Analisis Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler dan Interaksi Sosial Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 2 IPA SMA Dharma Pancasila Medan dengan Metode Analisis Jalur Tahun 2013
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Analisis Jalur
Teknik analisis jalur yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahun 1934,
sebenarnya merupakan pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa
interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Lebih lanjut, analisis jalur mempunyai
kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi berganda
merupakan bentuk khusus dari analisis jalur (Sarwono, 2007).
Path analysis walaupun cukup lama dikembangkan, tetapi baru dikenal
secara luas oleh para ahli ilmu-ilmu sosial setelah sosiolog Otis D. Duncan pada
tahun 1966 memperkenalkannya ke dalam literatur sosiologi lewat tulisannya
“Path Analysis : Sociological Example” yang dimuat dalam AJS (American
Journal of Sociology). Sejak saat itulah, path analysis banyak dibicarakan,
khususnya oleh para ahli sosiologi, bahkan diantaranya ada yang menganggap
path analysis sebagai “the modus operandi of sociological research” (Miller &
Stokes, 1975:193). Sekarang path analysis bukanlah monopoli para sosiolog lagi.
Path analysis telah menjadi model analisis para ilmuwan sosial lainnya (Ridwuan
& Achmad Engkos Kuncoro, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Jadi, pada awalnya analisis jalur (path analysis) dikembangkan oleh Sewal
Wright (1934). Namun, analisis jalur tersebut baru dikenal luas setelah Otis D.
Duncan, seorang ahli sosiologi yang menulis literatur sosiologinya pada American
Journal of Sociology. Analisis jalur (path analysis) sendiri bertujuan untuk
menjelaskan pengaruh-pengaruh yang ada pada seperangkat variabel eksogen
terhadap variabel endogen.
Seperti yang dikemukakan oleh Riduwan dan Achmad Engkos Kuncoro
bahwa analisis jalur bertujuan untuk menerangkan pengaruh langsung dan tidak
langsung dari seperangkat variabel secara serempak (simultan) atau mandiri
(parsial) dari variabel penyebab (eksogen) terhadap variabel akibat (endogen).
Model path analysis yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab akibat atau “a
set of hypothesized causal asymetric relation among the variables”.
2.2 Pengertian Analisis Jalur
Terdapat beberapa definisi mengenai analisis jalur diantaranya, yaitu Riduwan
dan Achmad Engkos Kuncoro mengemukakan bahwa “analisis jalur digunakan
untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh langsusng maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen)
terhadap variabel terikat (endogen)”. David Garson dalam Jonathan Sarwono
(2007), mengartikan analisis jalur sebagai “model perluasan regresi berganda
yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih
Universitas Sumatera Utara
model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti”. Sementara itu
definisi lain datang dari Paul Webey dalam Jonathan Sarwono (2007), yang
mengatakan bahwa “Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk
regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan
(magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal
dalam seperangkat variabel”. Sedangkan Sarwono mengartikan analisis jalur
sebagai “kepanjangan dari analisis regresi berganda”.
Jadi, dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis jalur
merupakan suatu teknik dalam menganalisis masalah regresi berganda dengan
menggambarkan masalah tersebut menjadi jalur-jalur yang saling berhubungan.
Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah dimana anak
panah tunggal menunjukkan sebagai penyebab (David Garson dalam Jonathan
Sarwono, 2007). Jalur-jalur yang berisikan variabel eksogen dan endogen tersebut
dihubungkan oleh beberapa anak panah, yaitu panah tunggal dan panah berujung
ganda. Dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai penyebab. Namun,
terkadang terdapat pula anak panah berujung ganda yang saling menghubungkan
variabel-variabel eksogen (bebas). Anak panah tersebut menyatakan adanya
hubungan korelasi (saling mempengaruhi) di antara variabel tersebut.
Analisis Jalur ini dikatakan sebagai pengembangan dari regresi berganda,
karena pada dasarnya konsep regresi berganda sama dengan konsep analisis jalur
dimana pada kedua konsep tersebut terdapat variabel yang dipengaruhi (terikat)
dan yang mempengaruhi (bebas). Namun perbedaannya terletak pada hubungan
antar variabel.
Universitas Sumatera Utara
Jika pada konsep regresi tidak dipermasalahkan mengapa hubungan antar
variabel terjadi serta apakah hubungan antar variabel tersebut disebabkan oleh
variabel itu sendiri atau mungkin dipengaruhi oleh variabel lain. Namun pada
analisis jalur, hubungan antar variabel tersebutlah yang dipelajari.
Analisis jalur ini mempelajari apakah hubungan yang terjadi disebabkan
oleh pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel independen terhadap
variabel dependen, mempelajari ketergantungan sejumlah variabel dalam suatu
model (model kausal), dan menganalisis hubungan antar variabel dari model
kausal yang telah dirumuskan oleh peneliti atas dasar pertimbangan teoritis.
2.3 Asumsi-asumsi Analisis Jalur
Sebelum menganalisis data, ada baiknya memperhatikan beberapa asumsi-asumsi
pada analisis jalur berikut :
a. Hubungan antar variabel bersifat linier dan normal.
b. Variabel endogen (terikat) minimal dalam skala ukur interval dan ratio.
c. Hubungan sebab-akibat yang akan dianalisis didasarkan pada teori-teori
yang relevan, artinya model teori yang akan diuji telah sesuai dengan teori
yang ada.
d. Hubungan antar variabel yang bersifat kausalitas hanya berlangsung satu
arah.
e. Menggunakan tehnik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama kepada setiap anggota populasi.
Universitas Sumatera Utara
f. Observed variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid
dan reliabel).
2.4 Manfaat Analisis Jalur
Adapun manfaat atau kegunaan analisis jalur yaitu :
a. Menjelaskan suatu fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang
diteliti.
b. Memprediksi nilai variabel endogen (terikat) berdasarkan variabel-variabel
eksogen (bebas).
c. Menentukan variabel eksogen (bebas) mana yang lebih berpengaruh
terhadap variabel endogen (terikat) dan menelusuri jalur-jalur pengaruh
variabel eksogen (bebas) terhadap variabel endogen (terikat). Hal ini
dikenal dengan faktor determinan.
d. Pengujian model menggunakan theory trimming, baik untuk uji reliabelitas
(uji keajegan) konsep yang sudah ada dan uji pengembangan konsep baru.
2.5 Model Analisis Jalur
2.5.1 Model Analisis Jalur Berdasarkan Banyaknya Sub Struktur
Adapun beberapa contoh model analisis jalur jika ditinjau dari segi banyaknya sub
struktur (banyaknya variabel endogen) yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Model Satu Jalur
Pada model ini hanya terdapat satu variabel endogen, sehingga pada persamaan
strukturalnya nanti hanya terdapat satu sub struktur. Model ini disebut juga model
regresi berganda karena rumus umumnya hampir sama dengan regresi berganda,
dimana terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat serta adanya variabel
lain yang tidak diukur (error). Adapun contoh dari diagram jalur model satu jalur
dapat digambarkan seperti berikut :
X1
Y
X2
Gambar 2.1 Model Satu Jalur
b. Model Dua Jalur
Pada model ini terdapat dua variabel endogen dan beberapa variabel eksogen.
Model ini disebut juga model mediasi, karena terdapat variabel perantara yang
mempengaruhi variabel endogen Y. Pada model ini terdapat dua sub struktur
persamaan struktural. Adapun model dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
X1
Y1
Y2
X2
Gambar 2.2 Model Dua Jalur
c. Model Kompleks
Pada model ini terdapat lebih dari dua jalur, dimana terdapat variabel-variabel
perantara yang juga mempengaruhi variabel-variabel endogen. Dikatakan
kompleks karena terdapat lebih dari dua variabel endogen, sehingga dalam
persamaan strukturalnya juga terdapat lebih dari dua persamaan struktural.
Adapun model kompleks dapat digambarkan sebagai berikut :
X1
Y2
Y1
X2
Y3
Gambar 2.3 Model Kompleks
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Model Analisis Jalur Berdasarkan Sebab Akibat
Adapun jika dilihat dari segi sebab akibat, model analisis jalur terbagi atas dua,
yaitu :
A. Model Rekursif
Model ini memperlihatkan bahwa adanya hubungan satu arah di antara variabelvariabel eksogen yang ada terhadap variabel endogen. Hubungan ini ditunjukkan
adanya panah satu arah yang hanya mengarah kepada variabel endogen. Adapun
model rekursif dapat digambarkan sebagai berikut :
X1
X2
Y
X3
Gambar 2.4 Model Rekursif
Universitas Sumatera Utara
B. Model Non Rekursif
Model ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antar variabel eksogen dan
variabel endogen. Hubungan tersebut diperlihatkan dengan adanya anak panah
yang berbalik (tidak searah). Gambar untuk model non rekursif sebagai berikut :
X1
X2
Y1
Y2
X2
Gambar 2.5 Model Non Rekursif
Adapun yang dimaksud dengan model rekursif dapat diterangkan oleh contoh
diagram di atas. Dimana variabel Y1 ke Y2 kemudian berbalik lagi dari Y2 ke Y1,
atau dari variabel X1 ke Y1 kemudian panah berbalik lagi dari Y1 ke X1.
2.6 Tahap-tahap Analisis Jalur
Berikut beberapa tahap di dalam analisis jalur, yaitu :
1. Membuat model (diagram jalur) berdasarkan konsep dan teori
2. Merumuskan persamaan struktural berdasarkan model
Universitas Sumatera Utara
3. Pemeriksaan terhadap asumsi-asumsi yang ada pada analisis jalur
4. Pendugaan parameter atau perhitungan koefisien jalur
5. Pengujian model
6. Interpretasi model
2.7 Konsep Dasar Analisis Jalur
2.7.1 Koefisien Jalur
Adapun yang dimaksud dengan koefisien jalur merupakan nilai yang
menunjukkan pengaruh langsung variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen
(Y). Pengaruh tersebut dapat ditunjukkan seperti gambar berikut :
X1
Y
X2
Gambar 2.6 Koefisien Jalur pada Diagram Jalur
Hubungan antara X1 dan X2 adalah hubungan korelasional. Intensitas
keeratan hubungan tersebut dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasi r x1x2 .
Hubungan X1 dan X2 ke Y adalah hubungan kausal. Besarnya pengaruh langsung
dari X1 ke Y, dan dari X2 ke Y, masing-masing dinyatakan oleh besarnya nilai
Universitas Sumatera Utara
numerik koefisien jalur
dan
. Nilai menggambarkan besarnya pengaruh
langsung variabel residu (implicit exogenous variable) terhadap Y.
Nilai
menunjukkan variabel atau faktor residual yang fungsinya
menjelaskan pengaruh variabel lain yang telah teridentifikasikan oleh teori, tetapi
tidak diteliti atau variabel lainnya yang belum teridentifikasi oleh teori, atau
muncul sebagai akibat dari kekeliruan pengukur variabel (Riduwan & Achmad
Engkos Kuncoro, 2007). Untuk menghitung nilai
digunakan rumus :
=1Dimana :
= Error
R2 = Koefisien Determinasi (pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel
endogen yang dihitung secara parsial)
Berikut langkah-langkah untuk menghitung koefisien jalur, dalam hal ini untuk
model analisis jalur berganda atau kompleks :
1. Gambarkan dengan jelas model (diagram jalur) yang mencerminkan
permasalahan yang terkandung dalam hipotesa yang diajukan sehingga
tampak jelas apa yang menjadi variabel eksogen dan apa yang menjadi
variabel endogennya beserta persamaan strukturalnya.
2. Hitung matriks korelasi antar variabel. Adapun gambar matriksnya dapat
dituliskan seperti berikut :
Universitas Sumatera Utara
X1
X2
1 rx1 x 2
1
R=
Xu
...
... rx1 xu
... rx 2 xu
1 ...
1
Adapun formula untuk menghitung koefisien korelasi digunakan Product
Moment Coefficient dari Karl Pearson. Digunakannya Product Moment
Coefficient ini karena variabel-variabel yang akan dicari korelasinya berskala
interval. Adapun formulanya yaitu :
rxy
N
N
X
2
XY (
(
X ).(
2
X) . N
Y)
Y
2
(
Y )2
3. Tentukan sub-struktur dan persamaan struktural yang akan dihitung
koefisien jalurnya. Misalnya terdapat k buah variabel eksogenus dan
sebuah variabel endogenus Xu. Maka persamaan strukturalnya dapat
ditulis sebagai berikut :
Xu = Pxux1.X1 + Pxux2.X2 + ...+Pxuxk.Xk+ .
Kemudian hitung matriks korelasi antar variabel eksogen yang menyususn
sub struktur tersebut dengan rumus :
Universitas Sumatera Utara
X1
X
1 rx1 x 2
1
R=
...
Xk
... rx1 xu
... rx 2 xu
1 ...
1
4. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen dengan rumus :
X1
-1
R =
X
...
Xk
C11 C12 ... C1k
C22 ... C2 k
... ...
Ckk
5. Menghitung semua koefisien jalur Pxuxi, dengan i = 1, 2, 3, ..., k melalui
rumus :
xu x1
xu x2
...
xu xk
C11 C12 ... C1k
C22 ... C2 k
... ...
Ckk
.
rxu x1
rxu x2
...
rxu xk
Sedangkan untuk menghitung koefisien korelasi dalam analisis jalur model
sederhana, yang terdiri dari satu variabel eksogen dan satu variabel endogen
nilainya sama dengan besarnya koefisien korelasi antara kedua variabel tersebut
(p x x = r x x ).
u i
u i
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen
Pengaruh yang diterima oleh variabel endogen dapat terjadi secara sendiri-sendiri
(parsial) maupun secara bersama-saZma (simultan). Pengaruh secara parsial dapat
berupa pengaruh langsung (direct effect) dan dapat juga berupa pengaruh tidak
langsung (direct effect) melalui variabel eksogen yang lain. Adapun cara untuk
menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh
total variabel eksogen tehadap variabel endogen secara parsial (sendiri-sendiri)
yaitu sebagai berikut :
a. Pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen
= p xu xi x P xu xi
b. Pengaruh tidak langsung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen
yaitu = p xu xi x r x1x2 x p xu xi
c. Pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen yaitu dihitung
dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung
variabel eksogen terhadap variabel endogen :
= [p xu xi x p xu xi ] + [p xu xi x r x1x2 x p xu xi ]
Sedangkan untuk menghitung pengaruh variabel eksogen terhadap variabel
endogen secara bersama-sama (simultan) dapat menggunakan rumus berikut :
Universitas Sumatera Utara
R 2 xu ( x1 , x2 ,...xk )
xu x1
xu x2
...
xu xk
rxu x1
rxu x2
...
rxu xk
Dimana :
R2 xu ( x1 , x 2 ...x k ) adalah koefisien determinasi total X1, X2, … Xk terhadap Xu
atau besarnya pengaruh variabel eksogenus secara bersama-sama (gabungan)
terhadap variabel endogenus.
xu x1
rxu x1
xu x 2
rxu x2
...
... rxu xk
xu x k
adalah koefisien jalur.
adalah koefisien korelasi variabel eksogenus X1,
X2, … Xk dengan variabel endogenus Xu.
2.8 Pengujian Koefisien Jalur
Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang
telah dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, serta
menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus
terhadap variabel endogenus, dapat dilakukan dengan langkah kerja berikut :
1. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diuji.
Ho : p xu xi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu) terhadap
variabel endogenus (Xi).
Universitas Sumatera Utara
H1 : p xu xi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu) terhadap
variabel endogenus (Xi).
Dimana u dan i = 1, 2, … , k
2. Gunakan statistik uji yang tepat, yaitu :
a. Untuk menguji setiap koefisien jalur (secara parsial) :
t
p xu xi
(1 R 2 xu ( x1 x 2 ...x k ) )Cii
n k 1
Dimana:
i = 1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenous dalam sub-struktur yang sedang
diuji
t = Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k – 1
Kriteria pengujian :
- Ditolak H0 jika nilai thitung
ttabel (n-k-1).
- Diterima H0 jika nilai hitung thitung
ttabel (n-k-1).
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk
menguji
koefisien
jalur
secara
keseluruhan/bersama-sama
(simultan) :
F
(n k 1)( R 2 xu ( x1 , x2 ,...xk ) )
k (1 R 2 xu ( x1 , x2 ,...xk ) )
Dimana :
i = 1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang sedang diuji
t = Mengikuti tabel distribusi F Snedecor, dengan derajat bebas
(degrees of freedom) k dan n – k – 1
Kriteria pengujian :
- Ditolak H0 jika nilai Fhitung
- Diterima H0 jika nilai Fhitung
Ftabel (k, n-k-1).
Ftabel (k, n-k-1).
c. Untuk menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel
eksogenus terhadap variabel endogenus.
t
pxu xi
pxu x j
(1 R 2 xu ( x1 x2 ...xk ) )(Cii C jj
n k 1
2Cij )
Universitas Sumatera Utara
Kriteria pengujian :
- Ditolak H0 jika nilai thitung
ttabel (n-k-1); atau
- Ditolak H0 jika nilai thitung
ttabel (n-k-1).
3. Ambil kesimpulan, apakah perlu trimming atau tidak. Apabila terjadi trimming,
maka perhitungan harus diulang dengan menghilangkan jalur yang menurut
pengujian tidak bermakna (no significant).
2.9 Teori-teori Variabel Penelitian
2.9.1 Hasil Belajar
2.9.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Pada bukunya yang berjudul Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Sudjana
(2009), mengemukakan
bahwa “belajar dan mengajar sebagai suatu proses
mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran
(instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan hasil belajar.
Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Instruksional
a
Pengalaman belajar
c
b
Hasil Belajar
(proses belajar-mengajar)
Gambar 2.7 Hubungan Unsur-Unsur Belajar-Mengajar
Garis (a) meenunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan proses
belajar-mengajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara proses belajar-mengajar
dengan hasil belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan antara tujuan
instruksional dengan hasil belajar. Dari ketiga unsur-unsur tersebut masingmasing berhubungan antara satu sama lain, yang kesemuanya mengarah pada hasil
belajar sebagai sebuah akhir pencapaian (penilaian) dalam proses belajarmengajar. Jadi, dapat didefinisiskan bahwa hasil belajar merupakan suatu
pencapaian oleh siswa atas proses belajar-mengajar yang telah ditempuh, yang di
dalamnya terkandung tujuan-tujuan instruksional.
Hasil belajar sendiri merupakan implementasi dari apa yang telah
dipelajari siswa sebelumnya ke dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang
dikemukakan oleh Sudjana (2009) bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh
karena itu, hasil belajar hendaknya mampu menilai siswa dalam ketiga aspek
tingkah laku yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan suatu
penilaian yang diperoleh dari kemampuan siswa mengikuti proses belajar, yang
berupa angka atau huruf pada periode waktu tertentu.
2.9.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Soekanto (2012) menyebut bahwa di dalam pola hubungan interaksi sosial anak
dan remaja merupakan salah satu pihak, di samping adanya pihak lain. Pihakpihak tersebut saling mempengaruhi, sehingga terbentuklah kepribadiankepribadian tertentu. Pihak-pihak tersebut dapat disebut sebagai lingkunganlingkungan sosial tertentu dan pribadi-pribadi tertentu.
Soekanto (2012) juga menyebutkan bahwa ada pengaruh dari lingkungan
sosial dalam mempengaruhi tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi anak dan
remaja, di samping juga terdapat peranan-peranan pribadi yang tidak mustahil
mempunyai pengaruh yang lebih besar. Lingkungan sosial tersebut dapat berupa
keluarga (misalnya orang tua, saudara-saudara, dan kerabat dekat), kelompok
sepermainan, dan kelompok pendidik (sekolah).
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu ada dua faktor, antara lain :
a. Faktor internal
Yang dimaksud faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
siswa itu sendiri. Faktor ini meliputi jasmani dan rohani siswa, antara lain
intelegensi siswa, sikap siswa, minat, bakat, motivasi, serta kondisi fisik siswa
itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
b. Faktor internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar siswa, yakni lingkungan
sosial. Seperti yang telah dikemukakan oleh Soekanto (2009) bahwa yang
termasuk lingkungan sosial yaitu keluarga, kelompok sepermainan, dan
kelompok pendidik (sekolah). Kedua faktor tersebut juga berperan penting
dalam belajar sehingga secara tidak langsung mempengaruhi dalam pencapaian
hasil belajar siswa.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Syah (2010) yaitu bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu ada tiga faktor, antara lain
faktor internal (keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa), faktor internal
(kondisi lingkungan di sekitar siswa), serta faktor pendekatan belajar (jenis
upaya belajar siswa yang meiputi strategi dan metode yang digunakan siswa).
2.9.1.3 Indikator dan Jenis-jenis Hasil Belajar
Adapun menurut Syah (2010) dalam bukunya Psikologi Pendidikan dikatakan
bahwa, “pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana
yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk
adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkap
atau diukur”. Berikut tabel yang menyajikan tentang indikator, jenis, dan cara
evaluasi hasil belajar yang berasal dari berbagai sumber rujukan (Surya, 1982;
Universitas Sumatera Utara
Barlow, 1985; Petty, 2004) dalam Muhibbin Syah, 2009 dengan penyesuian
seperlunya.
Tabel 2.1
Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Hasil Belajar
Ranah/Jenis Prestasi
Indikator
Cara Evaluasi
1. Dapat menunjukkan
1. Tes lisan
2. Dapat membandingkan
2. Tes tertulis
3. Dapat menghubungkan
3. Observasi
1. Dapat menyebutkan
1. Tes lisan
A. Ranah Cipta
(Kognitif)
1. Pengamatan
2. Ingatan
2. Dapat menunjukkan kembali 2. Tes tertulis
3. Observasi
3. Pemahaman
1. Dapat menjelaskan
1. Tes lisan
2. Dapat mendefinisikan
2. Tes tertulis
dengan lisan sendiri
4. Penerapan
1. Dapat memberikan contoh
1. Tes tertulis
2. Dapat menggunakan secara
2. Pemberian tugas
tepat
3. Observasi
Universitas Sumatera Utara
5. Analisis
(pemeriksaan dan
penilaian secara teliti)
6. Sintesis (membuat
1. Dapat menguraikan
1. Tes tertulis
2. Dapat mengklasifikasikan
2. Pemberian tugas
atau memilah-milah
1. Dapat menghubungkan
1. Tes tertulis
paduan baru dan
2. Dapat menyimpulkan
2. Pemberian tugas
utuh)
3. Dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
B. Ranah Ras (Afektif)
1. Penerimaan
1. Menunjukkan sikap
1. Tes tertulis
menerima
2. Tes skala sikap
2. Menunjukkan sikap
3. Observasi
menolak
2. Sambutan
1. Kesediaan berpartisipasi
1. Tes skala sikap
Atau terlibat
3. Apresiasi atau sikap
menghargai
2. Pemberian tugas
2. Kesediaan memanfaatkan
3. Observasi
1. Menganggap penting dan
1. Tes skala penilaian
bermanfaat
2. Menganggap indah dan
harmonis
atau sikap
2. Pemberian tugas
3. Observasi
3. Mengagumi
Universitas Sumatera Utara
4. Internalisasi
(pendalaman)
1. Mengakui dan meyakini
1. Tes skala sikap
2. Mengingkari
2. Pemberian tugas
ekspresif (yang
menyatakan sikap)
dan proyektif
5. Karakterisasi
1. Melembagakan atau
(penghayatan)
1. Pemberian tugas
Meniadakan
ekspresif dan
proyektif
2. Menjelmakan dalam pribadi
2. Observasi
dan perilaku sehari-hari
C. Ranah Karsa
(Psikomotor)
1. Keterampilan
1. Mengkoordinasikan gerak
bergerak dan
mata, tangan, kaki, dan
bertindak
anggota tubuh lainnya
2. Kecakapan ekspresi
verbal dan nonverbal
1. Observasi
2. Tes tindakan
1. Mengucapkan
1. Tes lisan
2. Membuat mimik dan
2. Observasi
gerakan jasmani
3. Tes tindakan
Sumber : Muhibbin Syah, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.9.1.4 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar
yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek
yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar adalah upaya
memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran (Sudjana, 2009).
Secara umum, sistem penilaian hasil belajar dibedakan atas dua sistem
yaitu penilaian acuan norman (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).
Penilaian acuan norma (PAN) merupakan penilaian yang didasarkan atas rata-rata
kelompok siswa. Sedangkan penilaian acuan patokan (PAP) merupakan penilaian
yang didasarkan atas tujuan instruksional yang harus dicapai siswa. Sudjana
(2009) mengungkapkan bahwa sistem penilaian acuan patokan ini disebut juga
standar mutlak, karena dalam penilaian bisa saja terjadi semua siswa gagal atau
tidak lulus karena tidak dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
2.9.2. Kegiatan Ekstrakurikuler
2.9.2.1 Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
Universitas Sumatera Utara
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri
merupakan bagian dari pengembangan diri, dan biasanya difasilitasi atau
dibimbing oleh guru atau tenaga kependidikan.
Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling yang merupakan
wahana pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat siswa, baik yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan materi kurikulum sebagai bagian tak terpisahkan
dari tujuan dan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan di seluruh
lembaga pendidikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
adalah segala aktivitas yang dilakukan siswa di luar kegiatan belajar mengajar
yang telah terjadwal oleh sekolah yang dinyatakan dalam nilai yang ada di laporan
hasil belajar (siswa) raport siswa.
2.9.2.2 Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan minat dan
bakat siswa, ada beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diterapkan di
lembaga pendidikan, antara lain :
1. Krida, meliputi kepramukaan, Pelatihan Dasar Kepemimpinan Siswa
(LDKS), Kursus Kader Da’wah (KKD), Palang Merah Remaja (PMR),
Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRAKA).
Universitas Sumatera Utara
2. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), Kegiatan
Penguasaan Keilmuan dan Kemampuan Akademik, Penelitian.
3. Latihan/Lomba, Keterbakatan/Prestasi, meliputi pengembangan bakat
olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, dan keagamaan.
4. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir,
pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya. Pada
prinsipnya
masih banyak lagi
jenis ekstrakurikuler
yang dapat
dilaksanakan demi mengembangkan minat dan bakat peserta didik.
2.9.2.3 Penilaian Kegiatan Ekstrakurikuler
Karena kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari pengembangan diri dan
bukan termasuk mata pelajaran, maka hasil dan proses kegiatan ekstrakurikuler
dinilai secara kualitatif dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan
pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan. Namun
seringkali, dalam laporan hasil belajar siswa untuk penilaian kegiatan
ekstrakurikuler tersebut diambil dari kerajinan dan kehadiran, dimana di dalam
kehadiran tersebut juga dinilai prestasi atau kemampuan siswa dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya.
Universitas Sumatera Utara
2.9.3 Interaksi Sosial
2.9.3.1 Pengertian Interaksi Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk selalu berinteraksi dengan orang
lain. Hal inilah yang menyebabkan manusia tidak bisa lepas dari keberadaan
orang lain yang ada di sekitarnya. Di dalam interaksi tersebut, terdapat suatu
kontak dan komunikasi dengan orang lain, yang mendorong individu atau
sekolompok individu tersebut untuk saling berhubungan satu sama lain.
Menurut Soekanto (2012), bentuk umum proses sosial adalah interaksi
sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial
merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial
hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Jadi interaksi sosial
dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal-balik antara individu-individu,
antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara individu dengan kelompok
manusia yang menghasilkan aktivitas-aktivitas sosial.
Soekanto (2012) juga mengemukakan bahwa apabila dua orang bertemu,
interaksi sosial telah dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat
tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas semacam itu
merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.
Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara
atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena
masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahanperubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan dan
sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang
kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.
Dari kedua contoh yang telah dikemukakan di atas, dapat terlihat bahwa
interaksi sosial terjadi karena adanya kontak dan komunikasi antara pihak-pihak
yang bersangkutan. Kontak dan komunikasi tersebut merupakan suatu syarat
terjadinya interaksi sosial. Dengan kata lain, interaksi sosial hanya berlangsung
jika kedua belah pihak memberikan reaksi atas hubungan yang dilakukan.
Jadi dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan di atas, penulis
kemudian menarik suatu kesimpulan mengenai pengertian interaksi sosial. Penulis
menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik, respon akibat
adanya komunikasi dan kontak antara dua individu atau lebih.
2.9.3.2 Faktor-faktor Yang Mendasari Interaksi Sosial
Menurut Soekanto (2012) dalam “Pengantar Sosiologi”, ada beberapa faktor yang
mendasari berlangsungnya interaksi sosial, antara lain :
1. Imitasi
Faktor ini memiliki peranan penting dalam interaksi sosial. Karena imitasi dapat
menimbulkan dorongan pada seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilainilai yang berlaku. Namun di sisi lain, imitasi mungkin saja mengakibatkan
terjadinya hal yang negatif jika sesuatu hal yag ditiru merupakan hal yang buruk
Universitas Sumatera Utara
atau negatif. Contohnya, seorang anak SMP merokok karena meniru temannya
yang seorang perokok.
Imitasi juga dapat menyebabkan daya kreasi seseorang mati atau tidak
bekerja. Hal ini disebabkan karena orang tersebut hanya meniru setiap
perlakuan/sikap, dan sebagainya yang dianggap menarik oleh orang tersebut.
2. Sugesti
Faktor ini berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sesuatu sikap
yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya
sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda emosi, yang
menghambat daya berpikirnya secara rasional.
Proses ini juga mungkin terjadi karena apabila orang yang memberikan
pandangan adalah orang yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya yang
otoriter. Atau mungkin juga karena orang yang memberikan pandangan
merupakan bagian dari suatu kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat.
3. Identifikasi
Identifikasi
merupakan
suatu
proses
kecenderungan-kecenderungan
atau
keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk sama dengan pihak lain. Proses
ini sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat
terbentuk karena proses ini. Namun, sebelum seseorang sampai pada proses
identifikasi ini, mulanya orang tersebut melalui proses imitasi dan atau sugesti.
Proses ini berlangsung pada suatu keadaan dimana seseorang yang
beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain (yang menjadi idealnya) sehingga
Universitas Sumatera Utara
pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat
melembaga dan bahkan menjiwai pada orang tersebut.
4. Simpati
Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak
lain. Pada proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun
dorongan utama pada simpati ialah keinginan untuk memahami pihak lain dan
untuk bekerja sama dengannya.
Banyak sekali contoh simpati yang dapat dilihat pada kehidupan nyata,
seperti seseorang yang menggalang dana untuk membantu konflik yang sedang
terjadi di Palestina, juga seseorang yang meminjamkan uang kepada orang lain
untuk membantu mengatasi masalah orang tersebut, dan lain sebagainya.
Kesemua contoh tersebut pada mulanya didasari akan perasaan iba atau rasa
kasihan akan penderitaan orang lain, sehingga timbul dorongan untuk membantu
(bekerja sama) dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
2.9.3.3 Interaksi Sosial Di Kalangan Remaja
Menurut Soekanto (2012), suatu tinjauan sosiologis didasarkan pada hubungan
antar manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antar manusia dan
kelompok, di dalam proses kehidupan bermasyarakat. Di dalam hubunganhubungan tersebut (interaksi sosial), anak dan remaja merupakan salah satu pihak,
di samping adanya pihak-pihak lain yang saling mempengaruhi sehingga
terbentuklah kepribadian-kepribadian tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam proses interaksi tersebut, terdapat proses sosialisasi yang
bertujuan agar dipatuhi dan dimengertinya nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang
berlaku di masyarakat. Dalam proses sosialisasi yang khususnya tertuju pada
anak-anak, banyak pihak yang berperan di dalamnya. Pihak-pihak tersebut yaitu
keluarga, kelompok sepermainan, dan atau kelompok pendidik (sekolah).
Secara psikologis, usia remaja merupakan usia dimana yang bersangkutan
sedang mencari identitasnya. Untuk itu, harus ada tokoh-tokoh ideal yang mampu
memberikan contoh-contoh yang terpuji. Oleh karena itu, pada masa ini orangtua
diharapkan dapat memberikan atau menanamkan pengertian kepada anaknya yang
sedang dalam masa remaja, karena pada masa ini pergaulan remaja ruang
lingkupnya bertambah luas (baik di sekolah maupun di luar sekolah).
Pergaulan tersebut dapat membentuk kepribadian yang baik maupun yang
buruk, hal ini bergantung pada penerimaan yang bersangkutan terhadap hal-hal
yang berlangsung di dalam lingkungannya. Remaja akan senantiasa selalu
mencari hal-hal baru atau mengadaptasi, bahkan meniru segala hal yang
dianggapnya menarik dari lingkungan sekelilingnya.
Remaja yang tidak memiliki hubungan yang erat dengan orangtuanya,
seringkali mendapatkan contoh-contoh yang tidak terpuji dari lingkungan
disekitarnya. Hal ini, dikarenakan tidak adanya peran orangtua yang senantiasa
menanamkan dan memberikan pengertian serta sebagai penimbang mengenai
pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar. Oleh karena itu, orangtua harus selalu
mengarahkan anaknya agar mentaati nilai-nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Analisis Jalur
Teknik analisis jalur yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahun 1934,
sebenarnya merupakan pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa
interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Lebih lanjut, analisis jalur mempunyai
kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi berganda
merupakan bentuk khusus dari analisis jalur (Sarwono, 2007).
Path analysis walaupun cukup lama dikembangkan, tetapi baru dikenal
secara luas oleh para ahli ilmu-ilmu sosial setelah sosiolog Otis D. Duncan pada
tahun 1966 memperkenalkannya ke dalam literatur sosiologi lewat tulisannya
“Path Analysis : Sociological Example” yang dimuat dalam AJS (American
Journal of Sociology). Sejak saat itulah, path analysis banyak dibicarakan,
khususnya oleh para ahli sosiologi, bahkan diantaranya ada yang menganggap
path analysis sebagai “the modus operandi of sociological research” (Miller &
Stokes, 1975:193). Sekarang path analysis bukanlah monopoli para sosiolog lagi.
Path analysis telah menjadi model analisis para ilmuwan sosial lainnya (Ridwuan
& Achmad Engkos Kuncoro, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Jadi, pada awalnya analisis jalur (path analysis) dikembangkan oleh Sewal
Wright (1934). Namun, analisis jalur tersebut baru dikenal luas setelah Otis D.
Duncan, seorang ahli sosiologi yang menulis literatur sosiologinya pada American
Journal of Sociology. Analisis jalur (path analysis) sendiri bertujuan untuk
menjelaskan pengaruh-pengaruh yang ada pada seperangkat variabel eksogen
terhadap variabel endogen.
Seperti yang dikemukakan oleh Riduwan dan Achmad Engkos Kuncoro
bahwa analisis jalur bertujuan untuk menerangkan pengaruh langsung dan tidak
langsung dari seperangkat variabel secara serempak (simultan) atau mandiri
(parsial) dari variabel penyebab (eksogen) terhadap variabel akibat (endogen).
Model path analysis yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab akibat atau “a
set of hypothesized causal asymetric relation among the variables”.
2.2 Pengertian Analisis Jalur
Terdapat beberapa definisi mengenai analisis jalur diantaranya, yaitu Riduwan
dan Achmad Engkos Kuncoro mengemukakan bahwa “analisis jalur digunakan
untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh langsusng maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen)
terhadap variabel terikat (endogen)”. David Garson dalam Jonathan Sarwono
(2007), mengartikan analisis jalur sebagai “model perluasan regresi berganda
yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih
Universitas Sumatera Utara
model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti”. Sementara itu
definisi lain datang dari Paul Webey dalam Jonathan Sarwono (2007), yang
mengatakan bahwa “Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk
regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan
(magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal
dalam seperangkat variabel”. Sedangkan Sarwono mengartikan analisis jalur
sebagai “kepanjangan dari analisis regresi berganda”.
Jadi, dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis jalur
merupakan suatu teknik dalam menganalisis masalah regresi berganda dengan
menggambarkan masalah tersebut menjadi jalur-jalur yang saling berhubungan.
Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah dimana anak
panah tunggal menunjukkan sebagai penyebab (David Garson dalam Jonathan
Sarwono, 2007). Jalur-jalur yang berisikan variabel eksogen dan endogen tersebut
dihubungkan oleh beberapa anak panah, yaitu panah tunggal dan panah berujung
ganda. Dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai penyebab. Namun,
terkadang terdapat pula anak panah berujung ganda yang saling menghubungkan
variabel-variabel eksogen (bebas). Anak panah tersebut menyatakan adanya
hubungan korelasi (saling mempengaruhi) di antara variabel tersebut.
Analisis Jalur ini dikatakan sebagai pengembangan dari regresi berganda,
karena pada dasarnya konsep regresi berganda sama dengan konsep analisis jalur
dimana pada kedua konsep tersebut terdapat variabel yang dipengaruhi (terikat)
dan yang mempengaruhi (bebas). Namun perbedaannya terletak pada hubungan
antar variabel.
Universitas Sumatera Utara
Jika pada konsep regresi tidak dipermasalahkan mengapa hubungan antar
variabel terjadi serta apakah hubungan antar variabel tersebut disebabkan oleh
variabel itu sendiri atau mungkin dipengaruhi oleh variabel lain. Namun pada
analisis jalur, hubungan antar variabel tersebutlah yang dipelajari.
Analisis jalur ini mempelajari apakah hubungan yang terjadi disebabkan
oleh pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel independen terhadap
variabel dependen, mempelajari ketergantungan sejumlah variabel dalam suatu
model (model kausal), dan menganalisis hubungan antar variabel dari model
kausal yang telah dirumuskan oleh peneliti atas dasar pertimbangan teoritis.
2.3 Asumsi-asumsi Analisis Jalur
Sebelum menganalisis data, ada baiknya memperhatikan beberapa asumsi-asumsi
pada analisis jalur berikut :
a. Hubungan antar variabel bersifat linier dan normal.
b. Variabel endogen (terikat) minimal dalam skala ukur interval dan ratio.
c. Hubungan sebab-akibat yang akan dianalisis didasarkan pada teori-teori
yang relevan, artinya model teori yang akan diuji telah sesuai dengan teori
yang ada.
d. Hubungan antar variabel yang bersifat kausalitas hanya berlangsung satu
arah.
e. Menggunakan tehnik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama kepada setiap anggota populasi.
Universitas Sumatera Utara
f. Observed variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid
dan reliabel).
2.4 Manfaat Analisis Jalur
Adapun manfaat atau kegunaan analisis jalur yaitu :
a. Menjelaskan suatu fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang
diteliti.
b. Memprediksi nilai variabel endogen (terikat) berdasarkan variabel-variabel
eksogen (bebas).
c. Menentukan variabel eksogen (bebas) mana yang lebih berpengaruh
terhadap variabel endogen (terikat) dan menelusuri jalur-jalur pengaruh
variabel eksogen (bebas) terhadap variabel endogen (terikat). Hal ini
dikenal dengan faktor determinan.
d. Pengujian model menggunakan theory trimming, baik untuk uji reliabelitas
(uji keajegan) konsep yang sudah ada dan uji pengembangan konsep baru.
2.5 Model Analisis Jalur
2.5.1 Model Analisis Jalur Berdasarkan Banyaknya Sub Struktur
Adapun beberapa contoh model analisis jalur jika ditinjau dari segi banyaknya sub
struktur (banyaknya variabel endogen) yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Model Satu Jalur
Pada model ini hanya terdapat satu variabel endogen, sehingga pada persamaan
strukturalnya nanti hanya terdapat satu sub struktur. Model ini disebut juga model
regresi berganda karena rumus umumnya hampir sama dengan regresi berganda,
dimana terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat serta adanya variabel
lain yang tidak diukur (error). Adapun contoh dari diagram jalur model satu jalur
dapat digambarkan seperti berikut :
X1
Y
X2
Gambar 2.1 Model Satu Jalur
b. Model Dua Jalur
Pada model ini terdapat dua variabel endogen dan beberapa variabel eksogen.
Model ini disebut juga model mediasi, karena terdapat variabel perantara yang
mempengaruhi variabel endogen Y. Pada model ini terdapat dua sub struktur
persamaan struktural. Adapun model dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
X1
Y1
Y2
X2
Gambar 2.2 Model Dua Jalur
c. Model Kompleks
Pada model ini terdapat lebih dari dua jalur, dimana terdapat variabel-variabel
perantara yang juga mempengaruhi variabel-variabel endogen. Dikatakan
kompleks karena terdapat lebih dari dua variabel endogen, sehingga dalam
persamaan strukturalnya juga terdapat lebih dari dua persamaan struktural.
Adapun model kompleks dapat digambarkan sebagai berikut :
X1
Y2
Y1
X2
Y3
Gambar 2.3 Model Kompleks
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Model Analisis Jalur Berdasarkan Sebab Akibat
Adapun jika dilihat dari segi sebab akibat, model analisis jalur terbagi atas dua,
yaitu :
A. Model Rekursif
Model ini memperlihatkan bahwa adanya hubungan satu arah di antara variabelvariabel eksogen yang ada terhadap variabel endogen. Hubungan ini ditunjukkan
adanya panah satu arah yang hanya mengarah kepada variabel endogen. Adapun
model rekursif dapat digambarkan sebagai berikut :
X1
X2
Y
X3
Gambar 2.4 Model Rekursif
Universitas Sumatera Utara
B. Model Non Rekursif
Model ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antar variabel eksogen dan
variabel endogen. Hubungan tersebut diperlihatkan dengan adanya anak panah
yang berbalik (tidak searah). Gambar untuk model non rekursif sebagai berikut :
X1
X2
Y1
Y2
X2
Gambar 2.5 Model Non Rekursif
Adapun yang dimaksud dengan model rekursif dapat diterangkan oleh contoh
diagram di atas. Dimana variabel Y1 ke Y2 kemudian berbalik lagi dari Y2 ke Y1,
atau dari variabel X1 ke Y1 kemudian panah berbalik lagi dari Y1 ke X1.
2.6 Tahap-tahap Analisis Jalur
Berikut beberapa tahap di dalam analisis jalur, yaitu :
1. Membuat model (diagram jalur) berdasarkan konsep dan teori
2. Merumuskan persamaan struktural berdasarkan model
Universitas Sumatera Utara
3. Pemeriksaan terhadap asumsi-asumsi yang ada pada analisis jalur
4. Pendugaan parameter atau perhitungan koefisien jalur
5. Pengujian model
6. Interpretasi model
2.7 Konsep Dasar Analisis Jalur
2.7.1 Koefisien Jalur
Adapun yang dimaksud dengan koefisien jalur merupakan nilai yang
menunjukkan pengaruh langsung variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen
(Y). Pengaruh tersebut dapat ditunjukkan seperti gambar berikut :
X1
Y
X2
Gambar 2.6 Koefisien Jalur pada Diagram Jalur
Hubungan antara X1 dan X2 adalah hubungan korelasional. Intensitas
keeratan hubungan tersebut dinyatakan oleh besarnya koefisien korelasi r x1x2 .
Hubungan X1 dan X2 ke Y adalah hubungan kausal. Besarnya pengaruh langsung
dari X1 ke Y, dan dari X2 ke Y, masing-masing dinyatakan oleh besarnya nilai
Universitas Sumatera Utara
numerik koefisien jalur
dan
. Nilai menggambarkan besarnya pengaruh
langsung variabel residu (implicit exogenous variable) terhadap Y.
Nilai
menunjukkan variabel atau faktor residual yang fungsinya
menjelaskan pengaruh variabel lain yang telah teridentifikasikan oleh teori, tetapi
tidak diteliti atau variabel lainnya yang belum teridentifikasi oleh teori, atau
muncul sebagai akibat dari kekeliruan pengukur variabel (Riduwan & Achmad
Engkos Kuncoro, 2007). Untuk menghitung nilai
digunakan rumus :
=1Dimana :
= Error
R2 = Koefisien Determinasi (pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel
endogen yang dihitung secara parsial)
Berikut langkah-langkah untuk menghitung koefisien jalur, dalam hal ini untuk
model analisis jalur berganda atau kompleks :
1. Gambarkan dengan jelas model (diagram jalur) yang mencerminkan
permasalahan yang terkandung dalam hipotesa yang diajukan sehingga
tampak jelas apa yang menjadi variabel eksogen dan apa yang menjadi
variabel endogennya beserta persamaan strukturalnya.
2. Hitung matriks korelasi antar variabel. Adapun gambar matriksnya dapat
dituliskan seperti berikut :
Universitas Sumatera Utara
X1
X2
1 rx1 x 2
1
R=
Xu
...
... rx1 xu
... rx 2 xu
1 ...
1
Adapun formula untuk menghitung koefisien korelasi digunakan Product
Moment Coefficient dari Karl Pearson. Digunakannya Product Moment
Coefficient ini karena variabel-variabel yang akan dicari korelasinya berskala
interval. Adapun formulanya yaitu :
rxy
N
N
X
2
XY (
(
X ).(
2
X) . N
Y)
Y
2
(
Y )2
3. Tentukan sub-struktur dan persamaan struktural yang akan dihitung
koefisien jalurnya. Misalnya terdapat k buah variabel eksogenus dan
sebuah variabel endogenus Xu. Maka persamaan strukturalnya dapat
ditulis sebagai berikut :
Xu = Pxux1.X1 + Pxux2.X2 + ...+Pxuxk.Xk+ .
Kemudian hitung matriks korelasi antar variabel eksogen yang menyususn
sub struktur tersebut dengan rumus :
Universitas Sumatera Utara
X1
X
1 rx1 x 2
1
R=
...
Xk
... rx1 xu
... rx 2 xu
1 ...
1
4. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogen dengan rumus :
X1
-1
R =
X
...
Xk
C11 C12 ... C1k
C22 ... C2 k
... ...
Ckk
5. Menghitung semua koefisien jalur Pxuxi, dengan i = 1, 2, 3, ..., k melalui
rumus :
xu x1
xu x2
...
xu xk
C11 C12 ... C1k
C22 ... C2 k
... ...
Ckk
.
rxu x1
rxu x2
...
rxu xk
Sedangkan untuk menghitung koefisien korelasi dalam analisis jalur model
sederhana, yang terdiri dari satu variabel eksogen dan satu variabel endogen
nilainya sama dengan besarnya koefisien korelasi antara kedua variabel tersebut
(p x x = r x x ).
u i
u i
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen
Pengaruh yang diterima oleh variabel endogen dapat terjadi secara sendiri-sendiri
(parsial) maupun secara bersama-saZma (simultan). Pengaruh secara parsial dapat
berupa pengaruh langsung (direct effect) dan dapat juga berupa pengaruh tidak
langsung (direct effect) melalui variabel eksogen yang lain. Adapun cara untuk
menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh
total variabel eksogen tehadap variabel endogen secara parsial (sendiri-sendiri)
yaitu sebagai berikut :
a. Pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen
= p xu xi x P xu xi
b. Pengaruh tidak langsung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen
yaitu = p xu xi x r x1x2 x p xu xi
c. Pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen yaitu dihitung
dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung
variabel eksogen terhadap variabel endogen :
= [p xu xi x p xu xi ] + [p xu xi x r x1x2 x p xu xi ]
Sedangkan untuk menghitung pengaruh variabel eksogen terhadap variabel
endogen secara bersama-sama (simultan) dapat menggunakan rumus berikut :
Universitas Sumatera Utara
R 2 xu ( x1 , x2 ,...xk )
xu x1
xu x2
...
xu xk
rxu x1
rxu x2
...
rxu xk
Dimana :
R2 xu ( x1 , x 2 ...x k ) adalah koefisien determinasi total X1, X2, … Xk terhadap Xu
atau besarnya pengaruh variabel eksogenus secara bersama-sama (gabungan)
terhadap variabel endogenus.
xu x1
rxu x1
xu x 2
rxu x2
...
... rxu xk
xu x k
adalah koefisien jalur.
adalah koefisien korelasi variabel eksogenus X1,
X2, … Xk dengan variabel endogenus Xu.
2.8 Pengujian Koefisien Jalur
Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang
telah dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, serta
menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus
terhadap variabel endogenus, dapat dilakukan dengan langkah kerja berikut :
1. Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diuji.
Ho : p xu xi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu) terhadap
variabel endogenus (Xi).
Universitas Sumatera Utara
H1 : p xu xi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu) terhadap
variabel endogenus (Xi).
Dimana u dan i = 1, 2, … , k
2. Gunakan statistik uji yang tepat, yaitu :
a. Untuk menguji setiap koefisien jalur (secara parsial) :
t
p xu xi
(1 R 2 xu ( x1 x 2 ...x k ) )Cii
n k 1
Dimana:
i = 1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenous dalam sub-struktur yang sedang
diuji
t = Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k – 1
Kriteria pengujian :
- Ditolak H0 jika nilai thitung
ttabel (n-k-1).
- Diterima H0 jika nilai hitung thitung
ttabel (n-k-1).
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk
menguji
koefisien
jalur
secara
keseluruhan/bersama-sama
(simultan) :
F
(n k 1)( R 2 xu ( x1 , x2 ,...xk ) )
k (1 R 2 xu ( x1 , x2 ,...xk ) )
Dimana :
i = 1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang sedang diuji
t = Mengikuti tabel distribusi F Snedecor, dengan derajat bebas
(degrees of freedom) k dan n – k – 1
Kriteria pengujian :
- Ditolak H0 jika nilai Fhitung
- Diterima H0 jika nilai Fhitung
Ftabel (k, n-k-1).
Ftabel (k, n-k-1).
c. Untuk menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel
eksogenus terhadap variabel endogenus.
t
pxu xi
pxu x j
(1 R 2 xu ( x1 x2 ...xk ) )(Cii C jj
n k 1
2Cij )
Universitas Sumatera Utara
Kriteria pengujian :
- Ditolak H0 jika nilai thitung
ttabel (n-k-1); atau
- Ditolak H0 jika nilai thitung
ttabel (n-k-1).
3. Ambil kesimpulan, apakah perlu trimming atau tidak. Apabila terjadi trimming,
maka perhitungan harus diulang dengan menghilangkan jalur yang menurut
pengujian tidak bermakna (no significant).
2.9 Teori-teori Variabel Penelitian
2.9.1 Hasil Belajar
2.9.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Pada bukunya yang berjudul Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Sudjana
(2009), mengemukakan
bahwa “belajar dan mengajar sebagai suatu proses
mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran
(instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan hasil belajar.
Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Instruksional
a
Pengalaman belajar
c
b
Hasil Belajar
(proses belajar-mengajar)
Gambar 2.7 Hubungan Unsur-Unsur Belajar-Mengajar
Garis (a) meenunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan proses
belajar-mengajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara proses belajar-mengajar
dengan hasil belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan antara tujuan
instruksional dengan hasil belajar. Dari ketiga unsur-unsur tersebut masingmasing berhubungan antara satu sama lain, yang kesemuanya mengarah pada hasil
belajar sebagai sebuah akhir pencapaian (penilaian) dalam proses belajarmengajar. Jadi, dapat didefinisiskan bahwa hasil belajar merupakan suatu
pencapaian oleh siswa atas proses belajar-mengajar yang telah ditempuh, yang di
dalamnya terkandung tujuan-tujuan instruksional.
Hasil belajar sendiri merupakan implementasi dari apa yang telah
dipelajari siswa sebelumnya ke dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang
dikemukakan oleh Sudjana (2009) bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh
karena itu, hasil belajar hendaknya mampu menilai siswa dalam ketiga aspek
tingkah laku yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan suatu
penilaian yang diperoleh dari kemampuan siswa mengikuti proses belajar, yang
berupa angka atau huruf pada periode waktu tertentu.
2.9.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Soekanto (2012) menyebut bahwa di dalam pola hubungan interaksi sosial anak
dan remaja merupakan salah satu pihak, di samping adanya pihak lain. Pihakpihak tersebut saling mempengaruhi, sehingga terbentuklah kepribadiankepribadian tertentu. Pihak-pihak tersebut dapat disebut sebagai lingkunganlingkungan sosial tertentu dan pribadi-pribadi tertentu.
Soekanto (2012) juga menyebutkan bahwa ada pengaruh dari lingkungan
sosial dalam mempengaruhi tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi anak dan
remaja, di samping juga terdapat peranan-peranan pribadi yang tidak mustahil
mempunyai pengaruh yang lebih besar. Lingkungan sosial tersebut dapat berupa
keluarga (misalnya orang tua, saudara-saudara, dan kerabat dekat), kelompok
sepermainan, dan kelompok pendidik (sekolah).
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu ada dua faktor, antara lain :
a. Faktor internal
Yang dimaksud faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
siswa itu sendiri. Faktor ini meliputi jasmani dan rohani siswa, antara lain
intelegensi siswa, sikap siswa, minat, bakat, motivasi, serta kondisi fisik siswa
itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
b. Faktor internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar siswa, yakni lingkungan
sosial. Seperti yang telah dikemukakan oleh Soekanto (2009) bahwa yang
termasuk lingkungan sosial yaitu keluarga, kelompok sepermainan, dan
kelompok pendidik (sekolah). Kedua faktor tersebut juga berperan penting
dalam belajar sehingga secara tidak langsung mempengaruhi dalam pencapaian
hasil belajar siswa.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Syah (2010) yaitu bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu ada tiga faktor, antara lain
faktor internal (keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa), faktor internal
(kondisi lingkungan di sekitar siswa), serta faktor pendekatan belajar (jenis
upaya belajar siswa yang meiputi strategi dan metode yang digunakan siswa).
2.9.1.3 Indikator dan Jenis-jenis Hasil Belajar
Adapun menurut Syah (2010) dalam bukunya Psikologi Pendidikan dikatakan
bahwa, “pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana
yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk
adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkap
atau diukur”. Berikut tabel yang menyajikan tentang indikator, jenis, dan cara
evaluasi hasil belajar yang berasal dari berbagai sumber rujukan (Surya, 1982;
Universitas Sumatera Utara
Barlow, 1985; Petty, 2004) dalam Muhibbin Syah, 2009 dengan penyesuian
seperlunya.
Tabel 2.1
Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Hasil Belajar
Ranah/Jenis Prestasi
Indikator
Cara Evaluasi
1. Dapat menunjukkan
1. Tes lisan
2. Dapat membandingkan
2. Tes tertulis
3. Dapat menghubungkan
3. Observasi
1. Dapat menyebutkan
1. Tes lisan
A. Ranah Cipta
(Kognitif)
1. Pengamatan
2. Ingatan
2. Dapat menunjukkan kembali 2. Tes tertulis
3. Observasi
3. Pemahaman
1. Dapat menjelaskan
1. Tes lisan
2. Dapat mendefinisikan
2. Tes tertulis
dengan lisan sendiri
4. Penerapan
1. Dapat memberikan contoh
1. Tes tertulis
2. Dapat menggunakan secara
2. Pemberian tugas
tepat
3. Observasi
Universitas Sumatera Utara
5. Analisis
(pemeriksaan dan
penilaian secara teliti)
6. Sintesis (membuat
1. Dapat menguraikan
1. Tes tertulis
2. Dapat mengklasifikasikan
2. Pemberian tugas
atau memilah-milah
1. Dapat menghubungkan
1. Tes tertulis
paduan baru dan
2. Dapat menyimpulkan
2. Pemberian tugas
utuh)
3. Dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
B. Ranah Ras (Afektif)
1. Penerimaan
1. Menunjukkan sikap
1. Tes tertulis
menerima
2. Tes skala sikap
2. Menunjukkan sikap
3. Observasi
menolak
2. Sambutan
1. Kesediaan berpartisipasi
1. Tes skala sikap
Atau terlibat
3. Apresiasi atau sikap
menghargai
2. Pemberian tugas
2. Kesediaan memanfaatkan
3. Observasi
1. Menganggap penting dan
1. Tes skala penilaian
bermanfaat
2. Menganggap indah dan
harmonis
atau sikap
2. Pemberian tugas
3. Observasi
3. Mengagumi
Universitas Sumatera Utara
4. Internalisasi
(pendalaman)
1. Mengakui dan meyakini
1. Tes skala sikap
2. Mengingkari
2. Pemberian tugas
ekspresif (yang
menyatakan sikap)
dan proyektif
5. Karakterisasi
1. Melembagakan atau
(penghayatan)
1. Pemberian tugas
Meniadakan
ekspresif dan
proyektif
2. Menjelmakan dalam pribadi
2. Observasi
dan perilaku sehari-hari
C. Ranah Karsa
(Psikomotor)
1. Keterampilan
1. Mengkoordinasikan gerak
bergerak dan
mata, tangan, kaki, dan
bertindak
anggota tubuh lainnya
2. Kecakapan ekspresi
verbal dan nonverbal
1. Observasi
2. Tes tindakan
1. Mengucapkan
1. Tes lisan
2. Membuat mimik dan
2. Observasi
gerakan jasmani
3. Tes tindakan
Sumber : Muhibbin Syah, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.9.1.4 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar
yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek
yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar adalah upaya
memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran (Sudjana, 2009).
Secara umum, sistem penilaian hasil belajar dibedakan atas dua sistem
yaitu penilaian acuan norman (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).
Penilaian acuan norma (PAN) merupakan penilaian yang didasarkan atas rata-rata
kelompok siswa. Sedangkan penilaian acuan patokan (PAP) merupakan penilaian
yang didasarkan atas tujuan instruksional yang harus dicapai siswa. Sudjana
(2009) mengungkapkan bahwa sistem penilaian acuan patokan ini disebut juga
standar mutlak, karena dalam penilaian bisa saja terjadi semua siswa gagal atau
tidak lulus karena tidak dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
2.9.2. Kegiatan Ekstrakurikuler
2.9.2.1 Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
Universitas Sumatera Utara
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri
merupakan bagian dari pengembangan diri, dan biasanya difasilitasi atau
dibimbing oleh guru atau tenaga kependidikan.
Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling yang merupakan
wahana pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat siswa, baik yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan materi kurikulum sebagai bagian tak terpisahkan
dari tujuan dan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan di seluruh
lembaga pendidikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
adalah segala aktivitas yang dilakukan siswa di luar kegiatan belajar mengajar
yang telah terjadwal oleh sekolah yang dinyatakan dalam nilai yang ada di laporan
hasil belajar (siswa) raport siswa.
2.9.2.2 Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan minat dan
bakat siswa, ada beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diterapkan di
lembaga pendidikan, antara lain :
1. Krida, meliputi kepramukaan, Pelatihan Dasar Kepemimpinan Siswa
(LDKS), Kursus Kader Da’wah (KKD), Palang Merah Remaja (PMR),
Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRAKA).
Universitas Sumatera Utara
2. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), Kegiatan
Penguasaan Keilmuan dan Kemampuan Akademik, Penelitian.
3. Latihan/Lomba, Keterbakatan/Prestasi, meliputi pengembangan bakat
olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, dan keagamaan.
4. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir,
pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya. Pada
prinsipnya
masih banyak lagi
jenis ekstrakurikuler
yang dapat
dilaksanakan demi mengembangkan minat dan bakat peserta didik.
2.9.2.3 Penilaian Kegiatan Ekstrakurikuler
Karena kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari pengembangan diri dan
bukan termasuk mata pelajaran, maka hasil dan proses kegiatan ekstrakurikuler
dinilai secara kualitatif dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan
pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan. Namun
seringkali, dalam laporan hasil belajar siswa untuk penilaian kegiatan
ekstrakurikuler tersebut diambil dari kerajinan dan kehadiran, dimana di dalam
kehadiran tersebut juga dinilai prestasi atau kemampuan siswa dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya.
Universitas Sumatera Utara
2.9.3 Interaksi Sosial
2.9.3.1 Pengertian Interaksi Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk selalu berinteraksi dengan orang
lain. Hal inilah yang menyebabkan manusia tidak bisa lepas dari keberadaan
orang lain yang ada di sekitarnya. Di dalam interaksi tersebut, terdapat suatu
kontak dan komunikasi dengan orang lain, yang mendorong individu atau
sekolompok individu tersebut untuk saling berhubungan satu sama lain.
Menurut Soekanto (2012), bentuk umum proses sosial adalah interaksi
sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial
merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial
hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Jadi interaksi sosial
dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal-balik antara individu-individu,
antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara individu dengan kelompok
manusia yang menghasilkan aktivitas-aktivitas sosial.
Soekanto (2012) juga mengemukakan bahwa apabila dua orang bertemu,
interaksi sosial telah dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat
tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas semacam itu
merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.
Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara
atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena
masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahanperubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan dan
sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang
kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.
Dari kedua contoh yang telah dikemukakan di atas, dapat terlihat bahwa
interaksi sosial terjadi karena adanya kontak dan komunikasi antara pihak-pihak
yang bersangkutan. Kontak dan komunikasi tersebut merupakan suatu syarat
terjadinya interaksi sosial. Dengan kata lain, interaksi sosial hanya berlangsung
jika kedua belah pihak memberikan reaksi atas hubungan yang dilakukan.
Jadi dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan di atas, penulis
kemudian menarik suatu kesimpulan mengenai pengertian interaksi sosial. Penulis
menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik, respon akibat
adanya komunikasi dan kontak antara dua individu atau lebih.
2.9.3.2 Faktor-faktor Yang Mendasari Interaksi Sosial
Menurut Soekanto (2012) dalam “Pengantar Sosiologi”, ada beberapa faktor yang
mendasari berlangsungnya interaksi sosial, antara lain :
1. Imitasi
Faktor ini memiliki peranan penting dalam interaksi sosial. Karena imitasi dapat
menimbulkan dorongan pada seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilainilai yang berlaku. Namun di sisi lain, imitasi mungkin saja mengakibatkan
terjadinya hal yang negatif jika sesuatu hal yag ditiru merupakan hal yang buruk
Universitas Sumatera Utara
atau negatif. Contohnya, seorang anak SMP merokok karena meniru temannya
yang seorang perokok.
Imitasi juga dapat menyebabkan daya kreasi seseorang mati atau tidak
bekerja. Hal ini disebabkan karena orang tersebut hanya meniru setiap
perlakuan/sikap, dan sebagainya yang dianggap menarik oleh orang tersebut.
2. Sugesti
Faktor ini berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sesuatu sikap
yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya
sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda emosi, yang
menghambat daya berpikirnya secara rasional.
Proses ini juga mungkin terjadi karena apabila orang yang memberikan
pandangan adalah orang yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya yang
otoriter. Atau mungkin juga karena orang yang memberikan pandangan
merupakan bagian dari suatu kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat.
3. Identifikasi
Identifikasi
merupakan
suatu
proses
kecenderungan-kecenderungan
atau
keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk sama dengan pihak lain. Proses
ini sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat
terbentuk karena proses ini. Namun, sebelum seseorang sampai pada proses
identifikasi ini, mulanya orang tersebut melalui proses imitasi dan atau sugesti.
Proses ini berlangsung pada suatu keadaan dimana seseorang yang
beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain (yang menjadi idealnya) sehingga
Universitas Sumatera Utara
pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat
melembaga dan bahkan menjiwai pada orang tersebut.
4. Simpati
Simpati merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak
lain. Pada proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun
dorongan utama pada simpati ialah keinginan untuk memahami pihak lain dan
untuk bekerja sama dengannya.
Banyak sekali contoh simpati yang dapat dilihat pada kehidupan nyata,
seperti seseorang yang menggalang dana untuk membantu konflik yang sedang
terjadi di Palestina, juga seseorang yang meminjamkan uang kepada orang lain
untuk membantu mengatasi masalah orang tersebut, dan lain sebagainya.
Kesemua contoh tersebut pada mulanya didasari akan perasaan iba atau rasa
kasihan akan penderitaan orang lain, sehingga timbul dorongan untuk membantu
(bekerja sama) dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
2.9.3.3 Interaksi Sosial Di Kalangan Remaja
Menurut Soekanto (2012), suatu tinjauan sosiologis didasarkan pada hubungan
antar manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antar manusia dan
kelompok, di dalam proses kehidupan bermasyarakat. Di dalam hubunganhubungan tersebut (interaksi sosial), anak dan remaja merupakan salah satu pihak,
di samping adanya pihak-pihak lain yang saling mempengaruhi sehingga
terbentuklah kepribadian-kepribadian tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam proses interaksi tersebut, terdapat proses sosialisasi yang
bertujuan agar dipatuhi dan dimengertinya nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang
berlaku di masyarakat. Dalam proses sosialisasi yang khususnya tertuju pada
anak-anak, banyak pihak yang berperan di dalamnya. Pihak-pihak tersebut yaitu
keluarga, kelompok sepermainan, dan atau kelompok pendidik (sekolah).
Secara psikologis, usia remaja merupakan usia dimana yang bersangkutan
sedang mencari identitasnya. Untuk itu, harus ada tokoh-tokoh ideal yang mampu
memberikan contoh-contoh yang terpuji. Oleh karena itu, pada masa ini orangtua
diharapkan dapat memberikan atau menanamkan pengertian kepada anaknya yang
sedang dalam masa remaja, karena pada masa ini pergaulan remaja ruang
lingkupnya bertambah luas (baik di sekolah maupun di luar sekolah).
Pergaulan tersebut dapat membentuk kepribadian yang baik maupun yang
buruk, hal ini bergantung pada penerimaan yang bersangkutan terhadap hal-hal
yang berlangsung di dalam lingkungannya. Remaja akan senantiasa selalu
mencari hal-hal baru atau mengadaptasi, bahkan meniru segala hal yang
dianggapnya menarik dari lingkungan sekelilingnya.
Remaja yang tidak memiliki hubungan yang erat dengan orangtuanya,
seringkali mendapatkan contoh-contoh yang tidak terpuji dari lingkungan
disekitarnya. Hal ini, dikarenakan tidak adanya peran orangtua yang senantiasa
menanamkan dan memberikan pengertian serta sebagai penimbang mengenai
pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar. Oleh karena itu, orangtua harus selalu
mengarahkan anaknya agar mentaati nilai-nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara