PERAN AUDIT INTERNAL DALAM RANGKA MEMINIMALISIR TINGKAT KESALAHAN TELLER DI KSPPS BMT TUMANG CABANG SALATIGA - Test Repository
PERAN AUDIT INTERNAL DALAM RANGKA
MEMINIMALISIR TINGKAT KESALAHAN TELLER
DI KSPPS BMT TUMANG CABANG SALATIGA
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah
Oleh:
KHOIRUL MUSTOFA
NIM: 201-14-012
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
PERAN AUDIT INTERNAL DALAM RANGKA
MEMINIMALISIR TINGKAT KESALAHAN TELLER
DI KSPPS BMT TUMANG CABANG SALATIGA
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah
Oleh:
KHOIRUL MUSTOFA
NIM: 201-14-012
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO
“Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya,
ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka
perbuatan itu buruk.”
(Imam An Nawawi)
“Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang
adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan
tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh
permasalahan akan rusak. ”
(Khalifah „Ali)
“Mohon pertolonganlah kamu sekalian dengan sabar dan mengerjakan shalat.
Sesungguhnya Allah beserta orang- orang yang sabar.”
(QS. Al Baqarah:153)
PERSEMBAHAN “Sebagai Ungkapan Rasa Syukurku dan tanda Bakti Kepada Kedua Orang
Tuaku” Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada
Pertama Kedua orang tuaku tercinta Ibuku
“MU’INAH” dan Bapakku “KARSIMAN”
yang senantiasa membimbing, mendorong, mendukung dengan penuh kesabaran, keikhlasan, kegigihan dan tidak ada henti-hentinya mendoakan anak- anaknya supaya menjadi anak yang sholih dan sholihah bermanfaat bagi Agama, Nusa dan Bangsa. Amin Ya Rabbal alamin.
Ke-dua
Agus Wahab Sabara selaku pengasuh yang selalu memberi nasehat dan
memberikan doa selama tiga tahun, serta Keluarga ndalem yang ikut serta member dorongan, semangat, dan doanya dalam menyelesaikanTugas Akhir ini.
Ke-tiga Teman-temanku program studi D-III Perbankan Syariah kelas A angkatan 2014 yang telah mengajarkanku apa arti kebersamaan, kemandirian, pengorbanan dan persahabatan selama tiga tahun.
Ke-empat Yang terakhir dan yang terspesial Almamaterku Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam jurusan D-III Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikumWr.Wb.Pujisyukur kehadirat Allah SWT, Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang atas segala limpahan nikmat, karunia, serta hidayah-nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa terhaturkan dan tercurahkan kepada
khatamulanbiya‟ walmursalin (penutup para
Nabi dan Rasul) baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikut serta orang-orang yang mencintainya, hingga yaumulqiyamah. Semoga kita semua, orang tua kita, keluarga kita, guru-guru kita diberi tetap Iman, Islam, Ihsan, istiqomah dalam beribadah dan dibimbing oleh Allah SWT dan pada akhirnya jika kita dipanggil menghadap Allah AWT menetapi
„alaar-Ridha wa khusnul khatimah. Amin
Penyusun Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperolah gelar Ahli Madya Ekonomi Islam pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Berawal dari kekurangan dan keterbatasan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas
INTERNAL DALAM Akhir yang berjudul “PERAN AUDIT RANGKAMEMINIMALISIR TINGKAT KESALAHAN TELLER DI KSPPS BMT TUMANG CABANG SALATIGA
” dengan baik. Sebagai hamba yang lemah dan banyak kesalahan, penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini banyak pihak yang ikut serta memberikan bantuan moril maupun material. Oleh karenanya dengan kerendahan hati perkenankan penulis
1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga 2.
Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga 3. Bapak H. Alfred L. M.Si. selaku Ketua Jurusan D-III Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga 4. Bapak Dr. Ahmad Mifdlol M, M.S.I. yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan kesantunan, kesabaran, keikhlasan dan kebajikan.
5. Bapak Abdul Aziz NP, S.A.g., M.M. selaku dosen pembimbing Akademik selama kuliah di jurusan D-III Perbankan Syariah IAIN Salatiga yang selalu memberikan motivasi belajar bagi penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Akademik IAIN Salatiga terlebih kepada dosen-dosen di jurusan Perbankan Syariah IAIN Salatiga yang banyak berjasa kepada penulis.
7. Para Staf Perpustakaan IAIN Salatiga terimakasih atas bantuan penyediaan buku-buku kepada penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
8. Seluruh Karyawan BMT Tumang cabang Salatiga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian hingga akhir.
9. Semuapihak yang terkait dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dimasa mendatang.
Pada akhirnya semua usaha dan upaya penulis atas karunia dari Allah SWT. Tugas Akhir ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik dan hanya kepada Allah-lah semua urusan dikembalikan. Oleh karena itu penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
Salatiga, Juni2017 Penulis, Khoirul Mustofa NIM. 201-14-012
ABSTRAK
Mustofa, Khoirul. 2017. Peran Audit Internal Dalam Rangka Meminimalisir
Tingkat Kesalahan Teller di KSPPS BMT Tumangcabang Salatiga. Tugas
Akhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi D III Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Ahmad Mifdlol M, M.Si
Kata Kunci: Audit Internal, Teller, BMT Tumang Tujaun penelitian ini adalah untuk mengetahui peran, implementasi, dampak dari audit internal di BMT Tumang. Metode yang penulis gunakan pada
Tugas Akhir ini yaitu penelitian kualitatif dengan berdasarkan pengumpulan data di lapangan dan sumber-sumber lainya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor internal merupakan suatu penilian kinerja di perusahaan dan mengecek suatu kegiatan laporan keuangan apabila terjadi kesalahan, guna untuk meningkatkan perkembangan agar lebih maju. Pelaksanaan audit dilakukan dengan cara mengecek laporan keuangan di BMT mulai dari kesusaian kas bekas, buku cadangan kas harian, kesesuaian kas kecil dan lain sebagainya dan audit memberikan penilaian dari hasil pengecekan tersebut. Dampak dari pelaksanaan audit yaitu meminimalisir dari terjadinya kecurangan. Temuan hasil kesalahan tersebut oleh audit dibuat skoring, dimana apabila semakin banyak kesalahan maka, skoring dari cabang BMT tersebut semakin jelek.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................ v MOTTO .............................................................................................................. vi PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii ABSTRAK .......................................................................................................... xi DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 5 D. Metode Penelitian ................................................................................ 6 E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 9 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 10 A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 10 B. Kajian Teoritik ..................................................................................... 15
2. Tujuan Audit .................................................................................. 16 3.
Fungsi Audit .................................................................................. 17 4. Jenis Audit ..................................................................................... 18 5. Pengertian Teller ............................................................................ 19 6. Pengertian BMT ............................................................................. 20 7. Sejarah dan Perkembangan BMT .................................................. 21 8. Badan Hukum yang Menyangkut SOP .......................................... 22
BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ................................................. 25 A. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................. 25 1. Sejarah ........................................................................................... 25 2. Visi dan Misi ................................................................................. 28 3. Identitas Lembaga dan Kelengkapan Organisasi .......................... 31 4. Struktur Organisasi ........................................................................ 33 5. Tugas dan Wewenang.................................................................... 35 6. Produk BMT .................................................................................. 48 B. Deskripsi .............................................................................................. 55 BAB IV ANALISIS DATA ................................................................................ 56 A. Peran Audit Internal dalam Meminimalisir Tingkat Kesalan Teller .................................................................................................... 56 B. Implementasi Audit Internal ................................................................ 59 C. Dampak Dari pelaksanaan Audit Internal ............................................ 63
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 64 A. Kesimpulan .......................................................................................... 64 B. Saran .................................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Keberadaannya telah mulai menjamur dimana-mana di seluruh wilayah Indonesia. Kesuksesan perbankan syariah diikuti oleh beberapa lembaga
keuangan syariah lainnya, antara lain pegadaian syariah, asuransi syariah, dan koperasi syariah khususnya Baitul maal wa Tanwil (BMT) (Afifah dkk, 2013: 140). Kemajuan lembaga keuangan syariah tersebut salah satunya didukung adanya peran komite audit internal. Dalam kerangka dasar hukum di Indonesia menegaskan bahwa perusahaan publik diwajibkan untuk membentuk komite audit (Zarkasyi, 2008: 36). Yang dimana dewan komisaris dalam kapasitasnya sebagai pengawas operasi perusahaan bertindak sekaligus sebagai pengawas dan memperhatikan kepentingan. Untuk melaksanakan perannya sebagai pengawas, dewan komisaris dapat menggunakan jasa penasehat profesional yang mandiri atau membentuk komite khusus. Salah satu komite khusus yang dapat dibentuk dewan komisaris adalah komite audit (Rini, 2014: 144).
Komite audit pada prinsipnya memiliki tugas pokok dalam membantu dewan komisaris melakukan fungsi pengawasan atas perusahaan. Sesuai dengan Bursa Efek Indonesia melalui Kep. Direksi BEJ No. dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan, yang anggotanya diangkat dan di berhentikan oleh dewan komisaris serta anggota terdiri sekurang-kurangya atas tiga anggota, yang bertugas untuk membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan (Listiana, 2014: 36). Dewan komisaris dapat meminta kalangan luar perusahaan dari berbagai keahlian, pengalaman dan kualifikasi lain yang dibutuhkan, untuk duduk sebagai anggota komite audit guna mencapai tujuan peran komite audit (Rini, 2014: 144).
Peranan audit internal pada saat ini sangat diperlukan di berbagai institusi, tidak terkecuali untuk perguruan tinggi. Peranan audit internal diharapkan oleh manajemen dapat mencurahkan perhatian pada tugas pengelolaan, sedangkan tugas pengawasan sehari-hari atas perusahaan dapat dilaksanakan secara lebih intensif dan efektif tanpa mengurangi tanggung jawabnya (Meikhati dkk, 2015: 77). Perusahaan yang memiliki sistem pengendalian internal yang baik adalah perusahaan yang mampu memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang baik, dan sumber daya yang memadai (Zarkasyi, 2008: 17).
Sedangkan Seorang auditor intern dapat mempengaruhi baik buruknya kinerja
lembaga keuangan, hal ini menjelaskan bahwa kinerja perusahaan secara
nyata dipengaruhi secara kumulatif oleh pengendalian intern yang efektif dan
kualitas auditor intern. Auditor intern bertanggung jawab untuk menyediakan
jasa analisis, informasi, evaluasi dan bahkan rekomendasi kepada manajemen.
objektif dan profesional (Wardayati, 2010: 48), sedangkan lembaga keuangan
tersebut dibebabkan oleh sebuah teller.Petrus Lajor Ginting (2014: 2) menjelaskan bahwa teller adalah petugas bank yang secara langsung bertanggung jawab untuk melakukan serangkaian proses transaksi mulai dari menerima simpanan, mencairkan cek, dan memberikan jasa pelayanan perbankan kepada pelanggan. Teller Bertanggung jawab terhadap kesesuaian antara jumlah kas di sebuah sistem dengan kas di terminalnya, a pabila terdapat kecurangan atau kebohongan didalam suatu
pekerjaan
Margaretha Manoppo (2013: 107) Menjelaskan bahwa kecurangan
(Fraud ) hingga saat ini merupakan salah satu hal yang fenomenal baik di
negara berkembang dan negara maju. Kecurangan merupakan penyimpangan dan perbuatan hukum yang dilakukan secara sengaja, untuk keuntungan pribadi atau kelompok secara langsung dan tidak langsung merugikan pihak lain. Menurut Festi dkk (2014: 3) Ada tiga bentuk kecurangan, antara lain : Pertama, penyalahgunaan atas aset adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aktiva entitas. Kedua, pernyataan palsu atas laporan keuangan salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan itu. Ketiga, korupsi penyalahgunaan jabatan di sektor pemerintah untuk keuntungan pribadi.
Dalam suatu lembaga keuangan syariah maupun konvensional, salah satu aktiva yang menunjang peranan penting dalam perkembangan yang paling penting, karena kas merupakan aset yang paling cair (Margaretha Manoppo, 2013: 107). Oleh sebab itu untuk mengetahui apakah laporan keuangan yang telah disusun wajar atau belum sesuai dengan standar dalam laporan keuangan, tentunya diperlukan pihak audit internal untuk melakukan pemeriksaan. Hasil audit yang berkualitas dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan, karena itu laporan keuangan dijadikan dasar untuk keputusan investasi. Investor dapat menuntut pertanggungjawaban auditor bila terjadi kegagalan audit yang merugikan investor (Suhayati, 2014: 119)
Berangkat dari permasalahan tersebut, penulis tertarik mengkaji tentang
“Peran Audit Internal Dalam Rangka Meminimalisir Tingkat Kesalahan Teller di KSPPS BMT Tumang Cabang Salatiga ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran audit internal dalam meminimalisir tingkat kesalahan teller pada BMT Tumang Cabang Salatiga?
2. Bagaimana implementasi audit internal dalam meminimalisir tingkat kesalahan teller terhadap anggota pada BMT Tumang Cabang Salatiga?
3. Bagaimana dampak dari pelaksanaan audit internal dalam meminimalisir tingkat kesalahan teller terhadap lembaga pada BMT Tumang Cabang Salatiga?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Tujuan penulisan yang hendak dicapai dalam pembahasan tugas akhir ini dapat disebutkan sebagai berikut: a.
Untuk mengetahui bagaimana peran audit internal dalam meminimalisir tingkat kesalahan teller pada BMT Tumang Cabang Salatiga b.
Untuk mengetahui bagaimana Implementasi audit internal dalam meminimalisir tingkat kesalahan teller terhadap anggota pada BMT Tumang Cabang Salatiga c. Untuk mengetahui bagaimana dampak dari pelaksanaan audit internal dalam meminimalisir tingkat kesalahan teller terhadap lembaga pada
BMT Tumang Cabang Salatiga.
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian terkait dengan peran audit internal dalam rangka meminimalisir tingkat kesalahan teller di BMT Tumang,diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, yaitu: a.
Peneliti Manfaat dari hasil penelitian bagi peneliti sendiri dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait peran audit internal dalam rangka meminimalisir tingkat kesalahan teller. Manfaat khusus bagi peneliti yaitu sebagai syarat menempuh Diploma 3 Perbankan Syariah b.
IAIN Salatiga Manfaat dari hasil penelitian bagi akademik diharapkan dapat memperkaya literatur dan menjadi refrensi dalam penelitian selanjutnya sebagai pembanding. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan dan bukti empiris dari penelitian sebelumnya terkait peran audit internal dalam rangka meminimalisir tingkat kesalahan teller.
c.
Lembaga Keuangan Manfaat dari hasil penelitian bagi lembaga keuangan diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait peran audit internal dalam rangka meminimalisir tingkat kesalahan teller.
D. Metode Penelitian 1.
Model Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan yakni dilakukan ditempat observasi yaitu BMT Tumang. Jenis penelitian ini menggunakan model kualitatif bersifat deskriptif. Menurut Wirartha (2006: 134), penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih bersifat untuk mengembangkan teori, sehingga akan menemukan teori baru dan dilakukan sesuai dengan kaidah non statistik. Peneliti akan menggambarkan secara terperinci tentang peran audit intrenal dalam rangka meminimalisir tingkat kesalahan teller. Hasil penelitian berupa kata-kata, gambar dan bukan angka, lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
2. Sumber Data Sumber data terdiri dari sumber data primer dan data sekunder.
- – Sumber data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada pihak pihak yang bersangkutan yaitu dengan manajer, teller, anggota audit internal yang menjadi responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian dengan cara mempelajari referensi dan dokumen yang terkait, yaitu dari data dokumentasi dan publikasi.
3. Metode Pengumpulan Data a.
Data Primer 1)
Wawancara Pengumpulan data dengan teknik wawancara secara langsung, dengan maksud mencari informasi dari subjek penelitian. Dengan menyusun daftar pertanyaan yang akan diberikan terkait dengan peran audit intrenal dalam rangka meminimalisir tingkat kesalahan teller. Jenis wawancara yang dipilih adalah wawancara terbuka dan terstruktur. Terbuka maksudnya para subyek tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara tersebut. Sedangkan tersetruktur berarti pewawancara yang menetapkan sendiri masalah pertanyaan yang diajukan (Suryanto dkk, 2006: 69-70). Wawancara akan dilakukan kepada sejumlah responden, yakni manajer, teller, dan anggota audit internal.
2) Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung, mengamati situasi dan kondisi yang sedang terjadi di lapangan, tepatnya di BMT Tumang, sesuai dengan tema yang peneliti usung, yaitu peran audit intrenal dalam rangka meminimalisir tingkat kesalahan teller di BMT Tumang. Menurut Wirartha (2006: 37) tujuan pengamatan atau observasi adalah mendeskripsikan objek peneletian serta memahaminya, atau hanya ingin mengetahui frekuensi suatu kejadian.
b.
Data Sekunder Melalui studi dokumentasi atau sumber pustaka, yaitu data yang sudah tertulis dan diolah oleh orang lain, dengan kata lain, datanya sudah jadi (Wirartha, 2006: 36). Penulis dapat informasi data tambahan yang terkait dengan dokumen-dokumen audit internal terhadap teller, selain itu penulis membaca buku
- –buku yang berisi teori mengenai tema yang penulis usung, yang nantinya bisa menjadi data pelengkap.
E. Sistematika Penulisan
Pada penelitan Tugas Akhir ini, penulis akan membaginya dalam 5 (lima) Bab, setiap bab saling berkaitan satu sama lain.
BAB I adalah pendahuluan. Dalam bab ini dibahas tentang tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II adalah landasan teori. Dalam bab ini akan dijelaskan pengertian-pengertian serta teori-teori secara lebih spesifik. Dalam bab ini juga dapat digunakan sebagai dasar acuan dalam melakukan penelitian.
BAB III adalah laporan penelitian. Pada bab ini menggambarkan mengenai gambaran umum mengenai objek penelitian serta data-data deskriptif. Gambaran umum ini menjelaskan tentang sejarah singkat mengenai BMT Tumang, visi dan misi, struktur organisasi BMT Tumang, serta produk-produk pada BMT Tumang.
BAB IV adalah analisis. Dalam bab ini memaparkan tentang peran audit intrenal dalam rangka meminimalisir tingkat kesalahan teller di BMT Tumang.
BAB V adalah penutup. Dalam bab ini berisi mengenai hasil-hasil dari penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk kesimpulan dan saran untuk lembaga yang bersangkutan dan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Menurut penelitian yang dilakukan oleh saudara Wardayati (2010)
yang berjudul “Analisis Personality Auditor Internal Serta Pengaruh Terhadap Kiner Baitul Mal Wat Tamwil
”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Dalam penelitian tersebut, menyimpulkan hubungan antara profesionalisme auditor intern dengan
kinerja lembaga keuangan syari’ah (BMT) positif artinya semakin profesional auditor intern maka semakin baik kinerja perusahaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh saudara Manoppo (2013) yang berjudul “Analisis Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada PT. Sin ar Galesong Prima Cabang Manado”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodedeskriptif. Dalam penelitian tersebut, menyimpulkanbahwa sistem pengendalian intern pengeluaran kas di PT. Sinar Galesong Prima belum efektif, karena masih terdapat unsur-unsur pengendalian intern di dalam perusahaan yang belum sepenuhnya dilakukan, antara lain penempatan kasir yang berada satu ruangan dengan karyawan lainnya, kas yang ada ditangan dan kasir tidak di asuransikan, rekonsiliasi bank tidak dilakukan oleh bagian pemeriksaan intern, stempel cek dipegang oleh pembuat cek tersebut.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh saudara Rini (2014) yang
Pengaruh Penerapan Peran Komite Audit, Peran Dewan
berjudul “
Pengawasan Syariah, Dan Efektifitas Pengendalian Intern Atas Laporan
Keuangan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Metode yang
”.digunakan dalam penelitian ini adalah metodedeskriptif. Dalam penelitian tersebut, menyimpulkan secara partial Peran Komite Audit, dan Efektifitas
Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan berpengaruh signifikan
terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan, namun secara statistic Peran
Dewan Pengawas Syariah tidak signifikan.Menurut penelitian yang dilakukan oleh saudara Suhayati (2014) yang berjudul “Kajian Kualitas Audit Terhadap Kualitas Informasi dalam Laporan Keuangan
”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian tersebut, menyimpulkan bahwa auditing harus dilakukan secara kritis dimana pelaksana pemeriksaan haruslah seorang yang mempunyai pendidikan, pengalaman dan keahlian di bidang akuntansi, perpajakan, sistem akuntansi dan pemeriksaan akuntansi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh saudara Festi dkk(2014) yang berjudul “Pengaruh Peran Audit Internal Terhadap Pencegahan
Kecurangan ”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian tersebut, menyimpulkanbahwa peran audit internal terhadap signifikan terhadap pencegahan kecurangan.
Dari pemaparan penelitian yang sudah ada diatas maka penelitian yang akan diajukan penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Beberpa perbedaan itu diantara lain objek penelitian yang akan dilakukan, penelitian lebih fokus pada peran audit intrenal dalam rangka meminimalisir tingkat kesalahan teller di kpps bmt tumang. Penelitian mengunakan metode penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data mengunakan metode wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang peran audit terhadap teller dengan mengambil judul
“Peran Audit Internal Dalam Rangka Meminimalisir Tingkat
Kesalahan Teller di KSPPS BMT Tumang Cabang Salatiga” iniberbeda dan belum pernah ada yang melakukanya. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan penelitiaan sebelumnya, maka disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel Perbedaan Dengan Penenlitian Terdahulu Nama Judul Metode Hasil Penelitian
Wardayati, Analisis penelitian hubungan antara
(2010) Personality kuantitatif. profesionalismeAudirtor auditor intern Internal Serta dengan kinerja
Pengaruh lembaga keuangan Terhadap syar
i’ah (BMT) Mal Wat semakin profesional Tamwil. auditor intern maka
semakin baik kinerja perusahaan.
Manoppo, Analisis Penelitian Sistem pengendalian (2013) Sistem deskriptif. intern pengeluaran
Pengendalian kas belum efektif, Intern karena masih Penerimaan terdapat unsur-unsur Dan pengendalian intern Pengeluaran di dalam perusahaan Kas Pada PT. yang belum Sinar Galesong sepenuhnya Prima Cabang dilakukan.
Manado. Rini, (2014) Pengaruh Metode Pelaporan Keuangan
Penerapan deskriptif. berpengaruh Peran Komite signifikan terhadap Audit, Peran Kualitas Pelaporan Dewan Keuangan, namun Pengawasan secara statistic Peran Syariah, Dan Dewan Pengawas Efektifitas Syariah tidak Pengendalian signifikan. Intrn Atas Laporan Keuangan Terhadap
Laporan Keuangan.
Suhayati, Kajian Metode Auditing harus (2014) Kualitas Audit penelitian dilakukan secara
Terhadap deskriptif. kritis dimana Kualitas pelaksana Informasi pemeriksaan dalam Laporan haruslah seorang Keuangan. yang mempunyai pendidikan, pengalaman dan keahlian di bidang akuntansi, perpajakan, sistem akuntansi dan pemeriksaan akuntansi. Festi T, dkk Pengaruh metode Pengaruh peran (2014) Peran Audit deskriptif. audit internal
Internal terhadap pencegahan Terhadap kecurangan terdapat Pencegahan pengaruh yang Kecurangan signifikan dari peran audit internal terhadap pencegahan kecurangan.
B. Kajian Teoritik 1. Pengertian Komite Audit
Berdasarkan kerangka dasar hukum di Indonesia perusahaan- perusahaan publik diwajibkan untuk membentuk komite audit. Komite audit tersebut di bentuk oleh dewan komisaris. Oleh karena itu, semua perusahaan manufaktur publik merupakan perusahaan milik masyarakat luas. Bahkan, perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam aktivitas sehari- hari di luar bursa efek juga terkena kewajiban untuk membentuk komite audit yang salah satu tugasnya berkaitan dengan audit eskternal berhubungan dengan audit internal.
Komite audit didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut (Zarkasyi, 2008: 16) a.
Menurut Collier komite audit adalah suatu komite yang berpandangan tentang masalah akuntasi, laporan keuangan dan penjelasanya, sistem pengawasan internal dan auditor independen.
b.
Menurut Arens Komite audit adalah suatu komite yang anggotanya merupakan anggota Dekom yang terpilih yang pertanggungjawabanya antara lain: membantu menetapkan auditor independen terhadap usulan manajemen. Kebanyakan komite audit terdiri dari 3 smpai 5 kadang- kadang sampai 7 orang yang bukan merupakan bagian manajemen perusahaan.
c.
Harapan (1995: 11) menjelaskan bahwa Alvin A. Arens dan James K. sesuai dengan norma pemeriksaan akuntansi yang memberikan informasi sehingga akuntan dapat menyatakan suatu pendapat tentang apakah laporan keuangan yang diperiksa disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
d.
Holmes dan Overmyers mendefinisikan auditing sebagai adalahh fungsi penyaksi yang melakukan pemeriksaan secara objektifitas atas laporan keuangan perusahaan yang disusun oleh manajer.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa komite audit merupakan suatu kelompok yang sifatnya independen atau tidak memiliki kepentingan terhadap manajemen dan diangkat secara khusus serta memiliki pandangan antara lain bidang akuntansidan hal-hal lain yang terkait dengan sistem pengawasan internal perusahaan (Zarkasyi, 2008: 16).
2. Tujuan Komite Audit
Menurut Kepmen Nomor 117 Tahun 2002, tujuan dibentuknya komite audit adalah membatu Komisaris atau Dewan Pengawas dalam mematiskan efektivitas sistem pengendalian internal dan efektivitas pelaksanaan tugas audit ekternal dan audit internal. Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam) dalam Surat Edaranya (2013) mengatakan bahwa tujuan Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris untuk: a.
Meningkatkan kualitas Laporan Keuangan.
b.
Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapt mengurangai c.
Menungkatkan efektivitas fungsi audit internal maupun ekternal audit.
d.
Mengindentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris.
3. Fungsi Komite Audit
Dengan demikian, sejalan dengan kapasitasnya sebagai pihak yang menghubungkan antara dewan direksi selaku wakil dari pemegang saham dan auditor independen, makamenurut Amrizal fungsi komite audit internal adalah: (Festi T dkk, 2014: 5-6): a)
Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian oprasional lainnya serta mengambangkan pengandalian yang efektif dengan biaya tidak terlalu mahal.
b) Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur- prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
c) Memastikan seberapa jauh harta perusahaan di pertanggung jawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.
d) Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.
e) Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen. f) Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
4. Jenis-jenis Audit
Menurut Agoes (2012: 10) ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas beberapa macam:
1. Pemeriksaan Umum (General Audit) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik atau ISA atau Panduan audit entitas bisnis kecil dan memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Kode Etik Profesi Akuntan Publik serta Setandar Pengendalian Mutu.
2. Pemeriksaan Khusus (Spesial Audit) Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan audite) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaanya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang usaha, penjualan,dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP terhadap penagihan piutang usaha diperusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar jumlahnya dan bagaimna modus operandinya.
5. Pengertian Teller
Teller merupakan seorang petugas bank yang bertugas untuk melayani nasabah dalam hal transaksi keuangan kepada semua nasabah.
Tugas seorang teller secara umum yaitu manangani, membantu, dan memberikan solusi bagi semua nasabah yang ingin melakukan transaksi perbankan termasuk didalamnya nanti memberikan jasa layanan uang tunai maupun non tunai (Mayangsari dkk, 2016: 54).
Sedangkan menurut Petrus Lajor Ginting, (2014: 2) teller adalah petugas bank yang secara langsung bertanggung jawab untuk melakukan serangkaian proses transaksi mulai dari menerima simpanan, mencairkan cek, dan memberikan jasa pelayanan perbankan kepada pelanggan.
Teller atau yang bisa disebut dengan kasir, merupakan bagian yang berkaitan langsung dengan masalah keuamgan. Pada setiap hari, kasir harus melakukan pembukaan dan penutupan kas. Serta bertugas membuat, merencanakan kebutuhan kas harian, mencatat semua transaksi kas dan juga merekapnya dalam catatan uang keluar dan masuk. Staf khusus pada kasir harus terpisah dengan bagian pembukaan. Pada tahap awal staf kasir dapat berfungsi ganda yaitu sebagai fungsi pelayanan nasabah atau anggota. Namun, pada perkembanganya, dapat dibentuk staf khusus yang akan menangani masalah jasa pelayanan anggota. Bagian ini juga penjelasan secukupnya terhadap berbagai hal tentang BMT kepada calon anggota/nasabah (Ridwan, 2004: 146).
6. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil Baitul Mal Wa Tanwil adalah lembaga keuangan non bank yang bergerak dalam sekala mikro sebagaimana koperasi simpan pinjam (KSP).
BMT berdiri meruoakan gabungan dari kata baitul maal dan bait at-
tamwil . Secara simgkat, bait al-maal merupakan lembaga pengumpulan
dana masyarakat yang di salurkan tampa tujuan profit. Sedangkan bait at- tamwil merupakan lembaga pengumpulan dana (uang) guna disalurkan dengan orientasi profit dan komersial (Sumiyanto ,2008: 15).
Menurut Yunus (2009: 34-35) baitul Maal Wat Tamwil merupakan dua kelembagaan yang menjadi satu, yaitu lembaga baitul maal dan lembaga baitul tamwil.
a.
Baitul maal (rumah uang), menerima titipan dana zakat, infaq dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinnya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
b.
Baitul tamwil (rumah pembiayaan), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan pembiayaan ekonomi.
7. Sejarah dan Perkembangan BMT
Bank syariah berawal pada tahun 1991 yakni BPR Syariah Dana berlokasi di Bandung. Pada tahun 1992, mulai dikeluarkan UU Perbankan No 7 tahun 1992 yang berisi tentang bank bagi hasil. Saat ini pula berdiri Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang mayoritas menjamah masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibangunlah lembaga-lembaga simpan pinjam yang disebut Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) atau Bait al Qiradh seperti istilah dari masyarakat Aceh.
Kemudian perbankan syariah di Indonesia berkembangsetelah ada lagi revisi UU perbankan Nomor 7 tahun 1992 menjadi UU No. 10 tahun 1998. Dengan demikian pemerintah telah membuka peluang besar bagi kegiatan usaha perbankan yang berdasarkan pada prinsip syariah. Revisi UU tersebut membawa perkembangan BPR Syariah di Indonesia hingga
80 BPRS. UU No. 10 juga tidak menutup kemungkinan bagi pemilik bank negara, swasta nasional, bahkan pihak asing sekalipun untuk membuka cabang syariah di Indonesia (Muhammad, 2002: 19)
Menurut Sumiyanto (2008: 23) adanya BMT sangat menunjang sistem perekonomian pada masyarakat Islam terutama di lapisan bawah dan menengah karena di samping sebagai lembaga keuangan islam, BMT juga memberikan pengetahuan-pengetahuan agama pada masyarakat yang tergolong mempunyai pemahaman agama yang rendah. Dengan demikian, fungsi BMT sebagai lembaga ekonomi sosial keagamaan betul-betul terasa dan nyata hasilnya. Lahirnya BMT di antaranya dilatar belakangi oleh beberapa alasan sebagai berikut: a.
Agar masyarakat terhindar dari pengaruh sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang hanya memberikan keuntungan bagi mereka yang memiliki modal banyak.
b.
Melakukan pembinaan dan pendanaan pada masyarakat menengah ke bawah secara intensif dan berkelanjutan.
c.
Agar masyarakat terhindar dari rentenir-rentenir yang memberikan pinjaman modal dengan sistem bunga yang sangat tidak manusiawi.
d.
Agar ada alokasi dana yang merata pada masyarakat, yang fungsinya untuk menciptakan keadilan sosial.
BAB III
LAPORAN OBJEK A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya BMT Tumang Gagasan untukmendirikan koperasi berbasis Islam ini diawali dariperbincangan ringan beberapa warga Tumang yang telah bekerja/ berdomisili di Jakarta di rumah Bapak Suryanto, SH pada bulan Februari 1997. Pada dasarnya pendirian BMT Tumang bukan hanya sekedar meramaikan aktifitas perkoperasian waktu itu, namun didasari keprihatinan pendiriannya atas sistem perekonomian dan tatanan kehidupan yang dikedepankan pada masa orde baru ternyata tidak bisa memberikan jawaban akan harapan terwujudnya masyarakat adil dan makmur.
Keprihatinanakan nasib masyarakat desa yang justru merupakan jumlah mayoritas penduduk di Indonesia, khususnya di daerah Boyolali juga menjadi perhatian pendiri BMT Tumang. Masyarakat desa kesulitan dalam mengakses permodalan pembiayaan dari perbankankarena berbagai alasan penilaian yang tidak rasional.Perbankan dalam hal ini dinilai lemah dalam komitmennya menciptakan lingkungan usaha yang lebih adil dan lebih menyejahterakan masyarakat.
Sementara itu, terkait dengan bunga perbankan juga telah menjadi dirasakan oleh masyarakat Desa Tumang. Terutama beberapa orang yang dalam menjalankan ekonominya terjerat masalah dengan rentenir atau istilah masyarakat setempat adalah bank plecit. Persoalan riba atau bunga dari rentenir itulah yang juga menjadi perhatian serius para pengurus dan pengelola BMT.
Setelah dilakukan beberapa kali pertemuan, pemilihan calon pengelola dan sosialisasi pendirian, pada tanggal 1 Oktober 1998 Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Tumang mulai beroperasi dengan modal awal Rp. 7.050.000,-,dengan menggunakan kantor (pinjam) salah satu ruangan tidak terpakai di Komplek Balai Desa Tumang, Cepogo, Boyolali. Pada awalnya modal tersebut dikelola untuk pembiayaan kecil, tanpa jaminan, pembukuan dan pelayanannya juga masih manual. Sedangkan untuk mencari tambahan simpanan, menggunakan media bumbung dari bambu dan kotak kayu, yang bertujuan agar anggota bisa menabung sedikit demi sedikit dengan adanya bumbung tersebut, untuk penarikan simpanannya dilakukan setelah jam kerja seminggu sekali.
Setelah beberapa saat operasional pada tanggal 10 April 1999, BMT Tumang mendapatkan badan hukum dari departemen koperasi dengan Nomor: 242/BH/KDK.11.25/IV/ 1999 yang kemudian lebih dik enal dengan nama KSU “BMT Tumang”. Pada awalnya selain untuk sektor pembiayaan, KSU BMT Tumang ada juga usaha sektor riil alat penyewaan pemotong besi, jualan asitilin untuk pengrajin tembaga,
Pada tanggal 30 April 2002, BMT Tumang telah mendapatkan pengesahan Perubahan Anggaran Dasar (PAD) dengan Nomor: 02/PAD/505/IV/2002.Dalam rentang waktu satu dasawarsa melayani umat, BMT Tumang telah berkembang dengan sangat cepat, hingga akhir september 2008 BMT ini mencatat pembiayaan yang diberikan ke masyarakat anggota telah mencapai lebih dari Rp. 9.000.000.000,-.
Kemudian pada tanggal 12 Januari 2011, BMT Tumang telah mendapatkan Pengesahan dengan Keputusan Gubernur Nomor: 02/PAD/XIV/I/2011 tentang Perubahan Anggaran Dasar dari Koperasi Serba Usaha tingkat Kabupaten Boyolali menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) tingkat Propinsi Jawa Tengah. Yang kemudian lebih dikenal dengan nama KJKS BMT Tumang dan wilayah operasional sebelumnya hanya di Kabupaten Boyolali meningkat di tingkat Provinsi Jawa Tengah, sehingga mulai tahun 2011 KJKS BMT Tumang sudah bisa membuka cabang di luar Kabupaten Boyolali.
Terakhir pada tanggal 26 Oktober 2016, BMT Tumang menerima surat dari Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Deputi bidang Kelembagaan. Dimana Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan (KSPPS) BMT Tumang telah teracatat dalam Daftar Umum KoperasiNomor:155/Lap-PAD/VIII/2016 tanggal 8 Agustus 2016.
Perubahan Anggaran Dasar meliputi:
1. Perubahan nama yang semula Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT
Tumang menjadi Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT Tumang, 2. Perubahan wilayah keanggotaan semula wilayah Provinsi Jawa