak debitur, sehingga

pihak debitur masih dapat

memanfaatkan barang tersebut tanpa menganggu kegiatan usahanya, namun
meskipun begitu sebelum utang dibayar lunas oleh pihak debitur, maka hak milik
barang tersebut sementara waktu masih berpindah kepada kreditur.3
Keberadaan jaminan fidusia sendiri di Indonesia sebelum diundangundangkanya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia,
dilandaskan kepada Yurisprudensi dari Hoog Raad Belanda yang dikenal sebagai
putusan putusan Bier Broumerij Arrest, dimana Hakim untuk pertama sekali

mengesahkan adanya mekanisme penjamin seperti tersebut. Selain berdasarkan
Yurisprudensi dari Hoog Raad Belanda, praktik jaminan fidusia juga diakui dalam
beberapa peraturan perundang-undangan, akan tetapi belum ada satu undangundangpun yang mengatur secara mekanisme khusus mengenai jaminan fidusia.
Kemudian kesadaran untuk membentuk suatu undang-undang yang khusus
mengatur jaminan fidusia muncul ketika terjadinya krisis moneter yang kemudian
berkembang menjadi krisis ekonomi di Indonesia beberapa tahun silam, dimana
3

Gatot Suparmono, Perbankan dan Masalah Kredit : Suatu Tinjauan, Djambatan,
Jakarta, 2002, hlm.74

Universitas Sumatera Utara

4

krisis ekonomi ini memberikan pelajaran yang amat berharga dan penting bagi
para pelaku usaha khususnya lembaga perbankan di Indonesia akan pentingnya
peran instrument jaminan yang mampu mengamankan nilai piutang dengan
memberikan hak prefensi atas piutang tersebut.
Gagalnya eksekusi terhadap banyak asset debitur dan kenyataan bahwa

banyak sekali asset kosong yang diberikan lewat instrument personal guarantee
maupun corporate guarantee menunjukan bahwa para pelaku ekonomi
membutuhkan suatu bentuk jaminan yang secara fleksibel mampu memberikan
akses pendanaan bagi para debitur tanpa melepaskan aspek kepastian hukum,
maka kemudian atas kesadaran tersebut oleh pemerintah dibentuklah Undang –
Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, yang dimana kehadiran
Undang-Undang Jaminan Fidusia ini ditujukan untuk menjawab segala
permasalahan di atas.
Jaminan fidusia sendiri dibentuk agar dapat memberikan jaminan
kepastian hukum bagi kreditur serta dapat memberikan kekuatan eksekutorial bagi
kreditur apabila pihak debitur wanprestasi, yang dimana agar jaminan fidusia
dapat memberikan kekuatan eksekutorial maka dibuat terlebih dahulu akta yang
dibuat oleh notaris dan selanjutnya didaftarkan kekantor pendaftaran fidusia, yang
nantinya setelah didaftarkan pihak kreditur akan memperoleh sertifikat jaminan
fidusia yang berirah-irah “Demi Keadilan Yang Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”, maka dengan adanya irah-irah tersebut secara otomatis jaminan
fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial, yang nantinya dapat digunakan apabila
pihak debitur melakukan wanprestasi.

Universitas Sumatera Utara


5

Eksekusi pada jaminan fidusia sendiri, berdasarkan Pasal 29 Ayat 1
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, dilakukan
dengan cara, yaitu:4
1. Pelaksanaan title eksekutorial sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 15
Ayat (2) Undang-Undang Jaminan Fidusia;
2. Penjualan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaan lembaga
pembiayaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan;
3. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi
dan lembaga pembiayaan jika dengan cara yang demikian dapat diperoleh
harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.
Tata cara eksekusi yang diatur dalam Pasal 29 Ayat 1 Undang- Undang
Jaminan Fidusia, tersebut memberikan berbagai alternatif bagi pihak kreditur
untuk melakukan eksekusi apabila pihak debitur melakukan wanprestasi.
Sehingga diharapkan dengan berbagai alternatif eksekusi tersebut, pihak kreditur
mendapatkan jaminan perlindungan hukum apabila pihak kreditur melakukan
wanprestasi.

Ketiga alternatif eksekusi yang diberikan oleh Undang-Undang Jaminan
Fidusia, dapat dilakukan oleh para kreditur, dimana salah satu kreditur yang
melakukan eksekusi tersebut adalah PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang
Meulaboh, Aceh, yang sekaligus juga merupakan objek dari pada penelitian ini.
Eksekusi jaminan fidusia sendiri akan dilakukan oleh pihak PT. BNI, apabila

4

Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm.322

Universitas Sumatera Utara

6

pihak debitur melakukan cidera janji (wanprestasi), sehingga menimbulkan
terjadinya kredit macet. Pada PT. BNI sendiri, kredit macet yang terjadi pada
pihak debitur biasanya terjadi disebabkan karena usaha yang dijalankan oleh
pihak

debitur


mengalami

kegagalan

atau

kerugian

hingga

mengalami

kebangkrutan atau bisa juga karena memang kredit macet terjadi karena
kesengajaan seperti watak pihak debitur yang sejak dari awal sudah tidak berniat
untuk membayar angsuran kreditnya. Oleh karena itulah eksekusi dijalankan oleh
pihak bank sebagai upaya dalam menyelesaikan kredit macet.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia, diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam hal eksekusi apabila
debitur melakukan wanprestasi. Namun pada kenyataanya di lapangan masih

banyak hambatan yang dijumpai oleh piak bank jika akan melakukan eksekusi
terhadap objek yang dijadikan jaminan kredit, seperti misalnya objek jaminan
fidusia tidak mau diserahkan pada saat akan dilakukan eksekusi, serta objek
jaminan fidusia belum didaftarkan, sehingga eksekusi tidak dapat dijalankan.
Banyaknya kendala-kendala yang dijumpai pada saat akan dilakukan
eksekusi terhadap objek jaminan fidusia, membuat penulis tertarik untuk
mengangkat judul ” ASPEK HUKUM TERHADAP EKSEKUSI JAMINAN
FIDUSIA SEBAGAI PELUNASAN HUTAN DEBITUR (Studi pada PT. BNI,
Cabang Meulaboh, Aceh)” sebagai judul skripsi.

Universitas Sumatera Utara

7

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka dapat
dijabarkan beberapa permasalahan yang akan di bahas di dalam skripsi ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya kredit macet dan
ekskekusi terhadap jaminan fidusia pada PT. BNI, Cabang Meulaboh, Aceh?

2. Bagaimana prosedur pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia yang dilakukan ole
PT. BNI, Cabang Meulaboh, Aceh?
3. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia,
serta upaya penyelesaian yang dilakukan oleh PT. BNI Cabang Meulaboh,
Aceh, dalam mengatasi hambatan eksekusi jaminan fidusia?

C. Tujuan Penulisan
Dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi ini, ada beberapa tujuan
yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1. untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kredit macet dan eksekusi
jaminan fidusia pada PT. BNI Cabang Meuolaboh, Aceh.
2. untuk mengetahui prosedur pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia yang
dilakukan oleh PT. BNI Cabang Meulaboh, Aceh, apabila terjadinya kredit
macet pada debitur
3. untuk mengetahui bentuk-bentuk hambatan yang terjadi dalam

eksekusi

jaminan fidusia yang dilakukan oleh PT. BNI Cabang Meulaboh, Aceh, serta


Universitas Sumatera Utara

8

upaya penyelesaian yang dilakukan oleh PT. BNI Cabang Meulaboh, Aceh,
dalam menghadapi hambatan pelaksanaan eksekusi yang dilakukan oleh
debitor.

D. Manfaat Penulisan
Pembahasan skripsi ini diharapkan juga dapat memberikan manfaat antara
lain :
1. Secara Teorietis
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan,
memberikan sumbangan pemikiran, serta memberikan tambahan dokumentasi
karya tulis, litertur, dan bahan-bahan informasi ilmiah lainya didalam bidang
hukum perdata pada umumnya, secara khusus juga di harapkan skripsi ini
dapat memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan dari suatu eksekusi
jaminan fidusia sebagai pelunasan hutang debitur
2. Secara Praktis
Penulisan skripsi ini ditujukan kepada kalangan praktisi dan penegak hukum
serta masyarakat untuk lebih mengetahui dan memahami eksekusi jaminan
fidusia serta memberikan pengetahuan dan informasi kepada para praktisi
hukum, civitas akademik, dan pemerintah sendiri

untuk mengetahui

hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai dalam eksekusi jaminan fidusia
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

9

E. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan hal yang penting dalam upaya mencapai
tujuan tertentu di dalam penulisan skripsi. Hal ini dilakukan agar terhindar dari
suatu kesan dan penilaian bahwa penulisan skripsi dibuat dengan cara asal-asalan
dan tanpa didukung dengan data yang lengkap. Oleh karena itulah, maka dalam
melakukan penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut ;
1. Sifat Penelitian
Sifat Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah deskriptif
analistis. yaitu menggambarkan semua gejala dan fakta serta menganalisa
semua permasalahan yang ada sehubungan dengan aspek hukum terhadap
eksekusi jaminan fidusia sebagai pelunasan hutang debitur yang dihubungkan
kepada peraturan yang berlaku.
2. Metode Pendekatan
Penelitian ini mempergunakan pendekatan yuridis empiris. Dimana
metode pendekatan yuridis dalam penelitian ini yaitu dengan meneliti bahan
kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma
hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum,
kaedah hukum, dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan perundangundangan, dan bahan-bahan hukum lainya.5
Pendekatan empiris yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan empiris tentang hubungan hukum terhadap masyarakat, yang
dilakukan dengan cara mendekati masalah yang di teliti dengan sifat hukum
5

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum, Bayu Media Publishing,
Jakarta, 2005, hlm.29.

Universitas Sumatera Utara

10

yang nyata atau sesuai dengan kehidupan yang nyata dalam masyarakat dan
dihubungkan pada analisis terhadap peraturan perundang-undangan.6
Penelitian ini dititiberatkan kepada langkah-langkah pengamatan dan
analisa yang bersifat empiris terhadap suatu permasalahan yang terjadi.
Dimana adapun Pendekatan penelitian ini akan dilakukan pada PT. BNI,
Cabang Meulaboh, Aceh.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan caracara sebagai berikut :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Merupakan data-data yang diperoleh penulis dari buku-buku, serta bentukbentuk karya tulis lainya seperti jurnal-jurnal yang berkaitan dengan judul
skripsi ini.
b. Penelitian Lapangan ( Field Research)
Merupakan data-data yang diperoleh langsung untuk mengetahui prosedur
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia sebagai pelunasan hutang debitur
pada PT. BNI, Cabang Meulaboh, Aceh, bentuk hambatan dalam
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia, serta bagaimana upaya yang
dilakukan oleh PT. BNI, Cabang Meulaboh, Aceh, dalam menghadapi
hambatan pelaksanaan eksekusi tersebut. Penelitian lapangan ini sendiri
dilakukan pada PT. BNI, Cabang Meulaboh, Aceh, dimana dalam

6

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007, hlm.42

Universitas Sumatera Utara

11

penelitian ini untuk memanfaatkan data yang ada maka dilakukan dengan
menggunakan metode sebagai berikut :
1) Studi Dokumen
Studi dokumen dilakukan dengan mengumpulkan data menganalisis
bahan-bahan tertulis yang digunakan dalam pristiwa hukum seperti
Sertifikat jaminan fidusia, serta perjanjian kredit
2) Wawancara
Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan teknik dan pedoman
wawancara, dimana yang menjadi narasumber dalam wawancara ini
adalah pegawai PT BNI, Cabang Meulaboh, Aceh, yang terkait dengan
bidang tugasnya masing-masing.
4. Sumber Data
Secara umum, maka di dalam penelitian hukum biasanya sumber data
dibedakan atas :
a. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat, seperti misalnya
melakukan penelitian di lapangan.7 Dalam hal ini penulis dapat
memperoleh data primer dari PT. BNI, Cabang Meulaboh, Aceh
b. Data Sekunder
Data yang tidak diperoleh dari sumber yang pertama, melainkan data yang
diperoleh dari bahan pustaka. Misalnya: data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, laporan, buku
7

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta Cet.3, 1986, hlm.

51

Universitas Sumatera Utara

12

harian, surat kabar, makalah, dan lain sebagainya. 8 Di dalam penulisan
penelitian ini, data sekunder yang digunakan berupa:
1) Bahan hukum primer
Adalah bahan hukum yang mengikat. Yaitu dokumen peraturan
mengikat yang telah di tetapkan oleh pemerintah antara lain, UndangUndang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan fidusia, serta UndangUndang No. 10 Tahun 1998 Tentang perubahan atas Undang-Undang
No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, kemudian digunakan juga
bahan hukum yang telah ada pada zaman kolonial Belanda yang
sampai saat ini masih berlaku yaitu Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.
2) Bahan hukum sekunder
Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan
hukum primer yang digunakan. Yaitu hasil kajian terhadap eksekusi
jaminan fidusia yang berasal dari buku-buku, makalah-makalah,
literatur, hasil penelitian, dan hasil karya dari kalangan hukum.
3) Bahan hukum tersier
Bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder yang digunakan. Yaitu
kamus, surat kabar, majalah, internet serta bahan lainya yang berkaitan
dengan penulisan skripsi ini.

8

Ibid, hlm.52

Universitas Sumatera Utara

13

5. Analisis Data
Setelah data primer dan data sekunder diperoleh selanjutnya dilakukan
analisis data yang didapat dengan mengungkapkan kenyataan-kenyataan
dalam bentuk kalimat, terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian
tersebut, penulis menggunakan metode analisis secara kualitatif yaitu suatu
tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang
dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang
nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

E. Keaslian Penulisan
Penelitian yang berjudul: Aspek Hukum Terhadap Eksekusi Jaminan
fidusia Sebagai Pelunasan Hutang Debitur ( Studi Pada PT. BNI, Cabang
Meulaboh, Aceh) adalah benar merupakan hasil karya dari penulis sendiri, tanpa
meniru karya tulis milik orang lain, oleh karena itu, keaslian dan kebenaran ini
dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis sendiri serta telah sesuai dengan asasasas keilmuan yang harus dijunjung tinggi secara akademik yaitu terbuka,
rasional, objektif, dan kejujuran. Yang dimana hal ini merupakan implikasi etis
dalam proses menentukan kebenaran ilmu sehingga dengan demikian penulis
karya tulis ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, keilmuan dan terbuka
untuk kritik-kritik yang sifatnya konstruktif, selain itu semua informasi dalam
skripsi ini bersal dari berbagai karya tulis penulis lain, baik yang dipublikasikan
ataupun tidak, serta telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama sumber
penulis dengan benar dan lengkap.

Universitas Sumatera Utara

14

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjadi salah satu metode yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam menyusun
serta mempermudah untuk memahami isi dari skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab
dibagi atas beberapa sub bab, urutan bab didalam skripsi ini disusun secara
sistematis dan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainya. Uraian
singkat atas bab dan sub-sub bab adalah sebagai berikut:
BAB I :

PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah yang menjadi dasar
dari penulisan. Lalu berdasarkan latar belakang masalah tersebut,
dibuatlah suatu perumusan masalah dan tujuan serta manfaat dari
penulisan skripsi ini. Pada bab ini juga menerangkan tentang
keaslian penulisan, metode penelitian yang digunakan serta
sistematika dari penulisan skripsi.

BAB II :

TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT DAN JAMINAN
FIDUSIA SEBAGAI JAMINAN KREDIT
Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa tinjauan umum
tentang kredit dan jaminan fidusia sebagai jaminan kredit, dimana
di dalam bab ini diuraikan juga ke dalam beberapa sub bab,
diantaranya sub bab mengenai tinjauan umum tentang kredit yang
terbagi atas pengertian kredit, unsur-unsur kredit, perjanjian kredit
sebagai perjanjian pokok, serta bentuk-bentuk jaminan kredit.

Universitas Sumatera Utara

15

selanjutnya di dalam bab ini diuraikan juga tentang jaminan fidusia
sebagai jaminan kredit, dimana pada sub bab ini akan dibahas
mengenai pengertian jaminan fidusia, karakteristik dalam jaminan
fidusia, subyek dan obyek Jaminan fidusia, proses penerbitan
Jaminan fidusia, serta hapusnya Jaminan fidusia.
BAB III:

EKSEKUSI PADA UMUMNYA DAN EKSEKUSI JAMINAN
FIDUSIA SEBAGAI JAMINAN KREDIT
Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa tinjauan umum
tentang eksekusi dan eksekusi Jaminan fidusia sebagai jaminan
kredit, dimana di dalam bab ini diuraikan juga ke dalam beberapa
sub bab, diantaranya sub bab mengenai eksekusi pada umumnya
yang terbagi atas dasar hukum dan pengertian eksekusi, asas-asas
dalam eksekusi, serta bentuk-bentuk eksekusi. Selanjutnya di
dalam bab ini diuraikan juga tentang eksekusi Jaminan fidusia
sebagai jaminan kredit, dimana pada sub bab ini dibahas mengenai
bentuk-bentuk eksekusi jaminan fidusia, pelaksanaan eksekusi
Jaminan fidusia, akibat hukum yang timbul karena tidak
didaftarkanya jaminan fidusia.

BAB IV:

ASPEK

HUKUM

TERHADAP

EKSEKUSI

JAMINAN

FIDUSIA SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DEBITUR
Pada bab ini merupakan studi kasus mengenai Aspek Hukum
Terhadap Eksekusi Jaminan fidusia Sebagai Pelunasan Hutang
Debitur Studi kasus yang dilakukan pada PT. BNI Cabang

Universitas Sumatera Utara

16

Meulaboh, Aceh. Dimana pada bab IV ini terdapat beberapa sub
bab antara lain: Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya kredit
macet dan eksekusi Jaminan fidusia, Prosedur dalam pelaksanaan
eksekusi Jaminan fidusia yang dilakukan PT BNI Cabang
Meulaboh, Aceh, hambatan-hambatan dalam pelaksanaan eksekusi
Jaminan fidusia, serta bagaimana upaya penyelesaian yang
dilakukan oleh PT. BNI dalam menghadapi hambatan-hambatan
tersebut.
BAB V:

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup, dimana Pada bab kelima ini akan
diuraikan tentang kesimpulan terhadap penulisan skripsi ini dan
saran-saran terhadap pelaksanaan Eksekusi Jaminan fidusia yang
dilakukan oleh pihak PT. BNI, Cabang Meulaboh, Aceh.

Universitas Sumatera Utara