Tugas 2 METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILM

9
BAB II
METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH

DALAM MATA KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN
OLEH:
NI LUH PUTU SUANIASIH

NIM 1411021009

AKHRIS FUADATUS SHOLIHAH

NIM 1411021016

MUHAMMAD FAIS ALFAFA

NIM 1411021018

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
MARET 2017

BAB II
METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH
A. Cara Manusia Memperoleh Kebenaran/Pengetahuan
Sejalan dengan perkembangan kemampuan berpikir manusia, maka dalam
mencari pengetahuan yang benar atau kebenaran telah melalui dua tahapan yakni,
pendekatan yang bersifat non-ilmiah dan pendekatan yang bersifat ilmiah.
1. Pendekatan non-ilmiah

Metode non-ilmiah, yaitu cara mendapatkan pengetahuan yang benarbenar melalui akal sehat, prasangka, intuisi, coba-coba dan otoritas seseorang
(raja, penguasa). Ada beberapa metode non-ilmiah yang digunakan, yaitu:
a. Akal sehat (common sense)

Yaitu serangkaian konsep dan bagan konseptual yang memuaskan untuk
penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep adalah abstraksi yang
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus. Bagan konseptual adalah
seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teoritis.

Walaupun akal sehat yang berupa konsep dan bagan konseptual itu dapat
menunjukan hal yang benar namun dapat pula menyesatkan. Penemuan ilmiah
adalah membatasi kebenaran akal sehat tersebut.
b. Pendekatan prasangka
Pencapaian pengetahuan dengan akal sehat yang diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya, dan hal yang demikian itu
menyebabkan “akal sehat” mudah beralih menjadi “prasangka”. Dengan akal
sehat, orang cenderung kea rah pembuatan kesimpulan/generalisasi yang
terlalu luas, yang akhirnya merupakan “prasangka”.
c. Pendekatan intuitif
Yaitu orang menentukan “pendapat” mengenai sesuatu yang berdasarkan
atas “pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat, melalui proses
yang tak disadari atau tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dan pengetahuan yang
dicapai dengan arah demikian itu adalah sukar dapat dipercaya, di sini tidak
terdapat langkah-langkah yang sistematis dan terkendali. Metode yang
demikian itu biasa disebut “apriori”. Dalil-dalil seseorang yang apriori adalah
cocok dengan penalaran, tetapi belum tentu cocok dengan pengalaman atau
data empiris.
1


d. Penemuan secara kebetulan dan coba-coba

Penemuan secara “kebetulan” banyak terjadi, dan banyak di antaranya
yang sangat berguna. Penemuan kebetulan ini diperoleh tanpa rencana, tidak
pasti, dan tidak melalui langkah-langkah yang sistematis dan terkendali
(kontrol). Penemuan “coba-coba” diperoleh tanpa kepastian akan diperolehnya
sesuatu kondisi tertentu atau pemecahan suatu masalah. Melalui coba-coba,
pemecahan masalah terjadi secara kebetulan, setelah dilakukan serangkaian
usaha; usaha yang berikut biasanya agak lain, aitu lebih maju daripada yang
sebelumnya. Penemuan secra akebetulan biasanya (umumnya) tidak efisien dan
tidak terkontrol.
e. Pendapat otoritas ilmiah dan pikiran praktis
Otoritas ilmiah adalah orang-orang yang biasanya telah menempuh
pendidikan formal tertinggi atau yang mempunyai pengalaman kerja ilmiah
dalam suatu bidang yang cukup banyak. Pendapat-pendapt mereka sering
diterima orang tanpa diuji terlebih dahulu, karena dipandang benar. Namun
pendapat otoritas ilmiah tidak selamana benar.
f. Pendekatan deduksi dan induksi
“Deduksi” merupakan cara menarik kesimpulan dari yang umum kea ng
khusus. Agar proses berpikir deduktif itu dapat menghasilkan kesimpulan yang

baik, maka Aristoteles menggambarkan “silogisme” atau “konklusi” yang
merupakan cara memperoleh pengetahuan dengan deduksi yang teratur. Suatu
silogisme terdiri dari tiga proposisi atua pernyataan:
Proposisi pertama disebut “Premis Mayor”
Proposisi kedua disebut “ Premis Minor”
Proposisi ketiga disebut “Konklusi” atau “Kesimpulan” atau konsekuensi atau
akibat.
2. Pendekatan ilmiah
Di dalam pendekatan ilmiah, dituntut untuk dilakukan cara-cara atau
langkah-langkah tertentu dengan tata urutan yang tertentu pula sehingga
tercapai pengetahuan yang benar dan logis. Cara ilmiah ini merupakan syarat
mutlak untuk timbulnya ilmu, yang dapat diterima oleh akal dengan berpikir
ilmiah. Untuk dapat berpikir lmiah, maka akan melalui tiga tahap (Narbuko &
Abu, 2005):
1) Skeptik

2

Adalah upaya untuk selalu menanyakan bukti-bukti atau fakta-fakta
terhadap setiap pernyataan.

2) Analitik
Adalah kegiatan untuk selalu menimbang-nimbang setiap permasalahan
yang dihadapinya, mana yang relevan, mana yang menjadi masalah utama dan
sebagainya.
3) Kritik
Adalah berupaya untuk mengembangkan kemampuan menimbang selalu
obyektif, Untuk ini maka dituntut agar data dan pola berpikirnya selalu logis.
Pendekan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi
hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan
pribadi, dan perasaan. Cara penyimpulannya bukan subyektif, melainkan
obyektif. Dengan pendekatan ilmiah itu orang berusaha untuk memperoleh
kebenarab ilmiah, yaitu pengetahuan benar yang kebenarannya terbuka untuk
diuji oleh siapa saja yang menghendaki untuk mengujinya.
Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah, didapat melalui
penelitian ilmiah, dan dibangun di atas teori tertentu. Teori itu berkembang
melalui penelitian ilmiah, yaitu sistematis dan terkontrol berdasarkan atas data
empiris. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang serupa bagi
hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan
pribadi, perasaan, dan emosional. Cara penyimpulannya adalah objektif.
Dengan pendekatan ilmiah, orang berusaha untuk memperoleh kebenaran

ilmiah, yaitu pengetahuan benar yang kebenarannya terbuka untuk diuji oleh
siapa saja yang ingin mengujinya (Agung, 2014).
B. Metode Ilmiah dan Metode Penelitian
Metode penelitian sebagai salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan,
pada dasarnya merupakan “metode ilmiah” (scientific method). Metode ilmiah
pertama kali dikembangkan oleh John Dewey. Dia menggunakan perpaduan
proses berpikir, “deduktif-deduktif” untuk memecahkan suatu masalah. Kemudian
mengembangkan langkah tertentu yang disebut “metode pemecahan masalah”
(problem solving method), yang juga dikenal dengan metode ilmiah (scientific
3

method). Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Dewey adalah sebagai
berikut (Rostitawati, 2014).
1) The Felt Need (adanya suatu kebutuhan): Seseorang merasakan adanya
suatu kebutuhan yang menggoda perasaanya sehingga dia berusaha
mengungkapkan kebutuhan tersebut.
2) The Problem (menetapkan masalah): Dari kebutuhan yang dirasakan pada
tahap the felt need diatas, diteruskan dengan merumuskan, menempatkan
dan membatasi permasalahan (kebutuhan). Penemuan terhadap kebutuhan
dan masalah boleh dikatakan parameter yang sangat penting dan

menentukan kualitas penelitian. Studi literatur, diskusi, dan pembimbingan
dilakukan sebenarnya untuk men-define kebutuhan dan masalah yang akan
diteliti.
3) The Hypothesis (menyusun hipotesis): Jawaban atau pemecahan masalah
sementara yang masih merupakan dugaan yang dihasilkan misalnya dari
pengalaman, teori dan hukum yang ada.
4) Collection of Data as Avidance (merekam data untuk pembuktian):
Membuktikan hipotesis dengan eksperimen, pengujian dan merekam data di
lapangan. Data-data dihubungkan satu dengan yang lain untuk ditemukan
kaitannya. Proses ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis dilengkapi
dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis.
5) Concluding Belief (kesimpulan yang diyakini kebenarannya): Berdasarkan
analisis yang dilakukan pada tahap ke-4, dibuatlah sebuah kesmpulan yang
diyakini mengandung kebenaran, khususnya untuk kasus yang diuji.
6) General Value of the Conclusion (memformulasikan kesimpulan umum):
Kesimpulan yang dihasilkan tidak hanya berlaku untuk kasus tertentu, tetapi
merupakan kesimpulan (bisa berupa teori, konsep dan metode) yang bisa
berlaku secara umum, untuk kasus lain yang memiliki kemiripan-kemiripan
tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan diatas.
Langkah-langkah diatas oleh Dewey dijadikan sebagai langkah utama

dalam mengadakan penelitian ilmiah. Jadi metode ilmiah dan penelitian ilmiah
mempunyai arah dan tujuan yang sama, hanya ruang lingkupnya saja berbeda.
Metode ilmiah lebih sempit namun dapat digunakan secara umum. Sedangkan
4

metode penelitian ilmiah ruang lingkupnya lebih luas, terutama dalam konteks
ilmu pengetahuan.
C. Langkah-Langkah Penelitian Ilmiah
Menurut Sanjaya (2013), penelitian ilmiah adalah suatu proses yang
dilakukan secara sadar untuk menemukan dan memperbaiki sesuatu. Penelitian
ilmiah bukanlah upaya yang dilakukan hanya sekedar ingin mengetahui sesuatu,
akan tetapi juga berkenaan dengan upaya untuk mencari jawaban dari suatu
permasalahan baik yang berhubungan dengan gejala-gejala sosial atau gejalagejala kealaman. Langkah-langkah penelitian ilmiah yaitu:
1. Identifikasi dan rumusan masalah

Dalam penelitian ilmiah sebelum perumusan masalah perlu diidentifikasi
terlebih dahulu. Selain untuk mempertajam masalah juga sebagai data awal
bahwa dalam tema penelitian kita memang ada masalah yang perlu
penyelesaian. Identifikasi masalah dirumuskan sesuai dengan latar belakang
masalah yang didasarkan pada data dan fakta yang ada di lapangan. Identifikasi

itu dirumuskan dalam kalimat deklaratif, kemudian dipilih masalah mana yang
urgen untuk diteliti disertai dengan alasan-alasannya dan kemudian dirumuskan
dalam kalimat pertanyaan.
2. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan melalui kajian pustaka sebagai bahan
penyusunan landasan teori yang diperlukan baik untuk penyusunan hipotesis
maupun untuk membahas hasil penelitian nanti. Penelitian yang baik adalah
penelitian yang berdiri atas landasan teori yang kukuh dan relevan. Studi
pendahuluan juga akan sangat berguna untuk mempertajam masalah. Artinya
studi pendahuluan melalui kajian pustaka dapat lebih memfokuskan masalah
yang diteliti, sehingga akan memberi jalan dalam menentukan data yang
diperlukan.
3. Merumuskan hipotesis

Melalui hipotesis kita dapat memfokuskan masalah. Hipotesis sebagai
jawaban sementara dari masalah penelitian, erat kaitannya dengan anggapan

5


dasar. Anggapan dasar adalah simpulan yang kebenarannya mutlak, sehingga
ketika orang membaca anggapan dasar tidak lagi meragukan kebenarannya.
4. Identifikasi variabel dan definisi operasional

Variabel adalah fenomena yang akan atau tidak akan terjadi sebagai
akibat fenomena lain. Variabel perlu ditentukan agar masalah lebih jelas dan
terukur. Selanjutnya variabel tersebut didefinisikan oleh peneliti sesuai dengan
maksud dan tujuan penelitian. Definisi operasional adalah definisi khusus yang
diruuskan oleh peneliti.
5. Menentukan rancangan atau desain penelitian

Rancangan atau desain penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah
penelitian yang berfungsi sebagai pedoman bagi peneliti dalam pelaksanaan
penelitiannya. Rancangan atau desain penelitian perlu ditetapkan secara
terbuka untuk memberikan ruang pada orang lain untuk membuktikan
kebenaran hasil penelitian.
6. Menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data. Masing-masing
instrument memiliki kelemahan dan keunggulannya. Salah satu kriteria yang

dapat dipertimbangkan dalam memilih alat atau teknik pengumpulan data
adalah kesesuaian dengan masalah, sebab tidak semua alat atau trknik
pengumpulan data cocok untuk setiap masalah yang akan kita selesaikan. Oleh
sebab itu, perlu hati-hati dalam memilihnya.
7. Menentukan subjek penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang terlibat dalam penelitian sebagai
sumber data. Adakalanya subjek penelitian berkaitan dengan populasi dan
sampel penelitian. Walaupun hanya mengadakan penelitian hanya terhadap
sebagian kecil saja dari subyek penelitian (sampel), tetapi keberlakuan
(simpulan) penelitian adalah untuk seluruh populasi yang kita tetapkan. Oleh
sebab itu syarat menetapkan sampel adalah sampel harus bersifat representative
(mewakili) populasi.
8. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah proses pengumpulan data sesuai dengan
desain dan instrument penelitian yang sebelumnya telah ditetapkan.
6

Pelaksanaan penelitian harus dilakukan secara cermat dan hati-hati, sebab
berkaitan dengan data yang terkumpul; dan keabsahan atau kesahihan data
dapat menentukan kualitas hasil penelitian. Data bisa dikumpulkan secara
langsung dan tidak langsung. Data dikumpulkan secara langsung, manakala
peneliti berhubungan langsung dengan sumber data; dan pengumpulan data
dikatakan tidak langsung manakalah proses yang dilakukan peneliti

tidak

berhubungan langsung dengan sumber data, melainkan melalui media tertentu,
misalna melakukan wawancara melalui telepon.
9. Menganalisi data

Instrumen yang kita gunakan untuk mengolah dan menganalisis data,
sangat tergantung pada jenis data itu sendiri. Manakala penelitian kita bersifat
kuantitatif, tentu jenis data pun akan bersifat kuantitatif juga, kalaupun data
bersifat kualitatif harus kita ubah menjadi data kuantitatif. Untuk penelitian
yang demikian, maka instrumen untuk menganalisisnya dapat menggunakan
statistic baik statistic deskriptif maupun statistik inferensial. Manakala
penelitian bersifat kualitatif seperti studi kasus, maka data yang terkumpul pun
adalah data kualitatif. Instrument data yang demikian adalah analisis data
kualitatif.
10. Merumuskan hasil penelitian dan membahasnya

Merumuskan hasil penelitian pada dasarnya enjawab pertanyaan atau
rumusan masalah sesuai dengan data yang telah dianalisis, sedangkan
membahas hasil penelitian berisi tentang interpretasi dan diskusi tentang hasil
penelitian. Kalau penelitian mengajukan hipotesis dan penelitian menerima
atau menolak hipotesis yang diajukan maka perlu membahasnya mengapa
hipotesis itu diterima atau ditolak. Apabila hasil penelitian mendukung atau
menolak suatu prinsip atau teori, maka harus membahasnya. Oleh karena itu
membahas hasil penelitian sebaiknya kembalikan pada teori yang menjadi
sandaran penelitian.
11. Menyusun laporan penelitian dan desiminasi

Menusun laporan penelitian dan desiminasi atau menyebarluaskan hasil
penelitian, merupakan tahap akhir proses penelitian. Format laporan ditentukan
7

sesuai dengan pesanan sponsor penelitian, baik halaman muka maupun batang
tubuhnya. Hasil penelitian itu pun perlu disebarluaskan baik bentuk publikasi
melalui jurnal ataupun kegiatan ilmiah seperti seminar. Hal ini perlu dilakukan,
agar penelitian kita bermanfaat untuk diterapkan.

8

DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:
Aditya Media Publishing.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Rostitawati, T. 2014. Konsep Pendidikan John Dewey, Tadbir Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 2(2). 133-139. Tersedia pada: http://journal.iain
gorontalo.ac.id/index.php/tjmpi/article/view/239/179 (28 Februari 2017).
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana.

9