Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Depernas-01 Bab-10

BAB. 10.
SUMBER TENAGA KERDJA.
I. Sumber Tenaga Kerdja dan hubungannja
dengan Pembangunan Ekonomi.
Ada dua tudjuan panting di Indonesia berkenaan
dengan sumber tenaga kerdja:
1.
menjediakan
pekerdja-pekerdja
dengan
kesanggupan
dan
latihan jang mentjukupi, dalam djumlah jang tjukup
besar untuk keperluan produksi dalam lapangan
agraria
dan
industri,
maupun untuk perusahaan-perusahaan dan djawatandjawatan Pemerintah.
2. menjediakan tambahan kesempatan kerdja bagi
para pengang-gur dan setengah-penganggur dan
membantu keluarga-keluarga jang mempunjai

penghasilan dibawah tingkatan jang lajak,
dengan djalan menempatkan anggota-anggotanja
jang bisa be-kerdja pada usaha-usaha jang lebih
produktip. Dengan djalan penempatan jang lebih
produktip
ini,
mereka
akan
memberikan
sumbangan kepada pendapatan nasional dan
perbaikan
ekonomi,
disamping
memperbaiki
tingkat kehidupannja sendiri.
II. Bahan-bahan keterangan mengenai
penempatan tenaga.
A. Penghitungan tjatjah djiwa 1930.
Bahan keterangan jang agak sempurna mengenai
penempatan

hanja
dapat
diperoleh
dari
penghitungan tjatjah djiwa tahun 1930. Menurut
penghitungan tjatjah djiwa tersebut djumlah semua
pe-kerdja
ada
sebanjak
20.871.050
orang.
Djumlah ini adalah 34,4% dari djumlah penduduk.
Persentasenja rendah, djika dibandingkan dengan di
negeri-negeri Barat dan di lain-lain negeri di Asia.
(India tahun 1931 42%, Djepang tahun-tahun jang
achir 40%).

B. Angka-angka penempatan jang terachir.
Taksiran jang tepat pada waktu-waktu terachir
tentang penem-patan tidak ada. Maka hanja ada dua

kemungkinan untuk mengadakan taksiran:

1. Mempergunakan tjara ekstrapolasi seperti berikut.
Bila kita menganggap bahwa penduduk tahun
1953 ada 80 djuta, dan

138

memakai persentase penempatan jang sama
seperti pada waktu penghitungan tjatjah djiwa
1930, maka kita mendapat hasil-hasil sbb.
1953 penduduk
80,0 djuta
penempatan
27,5 ,,
(34,4% dari penduduk)
menurut klasifikasi:
Golonga
I: Produksi bahan
n

mentah
Golonga II: Industri
Golonga III: Perhubungan
Golonga IV: Perdagangan
Golonga V: Djabatan
Golonga VI: Djabatan
Golongan VII: Pekerdjaan lain

Penempatan
(djuta) (persenta
18,9
se)
2,9
10,5
0,4
1,5
1,7
6,2
0,3
1,0

0,7
2,4
2,6
9,5
27,5

Taksiran ini berdasarkan anggapan bahwa
persentase penduduk jang bekerdja dalam tahun
1953 adalah sama dengan dalam tahun 1930 clan
bahwa persentase dalam masing-masing golongan
djuga sama.
2. Djika kita kumpulkan bahan-bahan keterangan
terachir dari segenap sumber jang ada, maka
kita peroleh angka- ' angka sbb.:
Penempatan
Penempatan
(djuta) (persenta
1930 195 193 195
Golonga I: Produksi bahan2
14.4 18.2 68.9 60.7

Golonga II: Industri
2.2 4.0 10.5 13.3
Golonga III: Perhubungan
0.3 0.8 1.5 2.7
Golonga IV: Perdagangan
1.3 3.0 6.2 10.0
Golonga Vi Djabatan
0.2 0.2 1.0 ..0.7
Golonga VI: Djabatan
0.5 1.8 2.4 6.0
Golonga VII Pekerdjaan lain
2.0 2.0 9.5 6.6
n
:
20.9 30.0100. 100.
Kita hams sangat berhati-hati dalam menarik
kesimpulan dari angka-angka ini, karena sebagian

terbesar adalah taksiran jang kasar dari sumbersumber tidak Iangsung.
139


Dengan anggapan bahwa pada tahun 1953
penduduk berdjumlah 80 djuta, maka penempatan
jang berdjumlah 30 djuta adalah 37,5% dari djumlah
penduduk semuanja. Angka ini agaknja lebih dapat
diterima daripada angka penghitungan tjatjah djiwa
1930, jang menundjukkan persentase 34.4%. Apabila
pada tahun 1953 djumlah penganggur berada antara
satu
dua
djuta,
maka
djumlah
tenaga
kerdja mendekati 40%, angka mana agaknja umum
dinegeri-negeri Asia.
Dengan membandingkan proporsi-proporsi jang
masuk dalam tiap djabatan (ataulebih tepat
golongan menurut lapangan kegiatan ekonomi), kite
dapat melihat ketjenderungan sebagai berikut: persentase dalam produksi bahan-bahan mentah djatuh

dengan
keras
dan kenaikan persentase jang lumajan dalatn
hampir semua golong-an-golongan lainnja. Kenaikan
terbesar adalah pada Djabatan Pemerintah.
C. Taksiran djumlah penganggur dan

setengah-penganggur .
Angka-angka
jang
baik
mengenai
djumlah
penganggur
dan
setengah-penganggur
tidak
tersedia.
Pendaftaran
pada

kantor-kantor
penempatan tenaga untuk keperluan ini boleh
dikatakan tidak mempunjai arti karena: (1) jang
mendaftarkan diri hanja sebagian ketjil sadja dari
orang-orang
jang
mentjari
pekerdjaan
(2)
sebagian jang terdaftar telah mempunjai pekerdjaan
dan hanja mendaftarkan diri untuk mentjari
pekerdjaan jang lain.
Sebagai taksiran keseluruhannja, kite dapat
mengatakan bahwa ada lebih kurang satu djuta
penganggur dan lebih kurang antara lima dan
delapan djuta setengah-penganggur dalam tenaga
kerdja Indonesia.
Kita hares pula memperhatikan, bahwa setiap
tahun ada beberapa ratus ribu tambahan baru pada
tenaga kerdja, diatas djumlah mereka jang

meninggal dunia atau keluar dari tenaga kerdja.
Dalam
bebe-

rapa tahun jang akan datang kesempatan kerdja jang
baru mungkin tidak akan bertambah setjepat
pertambahan
tenaga
kerdja
sehingga
ada
kemungkinan bahwa pengangguran dan setengahpengangguran akan lebih terasa lagi selama tahun-tahun
jang akan datang.
Usaha-usaha pembangunan dalam Rentjana Lima
Tahun ini diharapkan dapat memperingan tekanan
pengangguran tersebut, meskipun belum dapat
mengisap seluruhnja.

140


III. Kebidjaksanaan Pemerintah

A. Penempatan Tenaga
1. Perluasan kesempatan kerdja
J a n g paling konstruktip untuk memetjahkan
persoalan
pengangguran
dan
setengahpengangguran
ialah
dengan
mengembangkan
kesempatan kerdja jang baru dalam lapangan
industri, bangun-bangunan dan pekerdjaan umum,
perdagangan dan lain-lain kegiatan ekonomi jang
biasa. Hanja penambahan djumlah pekerdja dalam
lapangan kegiatan ini setjara besar-besaran tidak
dapat diharapkan selama pelaksanaan Rentjana
Lima Tahun, karena tingkat investasi dan masalahmasalah
physis
jang
bersangkutan
dengan
pembangunan jang demikian akan membatasi
tingkat ekspansi. Mungkin sekali selama lima tahun
jang akan datang lapangan usaha bangunan. akan
merupakan satu-satunja golongan jang besar, jang
dapat menjediakan kesempatan kerdja jang baru,
karena
banjak
diselenggarakan
projek
pembangunan gedung-gedung paberik, djalan-djaIan, djembatan-djembatan pusat-pusat pembangkit
tenaga, pelabuhan-pelabuhan, rumah-rumah dan
gedung-gedung lain.
Untuk dapat mentjiptakan kesempatan kerdja jang
baru,
titik
berat harus diletakkan pada kegiatan-kegiatan jang
lebih banjak membutuhkan tenaga buruh (labour
intensive) daripada jang membutuhkan banjak
modal (capital intensive).
Dalam
hal
biasanja
produksi
barang-barang
konsumsi
lebih
dapat mengisap tenaga kerdja, daripada industriindustri basis seperti pengumpulan dan pengolahan
bahan-bahan mentah. Titik bent dapat diletakkan
pada perluasan dan perbaikan keradjinan
desa dan industri ketjil, jang mempergunakan
banjak tenaga kerdja dan sedikit mekanisasi.
Pengaruh sepenuhnja dari pembangunan industri
terhadap penempatan, baru akan dirasakan setelah
masa Rentjana Lima Tahun jang pertama lampau.
2. Transmigrasi.

Transmigrasi dibahas dalam bagian lain. Usaha ini
terutama
didasarkan
pada
usaha-usaha
memindahkan petani-petani dan pembukaan tanah
pertanian baru di pulau-pulau bar Djawa.

3. Pembangunan Masjarakat Desa.
Program Penibangunan Masjarakat Desa djuga
termasuk dalam salah sate bagian dari rentjana ini.
Dalam hubungan ini hanja
141

hendak dinjatakan, bahwa usaha ini mungkin
sekali merupakan satu-satunja djalan-djangkapendek
untuk
mengatasi
masalah
setengahpengangguran dldaerah pedusunan, karena dengan
djalan
ini penduduk setempat atas usahanja sendiri dengan
sedikit bantuan keuangan dan bimbingan dart
pemerintah pusat, dapat mentjiptakan kesempatan
kerdja baru, disamping mengadakan perbaikan-perbaikan dalam tingkat hidupnja.

4. Usaha-usaha chusus untuk penganggur.
Usaha-usaha chusus untuk para penganggur dapat
dimasukkan dalam tiga bagian: (1) mengutamakan
penundjukkan
para
penganggur pada projek-projek pekerdjaan umum atau
pemborongan (2) pekerdjaan darurat untuk para
penganggur (3) bantuan kepada perusahaan ketjil
untuk mempekerdjakan para penganggur.
B. P r o g r a m u n t u k m e m p e r o l e h b a h a n bahan
keterangan
m e - ngenai Penempatan
Tenaga.
Salah satu langkah fang paling panting dalam
rentjana mengenai sumber tenaga kerdja, ialah
usaha untuk memperoleh bahan-bahan keterangan
mengenai penempatan tenaga dan pengangguran
jang
lebih tepat dan lengkap.
Untuk tudjuan ini dlusulkan tjara-tjara sebagai
berikut:
1. Pen jelidikan djumlah tenaga kerdja (manpower survey).
Hal ini dapat diusahakan dengan sample survey,
jang diusulkan sebagai sebagian dart penjelidikan
umum mengenai penduduk dan sosial.

2. Keadaan pasar kerdja.
Untuk keperluan administratip, bahan keterangan
mengenai penempatan tenaga, pengangguran dan
permintaan dan penawaran tenaga kerdja sangat
diperlukan sampai ke-detail-detailnja.
Bahan keterangan jang demikian harus diperoleh
untuk berbagaibagyi daerah, menurut ketegoriketegori lapangan usaha dan pekerdjaan sampai jang

se-ketjil-ketjilnja dan setjara berkala, sedapat
mungkin setiap bulan.
Dalam lima tahun jang akan datang, kepada
Djawatan
Penempatan Tenaga perlu diberikan bantuan untuk
memperbaiki pengumpulan dan analisa keteranganketerangan mengenai pasar kerdja, sehingga pada
achir lima tahun itu telah tersedia keterangan jang
bersifat lokal maupun nasional sampai kedetaildetailnja.
142

3. Pendaftaran Perusahaan.
Pendaftaran
perusahaan-perusahaan
jang
mempunjai pegawai sepuluh orang atau lebih atau
jang mempergunakan mesin pembangkit tenaga,
jang telah dilakukan, nilainja terbatas, karena belum
lengkap, belum sampai kedetail dan hanja
merupakan pendaftaran satu kali, sehingga tidak
mungkin
dipergunakan
untuk
menetapkan
perubahan-perubahan dari tahun ketahun.
Diharapkan kekurangan-kekurangan ini dapat
diperbaiki dalam beberapa tahun jang akan datang.
C. Merraikkan kapasitet prestasi kerdja .
Angka-angka pasti tentang prestasi kerdja buruh
Indonesia jang memungkinkan mengadakan suatu
perbandingan jang lajak antara keadaan sebelum
dan sesudah perang, tidak ada. Akan tetapi berdasarkan beberapa data jang ada, kita dapat
menarik kesimpulan bahwa djikalau dibandingkan
hasil seorang per djam (per man-hour), maka
mungkin perbedaan antara sebelum perang dan
sesu-dah perang hanjalah sedikit.
Ada empat golongan terpenting diantara faktorfaktor jang mempengaruhi prestasi kerdja dan jang
perlu diperhatikan dalam mengadakan tindakantindakan di Indonesia, jaitu:
1. Mekanisasi.
Dalam hal ini pembatasan jang utama adalah
djumlah modal, teristimewa dalam bentuk devisen,
jang
dapat
disediakan.
Ketjepatan mekanisasi akan berdjalan sedjadjar dengan
adanja modal dan kapasitet
negara
untuk
mengimpor alat-alat.
2. Organisasi dan teknik.
Tjara
terbaik
untuk
mendekati
masalah
penambahan prestasi kerdja ialah dengan faktorfaktor ini.
Kepandaian merentjanakan tjara-tjara mengatur
tenaga-kerdja, bahan-bahan dan peralatan dalam
suatu ruangan kerdja, biasanja disebut Industrial
Engineering. Pemerintah akan mengambil inisiatif
untuk memberikan kesempatan bagi perusahaanperusahaan jang bermatjam-matjam, terutama bagi
perusahaan ketjil kepunjaan bangsa Indonesia dan

perusahaan-perusahaan
Pemerintah,
untuk
mendapatkan bimbingan dalam hal industrial
Engineering. Hal ini dapat terlaksana dengan
pembentukan suatu jajasan atau badan setengah
resmi, jang dapat disebut „Industrial Engineering
Service.” Perlu badan sematjam ini mendapat
tundjangan sebagian besar dari
143

pengusaha-pengusaha dan buruh, dan perlu wakil
golongan-golong-an ini dimasukkan dalam pimpinan
organisasi demikian. Dalam lembaga sematjam ini,
hendaknja ditjurahkan perhatian istimewa kepada
perkembangan
tjara-tjara
jang
dapat
dipergunakan oleh industri dan perusahaanperusahaan ketjil jang kurang dimekanisasikan,

3. Kesanggupan dan keahlian para pekerdja.
Kesanggupan untuk suatu pekerdjaan tertentu
ditentukan melalui proses seleksi jang tjukup
diantara
pekerdja-pekerdja
dan
mendjamin penempatannja dalam perusahaan jang se-tepattepatnja.
Apabila sudah ada kesanggupan dan perhatian
maka keahlian dapat diperoleh melalui pendidikan
dan latihan. Pendidikan dan latihan dapat
dilaksanakan melalui sekolah dan latihan-latihan
chusus atau dengan latihan dalam djabatan (on-thejob).
4. Sjarat-sjarat kerdja.
Penjelidikan
dalam
berbagai
negara
telah
menundjukkan bahwa keadaan tempat bekerdja clan
sjarat djasmani pekerdja sangat mempengaruhi
produktivitet.
Tempat bekerdja hendaklah demikian rupa sehingga
pekerdjaan dapat mentjiptakan hasil maksimum
dengan keletihan minimum.
Sangat diperlukan penjelidikan mengenai hubungan
antara djam kerdja, makanan, suhu dan sebagainja
dengan
keletihan
dalam
iklim
tropis.
Penjelidikan
demikian
dapat
dilaksanakan oleh univer-sitas atau dalam hubungan
dengan
salah
satu
lembaga
sebagai
disebut diatas. Pelaksanaan praktis membutuhkan
adanja suatu badan penasehat dan penetapan ukuran
minimum jang didasarkan atas undang-undang.
Kedua funksi ini dapat dilaksanakan oleh
Kementerian Perburuhan.
5. Faktor-faktor sosial clan psychologis.
Faktor-faktor ini djuga disebut faktor kemanusiaan,
berarti pe-rasaan atau sikap setiap pekerdja
terhadap
pekerdjaan
dan
hubungan sosial dalam perusahaan.
Pemerintah perlu membentuk panitia dimana
duduk wakil-wakil pengusaha dan buruh, jang dapat

menambah minat dalam pembangunan ekonomi
negara dan memberi nasehat teknis kepada madjikan dan serikat buruhtentatig soal memadjukar sikap
konstruktip_ terhadap pekerdjaan.

144

Pihak madjikan harus menganggap Hap pekerdja
seperti tenaga manusia jang berharga, dengan sif at
individuil
dan
perasaan-perasaan,
dan
memperlakukannja menurut pribadinja masingmasing. Pertama-tama sif at ini hendaknja
diperkembangxan pada diri pengawas. Ada rentjana
latihan pengawas jang chusus untuk maksud ini,
jaitu Rentjana Latihan Hubungan Pekerdjaan (Job
Relation Training) dalam rangka Latihan Dalam
Industri (Training Within Industry).
D. Menambah mobilitet Tenaga Kerdja.
Ada dua matjam mobilitet pekerdja, jaitu mobilitet
geografis dan mobilitet djabatan.
Mengenai
mobilitet
geografis
jang
telah
didjalankan ialah
usahausaha
transmigrasi;
djuga
prosedure "clearance " jang didjalankan oleh
Djawatan
Penempatan
Tenaga,
Kementerian
Perburuhan.
Untuk lebih memadjukan mobilitet jang lebih
besar
ketempat
dimana
pekerdja-pekerdja
diperlukan
perlu
ada daja
penarik jang
tjukup
seperti
adanja
perumahan,
tempat
pendidikan, hiburan dan djaminan sosial.
Untuk mempermudah perpindahan tenaga kerdja
ke pekerdjaan dimana tidak terdapat tjukup tjalontjalon, diperlukan tindakantindakan berikut:
1. Pengumpulan,
analisa
dan
penjebaran
keterangan mengenai pasar tenaga.
2. Fasilitet-fasilitet untuk memberikan penerangan
tentang pekerdjaan dalam sekolah-sekolah,
kantor-kantor pekerdjaan dan badan-badan lain.
3. fasilitet-fasilitet latihan jang tjukup baik.
4. perlakuan istimewa dari fihak madjikan terhadap
pekerdja-pekerdja jang suka masuk dalam
pekerdjaan-pekerdjaan ini.
E. Penggunaan Tenaga Kerdja berhubangan
dengan rentjana pembangunan ekonomi dan
sosial.
Apabila garis-garis dari rentjana pembangunan
industri-industri jang baru, pekerdjaan umum dan
kegiatan-kegiatan ekonomi jang lain, telah definitif
dan diuraikan sampai ke detail-detailnja, maka suatu
program mengenai penggunaan dari tenaga kerdja

berhubung dengan rentjana pembangunan tersebut
akan diadakan dan didjalankan.
145

Aspek-aspek pokolc dari program penggunaan
tenaga kerdja ini adalah sbb.:
1. Penentuan dari kebutuhan akan tenaga kerdja
menurut
keachlian daerah.
2. Penjesuaian program latihan-latihan kepada
kebutuhan akan tenaga ahli.
3. Menjusun
dan
menjelenggarakan
rentjana
pengerahan tenaga kerdja fang setjukupnja,
disamping latihan on-the-job untuk tenaga teknik
dan pengawasan.
4. Memperkuat administrasi Djawatan Penempatan
Tenaga, sehingga tenaga kerdja jang diperlukan
dapat diusahakan dan disalurkan ke-lapanganlapangan usaha jang memerlukan.
F. Penderita tjatjad .
Dari antara penderita tjatjat banjak jang masih
dapat turut serta dalam kegiatan ekonomi. Akan
tetapi walaupun mereka ini mempunjai suatu
keahlian, mereka sukar mendapat pekerdjaan jang
selajaknja. Agar mereka dapat turut serta dalam
kegiatan-kegiatan
jang produktip perlu diusahakan sebaik-baiknja agar
mereka dapat ditempatkan pada pekerdjaanpekerdjaan fang sesuai dengan keachlian dan
kesanggupan djasmaninja.
G. Bekas Tentara dan Tenaga Pedjuang .
Pada garis besarnja usaha-usaha jang akan
didjalankan Peme-rintah dapat dibagi dalam pokokpokok sebagai berikut:
1.
Mengadakan kerdja sama se-baik-baiknja
antara
badan-badan
Pemerintah
jang
bersangkutan dengan penjaluran bekas tenaga
pedjuang, antara lain: Biro Rekonstruksi Nasional,
Djawatan
Latihan
Kerdja
dan
Djawatan
Penempatan
Tenaga.
Kementerian Pertahanan (B.P.B.A.T.), Djawatan Perguruan
Tinggi Bgn. C dan Kementerian-kementerian
lainnja
jang
mempunjai
fasilitet-fasilitet latihan.
2. Menentukan batas waktu jang terachir untuk
mendaftarkan diri sehingga dari mulai sekarang

dapat diperhitungkan bilamana penjaluran tenaga
bekas pedjuang dapat diselesaikan,
3. Menjelidiki keadaan bekas tenaga pedjuang,
sehingga dapat diketahui:
a. siapa jang benar-benar tergolong dalam
bekas tenaga pedjuang.
146

b. siapa fang betul-betul tidak mempunjai
pekerdjaan dan membutuhkan bantuan
dengan segera.
c. tingkat pengetahuan dari bekas tenaga
pedjuang, untuk keperluan rentjana latihan
kedjuruan jang akan diberikan dan lain-lain
keterangan jang diperlukan.
4. Menjelenggarakan latihan-latihan kedjuruan
bagi mereka jang tidak dapat dengan langsung
ditempatkan tetapi mempunjai bakat-bakat
tertentu.
Latihan kedjuruan jang diberikan harus
disesuaikan terutama sekali kepada kebutuhan
perkembangan
ekonomi.
untuk
dapat
mendjamin penempatan mereka setelah selesai
latihan.
5. Latihan
perlu
disertai
pendidikan
kemasjarakatan dan penerang-an mengenai
perburuhan dan sebagainja jang diperlukan
untuk mempertjepat penjesuaian bekas tenaga
pedjuang
kepada
suasana jang akan dihadapinja dalam pekerdjaannja
dikemudian hari.
6. Pada waktu penjaluran bekas tenaga pedjuang
mendekati penjelesaiannja, perlu dibentuk
suatu kantor jang sederhana jang diberi togas
chusus untuk mengikuti dengan seksama
perkembangan selandjutnja dari usaha-usaha
jang telah didjalankan. Kantor ini setjara
berkala menjusun laporan dan apabila dikemudian hari timbul persoalan-persoalan baru
harus pula dapat memberikan saran-saran
penjelesaian kepada Pemerintah. Tugas ini
dapat djuga diberikan kepada salah satu
Kementerian
jang
terdekat
hubungannja
dengan persoalan bekas tenaga pedjuang.
7. Dalam hubungan ini dapat disebutkan usaha
penjusunan Un-dang-undang Veteran.

147