PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF DALAM ARUS

PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF DALAM ARUS PEMBANGUNAN EKONOMI MODERN

  Makalah

  Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia

  yang Diampu oleh Dosen Bapak Dr. A Jajang Warya M, M.Si.

  Disusun Oleh:

  Dania Eka Putri (1001310) Dwi Rizki Wijayanti (1006135)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

  2013

DAFTAR TABEL

  Tabel 2.1 Ekspor 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia Tahun 2002 – 2005 .. 47 Tabel 2.2 Kontribusi Industri Kreatif terhadap Perekonomian Indonesia Tahun

  2002 – 2005 ........................................................................................ 48

  Tabel 2.3 Industri Kreatif Dalam Perekonomian Indonesia Tahun 2006 – 2010 . 50

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Perkembangan kehidupan dunia ekonomi dan bisnis saat ini telah mengalami pergeseran paradigma, yaitu dari ekonomi berbasis sumber daya ke paradigma ekonomi berbasis pengetahuan atau kreativitas. Pergeseran tersebut terjadi karena paradigma ekonomi berbasis sumber daya yang selama ini di pandang cukup efektif dalam mengakselerasi pembangunan ekonomi dan pengembangan bisnis di anggap telah gagal mengadaptasi dan mengakomodasi berbagai perubahan lingkungan bisnis. Hal ini terbukti, hanya pada kelompok perusahaan yang peduli terhadap peningkatan kapasitas aset yang memiliki peluang untuk berinovasi dan mampu bertahan menghadapi gejolak perubahan lingkungan bisnisnya, dan disanalah peran ekonomi kreatif akan diuji.

  Pada hakikatnya, sistem ekonomi globalisasi telah membentuk dunia perekonomian yang berkembang. Munculnya kapitalisme sebenarnya telah menambah perekonomian suatu negara. Banyak negara yang dengan cepat membuka pasar bagi ekspor asing. Perdagangan global makin marak terjadi didalam koorperasi. Globalisasi telah membentuk pola kehidupan ekonomi negara. Sehingga, globalisasi ekonomi dapat dilihat melalui cara pandang dan perspektifnya. Tingkat saling ketergantungan ekonomi yang terjadi sudah pernah terjadi pada masa lalu. Hanya perbedaannya, kini intensitas interaksi antarbangsa dan negara tersebut menjadi meningkat. meningkatnya hal tersebut belum tentu membuat perekonomian terintegrasi secara global.

  Seiring dengan berjalannya waktu kebutuhan masayarakat pun semakin mengalami peningkatan seperti sifat manusia yang tidak puas, pertambahan penduduk yang semakin meningkat, kemajuan ilmu teknologi dan informasi, Seiring dengan berjalannya waktu kebutuhan masayarakat pun semakin mengalami peningkatan seperti sifat manusia yang tidak puas, pertambahan penduduk yang semakin meningkat, kemajuan ilmu teknologi dan informasi,

  

  modern ini. 1

  Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut

  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) 2,3 “ekonomi gelombang ke-4 adalah kelanjutan dari ekonomi gelombang ketiga dengan orientasi pada kreativitas,

  budaya, serta warisan budaya dan lingkungan”. Sebelumnya Alvin Tofler dalam bukunya Future Shock (1970) mengungkapkan bahwa “peradaban manusia terdiri dari 3 gelombang; gelombang pertama adalah abad pertanian, gelombang kedua adalah abad industri dan gelombang ketiga adalah abad informasi” (dalam Nenny, 2008) 4 . Pergeseran dari Era Pertanian ke Era Industrialisasi, disusul dengan era

  informasi yang disertai dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi informasi maupun globalisasi ekonomi, telah membawa peradaban baru bagi manusia.

  Industrialisasi telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola distribusi yang lebih murah dan lebih efisien. Penemuan baru di bidang teknologi

  1 Aziz, Fauzan. (2013). Perkembangan Industri dan Ekonomi Kreatif di Indonesia [Online]. Tersedia: http:fauzanaziz.wordpress.com20130312perkembangan-industri-dan-ekonomi-

  kreatif-di-indonesia

  2 Yudhoyono, Susilo Bambang. 2007. Berita Utama. [Online] . Tersedia: http:www.presidenri.go.idindex.phpfokus200707112009.html [04 Oktober 2013]

  3 Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan

  4 Anggraini, Nenny, 2008. “Industri Kreatif”, Jurnal ekonomi Desember 2008 . Volume XIII No.

  3 hal.144-151.

  informasi dan komunikasi seperti internet, email, Global System for Mobile communications (GSM) telah menciptakan hubungan saling ketergantungan antar manusia sehingga mendorong manusia menjadi lebih aktif dan produktif dalam menemukan teknologi-teknologi baru. Dampak lain yang muncul akibat dari fenomena perubahan ini adalah munculnya daya saing atau kompetisi pasar yang semakin besar. Kondisi ini menuntut perusahaan mencari cara agar bisa menekan biaya semurah mungkin dan se ‐efisien mungkin guna mempertahankan eksistensinya. Negara ‐negara maju mulai menyadari bahwa saat ini mereka tidak bisa hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi di negaranya tetapi mereka harus lebih mengandalkan Sumber Daya Manusia yang kreatif karena kreativitas manusia itu berasal dari daya pikirnya yang menjadi modal dasar untuk menciptakan inovasi dalam menghadapi daya saing atau kompetisi pasar yang semakin besar. Sehingga pada tahun 1990 ‐an dimulailah era ekonomi baru yang mengutamakan informasi dan kreativitas dan populer dengan sebutan Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri Kreatif .

  Ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan kreativitas. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar global dengan hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi harus bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi. Menurut Departemen Perdagangan, (2007) ada beberapa arah dari pengembangan industri kreatif ini, seperti pengembangan yang lebih menitikberatkan pada industri berbasis: (1) lapangan usaha kreatif dan budaya (creative cultural industry); (2) Ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan kreativitas. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar global dengan hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi harus bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi. Menurut Departemen Perdagangan, (2007) ada beberapa arah dari pengembangan industri kreatif ini, seperti pengembangan yang lebih menitikberatkan pada industri berbasis: (1) lapangan usaha kreatif dan budaya (creative cultural industry); (2)

  Ekonomi kreatif terbukti berpengaruh positif dalam membangun negara- negara di seluruh benua untuk menggali dan mengembangkan potensi kreativitas yang dimilikinya. Negara ‐negara membangun potensi ekonomi kreatif dengan caranya masing ‐masing sesuai dengan kemampuan yang dimiliki negara tersebut. Inggris membangun industri kreatifnya melalui Department of Culture, Media and Sports (DCMS), Selandia Baru melalui New Zealand Trade and Enterprise (NZTE), Singapura melalui Ministry of Information, Communications and the Arts (MICA) dengan konsep Renaisssance City, Media 21 dan Design Singapore- nya, Malaysia melalui Malaysia Design Inovation Centre (MDIC), Thailand dengan Thailand Creative Design Center (TCDC), dan RRT ( Republik Rakyat Tiongkok) secara bertahap melahirkan kota-kota kreatif baru, dan telah menjadi yang terdepan dalam kontribusi ekonomi kreatif.

  Indonesia juga menyadari bahwa industri kreatif merupakan sumber ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian nasional. Departemen Perdagangan mendaftarkan 14 sektor yang masuk kategori industri kreatif yaitu jasa periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, film, video fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan percetakan, layanan komputer piranti lunak, televisi radio serta riset pengembangan. Industri kreatif di Indonesia telah menjadi salah satu industri yang cukup berhasil dan menjanjikan sejak tahun 2002. Melihat kontribusi yang positif dalam perekonomian, maka pada tahun 2006 Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu membentuk program Indonesia Design Power yaitu suatu program pemerintah yang yang tujuannya menempatkan produk

  5 Departemen Perdaganagan. (2007). Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia. Jakarta: Departemen Perdagangan.

  6 Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan

  Indonesia berstandar internasional dan memiliki karakteristik nasional yang dapat bersaing dan diterima pasar dunia. Industri kreatif di Indonesia bahkan mampu bertahan di tengah ancaman krisis global.

  Indonesia memiliki banyak potensi ekonomi kreatif seperti Indonesia memiliki banyak desainer berkelas internasional, seniman, arsitek, artis panggung, musisi, sampai kepada produsersutradara yang sudah mendunia. Di sisi lain, produk-produk khas Indonesia seperti batik, songket Palembang, patung Bali, keunikan Papua, berbagai kreasi Jawa Barat, sampai kepada mebel Jepara, juga telah diakui di mancanegara.

  Melihat begitu besarnya dampak industri kreatif terhadap perekonomian, maka sudah tepat langkah pemerintah untuk memberikan perhatian khusus dan memajukan industri kreatif Indonesia. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk 237.556.363 jiwa (Agustus 2010) memiliki potensi industri kreatif yang sangat besar. Potensi industri kreatif Indonesia memiliki peluang besar untuk dikembangkan, keanekaragaman budaya, keunikan sumber daya alam, insan-insan kreatif dan pasar domestik yang luas merupakan modal bagi eksistensi industri

  ini. 7

  Berdasarkan uraian di atas , penulis tertarik melakukan penulisan makalah dengan judul “Perkembangan Ekonomi Kreatif Dalam Arus Pembangunan Ekonomi Modern”.

1.2 Rumusan Masalah

  Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat dijadikan sebagai dasar penulisan. Adapun perumusan masalah dalam makalah ini adalah:

  1. Apakah penyebab munculnya ekonomi kreatif di Indonesia?

  7 Sebayang, L.R. (2012). Analisis Prospek Ekspor Industri Kreatif dalam Meningkatkan Perekonomian Indonesia. Skripsi Sarjana pada FE USU Medan: tidak diterbitkan

  2. Bagaimana perkembangan ekonomi kreatif dalam arus pembangunan ekonomi modern di Indonesia?

  3. Bagaimana dampak perkembangan ekonomi kreatif dalam arus pembangunan ekonomi modern di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

  Adapun tujuan penulisan ini untuk mengetahui gambaran sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui penyebab munculnya ekonomi kreatif di Indonesia.

  2. Untuk mengetahui perkembangan ekonomi kreatif dalam arus pembangunan ekonomi modern di Indonesia.

  3. Untuk mengetahui dampak perkembangan ekonomi kreatif dalam arus pembangunan ekonomi modern di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Ekonomi Kreatif

  Era globalisasi dan konektivitas mengubah cara bertukar informasi, berdagang, dan konsumsi dari produk-produk budaya dan teknologi dari berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang sangat dinamis dan kompleks sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang tak ternilai dalam kompetisi dan pengembangan ekonomi. Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi. Konsep ini telah memicu ketertarikan berbagai negara untuk melakukan kajian seputar Ekonomi Kreatif dan menjadikan Ekonomi

  Kreatif model utama pengembangan ekonomi. 8

2.1.1 Definisi Ekonomi Kreatif

  Ekonomi kreatif pada hakikatnya adalah kegiatan ekonomi yang mengutamakan pada kreativitas berpikir untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang memiliki nilai dan bersifat komersial. Berikut telah dikemukakan oleh UNCTAD dalam Creative Economy Report, (2008:3).

  “Creativity in this context refers to the formulation of new ideas and to the application of these ideas to produce original works of art and cultural products, functional creation, observable in the way it contributes to entreupreneurship,

  fosters innovation, enchaces productivity and promotes economic growth” ,9,10

  8 Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia: http:indonesiakreatif.netcreative-economywhat-iswhat-isdi9il8WCqXpePgHl.99 [4 Oktober

  9 Suryana. (2013) Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang). Jakarta: Salemba Empat.

  10 UNCTAD. 2008. Summary Creative Economic Report. Hlm.3, 11 – 12. USA: United Nations

  Istilah “Ekonomi Kreatif” mulai dikenal secara global sejak munculnya buku “The Creative Economy: How People Make Money from Ideas” (2001) oleh

  John Howkins. Howkins menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat pada tahun 1997 Amerika Serikat menghasilkan produk-produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dollar yang menjadikan HKI ekspor nomor 1 Amerika Serikat. Howkins dengan ringkas mendefinisikan ekonomi kreatif, yaitu “The creation of value as a result of

  11 idea”.

  John Howkins menulis buku “Creative Economy, How People Make Money from Ideas”. Ia mendefinisikan Ekonomi Kreatif sebagai kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah Gagasan. Atau dalam satu kalimat yang singkat, esensi dari kreativitas adalah gagasan. Maka dapat dibayangkan bahwa hanya dengan modal gagasan, seseorang yang kreatif dapat memperoleh penghasilan yang relatif tinggi. Tentu saja yang dimaksud dengan gagasan disini

  adalah karya orisinal dan dapat diproteksi oleh HKI. 12

  Dalam sebuah wawancara oleh Donna Ghelfi dari World Intellectual Property Organization (WIPO) di tahun 2005, John Howkins secara sederhana menjelaskan Ekonomi Kreatif yang disarikan sebagai berikut: “Kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk

  kemajuan.” 10

  Studi Ekonomi Kreatif terbaru yang dilakukan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada tahun 2010 mendefinisikan

  11 Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia: http:indonesiakreatif.netcreative-economywhat-iswhat-isdi9il8WCqXpePgHl.99 [4 Oktober

  12 Rangkaian Kolom Kluster I. (2012). Pilar – pilar Ekonomi Kreatif. Jakarta: Binus University

  Ekonomi Kreatif sebagai: “An evolving concept based on creative assets potentially

  development.”

  Dengan penjabaran lebih lanjut sebagai berikut 13 :

   Mendorong peningkatan pendapatan, penciptaan pekerjaan, dan pendapatan ekspor sekaligus mempromosikan kepedulian sosial, keragaman budaya, dan pengembangan manusia.

   Menyertakan

  dan ekonomi

  dalam pengembangan teknologi, Hak Kekayaan Intelektual, dan pariwisata.  Kumpulan aktivitas ekonomi berbasiskan pengetahuan dengan dimensi pengembangan dan keterhubungan lintas sektoral pada level ekonomi mikro dan makro secara keseluruhan.  Suatu pilihan strategi pengembangan yang membutuhkan tindakan lintas kementerian dan kebijakan yang inovatif dan multidisiplin.  Di jantung Ekonomi Kreatif terdapat Industri Kreatif.

  Dalam Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 14 mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai berikut:

  “Ekonomi kreatif merupakan pengembangan ekonomi berdasarkan keterampilan, kreativitas, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis, sehingga menitikberatkan

  pada pengembangan ide dalam menghasilkan nilai tambahnya” 14

  Konsep ekonomi kreatif ini juga semakin memberi harapan yang lebih optimistik ketika seorang pakar dibidang Ekonomi, Dr. Richard Florida dari Amerika Serikat, penulis buku "The Rise of Creative Class" dan "Cities and the

  13 Indonesia Kreatif. (2013). Creative Economy. [Online]. Tersedia: http:indonesiakreatif.netcreative-economywhat-iswhat-isdi9il8WCqXpePgHl.99 [4 Oktober

  14 Lembaga Pertahanan Nasional. (2012). Pengembangan Ekonomi Kreatif Guna Menciptakan Lapangan Kerja dan Mengentaskan Kemiskinan dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jakarta:

  Lemhanas

  Creative Class" menyatakan: "Seluruh umat manusia adalah kreatif, apakah ia seorang pekerja di pabrik kacamata atau seorang remaja jalanan yang tengah membuat musik hip-hop. Namun perbedaannya adalah pada statusnya (kelasnya), karena ada individu-individu yang secara khusus bergelut dibidang kreatif dan mendapat faedah ekonomi secara langsung dari aktivitas tersebut. Maka tempat di kota-kota yang mampu menciptakan produk-produk baru inovatif tercepat, dapat dipastikan sebagai pemenang kompetisi di era ekonomi kreatif ini”.

  Pendapat senada juga diutarakan oleh Robert Lucas, pemenang Nobel dibidang ekonomi, yang mengatakan bahwa kekuatan yang menggerakkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota atau daerah dapat dilihat dari tingkat produktivitas klaster orang-orang bertalenta dan kreatif yang mengandalkan kemampuan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya. Dalam hal ini, ekonomi kreatif sering dilihat sebagai sebuah konsep yang memayungi juga konsep lain yang populer di awal abad ke-21 ini, yaitu Industri Kreatif. Industri kreatif sendiri sebenarnya merupakan sebuah konsep yang telah muncul lebih dahulu sebelum munculnya konsep ekonomi kreatif.

  Di Indonesia sendiri, khususnya didalam peraturan perundang – undangan yang berlaku tidak digunakan istilah Industri Kreatif melainkan Ekonomi Kreatif (EK). Adapun yang dimaksud dengan EK menurut Diktum Pertama Instruksi Presiden No.6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah: “...kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu bernilai ekonomis dan

  berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia”. 15,16

  15 Antariksa, Basuki. Konsep ekonomi Kreatif: Peluang dan Tantangan Dalam Pembangunan Indonesia.

  16 Roodhouse, op.cit, 10.

2.1.2 Definisi Industri Kreatif

  Menurut Departemen Perdagangan RI industri kretif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan

  memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. 17,18

  Menurut Simatupang (2007) industri kreatif adalah industri yang mengandalkan talenta, keterampilan dan kreativitas yang merupakan elemen dasar setiap individu. Unsur utama industri kreatif adalah kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi

  intelektual. 19,20

  Menurut UK DCMS Task Force (1998: 4) industri kreatif merupakan industri yang berasal dari kreativitas individu, keterampilan, dan bakat yang secara potensial menciptakan kekayaan dan lapangan pekerjaan melalui eksploitasi dan pembangkitan kekayaan intelektual dan daya cipta individu. (“Creatives Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill talent, and which have a potential for wealth and job creation

  through the generation and exploitation of intellectual property and content”). 14

  Di Indonesia Pemerintah sendiri telah mengidentifikasi lingkup industri kreatif mencakup 14 subsektor, antara lain:

  1. Periklanan (advertising): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklanan, yakni komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu. Meliputi proses kreasi, operasi, dan distribusi dari periklanan

  17 Suryana. (2013) Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang). Jakarta: Salemba Empat.

  18 Departemen Perdagangan. (2007). Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia. Jakarta: Departemen Perdagangan.

  19 Suryana. (2013) Ekonomi Kreatif (Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang). Jakarta: Salemba Empat.

  20 Simatupang, M.T. 2008. Industri Kreatif Untuk Kesejahteraan Bangsa. ITB Bandung: Inkubator Industri dan Bisnis.

  yang dihasilkan, misalnya riset pasar, perencanaan komunikasi periklanan, media periklanan luar ruang, produksi material periklanan, promosi dan kampanye relasi publik. Selain itu, tampilan periklanan di media cetak (surat kabar dan majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan media reklame sejenis lainnya, distribusi dan delivery advertising

  materials or samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. 21

  Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri periklanan mencakup usaha jasa periklanan melalui majalah, surat kabar, radio dan televisi, pembuatan dan pemasangan berbagai jenis poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur, dan macam ‐macam reklame sejenis. Termasuk juga distribusi dan delivery advertising materials atau samples, juga penyewaan kolom untuk

  iklan. 22

  2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan secara menyeluruh, baik dari level makro (town planning, urban design, landscape architecture) sampai level mikro (detail konstruksi). Misalnya arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan sejarah, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, konsultasi kegiatan teknik dan rekayasa seperti

  bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan elektrikal. 20

  3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni dan sejarah yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan dan

  21 Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia: http:www.fe.unpad.ac.ididarsip-fakultas-ekonomi-unpadopini2198-pilar-pilar-ekonomi-

  kreatif. [16 Oktober 2013]

  22 Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007, Jakarta: Depdagri 22 Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007, Jakarta: Depdagri

  Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri Pasar Seni dan barang antik yaitu:

  1) Perdagangan besar barang ‐barang antik

  2) Perdagangan eceran barang antik yang mencakup mencakup usaha perdagangan eceran barang ‐barang antik, seperti: guci bekas, bokor bekas, lampu gantung bekas dan mejakursi marmer bekas, furniture antik, mobil antik, dan motor antik.

  3) Perdagangan eceran kaki lima barang antik yang mencakup usaha perdagangan eceran barang ‐barang antik yang dilakukan di pinggir jalan umum, serambi muka (emper), toko, atau tempat tetap di pasar yang dapat dipindah ‐pindah atau didorong, seperti: guci bekas, bokor bekas, lampu gantung bekas, meja kursi marmer bekas, dan furniture antik.

  4) Jasa galeri dan rumah lelang untuk barang seni dan barang antik, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta. 23

  4. Kerajinan (craft): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat atau dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai proses penyelesaian produknya. Antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu dan besi), kaca, porselen, kain, marmer, tanah liat, dan

  23 Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007, Jakarta: Depdagri 23 Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007, Jakarta: Depdagri

  Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal). Volume produksi yang dapat dihasilkan oleh kelompok industri kerajinan ini, sangat bergantung pada jumlah dan keahlian tenaga pengrajin yang tersedia, sehingga kelompok industri ini dapat dikategorikan sebagai industri padat karya. Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri kerajinan yaitu:

  1) Industri Batik yang mencakup usaha pembatikan dengan proses malam (lilin) baik yang dilakukan dengan tulis, cap, maupun kombinasi antara cap dengan tulis.

  2) Industri Permadani yang mencakup usaha pembuatan permadani dan sejenisnya, yang terbuat dari serat, baik serat alam, sintetis, maupun serat campuran, baik yang dikerjakan dengan proses tenun (woven), tufting, braiding, flocking, dan needle punching.

  3) Industri BordirSulaman yang mencakup usaha bordirsulaman, baik yang dikerjakan dengan tangan maupun dengan mesin, seperti : kain sulaman, pakaian jadibarang jadi sulaman, dan badge.

  4) Industri Kain Rajut yang mencakup usaha pembuatan kain yang dibuat dengan cara rajut ataupun renda.

  5) Industri Barang Dari Kulit dan Kulit Buatan untuk keperluan lainnya yang mencakup usaha pembuatan barang ‐barang dari kulit dan kulit buatan seperti: jok, dan kerajinan tatah sungging (hiasan,wayang, dan kap lampu).

  24 Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia: http:www.fe.unpad.ac.ididarsip-fakultas-ekonomi-unpadopini2198-pilar-pilar-ekonomi-

  kreatif. [16 Oktober 2013]

  6) Industri Anyam ‐anyaman dari Rotan dan Bambu yang mencakup usaha pembuatan macam ‐macam tikar, webbing, lampit, tas, topi, tampah, kukusan, bakul kipas, tatakan, bilikgedek dan sejenisnya yang bahan utamanya dari rotan atau bambu.

  7) Industri Anyam ‐anyaman dari Tanaman, Selain Rotan dan Bambu yang mencakup usaha pembuatan tikar, keset, tas, topi, tatakan, dan kerajinan tangan lainnya yang bahan utamanya dari pandan, mendong, serat, rumput, dan sejenisnya.

  8) Industri Kerajinan Ukir ‐ukiran dari Kayu kecuali Mebeller yang mencakup usaha pembuatan macam ‐macam barang kerajinan dan ukir ‐ukiran dari kayu, seperti: relief, topeng patung, wayang, vas bunga, pigura, dan kap lampu.

  9) Industri Alat ‐alat Dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu yang mencakup usaha pembuatan alat ‐alat dapur yang bahan utamanya kayu, bambu dan rotan, seperti: rak piring, rak bumbu masak, parutan, alu, lesung, talenan, cobek, dan sejenisnya.

  10) Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus yang tidak diklasifikasikan ditempat lain yang mencakup usaha pembuatan barang ‐barang dari kayu, rotan, dan gabus, yang belum tercakup sebelumnya. Barang ‐barang dari kayu misalnya: alat tenun, peti mati, pajangan dari rotan, ayunan bayi dari rotan, kuda ‐kudaan dari rotan.

  11) Industri Perlengkapan dan Peralatan Rumah tangga dari Gelas yang mencakup usaha pembuatan macam ‐macam perlengkapan rumah tangga dari gelas, seperti cangkir, piring, mangkuk, teko,

  stoples, asbak, dan botol susu bayi; barang ‐barang pajangan dari gelas, seperti: patung, vas, lampu kristal, semprong lampu tekan dan semprong lampu tempel.

  12) Industri Barang ‐barang Lainnya dari Gelas yang mencakup usaha pembuatan macam ‐macam barang dari gelas seperti: tasbih, rosario, 12) Industri Barang ‐barang Lainnya dari Gelas yang mencakup usaha pembuatan macam ‐macam barang dari gelas seperti: tasbih, rosario,

  13) Industri Perlengkapan Rumah tangga dari Porselin yang mencakup pembuatan macam ‐macam perlengkapan rumah tangga dari porselen, seperti: piring, tatakan, cangkir, mangkuk, teko, sendok, dan asbak, serta usaha pembuatan barang pajangan dari porselen seperti: patung, tempat bunga, kotak rokok, dan guci.

  14) Industri Barang ‐barang dari Tanah Liat yang mencakup usaha pembuatan barang dari tanah liatkeramik untuk perlengkapan rumah tangga, pajanganhiasan, dan sejenisnya, seperti: piring, cangkir, mangkuk, kendi, teko, periuk, tempayan, patung, vas bunga, tempat piring, sigaret, dan celengan.

  15) Industri Bahan bangunan dari Tanah LiatKeramik selain Batu Bata dan Genteng yang mencakup usaha pembuatan barang dari tanah liatkeramik seperti: kloset, ubin, dan lubang angin.

  16) Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan yang mencakup usaha pembuatan macam ‐macam barang dari marmergranit untuk keperluan rumah tangga dan pajangan, seperti: daun meja, ornamen, dan patung.

  17) Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan Pajangan yang mencakup pembuatan macam ‐macam barang dari batu untuk keperluan rumah tangga dan pajangan. Seperti: lumpang, cobek, batu pipisan, batu asah, batu lempengan, batu pecah ‐pecahan, abu batu, dan kubus mozaik.

  18) Jasa Industri Untuk Bahan Berbagai Pekerjaan Khusus Terhadap Logam dan Barang ‐barang dari Logam yang mencakup kegiatan jasa industri untuk pelapisan, pemolesan, pewarnaan, pengukiran, pengerasan, pengkilapan, pengelasan, pemotongan, dan berbagai pekerjaan khusus terhadap logam atau barang ‐barang dari logam.

  19) Industri Furnitur dari Kayu yang mencakup usaha pembuatan furnitur dari kayu untuk rumah tangga dan kantor seperti: meja, kursi, bangku, tempat tidur, lemari, rak, kabinet, penyekat ruangan, dan sejenisnya.

  20) Industri Furnitur dari Rotan, dan atau Bambu yang mencakup pembuatan furnitur dengan bahan utamanya dari rotan dan atau bambu seperti: meja, kursi, bangku, tempat tidur, lemari, rak, penyekat ruangan dan sejenisnya.

  21) Industri Furnitur dari Logam yang mencakup pembuatan furnitur untuk rumah tangga dan kantor yang bahan utamanya dari logam seperti : meja, kursi, rak, spring bed, dan sejenisnya.

  22) Industri Furnitur yang mencakup pembuatan furnitur yang bahan utamanya bukan kayu, rotan, bambu, logam, plastik, dan bukan barang imitasi, seperti: kasur, bantal, dan guling dari kapuk, dakron, dan sejenisnya.

  23) Industri Permata yang mencakup usaha pemotongan pengesahan, dan penghalusan batu berharga atau permata dan sejenisnya seperti berlian perhiasan, intan perhiasan, batu aji, dan intan tiruan.

  24) Industri Barang Perhiasan Berharga untuk Keperluan Pribadi dari Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan barang ‐barang, perhiasan yang bahan utamanya dari logam mulia (emas, platina, dan perak) untuk keperluan pribadi, seperti: cincin, kalung, gelang, giwang, bross, ikat pinggang, dan kancing, termasuk bagian dan perlengkapannya.

  25) Industri Barang Perhiasan Berharga Bukan untuk Keperluan Pribadi dari Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan perhiasan yang bahan utamanya dari logam mulia selain untuk keperluan pribadi, seperti: peralatan makan dan minum, barang hiasan untuk rumah tangga, piala, medali dan noveltis, termasuk bagian dan perlengkapannya.

  26) Industri Barang Perhiasan Bukan untuk Keperluan Pribadi dari bukan Logam Mulia yang mencakup usaha pembuatan barang ‐barang perhiasan dari logam tidak mulia selain untuk keperluan pribadi, seperti: tempat cerutu, tempat sirih, piala, medali, dan vas bunga, termasuk pembuatan koin baik yang legal sebagai alat tukar maupun tidak.

  27) Industri Alat ‐alat Musik Tradisional yang mencakup usaha pembuatan alat ‐alat musik tradisional, seperti: kecapi, seruling bambu, angklung, calung, kulintang, gong, gambang, gendang, terompet tradisional, rebab dan tifa.

  28) Industri Alat ‐Alat Musik Non Tradisional yang mencakup usaha pembuatan alat ‐alat musik non tradisional, seperti: alat musik petik, (gitar, bas, dan sejenisnya), alat musik tiup (terompet,

  saxophone, clarinet, harmonika, dan sejenisnya), alat musik gesek (biola, cello, dan sejenisnya), alat musik perkusi (drum set, selofon, metalofon, dan sejenisnya), serta usaha pembuatan pianoorgan, pianika gamitan, akordeon, dan garputala.

  29) Industri Mainan yang mencakup usaha pembuatan macam ‐macam mainan, seperti: boneka dari kayu, kain, karet, dan sejenisnya, catur, mainan jenis kendaraan, mainan berupa senjata, toys set, dan mainan edukatif dari kayu, bambu atau rotan.

  30) Industri Kerajinan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain yang mencakup usaha pembuatan barang ‐barang kerajinan dari bahan tumbuh ‐tumbuhan dan hewan, seperti: kerajinan pohon kelapa, tempurung, serabut, akar ‐akaran, kulit, gading, tanduk, tulang, bulu, rambut, binatang yang diawetkan dan barang ‐barang lukisan.

  31) Perdagangan Besar barang ‐barang keperluan rumah tangga khususnya mencakup usaha perdagangan besar peralatan dan perlengkapan rumah tangga, seperti: perabot rumah tangga

  (furnitur), peralatan dapur dan memasak, lampu dan perlengkapannya, peralatan dari kayu, wallpaper, karpet dan sebagainya.

  32) Perdagangan Besar berbagai barang ‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya, mencakup usaha perdagangan besar berbagai barang ‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya, seperti: mainan anak ‐anak, jam dan sejenisnya, perhiasan, barang‐barang

  dari kulit, dan barang kerajinan lainnya.

  33) Perdagangan Eceran Barang Perhiasan yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang perhiasan baik terbuat dari batu mulia, ataupun bukan logam mulia seperti: berlian, intan, batu aji, serbuk

  dan

  bubuk intan,

  cincin,

  kalung, gelang,

  giwanganting ‐anting, tusuk konde peniti, bross, ikat pinggang, dan kancing dari logam mulia (platina, emas, dan perak).

  34) Perdagangan Eceran Jam yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus berbagai jam, seperti: arloji tangan, arloji saku, jam dinding, jam beker, lonceng, dan alat ukur lainnya, termasuk juga bagian dari arloji dan jam.

  35) Perdagangan Eceran Furnitur yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus furnitur, seperti: meja, kursi, lemari, tempat tidur, rak buku, rak sepatu, dan bufet, serta perdagangan eceran khusus kasur dan bantalguling.

  36) Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari Batu atau Tanah Liat yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang pecah belah dan perlengkapan dapur yang terbuat dari batu atau tanah liat, seperti: piring, mangkok, cangkir, teko, kendi,

  periuk, cobek, tempayan, lumpang, asbak, dan uleg ‐uleg.

  37) Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari kayu, Bambu atau Rotan yang mencakup usaha perdagangan 37) Perdagangan Eceran Barang Pecah Belah dan Perlengkapan Dapur dari kayu, Bambu atau Rotan yang mencakup usaha perdagangan

  38) Perdagangan eceran Alat ‐alat Musik yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus alat ‐alat musik, baik alat musik tradisional maupun alat musik modern, seperti: kecapi, seruling bambu, calung, angklung, kulintang, gamelan, set, rebab, rebana, tifa, sasando, flute, saxophone, harmonika, trombone, gitar, mandolin, ukulele, harpa, bass, gambus, biola, cello, pianoorgan, drum set, dan garputala.

  39) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kayu, Bambu, Rotan, Pandan, Rumput dan sejenisnya yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan, rumput, dan sejenisnya, seperti: patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang, pigura, kap lampu, bingkai, talambaki, tas, keranjang, tikar, topi,tudung, kerai, hiasan dinding, dan keset.

  40) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Kulit, Tulang, Tanduk, Gading, Bulu dan BinatangHewan yang diawetkan yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari kulit, tulang, tanduk, bulu, dan binatanghewan yang diawetkan, seperti: kipas dari kulit penyu, karangan bunga dari kulit kerang, pipa rokok dari tulang, pajangan dari tanduk, pajangan dari gading, pajangan dari bulu burung merak, dan binatanghewan yang diawetkan.

  41) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Logam yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari logam, seperti: vas bunga, patung, tempat lilin, piala, medali, dan gantungan kunci.

  42) Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dari Keramik yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang kerajinan dari keramik, seperti: patung, vas bunga, asbak, tempat sirih, celengan dan pot bunga.

  43) Perdagangan Eceran Mainan Anak ‐anak yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus macam ‐macam mainan anak‐anak, seperti: boneka, bekel, congklak, scrable, karambol, mainan yang berupa alat musik, mobil ‐mobilan, mainan berupa senjata, mainan

  berupa alat memasak, dan mainan berupa perabotan rumah tangga.

  44) Perdagangan Eceran Lukisan yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus barang ‐barang lukisan, seperti: lukisan orang, lukisan binatang, dan lukisan pemandangan.

  45) Perdagangan Eceran Barang ‐barang Kerajinan, Mainan Anak‐anak, dan Lukisan lainnya.

  46) Perdagangan Eceran Kaki Lima Barang Kerajinan yang mencakup usaha perdagangan eceran kaki lima barang kerajinan dari kayu, bambu, rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, kulit, tulang, tanduk, gading, bulu dan hewan yang diawetkan, logam, keramik yang dilakukan dipinggir jalan umum, serambi muka (emper), toko

  atau tempat tetap dipasar yang dapat diindah ‐pindah atau didorong seperti: patung, topeng, relief, ukiran nama, wayang , keranjang, tikar, topitudung, kerai, pajangan dari tanduk, pipa rokok dari tulang, vas bunga, tempat lilin piala dari logam, asbak, celengan pot bunga dari keramik, dan lain ‐lain.

  47) Perdagangan Eceran Kaki Lima Lukisan. Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran barang ‐barang lukisan yang dilakukan dipinngir jalan umum, serambi muka (emper), toko atau 47) Perdagangan Eceran Kaki Lima Lukisan. Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran barang ‐barang lukisan yang dilakukan dipinngir jalan umum, serambi muka (emper), toko atau

  5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan

  dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. 26

  Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri desain yaitu:

  1) Industri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton yang mencakup pembuatan segala macam kemasan dan kotak dari kertaskarton yang digunakan untuk pembungkuspengepakan,

  pembuatan kotak untuk rokok dan barang ‐barang lainnya.

  2) Jasa Riset Pemasaran yang mencakup usaha penelitian potensi pasar, penerimaan produk di pasar, kebiasaan dan tingkah laku konsumen, dalam kaitannya dengan promosi penjualan dan pengembangan produk baru.

  3) Jasa Pengepakan yang mencakup usaha jasa pengepakan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak serta kegiatan pengalengan, pembotolan, pelabelan, pembungkusan kado, dan sejenisnya.

  4) Jasa perusahaan lainnya yang mencakup jasa stenografi, pelelangan, penterjemah, dan lainnya. 24

  6. Fesyen (fashion): kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini produk berikut distribusi

  produk fesyen. 25

  25 Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007, Jakarta: Depdagri

  26 Afiff, Faisal. 2008. Pilar – Pilar Ekonomi Kreatif. [Online]. Tersedia: http:www.fe.unpad.ac.ididarsip-fakultas-ekonomi-unpadopini2198-pilar-pilar-ekonomi-

  kreatif. [16 Oktober 2013]

  Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri fesyen yaitu:

  1) Industri Pakaian Jadi Rajutan yang mencakup usaha pembuatan pakaian jadi, juga termasuk topi yang dibuat dengan cara dirajut atau renda.

  2) Industri Rajutan Kaos Kaki yang mencakup usaha pembuatan kaus kaki yang dibuat dengan cara rajut atau renda.

  3) Industri Barang Jadi Rajutan Lainnya yang mencakup pembuatan barang jadi rajutan, seperti kaus lampu, deker, bando.

  4) Industri Pakaian Jadi dari Tekstil dan Perlengkapannya yang mencakup usaha pembuatan pakaian jadi tekstil dan perlengkapannya dari kain dengan cara memotong dan menjahit sehingga siap dipakai, seperti kemeja, kebaya, celana, blus, rok, baju bayi, pakaian tari dan pakaian olah raga, topi, dasi, sarung tangan, mukena, selendang, kerudung, ikat pinggang dan sapu tangan, baik dari kain tenun maupun kain rajut yang dijahit.

  5) Industri Pakaian Jadi (konveksi) dan Perlengkapan dari Kulit yang mencakup usaha pembuatan pakaian jadi dari kulit atau kulit imitasi dan perlengkapannya, dengan cara memotong dan menjahit sehingga siap pakai seperti jaket, mantel, rompi, celana dan rok, topi, sarung tangan, ikat pinggang.

  6) Industri Pakaian JadiBarang Jadi dari Kulit Berbulu dan atau Aksesoris yang mencakup usaha pembuatan pakaian jadibarang jadi dari kulit berbulu dan atau perlengkapannya, seperti mantel berbulu.

  7) Industri Alas Kaki untuk Keperluan Sehari ‐hari yang mencakup usaha pembuatan alas kaki, keperluan sehari ‐hari dari kulit dan kulit buatan, karet, kanfas dan kayu, seperti sepatu harian, sapatu santai, sepatu sandal, sandal kelom, dan selop. termasuk juga usaha pembuatan bagian ‐bagian dari alas kaki tersebut, seperti atasan sol 7) Industri Alas Kaki untuk Keperluan Sehari ‐hari yang mencakup usaha pembuatan alas kaki, keperluan sehari ‐hari dari kulit dan kulit buatan, karet, kanfas dan kayu, seperti sepatu harian, sapatu santai, sepatu sandal, sandal kelom, dan selop. termasuk juga usaha pembuatan bagian ‐bagian dari alas kaki tersebut, seperti atasan sol

  8) Industri Sepatu olah raga yang mencakup usaha pembuatan sepatu untuk olah raga dari kulit dan kulit buatan, karet dan kanfas; seperti sepatu sepak bola, atletik, senam, joging, balet.

  9) Industri Sepatu Teknik LapanganKeperluan Industri yang mencakup pembuatan sepatu termasuk pembuatan bagian ‐bagian dari sepatu untuk keperluan teknik lapanganindustri dari kulit, kulit buatan, karet, dan plastik seperti sepatu tahan kimia, tahan panas, sepatu pengaman.

  10) Industri Alas Kaki lainnya yang mencakup usaha pembuatan alas kaki dari kulit, kulit buatan, karet, kanfas dan plastik yang belum termasuk golongan manapus, seperti sepatu kesehatan, dan sepatu lainnya seperti sepatu dari gedebog, dan eceng gondok.

  11) Perdagangan Besar Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit yang mencakup usaha perdagangan besar hasil industri tekstil dan pakaian jadi ke luar negeri, seperti: macam ‐macam tekstil, pakaian jadi, kain batik, tali ‐temali, karpetpermadani dari bahan tekstil, karung, macam ‐macam hasil rajutan, dan barang jadi lainnya dari tekstil selain

  pakaian jadi.

  12) Perdagangan Besar berbagai barang ‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya. Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar berbagai barang ‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang terkait dengan fesyen seperti: pakaian jadi dari kulit, alas kaki dari kulit.

  13) Perdagangan Eceran Tekstil yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus macam ‐macam kain batik terbuat dari serat alam, sintetis, maupun campuran, seperti kain tenun dan kain batik.

  14) Perdagangan Eceran Pakaian Jadi yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus macam ‐macam pakaian jadi, baik terbuat dari tekstil, kulit, maupun kulit batan, seperti kemeja, celana, jas, mantel, jaket piama, kebaya, dan lain ‐lain.

  15) Perdagangan Eceran sepatu, Sandal, dan Alas Kaki lainnya yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus macam ‐macam sepatu, sandal, selop dan alas kaki lainnya baik terbuat dari kulir, kulit buatan, plastik, karet, kain ataupun kayu, seperti: sepatu laki ‐laki dewasa, sepatu anak, sepatu olehraga, sepatu sandal, sandal, selop, dan sepatu kesehatan.

  16) Perdagangan Eceran Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki, dan Barang Keperluan Pribadi Lain yang mencakup usaha perdagangan eceran khusus tekstil pakaian jadi, alas kaki dan barang keperluan pribadi lainnya yang belum tercakup dalam kelompok 52321 sd 52328 seperti taplak meja, separai, kelambu, kain kasur, kain bantal, gordin, kain pel, keset dan lain ‐lain.

  17) Perdagangan ekspor Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit yang mencakup usaha mengekspor hasil industri tekstil dan pakaian jadi, seperti: macam ‐macam tekstil, pakaian jadi, kain batik, tali‐tamli, karpetpermadani dari bahan tekstil, karung, macam ‐macam hasil perajutan, dan barang jadi lainnya dari tekstil selain pakaian jadi.

  18) Perdagangan Ekspor berbagai barang ‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang mencakup usaha mengekspor berbagai barang ‐barang dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang terkait dengan fesyen seperti: pakaian jadi dari kulit, alas kaki dari kulit.

  19) Jasa Perorangan yang Tidak Diklasifikasikan di Tempat Lainnya, khususnya untuk jasa desainer fesyen dan model fashion. 27

  27 Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2007). Studi Industri Kreatif Indonesia 2007, Jakarta: Depdagri

  7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi,

  sinetron, dan eksibisi atau festival film. 28

  Lapangan usaha yang merupakan bagian dari kelompok industri film, video, dan fotografi yaitu:

  1) Reproduksi Film dan Video: reproduksi (rekaman ulang) gambar film dan video yang mencakup usaha reproduksi (rekaman ulang) gambar film dan video.

  2) Produksi dan distribusi film, serta video oleh Pemerintah yang mencakup usaha pembuatan dan pendistribusian film dan video untuk pertunjukkan yang dikelola oleh pemerintah termasuk editting, cutting, dubbing, titling film atas dasar balas jasa juga usaha pembuatan film untuk televisi dan jasa pengiriman film dan agen pembukuan film.

  3) Produksi dan distribusi film, serta video oleh swasta yang mencakup usaha pembuatan dan pendistribusian film dan video untuk pertunjukkan yang dikelola oleh swasta termasuk editting, cutting, dubbing, titling film atas dasar balas jasa juga usaha pembuatan film untuk televisi dan jasa pengiriman film dan agen pembukuan film.

  4) Kegiatan Bioskop yang mencakup usaha penyewaan film atau video tape dan penyelenggaraan usaha bioskop yang dikelola baik oleh pemerintah atau swasta.

  5) Jasa Fotografi yang mencakup usaha jasa pemotretan, baik untuk perorangan atau kepentingan bisnis, termasuk pula pemrosesan dan pencetakan hasil pemotretan tersebut. Termasuk pula usaha jasa