ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
MOBILISASI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mobilisasi adalah pengerahan yang memberikan kebebasan dan
kemandirian bagi seseorang. Mobilisasi adalah pusat utuk berpartisipasi
dalam menikmati kehidupan. Mempertahankan mobilitas optimal sangat
penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia. Mobilitas bukan
merupakan sesuatu yang absolut dan statis dalam menentukan
kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal merupakan sesuatu
yang individualistis, relatif dan dinamis yang tergantung pada interaksi
antara faktor-faktor lingkungan dan sosial, afektif dan fungsi fisik.
Mobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang
dari
mobilitas
optimal.
Studi-studi
tentang
insidens
diagnosis
keperawatan yang digunakan untuk lansia yang berada di institusi
perawatan mengungkapakan bahwa hambatan mobilitas fisik adalah
diagnosis pertama atau kedua yang paling sering muncul. Keletihan dan
kelemahan batasan karakteristik intoleransi aktivitas, telah diketahui
sebagai penyebab paling umum kedua yang paling sering terjadi yang
menjadi keluhan pada lansia. Sekitar 43% lansia telah diidentifikasi
memiliki gaya hidup kurang gerak, akhirnya sekitar 50% penurunan
funsional pada lansia dihubungkan dengan disease. Penyebab imobilitas
bermacam-macam, berbagai ancaman dari imobilitas fisik dapat
dikategorikan berhubungan dengan lingkungan internal dan eksternal
B.
atau dengan kompetensi dan sumber-sumber internal dan eksternal klien.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada lansia
dengan gangguan mobilisasi.
b. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan
pada lansia dengan gangguan mobilisasi.
c.
Agar mahasiswa mampu melaksanakan intervensi pada lansia
dengan gangguan mobilisasi.
d. Agar mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada lansia
dengan gangguan mobilisasi.
e. Agar mahasiswa mampu malakukan evaluasi pada lansia dengan
gangguan mobilisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
Gangguan mobilitas fisik yaitu suatu keadaan keterbatasan
kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang.
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan atau Turut Berperan Terhadap
Imobilitas
1. Penurunan fungsi muskuloskeletal
Otot-otot (atrofi, distrofi, atau cedera), tulang (infeksi, fraktur,
tumor, osteoporosis, atau osteomalasia), sendi (athritis dan tumor),
atau kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan).
2. Perubahan fungsi neurologis
Infeksi, tumor, trauma, obat-obatan, penyakit vaskular (mis,
stroke), penyakit demelinasi, penyakit degeneratif (ex: penyakit
parkinson), gangguan metabolik (mis, hiperglikemia), gangguan
nutrisi.
3. Nyeri
Penyebabnya multipel dan bervariasi seperti penyakit kronis dan
traum
4. Defisit perseptual
Kelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori.
5. Berkurangnya kemampuan kognitif
Gangguan proses kognitif, seperti demensia berat jauh.
6. Jatuh Efek fisik: cedera atau fraktur.
Efek psikologis: sindrom setelah jatuh.
7. Perubahan hubungan sosial
Faktor-faktor aktual (mis, kehilangan pasangan, pindah jauh dari
keluarga atau teman-teman), faktor-faktor persepsi (mis, perubahan
pola pikir seperti depresi).
8. Aspek psikologis
Ketidakberdayaan dalam belajar.
C. Program Terapeutik
Program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat
terhadap kualitas dan kuantitas pergerakan pasien.
Faktor-faktor mekanisme mencegah atau
menghambat
pergerakan tubuh atau bagian tubuh dengan penggunaan peralatan
eksternal (misalnya gips dan traksi) atau alat-alat (misalnya yang
dihubungkan dengan pemberian cairan intravena, pengisapan gaster,
kateter urine, dan pemberian oksigen).
Sebagai intervensi dianjurkan istirahat dapat menurunkan
kebutuhan metabolik, kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung.
Selain
itu
istirahat
memberikan
kesempatan
pada
sistem
muskuloskeletal untuk relaksasi menghilangkan nyeri, mencegah
iritasi yang berlebihan dari jaringan yang cedera, dan meminimalkan
efek gravitasi. Secara fisiologis, suplai oksigen yang tidak adekuat
mengganggu pemeliharaan fungsi sel untuk meningkatkan aktivitas.
Secara psikologis, depresi menurunkan energi yang tersedia.
D. Dampak Masalah pada Lansia
Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan
psikologis dari imobilitas, perubahan yang berhubungan dengan usia
disertai dengan penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk
mengalami komplikasi-komplikasi ini imobilitas mempengaruhi tubuh
yang telah terpengaruh sebelumnya.
Kompetensi fisik seseorang lansia mungkin berada atau dekat
dengan tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas tertentu.
Perubahan lebih lanjut atau kehilangan dari imobilitas dapat membuat
seseorang menjadi tergantung. Semakin besar jumlah penyebab
imobilitas, semakin besar potensial untuk mengalami efek-efek akibat
imobilitas.
Keuntungan latihan secara teratur untuk lansia termasuk
memperlambat
proses
penuaan,
memperpanjang
usia.
Fungsi
kardiovaskular yang lebih baik dan peningkatan perasaan sejahtera.
E. Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Sebagai suatu
proses
yang
berlangsung
sepanjang
kehidupan mobilitas dan aktivitas bergantungan pada fungsi sistem
muskuloskeletal, kardiovaskular dan pulmonal, walaupun latihan
tidak akan mengubah rangkaian proses penuaan normal, hal
tersebut dapat mencegah efek imobilitas yang merusak dan gaya
hidup kurang gerak. Program latihan juga dihubungkan dengan
peningkatan mood atau tingkat ketegangan ansietas dan depresi.
Hambatan terhadap latihan : Berbagai hambatan mempengaruhi
partisipasi
lansia
dalam
latihan
secara
teratur.
Hambatan
lingkungan termasuk kuranganya tempat yang aman untuk latihan
dan kondisi iklim yang tidak mendukung. Sikap budaya adalah
hambatan lain untuk melakukan latihan. Model peran yang kurang
gerak, gangguan citra tubuh, dan ketakutan akan kegagalan atau
ketidaksetujuan semuanya turut berperan terhadap kegagalan lansia
untuk berpartisipasi dalam latihan yang teratur.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan
fungsi dan pencegahan komplikasi, disgnosa keperawatan yang
dihubungkan dengan pencegahan sekunder adalah: gangguan
mobilitas fisik.
3. Pencegahan Tersier
Upaya-upaya rehabilitatif untuk memaksimalkan mobilitas bagi
lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat,
dokter, ahli fisioterapi dan terapi okupasi seseorang ahli gizi,
aktivis sosial, dan keluarga serta teman-teman.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat:
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada
gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskular:
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal).
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan,
faktor-faktor
hubungan,
keputusan
dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ), ancaman pada
konsep
diri,
citra
tubuh,
identitas
pribadi
(
misalnya
ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/Cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai
kesulitan
untuk
melaksanakan
aktivitas
perawatan pribadi, ketergantungan.
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus
kaki.
Kesulitan
dalam
ringan
dalam
menangani
tugas/
pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan
pada mata dan membran mukosa.
9. Interaksi Sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
a) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
- Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi
-
dalam aktivitas sesuai kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional:
1) Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit
non verbal.
Rasional :
Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan keefektifan program.
2) Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen
tempat tidur sesuai kebutuhan.
Rasional : Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar
akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian
linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri.
3) Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi
individu. Rasional : Memfokuskan kembali perhatian,
memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan sehat.
4) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk.
Rasional : Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan
dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
5) Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan.
Rasional : Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan
bengkak selama periode akut.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
a)
Mempertahankan
fungsi
posisi
dengan
tidak
hadirnya/pembatasan kontraktur. - Mempertahankan ataupun
meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi
bagian tubuh.
- Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
1) Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan jadwal
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus
dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
Rasional : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut
dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah
kelelahan mempertahankan kekuatan.
2) Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif.
Rasional : Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umum.
3) Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan.
Rasional : Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas.
4) Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi
roda.
Rasional : Menghindari cidera akibat kecelakaan/jatuh.
5) Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
Rasional : Berguna dalam memformulasikan program
latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual
dan dalam mengidentifikasikan alat.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri pada waktu
bergerak.
Kriteria Hasil :
a) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten dengan kemampuan individual.
b) Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
c) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:
1) Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul
awitan/eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang
sekarang diantisipasi.
Rasional : Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan
melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
2) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program
latihan.
Rasional : Mendukung kemandirian fisik/emosional.
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi/rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional : Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang
akan meningkatkan harga diri.
4) Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan alat bantu untuk
memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing,
menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan
pegangan untuk mandi pancuran.
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN MASALAH MOBILISASI
Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2018
PENGKAJIAN
IDENTITAS
Nama
: Ny. A
Umur
: 72 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa/Indonesia
Bahasa
: Jawa
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Alamat
: Timunsari Hargojari Tanjungsari Gunungkidul
KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan kakinya pegal-pegal dan sulit untuk digerakkan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Dari data RM bahwa Ny.A mempunyai riwayat jatuh 1 tahun yang lalu. Dan
sebulan sebelum masuk rusah sakit kaki pasien membengkak
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUM SAKIT
a. Penyakit yang pernah diderita
: hipertensi
b. Obat yang biasa dikonsumsi
: amlodipine 5mg
c. Kebiasaan berobat
: Dokter
d. Perawatan di RS terakhir
: Tidak ada
e. Alat bantu yang digunakan
: Tidak menggunakan alat
bantu
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit keturunan ataupun
menular.
RIWAYAT PSIKOLOGI
Pasien hidup bersama 2 anak beserta menantunya serta 4 cucu.
POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI
1. Makan Dan Minum
Kebiasaan makan sebelum sakit
frekuensi
: 3x / hari
jenis
Pantangan
Makanan yang disukai
Makanan yang tidak disukai
: nasi sayur ,lauk + buah-buahan
: tidak ada
: Semua makanan disukai
: Tidak ada
Alergi makanan
:
Tidak
makanan
Kebiasaan minum sebelum sakit
frekuensi
: 5 x/hari @ 250 cc
jenis
: Air putih
Pantangan
: tidak ada
Minuman yang diskai
: Air putih
Minuman yang tidak disukai
Alergi minuman
Kebiasaan makan saat sakit
: Tidak ada
: Tidak alergi minuman
alergi
frekuensi
jenis
: 3x / hari
: bubur, sayur, lauk + buah
Pantangan
: Tidak ada
Makanan yang diskai : Semua makanan disukai
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
Alergi makanan
: Tidak alergi makanan
Klien makan dengan dibantu
Kebiasaan saat sakit
frekuensi
: 5 x/hari @ 250 cc
jenis
: Air putih
Pantangan
: tidak ada
Minuman yang diskai
: Air putih
Minuman yang tidak disukai
Alergi minuman
Klien minum dengan dibantu
: Tidak ada
: Tidak alergi minuman
2. Eliminasi
Sebelum sakit
Klien mampu BAB dan BAK sendiri tanpa bantuan orang lain. BAK
5x/hari BAB 1x/hari tanpa obat pencahar
Saat sakit
Klien masih mampu BAB dan BAK sendiri tanpa bantuan orang lain
BAK 5 x/hari BAB 1x/hari tanpa bantuan orang lain
3. Kebersihan
Sebelum sakit
klien mandi 2x/ hari dan ganti pakaian 2x/ hari keramas 3 x/ minggu,
sikat gigi 2x/hari memotong kuku 1x/minggu. Semua tindakan
dilakukan secara mandiri.
Saat sakit
Klien mandi 1x/ hari hanya diseka dan ganti pakaian 1x/ hari
keramas -, sikat gigi 1 x/hari memotong kuku -. Semua tindakan
dengan dibantu.
4. Pola Istirahat Dan Aktivitas
Sebelum sakit
klien tidur siang kurang lebih1 2 jam/hari mulai pukul 13.00 – 15.00
WIB
klien tidur malam kurang lebih 6 jam/hari mulai pukul 22.00 - 04.00
WIB
aktivitas 4 jam/hari pukul 07.00 – 11.00 WIB
Saat sakit
klien tidur siang 1 jam/hari
klien tidur malam kurang lebih 5 jam / hari, sering terbangun
aktivitas tidak ada
5. Pola Hubungan dan Peran
Hubungan klien di masyarakat sangat baik dan bisa bersosialisasi dengan
siapa saja
6. Pola Kognitif
Klien dapat berfikir dengan baik dan dapat berbincang-bincang dengan
baik
II. PENGKAJIAN PER SYSTEM
1. Pernafasan (Breathing)
a. Bentuk dada
b.
c.
d.
e.
f.
: Simetris
Batuk
: Kadang
Nyeri waktu bernapas
: Tidak
Pola napas
: Regular
Frekuensi napas
: 24 x/menit
Bunyi napas Abnormal
: Ronchi – / - ,
wheezing + / +
g.
Alat bantu napas
: Tidak pakai alat
bantu napas
2. Kardiovaskuler (Blood)
a. Nadi
: Regular
b. Frekuensi
: 88 x/menit
c. Tekanan darah
: 150/90 mmHg
d. Bunyi jantung
: Normal
e. Suhu
: 37 oC
f.
Pembesaran jantung : Tidak ada
g.
Nyeri dada
3. Persyarafan (Brain)
: Tidak ada
a.
Kesadaran
: Compos Mentis
b.
GCS
: 4-5-6
c.
Reflek
: Normal
d.
Kejang
: Tidak ada
e.
Koordinasi gerak
: Baik
4. Perkemihan (Blader)
Masalah kandung kemih, tidak ada masalah, klien tidak terpasang
kateter, produksi urine ±200 cc setiap berkemih, warna jernih, kuning,
bau khas urine.
5. Otot, Tulang Dan Integumen (Bone)
a.
Otot dan tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai bebas
Tidak ada fraktur, dislokasi, haematum, Kekuatan otot 5
3
5
3
b. Integumen
-
Warna kulit : Kemerahan
-
Akral
:
Turgor
:
Hangat
Elastik, kembali dalam < 2detik
ANALISA DATA
Nama Pasien
: Ny. A
Umur
No.
Dx
I
: 72 tahun
Data Penunjang
Masalah
Etiologi
DS :
Gangguan
kelemahan
Klien
mengatakan
mobilitas fisik
segala aktivitasnya dibantu
Klien
mengatakan
kakinya pegal pegal
DO :
Kaki
klien
terlihat
bengkak, pitting uedem derajat
3
Kedua
kaki
terlihat
kaku
Deficit
II
perawatan diri :
mandi
DS :
Klien
mengatakan
tidak bisa mandi sendiri
klien
mengatakan
mandi dibantu oleh keluarga
klien
mengatakan
mandi ditempat tidur dengan
cara di lap.
DO :
indeks kartz 0
Kelemahan
klien tidak bisa pergi
ke kamar mandi
kekuatan otot 5 5
44
PRIORITAS MASALAH
Nama Pasien
: Ny. A
Umur
: 72 tahun
Tanggal / Jam
Diagnosa Keperawatan
14 Januari 2018
Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan
14 Januari 2018
Deficit perawatan diri : mandi b.d kelemahan
Paraf
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien
: Ny.A
Umur
: 72 tahun
Tanggal
14
2018
NO.
Dx
Januari 1
Tujuan / Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Setelah dilakukan tindakan 1.
keperawatan selama 3x24
jam, gangguan mobilitas
fisik berkurang dengan
uedem
pada
ekstremitas
1. Sebagai acuan dalam melakukan
kemampuan mobilisasi klien
2.
tindakan
Latih ROM
kaki
Posisikan
kaki lebih tinggi dari jantung
4.
klien
untuk
tetap
mobilisasi semampunya semisal
lemas/ tidak kaku
miring kiri kanan
5.
yang
lebih
tinggi
dapat
4. Edukasi
dapat
meningkatkan
motivasi klien
5. Dokter dapat memberikan terapi
farmakologi yang tepat untuk klien
Kolaborasi
dengan dokter terkait dengan
oedem pada klien
3. Posisi
mengurangi edema
Edukasi
kepada
klien
2. ROM dapat mencegah kekakuan
pada otot
3.
berkurang
Kaji
pasif
Kriteria hasil :
Rasional
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien
: Ny. A
Umur
: 72 tahun
Tangga
NO.
l
Dx
14
2
Tujuan / Kriteria Hasil
Setelah
dilakukan
Rencana Tindakan
tindakan
Januari
keperawatan selama 3x24 jam,
2018
diharapkan
deficit
perawatan
diri: mandi teratasi dengan
teratur 2x sehari
Klien
bersih
2. Bantu klien dalam memenuhu perawatan
mandinya
tidak enak
4. Kolaborasi
tampak
1. Sebagai
acuan
untuk
menentukan
tindakan keperawatan
2. Bantuan yang diberikan untuk klien
perawat apabila badan terasa kotor dan
Klien mandi secara
2.
1. Kaji kebutuhan perawatan diri klien
3. Edukasi klien untuk melapor kepada
Kriteria hasil :
1.
Rasional
dapat memenuhi kebutuhan personal
hygiene klien.
3. Edukasi dapat meningkatkan motivasi
dengan
praktikan
pemenuhan perawatan diri klien
dalam
klien sertadapat meningkatkan mawas
diri klien tentang kebersihan dirinya
4. Kolaborasi dapat lebih intensif dalam
merawat klien.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolut dan statis dalam menentukan kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal
merupakan sesuatu yang individualistis, relatif dan dinamis yang tergantung pada interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan sosial,
afektif dan fungsi fisik. Keparahan imobilitas pada sistem muskuloskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan, ketahanan otot, rentang
gerak sendi dan kekuatan skeletal. Pengkajian pada pasien gangguan mobilisasi dapat ditemukan adanya atrofi otot, mengecilnya
tendon, ketidakadekuatnya sendi, nyeri pada saat bergerak, keterbatasan gerak, penurunan kekuatan otot, paralisis, serta kifosis.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangguan mobilisasi adalah : Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan
destruksi sendi, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, dan Kurang perawatan diri berhubungan dengan
nyeri pada waktu bergerak.
B. Saran
Pada kesempatan ini kelompok akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan
mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
a. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien
dengan gangguan mobilisasi, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan
keluarga.
b. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan gangguan mobilisasi maka tugas perawat yang utama
adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gangguan mobilisasi.
c. Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan
mampu membantu dan memotivasi klien dalam proses penyembuhan.
MOBILISASI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mobilisasi adalah pengerahan yang memberikan kebebasan dan
kemandirian bagi seseorang. Mobilisasi adalah pusat utuk berpartisipasi
dalam menikmati kehidupan. Mempertahankan mobilitas optimal sangat
penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia. Mobilitas bukan
merupakan sesuatu yang absolut dan statis dalam menentukan
kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal merupakan sesuatu
yang individualistis, relatif dan dinamis yang tergantung pada interaksi
antara faktor-faktor lingkungan dan sosial, afektif dan fungsi fisik.
Mobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang
dari
mobilitas
optimal.
Studi-studi
tentang
insidens
diagnosis
keperawatan yang digunakan untuk lansia yang berada di institusi
perawatan mengungkapakan bahwa hambatan mobilitas fisik adalah
diagnosis pertama atau kedua yang paling sering muncul. Keletihan dan
kelemahan batasan karakteristik intoleransi aktivitas, telah diketahui
sebagai penyebab paling umum kedua yang paling sering terjadi yang
menjadi keluhan pada lansia. Sekitar 43% lansia telah diidentifikasi
memiliki gaya hidup kurang gerak, akhirnya sekitar 50% penurunan
funsional pada lansia dihubungkan dengan disease. Penyebab imobilitas
bermacam-macam, berbagai ancaman dari imobilitas fisik dapat
dikategorikan berhubungan dengan lingkungan internal dan eksternal
B.
atau dengan kompetensi dan sumber-sumber internal dan eksternal klien.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada lansia
dengan gangguan mobilisasi.
b. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan
pada lansia dengan gangguan mobilisasi.
c.
Agar mahasiswa mampu melaksanakan intervensi pada lansia
dengan gangguan mobilisasi.
d. Agar mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada lansia
dengan gangguan mobilisasi.
e. Agar mahasiswa mampu malakukan evaluasi pada lansia dengan
gangguan mobilisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
Gangguan mobilitas fisik yaitu suatu keadaan keterbatasan
kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang.
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan atau Turut Berperan Terhadap
Imobilitas
1. Penurunan fungsi muskuloskeletal
Otot-otot (atrofi, distrofi, atau cedera), tulang (infeksi, fraktur,
tumor, osteoporosis, atau osteomalasia), sendi (athritis dan tumor),
atau kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan).
2. Perubahan fungsi neurologis
Infeksi, tumor, trauma, obat-obatan, penyakit vaskular (mis,
stroke), penyakit demelinasi, penyakit degeneratif (ex: penyakit
parkinson), gangguan metabolik (mis, hiperglikemia), gangguan
nutrisi.
3. Nyeri
Penyebabnya multipel dan bervariasi seperti penyakit kronis dan
traum
4. Defisit perseptual
Kelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori.
5. Berkurangnya kemampuan kognitif
Gangguan proses kognitif, seperti demensia berat jauh.
6. Jatuh Efek fisik: cedera atau fraktur.
Efek psikologis: sindrom setelah jatuh.
7. Perubahan hubungan sosial
Faktor-faktor aktual (mis, kehilangan pasangan, pindah jauh dari
keluarga atau teman-teman), faktor-faktor persepsi (mis, perubahan
pola pikir seperti depresi).
8. Aspek psikologis
Ketidakberdayaan dalam belajar.
C. Program Terapeutik
Program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat
terhadap kualitas dan kuantitas pergerakan pasien.
Faktor-faktor mekanisme mencegah atau
menghambat
pergerakan tubuh atau bagian tubuh dengan penggunaan peralatan
eksternal (misalnya gips dan traksi) atau alat-alat (misalnya yang
dihubungkan dengan pemberian cairan intravena, pengisapan gaster,
kateter urine, dan pemberian oksigen).
Sebagai intervensi dianjurkan istirahat dapat menurunkan
kebutuhan metabolik, kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung.
Selain
itu
istirahat
memberikan
kesempatan
pada
sistem
muskuloskeletal untuk relaksasi menghilangkan nyeri, mencegah
iritasi yang berlebihan dari jaringan yang cedera, dan meminimalkan
efek gravitasi. Secara fisiologis, suplai oksigen yang tidak adekuat
mengganggu pemeliharaan fungsi sel untuk meningkatkan aktivitas.
Secara psikologis, depresi menurunkan energi yang tersedia.
D. Dampak Masalah pada Lansia
Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan
psikologis dari imobilitas, perubahan yang berhubungan dengan usia
disertai dengan penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk
mengalami komplikasi-komplikasi ini imobilitas mempengaruhi tubuh
yang telah terpengaruh sebelumnya.
Kompetensi fisik seseorang lansia mungkin berada atau dekat
dengan tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas tertentu.
Perubahan lebih lanjut atau kehilangan dari imobilitas dapat membuat
seseorang menjadi tergantung. Semakin besar jumlah penyebab
imobilitas, semakin besar potensial untuk mengalami efek-efek akibat
imobilitas.
Keuntungan latihan secara teratur untuk lansia termasuk
memperlambat
proses
penuaan,
memperpanjang
usia.
Fungsi
kardiovaskular yang lebih baik dan peningkatan perasaan sejahtera.
E. Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Sebagai suatu
proses
yang
berlangsung
sepanjang
kehidupan mobilitas dan aktivitas bergantungan pada fungsi sistem
muskuloskeletal, kardiovaskular dan pulmonal, walaupun latihan
tidak akan mengubah rangkaian proses penuaan normal, hal
tersebut dapat mencegah efek imobilitas yang merusak dan gaya
hidup kurang gerak. Program latihan juga dihubungkan dengan
peningkatan mood atau tingkat ketegangan ansietas dan depresi.
Hambatan terhadap latihan : Berbagai hambatan mempengaruhi
partisipasi
lansia
dalam
latihan
secara
teratur.
Hambatan
lingkungan termasuk kuranganya tempat yang aman untuk latihan
dan kondisi iklim yang tidak mendukung. Sikap budaya adalah
hambatan lain untuk melakukan latihan. Model peran yang kurang
gerak, gangguan citra tubuh, dan ketakutan akan kegagalan atau
ketidaksetujuan semuanya turut berperan terhadap kegagalan lansia
untuk berpartisipasi dalam latihan yang teratur.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan
fungsi dan pencegahan komplikasi, disgnosa keperawatan yang
dihubungkan dengan pencegahan sekunder adalah: gangguan
mobilitas fisik.
3. Pencegahan Tersier
Upaya-upaya rehabilitatif untuk memaksimalkan mobilitas bagi
lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat,
dokter, ahli fisioterapi dan terapi okupasi seseorang ahli gizi,
aktivis sosial, dan keluarga serta teman-teman.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat:
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada
gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskular:
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal).
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan,
faktor-faktor
hubungan,
keputusan
dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ), ancaman pada
konsep
diri,
citra
tubuh,
identitas
pribadi
(
misalnya
ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/Cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai
kesulitan
untuk
melaksanakan
aktivitas
perawatan pribadi, ketergantungan.
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus
kaki.
Kesulitan
dalam
ringan
dalam
menangani
tugas/
pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan
pada mata dan membran mukosa.
9. Interaksi Sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
a) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol.
- Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi
-
dalam aktivitas sesuai kemampuan.
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional:
1) Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit
non verbal.
Rasional :
Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan keefektifan program.
2) Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen
tempat tidur sesuai kebutuhan.
Rasional : Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar
akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian
linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri.
3) Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi
individu. Rasional : Memfokuskan kembali perhatian,
memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan sehat.
4) Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk.
Rasional : Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan
dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
5) Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan.
Rasional : Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan
bengkak selama periode akut.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
a)
Mempertahankan
fungsi
posisi
dengan
tidak
hadirnya/pembatasan kontraktur. - Mempertahankan ataupun
meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi
bagian tubuh.
- Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
1) Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan jadwal
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus
dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
Rasional : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut
dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah
kelelahan mempertahankan kekuatan.
2) Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif.
Rasional : Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umum.
3) Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan.
Rasional : Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas.
4) Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi
roda.
Rasional : Menghindari cidera akibat kecelakaan/jatuh.
5) Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
Rasional : Berguna dalam memformulasikan program
latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual
dan dalam mengidentifikasikan alat.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri pada waktu
bergerak.
Kriteria Hasil :
a) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten dengan kemampuan individual.
b) Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
c) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:
1) Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul
awitan/eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang
sekarang diantisipasi.
Rasional : Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan
melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
2) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program
latihan.
Rasional : Mendukung kemandirian fisik/emosional.
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
Identifikasi/rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional : Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang
akan meningkatkan harga diri.
4) Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan alat bantu untuk
memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing,
menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan
pegangan untuk mandi pancuran.
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN MASALAH MOBILISASI
Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2018
PENGKAJIAN
IDENTITAS
Nama
: Ny. A
Umur
: 72 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa/Indonesia
Bahasa
: Jawa
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Alamat
: Timunsari Hargojari Tanjungsari Gunungkidul
KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan kakinya pegal-pegal dan sulit untuk digerakkan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Dari data RM bahwa Ny.A mempunyai riwayat jatuh 1 tahun yang lalu. Dan
sebulan sebelum masuk rusah sakit kaki pasien membengkak
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUM SAKIT
a. Penyakit yang pernah diderita
: hipertensi
b. Obat yang biasa dikonsumsi
: amlodipine 5mg
c. Kebiasaan berobat
: Dokter
d. Perawatan di RS terakhir
: Tidak ada
e. Alat bantu yang digunakan
: Tidak menggunakan alat
bantu
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit keturunan ataupun
menular.
RIWAYAT PSIKOLOGI
Pasien hidup bersama 2 anak beserta menantunya serta 4 cucu.
POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI
1. Makan Dan Minum
Kebiasaan makan sebelum sakit
frekuensi
: 3x / hari
jenis
Pantangan
Makanan yang disukai
Makanan yang tidak disukai
: nasi sayur ,lauk + buah-buahan
: tidak ada
: Semua makanan disukai
: Tidak ada
Alergi makanan
:
Tidak
makanan
Kebiasaan minum sebelum sakit
frekuensi
: 5 x/hari @ 250 cc
jenis
: Air putih
Pantangan
: tidak ada
Minuman yang diskai
: Air putih
Minuman yang tidak disukai
Alergi minuman
Kebiasaan makan saat sakit
: Tidak ada
: Tidak alergi minuman
alergi
frekuensi
jenis
: 3x / hari
: bubur, sayur, lauk + buah
Pantangan
: Tidak ada
Makanan yang diskai : Semua makanan disukai
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
Alergi makanan
: Tidak alergi makanan
Klien makan dengan dibantu
Kebiasaan saat sakit
frekuensi
: 5 x/hari @ 250 cc
jenis
: Air putih
Pantangan
: tidak ada
Minuman yang diskai
: Air putih
Minuman yang tidak disukai
Alergi minuman
Klien minum dengan dibantu
: Tidak ada
: Tidak alergi minuman
2. Eliminasi
Sebelum sakit
Klien mampu BAB dan BAK sendiri tanpa bantuan orang lain. BAK
5x/hari BAB 1x/hari tanpa obat pencahar
Saat sakit
Klien masih mampu BAB dan BAK sendiri tanpa bantuan orang lain
BAK 5 x/hari BAB 1x/hari tanpa bantuan orang lain
3. Kebersihan
Sebelum sakit
klien mandi 2x/ hari dan ganti pakaian 2x/ hari keramas 3 x/ minggu,
sikat gigi 2x/hari memotong kuku 1x/minggu. Semua tindakan
dilakukan secara mandiri.
Saat sakit
Klien mandi 1x/ hari hanya diseka dan ganti pakaian 1x/ hari
keramas -, sikat gigi 1 x/hari memotong kuku -. Semua tindakan
dengan dibantu.
4. Pola Istirahat Dan Aktivitas
Sebelum sakit
klien tidur siang kurang lebih1 2 jam/hari mulai pukul 13.00 – 15.00
WIB
klien tidur malam kurang lebih 6 jam/hari mulai pukul 22.00 - 04.00
WIB
aktivitas 4 jam/hari pukul 07.00 – 11.00 WIB
Saat sakit
klien tidur siang 1 jam/hari
klien tidur malam kurang lebih 5 jam / hari, sering terbangun
aktivitas tidak ada
5. Pola Hubungan dan Peran
Hubungan klien di masyarakat sangat baik dan bisa bersosialisasi dengan
siapa saja
6. Pola Kognitif
Klien dapat berfikir dengan baik dan dapat berbincang-bincang dengan
baik
II. PENGKAJIAN PER SYSTEM
1. Pernafasan (Breathing)
a. Bentuk dada
b.
c.
d.
e.
f.
: Simetris
Batuk
: Kadang
Nyeri waktu bernapas
: Tidak
Pola napas
: Regular
Frekuensi napas
: 24 x/menit
Bunyi napas Abnormal
: Ronchi – / - ,
wheezing + / +
g.
Alat bantu napas
: Tidak pakai alat
bantu napas
2. Kardiovaskuler (Blood)
a. Nadi
: Regular
b. Frekuensi
: 88 x/menit
c. Tekanan darah
: 150/90 mmHg
d. Bunyi jantung
: Normal
e. Suhu
: 37 oC
f.
Pembesaran jantung : Tidak ada
g.
Nyeri dada
3. Persyarafan (Brain)
: Tidak ada
a.
Kesadaran
: Compos Mentis
b.
GCS
: 4-5-6
c.
Reflek
: Normal
d.
Kejang
: Tidak ada
e.
Koordinasi gerak
: Baik
4. Perkemihan (Blader)
Masalah kandung kemih, tidak ada masalah, klien tidak terpasang
kateter, produksi urine ±200 cc setiap berkemih, warna jernih, kuning,
bau khas urine.
5. Otot, Tulang Dan Integumen (Bone)
a.
Otot dan tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai bebas
Tidak ada fraktur, dislokasi, haematum, Kekuatan otot 5
3
5
3
b. Integumen
-
Warna kulit : Kemerahan
-
Akral
:
Turgor
:
Hangat
Elastik, kembali dalam < 2detik
ANALISA DATA
Nama Pasien
: Ny. A
Umur
No.
Dx
I
: 72 tahun
Data Penunjang
Masalah
Etiologi
DS :
Gangguan
kelemahan
Klien
mengatakan
mobilitas fisik
segala aktivitasnya dibantu
Klien
mengatakan
kakinya pegal pegal
DO :
Kaki
klien
terlihat
bengkak, pitting uedem derajat
3
Kedua
kaki
terlihat
kaku
Deficit
II
perawatan diri :
mandi
DS :
Klien
mengatakan
tidak bisa mandi sendiri
klien
mengatakan
mandi dibantu oleh keluarga
klien
mengatakan
mandi ditempat tidur dengan
cara di lap.
DO :
indeks kartz 0
Kelemahan
klien tidak bisa pergi
ke kamar mandi
kekuatan otot 5 5
44
PRIORITAS MASALAH
Nama Pasien
: Ny. A
Umur
: 72 tahun
Tanggal / Jam
Diagnosa Keperawatan
14 Januari 2018
Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan
14 Januari 2018
Deficit perawatan diri : mandi b.d kelemahan
Paraf
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien
: Ny.A
Umur
: 72 tahun
Tanggal
14
2018
NO.
Dx
Januari 1
Tujuan / Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Setelah dilakukan tindakan 1.
keperawatan selama 3x24
jam, gangguan mobilitas
fisik berkurang dengan
uedem
pada
ekstremitas
1. Sebagai acuan dalam melakukan
kemampuan mobilisasi klien
2.
tindakan
Latih ROM
kaki
Posisikan
kaki lebih tinggi dari jantung
4.
klien
untuk
tetap
mobilisasi semampunya semisal
lemas/ tidak kaku
miring kiri kanan
5.
yang
lebih
tinggi
dapat
4. Edukasi
dapat
meningkatkan
motivasi klien
5. Dokter dapat memberikan terapi
farmakologi yang tepat untuk klien
Kolaborasi
dengan dokter terkait dengan
oedem pada klien
3. Posisi
mengurangi edema
Edukasi
kepada
klien
2. ROM dapat mencegah kekakuan
pada otot
3.
berkurang
Kaji
pasif
Kriteria hasil :
Rasional
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien
: Ny. A
Umur
: 72 tahun
Tangga
NO.
l
Dx
14
2
Tujuan / Kriteria Hasil
Setelah
dilakukan
Rencana Tindakan
tindakan
Januari
keperawatan selama 3x24 jam,
2018
diharapkan
deficit
perawatan
diri: mandi teratasi dengan
teratur 2x sehari
Klien
bersih
2. Bantu klien dalam memenuhu perawatan
mandinya
tidak enak
4. Kolaborasi
tampak
1. Sebagai
acuan
untuk
menentukan
tindakan keperawatan
2. Bantuan yang diberikan untuk klien
perawat apabila badan terasa kotor dan
Klien mandi secara
2.
1. Kaji kebutuhan perawatan diri klien
3. Edukasi klien untuk melapor kepada
Kriteria hasil :
1.
Rasional
dapat memenuhi kebutuhan personal
hygiene klien.
3. Edukasi dapat meningkatkan motivasi
dengan
praktikan
pemenuhan perawatan diri klien
dalam
klien sertadapat meningkatkan mawas
diri klien tentang kebersihan dirinya
4. Kolaborasi dapat lebih intensif dalam
merawat klien.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolut dan statis dalam menentukan kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal
merupakan sesuatu yang individualistis, relatif dan dinamis yang tergantung pada interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan sosial,
afektif dan fungsi fisik. Keparahan imobilitas pada sistem muskuloskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan, ketahanan otot, rentang
gerak sendi dan kekuatan skeletal. Pengkajian pada pasien gangguan mobilisasi dapat ditemukan adanya atrofi otot, mengecilnya
tendon, ketidakadekuatnya sendi, nyeri pada saat bergerak, keterbatasan gerak, penurunan kekuatan otot, paralisis, serta kifosis.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangguan mobilisasi adalah : Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan
destruksi sendi, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, dan Kurang perawatan diri berhubungan dengan
nyeri pada waktu bergerak.
B. Saran
Pada kesempatan ini kelompok akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan
mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
a. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien
dengan gangguan mobilisasi, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan
keluarga.
b. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan gangguan mobilisasi maka tugas perawat yang utama
adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gangguan mobilisasi.
c. Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan
mampu membantu dan memotivasi klien dalam proses penyembuhan.