Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Depernas-01 Bab-06

BAB 6.
SUMBER-SUMBER MINERAL.
Pandangan umum mengenai pentingnja penilaian
sumber-sumber mineral dalam hubungannja dengan
Rentjana Ekonomi.
Peranan sumber-sumber dalam rentjana umum :
Pembangunan ekonomi sangat erat hubungannja
dengan struktur pemerintahan, perdagangan,
suasana politik, keadaan keuangan dan dengan
kesanggupan serta kesediaan untuk melaksanakan
itu.
Sebelum mengadakan sesuatu rentjana untuk
pelaksanaan,
terlebih
dahulu
harus
dibuat
pendaftaran jang selengkap mungkin dari sumber
kekajaan. Ini diperlukan untuk penilaian sumbersumber.
Penjelidikan-penjelidikan
ini

dibuat
dalam
beberapa fase, jang dimulai dengan sebuah laporan
umum mengenai daerah seluruhnja jang sedang
dalam
penilaian
dan
dilandjutkan
dengan
pengumpulan keterangan chusus. Sesudah fase ini harus
diadakan penjelidikan jang mendalam lagi.
A. S o a l - s o a l umum.
1. Sumber-sumber jang tidak dapat diganti (nonrenewable).
Pentingnja
sumber-sumber
ini
untuk
industrialisasi diakui sepenuhnja. Tetapi sebenarnja
tidak djelas sampai berapa djauh tersedianja
sumber-sumber demikian itu mendjadi keharusan

untuk berhasilnja sesuatu program industrialisasi.
Biarpun menurut definisi Industrialisasi jang lebih
luas dapat disangsikan apakah sumber-sumber
mineral itu merupakan faktor jang membatasi,
djika inisalnja terdapat faktor-faktor lain jang
menguntungkan sebagai pengganti kekurangan ini.
Sebab
itu
panting
sekali
dikerdjakan
pengumpulan
bahan-bahan
jang
lebih
tepat
mengenai sumber-sumber jang dapat habis dan
jang tidak dapat diganti itu, dilengkapi dengan
rentjana
penje-lidikan-penjelidikan

berdasarkan
tehnik-tehnik baru setjara sistematis.
2. Persoalan-persoalan chusus mengenai bahanbahan mineral.
Keistimewaan pertambangan sebagai industri
dengan
persoalanpersoalannja
sendiri
dapat
diringkaskan sebagai berikut :

a. Bahan-bahan mineral tertentu tempatnja dan
terbatas banjaknja.
b. Berhubung dengan sifat jang tersembunji dari
kebanjakan
bahan-bahan mineral, penemuannja sering
merupakan hal jang
kebetulan.

71


Hal ini mengakibatkan sifatnja jang spekulatip,
disertai risiko besar dalam mengusahakan bahanbahan mineral jang disebut lekas habis, seperti
minjak tanah.
c. Persediaan
bahan
mineral
terus-menerus
mendjadi kurang dan ongkos produksinja
umumnja terns meningkat (Law of deminishing
returns).
d. Kebanjakan bahan-bahan mineral tahan lama.
Sebab itu persediaan logam sekundair terns
bertambah,
hal
mana
kadangkadang
menimbulkan
persoalan
bagi
perusahaanperusahaan pertambangan (bidji besi versus besi

tua).
3. Pentingnja
industri-industri
mineral
pada
umumnja.
Pentingnja bahan-bahan mineral terutama bahanbahan
bakar
dan logam bagi pembangunan njata sekali terutama
menambah efisiensi akan produksi. Efisiensi jang
bertambah menaikkan kekuatan membeli dan
memperbesar pasaran.
4. Tjara penjelidikan bahan-bahan mineral.
Tehnik eksplorasi pada saat ini sangat menitik
beratkan pada pentingnja penjelidikan setjara
geophisic dan geo kimia, pada photogrammetri,
photo-geologi, dan pada pemakaian luas magnetometer-magnetometer dari udara.
5. Daerah jang akan diselidiki.
Perlu direntjanakan terlebih dahulu, tjara-tjara
eksplorasi jang termurah dengan menentukan dan

membatasi
daerah-daerah
jang
akan diselidiki setjara sistematis. Salah sate tjara
jang
paling
efektif adalah pada Ease pertama mempergunakan
keterangan- keterangan mengenai geologi umum
jang tersedia. Pada umumnja kepulauan Indonesia
ditutupi tanah penutup
(overburden)
jang
agak tebal jang terdiri dari berupa-rupa matjam batu
lapuk.
Apabila hendak mengusahakan penjelidikansuatu
daerah baru, hendaknja diknmpulkan keteranganketerangan sebanjak-banjaknja dari instansi-instansi
daerah dan penduduk. Fase kedua terdiri
dari program' pemboran core. Oleh karena
pekerdjaan ini lebih mahal, penjelenggaraannja
hanja

dapat
'dibenarkan
;
djika
ada
hasil-hasil positip dari eksplorasi pendahuluan.

B. P e r s e d i a a n M i n e r a l P o k o k .
1. Susunan orogenese kepulauan Indonesia dan
hubungannja.
dengan
daerah-daerah
jang
mengandung berbagai bidjih logam.
Orogen -Malaya jang menghubungkan Birma Timur
dengan KalimantanBarat melalui Semenandjung
Malaya,, adalah terutama daerah timah putih dan
aluminium.
72


Orogen Sumatera jang membudjur dari Sumatera
ke Kalimantan Tenggara dengan melalui Djawa,
mengandung
besi,
logam-logam
pokok
jang
mengandung mas dan perak di Sumatera Tengah,
bidjih-bidjih besi dari Sumatera Selatan dan
Kalimantan dan pasir tertentu yang mengandung
intan dan mas di Kalimantan Tenggara.
Orogen Maluku melalui barisan sebelah luar pulaupulau
Sunda
dan lingkungan sebelah Timur Sulawesi sangat
penting karena mengandung nikkel silicat dan bidjihbidjih besi.
Di pulau-pulau Sunda Besar dibahagian Barat dari
Kepulauan Indonesia terdapat beberapa daerah
terpentjil fang mengandung bidjih-bidjih mas-perak
dan bidjih antimonite-mercury.
2. Klasifikasi persediaan mineral di Indonesia.

a. Mineral jang telah merupakan pertambangan
sedjak beberapa tahun jang lalu dan jang
merupakan bagian dari perekonomian Indonesia
adalah: minjak tanah, batu bara, timah putih dan
bauksit.
b. Bahan mineral jang telah, atau sedang dikerdjakan
setjara ketjil-ketjilan, dan jang mungkin akan
dapat
diperluas
adalah
:
mas, perak, mangan, nikkel, belerang, fosfat,
aspal,
jodium
dan beberapa bahan mineral jang kurang penting.
c. Bidji logam jang potensiil ialah bidjih besi lateritis
di Sumatera Selatan, Kalimantan dan Sulawesi,
bidjih-bidjih
nikel
di

Sulawesi, lapisan-lapisan logam pokok di Sumatera.
Tengah dan Djawa Tengah tembaga, timah hitam
dan bidjih seng.
3. Bahan mineral jang sedang dalam
pengusahaan.
a. M i n j a k t a n a h d a n g a s a l a m .
Minjak tanah:
Daerah-daerah minjak jang sangat penting dan
produktip di Indonesia terdapat di tempat-tempat
geosynclinal tertiair di perbatasan-perbatasan dari
jang disebut „Daerah Sunda”.

Disebelah Timur, minjak
Irian Barat d a n Seram.

tanah

didapat

di


Perusahaan-perusahaan jang bekerdja di Indonesia.
Ada tiga perusahaan partikelir, satu perusahaan
tjampuran dan perusahaan-perusahaan jang dikuasai
Negara.

73

Produksi 1954
Perusahaa DJenis

B.P.M.
Stanvac
Caltex
N.I.A.M.
Negara

Belanda
Amerika
Serikat
TJampura
n
Ind./Bld.
Pemerinta
h
DJumlah

dalam
ton
metric

dalam
djutaa
n

Persediaa Daerah
Djuta Eksplolta
(Perkira
dalam
an
hektare

3.954.7 24,9

400

3.238.5 20,4
45
1.873.2
11,8

250

1.482,3

9,3

492.0 3,1
05
11.040. 69,5
802
Sumber-sumber: Djawatan
Pertambangan.

3000

2.073.58
9
750.93
1
903.00

100

3.575.07

3750

7.302.59
0

Gas alam :
Sebagai satu hasil tambahan dari minjak mentah
terdapat
gas
alam jang sekarang dipakai dalam djumlah terbatas,
dan
kebanjakan hilang tidak dipergunakan.
Sekarang ini ditaksir 1.200.000 ton hilang selama
proses
produksi minjak mentah, sedang kira-kira 900.000 ton
hilang
selama
proses pembersihan. Hanja 40.000 ton metric jang
dipakai sebagai penggerak tenaga dilapangan minjak.
Persediaan Gas Alam ternjata besar sekali dan
dapat
didjadikan
untuk industri-industri tehnik penting, misalnja
untuk rabuk synthetis.
Selandjutnja dapat dipergunakan sebagai bahan
untuk pembangkit tenaga listrik.
b. B a t u b a r a .
Tambang-tambang batu bara dalam produksi.
Dari tambang-tambang batu bara jang dimiliki
Pemerintah, tambang Bukit Asamlah jang paling
penting.
Produksinja pada tahun 1954 sebanjak 647.100 ton
metric dibandingkan dengan hasil Umbilin sebanjak
78.600 ton metric dan hasil dari tambang batu bara

partikelir lainnja di Kalimantan Timur sebanjak
174.100 ton metric.

74

Persediaan batu bara bituminous fang bermutu
lebih tinggi di Tambang Bukit Asam terdapat
sebanjak 60.000.000 ton metric.
Sedang diselidiki sampai dimana persediaan
batu
bara
non-coking ini bersama dengan
persediaan
bidjih
besi
di
Lampung
dapat
dipergunakan sebagai dasar untuk industri besi.
Tambang Bata Bara Umbilin (milik Negara).
Dewasa ini menghasilkan hampir 80.000 ton batu
bara bitumi-nous-noncoking tiap tahun dengan
penambangan dibawah tanah.
Tambang ini bekerdja dengan rugi disebabkan
produksi
jang
ketjil. Persediaan-persediaan batu bara berdjumlah
sebanjak 200.000.000 ton metric, ini lebih besar dari
di Bukit Asam. Tetapi untuk mengeluarkan
persediaan ini harus dilakukan penambangan jang
dalam dan jang mahal. Kemungkinan untuk
merehabilitasi tambang ini setjara luas masih dalam
penjelidikan.
c. T i m a h p u t i h .
Dari sudut produksi, timah putih merupakan basil
pertambangan
kedua
sesudah
minjak
tanah.
Sebahagian besar produksi timah putih Indonesia
berasal dari Bangka, lainnja berasal dari Belitung
dan
Singkep.
Tambang
Bangka
sekarang
seluruhnja dimiliki Negara.
Keadaan dipasar dunia dewasa ini memberikan
sedikit dorongan kearah perluasan pertambangan
timah.
.Di Eropah terdapat golongan-golongan jang
menaruh perhatian atas pengolahan dan pembelian
timah putih murni langsung dari Indonesia, sehingga
pendirian tinsmelter di Indonesia perlu dipertimbangkan.
Setahu Djawatan Pertambangan, belum pernah
diadakan penjelidikan jang mendalam mengenai
konsentrat-konsentrat jang lebih kasar dan jang
bersifat
menengah.
Konsentrat-konsentrat
jang lebih kasar biasanja mengandung bidjihbidjih timah jang kurang dari 10% menurut
beratnja.
Proses-proses
pemisahan
elektro-statis
dan
elektro-magnetis sekarang telah diperbaiki mutunja
dan sekarang njata adanja kemungkinan untuk

memisahkan bahan-bahan tambahan itu setjara
komersill.
Sangat diandjurkan supaja seorang ahli geologi
ekonomi jang berpandangan luas ditempatkan di
Djawatan Geologi dengan tugas mempeladjari
kemungkinan-kemungkinan demikian untuk kerdja
sama dengan insinjur pengolah bidjih timah, dan lain
bahan-bahan jang terdapat dalam konsentrat timah.
75

Sekarang sedang diichtiarkan penjelidikan jang
lebih mendalam mengenai bahan-bahan lain jang
terdapat dalam konsentrat timah.
Produksi timah di Indonesia
(dalam ton)
Tabu Bangka
n
1940
1941
1950
1951
1952
1953
1954

24.180
31.460
19.429
19.461
21.931
21.398
24.694

Biliton Singke Bangkin Djumlah
p ang
17.294
19.500
10.001
10.654
9.714
9.019

2.402
2.672
2.789
2.418
2.708
2.146

10
10






43.886
54.170
32.102
30.986
35.003
33.820
35.867

Sumber-sumber : Djawatan
Pertambangan. d. B a u k s i t e ,
Bauksite didapat di pulau-pulau Bintan, Kojan dan
pada
beberapa pulau-pulau jang berdekatan disebelah
tenggaranja, semua ini termasuk bagian utara
kepulauan Riau. Lapisan-lapisan bauksit mungkin
terbentang lebih djauh sampai ke Kalimantan
Banat Daja.
Lapisan-lapisan bauksite ini di-eksplotir oleh
Nederlands
Indonesische
Bauxite
Exploitatie
Maatschappij (N.LB.E.M.). Dalam perusahaan
pertambangan ini Pemerintah Indonesia ikut serta
dengan kira-kira 20%. Susunan bauksite terdiri dari
rata-rata 53% alumina dan 4%% silica, dan
persediaan apabila telah dibersihkan tersedia
sebanjak 13.000.000 ton, Persediaan jang belum
dibuktikan ditaksir 14.000.000 ton djadi semuanja
berdjumlah 27.000.000 ton.
4. Mineral dalam eksplotasi setjara
ketjil-ketjilan, a. M a s d a n P e r a k .
Walaupun lapisan-lapisan mas dan perak terdapat
dibanjak pulau-pulau di Kepulauan Indonesia, tetapi
kebanjakan produksi sebelum perang terdapat di
Sumatera Selatan. Waktu 1900-1940 djumlah

produksi Hindia Belanda seluruhnja 123.282 kg.
mas dan 1.219.261 kg perak antara mama
101.063
kg
mas
dan
1.189.851
kg. perak berasal dari Sumatera.
76

Perusahaan tambang mas Tjikotok-Tjirotan akan
mulai pro-duksinja dalam tahun 1957. Perusahaan
ini dipimpin oleh Per-usahaan Pembangunan
Pertambangan N.V. suatu perusahaan kepunjaan
B.I.N.
b. Mangan.
Bidjih mangan terdapat di Djawa, kebanjakan di
Djawa
Barat
dan
Tengah
jakni
didaerah
Karangnunggal,
Tasikmalaja
Selatan,
dan Kliripan, terbentang sampai Pegunungan
Progo, daerah Djokja.
Sebahagian besar lapisan-lapisan ini termasuk
pada N.V. Algemene Industriele Mijnbouw en
Exploitatie My (A,LM.E.).
Usaha untuk menaksir besarnja persediaan
mangan didaerah Djokjakarta oleh Biro Perantjang
Negara telah dilakukan bersama Pemerintah Daerah.
Petundjuk-petundjuk menjatakan bahwa persediaan
tersebut tidak begitu besar dan tersebar pada
kumpulankurnpulan fang ketjil dengan tidak
terdapatnja
kontinuitet
antara
satu dan lain tempat persediaan.
Djuga terdapat lapisan-lapisan potensiil bidjih
mangan jang bermutu sedang di Doi, Halmahera
Selatan
jang
sekarang
diexploitir oleh Pemerintah daerah dibantu oleh Bank
Industri Negara dibawah pengawasan Perusahaan
Pembangunan Pertambangan N.V.
c . Fo s f a t .
Lapisan-lapisan kalsiurn fosfat terdapat dalam
batu
kapur
dibanjak tempat di Djawa. Van Bemmelen (Geology
of Indonesia) menjatakan adanja 53 tempat. Lapisan
tersebut
terdapat
didalam
gua-gua batu kapur oleh sesuatu reaksi batu
kapur dengan asam fosfat yang terdjadi dad
kotoran-kotoran
kelelawar.
Dalam
ke-adaan
sekarang,
adalah
njata
bahwa
rentjana
industrialisasi dalam projek Asahan, termasuk djuga
mendirikan pabrik pupuk dubbel super fosfat, tidak
dapat disandarkan pada persediaan karang
fosfat alam dalam negeri sebagai bahan mentah.
Ketjuali
bila
lapisan-lapisan
baru
dapat
diketemukan dan dibuka untuk dikerdjakan, maka
fosfat
alam
masih
hams
diimpor,
seperti
kenjataannja pada waktu ini.
d. Belerang.

Belerang
diketemukan
dalam
kawah-kawah
gunung berapi diberbagai-bagai bahagian dari
Kepulauan Indonesia. Ini terdapat dalam bentuk
kawah-kawah lumpur atau bertjampur dengan debu
gunung berapi dalam kawah-kawah yang mati.

77

Djumlah persediaan belereng jang diketahui
adalah antara setengah dan satu djuta ton. Pada
waktu ini tidak ada produksi jang berarti. Produksi
sebelum
perang,
sebahagian
besar
didapatkan dari Djawa Barat, kira-kira sebanjak 15000
ton setiap tahun.
e. Aspal.
Sebagian besar produksi aspal didapatkan dari
kilang minjak di Djawa Timur.
Tambang Aspal di lapisan jang terdapat dipulau
Buton menjediakan pekerdjaan dan penghasilan bagi
rakjat setempat dan penambahan bagi produksi
nasional.
Tambang ini sekarang diserahkan oleh Pemerintah
dan
pada
waktu ini dipimpin langsung pleb Direktorat Djalandjalan dan Djembataii.
f. Jodium.
Jodium
didapatkan
dari
air
garam
jang
mengandung
jodium
jang keluar dari sumber-sumber anti klinal. Ini
didapatkan dengan tjara memompa dan pada waktu
ini dikerdjakan oleh perusahaan partikelir jang
bernama
Semarangsche
Administratie
Maatschappy.
Produksi ternjata turun dari 62. 000 kg pada tahun
1938
mendjadi 7000 kg pada tahun 1951, tetapi kemudian
naik dengan berangsur-angsur hingga 10.806 kg.
pada tahun 1954.
g. Kaolin (tanah porselen).
Sudah
lama
pulau
Bangka
menghasilkan
sebahagian besar dari k a o l i n j a n g d i p e r g u n a k a n
d a l a m i n d u s t r i k e r a m i k . Konsesi dikerdjakan
oleh N.I. Chamotte en Klei Industri.
h. Intan.
Intan didapatkan di Kalimantan sedjak lebih dari
satu abad sebelum diketemukannja di Afrika
Selatan.
Djumlah
produksi
intan Kalimantan jang tertjatat sampai sekarang

adalah
2
djuta
karat lebih. Djumlah produksi intan dunia pada
waktu ini adalah sekitar 15 djuta karat setiap tahun
dari
antaranja
kurang
lebih
10% adalah batu permata (gems) jang masih kasar.
Kemungkinan ialah bahwa produksi small scale
mengenai
intan Kalimantan dengan tjara-tjara jang sederhana
dapat dilandjutkan untuk waktu jang lama
sedangkan
produksi
jang
lebih
besar bukan tidak mungkin.
78

5. Potensi bahan mineral
a. Bidjih besi
Di Indonesia terdapat dua matjam bidjih besi.
1. Bidjih hematit magnetit berasal dari kontak
metamorfis.
2. Bidjih-bidjih limonitis jang meliputi daerahdaerah luas berasal terdjadi dari pelapukan
lateritik.
ad 1. B i d j i h h e m a t i t - m a g n e t i t :
Di Sumatera tertjatat adanja 39 tempat dimana
terdapat bidjihbidjih matjam ini. Banjak lapisanlapisan disebelah timur laut dan udjung paling
tenggara dari pulau ini dan di sekitar Padang tidak
djauh dari pantai, lainnja terlalu djauh kedalam
untuk dapat mempunjai nilai komersil.
Di Kalimantan tertjatat 16 tempat.
Ad 2. S u m b e r - s u m b e r b i d j i h b e s i
lateritis.
Lapisan
jang
luas
bidjih
besi
lateritis
diketemukan
di
Sulawesi
Tengah,
Sulawesi
Tenggara dan Kalimantan Tenggara.
Persediaan-persediaan jang berarti terdapat dalam daerahdaerah seperti tersebut dibawah ini:
Kalimantan Tenggara.
Daerah Duwa Selatan, Gunung
Pulau Sebuku
Pulau Danawan

170.000.000
300.000.000
7.500.000
ton
477.500.000

Sulawesi Tengah dan Tenggara.
Daerah Larona, dekat Danau Towuti 370.000.000
ton
djumlah 847.500.000
Bidjih besi lateritis dari tingkat jang lebih baik
terdapat di tam-bang besi didaerah Lampung,
Sumatera Selatan. Tentang persedia-an tambang
bidjih besi belum tjukup.

Angka-angka jang dapat dipertjajai mengenai
persediaan-persediaan bidjih besi tidak terdapat.
Suatu penjelidikan jang mendalam didaerah ini
sedang didjalankan oleh team Wedexro dari
Djerman
79

Barat
atas
pengawasan
B.P.N.
Hasil
dad
penjelidikan
ini
diharapkan pada pertengahan tahun 1957. Penjelidikan ini
merupakan sebagian dari persiapan Projek Besi dan
Badja.
b. B idji h nikel.
Nike) terdapat bertjampur dengan lapisan besi
lateritis jang luas di Sulawesi Tengah sekeliling
danau Towuti, di Semenandjung Tenggara Sulawesi,
dibeberapa pulau ketjil didekatnja dan djuga
di Kalimantan Tenggara. Pasar jang paling dapat
memberikan kemungkinan-kemungkinan dimasa
depan untuk nikel Indonesia adalah Djepang dan
Eropah. Dengan memperhatikan persediaan bidjih
dan investasi jang dibutuhkan guna instansi dan
peralatan,
White
Engineers
menaksir
dibutuhkannja penanaman modal sebesar 5 0
rupiah untuk (tahun 1952) tiap kilogram nikel
untuk suatu produksi jang menguntungkan,
c . Logam - logam
pokok(tembaga,
timah hitam dan seng).
Tembaga, timah hitam dan seng diketemukan di
Sumatera Tengah disekitar Padang. Beberapa
tambang (lapisan) sudah diusahakan setjara ketjilketjilan, Perlu sekali diselenggarakan penjelidikan
dan pengeboran setjara luas untuk menentukan
kemungkinan pertambangan setjara komersil.
Terutama perhatian hares ditundjukan pada bidjih
seng mengingat besarnja impor dan kebutuhan
logam ini.
d. Bidjih besi
t i t a n i f e r o u s . Bidjih ini berasal
sedimenter.
Terdapatnja dipantai-pantai dimana tanahnja
naik,
daerahdaerah ini terdapat dipinggir Samudra Hindia,
misalnja Djampang Kulon (Djawa Barat) dan
Tjilatjap (Djawa Tengah).
Menurut laporan penjelidikan geologis sebelum
perang, lapisan yang bertumpuk-tumpuk ini
mengandung butir-butir halus ilmenit dan magnetit

jang rupanja terkumptd oleh karena gerakan bergelombang.
Penjelidikan
geologis
menaksir
djumlah
persediaan kurang-lebih 8.750.000 metric ton,
rata-rata berisi kira-kira 44% Fe dan
12,8% TiO2.

80

Pemegang hak eksplorasi pada waktu ini menaksir
djumlah persediaan 17 djuta ton dan kemungkinan
ada lagi 10 djuta ton, djadi semua berdjumlah 27
djuta ton.
Panitia Besi dan Badja setelah mempeladjari
masalah
tersebut
telah memutuskan untuk menjelidiki daerah-daerah
itu
lebih
Iandjut.
Penjelidikan ini diselenggarakan pula oleh Biro
Wedexro.
C. Kedudukan Ekonomis IndustriIndust r i M i n e r a l di I n d o n e s i a .
Nilai
sebelum
perang
dad
hasil
ekspor
pertambangan
di
Indonesia ternjata pentingnja dengan kenjataan bahwa
nilai tersebut adalah No. 2 sesudah produksi
perkebunan.
Dilihat dad sudut ekonomis, minjak dan hasil-hasil
tambahan dari minjak menempati tempat pertama,
timah putih nomor dua. Kedua bahan ini meliputi
lebih dari 95% djumlah nilai ekspor mineral, dalam
tahun 1939 dan 1953. Bauksit menempati tempat
ketiga, sedangkan pentingnja batu bara tidak
terletak pada hasil devisen tetapi pada nilai
produksinja jang sebagian besar dipergunakan
untuk konsumsi dalam negeri. Setelah mentjapai
djumlah terbanjak dengan 2.009.000 metric ton
pada
tahun
1940,
produksi
turun
selama perang dan naik lagi pada tahun 1948 dari
537.000 ton sampai kira-kira 1 djuta ton pada
tahun 1952, 1953 dan 1954.
Pentingnja industri pertambangan Indonesia djuga
ternjata dari djumlah kekuatan .. tenaga buruhnja.
Pada tahun 1953 misalnja, perusahaan-perusahaan
minjak
sadja
menggunakan
35.834
buruh,
sedangkan tambang-tambang batu bara mempunjai
djumlah buruh 8.472, perusahaan timah putih
23.340, bauksit 404, jodium 170, mangan 300 dan
batu aspal 103. Hingga djumlah semua mendjadi
68.666 buruh.

Djumlah investasi partikelir dalam lapangan
pertambangan kelihatan pentingnja dalam ekonomi
Indonesia.
Investasi
Belanda dalam pertambangan timah putih ditaksir
meliputi 10 djuta gulden; investasi mereka dalam
perusahaan minjak 500 djuta gulden.
Nilai investasi Amerika jang tertjatat ialah $
100.000.000 s setengahnja ada dalam perusahaan
minjak. Inve stasi Inggeris kurang lebih ditaksir
pada angka £ 100,000,000,
Perbandingan berat dalam ekspor pertambangan
Indonesia pada tahun 1938 dan 4 tahun jang
terachir adalah sebagai berikut:

Ekspor mineral, dan hasil-hasil lainnja .

(dalam metric ton)
Tahun

Minjak tanahdan hashhasil minjak tanah.
Timah clan konsentrat.

1938

1951

1952

1953

1954

6.426.00 5.274. 5.272.9 7.052.1 7.626.0
0
691
15
25
85
20.906 31.242 35.171 33.483 35.491

Bauksit.

273.811 601.838 219.15 169.46 244.790
8
5

Batu-bara:

306.307 114.136 110.29 137.03 86.781
4
5

Sumber-somber: Djawatan Pertambangan .

P e r k diperhatikan bahwa walaupun produksi
minjak tanah Indonesia tetap bertambah, tambahan
ini masih tetap tertinggal djauh dibandingkan
dengan ekspansi produksi dunia. Hasil batu
bara pada tahun 1952 adalah 11% lebih tinggi
dari tahun 1951. Pada tahun 1953 ini turun dengan
kira-kira
7,5%
dan
mungkin
akan turun dengan sedikitnja 5% pada tahun 1955.
Produksi bauk-sit turun 44% selama waktu jang
sama lalu terns turun mendjadi hanja kira-kira
150.000 ton pada tahun 1953, Seperti dinjatakan
diatas, ini sebagian besar disebabkan oleh karena
hilangnja
pasaran Barat, sebagai akibat diachirinja kontrak
dengan Amerika pads tahun 1952. Pada waktu ini
produksi
bauksit
dengan
kemungkinankemungkinan bara, madju dengan tjepat (naik
dengan 113% untuk enam bulan pertama dari tahun
1955).
Sebagai
keseluruhan,
produksi
mineral
keadaannja
lebih
baik
dari perkebunan, apabila angka-angka sebelum
perang
dan
jang
pada waktu ini dibandingkan.

Statistik produksi mineral mengenai bahanbahan pokok jang sama adalah sebagai berikut.
82

Hasil produksi mineral dan hasil jang lainnja.

(dalam metric ton)
Tahun

1938

1951

1952

1953

1954

Minjak tanah dan basil7.398.1
10.225.3 11.040.80
hasil minjak tanah.
44
8.092.716 8.523.39
21
2
5
Timah dan konsentrat.
30.204 31.482 35.563 34.362
35.861
Bauksit.
Batu-bars.

145.354 642.310 343.754 149.552
1

173.239

1.456.6 867.716 968.939 897.331
47
1

899:816

Sumber-sumber: Djawatan Pertambangan.

Memperhatikan
kenjataan-kenjataan
tersebut
diatas. tambahan produksi jang agak besar tidak
dapat diselenggarakan dalam waktu jang pendek.
Djelaslah
bahwa
satu-satunja
djalan
untuk
mentjapai ini ialah melandjutkan dengan sistematis
penjelidikan
tentang
mineral-mineral baru, jang hingga saat ini belum
diketahu.atau b e l u m diusahakan. Inilah sebabnja
mengapa Biro Perantjang Negara menekankan
pentingnja
eksplorasi-eksplorasi
untuk
mendapatkan
mineral-mineral
barn.
Dapat
diharapkan untuk tahun 1956 dan selandjutnja dan
dengan bantuan tenaga ahli baru dart luar, rentjana penjelidikan ini akan dapat diluaskan dengan
usaha bersama dengan Djawatan Pertambangan dan
Djawatan Geologi serta Fakultas Tehnik dan
Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dart Ban-dung
dan Djokjakarta. Pada achir rentjana Lima Tahun
Pertama dapat diharapkan sebagai hasil dart
Perguruan Tinggi d i s i n i dan pengiriman keluar
Negeri, kita sudah mempunjai insinjur Pertambangan dangeologi dalam djumlah jang agak
berarti.
Dirasakan perlu bahwa kebidjaksanaan jang
berhubungan dengan rentjana ini harus sampai
batas'
tertentu,
berpedoman
kepada
kesimpulan-kesimpulan
jang
misalnja
didapat dalam Lapor-an Paley jang terkenal sebagai
President's Materials Policy Gommission. Laporan
ini menilai situasi bahan-bahan di Amerika

Serikat pada tahun 1975 dan menjatakan bahwa .
Akan terdapat
kekurangan beberapa logam-logam pokok tertentu
jang tak dapat dielakkan, seperti timah hitam dan
tembaga.
83

Konsumsi tembaga per capita tiap tahun di
Amerika Serikat mungkin akan naik dengan 2,9 lbs,
dan akan mendekati 26 lbs. pada tahun 1975.
Konsumsi timah hitam pada waktu ini sudah 4 kali
lebih besar dari pada konsumsi bahan ini dinegaranegara
jang
dikatakan sudah madju, dan diduga akan naik 2 kali
lipat pada tahun 1975. Ini berarti bahwa Amerika
Serikat
harus
menutupi
kekurangan ini dari sumber-sumber luar negeri. Adalah
menjolok sekali bahwa konsumsi tembaga per capita
setahun dinegara jang belum berindustri hanja 1j3
lbs. dan tidak diharapkan akan melebihi 1 lbs pada
tahun 1975, biarpun perkembangan ekonomi dari
daerah-daerah
termaksud
diusahakan
industrialisasi dengan tjepat.
Hal diatas ini berarti bahwa diketemukannja
persediaan
tembaga potensiil dan diusahakannja tambang-tambang
logam pokok jang lain akan merupakan tambahan
penghasilan bagi negeri kita,
D. R e n t j a n a E x p l o r a s i s y s t e m a t i s .
Dibawah ini diterangkan setjara singkat mengenai
berbagai pekerdjaan fang telah diselenggarakan
pada tahun 1954, 1955 dan 1956 sebagai persiapan
untuk rentjana lima tahun pertama dan selandjutnja.
1. Pekerdjaan jang dikerdjakan pada 1954, 1955
dan 1956 sebagai persiapan untuk Rentjana Lima
Tahun Pertama.
(1.) Penjelidikan setempat mengenai pekerdjaan
bauxits Riau dan kundjungan ke-tambang
N.I.B,E.M. di Kidjang telah didjalankan dua kali.
Ini
menghasilkan
satu
taksiran
terachir
mengenai kemungkinan dimasa depan dari
tambang
Bauksit Riau, dan pengaruhnja terhadap industri
aluminium jang akan ditempatkan di Sumatera
Utara
dalam
kompleks
Asahan dan pengaruhnja terhadap ekspor.
(2) Dalam usaha untuk mendapatkan arang kokas
(coking-cool) maka White Engineers telah
mengadakan pertjobaan pada dua tambang;
Tambang batu bara Loa Bukit, dekat Samarinda, Kalimantan -- Timur. Tjontoh-tjontoh
pertjobaan ini telah diudji di Amerika dengan
proses karbonisasi temperatur rendah (Disco
Proces) dan terdapat hasil negatif. Sesudah

itu djuga diambil suatu tjontoh dari tambang
batu bara di Logas, di Sumatera Tengah, jang
menurut
penjelidikan
pada zamaii Djepang mengandung kokas.
Setelah diperiksa dengan teliti di Amerika pada
Batelle Memorial Institute dengan karbonisasi
temperatur tinggi arang tersebut dinjatakan sebagai djelas tidak mengandung kokas
(non coking).
84

(3).Suatu.ekspidisi telah melaksanakan tugasnja
dipulau
sumbawa,
jang
dilaporkan
mempunjai
kemungkinan adanja sumber-sumber kawah
lapisan belerang, jang banjak. Hasil dari pada
ekspedisi ini adalah terang negatif.
(4).Penjelidikan permulaan pada tambang tembaga
Timbulun dilaksanakan pada bulan April 1954.
Dari
observasi-observasi setempat ditambah dengan dokumentasidokumentasi
jang
tersedia
berdasarkan
perpetaan terachirjang didjalankan oleh. Dr.
Osberger,
ternjata
sebaiknja
diadakan
pengeboran lebih landjut dengan diamand drill.
(5) Seorangahli Geologi dibawah Rentjana Colombo
telah ditempatkan didaerah Djokjakarta dengan
tugas chusus untuk membuat taksiran mengenai
persediaan mangan daerah tersebut. Ternjata
tidak didapatkannja suatu djumlah jang berarti
dari bidjih tersebut walaupun explotasi setjara
ketjilketjilan
masih
dapat
dipertanggung
djawabkan.
(6) Penjelidikan
pertama
didaerah
TirtomojoKasihan Djawa-Tengah menguatkan pentingnja
daerah ini sebagai daerah jang mempunjai
kemungkinan adanja sumber-sumber logam
pokok, seperti tembaga, timah hitam dan aeng,
jang bertjam-pur dengan pyrit dalam persentase
jang berlainan.
(7) Satu taksiran mengenai bahan-bahan mentah
untuk pabrik semen di Sumatera Utara, sedang
dilaksanakan. Satu tempat telah terdapat
dimana ada kemungkinan dapat didirikan satu
pabrik Semen.
(8) Di Muara Labuh, Sumatera Tengah, dimana
beberapa logamlogam pokok mendjadi objek
eksplotasi sebelum perang diadakan pula
penjelidikan pertama. Tetapi banjak sekali jang
masih harus dikerdjakan sebelum penjelidikan
lebih landjut akan dapat memberikan hasil.
Daerah ini kelihatannja masih memberikan
harapan akan kemungkinan. adanja persediaan
lebih luas dari timah hitam jang bermutu
rendah, seng dan mangan dengan beberapa
persentase perak sebagai bahan tambahan.

(9) Jang terachir adalah usaha untuk mengadakan
penjelidikan tentang bidjih besi lateritis di
Lampung, Sumatera Selatan, ini didjalankan
oleh satu team jang lebih besar, terdiri dari ahliahli geologi dan insinjur-insinjur tambang
dengan bantuan djuru-djuru ukur. Sedjumlah
pertjobaan-pertjobaan telah di85

djalankan dan diambil tjorltoh-tjontohnja,ini
dibagi dua dan dikirimkan untuk analisa
kimia ke Bandung dan ke Djerman Barat.
Penjelidikan
selandjutnja
sedang
diselenggarakan oleh Biro Wedexro dibawah
pimpinan Dr. Rohland.
(10) Expedisi lengkap telah dikirim ke Kalimantan
Tenggara untuk menjelidiki keadaan bidji
besi dan batu bara didaerah tersebut.
Pekerdjaan ini merupakan bagian jang sangat
penting dari persiapan projek besi dan badja.
Tjara pembikinan kokas dan pembersihan bidji
besi dari daerah ini sedang dilakukan di
Djerman Barat.
(11) Harapan
akan
adanja
mineral-mineral
industri seperti misalnja gypsum pada waktu
ini sudah mendesak sekali berhubung dengan
selesainja pabrik semen Gresik. Bahan ini
pula sangat panting dalam industri pupuk,
untuk pembikinan asam belerang dan untuk
industri pembangunan rumah-rumah. Pada
waktu ini gypsum itu masih d impor. Telah
dimulai penjelidikan pada tanah-tanah fang
diketahui mengandung mineral tersebut di
Djawa Timur dan Madura.
(12) Selandjutnja sedang dipersiapkan projek untuk
mempergunakan air Kawah Idjen dengan
saluran pipa kepantai Banjuwangi untuk
pembikinan gypsum.
Persiapan pemeriksaan bidjih best lateritis di
Sulawesi (Larona) dan Kalimantan untuk
sementara
terbatas
pada
pekerdjaan
dokumentasi
dikerdjakan
oleh
Djawatan
Geologi. Pemeriksaan bidJih besi lateritis,
nikel dan tembaga di Sulawesi harus
dikerdjakan dengan lebih intensief
2. Program djangka-pandjang dalam Rentjana
Lima Tahun Pertama.
Rentjana Lima Tahun untuk perkembangan
pertambangan meliputi djumlah pengeluaran dalam
rupiah tertera sebagai berikut:
Tambang Timah Bangka
Rp.
Tambang batu bara Bukit Asam

Tambang batu bara Umbilin
P.M.
Perusahaan Pembangunan
P.M.
PertamDjawatan Pertambangan dan
32.000.0
Djawatan Gelogi
00,--

Pekerdjaan-pekerdjaan chusus

25.000.000,--

Djumlah Rp.
757.000.000,-86

Djadi. djumlah biaja fang disediakan untuk
program
Rentjana
Lima Tahun Pertama bagi Sumber-sumber Mineral
adalah sebanjak Rp. 757 djuta dan diantara djumlah
biaja tersebut, devisen jang disediakan sebanjak Rp.
442,2 djuta.
Seperti diterangkan &lam bab Perindustrian
untuk mendjaga kemungkinan perobahan harga dan
projek
fang
ta'
dapat
dihindar-kan,
untuk
Perindustrian
dan
Sumber-sumber
Mineral;
disediakan biaja tjadangan sebesar Rp. 88,5 djuta,
dengan djumlah devisen jang disediakan sebanjak
Rp. 67,3 djuta.
Dalam pekerdjaan chusus termasuk penjelidikan
setempat dan kontrak-kontrak istimewa. Seperti
misalnja penjelidikan setempat akan kemungkinan
didirikannja industri besi dan badja jang dilaksanakan dibawah kontrak langsung dengan Biro
Konsulasi
Internasional
(i.e.
Wedexro)
fang
mempunjai keachlian chusus.
Rentjana djangka pandjang mengenai eksplorasi
mineral jang dilaksanakan oleh Pemerintah harus
djuga dibiajai dari dana-dana tersebut diatas.
Oleh karena Indonesia untuk sebahagian besar
tergantung pada bantuan luar negeri dalam hal
tenaga-tenaga ahli, jang sukar didapat menjebabkan
kesulitan untuk menjusun sesuatu rentjana djangka
pandjang. Karena itu urutan projek-projek dibawah
ini untuk sementara dan menggambarkan urutan
prioritet pelaksanaan, jang dirasakan perlu sebagai
kelihatan pada waktu ini.
(1) Penjelidikan akan kemungkinan mendirikan
industri besi dan badja, fang sudah dimulai pada
tahun 1956, akan diteruskan untuk beberapa
tahun fang akan datang. Hasil penjelidikan di
Sumatera Selatan, Kalimantan Tenggara dan
Djawa
Barat
akan menentukan dimana dan dengan proms
apa perusahaan induk besi akan dimulai.
Selandjutnja
penjelidikan
besi
lateritis di Sulawesi
harus diselenggarakan.
Diharapkan bahwa penjelenggaraan industri
besi selandjutnja dapat diselenggarakan pada
permulaan Rentjana Lima Tahun Kedua.
(2) Penjelidikan terhadap logam pokok di Sumatera
Tengah harus diteruskan selama daerah itu
masih
memberikan
ke-mungkinan-

kemungkinan untuk masa depan (timah hitam,
tembaga dan sang).
(3) Tambang nikel lateritis didaerah Kolaka di
Sulawesi merupakan salah satu dari tambang-tambang
jang
memberikan
kemungkinan-kemungkinan
dimasa
depan.
Petundjuk-petundjuk pada waktu ini menjatakan tersedianja sedikitdikitnja
87

5.000.000 ton bidjih, rata-rata mengandung 2,5%
nikel, dengan kemungkinan jang besar akan
dapat diketemukan djumlah jang lebih besar
bidjih bermutu lebih tinggi.
(4) Beberapa
daerah
tertentu
dipegunungan
Kalimantan
memberikan
kemungkinankemungkinan jang menarik untuk penjelidikan
pertama. Beberapa laporan berasal dari berbagibagai sumber menjatakan bahwa beberapa
bahan mineral terdapat disitu. Penjelidikan
terhadap daerah ini, daerah pegunungan
Kalimantan Selatan dan Barat, mula-mula akan
mendjadi objek penjelidikan udara dengan
maksud untuk mendapat peta-peta topografis
jang lebih terperintji dari beberapa daerah
chusus, sebelum ekspedisi-ekspedisi ditanah
dapat dimulai. Perpetaan udara daerah-daerah
ini
adalah
salah satu dart Iangkah4angkah jang penting
jang harus dilaksanakan.
(5) Kekurangan
akan
gypsum
dan
fosfat
menjebabkan kita harus mengimpor kedua bahan
mentah
tersebut.
Diharapkan
dapat
dilaksanakannja penjelidikan sistematis untuk
mendapatkan kedua mineral industri ini, didalam
batas-batas
tersedianja
tenaga tehnis. Walaupun pengharapan untuk
mendapatkan persediaan fosfat jang komersiil di
Djawa dan di pulau-pulau lainnja tidak begitu.
besar
namun
kemungkinan
adanja
landjutan dart lapisan-lapisan fosfat di Pulau
Christmas
(Inggeris) diselatan kepulauan Indonesia perlu
diselidiki.
(6) Suatu
ekspedisi
kepulau
Peleng,
dimana
dichabarkan terdapat lapisan mica, harus
dilaksanakan selekasnja setelah tersedianja
staf tehnis serta peralatannja
(7) Pentingnja arang batu kokas (coking coal)
sudah ditegaskan dibahagian jang terdahulu.
Seperti diuraikan pada bagian-bagian tersebut
pertjontohan (test) jang dilaksanakan pada dua
tambang batu bara oleh Batelle dan Leshers
Laboratories di Amerika Serikat adalah
negatif, tetapi ahli-ahli Djerman ber-pendirian
bahwa bagaimana djuga masalahnja masih
dapat dipetjahkan.

E. K e b i d j a k s a n a a n N e g a r a m e n g e n a i
sum-b e r m i n e r a l .
1, Peraturan-peraturan pertambangan.
Di Indonesia semua mineral dibawah tanah adalah
kepunjaan Negara dengan tidak memandang siapa
jang berhak atas tanahnja sedang untuk mineral itu
diperlukan hak chusus. Hak ini diatur
88

oleh suatu peraturan pertambangan. Pemilikpemilikjang sjah dari tanah-tanah tidak bisa
mempergunakan atau mendjual kelain tangan
mineral-mineral fang terdapat dibawah tanahnja.
Pada
waktu
ini
peraturan
pertambangan
Pemerintah Hindia Belanda masih berlaku.
Sudah terang bahwa peraturan jang lama tersebut
Pada
waktu
ini praktis sudah tidak bisa berlaku (dipakai) lagi
dan harus mendapatkan perubahan-perubahan jang
mendalam dilihat dari sudut perubahan ekonomi
jaitu dari sistim kolonial kearah sistim nasional.
Pasal-pasal tertentu seperti pengertian konsesi
jang
berlaku
hingga 75 tahun dengan sewa tahunan 25 sen per
hektare setahun, harus dihilangkan, konsesi-konsesi
jang tidak didjalankan harus mendapat padjak lebih
berat.
Hak
dan
kewadjiban
dari
pemilik-pemilik
pertambangan harus ditentukan dengan djelas,
seperti antara lain ketentuan-ketentuan mengenai
kepada siapa dapat diberikan konsesi dan
sebagainja.
Pada waktu ini sudah sangat dirasa keperluan
akan
adanja
Undang-undang
Pertambangan
Indonesia, mengingat bahwa soal pertambangan di
Indonesia meliputi hadjat hidup dari seluruh
masjarakat Indonesia, sedangkan hal itu sampai kini
masih diatur oleh Indische Mijnwet, jang tidak lagi
sesuai
dengan
keadaan
dewasa ini:
a. Pokok-pokok persoalan.
Sebagai pengganti dari Indische Mijnwet, maka
hal-hal
jang
harus diatur dalam Undang-undang Pertambangan,
tidak hanja selaras dengan tjita-tjita dasar dari
keadaan
dan
kedudukan
Negara Republik Indonesia semendjak penjerahan
kedaulatan, akan tetapi djuga disesuaikan dengan
perkembangan
kepentingan
nasional
dalam
pertambangan, jang setjara mendalam harus ditindjau, baik dari sudut politis dan ekonomis, maupun
dari sudut sosial dan strategis.
Pokok-pokok persoalan tersebut adalah mengenai :
(1) hak-milik dart semua bahan galian jang
terkandung didatam bumi dari wilajah Indonesia
serta memperluas wilajah hingga diluar baths
territorial (continental shelf);

(2) pembagian bahan-bahan galian dalam beberapa
golonganjang didasarkan atas sifat-sifatnja
chusus dari bahan-bahan galian sendiri, dengan
pernjataan, bahwa mengenai minjak-tanah,
aspal, lilin-tanah dan semua bitumen sedjenis
itu diatur dengan undang-undang tersendiri;

89

(3) sifat nasional (kebangsaan) dari perusahaan
pertambangan
serta
pengutamaan
kepada
bangsa Indonesia;
(4) pemakaian tenaga buruh dalam perusahaan
tambang itu jang sewadjarnja sudah didjalankan
oleh bangsa Indonesia sendiri;
(5) adanja tjadangan nasional;
(6) basil Negara jang sebaik-baiknja sebagai
pembagian
penda-patan
dari
keuntungan
perusahan pertambangan.
(7) Adanja djaminan tentang tertibnja didjalankan
eksplotasi
sehingga
dibutuhkan
adanja
pengawasan diatasnja, serta menghindarkan
spekulasi jang tidak-tidak;
(8) Adanja peraturan peralihan untuk mentjegahnja
kekosongan
(vacuum)
dalam
menghadapi
pelaksanaannja
dart
Undangundang
pertambangan fang baru.
b. Pendjelasan pokok-pokok persoalan:
(1) Mengenai semua bahan-bahan galian jang
terkandung didalam bumf dari wilajah Indonesia
dinjatakan setjara mutlak, hahwa bahan-bahan
tersebut adalah milik Negara.
Pernjataan ini adalah dasar jang diletakkan
dalam Undang-undang Pertambangan, sehingga
dengan
pernjataan
ini
Negara
dapat menguasai semua bahan-bahan galian dengan
sepenuhpenuhnja djika dipandang perlu untuk
kepentingan Negara serta kemakmuran rakjat,
sesuai dengan jang tersebut dalam pasal 38
dari Undang-undang Dasar Sementara Republik
Indonesia.
Dengan pengertian baru jang disebut "continental
shelf", maka daerah pertambangan diperluas,
hingga
diluar
batas-batas
perairan territorial.
(2) Pembagian (gradasi) bahan-bahan galian
dalam golongan sangat penting, penting dan kurang
penting didasarkan atas sifatnja dari masing-masing
bahan galian sendiri diperlengkapi menurut
pendapat-pendapat baru mengenai hal ini, misalnja
bahan-bahan galian fang radio-actief dan lain-lain
bahan galian jang vitaal bagi pertahanan (strategis)
dan pembangunan Negara.
Dirasakan perlu pula untuk mengadakan undangundang tersen-diri bag' minjak-tanah, aspal, 1'lintanah dan semua bitumen baik padat, maupun tjair

dan semua djenis gas mudah terbakar, oleh karena
sifatnja bahan galian ini sangat chusus dan
memberikan hadjad kepada masjarakat ramai serta
dalam
tjara
mengusahakan
pertambangannja
terdjalin pula aspek-aspek internasional,
Undang-undang Pertambangan dianggap sebagai
Undangundang pokok. Dalam pembuatan Undang-undang
Minjak dasardasar termaksud dalam Undangundang Pertambangan diperhati.
90

kan dengan kemungkinan menambah atau
menjimpang, berhubang dengan hal-hal jang chusus
mengenai minjak-tanah.
Manakala
ada
bahan-bahan
galian
jang
dianggap perlu diusahakan oleh Pemerintah sendiri, maka hat itu
ditetapkan dengan Undang-undang.
(3) Dalam mempergunakan kekajaan alam -hak milik Negara - dapat diambil tjara-tjara
pengusahaannja seperti ber-ikut:
a. diusahakan oleh Pemerintah sendiri:
mengenai
sifat
nasional
dari
perusahaan
sematjam ini, bukan mendjadi soal lagi, hanja
perlu dipilihnja oleh Pemerintah ben-tuk jang.
memberikan kelonggaran dalam soal pengurusan
administrasi dan keuangan dan tidak begitu
terikat oleh per-aturan-peraturan jang lazim
dipakai untuk instansi-instansi Pemerintah;
b. diusahakan setjara bersama oleh Pemerintah
dengan pihak partikelir:
untuk
mendirikan
perusahaan
tjampuran
Pemerintah mengadakan perdjandjian dengan
pihak
partikelir,
baik
asing
maupun
asli. Dalam persekutuan ini Pemerintah selalu
mempunjai pengaruh jang terbesar; perdjandjian
ini didahului oleh kekuasaan dengan undangundang bagi bahan galian golongan sangat
penting;
c. diserahkan kepada pihak partikelir untuk
diusahakan atas nama Pemerintah;
d. diusahakan oleh pihak partikelir, dimana pada
dasarnja kepada pengusaha nasional diberikan
pengutamaan;
e. didalam hal jang berlainan, maka hal itu
dimungkinkan djuga akan tetapi dengan sjaratsjarat mengenai tempat kedudukan, susunan
pengurus dan lain-lain jang diatur lebih landjut
dalam undang-undang ini dan lebih sesuai
dengan
perkembangan
dari kepentingan nasional dalam lapangan
pertambangan.
(4) Mengenai pemakaian tenaga buruh dalam
perusahaan
pertambangan
partikelir
pada
azasnja
diinginkan
pemakaian
tenaga warga-negara Indonesia seluruhnja, dalam

segala lapangan pekerdjaan baik ditingkatan
pimpinan maupun dilapisan bawah.
Mengingat kenjataan bahwa masih terdapatnja
kekurangan
tenaga warga-negara Indonesia jang berpengalaman
dan ahli dalam pekerdjaan pertambangan, maka
undang-undang ini memberikan kelonggaran untuk
memperbolehkan
tenaga
bukan
warga-negara
Indonesia
bekerdja
dalam
perusahaan
pertambangan
dengan
sjarat-sjarat limitatief mengenai djumlahnja dan
waktu bekerdjanja,
91

sedangkan pendidikan kearah keahlian dari
tenaga buruh Indo-nesia mendjadi kewadjiban dari
perusahaan-perusahaan itu.
(5) Untuk
kepentingan
tjadangan
nasional
Pemerintah dapat menutup beberapa daerah guna
usaha
pertambangan
pada
umumnja atau chusus guna bahan galian tertentu.
Maksud daripada tindakan ini ialah supaja
djangan sampai semua daerah dalam wilajah
Indonesia habis diusahakan untuk pertambangan.
2.

Kebidjaksanaan

Pemerintah

mengenai

Perusahaan Minjak.
(1) Kemungkinan besar sekali, bahwa dalam
beberapa waktu jang akan datang, Indonesia
akan tetap merupakan suatu negara dimana ada
lapangan kerdja untuk pangusaha-pengusaha
partikulir (nasional maupun Asing). Memang
dalam keadaan pembangunan dan dalam rangka
menambah produksi untuk mempertinggi taraf
penghidupan rakjat sebaiknja biaja jang terbatas
fang
dapat
disediakan
untuk
investasi
dipergunakan terutama untuk penjelenggaraan
alat-alat produksi baru.
(2) Oleh karena itu rentjana Pemerintah dan
kebidjaksanaannja
harus
didasarkan
pada
kemungkinan
ini
dan
setjara
konsekwen, harus bertudjuan untuk mentjiptakan
suasana jang
baik
terhadap perusahaanperusahaan partikulir, dalam negeri maupun
hear negeri, oleh karena biaja jang dapat
disediakan oleh Pemerintah djauh dibawah jang
sesungguhnja dibutuhkan untuk menambah
pendapatan nasional.
(3) Bila ternjata adanja kekurangan modal dalam
negeri untuk membiajai investasi pada tingkat
minimum, maka disamping pindjaman atau
bantuan lain jang dapat diterima diberikan
kesempatan pula kepada modal luar negeri
untuk memberikan bantuan dengan menjediakan
peralatan-perajatan pokok untuk menambah
kelantjaran pembangunan industri seperti apa
jang direntjanakan bagi. umum. Tentu sadja
untung
rugi
setiap
projek penanaman modal asing itu harus
dipertimbangkan
dengan
teliti,
menurut

ketentuan-ketentuan
dan,
kebidjaksanaan sebagai ditetapkan dalam undang-undang
Penanaman Modal Asing.
(4) Kebidjaksanaan umum mengenai investasi modal
asing di Indonesia telah dimuat dalam Undangundang Penanaman Modal Asing,
92

(5) Pemerintah menjadari pentingnja peranan
perusahaan-perusahaan minjak dalam lapangan
ekonomi
negara
kita.
Selain
pentingnja
pendapatan
langsung
untuk
Pemerintah
(devisen, padjak perusahaan bea dan tjukai),
terdapat pula keuntungan jang tidak langsung.
(6) Pemerintah memperhatikan dengan seksama
situasi sumbersumber minjak dan industri
minjak dunia pada umumnja. Pada waktu ini
kita belum mempunjai tjukup modal-modal
maupun
tenaga-tenaga
ahli
untuk
melaksanakan operasi-ope-rasi serta perluasanperluasan industri tersebut. Konsumsi minjak
tanah dan hash-hash lain didalam negeri terus
menerus meningkat dan ditaksir bertambah
10% tiap tahun. Penam-bahan produksi adalah
merupakan satu-satunja djalan memenuhi
kebutuhan itu. Hal ini tidak hanja akan
menutupi kebutuhan permintaan pasar dalam
negeri, tetapi djuga akan mengurangi impor
minjak mentah dan minjak-minjak lainnja jang
harus dibajar dengan devisen.
(7) Sebagai
tindakan
sementara
Pemerintah
sewadjarnja memberikan hak-hak eksplotasi
tambahan dan eksplotasi kepada perusahaan
jang
dianggap
tidak
tjukup
mempunjai
tjadangan akan tetapi tjukup progresip dalam
sikapnja terhadap politik Indonesia dalam
lapangan perekonomian.
(8) Misalnja ternjata bahwa djika diadakan
perbandingan antara ketiga perusahaan jang
bekerdja di Indonesia Stanvac menempats
posisi jang paling lemah, sebagai pula ternjata
dari per, kiraan persediaan dan luasnja (lihat
halaman 4) antara ketiga perusahaan asing jang
pekerdja di Indonesia. Demikian halnja dengan
perusahaan tjampuran N.I.A.M.
(9) Dalam hal pemberian konsesi tambahan untuk
mengadakan keseimbangan dalam tjadangan
tiap-tiap
perusahaan,
meng-ingat
pula
bertambahnja kebutuhan dalam negeri, dan
ichtiar menambah ekspor, kebidjaksanaan
terachir Pemerintah ialah memadjukan setjara
progresif turut sertanja pihak Indonesia dalam
eksplotasi sumber-sumber minjak. Faktor jang
penting antara lain turut sertanja tenaga

Indonesia dalam proses produksi dan pula
pimpinan dan tanggung djawab dalam lapangan
perusahaan minjak. Dalam hal ini harus
ditindjau
lebih mendalam susunan perusahaan tjampuran
N.I.A.M. jang bersifat 50 50% akan tetapi
pimpinan seluruhnja dilakukan oleh B.P.M.

93