PEMAHAMAN ISTRI PELAKU GUGAT CERAI TERHADAP AKIBAT HUKUMNYA (Studi Kasus di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) - Test Repository

  

PEMAHAMAN ISTRI PELAKU GUGAT CERAI TERHADAP

AKIBAT HUKUMNYA

(Studi Kasus di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Muhammad Nur Kholis

  

NIM : 21113003

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

KEMENTERIAN AGAMA

  

NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722

  

Website : http://syariah.iainsalatiga.ac.id/ E-mail : fakultassyariah.iainsala3@gmail.com

  

MOTTO

ةﺮﺧﻵا ﻲﻓ ﮫﺴﻓﺎﻨﻓ ﺎﯿﻧﺪﻟا ﻲﻓ ﻚﺴﻓﺎﻨﯾ ﻞﺟﺮﻟا ﺖﯾأر اذإ

  

Bila engkau melihat seseorang mengunggulimu

dalam masalah dunia, maka unggulilah dia

dalam masalah akhirat.

  ”

Hidup Sederhana Itu Pilihan

Sederhana Itu Bentuk Syukur

  ”

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

Orang tuaku tercinta, Bapak Royani dan Ibu Sunarsih yang selalu

memanjatkan doa-doa terbaiknya untuk keberhasilan anak-anaknya,

yang selalu memberikan kasih sayang yang tulus, yang tak henti-

hentinya memberikan perhatian dan selalu mengajarkan arti

kehidupan kepada anak-anaknya.

  

Kakak-kakakku, Mas Zaenal, Mbak Dayah, Mas Fatkur yang selalu

menjadi kakak-kakak terbaikku, serta adikku Suci yang selalu

memberikan candatawa yang terkadang juga bikin gemes, semoga

selalu menjadi adik kebanggaan.

  

Nenekku, Mbah Kuroh yang selalu memberikan wejangan-

wejangannya, yang selalu memberikan dan mengajarkan arti

kesederhanaan hidup.

Budheku, Budhe Muti yang sering menanyakan bagaimana

perkuliahku, yang selalu mendoakan aku agar menjadi orang yang

sukses, yang selalu menasehatiku.

Dosen-dosen dan seluruh tenaga pengajar fakultas syariah khususnya

Jurusan Hukum Keluarga Islam.

  

Rekan-rekan, sahabat-sahabatku Jurusan Hukum Keluarga Islam

tahun 2013 yang telah bersama-sama berjuang menuntut ilmu, yang

selalu memberikan kenangan indah nan manis dalam setiap

kebersamaan.

  

Orang-orang yang telah memberikan perhatian dan dorongan

semangat kepadaku, yang tak bisa aku sebutkan satu persatu. Sukron

katsir.....

  

ABSTRAK

  Kholis, Muhammad Nur. 2018. Pemahaman Istri Pelaku Gugat Cerai Terhadap

  Akibat Hukumnya (Studi Kasus di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) . Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan Hukum Keluarga

  Islam. Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing Dra. Siti Muhtamiroh, M.SI.

  Kata Kunci: Pemahaman, Gugat Cerai, Akibat Hukum

  Penelitian ini dilatarbelakangi adanya tingkat perceraian yang tinggi di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang khususnya perceraian yang diajukan oleh istri terhadap suaminya (gugat cerai). Suatu perceraian memiliki akibat hukum bagi kedua belah pihak antara suami dan istri berupa hak dan kewajiban. Dalam KHI secara jelas menyebutkan akibat hukum perceraian karena cerai talak yaitu berkaitan dengan pemberian nafkah iddah, mut’ah, nafkah anak, hak asuh anak yang menjadi kewajiban suami dan menjadi hak istri, sedangkan akibat hukum gugat cerai tidak disebutkan secara jelas baik dalam Undang-Undang Perkawinan maupun Kompilasi Hukum Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor gugatan perceraian, pemahaman istri pelaku gugat cerai terhadap akibat hukumnya dan bagaimana upaya yang dilakukan istri terhadap akibat hukum perceraian.

  Dalam melakukan penelitian, penulis secara langsung terjun ke lapangan untuk mengetahui pemahaman istri pelaku gugat cerai terhadap akibat hukum perceraian. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk mengungkap gejala secara menyeluruh melalui pengumpulan data, penulis menggunakan pendekatan sosiologis dan normarif. Pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman istri pelaku gugat cerai terhadap akibat hukum perceraian dan pendekatan normatif digunakan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan akibat hukum perceraian.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor gugatan perceraian disebabkan karena faktor ekonomi, faktor suami yang meninggalkan istri dan tidak diketahui keberadaanya, faktor perselingkuhan, faktor kekerasan dalam rumah tangga, faktor adanya tindak pidana yang dilakukan oleh suami, faktor kesalahpahaman serta kurangnya perhatian dan kasih sayang. Selain itu, istri pelaku gugat cerai di Kecamatan Susukan tidak memahami betul akibat hukum perceraian. Di sisi lain, terdapat informan yang memahami adanya prosedur upaya hukum untuk memperoleh kembali haknya, namun keseluruhan informan tidak menggunakan upaya hukum tersebut untuk menuntut haknya kepada mantan suaminya.

KATA PENGANTAR

  Rasa puji syukur yang dalam penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, ridho dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan. Rasa syukur kehadirat Allah atas segara nikmat selama proses penulisan skripsi tak lupa penulis shaturkan kepada-Nya.

  Sholawat dan salam Allah semoga tetap tercurahkan kepada nabi akhiruzzaman, Nabi Muhammad SAW yang senantiasa menjadi suri tauladan bagi penulis dan syafaatnya yang diharapkan penulis di akhirat nanti. Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH), Fakultas Syariah, Jurusan Hukum Keluarga Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang berjudul: “Pemahaman Istri Pelaku Gugat Cerai terhadap Akibat Hukumnya (Studi Kasus di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang)”. Dalam menyusun penulisan skripsi ini, penulis mengakui bahwa penulisan skripsi tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dan arahan dari berbagi pihak. Oleh karena itu penulis terima kasih yang sebanyak-banyaknya, ungkapan terima kasih terkadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

  3. Bapak Sukron Ma’mun, S.HI., M.Si., selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam di IAIN Salatiga.

  4. Ibu Dra. Siti Muhtamiroh, M.SI., selaku Doden Pembimbing yang telah memberikan pemahaman, saran, arahan dan bimbingannya dengan kesabarannya demi terselesainya skripsi penulis yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

  5. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh Pegawai Fakultas Syari’ah yang tak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

  6. Ayah dan Ibu selaku orang tua yang sangat penulis cintai, yang telah memberikan doa, ridho dan restunya dalam setiap langkah penulis menuntut ilmu sampai tahap menyelesaikan tugas skripsi ini.

  7. Rekan-rekan Jurusan Hukum Keluarga Islam angkatan 2013 yang telah mengukir kebesamaan dalam menuntut ilmu, memberikan warna dan cerita selama menempuh pendidikan di Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

  Semoga Allah SWT membalas atas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang sepantasnya dan lebih dari apa yang telah mereka berikan kepada penulis, dengan untaian doa Jazakumullahu Khoiran Jaza, Jaza

  

Kumullahu Khairan Katsiran, dan senantiasa mendapatkan maghfiroh dan

rahmat-Nya. Amin.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk kebaikan kedepannya.

  Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

  Salatiga, 23 Maret 2018 Penulis

  

DATAR ISI

COVER ................................................................................................................ i

NOTA PEMBIMBING ...................................................................................... ii

PENGESAHAN .................................................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................... v

PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv

  BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ........................................................................................

  7 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................

  8

  D. Kegunaan Penelitian .................................................................................

  8 E. Telaah Pustaka ..........................................................................................

  9 F. Penegasan Istilah .....................................................................................

  13 G. Metode Penelitian ....................................................................................

  14 H. Sistematika Penulisan ..............................................................................

  20 BAB II TINJAUAN UMUM PERNIKAHAN DAN GUGATAN

  PERCERAIAN A. Definisi Pernikahan .................................................................................

  22 B. Anjuran Nikah .........................................................................................

  24 C. Rukun dan Syarat Nikah ..........................................................................

  26 D. Konsep Perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan .......................

  30

  E. Konsep Perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam ..............................

  34 F. Gugatan Perceraian dan Akibat Hukumnya .............................................

  41

  1. Gugatan Perceraian ............................................................................ 41

  2. Akibat Hukum terhadap Gugatan Perceraian .................................... 44

  BAB III DATA HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Susukan ...................................................

  48

  1. Kondisi dan Potensi Geografis .......................................................... 48

  2. Kondisi Demografis Kecamatan Susukan ......................................... 49

  3. Kondisi Transportasi, Pendidikan, Kesehatan, Keagamaan, dan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Susukan ....................................... 51

  4. Visi Misi dan Struktur Organisasi Kecamatan Susukan ................... 56

  B. Profil Keluarga Pelaku Gugat Cerai ........................................................

  60 C. Faktor-Faktor Perceraian .........................................................................

  64 D. Pemahamn Istri Pelaku Gugat Cerai terhadap Akibat Hukumnya ..........

  66 E. Upaya Hukum yang Dilakukan Istri untuk Mendapatkan Hak-Hak Istri Kembali ................................................................................................... 69 F. Latar Belakang dan Duduk Perkara Gugatan Perceraian ........................

  70 BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN ISTRI PELAKU GUGAT CERAI

  TERHADAP AKIBAT HUKUMNYA A. Faktor-Faktor Gugatan Perceraian Istri terhadap Suami .........................

  78 B. Pemahaman Istri Pelaku Gugat Cerai terhadap Akibat Hukumnya .........

  82 C. Upaya Hukum Istri untuk Memperoleh Haknya Kembali .......................

  88 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................................

  90

  B. Saran ........................................................................................................

  92 C. Penutup ....................................................................................................

  93 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Surat Penunjukan Pembimbing skripsi

  2. Surat Ijin Penelitian

  3. Daftar Nilai SKK

  4. Lembar Konsultasi Skripsi

  5. Daftar Riwayat Hidup

  6. Daftar Pertanyaan Responden

  7. Surat Putusan Gugatan Perceraian

  DAFTAR BAGAN DAN TABEL

  1. Tabel 1

  2. Bagan 1

  3. Tabel 2

  4. Tabel 3

  5. Tabel 4

  6. Tabel 5

  7. Tabel 6

  8. Tabel7

  9. Tabel 8

  10. Tabel 9

  11. Tabel 10

  12. Tabel 11

  13. Tabel 12

  14. Tabel 13

BAB I A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna

  dibandingkan dengan ciptaan Allah lainnya, manusia dianugerahi akal untuk berpikir dan hawa nafsu. Sebagai makhluk sosial manusia diciptakan di muka bumi ini berpasang-pasang, sebagaimna firman Allah dalam QS. An-Nahl (16): 72 :

  

ﻢ ُﻜ َﻗ َز َر َو ًۭةَﺪَﻔَﺣَو َﻦﯿِﻨَﺑ ﻢُﻜِﺟ َٰوْزَأ ْﻦِّﻣ ﻢُﻜَﻟ َﻞَﻌَﺟَو ﺎ ًۭﺟ َٰوْزَأ ْﻢُﻜِﺴُﻔﻧَأ ْﻦِّﻣ ﻢُﻜَﻟ َﻞَﻌَﺟ ُﮫَّﻠﻟ َوٱ

َنوُﺮُﻔْﻜَﯾ ْﻢُھ ِﮫَّﻠﻟ ٱ ِﺖَﻤْﻌِﻨِﺑَو َنﻮُﻨِﻣْﺆُﯾ ِﻞِﻃ ﺎ َﺒ ْﻟ ﭑ ِﺒ َﻓ َأ ۚ ِﺖ َٰﺒِّﯿَّﻄﻟ ٱ َﻦ ِّﻣ ‘’Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik- (QS. An-Nahl (16): 72). baik.”

  Selain ayat di atas, masih banyak ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan bahwa manusia diciptakan berpasang-pasang di antaranya : QS. At-Taubah (9): 71, QS. Ar-Rum (30): 21, QS. Adz-Dzariyat (51): 49, QS. Yaa Sin (36): 36. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara laki-laki dan perempuan telah mempunyai pasangannya masing-masing. Di dalam menemukan pasangannya tersebut, baik laki-laki maupun perempuan dituntut untuk selalu berikhtiar, berusaha dan berdoa, tidak hanya menunggu pasangan tersebut datang dengan sendirinya. Pasangan- pasangan tersebut antara laki-laki dan perempuan tentunya harus terikat dalam sebuah ikatan yang dapat menghalalkan hubungan di antara keduanya yaitu dalam sebuah ikatan perkawinan yang sah.

  Di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UUP) dalam pasal 1 disebutkan bahwa perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pengertian tersebut lebih menitikberatkan pada tujuan perkawinan yang didasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2 menyebutkan pernikahan adalah akad yang sangat kuat atau

  

miitsaqaan gholiidhon untuk mentaati perintah Allah dan

  melaksanakannya merupakan ibadah. Berbeda dengan Undang-Undang Perkawinan, pengertian perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam ini menitikberatkan bahwa akad perkawinan adalah akad atau perjanjian yang sangat kuat yang mengikat antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, sebagai perwujudan ibadah kepada Allah SWT. Firman Allah dalam QS. Ar Rum: 21:

  

ًۭةَّدَﻮَّﻣ ﻢُﻜَﻨْﯿَﺑ َﻞَﻌَﺟَو ﺎَﮭْﯿَﻟِإ ۟ا ٓﻮُﻨُﻜْﺴَﺘِّﻟ ﺎ ًۭﺟ َٰوْزَأ ْﻢُﻜِﺴُﻔﻧَأ ْﻦِّﻣ ﻢُﻜَﻟ َﻖَﻠَﺧ ْنَأ ٓۦ ِﮫِﺘ َٰﯾاَء ْﻦِﻣَو

َن و ُﺮ َّﻜَﻔَﺘَﯾ ٍۢمْﻮَﻘِّﻟ ٍۢﺖ َٰﯾﻻ َﻚِﻟ َٰذ ﻰِﻓ َّنِإ ۚ ًﺔَﻤْﺣَرَو

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan

sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum (30): 21).

  Dalam ayat tersebut sangat jelas bahwa dengan adanya suatu perkawinan yang merupakan penyatuan dua insan dalam sebuah kehidupan rumah tangga dimaksudkan agar keduanya merasa tentram dan saling mengasihi, ayat tersebut selaras dengan tujuan sebuah perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan pasal 1 yaitu mewujudkan keluarga yang bahagia dan kekal serta Kompilasi Hukum Islam pasal 3 yaitu untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Sebuah perkawinan tidak hanya menjadi ladang berkasih sayang atau saling bersandar di antara keduanya, melainkan banyak tujuan mulia dibalik sebuah perkawinan, di antaranya:

  1. Menjaga keturunan

  2. Menjaga kehormatan

  3. Menjaga pergaulan 4. Menjaga pandangan dan masih banyak tujuan lain.

  Tujuan mulia di dalam perkawinan tersebut menjadikan semakin sempurna syari’at Islam dengan adanya anjuran perkawinan.

  Perkawinan merupakan sebuah akad yang pada hakikatnya tidak terdapat batasan terhadap akad tersebut, akad perkawinan adalah perjanjian yang bersifat abadi, namun di dalam menjalani sebuah rumah tangga tentunya banyak hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga tersebut, tidak sedikit sebuah perkawinan yang berakhir dengan perceraian. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementrian Agama pada tanggal 20 Januari 2015, angka perceraian dalam kurun lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Jumlah kasus perceraian yang diputus Pengadilan Tinggi Agama seluruh Indonesia pada 2014 mencapai 382.231, naik sekitar 131.023 kasus dibanding tahun 2010 sebanyak 251.208 kasus. Sementara itu berdasarkan data yang telah dikeluarkan oleh Direktori Putusan Mahkamah Agung tertanggal 28 Desember 2017 dalam kasus perdata agama terdapat jumlah putusan sebanyak 3.364 putusan, dimana kasus perceraian menempati urutan pertama dengan jumlah putusan sebanyak 919, kemudian waris Islam sebanyak 636 putusan, harta bersama 101 putusan, hibah 17 putusan, ekonomi syari’ah 13 putusan, sengketa perkawinan 11 putusan dan wasiat 5 putusan. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa perceraian di Indonesia dalam perdata agama memiliki angka tertinggi dibandingkan dengan kasus-kasus perdata agama lainnya.

  Syari’at Islam secara jelas menerangkan bahwa talak adalah hak mutlak suami. Suami berhak menjatuhkan talak kapan dan di mana saja yang dia kehendaki kecuali dalam keadaan tertentu yang dilarang oleh syara’ seperti dalam keadaan ihram atau sholat, baik dengan saksi ataupun tanpa saksi, baik dengan sindiran ataupun secara terang-terangan, semua itu dapat menyebabkan jatuhnya talak kepada istri (Saifullah, 2015: 34).

  Penjatuhan talak suami kepada istri juga harus melihat kondisi dan keadaan istri, dalam keadaan tertentu seperti ihram dan shalat suami dilarang untuk menjatuhkan talak kepada istri. Berbeda dengan hukum Islam , hukum yang berlaku di Indonesia kedudukan suami dan istri dalam rumah tangga dan dalam pergaulan di masyarakat adalah seimbang (pasal 31 (1) UUP), sebagaimana pula pasal 79 (3) KHI bahwa baik suami dan istri berhak melakukan perbuatan hukum, termasuk mengajukan gugatan perceraian kepada suami.

  Penjatuhan talak suami kepada seorang istri yang mengakibatkan perceraian tidak akan mengurangi hak-hak yang harus diperoleh istri ketika bercerai, sebagaimana pasal 149 KHI bahwa bilamana perkawinan putus karena talak, maka suami wajib :

  1. Memberikan mut’ah yang layak kepada bekas istrinya

  2. Memberi nafkah, maskah dan kiswah selama masa iddah

  3. Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya dan separoh apabila

  qobla al dukhul

  4. Memberi biaya hadhanah untuk anak-anak yang belum mencapai umur 21 tahun.

  Berbanding terbalik dengan hal tersebut, ketika seorang istri yang mengajuakan gugatan perceraian kepada suami, maka hak-hak yang harus diterima oleh istri menjadi berkurang, dalam pasal 158 KHI disebutkan bahwa nafkah mut’ah diberikan oleh bekas suami dengan syarat: a) belum ditetapkan mahar bagi istri ba’da al dukhul.

  b) perceraian itu atas kehendak suami. Berdasarkan pasal tersebut maka seorang istri yang mengajukan gugatan perceraian kepada seorang suami tentunya tidak mendapatkan haknya tersebut. Di dalam peraturan yang menjadi pedoman hakim di Pengadilan

  Agama yaitu Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 158 dengan jelas menerangkan bahwa adanya pengurangan hak yang semestinya harus diterima oleh seorang istri.

  8

  12

  4

  6

  7 Juli

  62

  8 Agustus

  28

  13

  5

  9 September

  66

  10 Oktober

  9

  8

  10

  11 November

  6 Juni

  5

  Dalam hal ini penulis mencoba melakukan penelitian di Kecamatan Susukan yang mana masih banyak perceraian yang terjadi antara suami dan istri. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang telah dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Susukan tahun 2016-2017 sebagai berikut :

  10

  Tabel 1 Tabel Nikah Rujuk Cerai Kecamatan Susukan

  NO BULAN NIKAH CERAI TALAK GUGAT CERAI

  1 Januari

  50

  1

  4

  2 Februari

  5

  33

  17

  3 Maret

  31

  3

  5

  4 April

  34

  5 Mei

  23

  12 Desember

  49

  5

  13 Sumber: Data Nikah Rujuk Kecamatan Susukan Kecamatan Susukan merupakan kecamatan yang banyak berdiri pondok pesantren yang mensyiarkan syari’at-syari’at Islam sebagai bentuk dakwah Islam kepada masyarakat, yang membuat kehidupan masyarakat yang lebih lebih agamis, namun di sisi lain masih banyak ditemui perceraian yang dilakukan oleh istri kepada suami, apakah istri memahami akibat hukum dari gugat cerai dan dengan judul " PEMAHAMAN ISTRI PELAKU GUGAT CERAI TERHADAP AKIBAT HUKUMNYA” (Studi Kasus di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) untuk dijadikan skripsi.

B. Fokus Penelitian

  Sebagai pokok permasalahan (basic question) yang berangkat dari latar belakang masalah, maka penulis mengambil beberapa hal yang akan dijadikan sebagai fokus penelitian sebagai berikut:

  1. Apakah faktor-faktor penyebab gugatan perceraian istri kepada suami di Kecamatan Susukan?

  2. Bagaimanakah pemahaman istri pelaku gugat cerai terhadap akibat hukumnya?

  3. Bagaimana upaya yang dilakukan istri terhadap akibat hukum tersebut?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Mengetahui faktor-faktor penyebab perceraian yang diajukan oleh istri (gugat cerai).

  2. Mengetahui tingkat pemahaman istri terhadap perceraian dan akibat hukumnya.

  3. Mengetahui langkah-langkah hukum yang diupayakan oleh seorang istri untuk mendapatkan hak-haknya kembali terhadap akibat hukum gugat cerai.

  D. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan penelitian ini adalah:

  1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan ide dan sumbangsih pemikiran pengetahuan hukum tentang dampak sebuah gugatan perceraian istri terhadap suaminya bagi pengembangan khasanah dan ilmu pengetahuan.

  2. Secara Praktis

  a. Bagi Peneliti Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta pembentukan pola berpikir dalam menganalisa bagaimana pengetahuan seorang istri terhadap akibat hukum dari sebuah gugatan perceraian yang dilakukannya. b. Bagi Mahasiswa Memberikan wawasan dan pemahaman hukum kepada mahasiswa sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

  c. Bagi Masyarakat

  1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya kepada seorang istri akan pentingnya menjaga perkawinan demi terwujudnya keluarga yang sakinah, mawaddah , warahmah.

  2. Memberikan informasi mengenai akibat hukum yang timbul dari sebuah gugatan perceraian yang dilakukan istri terhadap suaminya.

  3. Mampu memberikan dampak yang positif dan mengurangi tingkat perceraian perkawinan khususnya di Kecamatan Susukan.

E. Telaah Pustaka

  Berdasarkan berbagai sumber yang telah penulis telusuri, tidak terdapat skripsi yang secara spesifik membahas tingkat pemahaman istri pelaku gugat cerai terhadap akibat hukumnya. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh penulis telah ditemukan beberapa jurnal dan penelitian yang membahas gugat cerai, di antaranya:

  Jurnal Puslitbang Kehidupan Keagamaan yang ditulis oleh Kustini dan Nur Rofiah dengan judul “Gugatan Perempuan atas Makna Perkawinan”. Bagi masyarakat Indonesia, perkawinan tidak hanya mengandung komitmen antara suami dengan istri tetapi juga komitmen antara suami istri dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, perkawinan tidak hanya dipandang sebagai perjanjian sosial yang mengandung tanggung jawab kepada masyarakat dan negara, melainkan juga perjanjian spiritual yang mengandung nilai-nilai agama atau ketuhanan. Meskipun berbeda dengan definisi perkawinan Fiqh klasik yang menitikberatkan definisi nikah pada relasi fisik khususnya relasi seksual suami istri, namun cara pandang atas perkawinan yang mengaitkan dengan nilai-nilai ritual dan sakral agama sebagaimana ada dalam Undang- Undang Perkawinan justru sejalan dengan istilah al-Quran yang menyebut perkawinan sebagai Mitsaqan Ghalizhan (perjanjian kokoh) sejalan dengan konsep sakinah, mawadda, warahmah dalam al-Qur’an (keluarga harmonis) yaitu sebuah keluarga yang seluruh anggota keluarga merasa tenang dan tentram, tidak ada kekerasan, hak dan kewajiban seluruh anggota keluarga terpenuhi dengan baik, dan juga sejalan dengan hadist yang mengaitkan relasi suami-istri dengan konsep ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Di masyarakat beragama seperti Indonesia, norma agama sejatinya selalu mewarnai kehidupan perkawinan, dan selalu ada hubungan antara sistem keagamaan dengan sistem keluarga, sehingga apapun yang terjadi dalam kehidupan perkawinan merupakan implementasi atas pemahaman keagamaan terkait perkawinan.

  Selanjutnya Nurhasanah dan Rozalinda (Kafa’ah: Jurnal Ilmiah Kajian Gender Vol. 4 No. 2 Tahun 2014) dalam tulisannya yang berjudul

  “Persepsi Perempuan Terhadap Perceraian: Studi Analisis Terhadap Meningkatnya Angka Gugatan Cerai di Pengadilan Agama Padang” persepsi perempuan terhadap perceraian adalah cerai bukan merupakan hal yang tabu dan memalukan. Cerai merupakan solusi untuk menyelesaikan permasalahan atau konflik berkepanjangan yang terjadi di dalam keluarganya. Cerai bukan sesuatu yang menakutkan, dan mengajukan gugatan cerai adalah hak perempuan yang diberikan oleh Undang-undang.

  Terjadinya perubahan persepsi perempuan tersebut terhadap perceraian disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: meningkatnya tingkat pendidikan perempuan, perempuan semakin sadar hukum, adanya peluang berkarir bagi perempuan, dan perubahan stigma masyarakat terhadap perempuan yang bercerai. Perubahan persepsi perempuan terhadap perceraian pada peningkatan angka gugatan cerai dipengaruhi oleh teknologi informasi seperti media massa, baik media cetak maupun media elektronik, melemahnya lembaga perkawinan dan lunturnya pandangan perempuan terhadap perkawinan dan melemahnya pemahaman nilai-nilai agama di kalangan perempuan.

  Selain jurnal terdapat juga beberapa skripsi yang membahas mengenai gugatan perceraian yang diajukan oleh istri, di antaranya: Skripsi yang disusun oleh Fredy Wahyu Suharyanto, dalam skripsinya yang berjudul “Analisa Yuridis Cerai Gugat Terhadap Suami

  Di Pengadilan Agama Sidoarjo” Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Hukum. Alasan yang dapat dijadikan istri untuk melakukan cerai gugat adalah karena adanya tindak kekerasan suami terhadap istri dalam rumah tangga serta perselisihan, pertengkaran dan jarang memberikan nafkah kepada isteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan dan pertimbangan hakim mengenai cerai gugat di Pengadilan Agama Sidoarjo. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian yuridis normatif yaitu pendekatan dilakukan secara statute approach atau pendekatan perundang-undangan yang dilakukan dengan isu hukum yang sedang ditangani. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa cerai gugat yang dilakukan istri kepada suami di Pengadilan Agama Sidoarjo disebabkan adanya faktor internal dan eksternal diantaranya suami tidak bertanggung jawab baik ekonomi, meninggalkan kewajiban, poligami tidak sehat, penganiayaan, dan gangguan pihak ketiga yang tidak diharapkan dan suami mengalami krisis moral. Namun dalam Putusan ke 5 sampling Pengadilan Agama Sidoarjo. Majelis Hakim dalam memutus perkara berdasarkan pertimbangan kemashlahatan dengan menghindari bahkan menghilangkan kemadharatan yang mukin akan timbul, baik untuk Penggugat dan Tergugat maupun keluarga keduanya dan anak keturunannya dengan tidak menyebutkan secara vulgar alasan kekerasan suami terhadap istri dalam rumah tangga sebagai alasan utama perceraian ini, tetapi lebih memilih perselisihan dan pertentangan secara terus menerus sebagai alasan perceraian tersebut.

F. Penegasan Istilah

  Sebelum memulai dalam penyusunan skripsi ini, penulis perlu kemukakan bahwa judul skripsi ini adalah : Pemahaman Istri Pelaku

  Gugat Cerai terhadap Akibat Hukumnya (Studi Kasus Di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang).

  Untuk menghindari kesalahan penafsiran dan kesalahpahaman terhadap pemahaman serta pengertian yang keliru, maka penulis akan kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi sebagai berikut:

  1. Pemahaman adalah berasal dari kata paham yang diartikan sebagai mengerti benar atau tahu benar. Pemahaman dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara untuk mengerti benar atau mengetahui benar. Seseorang dapat dikatakan paham mengenai sesuatu apabila orang tersebut sudah mengerti benar mengenai hal tersebut (KBBI).

  2. Istri adalah berasal damin wanita.

  Seorang wanita biasanya menikah dengan seorang dalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang istri dan pasangannya sebagai seorang i (Wikipedia Bahasa Indonesia).

  3. Gugat cerai adalah mengadukan perkara untuk memutus hubungan suami istri (KBBI). Dalam KHI Pasal 73 ayat 1 telah menetapkan secara bahwa dalam perkara gugat cerai, yang bertindak sebagai penggugat adalah istri, sedangkan suami ditempatkan sebagai tergugat.

  Dengan demikian masing-masing mempunyai jalur tertentu dalam upaya menuntut perceraian. Jalur suami melalui upaya cerai talak dan jalur istri melalui gugat cerai.

  4. Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.

G. Metode Penelitian

  1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field

  research ) yaitu penelitian yang terjun langsung ke lapangan guna

  mengadakan penelitian pada objek yang dibahas yaitu bagaimana tingkat pemahaman istri yang menjadi pelaku gugat cerai terhadap akibat hukum yang timbul akibat perbuatan hukum yang dilakukannya. Selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan gejala secara menyeluruh melalui pengumpulan data di lapangan dan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

  Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri (Salim, 1991:781). Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2009:6).

  Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan sosiologis dan normatif , pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman istri-istri pelaku gugat cerai terhadap akibat hukum yang timbul atas perbuatan hukum tersebut yang terjadi di masyarakat khususnya di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, sedangkan pendekatan normatif digunakan untuk mengetahui akibat-akibat hukum yang timbul atas perbuatan hukum.

  2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam suatu penelitian merupakan hal yang utama dan penting keberadaannya, identitas seorang peneliti harus diketahui secara jelas oleh informan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara keduanya. Peneliti bertindak secara langsung sebagai instrumen dan pengumpul data yang mendatangi dan menggali informasi mengenai objek penelitian.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Susukan,

  Kabupaten Semarang. Peneliti memilih lokasi ini karena di wilayah Kecamatan Susukan merupakan wilayah yang memiliki angka perceraian yang cukup tinggi di Pengadilan Agama Kota Salatiga.

  Kecamatan Susukan merupakan kecamatan yang dapat dikatakan sebagai wilayah kecamatan yang berbasis pondok pesantren karena di Kecamatan Susukan banyak berdiri pondok pesantren yang tentunya berbasis Islam. Sehingga hal ini sangat menarik untuk diteliti ketika di wilayah Kecamatan Susukan yang banyak berdiri pondok pesantren namun dalam sisi lain juga memiliki angka perceraian yang cukup tinggi.

  4. Sumber Data Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini meliputi: a. Data primer merupakan data yang pokok dan utama yang digunakan dalam penulisan skripsi, dalam hal ini data primer diperoleh secara langsung dari para pelaku gugat cerai yang tinggal di Kecamatan Susukan.

  b. Data sekunder yaitu data tambahan atau data yang digunakan untuk melengkapi data primer. Data sekunder dapat berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia. Dalam hal ini peneliti menggunakan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam sebagai sebagai sumber data resmi serta buku-buku dan artikel yang membahas mengenai perkawinan dan perceraian, data sekunder juga dapat diperoleh dari keluarga, kerabat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat yang tinggal di sekitar tempat tinggal pelaku gugat cerai.

  5. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian (Nazir, 1988: 211).

  Peneliti menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, yaitu: a. Metode Observasi

  Metode observasi atau metode pengamatan secara langsung merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Dalam hal ini penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui dan mendapatkan data mengenai objek penelitian yaitu gugatan perceraian istri terhadap suaminya b. Metode Wawancara

  Metode wawancara atau metode interview merupakan suatu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 1998: 115).

  Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan bertatapan langsung dengan responden, sama seperti menggunakan daftar pertanyaan (Daniel, 2002: 143).

  Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan dengan berpedoman pada susunan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya untuk menggali informasi terhadap masalah-masalah yang ada.

  Dalam hal ini wawancara dilakukan terhadap para istri pelaku gugat cerai, keluarga pelaku di Kecamatan Susukan.

  Wawancara dilakukan terhadap pelaku gugat cerai secara acak di Kecamatan Susukan.

  c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. Metode ini sumber datanya masih tetap dan belum berubah. Dengan metode ini yang diamati adalah bukan benda hidup tetapi benda mati (Arikunto, 1998: 236).

  Dokumen dapat berisi tentang deskripsi-deskripsi, penjelasan-penjelasan, daftar-daftar, cetakan hasil komputer, contoh-contoh objek dari sistem informasi. Adapun dokumen yang digunakan oleh penulis dapat berbentuk foto-foto atau gambar statistik tingkat perceraian ataupun foto saat berlangsungnya sidang gugat cerai.

  6. Analisis Data Data mentah yang telah dikumpulkan oleh penulis tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisa. Analisa data merupakan hal yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisalah data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 1988: 405).

  Dalam analisis ini penulis menggunakan analisis deskriptif yang mendeskripsikan tentang tinjauan hukum Islam dan perundang- undangan di Indonesia tentang dampak atau akibat hukum yang ditimbulkan atas perbuatan hukum yaitu gugatan perceraian.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dimaksudkan untuk menghindari adanya kekeliruan atau kesalahan yang terlewati oleh penulis. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik triangulasi untuk mengecek keabsahan data. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2009:330).

  Dalam pengecekan keabsahan data di sini dilakukan dengan cara membandingkan observasi atau pengamatan langsung dengan wawancara terhadap para informan, selain itu juga dapat dilakukan dengan membandingkan berbagai dokumen dan mencari informasi dari berbagai pihak yaitu pelaku gugat cerai, keluarga dan masyarakat sekitar.

  8. Tahap-tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melalui berbagai tahapan.

  Tahap pertama yaitu tahap pra lapangan, di mana penulis menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang ada atau tidaknya praktek gugat cerai.

  Tahap selanjutnya yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan atau lokasi penelitian untuk mencari data infoman dan pelaku serta melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap informan yaitu pelaku gugat cerai.

  Tahap terakhir yaitu penyususnan laporan dengan cara menganalisis data atau temuan dari penelitian kemudian memaparkannya dengan narasi deskriptif dengan pendekatan normatif.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi. Skripsi ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian: bagian awal, bagian inti dan agian akhir.

  Pada bagian awal skripsi berisi tentang: sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar, dan daftar lampiran.

  Bagian inti skripsi menguraikan lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, yang mana di dalamnya menguraikan tentang: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab II menguraikan tentang tinjauan umum mengenai perkawinan dan gugatan perceraian, pengertian perkawinan, konsep perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), gugatan perceraian istri terhadap suami, akibat hukum yang ditimbulkan atas gugatan perceraian.

  Bab III menguraikan tentang hasil penelitian mengenai pemahaman istri pelaku gugat cerai terhadap akibat hukumnya, alasan- alasan mengajukan gugatan perceraian, pemahaman istri tentang perkawinan, gambaran umum Kecamatan Susukan.

  Bab IV menguraikan tentang analisa hasil penelitian pemahaman istri pelaku gugat cerai terhadap akibat hukumnya dalam perspektif normatif, analisa mengenai faktor-faktor atau alasan-alasan dalam mengajukan gugatan perceraian serta analisa upaya yang dilakukan istri pelaku gugat cerai terhadap akibat hukum perceraian.

  Bab V Penutup menguraikan tentang kesimpulan dan saran Pada bagian akhir skripsi ini berisi tentang daftar rujukan, lampiran- lampiran, riwayat hidup penulis.

Dokumen yang terkait

PENELANTARAN ISTRI SEBAGAI ALASAN GUGAT CERAI (Studi Kasus Perkara Putusan No.1117/ Pdt.G/ 2014 /PA.Mlg dan 392/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

0 4 24

Analisis Pemasaran Gula Kelapa (Studi Kasus Di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang)

0 0 13

PENGARUH TINGKAT SOSIAL EKONOMI TERHADAP KESADARAN ORANG TUA DALAM MENYEKOLAHKAN ANAK KE PERGURUAN TINGGI (Studi Korelasi Pada Keluarga Muslim di Desa Sidoharjo, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) - Test Repository

0 0 84

PELAKSANAAN IJAB KABUL PERNIKAHAN DENGAN SISTEM PERHITUNGAN WAKTU (Studi Kasus Desa Jetak, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang) - Test Repository

0 0 119

PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA KARIR (Studi Kasus di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali) - Test Repository

0 0 127

FENOMENA PENGANGKATAN ANAK (Studi Kasus di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang) SKRIPSI

2 5 128

PERKAWINAN POLIANDRI (Studi Kasus Di Dusun Canggal Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 3 149

MODEL PENDIDIKAN ENTREPRENEURSHIP DI PESANTREN (Studi Kasus di Pondok Pesantren Salaf Al Ittihad Poncol dan Pondok Pesantren Modern Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang) - Test Repository

0 2 56

PERAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF KEADILAN GENDER (Studi Kasus Di Dusun Watu Agung Desa Suruh Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang) - Test Repository

0 2 146

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI BERSERTIFIKAT PENDIDIK (Studi Kasus di MTs Terpadu Al- Mustaqim Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2018)

0 0 105