PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI PENGALAMAN MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENJANG PENDIDIKAN

  

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN DITINJAU DARI PENGALAMAN MENGAJAR,

TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENJANG PENDIDIKAN

  Studi Kasus : Guru-guru SD, SMP, SMA Pangudi Luhur Kotamadya Yogyakarta

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh :

  Yosephin Natalia Margi Lestari 041334049

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  PERS EMBAH AN S yu ku r ku p ad a Tu h a n , te rim a ka s ih u n tu k s e s a m a d a n d u ku n ga n ya n g tu lu s ‘tu k s e m u a te m a n ya n g b e ru s a h a m e raih m im p i… P ad a s e m u a ya n g te la h m e m b a n tu s e le s a in ya ka rya in i h in gga

a kh irn ya s a tu a s a te la h te rga p a i.

Ka rya in i a ku p e rs e m ba h ka n u n tu k: ™ Ye s u s Kris tu s Tu h an ku ™ Bu n da di s u rga

  ™ Bapak dan adikku ™ Te m an 2 _ ku : Flo w ry, Rin a, An d ri, Rika Te ty, D ia n …ka lia n ya n g te rb a ik.

  ™ Lala, Ste ve n , dan Tata

  

MOTTO

™ Impian tidak selalu menjadi kenyataan tetapi

kenyataan selalu datang dari impian

  

™ Lakukan yang terbaik untuk setiap hal dan yakinlah

hal tersebut akan mendatangkan hal baik pula dalam hidup

™ Jangan putus asa cuma karena beberapa kegagalan.

  Dalam hidup anda cuma butuh satu keberhasilan

™ Jangan sampai ada orang yang datang padamu tanpa

menjadi lebih baik atau lebih bahagia setelah itu.

Jadilah ungkapan kemurahan Tuhan, kemurahan di

wajahmu,

kemurahan di matamu dan kemurahan pada senyummu.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari dalam penyelesaian karya ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.

  Bpk Drs. T. Sarkim M.Ed., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  2. Bpk Y. Harsoyo S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bpk L. Saptono S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Bpk S. Widanarto Prijowuntato S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing, terima kasih untuk segala bimbingan dan bantuannya. Matur nuwun pak…

  5. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi, terimakasih untuk seluruh pengetahuan/ilmu yang penulis dapatkan dan bantuannya selama kuliah.

  6. Seluruh Kepala Sekolah tempat melakukan penelitian dan Bapak Ibu Guru (SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, SD

  Pangudi Luhur 1-4 Yogyakarta) terimakasih untuk sambutan ramah dan bantuan selama penelitian sehingga semuanya berjalan lancar.

  7. Orangtua terkasih, maturnuwun pak untuk doa, perhatian dan semangat yang telah diberikan. Bunda aku akhirnya lulus tahun ini…

8. Adekku, terima kasih untuk doa, semangat, dan dukungannya selama ini.

  Makasih dah mau mengalah untukku… 9. Simbah kakung dan putri, matur nuwun mbah donga pangestunipun… denok pun lulus!!

  10. Teman-teman Saint Matthew, makasih rekan-rekan ‘tuk keceriaan yang kalian berikan selama ini. Aku dah banyak waktu untuk kalian sekarang……

  11. Mbak Youney dan denok E’ning, makasih dah memberiku semangat yang luar biasa sampai hari ini… aku wis lulus…

  12. Teman-teman ku: Flowry, Rina, Andri, Rika, Tety, Dian…… (tep semangat yah…!!) makasih ‘tuk setiap memory yang terlewatkan bersama kalian… semua tak kan pernah terlupa.

  13. Keluarga Bapak Hendri dan Ibu Jenny, de’ Lala, Steven dan Tata, terimakasih untuk sambutan hangat setiap kali aku datang ke rumah…kalian memberi semangat yang luar biasa untukku.

  14. Buat Agnes, Sisil, Nova makasih untuk tumpangan kos nya, buat Nining… makasih dah mau nganter aku kemana pun aku ajak… makasih juga buat kritik saran dan semangatnya yah… aku yo lulus tahun iki!

16. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu disini, yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu masukan, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca semuanya.

  Yogyakarta, 5 Mei 2009 Penulis

  

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN DITINJAU DARI PENGALAMAN MENGAJAR,

TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENJANG PENDIDIKAN

  

Studi Kasus : Guru-guru SD, SMP, SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

  Yosephin Natalia Margi Lestari Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2009

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar, 2) Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, 3) Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan tempat guru berkarya. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari 2009.

  Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru pada SD Pangudi Luhur 1-

  4 Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Yogyakarta dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Dengan sampel populasi yang berjumlah 87 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way Anova.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa:1) Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar (Fhitung 1,103 < Ftabel 2,082), 2) Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan (Fhitung 1,126 < Ftabel 3,124), 3) Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan (Fhitung 0,824 < Ftabel 3,124).

  

ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION OF SCHOOL BASED CURRICULUM

  

VIEWED FROM THEIR EXPERIENCE OF TEACHING, LEVEL OF

EDUCATION AND LEVEL OF SCHOOL

A Case Study on Teachers of Elementary Schools, Junior High Schools and

Senior High School of Pangudi Luhur Yogyakarta.

  Yosephin Natalia Margi Lestari Sanata Dharma University

  Yogyakarta 2009

  The purpose of this research was to know whether there is any difference in teacher’s perception of school based curriculum (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) viewed from : (1) their experience of teaching, (2) level of education and (3) educational level of school. The research was done in January 2009.

  The population of this research was teachers of Elementary Schools, Junior High School and Senior High Schools of Pangudi Luhur Yogyakarta : 87 teachers. The method of collecting data was questionaire and documentation. The teqnique of data analysis was Analysis Variance (One Way Anova).

  The result of this research show that; (1) there is no difference in teacher’s perception of school based curriculum viewed from their experience of teaching (F 1,103 < F 2,082); (2) there is no difference in teacher’s perception of

  count table

  school based curriculum viewed from teacher’s level of education (F 1,126 <

  count

  F 3,124); (3) there is no difference in teacher’s perception of school based

  table curriculum viewed from educational level of school (F 0,824 < F 3,124). count table

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv HALAMAN MOTTO .................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................ vii KATA PENGANTAR ................................................................................viii ABSTRAK .................................................................................................... xi ABSTRACT................................................................................................. xii DAFTAR ISI...............................................................................................xiii DAFTAR TABEL....................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ................................................................................xviii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1 B. Batasan Masalah .......................................................................... 5 C. Rumusan Masalah ........................................................................ 5 D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

  A.

  Persepsi Guru ............................................................................... 7 B. Kurikulum .................................................................................. 12 C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan...................................... 17 D. Pengalaman Mengajar................................................................ 28 E. Tingkat Pendidikan .................................................................... 29 F. Jenjang Pendidikan .................................................................... 30 G.

  Kerangka Berfikir ...................................................................... 31

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian........................................................................... 35 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 35 C. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................... 35 D. Populasi dan Sampel .................................................................. 36 E. Operasionalisasi Variabel .......................................................... 36 F. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 39 G. Teknik Pengujian Instrumen ...................................................... 39 H. Uji Prasyarat Analisis................................................................. 43 I. Teknik Analisis Data.................................................................. 44 BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. SD Pangudi Luhur Yogyakarta .................................................. 49 B. SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta ............................................ 53 C. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta............................................... 58 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

  1. Deskripsi Responden Penelitian........................................... 68 a.

  Lama bekerja............................................................ 68 b.

  Tingkat pendidikan .................................................. 69 c. Jenjang pendidikan................................................... 70 2. Persepsi Guru Terhadap KTSP ............................................ 70 B. Analisis Data .............................................................................. 75 1.

  Pengujian Prasyarat Analisis Data ....................................... 75 a.

  Pengujian Normalitas ............................................... 75 b.

  Pengujian Homogenitas ........................................... 77

  2. Pengujian Hipotesis.............................................................. 78

  C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 82

  1. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Pengalaman Mengajar................. 82

  2. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ..................... 86

  3. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Jenjang Pendidikan ..................... 88

  BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 91 B. Keterbatasan Penelitian.............................................................. 92 C. Saran........................................................................................... 93 DAFTAR PUSTAKA

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skala Pengukuran Model Likert ........................................... 37Tabel 3.2 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian.................... 41Tabel 4.1 Daftar Guru SMP Pangudi Luhur Yogyakarta....................... 58Tabel 4.2 Daftar Guru SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ...................... 60Tabel 5.1 Responden Penelitian ............................................................ 68Tabel 5.2 Deksripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja ..................... 69Tabel 5.3 Deksripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........ 69Tabel 5.4 Deksripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ........ 70Tabel 5.5 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

  Pendidikan.............................................................................. 71

Tabel 5.6 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

  Pendidikan Ditinjau Dari Masa Kerja .................................... 71

Tabel 5.7 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

  Pendidikan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ....................... 73

Tabel 5.8 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

  Pendidikan Ditinjau Dari Jenjang Pendidikan ....................... 74

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas (Variabel Masa Kerja Guru) ..... 75Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas (Variabel Tingkat Pendidikan).. 76Tabel 5.11 Hasil Pengujian Normalitas (Variabel Jenjang Pendidikan).. 77Tabel 5.12 Ringkasan Hasil Pengujian Homogenitas .............................. 78Tabel 5.13 Hasil Pengujian Anova Tentang Persepsi Guru Terhadap

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Masa Kerja .................................................................... 79

Tabel 5.14 Hasil Pengujian Anova Tentang Persepsi Guru Terhadap

  KTSP Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ........................... ...80

Tabel 5.15 Hasil Pengujian Anova Tentang Persepsi Guru Terhadap

  KTSP Ditinjau Dari Jenjang Pendidikan ............................... 81

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Organigram SD Pangudi Luhur Yogyakarta............................ 52Gambar 4.2 Struktur Organisasi SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta .......... 54Gambar 4.3 Struktur Organisasi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ........... 61

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................... 97 Lampiran II Kuesioner Penelitian ...................................................... 104 Lampiran III Validitas dan Reliabilitas ............................................... 111 Lampiran IV Data Induk Penelitian .................................................... 119 Lampiran V Deskripsi Variabel Penelitian ........................................ 122 Lampiran VI Kategori Kecenderungan Variabel ................................ 125 Lampiran VII Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ............. 128 Lampiran VIII Hasil Pengujian Hipotesis.............................................. 131 Lampiran IX Tabel r dan F ................................................................. 133 Lampiran X Surat Ijin Penelitian ...................................................... 137

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia pendidikan

  menduduki peran penting sehingga perlu mendapat prioritas tinggi dalam pembangunan nasional. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia sangat bergantung pada kualitas pendidikan sehingga dalam upaya peningkatan mutu pendidikan salah satunya dilakukan dengan adanya kurikulum yang sesuai tuntutan perubahan jaman.

  Pergantian kurikulum menjadi hal yang biasa dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Selama ini pemerintah beralasan sebagai upaya memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia supaya lebih baik dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun pada kenyataannya beberapa kali pergantian kurikulum kurang memberikan perubahan seperti yang diharapkan bahkan yang seringkali terjadi pergantian kurikulum terkesan kurang dipersiapkan dengan baik sehingga pelaksanaannya di sekolah menemui banyak kendala.

  Diantaranya yang dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi perbincangan adalah pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KBK di Indonesia baru dilaksanakan secara bertahap di semua jenjang pendidikan mulai tahun ajaran 2002 dan secara hasilnya belum signifikan. Guru hanya mengandalkan pengalaman yang telah dimilikinya yang mayoritas hanya berbasis materi sehingga tidak ada perubahan yang berarti (Muslich, 2007:12). Dengan alasan pelaksanaan di sekolah yang masih menemui banyak kendala selanjutnya pemerintah mengganti dengan kurikulum yang kemudian disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

  KTSP, yang mulai diberlakukan pada tahun 2006, sebenarnya sangat membuka peluang bagi guru untuk dapat meningkatkan kualitas dan profesionalitas kerjanya. Tetapi bila dilihat dari masa sosialisasi yang singkat dan pelaksanaan di sekolah-sekolah yang seperti dipaksakan dan tidak merata, justru menimbulkan kekhawatiran dan kebingungan bagi guru.

  Pelaksanaan sebuah kurikulum tidak dapat dilepaskan dari ujung tombak pelaksana di lapangan, yaitu para guru, oleh karena itu guru dituntut untuk mempersiapkan seluruh potensinya. Selama ini guru belum mempunyai pengalaman dalam membuat kurikulum sendiri, mereka cenderung memakai kurikulum yang diberikan pemerintah tetapi sekarang justru mendapat kewenangan menentukan kurikulum sendiri. Meskipun kewenangan guru dalam pembuatan kurikulum ini sangat besar tetapi tanpa pengalaman kemungkinan yang terjadi guru hanya meminjam kurikulum sekolah lain yang sudah jadi untuk kemudian dicontoh dengan mengurangi atau menambah seperlunya. Minimnya sosialisasi dari sekolah dan persiapan dari gurunya sendiri yang terbatas, maka guru akan memiliki pemahaman/pandangan berbeda-beda terhadap KTSP.

  Pelaksanaan KTSP menjadi beban berat bagi guru karena guru bersama kurikulum dengan tetap berpatokan pada standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sementara pada kenyataannya masih banyak guru yang pasif dan hanya menunggu, karena selama ini mereka hanya sekedar pelaksana saja.

  Proses pemahaman dan penerimaan terhadap KTSP akan berbeda-beda karena perbedaan pengalaman mengajar. Banyak guru yang sudah bertahun-tahun mengajar terbiasa dengan cara mengajar mereka yang mapan dan sudah merasa “sreg” maka apabila ada perubahan akan merasa enggan dan sukar berubah. Guru lebih suka mempertahankan keadaan semula karena sudah terbiasa dengan kurikulum dan cara mengajar yang selama ini digunakan. Sementara bagi guru yang relatif muda (baru mengajar) karena saat kuliah telah belajar menggunakan kurikulum yang sedang berlaku tentu akan lebih mudah dalam penerimaan konsep dan penerapannya di sekolah, meskipun harus menentukan sendiri materi dan bahan ajarnya.

  Diduga, perbedaaan persepsi guru terhadap KTSP juga bisa terjadi karena tingkat pendidikan. Guru dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tentu akan mempunyai bekal ilmu/pengetahuan yang jauh lebih banyak sesuai beban studi mereka, dasar teori yang diperoleh akan lebih matang dan selalu aktual sesuai perubahan kurikulum yang terjadi. Sedangkan guru yang menjalani masa studi relatif lebih singkat tentu tidak sempat mengalami perubahan kurikulum karena mereka terlanjur lulus lebih dulu saat perubahan belum terjadi sehingga menghalangi mereka mendapat bekal ilmu yang jauh lebih banyak tentang kurikulum terbaru yang sedang berlaku di sekolah.

  Sedangkan dari faktor jenjang pendidikan, guru SD yang setiap harinya selama berjam-jam berhadapan dengan siswa di kelas, harus menguasai hampir semua mata pelajaran yang diajarkan di kelasnya mempunyai beban yang lebih besar saat harus menyusun kurikulum atau materi sendiri yang selama ini belum pernah dilakukan, kebanyakan dari mereka merasa akan sangat direpotkan. Beban/tanggung jawab ini tentu akan sangat berbeda dengan guru-guru SMP maupun SMA, karena guru hanya mengajar sesuai bidangnya dan masuk ke kelas hanya sesekali dan tidak menghadapi siswa setiap harinya, sehingga guru mampu menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan lebih bervariasi sesuai tuntutan KTSP.

  Terlepas dari pro kontra pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah, tetap dibutuhkan kemauan dan keinginan dari guru untuk meningkatkan kualitas pengajarannya tanpa membuat siswa merasa menjadi korban proyek kurikulum dari pemerintah.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga bahwa pemahaman dan penerimaan guru terhadap kurikulum yang baru ini tentu akan sangat bervariasi, karenanya penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN GURU DAN JENJANG PENDIDIKAN”. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada sekolah Yayasan Pangudi Luhur di Kotamadya Yogyakarta.

  B. Batasan Masalah

  Persepsi guru terhadap KTSP bisa dilihat dari berbagai sudut pandang tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada pengalaman guru mengajar, tingkat pendidikan guru dan jenjang pendidikan.

  C. Rumusan Masalah 1.

  Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar?

  2. Apakah ada perbedaaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari tingkat pendidikan?

  3. Apakah ada perbedaaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari jenjang pendidikan tempat guru mengajar?

  D. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari pengalaman mengajar?

  2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari tingkat pendidikan?

  3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari jenjang pendidikan?

E. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1.

  Guru Dapat memberikan gambaran kepada guru untuk membantu tugas guru dalam implementasi KTSP di satuan pendidikannya.

2. Sekolah

  Untuk memberikan gambaran konkrit mengenai persepsi guru terhadap KTSP dan sebagai masukan yang berguna dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sehingga guru dan satuan pendidikan (sekolah) dapat bekerjasama dengan lebih baik.

  3. Peneliti Menambah pengalaman dan memberikan bekal yang cukup mengenai bidang keguruan dan permasalahan yang terjadi sehingga dalam tugas keguruan nantinya mampu menghadapi dengan bijaksana.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERSEPSI GURU 1. Pengertian Persepsi Menurut Thoha (1983:138), persepsi adalah proses pemahaman

  yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi. Sementara Davidoff (1981:232) menyatakan bahwa persepsi diartikan sebagai proses pemahaman yang terorganisisr dan menggabungkan data-data indera untuk dikembangkan sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita.

  Persepsi adalah proses yang didahului oleh penginderaan, diterimanya stimulasi melalui reseptor, kemudian diteruskan ke otak dan terjadilah proses psikologis sehingga individu mengerti tentang apa yang diinderakan (Walgito,1994). Dalam pengantar psikologi umum, Walgito menyatakan bahwa sekalipun stimulus yang diterima sama tetapi karena pengalaman berbeda maka ada kemungkinan hasil persepsi akan tidak sama.

  Menurut Masidjo (1995:96) tingkah laku dalam tingkatan persepsi dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan pembedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.

  Sejak manusia dilahirkan di dunia ini sejak itu pula secara langsung ia berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu ia menerima stimulus atau rangsang dari luar di samping dari dalam dirinya sendiri. Ia merasa kedinginan, sakit dan sebagainya kesan tersebut ia peroleh dari proses persepsi karena persepsi merupakan proses memahami dunianya. Setelah manusia menginderakan objek di lingkungannya ia memproses hasil penginderaannya itu dan timbullah makna tentang objek itu pada diri manusia yang bersangkutan (Sarlito, 1992:47).

  Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian rangsangan dari lingkungan melalui panca indera sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diinderakannya.

  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Menurut Thoha (1988:149-156) ada berbagai faktor yang perlu diperhatikan yang dapat mempengaruhi proses seleksi persepsi dalam diri seseorang, diantaranya :

  a. Faktor dari dalam diri seseorang, antara lain:

  1).

  Proses Belajar Semua faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada sesuatu objek, sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan pada kekomplekan kejiwaan. Kekomplekan kejiwaan selaras dengan pemahaman dan proses belajar seseorang dari masing-masing individu. 2).

  Motivasi Faktor dari dalam lainnya yang dapat membentuk persepsi adalah motivasi dan kepribadian. Walaupun motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat penting dalam proses pemilihan persepsi. 3).

  Kepribadian Dalam membentuk persepsi unsur kepribadian sangat erat kaitannya dengan proses belajar dan motivasi seseorang, yang mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam menghadapi suatu situasi.

  b. Faktor dari luar diri seseorang, antara lain : 1). Intensitas

  Prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal-hal itu dipahami (to be perceived)

  2). Ukuran Faktor ini dangat dekat dengan prinsip intensitas di atas. Semakin besar ukuran objek maka semakin mudah pula untuk bisa diketahui dan dipahami. 3). Keberlawanan atau kontras

  Prinsip ini menyatakan bahwa stimulus dari luar yang penampilannya berlawanan dengan latar belakangnya atau sekelilingnya atau sama sekali di luar sangkaan orang banyak, akan semakin menarik perhatian. 4). Pengulangan (repetition)

  Stimulus yang berasal dari luar yang diulang-ulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan objek yang hanya satu kali dilihat. 5). Gerakan (moving)

  Prinsip ini diantaranya menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dengan objek yang hanya diam saja. 6). Baru dan familier

  Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan untuk menarik perhatian.

3. Syarat-syarat Persepsi

  Syarat agar seseorang dapat mengadakan persepsi menurut Bimo (1994: 54) adalah sebagai berikut : a.

  Adanya objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor yang kemudian diteruskan ke otak dan terjadilah proses psikologi.

  b.

  Alat indera Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.

  Dalam menerima stimulus alat indera perlu dibantu dengan saraf sensoris. Saraf sensoris adalah saraf yang menghubungkan stimulus sampai ke otak dan saraf motorik yang mengadakan penyampaian stimulus untuk mengadakan respon.

  c.

  Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi terhadap sesuatu diperlukan adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi, tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.

  4. Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 228) guru adalah orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya mengajar.

  Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003

  Bab XI pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa : Pendidik (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran melalui pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Sedangkan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

  Dosen juga menyebutkan bahwa : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

  Oleh karena itu implikasi formalnya adalah setiap kegiatan pendidikan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kependidikan yang mempunyai kewenangan mengajar yakni guru dan dosen.

  a.

  Tanggungjawab Guru Tanggungjawab guru menurut Oemar Hamalik antara lain (2001:127- 133): 1).

  Guru harus menuntut murid-murid belajar 2). Turut serta membina kurikulum sekolah 3). Melakukan pembinaan terhadap diri siswa

  4). Memberikan bimbingan kepada murid 5). Melakukan diagnosis atas kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar 6). Menyelenggarakan penelitian 7). Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif 8). Menghayati, mengamalkan dan mengamankan Pancasila 9). Turut serta membantu terciptanya kesatuan persatuan bangsa 10). Turut mensukseskan pembangunan 11). Tanggungjawab dalam meningkatkan peranan profesi guru

  b. Peranan Guru Peranan guru antara lain (Mahmud,1990:25-28) : 1). Guru sebagai pembuat keputusan 2). Guru sebagai motivator

  4).

  Guru sebagai pemimpin 5). Guru sebagai konselor 6). Guru sebagai perekayasa lingkungan 5. Persepsi Guru

  Perubahan kurikulum yang ditetapkan pemerintah selama ini sering membuat bingung para guru, perubahan dirasakan justru menambah beban berat bagi guru. Pendidikan yang sekarang ditetapkan berlaku oleh pemerintah, guru mendapat kewenangan lebih untuk merumuskan kurikulumnya sendiri bersama dengan satuan pendidikannya, sementara pada kurikulum sebelumnya langsung diterima dari pemerintah pusat.

  Untuk itu guru dituntut untuk mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi perubahan yang ada sekarang, salah satunya yaitu dengan mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan-pelatihan.

  Persepsi guru terhadap KTSP adalah proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian KTSP melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman sehingga guru mengerti dan mamahami tentang KTSP.

B. KURIKULUM

  1. Pengertian Kurikulum Menurut Soedijarto (1975) kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh para siswa/mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan.

  Kurikulum pada hakekatnya merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak-anak untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat. Setiap kurikulum, bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen tertentu yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar mengajar dan akhirnya evaluasi hasil belajar.

  Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 2003).

  2. Sejarah Kurikulum di Indonesia Dalam perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia, kurikulum pendidikan nasional telah melalui perubahan yang berulang, yakni pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan terakhir dengan kurikulum baru 2006. Dalam Kurikulum 1968 dan sebelumnya, karena pendidikan masih peninggalan dari Kolonial Belanda dan Jepang maka kurikulum masih mengutamakan pendidikan watak dan kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Kurikulum 1975 sebagai pengganti dan efektivitas dalam hal daya dan waktu, dimana metode, materi dan tujuan dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).

  Disusul kemudian dengan kurikulum 1984 yang saat itu terkenal dengan sistem Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Inipun masih diganti lagi dengan Kurikulum 1994 yang menekankan pada penguasaan materi pelajaran yang cukup padat sedang kurikulumnya sendiri lebih bersifat populis yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kemudian muncullah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

  Pendidikan Berbasis Kompetensi ini menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dan terakhir dengan berlakunya Kurikulum 2006 (KTSP) yang sekarang ini dimana guru dan satuan pendidikan (sekolah) diberi kewenangan lebih untuk menyusun sendiri rencana pendidikannya yang sesuai dengan daerah dan kemampuan sekolah dengan tetap mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan ( http://rbaryans.wordpress.com )

  3. Peranan Kurikulum Peranan kurikulum menurut Wiryokusumo (1988:6-8) antara lain:

  Kurikulum berperan dalam menafsirkan dan mewariskan nilai-nilai budaya yang mengandung makna dalam membina perilaku anak didik.

  b.

  Peranan kreatif Kurikulum harus mampu memberikan kegiatan kreatif dan konstruktif bagi siswa, dalam arti harus menyusun dan mendesain pengalaman belajar yang bersumber dari masyarakat dan dibuat dalam mata pelajaran.

  c.

  Peranan kritis dan evaluatif Kurikulum berperan aktif sebagai kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis dimana nilai social yang tidak sesuai ditata untuk siap diorganisir menjadi bentuk pengalaman belajar.

4. Fungsi Kurikulum

  Fungsi kurikulum seperti yang dijelaskan oleh Hendrayat Soetopo dan Wasty Soemanto (Susilo,2006) ada 7 yaitu :

  a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Maksudnya bahwa kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup tepat dan penting untuk dicapai.

  b. Fungsi kurikulum bagi anak Maksudnya kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan mereka.

  Dengan begitu diharapkan anak akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak kemudian hari dapat dikembangkan seirama perkembangan anak.

  c. Fungsi kurikulum bagi guru Ada tiga macam, yaitu: a) sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar bagi anak didik, b) sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan, c) sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran.

  d. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah Dalam arti: a) sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar, b) sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik, c) sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar, d) sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut dan e) sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar.

  e. Fungsi kurikulum bagi orangtua murid

  Maksudnya orangtua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Bantuan orangtua ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolah/guru, dana dan sebagainya.

  f.

  Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di atasnya Meliputi pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru.

  g.

  Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah Pemakai lulusan dapat ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orangtua/masyarakat. Dan ikut memberikan kritik atau saran yang membangun dalam rangka menyempurnakan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan pekerjaan.

5. Landasan pengembangan kurikulum

  Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan- landasan pengembangan kurikulum sebagai berikut (Dimyati, 1999 :268) :

  a. Landasan Filosofis Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat sehingga apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan diselenggarakan melalui pendidikan (Raka Joni, 1983 :6). Segala kehendak yang dimiliki oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang memberikan arah pada pendidikan.

  b. Landasan Sosial Budaya Untuk melaksanakan penerimaan, penyebarluasan, pelestarian atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai sosial-budaya-agama, maka masyarakat memanfaatkan pendidikan yang dirancang melalui kurikulum.

  c. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung akan menjadi isi/materi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan Iptek.

  d. Landasan Kebutuhan Masyarakat Adanya falsafah hidup, perubahan sosial budaya, agama dan perubahan Iptek dalam suatu masyarakat akan merubah pula kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu pengembangan kurikulum yang hanya berdasar pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat

  Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitan dengan lingkungan sosialnya.

  e.

  Landasan Perkembangan Masyarakat Perkembangan masyarakat akan menuntut tersedianya proses pendidikan yang sesuai, maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa pengembangan masyarakat itu sendiri.

6. Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum a.

  Prinsip Relevansi Prinsip relevansi adalah kesesuaian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Relevansi pendidikan dengan kehidupan bukan hanya berkisar pada segi bahan atau isi pendidikan tetapi juga menyangkut kegiatan dan pengalaman belajar.

  b.

  Prinsip Efektivitas Prinsip efektivitas adalah sejauh mana apa yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.

  c. Prinsip Efisiensi Prinsip efisiensi adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dan usaha yang telah dikeluarkan (input).

  d. Prinsip Kesinambungan dan Fleksibilitas Kesinambungan adalah saling hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis pengorganisasian pendidikan. Fleksibilitas maksudnya tidak kaku artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalam bertindak.

C. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

  1. Landasan Penyusunan KTSP KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

  Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

  Dalam penyusunannya KTSP jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

  2. Pengertian KTSP KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus.

  3. Tujuan KTSP KTSP mempunyai tujuan antara lain:

  a. Memandirikan dan memberdayakan guru dan satuan pendidikan

  b. Menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat

  4. Prinsip dan Acuan Pengembangan KTSP KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.

  Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut (Permendiknas No 22 Tahun 2006) a.

  Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

  b. Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

  c.

  Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

  d.

  Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

  e.

  Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

  f. Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

  Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

  g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu KTSP disusun dengan memperhatikan acuan operasional sebagai berikut : a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

  b. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan perkembangan dan kemampuan peserta didik c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

  d. Tuntutan perkembangan daerah dan nasional

  e. Tuntutan dunia kerja

  f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

  g. Agama

  h. Dinamika perkembangan global i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan j.

  Kondisi sosial budaya masyarakat setempat k.

  Kesetaraan gender 5. Komponen KTSP

  KTSP ada empat komponen : a.

  Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan b.

  Struktur dan Muatan KTSP c. Kalender Pendidikan d.