Status Nutrisi Dan Tingkat Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Nutrisi Pada Anak

2.1.1 Defenisi

Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk serta menghasilkan energi.

Menurut Maryunani (2010) keadaan nutrisi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi oleh seseorang dalam jangka waktu yang cukup lama. Karena itu, ketersediaan zat nutrisi didalam tubuh seseorang (termasuk bayi dan balita) menentukan keadaan nutrisi bayi dan balita apakah kurang, optimum atau lebih.

Menurut Maryunani (2010) status nutrisi adalah keadaan yang ditunjukan sebagai konsekuensi dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ketubuh dan yang diperlukan.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi

Menurut Supariasa (2008) ada dua faktor yang mempengaruhi status nutrisi manusia yang meliputi:

1. Faktor internal (secara langsung) a. Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang di miliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita.


(2)

b. Kondisi fisik

Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Supariasa, 2005).

c. Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Supariasa, 2005).

2. Faktor eksternal a. Pendapatan

Masalah nutrisi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Supariasa, 2005).

b. Pendidikan

Pendidikan nutrisi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan status nutrisi yang baik (Supariasa, 2005).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita


(3)

waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Supariasa, 2005).

d. Budaya

Budaya adalah salah satu ciri khas yang akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Supariasa, 2005).

2.2 Penilaian Status Nutrisi

2.2.1 Penilaian Status Nutrisi Secara Langsung

Menurut Supariasa (2008) Penilaian status nutrisi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penelitian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut:

a. Antropometri

Penilaian antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan komposisi kasar tubuh. Penilaian dilakukan terhadap berat badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar kepala, dan Lingkar lengan atas (LLA/LILA), dan tebal lemak kulit. Pada usia kurang dari 2 tahun pengukuran tinggi badan dilakukan dengan mengukur panjang badan dalam keadaan tidur, sedangkan pada usia 2 tahun atau lebih pengukuran dilakukan dalam keadaan berdiri. Tinggi badan juga dapat ditentukan melalui pengukuran tinggi lutut (dengan menggunakan kaki kiri dan sudut 90 derajat) pada orang yang memiliki kelainan tulang belakang atau tidak mampu berdiri tegak (Moesijanti: 2011).


(4)

Tabel 2.1 Penilaian Status Nutrisi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS

No

Indeks yang dipakai

Batas

Pengelompokan Sebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk

- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD Gizi baik

> +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD Kurus - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Gemuk Sumber : Depkes RI 2005.

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status nutrisi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidak cukupan zat nutrisi. Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2008).

c. Biokimia

Biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih


(5)

parah lagi. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain yaitu: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2008).

d. Biofisik

Penentuan status nutrisi secara biofisik adalah metode penentuan status nutrisi perubahan struktur dari jaringan tubuh seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2008).

2.2.2 Penilaian Status Nutrisi Secara Tidak Langsung

Menurut Supariasa (2008), penilaian status nutrisi secara tidak langsung dapat dibagi tiga bagian yaitu:

a. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status nutrisi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis nutrisi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan makanan tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan nutrisi (Supariasa, 2005).

b. Statistik Vital

Pengukuran status nutrisi dan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan nutrisi (Supariasa, 2005).


(6)

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi, setiap metode penilaian status nutrisi mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan masing-masing, berbagai contoh penggunaan penilaian status nutrisi seperti: antropometri, digunakan untuk mengukur karakteristik fisik seseorang dan zat nutrisi yang penting untuk pertumbuhan (Supariasa, 2008).

2.3 Manfaat zat-zat Nutrisi 2.3.1 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber energi utama dan sumber serat makanan. Komponen ini disusun oleh tiga unsur utama yaitu, karbon, hydrogen, dan oksigen. Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia. Karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi karbohidrat bagi manusia yaitu: 1) sebagai sumber energi, 2) pemberi rasa manis pada makanan, 3) penghemat protein, 4) pengatur metabolisme lemak, dan 5) membantu pengeluaran feses (Sibagariang, 2010).

Dalam pola makanan kita, terutama beras sebagai sumber karbohidrat merupakan sumber energi utama. Kira-kira 80-90 % dari keseluruhan kebutuhan energi berasal dari sumber karbohidrat. Nasi yang mengandung 7 % protein bila dimakan dalam jumlah yang cukup banyak merupakan sumber protein pula disamping fungsinya yang utama sebagai sumber karbohidrat. Dalam metabolisme karbohidrat kita ketahui bahwa glukosa dapat menghasilkan energi


(7)

yang dihasilkan oleh tubuh yang dapat pula disimpan dahulu sebagai cadangan sumber energi dalam bentuk glikogen. Adapun macam-macam karbohidrat yaitu, Fruktosa, Galaktosa, Manosa, Arabinosa, Sukrosa, Maltosa, Laktosa, Polisakarida, Dekstrin, Glikogen, Selulosa, Hemiselulosa, Metil Selulosa, Mukapolisakarida (Jauhari & Nasution, 2013).

Penyakit yang berhubungan dengan karbohidrat antara lain: Penyakit kurang Kalori dan Protein (KKP) atau Protein Kalori Malnutrition (PCM) atau Protein Energi Malnutrition (PEM), Penyakit kegemukan atau obesitas, Diabetes Melitus atau penyakit gula dan Intoleran laktosa.

a. Lemak

Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen yang mempunyai sifat dapat larut pada zat-zat pelarut tertentu. Kebutuhan lemak normal adalah 10-25% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit tergantung jenis penyakit, yaitu lemak sedang atau lemak rendah. Disamping itu, pada penyakit tertentu, misalnya dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak (Sibagariang, 2010).

Lemak sedang dapat dinyatakan sebagai 15-20% dari kebutuhan energi total, sedangkan lemak rendah ≤ 10% dari kebutuhan energi total. Modifikasi jenis lemak dapat dinyatakan sebagai: lemak jenuh < 10% dari kebutuhan energi total, lemak tidak jenuh ganda 10% dari kebutuhan energi total, dan lemak tidak jenuh tunggal 10-15% dari kebutuhan energi total (Jauhar & Nasution, 2013).

b. Protein

Protein adalah komponen dasar sel dan dibutuhkan untuk pertumbuhan, penggantian dan perbaikan sel. Protein merupakan komponen utama dalam semua


(8)

sel hidup, protein yang berarti pertama atau utama merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel hidup. Adapun fungsi dari protein yaitu, untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, untuk pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, untuk memelihara netralitas tubuh, untuk pembentukan anti bodi (Sibagariang, 2010).

c. Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik yang komplek yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Secara umum defenisi vitamin adalah suatu zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar, karena tidak dapat disintesis oleh tubuh. Vitamin termasuk zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan, vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terletak dengan protein (Sibagariang, 2010).

2.4 Konsep perkembangan 2.4.1 Perkembangan

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Ada pula yang mendefenisikan bahwa perkembangan adalah penampilan kemampuan (skill) yang diakibatkan oleh kematangan sistem saraf pusat khususnya di otak (Supariasa, 2005).


(9)

Perkembangan mengacu kepada bertambahnya kompleksitas perubahan dari sesuatu yang sangat sederhana menjadi sesuatu yang lebih rumit dan rinci. Proses ini meliputi kemajuan yang teratur sepanjang rangkaian yang berurutan. Sedikit demi sedikit, pengetahuan, perilaku, dan keterampilan menjadi semakin baik dan berkembang. Pada dasarnya, urutan perkembangan sama untuk semua anak. Namun kecepatan perkembangan sangat beragam pada masing-masing anak (Allen, 2010).

2.4.2 Perkembangan anak usia 3-5 tahun

Antara usia 3 dan 5 tahun, tantangan-tantangan perkembangan dari periode sebelumnya diakhiri dalam keadaan lingkungan sosial yang luas dan dibentuk kembali oleh pertambahan bahasa yang rumit. Ketegangan antara pertumbuhan perasaan otonomi anak dan keterbatasan internatal maupun eksternal, menentukan pusat dinamis usia ini dan mempengaruhi perkembangan di banyak bidang (Nelson, 2000).

Biasanya anak usia 3-5 tahun penuh energi, antusiasme, dan rasa ingin tahu. Mereka tampaknya selalu bergerak terutama ketika mereka sedang asyik melakukan sesuatu yang menarik perhatian mereka pada saat itu. Selama tahun-tahun ini, keterampilan motorik mereka sempurna. Kelompok anak yang kurang lebih berusia sama tampaknya menunjukkan kemiripan dalam ukuran tubuh, bentuk badan dan kemampuan. Apabila diamati dengan lebih dekat, bagaimanapun juga, terdapat banyak sekali perbedaan individual. Allen (2010) menjelaskan tentang tahapan perkembangan anak usia 3-5 tahun meliputi:


(10)

a. Perkembangan motorik: 1) Naik turun tangga tanpa dibantu dengan menggunakan kaki kiri dan kanan secara bergantian, 2) Berjalan pada garis yang lurus, melompat dengan satu kaki, dan 3) Berjalan mundur.

b. Perkembangan perseptual kognitif: 1) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada cerita yang sesuai dengan umurnya, 2) Mengetahui perbedaan dua kata yang pengucapannya mirip: kaki-daki, tembok-gembok, dan 3) Membentuk segi empat dari potongan segitiga.

c. Perkembangan berbicara dan berbahasa: 1) Berbicara tentang benda, kejadian, dan orang yang tidak ada, 2) Menggunakan preposisi di dalam dan di bawah, dan 3) Menguasai 1500 kosakata atau lebih, menceritakan cerita yang sudah dia kenal ketika melihat gambar pada buku.

d. Perkembangan personal sosial: 1) Tampaknya mengerti saatnya bertukar giliran dalam bercakap-cakap, tetapi tidak selalu mau melakukannya, 2) Bersikap terbuka dan ramah, terkadang terlalu antusias, dan 3) Menyukai persahabatan, sering mempunyai satu atau dua teman bermain yang spesial.

2.5 Perkembangan dan pertumbuhan otak

Kematangan otak merupakan pondasi dari semua aspek perkembangan anak. Lingkar kepala adalah pengukuran fisik yang penting yang harus dilakukan secara regular pada bayi dan anak karena hal ini dapat memberi petunjuk mengenai pertumbuhan otak. Pada awalnya, terdapat lebih banyak sel otak (neuron) dari pada yang anak butuhkan, dan hubungan antar sel terus-menerus terbentuk sebagai akibat dari pengalaman pembelajaran yang berlangsung (Allen, 2010).


(11)

Secara bertahap, melalui proses natural yang disebut pemangkasan, berhubungan sel aktif dan saraf diperkuat oleh melemahnya sel-sel yang tidak terpakai. Hal ini menjelaskan, sebagai contoh, mengapa anak dengan mata juling akan menjadi buta pada kasus amblyopia (penglihatan yang lemah) kecuali ada penanganan khusus sedini mungkin. Oleh karena itu, kedua faktor genetika dan pengalaman pembelajaran menjadi signifikan dalam perkembangan dan pertumbuhan (Allen, 2010).

2.6 Perkembangan dan Pertumbuhan khas

Perkembangan dan Pertumbuhan otak yang khas ini adalah istilah yang dipakai untuk mengacu pada penguasaan keterampilan dan perilaku tertentu sesuai dengan urutan dan kecepatan yang dapat diprediksi. Rentang perkembangan dan pertumbuhan yang dianggap normal bersifat luas, termasuk sedikit variasi atau ketidakteraturan, seperti anak berumur tiga tahun yang cadel, atau bayi yang berusia dua belas bulan yang belajar berjalan tanpa melalui tahap merangkak (Allen, 2010).

2.7 Faktor yang berperan dalam perkembangan

Kecepatan dan tingkat perkembangan berkaitan erat dengan kematangan fisiologis dari sistem saraf, otot dan kerangka tubuh. Perkembangan juga dipengaruhi oleh keunikan faktor keturunan, lingkungan, budaya, dan nilai keluarga pada tiap individu. Kombinasi faktor-faktor ini menimbulkan beragam variasi yang bias diamati pada anak (Allen, 2010).


(12)

Proses pertumbuhan ini terus berlangsung hampir sepanjang fase kehidupan, namun kecepatan pertumbuhannya bervariasi sesuai dengan tahapan usia. Contohnya, pertumbuhan berjalan cepat selama fase bayi dan remaja menjadi lebih lambat dan tidak terlalu dramatis pada anak usia sekolah. Bahkan pada usia lanjut, walaupun tidak terlalu pesat, tubuh terus-menerus memperbaiki dan mengganti selnya (Allen, 2010).

Menurut Santoso (1999) ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu faktor dalam dan faktor luar.

2.7.1 Faktor dalam

Merupakan faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh, termasuk disini: 1) Hal-hal yang diturunkan dari orang tua maupun generasi sebelumnya yaitu warna rambut dan bentuk tubuh, 2) Unsur berpikir dan kemampuan intelektual yaitu kecepatan berpikir, 3) Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh yaitu, kekurangan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, dan 4) Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu yaitu pemalu, pemarah, tertutup, dan lain-lain (Santoso,1999)

2.7.2 Faktor luar

Yaitu faktor-faktor yang ada diluar atau berasal dari luar diri anak, mencakup lingkungan fisik dan social serta kebutuhan fisik anak :

a) Keluarga: Pengaruh keluarga adalah pada sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak, hubungan


(13)

antara saudara dan lainnya. Keluarga hendaknya menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal (Santoso, 1999).

b) Gizi: Keadaan kesehatan gizi tergantung pada tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan gizi lebih dan gizi kurang. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi. Umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi kurang dan gizi lebih yang disebut gizi salah malnutrition (Santoso, 1999).

c) Budaya: Faktor lingkungan masyarakat dalam hal ini asuhan dan kebiasaan suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya: hal kebersihan, kesehatan dan pendidikan. Tata cara dan kebiasaan yang diberlakukan masyarakat tidak selalu sesuai dengan syarat-syarat kebersihan dan kesehatan. Demikian juga sikap dan pandangan atau cara berpikir suatu masyarakat yang belum tentu sesuai dengan kondisi masyarakat yang lebih luas (Santoso, 1999).

d) Teman bermain dan sekolah: Lingkungan sosial seperti teman sebaya, tempat dan alat bermain, kesempatan pendidikan yang diperoleh yaitu bersekolah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Santoso, 1999).

2.8 Penilaian perkembangan anak

Menurut Andriana (2011) salah satu metode skrining atau pemeriksaan untuk mengetahui kelainan perkembangan anak adalah dengan Denver developmental screening test (DDST). DDST adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak umur 3-5 tahun (Andriana, 2011).


(14)

Dalam perkembangannya DDST mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standardisasi dari DDST dan DDST-R (Revised Denver Developmental Screening Test). Perbedaan Denver II dengan skrining terdahulu terletak pada item-item tes, bentuk, interprestasi, dan rujukan (Andriana, 2011).

Manfaat DDST bergantung pada umur anak. Pada bayi, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis seperti serebral palsi. Pada anak, tes ini juga dapat membantu meringankan permasalahan akademik dan sosial. Umur anak 0-6 tahun dan terbagi dalam empat sektor yaitu, kepribadian/tingkah laku sosial (personal social), gerakan motorik halus (fine motor adaptive), bahasa (language), perkembangan motorik kasar (gross motor) (Andriana, 2011).

Dalam pelaksanaan skrining dengan Denver II yang terdiri dari 125 tugas perkembangan, usia anak ditentukan terlebih dahulu dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas (Andriana, 2011).

Setelah usia ditentukan, kemudian tarik garis berdasarkan usia kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang lulus (Passed = P), dan berapa yang gagal (Fail = F), tidak ada kesempatan (No Opportunity/NO), yang menolak (Refusal/R). Selanjutnya berdasarkan pedoman hasil tes diklasifikasikan dalam (Andriana, 2011).


(15)

Jika dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 keterlambatan atau lebih, ditambah 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis verikal usia (Andriana, 2011).

2.8.2 Meragukan

Jika pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih. Serta pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan (Andriana, 2011).

2.8.3 Normal

Tidak ada keterlambatan pada 1 sektor atau lebih, dan paling banyak 1 peringatan pada 1 sektor. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya (Andriana, 2011).


(16)

(17)

2.9 Tinjauan status nutrisi dan tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun Pertumbuhan anak sangat berkaitan dengan nutrisi yang dikonsumsi. Kandungan gizi pada makanan yang dikonsumsi setiap hari menentukan status gizi anak. Status gizi yang baik mampu meningkatkan daya tahan tubuh yang baik pula, sebaliknya status gizi yang buruk memudahkan timbulnya penyakit. Oleh karena itu makan bukan hanya kebutuhan fisik utama semata namun juga diperlukan sebagai faktor penunjang pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan itu merupakan langkah awal bagi perkembangan (Soetjiningsih, 2004).

Menurut Nelson (2000) anak usia 3 dan 5 tahun, tantangan-tantangan perkembangan dari periode sebelumnya diakhiri dalam keadaan lingkungan sosial yang luas dan dibentuk kembali oleh pertambahan bahasa yang rumit. Ketegangan antara pertumbuhan perasaan otonomi anak dan keterbatasan internal maupun eksternal, menentukan pusat dinamis usia ini. Ketegangan ini dipengaruhi oleh dan selanjutnya mempengaruhi perkembangan di banyak bidang (Nelson, 2000).


(18)

2.10.1 Defenisi

Periode prasekolah adalah periode yang berkisar usia 3-5 tahun. Kombinasi pencapaian biologis, psikososial, kognitif, spiritual dan soaial selama periode prasekolah mempersiapkan anak prasekolah untuk perubahan gaya hidupnya yang paling bermakna untuk masuk sekolah (Wong, 2009).

2.10.2 Perkembangan Biologis

Kecepatan pertumbuhan fisik terlambat dan semakin stabil selama prasekolah. Berat badan rata-rata pada usia 3 tahun adalah 14,6kg, pada usia 4 tahun adalah 16,7kg, dan pada usia 5 tahun adalah 18,7kg. Rata-rata pertambahan berat badan pertahun tetap sekitar 2,3kg (Wong, 2009).

Pertumbuhan tinggi badan juga dapat berlangsung dengan pertambahan 6,75 sampai 7,5cm per tahun dan umumnya lebih terjadi pada perpanjangan tungkai dari pada batang tubuh. Rata-rata tinggi badan pada usia 3 tahun adalah 95cm, pada usia 4 tahun adalah 103cm, dan pada usia 5 tahun adalah 110cm. Postur anak prasekolah lebih langsing tetapi kuat, anggun, tangkas, dan tegap. Hanya sedikit perbedaan dalam karakteristik fisik sesuai dengan jenis kelamin, kecuali yang ditentukan oleh faktor lain seperti pakaian dan potongan rambut. Sebagaian besar sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stress dan perubahan yang moderat. Selama periode ini sebagain besar anak sudah menjalani toilet training. Perkembangan motorik terjadi pada sebagian besar peningkatan kekuatan dan penghalusan keterampilan yang telah dipelajari


(19)

sebelumnya, seperti berjalan, berlari, dan melompat. Namun, perkembangan otot dan pertumbuhan tulang masih jauh dari matur. Postur yang baik, latihan yang tepat, dan nutrisi yang adekuat serta istirahat sangat penting untuk perkembangan sistem musculoskeletal yang optimal (Wong, 2009).

Perilaku motorik kasar dan halus yang ditunjukkan oleh anak usia prasekolah adalah berjalan, berlari, memanjat dan melompat telah tercapai dengan baik pada usia 36 bulan. Penghalusan koordinasi mata, tangan dan otot jelas terbukti dalam beberapa area. Pada usia 3 tahun anak prasekolah mampu mengendarai sepeda roda tiga, berjalan jinjit, berdiri dengan satu kaki selama beberapa detik dengan seimbang, dan lompat jauh. Pada usia 4 tahun anak mampu melakukan loncatan dan lompatan dengan kaki bergantian, mulai main papan luncur dan berenang (Wong, 2009).

Perkembangan motorik halus jelas terbukti pada peningkatan manipulasi keterampilan anak, seperti dalam menggambar dan berpakaian. Keterampilan ini memberikan kesiapan untuk belajar mandiri untuk memasuki sekolah (Wong, 2009).

2.10.3 Perkembangan Psikososial

Tugas psikososial utama pada periode anak prasekolah adalah menguasai rasa inisiatif. Anak sedang dalam stadium belajar energik. Mereka bermain, bekerja, dan hidup sepenuhnya serta merasakan rasa pencapaian dan kepuasaan yang sebenarnya dalam aktivitas mereka. Konflik timbul ketika anak telah melampaui batas kemampuan mereka dan memasuki serta mengalami rasa bersalah karena tidak berperilaku atau bertindak dengan benar. Perasaan bersalah, ansietas, dan takut juga bisa diakibatkan oleh pikiran yang berbeda dengan


(20)

perilaku yang diharapkan. Perkembangan superego, atau kesadaran, telah dimulai pada akhir masa toddler dan merupakan tugas utama untuk anak prasekolah (Wong, 2009).

2.10.4 Perkembangan Kognitif

Salah satu tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk sekolah dan pelajaran di sekolah. Banyak proses berpikir pada periode ini sangat penting dalam mencapai kesiapan tersebut, dan telah ditentukan bahwa anak mulai sekolah pada usia 5 dan 6 tahun daripada umur yang lebih muda (Wong, 2009).

Menurut Wong (2009) teori kognif piaget sebenarnya tidak meliputi periode yang khusus untuk anak usia 3 sampai 5 tahun. Fase oprasional meliputi anak dalam rentang usia 2 sampai 7 tahun dan dibagi menjadi dua tahap yaitu fase prakonseptual adalah usia 2 sampai 4 tahun, dan fase intuitif adalah usia 4 sampai 7 tahun. Salah satu transisi utama selama kedua fase tersebut adalah perpindahan dari pikiran egosentris total menjadi kesadaran sosial dan kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain.

Bahasa terus berkembang selama periode prasekolah. Anak prasekolah berasumsi bahwa setiap orang yang berpikir seperti yang mereka pikirkan dan penjelasan singkat mengenai pikiran mereka membuat keseluruhan pikiran mereka dipahami oleh orang lain. Untuk anak pada kelompok usia ini, metode yang paling menyenangkan dan efektif adalah bermain, menyesuaikan, dan mengembangkan pengalaman hidup (Wong, 2009).

Anak prasekolah semakin banyak menggunakan bahasa tanpa memahami makna dari kata-kata. Anak prasekolah menjelaskan konsep yang penjelasannya


(21)

telah mereka dengar dari orang lain. Namun pemahaman mereka masih terbatas. Contohnya adalah konsep mengenai waktu. Karena waktu masih belum dipahami sama sekali, anak akan menerjemahkan sesuai kerangka pemahamannya sendiri (Wong, 2009).

Pemikiran anak prasekolah sering kali dijelaskan sebagai pemikiran magis. Karena egosentris dan alasan transduktif mereka, mereka percaya bahwa pikiran adalah yang paling berkuasa. Pikiran tersebut ,menempatkan mereka pada posisi yang rentan untuk merasa bersalah dan bertanggung jawab terhadap pikiran buruk, yang secara kebetulan terjadi sesuai dengan keindahan yang diharapkan (Wong, 2009).

2.10.5 Perkembangan Moral

Perkembangan penilaian moral anak kecil berada pada tingkat paling dasar. Mereka berperilaku sesuai dengan kebebasan atau batasan yang berlaku pada suatu tindakan. Pada orientasi hukuman dan kepatuhan, anak berusia sekitar 2 sampai 4 tahun menilai apakah suatu tindakan baik atau buruk bergantung dari apakah hasilnya berupa hukuman atau penghargaan. Apabila anak dihukum, tindakan tersebut berarti baik, tanpa memperhitungkan makna tindakan tersebut. Sedangkan dari sekitar usia 4 sampai 7 tahun anak-anak berada pada tahap orientasi instrumental naïf, yang segala tindakan ditujukan kearah pemuasan kebutuhan mereka dan lebih jarang ditujukan pada kebutuhan orang lain. Mereka memiliki rasa keadilan yang sangat konkret (Wong, 2009).

2.10.6 Perkembangan Spritual

Pengetahuan anak tentang keyakinan dan agama dipelajari dari orang lain yang bermakna dalam lingkungan mereka, biasanya dari orang tua dan praktik


(22)

keagamaan mereka (Kenney, 1999 dalam Wong (2009). Namun, pemahaman anak kecil mengenai spiritual dipengaruhi oleh tingkat kognitifnya. Anak prasekolah memiliki konsep konkret mengenai Tuhan dengan karakteristik fisik, yang sering kali meyerupai teman imaginer mereka. Mereka mengerti kisah sederhana dari kitab suci dan menghapal doa-doa yang singkat, tetapi pemahaman mereka mengenai makna ritual ini masih terbatas. Mereka memperoleh manfaat dari penjelasan konkret yang diberikan oleh pemuka agama, seperti gambar kitab susi dan cerita tentang kelahiran utusan Tuhan mereka (Wong, 2009).

2.10.7 Perkembangan Citra Tubuh

Masa prasekolah memainkan peranan penting dalam perkembangan citra tubuh. Dengan meningkatnya pemahaman bahasa, anak prasekolah mengenai individu memiliki penampilan yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Pada usia 5 tahun anak mulai membandingkan ukuran tubuhnya dengan teman sebaya dan bisa menjadi sadar bahwa mereka tinggi atau pendek, terutama jika orang lain mengatakan mereka sangat besar atau sangat kecil untuk usia mereka. Meskipun perkembangan citra tubuh telah maju, anak prasekolah tidak dapat mendefenisikan ruang lingkup tubuhnya dengan baik dan mereka hanya memiliki sedikit pengetahuan mengenai anatomi internalnya (Wong, 2009).

2.10.8 Perkembangan Seksualitas

Perkembangan seksual selama masa ini merupakan fase yang sangat penting untuk identitas dan kepercayaan seksual individu secara menyeluruh. Anak prasekolah membentuk kelekatan yang kuat dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin sambil mengidentifikasi orang tua yang berjenis


(23)

kelamin sama. Saat identitas seksual berkembang melebihi pengenalan gender, maka kerendahan hati menjadi perhatian, begitu juga ketakutan adanya mutilasi. Terjadi imitasi peran seks dan “berdandan pada ibu atau ayah” merupakan aktivitas yang penting. Perilaku dan respon orang lain terhadap permainan peran dapat mengondisikan anak untuk memandang dirinya sendiri atau orang lain. Misalnya seperti anak lelaki tidak boleh bermain boneka, dapat mempengaruhi konsep diri anak lelaki maskulinitas. Eksplorasi seksual mungkin kini lebih menonjol dari sebelumnya, terutama dalam hal eksplorasi dan manipulasi genital. Pertanyaan mengenai reproduksi seksual bisa sampai kebagian depan pencarian pemahaman anak prasekolah (Wong, 2009).

2.10.9 Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada anak prasekolah adalah anak telah banyak mengatasi yang berhubungan dengan orang asing dan ketakutan akan perpisahan pada tahun-tahun sebelumnya. Mereka dapat berhubungan dengan orang yang tidak dikenal dengan mudah dan mentoleransi perpisahan singkat dari orang tua dengan sedikit atau tanpa protes. Mereka dapat menghadapi perubahan dalam rutinitas harian lebih baik dari pada anak toddler, tetapi mereka bisa mengalami ketakutan imaginer yang lebih besar. Mereka memperoleh keamanan dan kenyaman dari benda-benda yang sudah dikenal, seperti mainan, boneka, atau foto anggota keluarga (Wong, 2009).

2.10.10 Perkembangan berbahasa

Bahasa menjadi model komunikasi dan interaksi sosial yang utama. Peningkatan pembendaharaan kata sangat dramatis, dari 300 kata pada usia 2 tahun menjadi lebih dari 2100 kata pada akhir tahun kellima. Struktur kalimat,


(24)

penggunaan, penggunaan tata bahasa, dan inteligibilitas juga meningkat sampai ke tingkat yang lebih dewasa (Wong, 2009).

Anak usia antara 3 dan 4 tahun membentuk kalimat yang terdiri atas sekitar tiga sampai 4 kata dan hanya memasukkan kata-kata terpenting untuk menyampaikan sebuah makna. Percakapan seperti itu sering kali diistilahkan telegrafik karena kalimatnya yang singkat. Anak berusia 3 tahun banyak sekali bertanya dan menggunakan bentuk jamak, kata ganti yang benar, dan bentuk lampau dari kata kerja. Mereka dapat menyebutkan nama objek yang dikenal seperti binatang, bagian tubuh, kerabat, dan teman. Mereka dapa memberi dan mengikuti perintah sederhana. Mereka berbicara berulang-ulang, tanpa memperhatikan apakah ada orang yang mendengarkan atau menjawabnya. Sedangkan dari anak usia 4 sampai 5 tahun anak prasekolah menggunakan kalimat yang lebih panjang yang terdiri atas empat sampai lima kata dan menggunakan lebih banyak untuk menyampaikan pesan, seperti kata depan, kata sifat, dan bermacam-macam kata kerja. Pada sekitar akhir usia 5 tahun anak dapat menggunakan semua bentuk percakapan dengan benar, kecuali pertanyaan yang menyimpang dari aturan. Mereka dapat mendefenisikan hal-hal sederhana dengan menjelaskan kegunaan, bentuk, atau kategori klasifikasi yang umum, dari pada hanya menjelaskan penampilan luarnya (Wong, 2009).

2.10.11 Perilaku Personal Sosial

Anak prasekolah sudah memperlihatkan rasa autonomi mereka secara berbeda. Mereka mampu mengemukakan keinginan mereka akan kemandirian dan melakukannya secara mandiri karena perkembangan fisik dan kognitifnya yang semakin halus. Pada usia 4 sampai 5 tahun mereka hanya memerlukan sedikit


(25)

bantuan, jika perlu untuk berpakaian, makan, atau ke toilet. Mereka juga dapat dipercaya untuk mematuhi peringatan bahaya, meskipun anak usia 3 atau 4 tahun kadang-kadang melebihi batas. Mereka juga jauh lebih mampu bersosialisasi dan memiliki keinginan untuk memuaskan. Mereka telah menginternalisasi banyak standard dan nilai keluarga dan budaya. Namun pada masa anak-anak awal mereka mulai mempertanyakan nilai parenteral dan membandingkan nilai-nilai tersebut dengan nilai kelompok sebayanya dan figure otoritas lain akibatnya mereka kurang berkeinginan untuk mematuhi peraturan keluarga. Anak prasekolah semakin menyadari posisi dan peran mereka dalam keluarga (Wong, 2009).

2.10.12 Bermain

Anak prasekolah menikmati permainan asosiatif, permainan kelompok dengan aktivitas yang sama atau identik tetapi tanpa organisasi atau peraturan yang kaku. Permainan harus membantu memberikan perkembangan fisik, sosial dan mental. Mungkin tidak ada masa lain yang menirukan perilaku orang dewasa dengan begitu percaya dan begitu menyerap seperti pada anak usia 4 dan 5 tahun. Pada akhir periode prasekolah, anak menjadi kurang puas dengan benda yang tidak benar atau palsu menyenangi melakukan aktivitas yang aktual (Wong, 2009).


(1)

perilaku yang diharapkan. Perkembangan superego, atau kesadaran, telah dimulai pada akhir masa toddler dan merupakan tugas utama untuk anak prasekolah (Wong, 2009).

2.10.4 Perkembangan Kognitif

Salah satu tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk sekolah dan pelajaran di sekolah. Banyak proses berpikir pada periode ini sangat penting dalam mencapai kesiapan tersebut, dan telah ditentukan bahwa anak mulai sekolah pada usia 5 dan 6 tahun daripada umur yang lebih muda (Wong, 2009).

Menurut Wong (2009) teori kognif piaget sebenarnya tidak meliputi periode yang khusus untuk anak usia 3 sampai 5 tahun. Fase oprasional meliputi anak dalam rentang usia 2 sampai 7 tahun dan dibagi menjadi dua tahap yaitu fase prakonseptual adalah usia 2 sampai 4 tahun, dan fase intuitif adalah usia 4 sampai 7 tahun. Salah satu transisi utama selama kedua fase tersebut adalah perpindahan dari pikiran egosentris total menjadi kesadaran sosial dan kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain.

Bahasa terus berkembang selama periode prasekolah. Anak prasekolah berasumsi bahwa setiap orang yang berpikir seperti yang mereka pikirkan dan penjelasan singkat mengenai pikiran mereka membuat keseluruhan pikiran mereka dipahami oleh orang lain. Untuk anak pada kelompok usia ini, metode yang paling menyenangkan dan efektif adalah bermain, menyesuaikan, dan mengembangkan pengalaman hidup (Wong, 2009).

Anak prasekolah semakin banyak menggunakan bahasa tanpa memahami makna dari kata-kata. Anak prasekolah menjelaskan konsep yang penjelasannya


(2)

telah mereka dengar dari orang lain. Namun pemahaman mereka masih terbatas. Contohnya adalah konsep mengenai waktu. Karena waktu masih belum dipahami sama sekali, anak akan menerjemahkan sesuai kerangka pemahamannya sendiri (Wong, 2009).

Pemikiran anak prasekolah sering kali dijelaskan sebagai pemikiran magis. Karena egosentris dan alasan transduktif mereka, mereka percaya bahwa pikiran adalah yang paling berkuasa. Pikiran tersebut ,menempatkan mereka pada posisi yang rentan untuk merasa bersalah dan bertanggung jawab terhadap pikiran buruk, yang secara kebetulan terjadi sesuai dengan keindahan yang diharapkan (Wong, 2009).

2.10.5 Perkembangan Moral

Perkembangan penilaian moral anak kecil berada pada tingkat paling dasar. Mereka berperilaku sesuai dengan kebebasan atau batasan yang berlaku pada suatu tindakan. Pada orientasi hukuman dan kepatuhan, anak berusia sekitar 2 sampai 4 tahun menilai apakah suatu tindakan baik atau buruk bergantung dari apakah hasilnya berupa hukuman atau penghargaan. Apabila anak dihukum, tindakan tersebut berarti baik, tanpa memperhitungkan makna tindakan tersebut. Sedangkan dari sekitar usia 4 sampai 7 tahun anak-anak berada pada tahap orientasi instrumental naïf, yang segala tindakan ditujukan kearah pemuasan kebutuhan mereka dan lebih jarang ditujukan pada kebutuhan orang lain. Mereka memiliki rasa keadilan yang sangat konkret (Wong, 2009).

2.10.6 Perkembangan Spritual

Pengetahuan anak tentang keyakinan dan agama dipelajari dari orang lain yang bermakna dalam lingkungan mereka, biasanya dari orang tua dan praktik


(3)

keagamaan mereka (Kenney, 1999 dalam Wong (2009). Namun, pemahaman anak kecil mengenai spiritual dipengaruhi oleh tingkat kognitifnya. Anak prasekolah memiliki konsep konkret mengenai Tuhan dengan karakteristik fisik, yang sering kali meyerupai teman imaginer mereka. Mereka mengerti kisah sederhana dari kitab suci dan menghapal doa-doa yang singkat, tetapi pemahaman mereka mengenai makna ritual ini masih terbatas. Mereka memperoleh manfaat dari penjelasan konkret yang diberikan oleh pemuka agama, seperti gambar kitab susi dan cerita tentang kelahiran utusan Tuhan mereka (Wong, 2009).

2.10.7 Perkembangan Citra Tubuh

Masa prasekolah memainkan peranan penting dalam perkembangan citra tubuh. Dengan meningkatnya pemahaman bahasa, anak prasekolah mengenai individu memiliki penampilan yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Pada usia 5 tahun anak mulai membandingkan ukuran tubuhnya dengan teman sebaya dan bisa menjadi sadar bahwa mereka tinggi atau pendek, terutama jika orang lain mengatakan mereka sangat besar atau sangat kecil untuk usia mereka. Meskipun perkembangan citra tubuh telah maju, anak prasekolah tidak dapat mendefenisikan ruang lingkup tubuhnya dengan baik dan mereka hanya memiliki sedikit pengetahuan mengenai anatomi internalnya (Wong, 2009).

2.10.8 Perkembangan Seksualitas

Perkembangan seksual selama masa ini merupakan fase yang sangat penting untuk identitas dan kepercayaan seksual individu secara menyeluruh. Anak prasekolah membentuk kelekatan yang kuat dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin sambil mengidentifikasi orang tua yang berjenis


(4)

kelamin sama. Saat identitas seksual berkembang melebihi pengenalan gender, maka kerendahan hati menjadi perhatian, begitu juga ketakutan adanya mutilasi. Terjadi imitasi peran seks dan “berdandan pada ibu atau ayah” merupakan aktivitas yang penting. Perilaku dan respon orang lain terhadap permainan peran dapat mengondisikan anak untuk memandang dirinya sendiri atau orang lain. Misalnya seperti anak lelaki tidak boleh bermain boneka, dapat mempengaruhi konsep diri anak lelaki maskulinitas. Eksplorasi seksual mungkin kini lebih menonjol dari sebelumnya, terutama dalam hal eksplorasi dan manipulasi genital. Pertanyaan mengenai reproduksi seksual bisa sampai kebagian depan pencarian pemahaman anak prasekolah (Wong, 2009).

2.10.9 Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada anak prasekolah adalah anak telah banyak mengatasi yang berhubungan dengan orang asing dan ketakutan akan perpisahan pada tahun-tahun sebelumnya. Mereka dapat berhubungan dengan orang yang tidak dikenal dengan mudah dan mentoleransi perpisahan singkat dari orang tua dengan sedikit atau tanpa protes. Mereka dapat menghadapi perubahan dalam rutinitas harian lebih baik dari pada anak toddler, tetapi mereka bisa mengalami ketakutan imaginer yang lebih besar. Mereka memperoleh keamanan dan kenyaman dari benda-benda yang sudah dikenal, seperti mainan, boneka, atau foto anggota keluarga (Wong, 2009).

2.10.10 Perkembangan berbahasa

Bahasa menjadi model komunikasi dan interaksi sosial yang utama. Peningkatan pembendaharaan kata sangat dramatis, dari 300 kata pada usia 2 tahun menjadi lebih dari 2100 kata pada akhir tahun kellima. Struktur kalimat,


(5)

penggunaan, penggunaan tata bahasa, dan inteligibilitas juga meningkat sampai ke tingkat yang lebih dewasa (Wong, 2009).

Anak usia antara 3 dan 4 tahun membentuk kalimat yang terdiri atas sekitar tiga sampai 4 kata dan hanya memasukkan kata-kata terpenting untuk menyampaikan sebuah makna. Percakapan seperti itu sering kali diistilahkan telegrafik karena kalimatnya yang singkat. Anak berusia 3 tahun banyak sekali bertanya dan menggunakan bentuk jamak, kata ganti yang benar, dan bentuk lampau dari kata kerja. Mereka dapat menyebutkan nama objek yang dikenal seperti binatang, bagian tubuh, kerabat, dan teman. Mereka dapa memberi dan mengikuti perintah sederhana. Mereka berbicara berulang-ulang, tanpa memperhatikan apakah ada orang yang mendengarkan atau menjawabnya. Sedangkan dari anak usia 4 sampai 5 tahun anak prasekolah menggunakan kalimat yang lebih panjang yang terdiri atas empat sampai lima kata dan menggunakan lebih banyak untuk menyampaikan pesan, seperti kata depan, kata sifat, dan bermacam-macam kata kerja. Pada sekitar akhir usia 5 tahun anak dapat menggunakan semua bentuk percakapan dengan benar, kecuali pertanyaan yang menyimpang dari aturan. Mereka dapat mendefenisikan hal-hal sederhana dengan menjelaskan kegunaan, bentuk, atau kategori klasifikasi yang umum, dari pada hanya menjelaskan penampilan luarnya (Wong, 2009).

2.10.11 Perilaku Personal Sosial

Anak prasekolah sudah memperlihatkan rasa autonomi mereka secara berbeda. Mereka mampu mengemukakan keinginan mereka akan kemandirian dan melakukannya secara mandiri karena perkembangan fisik dan kognitifnya yang semakin halus. Pada usia 4 sampai 5 tahun mereka hanya memerlukan sedikit


(6)

bantuan, jika perlu untuk berpakaian, makan, atau ke toilet. Mereka juga dapat dipercaya untuk mematuhi peringatan bahaya, meskipun anak usia 3 atau 4 tahun kadang-kadang melebihi batas. Mereka juga jauh lebih mampu bersosialisasi dan memiliki keinginan untuk memuaskan. Mereka telah menginternalisasi banyak standard dan nilai keluarga dan budaya. Namun pada masa anak-anak awal mereka mulai mempertanyakan nilai parenteral dan membandingkan nilai-nilai tersebut dengan nilai kelompok sebayanya dan figure otoritas lain akibatnya mereka kurang berkeinginan untuk mematuhi peraturan keluarga. Anak prasekolah semakin menyadari posisi dan peran mereka dalam keluarga (Wong, 2009).

2.10.12 Bermain

Anak prasekolah menikmati permainan asosiatif, permainan kelompok dengan aktivitas yang sama atau identik tetapi tanpa organisasi atau peraturan yang kaku. Permainan harus membantu memberikan perkembangan fisik, sosial dan mental. Mungkin tidak ada masa lain yang menirukan perilaku orang dewasa dengan begitu percaya dan begitu menyerap seperti pada anak usia 4 dan 5 tahun. Pada akhir periode prasekolah, anak menjadi kurang puas dengan benda yang tidak benar atau palsu menyenangi melakukan aktivitas yang aktual (Wong, 2009).