Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Depernas-01 Bab-03

BAB 3.
PEMBIAJAAN RENTJANA PEMBANGUNAN.
1. Pembiajaan Rentjana Lima Tahun kita adalah
berdasarkan
kekuatan
kita
sendiri,
dengan
mengingat pengalaman-pengalaman pada tahuntahun jang lalu.
Dan pula
berdasarkan
anggapan bahwa
Anggaran Belandja Negara dapat dibuat seimbang
atau
hampir
seimbang
pada
per-mulaan
pelaksanaan Rentjana Lima Tahun Pertama
sehingga dapat kita mulai dengan pelaksanaan
Rentjana Lima Tahun kita pada tahun 1956.

2. Dalam tahun-tahun jang lalu telah dihitung
besarnja investasi negara jang dikeluarkan
manumit Anggaran Belandja.
Menurut perhitungan tersebut investasi negara
mentjapai djumlah antara Rp. 1,7 -- Rp, 2,4 miljard
setahun.
Kalau kita berhasil mempertahankan tingkat
pengeluaran pemerintah untuk investasi jang
sekarang atas dasar jang tidak inflatoir, maka ini
sudah akan merupakan suatu succes.
Keadaan
sedemikian
sedikit-dikitnja
telah
memberikan djaminan bahwa pengeluaran sebesar
itu akan dapat diteruskan untuk tahuntahun jang
akan datang.
Tetapi perlu diingat bahwa bila inflasi berdjalan
terus, maka djumlah tersebut tidak akan dapat
ditjapai dan akan hilang dalam kekatjauan

keuangan.
3. Menurut statistik fang kita peroleh pada achir
tahun 1952 deposito jang dapat kita gunakan
untuk investasi adalah $ 2,9 tiap orang atau
berarti ± Rp. 2640 djuta. Kalau kita melihat
kenaikan tahunan deposito di Burma ± 20 %, Ceylon
± 25%, Pakistan ± 15%, India 6% dan deposito per
capita
negara-negara
tersebut
berturut-turut
sebagai berikut: $ 4,7, $ 19,2, $ 6,3, $ 5,6, maka
dengan demikian dapat dianggap bahwa dalam
tahun-tahun jang akan datang dimana kestabilan
keuangan diharapkan akan ada, deposito dengan
mudah dapat mentjapai ± Rp, 360 djuta setahun,
bahkan paling sedikit dapat ditjapai Rp. 2 miljard
dalam waktu 5 tahun jang berarti $ 5,1 tiap orang;
ini masih lebih rendah daripada di India sekarang
($ 5,6). Sehingga kenaikan deposito bank sebesar

rata-rata Rp, 360 djuta setahun dapat dianggap

tak-siran jang tidak berlebih-lebihan.
Sebagai tjontoh dapat dikemukakan disini
mengenai kenaikan tabungan jang diharapkan
oleh Bank Tabungan Pos. Dalam tahun

20

1950, uang penabung berdjumlah:'Rpt'$O djuta
dan pada achir tahun 1954,mentjapai djumlah Rp.,.
170 djuta, suatu kenaikan rata-rata R p. 30 djuta
setahun, dan dalam rentjana lima tahunnja dapat
kita lihat sebagai berikut:
Achir tahun 1955 tabungan Rp.
3
180 djuta
0
1957


„ 250 4
1958

„ 300 0
5
0
1959

6
„ lebih
360 dari ± 15% setahun.
0
suatu kenaikan
4. Pengeluaran obligasi dan surat-surat beiharga
lazimnja merupakan tiara jang tepat untuk
membelandjai investasi modal.
Tetapi di Indonesia pasar' modal jang sedemikian
belum madju dan kredit pemerintah hampir tidak
ada.
Ini dapat dilihat dart keadaan pasar dari

pindjamanan pemerintah jaitu 3% obligasi. R.I,
tahun
1950,
sebesar
Rp..1,5
miljard,
jang
membekukan hampir 50% mata uang jang beredar
dan depositodeposito bank dengan pindjaman
paksaan jang dikenakan pada pemegang-pemegang
uang tersebut.
Obligasi itu dalam Bursa Djakarta tertjatat ± 57%
jang berarti memberikan hasil = 6,0% jang
disebabkan pembelian-pembelian setjara besarbesaran oleh Pemerintah. Sebelumnja hanja tertjatat
sampai 35%. Ini 'antara" lain djuga disebabkan
karena kurangnja kepertjajaan pada stabilitet nilai
uang.
Dengan kestabilan. moneter, jang diharapkan akan
dapat ditjapai dalam Rentjana Lima Tahun, maka
tidak akan berlebih-lebihan bila selama 5 tahun

hanja diharapkan sumber pembelandja-an dari
pendjualan obligasi Pemerintah sebesar Rp 600
djuta.
Bentuk pengeluaran obligasi. Pemerintah dapat
langsung dari Pemerintah atau via Bank Industri. ,
Negara umpamanja dengan djaminan Pemerintah.
5. Peranan dan pentingnja , modal asing dalam
pembangunan negara kita merupakan suatu soal
jang sulit dan pendapat-pendapat mengenai hati
inipun sangat berlainan.
Peranan modal asing kadang-kadang sangat di
besar-besarkan. Sikapnja sangat dipengaruhi oleh
keadaaii Negarajang akan di-masuki a.l.:
1. politik luar negeri Pemerintah

2. keadaan dalam negeri di lapangan politik dan
keamanan;
3. stabilitet kebidjaksanaan ekonomi dan keuangan.
Pemasukan modal dapat pula berasal dari badanbadan resmi jang mempunjai peranan pula dalam
membantu pembangunan negara a.l.:

21

1. Bank Expor-Impor Washington;.
2. International
Bank
for
Reconstruction
and
Development;
3. Rentjana bantuan asing: UNTAA, I.C.A.,
Colombo-plan, dan lain-lain.
Pengalaman-pengalaman pada beberapa tahun
fang terachir ini menundjukkan, bahwa djumlah
pindjaman bantuan luar negeri jang kita terima,
jang kiranja dapat digunakan sebagai sumber
pem-biajaan Rentjana Lima Tahun ini, bila dapat
diharapkan sedjumlah Rp. 200 djuta setahun
tidaklah merupakan djumlah jang mustahil, bahkan
dapat dikatakan terlalu sedikit.
6. Dengan uraian diatas achirnja kita sampai

pada sumber-sumber pembiajaan Rentjana Lima
Tahun sebesar
Rp. 12,5 miljard Dari skema
dibawah ini 'dapat dilihat dengan djelas maksud
uraian tersebut diatas.
TAKSIRAN SUMBER-SLUMBER PEMBIAJAAN RENTJANA
LIMA TAHUN (SEKTOR PEMERINTAH)
(dalam djutaan rupiah).
1
2
3
4
5
6
Angga Pindja Pendj Djuml Pindj Djuml
m- an ua,
ah
amah.
2 pembe
Bank

an
(dari Ian
luar
(4+5)
Lain
ran
ke- sunegeri2
dalam
deposit
rat
nege Berian
o) pinri
1956
1957
1958
1959
1960

1.700
1.800

1.900
2.000
2.100


320
340
360
380

9.500

1.400


100
200
300

1.700

2.120
2.340
2.5
2.780

200
200
200
200
200

1.900
2.320
2.540
2.760
2.980

600 11.500 1.000 12.50
0.

22

7. Dalam Rentjana Lima Tahun I in1 terang
belum
semua
jang
kita
kehendaki
dapat
dilaksanakan
berhubung
dengan
kekuatan
keuangan kita. Karena itu perlu diadakan
pembagian-pembagian
mana
jang
barns
dikerdjakan dahulu dan jang penting untuk pembangunan
dengan
tidak
mengabaikan
komplementaritet
daripada
objek-objek
pembangunan.
Menurut perhitungan kita investasi Pemerintah
tahun 1954 jang dibiajai dari Anggaran Belandja
Negara menundjukkan djumlah Rp. 2.019 djuta
dengan persentase sebagai berikut:

1. 'Pertanlan
2. Tenaga +
3. Industri +
Pertambang4. Pengangkutan
+ Per5. Pendidikan,
Masalah2

1954
(dalam
djutaan
rupiah)
155,4
256,3

195

367,6

18

25

3.125

850,0

42

25

3.125

12

1.500

389,3
2.019,0

%
13

19

Rentjan (dala
lima Djutaa
n
tahun rupiah
)
1.625
13
25
3.125

100
% 100%

12.500

Seperti tersebut diatas persentase alokasi
untuk Rentjana Lima Tahun agak berlainan dari
persentase jang terdapat pada tahun 1954
berhubung untuk rentjana pembangunan diperlukan
prioritetprioritet
untuk
mendapatkan
keseimbangan dalam pembangunan.
8. Negara kita kerap-kali dinamakan negara
jang kurang madju, tetapi jang penting adalah
bahwa kita sangat tergantung pada impor barangbarang, terutama barang-barang "modal untuk
investasi dalam pembangunan. Ini berarti bahwa kita
membutuhkan devisen.

Kebutuhan devisen dalam Rentjana Lima Tahun
adalah sebagai berikut:

23

24

Djadi selama 5 tahun dibutuhkan devisen Rp.
4.688 djuta atau kira-kira =37;5% dari seluruh:
investasi.
Bila kita melihat pengalaman-pengalaman jang
lampau, pengeluaran devisen dalam tahun-tahun
jang lalu, maka persentase ter-sebut diatas tidaklah
berat. Dan pula dibebetapa..sektor masih diadakan
tjadangan
rupiah
maupun
devisen
untuk
memberikan kelonggaran bila ada perobahanperobahan harga atau projek-projek prig tidak
dapat dihindarkan.
9. Sebagai kesimpulan mengenai uraian diatas
perlu diingat kembali bahwa
dasar pada permulaan
pembangunan kits itu. adalah keseimbangan atau
hampir adanja keseimbangan dalam Anggaran
Belandja Negara.
Dengan demikian dapat diharapkan selandjutnja
adanja kesta-bilan keuangan. Taiipa kestabilan
keuangan ini, maka Rentjana Lima Tahun akan
mendjadi katjau.
10. Perlu diingat djuga, bahwa pengeluaran
tahunan pembia-jaan Rentjana Lima Tahun itu tidak
akan sama, artinja tiap tahun tidaklah selalu.
dibutuhkan .115 X Rp. 12,5 = Rp. 2,5 miljard,
umumnja pada tahun-tahun pertama akan lebih
ketjil daripada tahun-tahun terachir, bila kita
mengingat akan pembangunan projek besar
umpamanja, terutama mengenai kebutuhan akan
devisen:
Pengeluaran-pengeluaran pertama kebanjakan
dilakukan dalam mata uang dalam negeri sadja.
Sehingga perlu dalam tahun-tahun pertantar
menjimpan surplus, terutama devisen untuk tahuntahun selandjutnja dimana kebutuhan devisen ,untuk
pembangunan relatip meningkat dengan banjak, dan
djanganlah sekali-kali dihamburhamburkan untuk
keperluan jang kurang penting,
Selain dalam kestabilan keuangan, disini pula
letak berhasil atau tidaknja rentjana pembangunan,
jaitu apakah kita dapat mengendalikan diri dalam
pemborosan
pengeluaran
terutama
mengenai
devisen.
11. Perlu disini ditegaskan bahwa biaja Rentjana
Pembangunan
Lima
Tahun
hanjalah
untuk
investasi modal, jang berhubungan
dengan pembangunan dilapangan ekonomi dan
sosial. Seperti diketahui investasi modal disektor
pemerintah meliputi investasi modal jang dibiajai
oleh Pemerintah sebesar Rp. 12.500 djuta. Dalam

djumlah
ini
tidak
termasuk
pengeluaranpengeluaran modal jang tidak ada hubungannja
dengan pembangunan tetapi perlu bila dilihat dari
sudut administrasi pemerintah.
Pengeluaran-pengeluaran! ini dalam Anggaran
Belandja Negara digolongkan sebagai pengeluaran
modal, tetapi jang tidak merupa-kan suatu bagian
dari Rentjana Pembangunan kits; umpama

25

kantor-kantor pemerintah, perlengkapan untuk
pertahanan dan sebagainja atau jang mempunjai
sifat keuangan (financial character) belaka umpama
melunasi hutang-hutang atau ganti kerugian bagi
perusahaan-perusahaan jang dinasionaliser, jang
tidak
mengakibatkan
penambahan
kekajaan
Negara.
12. Selandjutnja dalam Rentjana Pembangunan
jang
berdjumIah Rp. 12.500 djuta itu tidak termasuk
pengeluaran-pengeluaran biasa (current) jang
bersifat routine jang perlu disediakan oleh
Pemerintah untuk melengkapi dan mendjamin
terlaksananja
inves-tasi
modal
umpamanja
sebagian . besar pengeluaran untuk pendidikan,
kesehatan, penjelidikan dan penjuluhan pertanian
dan pula transmigrasi. Pengeluaran-pengeluaran ini
dalam
Anggaran
Belandja digolongkan pada pengeluaran biasa (current:
pegawai,
barangbarang
atau
lain-lain)
jang
diadjukan tiap-tiap tahun menurut prosedure biasa
dalam mengadjukan rentjana Anggaran Belandja
Negara.
Pengeluaran akan meningkat sesuai dengan
meningkatnja pengeluaran investasi dan harus
seimbang dengan kemadjuan ekonomi negara pada
umumnja. Karena itu pos „Belandja Modal” dalam
Anggaran Belandja perlu dibagi mendjadi:
1. pengeluaran modal untuk Rentjana Pembangunan;
2. „
jang bukan untuk Pembangunan;
3. „
jang bersifat keuangan belaka,
Dalam
masa
peralihan
perlu
dalam
pos
pengeluaran modal untuk Rentjana Pembangunan
(pos 1) ditambah dengan. sub-bagian, untuk
mentjatat "Commitments" jait'u pengeluaran modal
untuk menjelesaikan projek-projek pembangunan
jang
telah
diadakan
pada tahun-tahun jang telah lalu jang tidak
termasuk dalam Ren-tjana Pembangunan Lima
Tahun 1956.4960.
13. Jang dimaksud dengan pengeluaran modal
untuk pembangunan ialah pengeluaran modal jang
ditudjukan untuk menambah produksi nasional.
Seperti diterangkan diatas pengeluaran modal
untuk pembangunan dalam masa peralihan hares
dibagi dua untuk membedakan antara:

a. Pengeluaran investasi jang berhubungan dengan
Rentjana Pembangunan Lima Tahun kita.
b. Pengeluaran investasi jang berhubungan dengan
penjelesaian projek-projek dan Commitments
jang diadakan pada tahun-tahun sebelum
Rentjana Pembangunan jang pembiajaannja
masih harus ditanggung oleh Anggaran
Belandja sekarang.
26

Dalam hal ini Kementerian Keuangan jang
menentukan pengeluaran-pengeluaran mana jang
termasuk dalam kolom ini.
Sebagai tjontoh umpamanja, pembajaran tjitjilan
pembelian lokomotip-lokomotip atau kapal-kapal
pada tahun-tahun Anggaran Belandja jang telah
lalu.
14. Mengenal pengeluaran modal jang bukan
untuk pem-bangunan disini dapat dinjatakan bahwa
pengeluaran
itu
njatanjata untuk pengeluaran modal meskipun. pada
hakekatnja tidak menambah produksi nasional,
tetapi
hanja
menambah
kekajaan
dan milik harta benda Pemerintah.
Jang termasuk dalam kolom ini biasanja jang
berhubungan dengan administrasi pemerintahan
pada umumnja, umpama :
1. Perlengkapan-perlengkapan keperluan militer
dan pertahanan
(sendjata-sendjata, perlengkapan militer, kapalkapal untuk
A.L.R.I., asrama-asrama angkatan perang dan
sebagainja).
2. Perlengkapan untuk keamanan umum seperti
perlengkapan
bagi tibias kepolisian.
3. Pembelian tanah-tanah oleh Pemerintah jang
bukan untuk ntendirikan projek-projek
pembangunan.
4. Pentbuatan gedung-gedungdan kantor-kantor
pemerintah.
5. Kendaraan dan alat perhubungan jang
dipergunakan sematamata untuk keperluan
administrasi pemerintah.
6. Perumahan untuk pegawai-pegawai negeri.
7. Monumen-monumen, taman dan tempat untuk
bersembahjang (mesdjid-mesdjid dan geredjageredja).
8. Pembentukan persediaan barang (stockpiling :
betas).
15. Achirnja mengenai pengeluaran jang
bersifat keuangan belaka dapat diterangkan disini,
bahwa
meskipun
dalam
Anggaran
Belandja
dimasukkan
dalam
„Belandja
Modal”
dalam

kenjataannja dan pada hakekatnja tidak menambah kekajaan
dan
harta
benda Pemerintah, umpama :
1. Perlunasan hutang-hutang Pemerintah.
2. Pemberian pindjaman dan uang muka oleh
Pemerintah kepada bank-bank dan Pemerintah
Daerah
jang
tidak
mempunjai
sifat
pembangunan.
3. Pemberian pindjaman dan uang muka kepada
pegawai-pegawai negeri.
4. Pemberian-pemberian pindjaman, penempatan
deposito atau
penjertaan Pemerintah dalam
perusahaan jang tidak termasuk dalam Rentjana
Pembangunan
pada
perusahaan-perusahaan
tersebut.
27

5. Ganti kerugian bagi perusahaan-perusahaan
jang dinasionali- sir
6. Pengeluarari lain-lain jang tidak bersifat
menambah harta ke-kajaan.
16.
Pengeluaran
jang
supgguh-sungguh
dikeluarkan hendaknja ditjatat untuk tiap-tiap
k w a r t a l , sesuai, dengan pos-pos dalam Anggaran
Belandja.
Pengeluaran-pengeluaran
modal
untuk
pembangunan (kolom I A dan I B) djuga meliputi
pengeluaran bagi Pembelian tanah bagi tempat
kedudukan dan pendirian projek-projek pembangunan
ter-sebut

28