FENOMENA PENGANGKATAN ANAK (Studi Kasus di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang) SKRIPSI

  

FENOMENA PENGANGKATAN ANAK

(Studi Kasus di Dusun Dawung Desa Candirejo

Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

FATKILATUL KASANAH

212-12-004

  

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga.

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Fatkilatul Kasanah NIM : 212-12-004 Judul : FENOMENA PENGANGKATAN ANAK (Studi Kasus di

  Dusun Dawung Desa Candirejo Kabupaten Semarang) Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

  Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 13 Maret 2017 Pembimbing, Evi Aryani, S.H., M.H.

  NIP. 19731117 200003 2 002KEMENTERIAN

  AGAMA

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH

  Jl. Nakula Sadewa V no.9 Telp (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

  PENGESAHAN Skripsi Berjudul: FENOMENA PENGANGKATAN ANAK (Studi Kasus di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang) Tahun 2017

  Oleh: Fatkilatul Kasanah

  NIM: 212-12-004 Telah dipertahankan di depan sidang munaqosyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Jum’at, 24 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam

  Dewan Sidang Munaqosyah Ketua Sidang : Muh. Khafidz, M.Ag. (.........................) Sekretaris Sidang : Evi Ariyani, M.H. (.........................) Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, M. Si. (.........................) Penguji II : Sukron Makmun, M. Si. (.........................)

  Salatiga, 24 Maret 2017 Dekan Fakultas Syari’ah

  Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. NIP. 19670115 199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fatkilatul Kasanah NIM : 212-12-004 Jurusan : Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas : Syari’ah

  Judul : Fenomena Pengangkatan Anak (Studi Kasus di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang)

  Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 10 Maret 2017 Yang menyatakan, Fatkilatul Kasanah.

  “Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkan apa yang di inginkannya” Karena tidak ada hasil yang mengkhianati proses.

  

MOTTO

“ MAN JADDA WAJADA”

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

  • Bapak dan Ibuku yang telah memberikan do’a, kasih

    sayang dan dukungannya.
  • Suami dan putraku Zidane tercinta.
  • Adik-adikku tersayang (Lely dan Richa)
  • Untuk seluruh sahabat-sahabatku, terutama mahasiswa Ahwal al-Syakhsiyyah non reguler 2012
  • Untuk teman-teman seperjuanganku, mahasiswa program studi Ahwal al Syakhshiyyah IAIN Salatiga angkatan 2012
  • Almamater

  KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb.

  Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah membrikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang selalu kami harapkan syafa’atnya di yaumil qiyamah. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang di miliki, sehingga bimbingan, arahan dan bantuan telah banyak diperoleh penulis dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga 3. Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dalam perkuliahan.

  4. Evi Ariyani, S.H., M.H., selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan ide-idenya guna membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

  5. Seluruh dosen dan staff IAIN Salatiga, terima kasih atas ilmu yang diberikan.

  6. Kedua orang tuaku yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan.

  7. Suami dan putraku yang selalu memberikan semangat.

  8. Teman-teman ahwal al-syakhsiyyah angkatan 2012.

  9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan saatu persatu yang telah berperan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, sehingga masih banyak ditemui kekurangan dan ketidaksempurnaan.

  Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Namun demikian sekecil apapun karya ini, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi ilmu yang berkah.

  Teriring do’a dan harapan, semoga amal baik dan jasa semua pihak tersebut diatas akan mendapat balasan melimpah dari Allah SWT. Aamiin.

  Wassalamu’alaikum wr. wb.

  Penulis ABSTRAK Kasanah, Fatkilatul. 2017. Fenomena Pengangkatan Anak (Studi Kasus di

  Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang). Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan Ahwal Al- Syakhsiyyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Evi Ariyani, S.H., M.H.

  Kata Kunci: Prosedur dan Faktor Pengangkatan Anak

  Dalam sebuah perkawinan, salah satu tujuannya yaitu ingin memiliki keturunan. Akan tetapi tidak semua keinginan pasangan suami istri untuk memiliki keturunan ini menjadi kenyataan. Salah satu upaya yang dilakukan pasangan suami istri untuk mendapatkan anak yaitu dengan cara mengangkat anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Prosedur pengangkatan anak, (2) faktor yang mempengaruhi pengangkatan anak, (3) Pandangan Hukum Islam dan Peraturan Perundang-undangan Indonesia Tentang Prosedur Pengangkatan Anak.

  Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field

  

research ) yang dilakukan di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan

  Pringapus Kabupaten Semarang. Pelaksanaannya menggunakan metode dskriptif analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen.

  Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah prosedur pengangkatan anak yang terjadi di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang tidak sesuai dengan hukum Islam maupun undang- undang sesuai pasal 9 ayat (2) PP No. 54 tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan anak, karena terjadi manipulasi data anak angkat seolah menjadi anak kandung. Faktor yang mempengaruhi pengangkatan anak ini antara lain faktor ekonomi, tolong menolong, ketidaktahuan hukum dan administrasi. Akibat hukum dari prosedur pengangkatan anak adalah pemutusan nasab dengan orang tua kandungnya, dalam hal ini hukum Islam melarangnya karena nantinya akan berdampak pada kemahraman, perwalian anak angkat perempuan dan kewarisan. Dalam undang-undang hal ini dibuktikan dari terbitnya akta kelahiran tanpa adanya proses penetapan pengadilan tetapi bisa mendapatkan status sebagai anak kandung dari orang tua angkatnya.

  DAFTAR ISI SAMPUL LEMBAR BERLOGO

JUDUL ................................................................................................................... i

NOTA PEMBIMBING ........................................................................................ii

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

ABSTRAK ........................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Fokus Penelitian .................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... .. 6 E. Telaah Pustaka ................................................................................... 6 F. Metode Penelitian .............................................................................. 8 G. Sistematika Penulisan...................................................................... 15 BAB II LANDASAN HUKUM PENGANGKATAN ANAK A. Pengertian Anak ....................................... ..........................................17

  B.

  Konsep Pengangkatan Anak dalam Islam ........................................ 23 C. Konsep Pengangkatan Anak dalam Perundangan. ...............................42 D.

  Konsep Pengangkatan Anak dalam Hukum Adat ........ ........................52 E. Pendaftaran Akta Kelahiran di Catatan Sipil ........................................60

  BAB III PENGANGKATAN ANAK DI DUSUN DAWUNG DESA CANDIREJO KEC. PRINGAPUS KAB. SEMARANG A. Gambaran Umum ............................................................................... 63 B. Profil Pasangan Suami Istri Pengangkatan Anak ............................... 68 C. Prosedur Pengangkatan Anak di Dusun Dawung ............................... 73 D. Faktor- Faktor Terjadinya Pengangkatan Anak .................................. 87 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG- UNDANGAN TENTANG PROSEDUR PENGANGKATAN ANAK A. Tinjauan Hukum Islam Tentang Prosedur dan Faktor Pengangkatan Anak ............................................................................. 91 B. Tinjauan Perundang-undangan Tentang Prosedur dan Faktor Pengangkatan Anak ............................................................................. 97 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 104 B. Saran ................................................................................................. 106 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Permohonan Penunjukan Pembimbing Skripsi 2. Permohonan Izin Penelitian 3. Foto Copy Lembar Konsultasi 4. Daftar Pertanyaan Wawancara 5. Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah perkawinan, salah satu tujuannya yaitu ingin

  memiliki keturunan. Hal tersebut merupakan naluri manusia dan alamiah. Akan tetapi, keterbatasan manusia tentu tidak dapat melampaui kehendak Tuhan. Pembahasan mengenai perkawinan dalam hukum, baik hukum Islam maupun Undang-undang selalu dilengkapi dengan pembahasan mengenai hak dan kewajiban orang tua terhadap anak.

  Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak memiliki kedudukan yang istimewa dalam sebuah keluarga. Selain itu, anak merupakan potensi generasi muda penerus cita-cita bangsa dan kita wajib melindunginya.

  Adanya keinginan manusia memiliki anak tetapi Tuhan tidak menghendaki merupakan sebuah kenyataan yang harus di hadapi oleh sebagian pasangan manusia. Pada umumnya, manusia tidak puas dengan apa yang dialaminya sehingga berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

  Salah satu upaya yang dilakukan banyak keluarga untuk mendapatkan anak yaitu dengan mengangkat anak atau adopsi. Pengangkatan anak merupakan salah satu upaya perlindungan dan penyejahteraan anak baik untuk masa sekarang maupun masa depannya. Hal ini untuk menjamin hak anak yang merupakan bagian dari hak asasi manusia yang wajib di jamin, di lindungi dan di penuhi oleh orang tua, masyarakat, pemerintah dan negara.

  Dalam hukum Islam, pengangkatan anak diatur di dalam Al- Qur’an surat al-Ahzab ayat 4-5 yang berbunyi:

  

...         

          

             

        

               

  ...Dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkat kalian sebagai anak kandung kalian sendiri. Yang demikian itu hanyalah perkataan dimulut kalian saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan dia menunjukkan jalan yang lurus. Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang adil pada sisi Allah. Dan jika kalian tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka) sebagai saudara-saudara kalian seagama dan maula-maula kalian. Tidak ada dosa padamu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya adalah) apa yang disengaja oleh hatimu, Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Hal ini menunjukkan bahwa pengangkatan anak tidak boleh dijadikan anak kandung dengan alasan apapun. Orang tua angkat wajib memberitahukan tentang asal-usul si anak dan orang tua kandungnya serta pengangkatan anak tidak boleh memutus hubungan nasab antara anak yang di angkat dengan orang tua kandungnya.

  Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, tata cara pengangkatan anak telah diatur dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak dengan peraturan pelaksana berupa Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang pelaksanaan pengangkatan anak. Peraturan pengangkatan anak khusus bagi warga negara Tionghoa (Cina) diatur dalam Staatsblaad 1917 No. 129 tentang Pengangkatan Anak. Pengangkatan anak dalam Kompilasi Hukum Islam terdapat pada pasal 171 huruf H.

  Supaya mendapatkan kepastian hukum, pelaksanaan pengangkatan anak harus melalui Pengadilan Negeri diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 6 tahun 1983 jo SEMA No. 4 tahun 1989 jo SEMA No. 3 tahun 2005 tentang pengangkatan anak.

  Kemudian setelah berlakunya Undang-Undang No. 3 tahun 2006, membolehkan Pengadilan Agama untuk menangani permohonan pengangkatan anak.

  Pengangkatan anak biasanya (pada realitanya) dilakukan sesuai dengan hukum adat yang hidup dan berkembang di daerah yang bersangkutan. Pada umumnya kebiasaan yang dilakukan adalah adanya persetujuan kedua belah pihak antara orang tua kandung dan orang tua yang mengangkatnya kemudian disaksikan oleh perangkat desa serta diadakan acara adat berupa selamatan. Dengan demikian pengangkatan anak telah resmi secara adat. Dengan terjadinya pengangkatan anak maka terjalin hubungan antara orang tua angkat dengan anak angkat. Dengan demikian hubungan dengan orang tua kandung menjadi terputus.

  Berdasarkan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, banyak dijumpai warga masyarakat yang melakukan pengangkatan anak tanpa melalui prosedur hukum (persidangan di pengadilan) akan tetapi mendapatkan akta kelahiran anak dengan status sebagai anak kandung. Dari sinilah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hal tersebut dan ingin mengetahui lebih jauh alasan mereka mengangkat anak tanpa melalui persidangan dan bagaimana prosedur pengangkatan anak tersebut dalam masyarakat.

  Adanya praktik pengangkatan anak ini sangatlah menarik untuk diteliti. Oleh sebab itu, penulis mengangkat persoalan yang terjadi dalam masyarakat ini yang kemudian dirumuskan dalam sebuah judul penelitian “FENOMENA PENGANGKATAN ANAK DI DUSUN DAWUNG, DESA CANDIREJO, KECAMATAN PRINGAPUS, KABUPATEN SEMARANG”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang diatas, masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah prosedur pengangkatan anak di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang? 2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pengangkatan anak di Dusun Dawung Desa Candirejo

  Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang? 3. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam dan Peraturan Perundang- undangan Indonesia tentang prosedur pengangkatan anak di

  Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui prosedur pengangkatan anak di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

  2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pengangkatan anak di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

  3. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam dan Peraturan Perundang-undangan Indonesia tentang prosedur pengangkatan anak di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis a.

  Untuk melatih kemampuan akademis sekaligus penerapan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah; b.

  Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang mempunyai keterkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

  2. Manfaat Praktis Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui dengan jelas bagaimana konsep Islam dan perundang-undangan mengenai anak angkat dan memberikan kontribusi dan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam memberikan perlindungan terhadap anak- anak terutama anak angkat. Menyadarkan pelaku pengangkatan anak agar melaksanakan aturan sesuai aturan hukum yang berlaku.

E. Telaah Pustaka

  Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan, melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan oleh penulis lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu, penelitian terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan perbedaan kesimpulan oleh penulis dan peneliti lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir serupa.

  Penelitian ini tentu bukan penelitian pertama mengenai pengangkatan anak yang terjadi di kehidupan masyarakat. Ada beberapa penelitian terkait dengan pengangkatan anak diantaranya telah dilakukan oleh mahasiswa fakultas Syari’ah, Jurusan Ahwal al- Syakhsiyyah IAIN Salatiga dengan fokus dan permasalahan yang berlainan.

  Dalam penelitian lain yang berjudul Keabsahan Anak Menurut Hukum Perdata dan Akibat Hukumnya, Imam Mukhlis (2005) hanya menjelaskan tentang bukti keabsahan anak dengan akta yang diperoleh dari catatan sipil. Dalam penelitian tersebut Imam Mukhlis memberikan 3 rumusan masalah berupa: 1. Bagaimana ketentuan keabsahan anak dalam hukum Islam? 2. Bagaimana ketentuan keabsahan anak dalam hukum perdata? 3. Bagaimana akibat hukum dari kedua sebab hukum tersebut?

  Hasil dari penelitian tersebut ialah: pertama, keabsahan anak itu berdasarkan perkawinan orang tuanya. Segala anak yang dilahirkan diluar perkawinan yang sah merupakan anak yang tidak sah. Kedua, asal keturunan anak-anaksah menurut hukum perdata bisa dibuktikan dengan akta-akta kelahiran yang didaftarkan dalam daftar catatansipil. Ketiga, akibat hukum dari kedua sebab hukum tersebut adalah bagi anak yang tidak sah jelas terkendala dengan hukum kewarisan dan perwalian.

  Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini secara khusus membahas mengenai prosedur pengangkatan anak secara adat tanpa melalui proses persidangan. Mengingat bahwa pengangkatan anak ini pada umumnya dilakukan oleh masyarakat dengan tetangganya sendiri tetapi tidak memiliki hubungan darah atau pertalian nasab.

  Jadi, keunikan dari penelitian ini yaitu penulis ingin menggali lebih dalam bagaimana proses untuk mendapatkan akta kelahiran si anak tersebut. Mengingat bahwa dia (si anak) bukanlah anak kandung dari orang tua angkat tetapi bisa mendapatkan status anak kandung dalam akta kelahirannya.

F. Metode Penelitian

  Untuk mengetahui adanya segala sesuatu yang berhubungan dengan pokok permasalahan diperlukan suatu pedoman penelitian yang disebut metodologi penelitian yaitu cara yang dipakai untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyususn laporan guna mencapai satu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

  1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah (Azwar, 1997: 5).

  Penelitian ini adalah studi kasus dengan metode deskriptif- analisis, yakni sebuah metode penelitian dimana peneliti menjelaskan objek yang diteliti (orang, lembaga dan lainnya) berdasarkan kenyataan yang didapatkan dari kasus-kasus di lapangan. Dalam penelitian ini ada 4 kasus pengangangkatan anak yang diteliti oleh penulis yang terdiri dari 4 pasangan suami istri.

  2. Jenis Pendekatan Jenis pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis-normatif.

  3. Kehadiran Peneliti Penelitian ini dilakukan secara terbuka dengan memberitahukan kepada para objek penelitian dan para informan mengenai penelitian yang dilakukan. Peneliti bertindak sebagai instrumen dan pengumpul data, sehingga antara peneliti dan informan terjadi interaksi secara wajar dan menghindari adanya kesalahpahaman antara para pihak.

  4. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

  Penelitian ini mengambil lokasi tersebut karena peneliti mendapatkan informasi mengenai pengangkatan anak tanpa mengikuti prosedur hukum yang berlaku, sehingga peneliti dapat memperoleh data dan gambaran yang jelas sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu Fenomena Pengangkatan Anak di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

  5. Sumber Data Data penelitian diperoleh dengan cara sebagai berikut: a. Data Primer

  Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan melalui pengamatan dan wawancara.

  Menurut Moleong (2006:157) data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan mengadakan peninjauan langsung pada objek yang diteliti. Data ini didapat dari informan atau peristiwa-peristiwa yang diamati seperti wawancara, dokumentasi dan observasi.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari al-Qur’an, al-Hadist, perundang- undangan, buku dan literatur yang ada kaitannya dengan materi yang diteliti. Al-Qur’an menjadi landasan utama teori dalam data sekunder ini. Disamping itu, data pustaka juga digali dari Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak dengan aturan pelaksana berupa PP No.54 tahun 2007, Inpres No.1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, buku-buku mengenai pengangkatan anak dan artikel-artikel dari website.

6. Teknik Pengumpulan data

  Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Observasi Dalam penelitian ini peneliti mengamati kondisi sosial- ekonomi pelaku praktik pengangkatan anak atau objek yang berada dalam kesehariannya ketika wawancara di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Kondisi sosial pelaku pengangkatan anak dalam kesehariannya sangat interaktif dalam berkomunikasi dengan para tetangganya. Mereka saling bertegur sapa ketika bertemu siapa saja dan dimana saja. Sedangkan kondisi ekonominya sendiri, mereka memiliki rumah berdinding kayu, berlantaikan tanah dan ada yang berlantaikan kayu

  “jrambah”. Mata pencaharian mereka adalah bertani bagi si suami sedangkan si istri mengurus rumah tangga, terkadang juga ikut membantu suami bertani.

  b.

  Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis berlandaskan pada tujuan penelitian. Data diperoleh dengan mewawancarai masyarakat khususnya 4 pasangan suami istri yang melakukan pengangkatan anak serta mewawancarai perangkat desa setempat yakni Kepala Dusun Dawung dan Kepala Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

  Dalam hal ini penulis menggunakan teknik wawancara mendalam (indept interviewing) secara tertutup karena informan tidak menghendaki identitas aslinya diketahui banyak orang.

  Wawancara dalam penelitian ini menggunakan cara antara lain:

  1. Menggunakan metode diskusi antara informan dan peneliti

  2. Peneliti memberikan pertanyaan kepada informan mengenai pokok permasalahan

  3. Informan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti

  4. Peneliti memberikan feedback atas jawaban dari informan yang belum jelas

5. Informan kembali menjelaskan feedback dari peneliti 6.

  Sebelum mengakhiri wawancara, peneliti kembali menegaskan jawaban yang diberikan oleh informan

  7. Wawancara diakhiri setelah peneliti benar-benar mendapatkan data yang dianggap peneliti dapat mendukung penelitiannya.

7. Analisis Data

  Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahapan selanjutnya yaitu analisis data. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh kebenaran- kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian. Pada analisis data ini menggunakan cara deduktif sebagai berikut: a.

  Reduksi Data Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. b.

  Sajian Data Sajian data adalah suatu rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

  c.

  Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya kesimpulan yang diambil menjadi lebih kokoh.

  Adapun proses analisisnya adalah sebagai berikut: Langkah pertama adalah pengumpulan data, setelah data terkumpul kemudian data direduksi artinya diseleksi, disederhanakan, menimbang hal-hal yang tidak relevan, kemudian diadakan penyajian data yaitu rangkaian informasi atau data sehingga memungkinkan untuk ditarik kesimpulan.

8. Prosedur Penelitian

  Prosedur penelitian merupakan kejelasan langkah-langkah penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap: a.

  Tahap Pra Lapangan Tahap ini dilakukan dengan kegiatan mulai dari penentuan lokasi penelitian, peninjauan lokasi penelitian, pengurusan proposal dan pengurusan perizinan penelitian.

  b.

  Tahap Pelaksanaan Lapangan Tahap ini dilakukan dengan kegiatan mengumpulkan data lokasi penelitian dengan cara wawancara terhadap informan dan pelaku pengangkatan anak serta observasi.

  c.

  Tahap Analisis Data Tahap ini dilakukan dengan menganalisis data, melakukan verifikasi dan pengayaan untuk selanjutnya merumuskan kesimpulan sebagai temuan penelitian d. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

  Tahap ini dilakukan dengan menyusun laporan, memaparkan dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan menggunakan pendekatan yuridis normatif sehingga menjadi bentuk laporan penelitian yang ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

  Dalam rangka mempermudah proses pembahasan dan pencapaian ide dan tema dalam penelitian ini, maka penulis merangkai pembahasan dan sistematika dalam lima bab, yaitu sebagai berikut: BAB I pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II berisi tentang pengertian anak, konsep anak angkat menurut hukum Islam, perundang-undangan dan hukum adat, syarat dan tujuan pengangkatan anak, prosedur pengangkatan anak serta akibat hukum dari pengangkatan anak.

  BAB III berisi tentang pemaparan seluruh hasil penelitian yang peneliti lakukan meliputi letak geografis, gambaran penduduk, kehidupan beragama, kondisi ekonomi sosial, profil pelaku pengangkatan anak serta proses pengangkatan anak.

  BAB IV berisi tentang analisis hukum Islam dan perundang- undangan terhadap prosedur pengangkatan anak dan faktor-faktor pengangkatan anak.

  BAB V penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian ini dan saran yang diberikan penulis kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.

BAB II LANDASAN HUKUM PENGANGKATAN ANAK A. Pengertian Anak 1. Anak Menurut Islam, Perundang-Undangan dan Hukum Adat Dalam pandangan Islam, anak adalah keturunan yang lahir

  dari hubungan yang sah yaitu perkawinan antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri.

  Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”.

  Sedangkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

  pasal 330 dijelaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum dewasa yaitu belum genap berusia dua puluh satu tahun dan belum pernah kawin.

  Pengertian anak sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Kesejahteraan Anak No. 4 Tahun 1979 Pasal 1 ayat (2) bahwa “Anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin”.

  Pengertian anak menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 angka (5) bahwa “Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya”.

  Pengertian anak sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (1) bahwa “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

  Dalam hukum adat anak merupakan ketunggalan leluhur, artinya ada hubungan darah antara seseorang dengan orang lain yang terikat dalam sebuah ikatan keluarga.

  Berdasarkan jenisnya, anak dapat dibedakan menjadi dua: a. Anak kandung, yaitu anak yang lahir dalam suatu perkawinan sehingga timbul hubungan hukum antara orang tua dengan anak baik dalam pemeliharaan atau harta kekayaan. Anak kandung akan menjadi ahli waris dari orang tuanya yang meninggal dunia.

  b.

  Anak bukan kandung, yaitu anak yang tidak dilahirkan dari suatu perkawinan yang telah ada (pewaris), terdiri atas: 1)

  Anak angkat, yaitu anak orang lain yang diangkat menjadi anak sendiri. Akan tetapi tidak semua anak angkat berhak menjadi ahli waris. Misal di Bali, anak angkat berhak mewarisi harta orang tua angkat karena pengangkatan anak di Bali mengakibatkan putusnya hubungan pertalian keluarga. Sedangkan di Jawa, pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan keluarga atau orang tua kandungnya.

  2) Anak piara, yaitu anak orang lain yang dipelihara baik dengan sukarela atau perjanjian. Anak piara tidak berhak menjadi ahli waris yang memeliharanya.

  3) Anak gampang, yaitu anak yang dilahirkan tanpa ayah sehingga anak tersebut berhak menjadi ahli waris dari ibunya saja.

  4) Anak tiri, yaitu anak yang dibawa oleh suami atau istri kedalam suatu perkawinan yang baru. Anak tiri hanya menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya saja.

2. Pengertian Pengangkatan Anak

  Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia secara terminologis pengertian anak angkat adalah anak orang lain yang diambil dan disahkan sebagai anaknya sendiri (Poerwadarminta, 1976: 38)

  Pengertian anak angkat dalam Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam menyatakan “Anak angkat adalah anak yang dalam pemeliharaan hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasar putusan pengadilan”

  Pengertian anak angkat dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak adalah sebagai berikut:

  Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut kelingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.

  Menurut Hilman Hadikusumo (1983: 149) “Anak angkat adalah anak orang lain yang dianggap anak sendiri oleh orang tua angkat resmi menurut hukum adat setempat, dikarenakan tujuan untuk kelangsungan keturunan dan atau pemeliharaan atas harta kekayaan rumah tangga”.

  Mengenai pengertian anak angkat, ada pula yang mengartikan sebagai berikut: Pertama, penyatuan seseorang terhadap anak yang diketahuinya bahwa ia sebagai anak orang lain kedalam keluarganya. Ia diperlakukan sebagai anak dalam segi kecintaan, pemberian nafkah, pendidikan dan pelayanan dalam segala kebutuhannya, bukan diperlakukan sebagai anak nasabnya sendiri. Kedua, tabanni (mengangkat anak secara mutlak) menurut syari’at adat dan kebiasaan pada manusia, memasukkan anak yang diketahuinya sebagai orang lain kedalam keluarganya yang tidak ada pertalian nasab kepada dirinya sebagai anak sah tetapi mempunyai hak dan ketentuan hukum sebagai anaknya.

  Akan tetapi Yusuf Qardhawi (2000: 314) dalam bukunya Halal Haram dalam Islam berpendapat bahwa “Islam melihat bahwa tabanni (adopsi) adalah pemalsuan atas realita konkret. Pemalsuan yang menjadikan seseorang yang sebenarnya orang lain bagi suatu keluarga menjadi salah seorang anggotanya”. Hal ini dikarenakan ia bebas saja berduaan dengan kaum perempuannya, dengan anggapan bahwa mereka adalah mahramnya. Padahal secara hukum mereka adalah orang lain baginya.

  Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa anak angkat adalah anak orang lain yang haknya dialihkan dari lingkungan keluarga orang tua yang bertanggungjawab mengenai pendidikan dan pelayanan segala kebutuhan kepada orang tua yang mengangkatnya.

  Beberapa ahli telah memberikan rumusan tentang pengertian pengangkatan anak. Menurut Surojo Wignjodipuro (1973: 123) sebagaimana telah dikutip Irma Setyowati Soemitro (1990: 33) menyatakan bahwa mengangkat anak atau adopsi adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain ke dalam keluarga sendiri sedemikian rupa, sehingga antara orang yang memungut anak dan anak yang dipungut itu timbul suatu hukum kekeluargaan yang sama, seperti yang ada antara orang tua dengan anak kandungnya sendiri.

  Adopsi dapat dibedakan menjadi dua macam: a.

  Adopsi langsung, yaitu untuk keperluan hukum, maka seorang anak langsung diangkat menjadi anaknya. b.

  Adopsi tidak langsung, yaitu adopsi yang dilakukan ketika seseorang kawin atau mengawinkan kemudian ia mengangkat anak atau anak tirinya atau anak mantunya sebagai anak sendiri.

  Pengangkatan anak merupakan suatu perbuatan mengangkat anak yang dijadikan anak sendiri atau mengangkat seseorang dalam kedudukan tertentu yang menyebabkan timbulnya hubungan yang seolah-olah didasarkan pada faktor hubungan darah. Adopsi harus dibedakan dengan pengangkatan anak dengan tujuan semata-mata untuk pemeliharaan anak saja (Soekanto, 1980: 52).

  Dalam Ensiklopedia Umum disebutkan: Pengangkatan anak adalah suatu cara untuk mengadakan hubungan antara orang tua dan anak yang diatur dalam pengaturan perundang -undangan. Biasanya adopsi dilakukan untuk mendapatkan pewaris atau untuk mendapatkan anak bagi yang tidak beranak. Akibat dari adopsi yang sedemikian itu ialah bahwa anak yang di adopsi kemudian memiliki status anak kandung yang sah dengan segala hak dan kewajiban. Sebelum melaksanakan adopsi, calon orang tua harus memenuhi syarat-syarat untuk dapat benar-benar menjamin kesejahteraan bagi anak (Zaini, 1999: 5).

  Di Jawa Tengah, pengangkatan anak menurut Mr. M.M. Djojodiguno dan Mr. Raden Tirtawinata adalah pengangkatan anak orang lain dengan maksud supaya anak itu menjadi anak dari orang tua angkatnya. Ditambahkan bahwa adopsi itu dilakukan sedemikian rupa, sehingga anak itu baik secara lahir (uiterlijk) maupun batin (innerlijk) merupakan anak sendiri (Tafal, 1983: 47). pengangkatan anak adalah timbulnya hubungan hukum antara anak angkat dengan orang tua yang mengangkatnya yang sama hubungannya dengan orang tua anak kandung. Akibat pengangkatan tersebut timbullah hak dan kewajiban timbal balik antara anak angkat dan orang tua angkat tersebut. Orang tua angkat berhak untuk menyuruh anaknya untuk melakukan segala sesuatu yang dikehendakinya dan ia pun berkewajiban untuk memelihara anak tersebut sampai dia besar. Sebaliknya, si anak disamping berhak atas pemeliharaan yang ditanggung oleh orang tuanya, diapun berkewajiban pula untuk taat dan patuh kepada orang tua angkatnya dan memelihara orang tua tersebut hingga hari tuanya sampai mereka meninggal dunia.

  Dari pengertian pengangkatan anak diatas, dapat dikatakan bahwa dalam pengangkatan anak terjadi perpindahan anak orang lain kedalam satu keluarga yang mengangkatnya beserta hak dan kewajibannya seperti halnya anak kandung sendiri yang juga berhak mendapat warisan dari orang tua kandungnya.

B. Konsep Pengangkatan Anak dalam Islam 1.

  Pengertian Pengangkatan Anak dalam Islam Ada beberapa sumber dalam Islam mengenai pengangkatan anak: a.

  Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama yang memuat kaidah-kaidah hukum yang fundamental (asasi).

  Pengangkatan anak dalam Islam sebenarnya tidak memberikan makna apapun. Hanya sebuah ucapan yang mungkin menggeser realitas yang ada, tidak mendekatkan yang jauh dan tidak pula menjadikan orang asing sebagai keluarga dan dapat mengubah status anak. Hal ini diperjelas dengan firman Allah SWT surat Al-Ahzab ayat 4-5, yaitu:

  ...                   

            

         

                

  ...dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu menjadi anak kandungmu (sendiri) yang demikian itu hanyalah perkataan di mulut saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan yang benar. Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan memakai nama bapak mereka, itulah yang adil pada sisi Allah dan jika kamu tidak mengetahui bapak- bapak mereka maka panggillah (mereka) sebagai saudara-saudaramu dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa bagimu terhadap apa yang khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Menurut Yusuf Qardhawi dalam bukunya Halal Haram dalam Islam (2000:319) Sistem adopsi yang dihapuskan Islam yaitu adopsi yang menjadikan seseorang menjadi anak secara hukum, padahal diketahui bahwa sesungguhnya ia bukanlah anak sendiri namun dinisbatkan pada keturunan dan keluarganya. Bahkan dikukuhkan oleh hukum yang mengatur tentang anak, dengan menetapkan berbagai dampaknya, seperti dibolehkannya bercampur baur, haram dinikahi juga hak-hak pewarisan.

  b.

  Al-Hadist Sebagaimana Islam telah mengharamkan seorang ayah mengingkari anaknya tanpa suatu alasan yang dapat dibenarkan, begitu juga Islam tidak membenarkan seorang anak menyandarkan nasab kepada orang lain bukan dengan panggilan ayahnya sendiri. Seperti halnya anak angkat, bahwa anak angkat tidak boleh menyandarkan nasabnya kepada orang tua angkatnya. Rasulullah SAW menilai perbuatan tersebut sebagai kemungkaran yang menyebabkan kutukan dari Allah dan makhluk-Nya.

  Dalam sebuah hadist yang terdapat dalam bukunya Yusuf Qardhawi yang berjudul Halal Haram dalam Islam (2000: 321) bahwa Rasulullah SAW bersabda:

  

ﷲ ﺔﻨﻌﻟ ﮫﯾﺎﻌﻓ ﮫﯿﻟاﻮﻣ ﺮﯿﻏ ﻰّﻟﻮﺗ وا ﮫﯿﺑا ﺮﯿﻏ ﻰﻟا ﻰﻋّدا ﻦﻣ

.ﻦﯿﻌﻤﺟا سﺎّﻨﻟاو ﺔﻜﺋﻼﻤﻟاو

  “Barang siapa mengaku sebagai ayah selain ayahnya, atau menisbatkan diri kepada selain walinya, ia mendapat laknat Allah, malaikat dan seluruh umat manusia” (HR. Bukhori Muslim)

  Dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda:

  .ﮫﯿﺑا ﺮﯿﻏ ﮫّﻧا ﻢﻠﻌﯾ ﻮھو ﮫﯿﺑا ﺮﯿﻏ ﻰﻟا ﻰﻋّدا ﻦﻣ

  “Barang siapa menisbatkan dirinya kepada selain bapaknya, padahal ia tahu kalau ia bukan bapaknya, maka surga diharamkan baginya” (HR. Bukhori Muslim)

  Pengangkatan anak menurut Islam adalah boleh (mubah) sejauh tidak bertentangan dengan hukum Islam. Dalam hal ini penggunaan istilah “anak angkat” boleh-boleh saja selama yang dimaksud dengan istilah itu tidak mengandung kriteria yang dilarang dalam Islam. Misalnya, seseorang memungut anak yatim atau anak yang diperoleh dijalan kemudian dijadikan sebagai anaknya dalam hal pemeliharaan, kasih sayang ataupun pendidikanya. Dia diasuh, diberi makan, pakaian, dan diajak bergaul seperti anaknya sendiri. Namun demikian, pengangkatannya tidak menisbatkan kepada dirinya dan tidak pula mengukuhkan hukum anak tersebut sebagaimana anaknya sendiri.

  Ini merupakan suatu cara yang terpuji dalam pandangan Islam, barang siapa yang melakukannya maka surga menjadi balasannya. Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW dalam hadistnya:

  

جّﺮﻓو ﻰﻄﺳﻮﻟاو ﺔﺑﺎﺒﺴﻟا رﺎﺷاو ) اﺬﻜھ ﺔّﻨﺠﻟا ﻰﻓ ﻢﯿﺘﯿﻟا ﻞﻓﺎﻛو ﺎﻧا

(ﺎﺌﯿﺷ ﺎﻤﮭﻨﯿﺑ

  “Aku dan penyantun anak yatim di surga seperti ini” beliau memberi isyarat dengan jari tengah dan telunjuknya sambil menggerak-gerakkannya ( HR. Bukhori, Abu Daud dan Turmudzi).

  Anak terlantar sama halnya dengan anak yatim, anak semacam ini lebih berhak disebut sebagai ibnu sabil dan Islam memerintahkan kita untuk menyantuninya. Jika seseorang tidak mempunyai anak, lalu berkeinginan menyisishkan sebagaian hartanya bagi anak terlantar itu, ia bisa menghibahkan apa saja dimasa hidupnya. Sebelum meninggal ia boleh berwasiat maksimal sepertiga dari peninggalannya untuk anak yang disantuninya.

  c.

  Ijma’ Ijma’ adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat para ahli mengenai suatu masalah pada suatu tempat di suatu masa.

  Pendapat Majelis Ulama Indonesia yang dituangkan dalam Surat Nomor U-335/MUI/VI/tanggal 18 Sya’ban 1402 H/ 10 Juni 1982 yang ditandatangani oleh ketua umum K.H. M.

  Syukeri Ghazali didalam bukunya Muderis Zaini yang berjudul Adopsi Suatu Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum (1999: 57) adalah sebagai berikut:

  1.) Pengangkatan anak yang tujuan pemeliharaan, pemberian bantuan dan lain-lain yang sifatnya untuk kepentingan anak angkat dimaksud adalah boleh saja menurut hukum Islam

  2.) Anak-anak yang beragama Islam hendaknya dijadikan anak angkat (adopsi) oleh Ayah atau Ibu yang beragama

  Islam supaya keIslamannya ada jaminan terpelihara. 3.)

Dokumen yang terkait

MAKNA BENCANA ALAM BAGI MASYARAKAT (Studi di Dusun Kedungrejo, Desa Sukomulyo, Kecamatan Pujon Kabupaten Malang)

3 25 29

MANGROVE Kasus: Desa Sei Nagalawan Dusun III Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai SKRIPSI

0 1 12

Analisis Pemasaran Gula Kelapa (Studi Kasus Di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang)

0 0 13

PENGARUH ISTRI BEKERJA DI LUAR NEGERI DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH (Studi Kasus TKW di Dusun Ringin Desa Payaman, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan) SKRIPSI

0 0 11

PELAKSANAAN IJAB KABUL PERNIKAHAN DENGAN SISTEM PERHITUNGAN WAKTU (Studi Kasus Desa Jetak, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang) - Test Repository

0 0 119

PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH BERDASARKAN KONSEP MASLAHAT LIL UMMAT (Studi Kasus di Dusun Kaliwaru, Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 141

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI MEMBANGUN KIJINGNGIJING (Studi Deskriptif Di Dusun Siwal Desa Siwal Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang) SKRIPSI

0 0 144

POLA PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA TKW Studi Kasus di Keluarga TKW Dusun Tugu, Desa Banding, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2014 SKRIPSI

0 0 148

NIKAH DENGAN NIAT TALAK DAN RELEVANSINYA DENGAN KHI PASAL 3 (Studi Kasus Di Desa Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar S1 Dalam Ilmu Syari’ah

0 0 116

PERWALIAN ANAK HASIL NIKAH SIRRI( Studi Kasus di Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang)

0 0 90