s pgsd kelas 1101454 chapter4
59
Dalam bab IV ini, akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini akan memperlihatkan bagaimana pengaruh pendekatan RME terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi luas dan keliling jajargenjang. Berikut hasil penelitian yang telah dilakukan. A. Hasil Penelitian
1. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan RMEdapat Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa a. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Eksperimen
Pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan selama 3 hari yaitu taggal 1,3, dan 4 mei 2015. Pada pertemuan pertama, pembelajaran dimulai di pagi hari.Pembelajaran dimulai dengan berdo’a, mengabsen siswa, dan memeriksa kesiapan siswa.Lalu guru melakukan apersepsi dan menyampaikan konteks yang sesuai dengan materi yaitu keliling jajargenjang. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 orang siswa. Guru membagikan LKS kepada siswa, lalu menjelaskan cara mengisi LKS tersebut. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengambil media pembelajaran yang dibutuhkan untuk mengisi LKS tersebut. Guru membimbing siswa untuk mengisi LKS yang telah dibagikan. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Dua kelompok siswa menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Semua anggota di tiap kelompok harus bergantian menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru menilai penampilan siswa. Siswa menyamakan hasil diskusinya masing-masing bersama kelompoknya. Guru merefleksi pembelajaran dan menyimpulkan materi ajar. Pembelajaran ditutup dengan mengucapkan hamdalah.
(2)
Pada pembelajaran di hari kedua, pembelajaran dimulai dengan mengabsen siswa, dan memeriksa kesiapan siswa.Lalu guru menyampaikan konteks yang berkaitan dengan luas jajargenjang. Guru memberikan instruksi agar siswa berkumpul bersama kelompoknya yang kemarin telah dibuat. Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. Guru memberikan penjelasan mengenai petunjuk pengisian LKS. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk memulai mengisi LKS dan mengambil media yang dibutuhkan di meja guru. Guru membimbing siswa untuk mengisi LKS secara berkelompok. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Aturannya adalah semua anggota dalam kelompok harus secara bergantian menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok yang belum maju ke depan untuk menyampaikan hasil diskusinya, hari ini maju 2 kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru membimbing siswa untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Temuan yang menarik pada pertemua kedua ini adalah semua siswa dapat dengan mudah menyatakan rumus luas melalui penghubungan dengan persegipanjang.Pembelajaran diakhiri dengan refleksi dan menyimpulkan materi ajar.
Pada pertemuan ketiga, pembelajaran dilakukan di pagi hari. Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam, memeriksa kehadiran siswa dan memeriksa kesiapan belajar siswa. Lalu, guru menyampaikan konteks yang berkaiatan dengan luas dan keliling jajargenjang. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk bergabung dengan kelompoknya yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mengisi LKS secara berkelompok. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. Guru menginstruksikan kepada kelompok yang belum menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Seperti biasa guru menugaskan semua anggota kelompok untuk secara bergantian menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Guru mengistruksikan kepada siswa untuk
(3)
menyamakan hasil diskusi kelompok masing-masing. Guru menutup pembelajaran dengan merefleksi dan menyimpulkan materi ajar.
b. Data Gain Kelas Eksperimen
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk melihat apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa adalah dengan menghitung gain dari kelas eksperimen. Gain merupakan peningkatan nilai dari pretes menjadi postes. Berikut adalah hasil perhitungan gain di kelas eksperimen.
Tabel 4.1
Data Nilai Pretes, Postes, dan Gain di kelas Eksperimen
No. Nama Pretes Postes Gain Interpretasi
1 Siswa 1 70 83 0.43 Sedang
2 Siswa 2 52 83 0.64 Sedang
3 Siswa 3 74 83 0.33 Sedang
4 Siswa 4 61 83 0.56 Sedang
5 Siswa 5 57 83 0.60 Sedang
6 Siswa 6 57 83 0.60 Sedang
7 Siswa 7 57 87 0.70 Tinggi
8 Siswa 8 57 74 0.40 Sedang
9 Siswa 9 65 83 0.50 Sedang
10 Siswa 10 61 83 0.56 Sedang
11 Siswa 11 65 78 0.38 Sedang
12 Siswa 12 61 83 0.56 Sedang
13 Siswa 13 57 83 0.60 Sedang
14 Siswa 14 57 91 0.80 Tinggi
15 Siswa 15 70 78 0.29 Rendah
16 Siswa 16 70 74 0.14 Rendah
17 Siswa 17 65 83 0.50 Sedang
18 Siswa 18 70 87 0.57 Sedang
19 Siswa 19 65 87 0.63 Sedang
20 Siswa 20 70 74 0.14 Rendah
21 Siswa 21 61 74 0.33 Sedang
22 Siswa 22 74 87 0.50 Sedang
23 Siswa 23 61 83 0.56 Sedang
24 Siswa 24 70 74 0.14 Rendah
25 Siswa 25 65 74 0.25 Rendah
26 Siswa 26 65 78 0.38 Sedang
27 Siswa 27 70 83 0.43 Sedang
28 Siswa 28 61 83 0.56 Sedang
29 Siswa 29 74 78 0.17 Rendah
30 Siswa 30 74 78 0.16 Rendah
Jumlah 1930 2430 13
(4)
Berdasarkan Tabel 4.1, rata-rata peningkatan nilai siswa dari pretes menjadi postes ada di taraf sedang dengan nilai 0,45. Setelah dihitung nilai gain dari setiap siswa dan secara keseluruhan, maka pengolahan data dilanjutkan dengan menghitung normalitas, homogenitas dan uji perbedaan rata-rata.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data hasil pretes dan postes di kelas eksperimen termasuk data yang normal atau tidak normal.Uji normalitas untuk data kelas eksperimen menggunakan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov) dengan bantuan aplikasi SPSS 16.Adapun hipotesis pengujian normalitas data kelas eksperimen sebagai berikut.
Ho = Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 = Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Kriteria untuk menolak atau menerima hipotesis pengujian H0berdasarkan
P-value yaitu dengan α = 0,05 jika nilai signifikansi ≥ α, maka H0 diterima, sedangkan jika nilai signifikansi < , maka H0 ditolak.
Hasil perhitungan uji normalitas data kelas eksperimen dengan menggunakan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov)dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas di Kelas Eksperimen Tests of Normality
Nilai
Kolmogorov-Smirnova Kelas
Statistic Df Sig.
Eksperimen Pretes .175 30 .020
Postes .285 30 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel di atas, nilai Sig. untuk data pretes di kelas eksperimen adalah 0,020 sedangkan untuk nilai postesnya adalah 0,000. Nilai Sig. di kedua
kelas tersebut bernilai kurang dari α, dengan nilai α = 0.05. Hal tersebut
(5)
H1yang diterima.Jadi dapat disimpulkan bahwa data nilai pretes dan postes di
kelas eksperimen keduanya berdistribusi tidak normal. 2) Uji Homogenitas
Telah diketahui bahwa data nilai pretes dan postes di kelas eksperimen berdistribusi tidak normal, maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas.Pada langkah selanjutnya, pengolahan data dilakukan dengan uji perbedaan rata-rata. 3) Uji Perbedaan Rata-rata
Untuk melihat nilai signifikansi peningkatan nilai pretes dan postes di kelas eksperimen menggunakan uji Wilcoxon. Taraf signifikansi dalam uji Wilcoxon
adalah α = 0,05. Pengolahan data untuk uji wilcoxon ini dibantu oleh SPSS versi 16.0.Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.
H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada
materi luas dan keliling jajargenjang di kelas eksperimen.
H1 = Terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada materi
luas dan keliling jajargenjang di kelas eksperimen.
Kriteria hipotesis diterima atau ditolak adalah jika nilai signifikansi
maka diterima, jika nilai signifikansi maka ditolak.Berikut adalah tabel hasil uji Wilcoxon di kelas eksperimen.
Tabel 4.3
Hasil Uji Wilcoxon di Kelas Eksperimen Test Statisticsb
Postes – Pretes
Z -4.794a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan tabel di atas, nilai Sig. (2-tailed)untuk nilai pretes dan postes di kelas eksperimen adalah 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari α, dengan nilai α = 0,005, maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima. Sehingga,dapat disimpulkan
(6)
bahwa terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi luas dan keliling jajargenjang di kelas eksperimen.
2. Pembelajaran Matematika dengan Metode Konvensional dapat Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
a. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Kontrol
Pembelajaran di kelas kontrol dilakukan 3 hari berturut-turut yaitu tanggal 1, 3, dan 4 mei 2015. Pembelajaran di kelas kontrol dilakukan setelah jam istirahat. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Langkah-langkah pembelajaran untuk 3 hari tersebut hampir sama, hanya materinya saja yang berbeda. Pertemuan pertama pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan memeriksa kesiapan siswa. Lalu dilanjutkan dengan penyampaian materi yaitu ciri-ciri jajargenjang dan keliling jajargenjang. Guru menuliskan ciri-ciri jajargenjang di papan tulis lalu meminta siswa untuk menyalin tulisan yang ada di papan tulis. Setelah itu, guru menuliskan rumus mencari keliling jajargenjang, lalu guru meminta siswa untuk menyalin tulisan yang ada di papan tulis.Setelah semua siswa telah menyalin semua tulisan yang ada di papan tulis, siswa diberikan contoh soal yang berkaitan dengan keliliing jajargenjang. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Perwakilan siswa akan menuliskan penyelesaian latihan soal di papan tulis. Tiga orang siswa menuliskan jawabannya di papan tulis dan guru bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dimengerti oleh siswa.Selanjutnya, siswa merefleksi pembelajaran dengan menyimpulkan materi
yang telah disampaikan.Pembelajaran ditutup dengan berdo’a.
Pada pertemuan kedua, pembelajaran dimulai setelah istirahat. Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya mengenai keliling jajargenjang dan dikaitkan dengan luas jajargenjang. Setelah itu, guru menjelaskan mengenai luas jajargenjang. Guru melakukan tanya jawab bersama siswa mengenai luas jajargenjang. Guru memberikan latihan soal kepada siswa,
(7)
lalu menginstruksikan untuk mengerjakannya bersama teman sebangku. Tiga orang siswa ditugaskan untuk menuliskan jawabannya di papan tulis.Semua siswa menyamakan jawabannya dengan jawaban yang benar. Guru bersama siswa menyimpulkan materi ajar dan melakukan refleksi pembelajaran bersama siswa.Pembelajaran pun ditutup dengan ucapan hamdalan dan do’a.
Pada pertemuan ketiga, pembelajaran dimulai setelah istirahat. Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam, bertanya mengenai kehadiran siswa, dan memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya mengenai keliling dan luas jajargenjang. Guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya kepada siswa tentang luas dan keliling jajargenjang. Lalu, guru memberikan soal yang lain tetapi masih berkaitan dengan luas dan keliling jajargenjang. Terdapat 3 orang siswa menuliskan penyelesaian soal yang telah diberikan. Guru menyimpulkan pembelajaran dengan menghafal rumus luas dan keliling jaargenjang dan melakukan refleksi pembelajaran. Pembelajaran ditutup
dengan hamdalah dan berdo’a.
b. Data Gain Kelas Kontrol
Syarat utama untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi siswa di kelas kontrol sama halnya dengan di kelas eksperimen yaitu harus adanya data gain sebagai nilai peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Untuk menghitung nilai gain menggunakan rumus berikut:
Setelah nilai gain dihitung, maka nilai gai setiap siswa tersebut diinterpretasikan sesuai dengan kriteria tingkat nilai gain. Hasil penghitungan nilai gain dari setiap siswa dan nilai gain secara keseluruhan disajikan dalam tabel 4.4 berikut.
(8)
Tabel 4.4
Data Nilai Pretes, Postes, dan Gain di Kelas Kontrol
No. Nama Siswa Pretes Postes Gain Interpretasi
1 Siswa 1 61 65 0.11 Rendah
2 Siswa 2 57 65 0.20 Rendah
3 Siswa 3 52 61 0.18 Rendah
4 Siswa 4 43 65 0.38 Sedang
5 Siswa 5 65 69 0.11 Rendah
6 Siswa 6 70 73 0.11 Rendah
7 Siswa 7 70 73 0.11 Rendah
8 Siswa 8 52 70 0.36 Sedang
9 Siswa 9 57 61 0.10 Rendah
10 Siswa 10 61 65 0.11 Rendah
11 Siswa 11 57 61 0.10 Rendah
12 Siswa 12 52 61 0.18 Rendah
13 Siswa 13 65 70 0.13 Rendah
14 Siswa 14 57 61 0.10 Rendah
15 Siswa 15 57 70 0.30 Sedang
16 Siswa 16 70 71 0.05 Rendah
17 Siswa 17 48 61 0.25 Rendah
18 Siswa 18 61 64 0.08 Rendah
19 Siswa 19 57 61 0.10 Rendah
20 Siswa 20 48 61 0.25 Rendah
21 Siswa 21 57 65 0.20 Rendah
22 Siswa 22 52 65 0.27 Rendah
23 Siswa 23 61 65 0.11 Rendah
24 Siswa 24 65 66 0.02 Rendah
25 Siswa 25 65 70 0.14 Rendah
26 Siswa 26 70 72 0.08 Rendah
27 Siswa 27 52 65 0.27 Rendah
28 Siswa 28 52 70 0.36 Sedang
29 Siswa 29 57 65 0.20 Rendah
30 Siswa 30 57 65 0.20 Rendah
31 Siswa 31 65 68 0.08 Rendah
32 Siswa 32 61 65 0.11 Rendah
Jumlah 1870 2109 5
Rata-rata 58.42391 65.89402 0.167876 Rendah Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata gain di kelas kontrol adalah 0,167. Nilai tersebut berada pada kategori rendah untuk nilai gain.Setelah dihitung nilai gain dari setiap siswa dan secara keseluruhan, maka pengolahan data dilanjutkan dengan menghitung normalitas, homogenitas dan uji perbedaan rata-rata.
(9)
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data hasil pretes dan postes di kelas ekperimen termasuk data yang normal atau tidak normal.Uji normalitas untuk data kelas kontrol menggunakan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov) dengan bantuan aplikasi SPSS 16.Adapun hipotesis pengujian normalitas data kelas kontrol sebagai berikut.
Ho = Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 = Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Kriteria untuk menolak atau menerima hipotesis pengujian H0berdasarkan
P-value yaitu dengan α = 0,05 jika nilai signifikansi ≥ α, maka H0 diterima, sedangkan jika nilai signifikansi < , maka H0 ditolak.
Hasil perhitungan uji normalitas data kelas kontrol dengan menggunakan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov) dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas di Kelas Kontrol Tests of Normality
Nilai
Kolmogorov-Smirnova
Kelas Statistic df Sig.
Kontrol Pretes .151 32 .061
Postes .217 32 .001
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel di atas, nilai Sig. untuk pretes kelas kontrol adalah 0,061, nilai tersebut lebih besar dari nilai α = 0,05. Sehingga, H0 untuk nilai pretes
tersebut diterima, sedangkan H1 ditolak.Artinya, data nilai pretes di kelas kontrol
berdistribusi normal.
Nilai Sig. untuk data postes di kelas kontrol bernilai 0,001, nilai tersebut lebih kecil dari nilai α = 0,05, sehingga untuk nilai postes kelas kontrol berlaku H0
ditolak sedangkan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data nilai
(10)
2) Uji Homogenitas
Telah diketahui bahwa data nilai pretes dan postes di kelas kontrol salah satunya berdistribusi tidak normal, maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas.Pada langkah selanjutnya, pengolahan data dilakukan dengan uji perbedaan rata-rata.
3) Uji Perbedaan Rata-rata
Untuk melihat nilai signifikansi peningkatan nilai pretes dan postes di kelas kontrol menggunakan uji Wilcoxon. Taraf signifikansi dalam uji Wilcoxon adalah
α = 0,05. Pengolahan data untuk uji wilcoxon ini dibantu oleh SPSS versi 16.0 for windows.Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.
H0 = Tidak terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada
materi luas dan keliling jajargenjang di kelas kontrol.
H1 = Terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada materi
luas dan keliling jajargenjang di kelas kontrol.
Kriteria hipotesis diterima atau ditolak adalah jika nilai signifikansi
maka diterima, jika nilai signifikansi maka ditolak.Berikut adalah tabel hasil uji Wilcoxon di kelas eksperimen.
Tabel 4.6
Hasil Uji Wilcoxon di Kelas Kontrol Test Statisticsb
Postes – Pretes
Z -4.954a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan tabel di atas, nilai Sig. (2-tailed) untuk nilai pretes dan postes di kelas kontrol adalah 0,000.Nilai tersebut lebih kecil dari α, maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima.Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi luas dan keliling jajargenjang di kelas kontrol.
(11)
3. Pendekatan RME Lebih BaikDibandingkan dengan Metode Konvensional dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Untuk melihat apakah pendekatan RME lebih baik atau lebih buruk dari metode konvensional dalam meningkatkan komunikasi matematis ini, harus dilakukan penghitungan data pretes dengan postes terlebih dahulu. Hasil uji data pretes dan postes ini akan mempengaruhi uji statistika yang akan dilakukan untuk melihat apakah RME lebih baik dibandingkan metode konvensional atau tidak. Namun, terlebih dahulu akan disajikan diagram mengenai perbedaan rata-rata nilai pretes dan postes di kelas eksperimen dan di kelas kontrol.
Diagram 4.1
Rata-Rata Nilai Pretes dan Postes di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
a. Data hasil pretes
Pretes adalah suatu tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan awal siswa terhadap materi luas dan keliling jajargenjang. Soal yang diberikan dalam pretes ini adalah soal yang dapat mengukur kemampuan komunikasi awal siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Pretes ini dilakukan di kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tipe soal yang sama. Hasil uji statistika untuk data pretes ini akan berpengaruh pada jenis uji statistik perbedaan rat-rata. Berikut adalah hasil pretes siswa di kelas kontrol dan di kelas eksperimen.
Pretes Postes 0
20 40 60 80 100
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretes Postes
(12)
Tabel 4.7
Data Hasil Pretes Kelas Kontrol
No. Nama Skor Nilai
1 Siswa 1 14 61
2 Siswa 2 13 57
3 Siswa 3 12 52
4 Siswa 4 10 43
5 Siswa 5 15 65
6 Siswa 6 16 70
7 Siswa 7 16 70
8 Siswa 8 12 52
9 Siswa 9 13 57
10 Siswa 10 14 61
11 Siswa 11 13 57
12 Siswa 12 12 52
13 Siswa 13 15 65
14 Siswa 14 13 57
15 Siswa 15 13 57
16 Siswa 16 16 70
17 Siswa 17 11 48
18 Siswa 18 14 61
19 Siswa 19 13 57
20 Siswa 20 11 48
21 Siswa 21 13 57
22 Siswa 22 12 52
23 Siswa 23 14 61
24 Siswa 24 15 65
25 Siswa 25 15 65
26 Siswa 26 16 70
27 Siswa 27 12 52
28 Siswa 28 12 52
29 Siswa 29 13 57
30 Siswa 30 13 57
31 Siswa 31 15 65
32 Siswa 32 14 61
Jumlah 430 1870
(13)
Tabel 4.8
Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen
No. Nama Skor Nilai
1 Siswa 1 16 70
2 Siswa 2 12 52
3 Siswa 3 17 74
4 Siswa 4 14 61
5 Siswa 5 13 57
6 Siswa 6 13 57
7 Siswa 7 13 57
8 Siswa 8 13 57
9 Siswa 9 15 65
10 Siswa 10 14 61
11 Siswa 11 15 65
12 Siswa 12 14 61
13 Siswa 13 13 57
14 Siswa 14 13 57
15 Siswa 15 16 70
16 Siswa 16 16 70
17 Siswa 17 15 65
18 Siswa 18 16 70
19 Siswa 19 15 65
20 Siswa 20 16 70
21 Siswa 21 14 61
22 Siswa 22 17 74
23 Siswa 23 14 61
24 Siswa 24 16 70
25 Siswa 25 15 65
26 Siswa 26 15 65
27 Siswa 27 16 70
28 Siswa 28 14 61
29 Siswa 29 17 74
30 Siswa 30 17 74
Jumlah 444 1930
Rata-rata 14.8 64.34783
Dari kedua tabel di atas diperoleh rata-rata pretes kelas eksperimen adalah 64,35 dan kelas kontrol adalah 58,42, sehingga selisih rata-rata pretes kedua kelompok tersebut adalah 5,93 dengan rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi. 1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data hasil pretes pada kelas ekperimen dan kontrol termasuk data yang normal atau tidak normal.Uji normalitas data pretes ini dilakukan dengan menggunakan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov).Perhitungan uji normalitas ini menggunakan bantuanSPSS
(14)
versi16.0 for windows.Adapun hipotesis pengujian normalitas data pretes sebagai berikut.
Ho = Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 = Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Syarat untuk menolak atau menerima hipotesis H0berdasarkan P-value yaitu dengan α = 0,05 jika nilai signifikansi ≥ α, maka H0 diterima, sedangkan jika nilai signifikansi < , maka H0 ditolak.Jika H0 ditolak berarti H1 diterima.Beriku hasil
uji normalitas data pretes dengan menggunakan SPSS 16. Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig.
Nilai Pretes
Kontrol .151 32 .061
Eksperimen .175 30 .020
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai uji normalitas di kelas kontrol memiliki nilai P-value (Sig.) adalah 0,061. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk uji normalitas Liliefors (Kolmogorov-Smirnov) pada kelas kontrol lebih besar nilainya dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima
sedangkan H1 ditolak. Hal tersebut berarti menunjukan pula bahwa dapat pretes di
kelas kontrol berdistribusi normal.
Nilai uji normalitas pada Tabel 4.9 menunjukan pula nilai uji normalitas di kelas eksperimen.Berdasarkan data yang diperoleh, nilai uji normalitas di kelas eksperimen memiliki nilai P-vallue (Sig.) sebesar 0,020. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk uji normalitas Liliefors (Kolmogorov-Smirnov) pada kelas eksperimen lebih kecil nilainya dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima. Hal tersebut berarti menunjukan pula
(15)
Berikut histogram yang menunjukkan data pretes kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Diagram 4.1 dan 4.2
Diagram 4.2
Histogram Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Komunikasi Siswa di Kelas Kontrol
Diagram 4.3
Histogram Hasil Uji Normalitas Pretes
(16)
2) Uji Homogenitas
Hasil uji normalitas yang telah dilakukan akan menentukan uji statistika pada tahap selanjutnya. Jika hasil uji normalitas data kedua kelompokberdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan dengan uji homogenitas dan perbedaan rata-rata. Namun, jika salahsatu data atau keduanya tidak berdistribusi normal, maka perlu dilakukan uji statistik non parametrik dengan uji Mann-Whitney. Data hasil uji normalitas menunjukkan bahwa kelas eksperimen berdistribusi tidak normal sedangkan kelas kontrol berdistribusi normal. Karena hasil uji normalitas menunjukkan bahwa salah satu datanya berdistribusi tidak normal, maka tidak harus ada uji homogenitas, uji statistika dilanjutkan dengan uji perbedaan rata-rata non parametrik Mann-Whitney. Dalam pengolahan data digunakan bantuan SPSS 16.0 for windows.
3) Uji Perbedaan Rata-Rata
Berdasarkan data uji normalitas yang telah diketahui, maka uji perbedaan rata-rata yang digunakan adalah Uji-U atau Uji Mann Whitney. Taraf signifikasi dalam uji Man Whitney ini dinyatakan dengan α = 0,05. Untuk mempermudah melakukan perhitungan Uji Mann Whitney digunakan program SPSS 16.0 for windows.Hipotesis uji perbedaan rata-rata dalam Uji Mann Whitney yaitu sebagai berikut.
H0 = Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan siswa
kelas kontrol.
H1 = Terdapat perbedaan kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan siswa kelas
kontrol.
Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis yaitu H0 ditolak apabila nilai Sig.
(2-tailed) < α (taraf signifikansi=0,05) dan H0 diterima apabila nilai Sig. (2-tailed) ≥ α (taraf
signifikansi=0,05).Data hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan Uji Mann Whitney dapat dilihal pada Tabel 4.10.
(17)
Tabel 4.10
Hasil Uji Mann Whitney pada Data Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis
Test Statisticsa
Pretes
Mann-Whitney U 259.000
Wilcoxon W 787.000
Z -3.165
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a. Grouping Variable: Kontrol_Eksperimen
Berdasarkan Tabel 4.10, sebagai hasil uji Mann Whitneymenunjukan bahwa nilai Sig. (2-tailed) adalah kurang dari α=0,05 yaitu sebesar 0,002, sehingga H0
ditolak sedangkan H1diterima. Karena H1 diterima, maka dapat disimpulkan
bahwa perbedaan antara kemampuankomunikasi awal siswa di kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Hasil uji perbedaan rata-rata ini juga akan menentukan uji perbedaan rata-rata di langkah selanjutnya untuk melihat apakah pendekatan RME lebih baik dari metode konvensional atau tidak dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
b. Hasil Postes
Postes adalah tes yang diberikan kepada siswa di kelas eksperimen dan siswa di kelas kontrol.Tes yang diberikan kepada siswa adalah soal-soal yang bertujuan untuk mengukur kemampuan komunikasi siswa terhadap materi luas dan keliling jajargenjang setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME. Hasil uji statistika untuk data postes ini akan berpengaruh pada jenis uji statistika pada perbedaan rata-rata.Hasil postes siswa ini disajikan dalam tabel 4.11 berikut.
(18)
Tabel 4.11
Data Postes Kelas Kontrol
No. Siswa Skor Nilai
1 Siswa 1 15 65
2 Siswa 2 15 65
3 Siswa 3 14 61
4 Siswa 4 15 65
5 Siswa 5 15 69
6 Siswa 6 16 73
7 Siswa 7 15 73
8 Siswa 8 16 70
9 Siswa 9 14 61
10 Siswa 10 15 65
11 Siswa 11 14 61
12 Siswa 12 14 61
13 Siswa 13 16 70
14 Siswa 14 14 61
15 Siswa 15 16 70
16 Siswa 16 15 71
17 Siswa 17 14 61
18 Siswa 18 14 64
19 Siswa 19 14 61
20 Siswa 20 14 61
21 Siswa 21 15 65
22 Siswa 22 15 65
23 Siswa 23 15 65
24 Siswa 24 14 66
25 Siswa 25 15 70
26 Siswa 26 15 72
27 Siswa 27 15 65
28 Siswa 28 16 70
29 Siswa 29 15 65
30 Siswa 30 15 65
31 Siswa 31 15 68
32 Siswa 32 15 65
Jumlah 475 2109
(19)
Tabel 4.12
Data Postes Kelas Eksperimen
No. Nama Siswa Skor Nilai
1 Siswa 1 19 83
2 Siswa 2 19 83
3 Siswa 3 19 83
4 Siswa 4 19 83
5 Siswa 5 19 83
6 Siswa 6 19 83
7 Siswa 7 20 87
8 Siswa 8 17 74
9 Siswa 9 19 83
10 Siswa 10 19 83
11 Siswa 11 18 78
12 Siswa 12 19 83
13 Siswa 13 19 83
14 Siswa 14 21 91
15 Siswa 15 18 78
16 Siswa 16 17 74
17 Siswa 17 19 83
18 Siswa 18 20 87
19 Siswa 19 20 87
20 Siswa 20 17 74
21 Siswa 21 17 74
22 Siswa 22 20 87
23 Siswa 23 19 83
24 Siswa 24 17 74
25 Siswa 25 17 74
26 Siswa 26 18 78
27 Siswa 27 19 83
28 Siswa 28 19 83
29 Siswa 29 18 78
30 Siswa 30 17 78
Jumlah 558 2430
Rata-rata 18.6 81.0058
(20)
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data hasil postes pada kelas ekperimen dan kontrol termasuk data yang normal atau tidak normal.Uji normalitas data postes ini dilakukan dengan menggunakan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov).Perhitungan uji normalitas ini menggunakan bantuanSPSS versi16.0 for windows.Adapun hipotesis pengujian normalitas data postes sebagai berikut.
Ho = Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 = Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Syarat untuk menolak atau menerima hipotesis H0berdasarkan P-value yaitu dengan α = 0,05 jika nilai signifikansi ≥ α, maka H0 diterima, sedangkan jika nilai signifikansi < , maka H0 ditolak. Jika H0 ditolak berarti H1 diterima.Berikuthasil
uji normalitas data postes dengan menggunakan SPSS 16. Tabel 4.13
Hasil Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kontrol
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Nilai
Statistic Df Sig.
Postes Kontrol .282 32 .000
Eksperimen .291 30 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa nilai uji normalitas di kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki nilai P-value (Sig.) yang sama yaitu 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk uji normalitas Liliefors (Kolmogorov-Smirnov) pada kelas kontrol dan eksperimen lebih kecil nilainya dari α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sedangkan H1 ditolak. Hal tersebut
berlaku pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.Maka, dapat dikatakan bahwa pada kedua kelas tersebut data yang diperoleh berdistribusi tidak normal.
Berikut histogram yang menunjukkan data postes kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Diagram 4.4 dan 4.5.
(21)
Diagram 4.4
Histogram Hasil Uji Normalitas Postes
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol
Diagram 4.5
Histogram Hasil Uji Normalitas Postes
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen
(22)
Hasil uji normalitas yang telah dilakukan akan menentukan uji statistika pada tahap selanjutnya. Jika hasil uji normalitas data kedua kelompok berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan dengan uji homogenitas dan perbedaan rata-rata. Namun, jika salahsatu data atau keduanya tidak berdistribusi normal, maka perlu dilakukan uji statistik non parametrik dengan uji Mann-Whitney. Data hasil uji normalitas menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi tidak normal. Karena hasil uji normalitas menunjukkan bahwa keduanya tidak beerdistribusi normal maka tidak harus ada uji homogenitas, uji statistika dilanjutkan dengan uji perbedaan rata-rata non parametrik Mann-Whitney. Dalam pengolahan data digunakan bantuan SPSS 16.0 for windows.
3) Uji Perbedaan Rata-rata
Berdasarkan data uji normalitas yang telah diketahui, maka uji perbedaan rata-rata yang digunakan adalah Uji-U atau Uji Mann Whitney. Taraf signifikasi dalam uji Man Whitney ini dinyatakan dengan α = 0,05. Untuk mempermudah melakukan perhitungan Uji Mann Whitney digunakan program SPSS 16.0 for windows.Hipotesis uji perbedaan rata-rata dalam Uji Mann Whitney yaitu sebagai berikut.
H0 = Tidak terdapat perbedaan kemampuan akhir siswa kelas eksperimen dan siswa
kelas kontrol.
H1 = Terdapat perbedaan kemampuan akhir siswa kelas eksperimen dan siswa kelas
kontrol.
Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis yaitu H0 ditolak apabila nilai Sig.
(2-tailed) < α (taraf signifikansi=0,05) dan H0 diterima apabila nilai Sig. (2-tailed) ≥ α (taraf
signifikansi = 0,05).Data hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan Uji Mann Whitney dapat dilihal pada Tabel 4.14.
(23)
Tabel 4.14
Hasil Uji Mann Whitney pada Data Postes Kemampuan Komunikasi Matematis
Test Statisticsa
Pretes
Mann-Whitney U 259.000
Wilcoxon W 787.000
Z -3.165
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a. Grouping Variable: Kontrol_Eksperimen
Berdasarkan Tabel 4.14 sebagai hasil uji Mann Whitneymenunjukan bahwa nilai Sig. (2-tailed) adalah kurang dari α=0,05 yaitu sebesar 0,002, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima. Hal tersebut pula
menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara kemampuan akhir siswa di kelas kontrol dengan kelas eksperimen dalam kemampuan komunikasi matematis.Apabila sudah diketahui terdapat perbedaan di kedua kelas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis adanya peningkatan terhadap kedua kelompok tersebut.
c. Gain
Untuk melihat apakah pendekatan RME lebih baik dibandingkan metode konvensional dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa perlu dilakukan pengolahan data hasil siswa. Dalam hal ini, karena terdapat perbedaan dalam kemampuan awal siswa, maka data yang akan di uji untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga ini adalah data gain. Berikut nilai gain di kelas kontrol dan eksperimen.
(24)
Tabel 4.15
Data Gain di Kelas Kontrol dan Eksperimen
Nama Gain Kelas Kontrol Gain Kelas Eksperimen
Siswa 1 0.11 0.43
Siswa2 0.20 0.64
Siswa3 0.18 0.33
Siswa4 0.38 0.56
Siswa5 0.11 0.60
Siswa6 0.11 0.60
Siswa7 0.11 0.70
Siswa8 0.36 0.40
Siswa9 0.10 0.50
Siswa10 0.11 0.56
Siswa11 0.10 0.38
Siswa12 0.18 0.56
Siswa13 0.13 0.60
Siswa14 0.10 0.80
Siswa15 0.30 0.29
Siswa16 0.05 0.14
Siswa17 0.25 0.50
Siswa18 0.08 0.57
Siswa19 0.10 0.63
Siswa20 0.25 0.14
Siswa21 0.20 0.33
Siswa22 0.27 0.50
Siswa23 0.11 0.56
Siswa24 0.02 0.14
Siswa25 0.14 0.25
Siswa26 0.08 0.38
Siswa27 0.27 0.43
Siswa28 0.36 0.56
Siswa29 0.20 0.17
Siswa30 0.20 0.16
Siswa31 0.08
Siswa32 0.11
Jumlah 5 13
Rata-rata 0.167876 0.445733
Berdasarkan tabel di atas, nilai gain di kelas eksperimen sudah terlihat lebih besar, namun untuk melihat perbedaan secara signifikan, maka harus dilakukan
(25)
uji normalitas, homogenitas, dan perbedaan rata-rata. Berikut hasil uji normalitas, homogenitas, dan perbedaan rata-rata.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov) dengan bantuan aplikasi SPSS 16.Adapun hipotesis pengujian normalitas data kelas kontrol sebagai berikut.
Ho = Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 = Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Kriteria untuk menolak atau menerima hipotesis pengujian H0berdasarkan
P-value yaitu dengan α = 0,05 jika nilai signifikansi ≥ α, maka H0 diterima,
sedangkan jika nilai signifikansi < , maka H0 ditolak.
Hasil perhitungan uji normalitas data gain dengan menggunakan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov) dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut ini.
Tabel 4.16
Hasil Uji Normalitas Data GainKelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.
Gain Kontrol .227 32 .000
Eksperimen .166 30 .034
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel di atas, nilai Sig. data gain untuk kelas kontrol adalah 0,000 sedangkan untuk kelas eksperimen adalah 0,034. Kedua nilai Sig.ini lebih kecil dari nilai α = 0,05. Sehingga untuk uji normalitas di dua kelas ini berlaku H0
ditolak sedangkan H1 diterima. Artinya data gain di kelas kontrol dan kelas
eksperimen berdistribusi tidak normal. 2) Uji Homogenitas
Telah diketahui bahwa kedua data gain di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol berdistribusi tidak normal, maka untuk langkah selanjutnya tidak perlu
(26)
dilakukan uji homogenitas. Pengujian data gain dilanjutkan dengan uji perbedaan rata-rata.
3) Uji Perbedaan Rata-rata
Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan uji Mann Whitney dengan
tarafsignifikasi α = 0,05. Untuk mempermudah melakukan perhitungan Uji Mann Whitney digunakan program SPSS 16.0.Hipotesis uji perbedaan rata-rata dalam Uji Mann Whitney yaitu sebagai berikut.
H0 = Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME tidak lebih baik
dibandingkan pembelajaran dengan metode konvensional dalam meningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi luas dan keliling jajargenjang.
H1 = Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME lebih baik
dibandingkan pembelajaran dengan metode konvensional dalam meningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi luas dan keliling jajargenjang.
Kriteria hipotesis diterima atau ditolak adalah jika nilai signifikansi
maka H0 diterima, jika nilai signifikansi maka H0 ditolak.Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.17
Hasil Uji Mann Whitney PeningkatanKemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test Statisticsa
Gain
Mann-Whitney U 89.500
Wilcoxon W 617.500
Z -5.510
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Grouping Variable: Kontrol_Eksperimen
(27)
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan rata-rata data gain antara kelas eksperimen dan kelas kontol dengan menggunakan uji Mann Whitney atau uji U didapatkan P-value (Sig.2-tailed) adalah 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis H0 ditolak karena nilai P-value
(Sig.2-tailed) lebih kecil dari α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan metode konvensional dalam meningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi luas dan keliling jajargenjang.
4. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan RME
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan RME adalah angket, wawancara dan observasi aktivitas siswa.Wawancara yang dilakukan untuk melihat respon siswa adalah wawancara yang dilakukan kepada siswa yang ada di kelas eksperimen.Berikut deskripsi tentang data kualitatif hasil penelitian yang telah dilakukan.
a. Angket
Angket yang diberikan kepada siswa adalah angket mengenai respon siswa terhadap pembelajaran matematika secara umum dan angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan RME.Angket ini diberikan kepada siswa di kelas eksperimen sebelum dan sesudah pembelajaran.Angket ini berisi tentang pernyataan yang positif dan pernyataan yang negatif.Menyajikan hasil penghitungan angket ini disajikan berupa deskripsi.Berikut data respon siswa dalam angket yang diberikan kepada siswa.
1) Angket Sebelum Pembelajaran
Angket ini berisi tentang pernyataan yang mengarah kepada respon siswa terhadap pembelajaran matematika secara umum.Angket ini diberikan kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai.Strategi untuk menyebarkan angket ini
(28)
adalah disatukan dengan soal pretes.Berikut hasil angket siswa di kelas eksperimen sebelum pembelajaran.
Tabel 4.18
Pernyataan Negatif Skala Sikap Siswa Sebelum Pembelajaran No.
Item Pernyataan
Pilihan Jawaban SS S TS STS 4. Saya senang jika tidak ada pembelajaran matematika
di sekolah.
- 1 13 16
- 3% 43% 53% 5. Pelajaran matematika tidak harus dihubungkan
dengan pelajaran yang lain.
- 3 17 10
- 10% 57% 33% 7. Pelajaran matematika membuat saya pusing - 3 18 9
- 10% 60% 30% Berdasarkan angket yang telah diberikan untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran matematika secara umum terdapat temuan bahwa siswa banyak yang menyukai pelajaran matematika di sekolahnya.Hal tersebut ditunjukan dengan perolehan persentase nilai untuk nomor item 4 dengan pernyataan saya tidak senang jika tidak ada pembelajaran matematika di sekolah.Respon siswa sebagian besar memilih jawaban sangat tidak setuju dengan perolehan persentase nilai sebesar 53%. Selain itu, terdapat pula temuan bahwa tidak benar bahwa siswa tidak menginginkan pembelajaran matematika yang dihubungkan dengan pelajaran yang lain. Buktinya, terdapat pada nomor item 5 dengan perolehan persentase nilai paling tinggi yaitu 57%. Banyak siswa yang tidak setuju untuk pernyataan bahwa matematika tidak harus dihubungkan dengan pelajaran lain. Terlihat pula bahwa banyak siswa yang tidak setuju dengan pernyataan pelajaran matematika membuat saya pusing.Untuk nomor item 7 tersebut perolehan persentase nilai mencapai 60% untuk pilihan jawaban tidak setuju.
(29)
Tabel 4.19
Pernyataan Positif Skala Sikap Siswa Sebelum Pembelajaran No.
Item Pernyataan
Pilihan Jawaban SS S TS STS
1. Saya suka matematika 20 10 - -
66% 33% - - 2. Ketika pelajaran matematika akan dimulai saya
merasa senang
13 17 - -
43% 57% - - 3. Saya menginginkan pembelajaran matematika
dilakukan setiap hari
9 15 5 1
30% 50% 17% 3% 6. Saya suka menyelesaikan soal matematika yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
12 17 1 -
40% 57% 3% - Berdasarkan angket yang telah disebarkan, banyak temuan yang menjelaskan tentang respon siswa terhadap pembelajaran matematika secara umum.Respon siswa sebagaian besar adalah respon positif untuk pernyataan positif yang diberikan.Persentase nilai terbesar ada pada pernyataan nomor item 1 dengan persentase nilai sebesar 66% untuk pilihan jawaban sangat setuju.Dengan perolehan nilai tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sangat menyukai matematika. Banyak pula siswa yang merasa senang ketika pelajaran matematika akan dimulai. Hal tersebut sesuai dengan perolehan persentase nilai setuju untuk nomor item 2 dengan persentase nilai sebesar 57% untuk jawaban setuju.Selain itu, banyak pula siswa yang menginginkan untuk menyelesaikan soal matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut ditunjukan dengan persentase nilai sebesar 57% untuk pilihan jawaban setuju pada nomor item 6. Tedapat pula temuan bahwa kebanyakan siswa mengingikan pelajaran matematika dilakukan setiap hari.Hal tersebut dapat dapat terlihat bahwa respon siswa untuk nomor item 3 persentasenya sebesar 50% untuk pilihan jawaban setuju.Banyak fakta yang tidak diketahui sebelumnya dapat dibuktikan dengan adanya nilai respon siswa terhadap pembelajaran matematika secara umum.
(30)
2) Angket Sesudah Pembelajaran
Angket ini berisi tentang pernyataan yang mengarah kepada respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME.Angket ini diberikan kepada siswa setelah pembelajaran dilakukan.Strategi untuk menyebarkan angket ini adalah disatukan dengan soal postes.Berikut hasil angket siswa di kelas eksperimen setelah pembelajaran dilakukan.
Tabel 4.20
Pernyataan Negatif dari Skala Sikap Siswa Sesudah Pembelajaran No.
Item Pernyataan
Pilihan Jawaban SS S TS STS 3 Saya merasa bosan dengan pembelajaran
matematika yang dilakukan kemarin.
- 3 20 7
- 10% 67% 23% 2 Saya merasakan kebingungan saat pelajaran
matematika yang dilakukan kemarin.
- 4 18 8
- 13% 60% 27% 8 Pelajaran matematika tidak harus dilakukan dengan
bekerja kelompok.
2 4 19 5
7% 13% 63% 17%
9 Saya tidak suka bekerja kelompok. - 11 19 -
- 37% 63% - 10 Saat bekerja kelompok, saya suka mengganggu
teman saya
- - 23 7
- - 77% 23% 13 Saya tidak suka berbicara di depan kelas. - 10 18 2
- 33% 60% 7% 14 Saat pelajaran berlangsung, saya berharap untuk
tidak ditanya oleh guru.
8 17 5 -
27% 57% 16% - 19 Saya tidak suka mengisi soal dengan rumus. - 7 23 - - 23% 77% - Berdasarkan hasil penilaian angket yang telah dilakukan, respon siswa dapat terlihat jelas pada tabel di atas.Sebagian besar siswa merespon bahwa mereka menyukai bekerja kelompok.Hal tersebut sesuai dengan perolehan persentase nilai untuk nomor item 9 sebesar 63% untuk pilihan jawaban tidak setuju pada pernyataan nomor item 9.Respon siswa terhadap pembelajaran dengan penekatan RME siswa menyatakan pembelajaran tidak membosankan.Siswa juga tidak merasa kebingungan saat pelajaran berlangsung.Hal tersebut dapat dilihat pada persentase nilai untuk nomor item 3 dengan nilai 67% untuk pilihan jawaban tidak setuju.Pembelajaran yang telah dilakukan dengan kerja kelompok, banyak siswa yang merespon setuju dengan adanya kerja kelompok tersebut.Hal tersebut dapat
(31)
dilihat pada persentase nilai di nomor item 8 sebesar 63% untuk pilihan jawaban tidak setuju. Respon siswa terhadap komunikasi secara lisan yang dilakukan selama proses pembelajaran adalah siswa banyak yang menyukai berbicara di depan kelas. Hal tersebut dapat dilihat pada persentase nilai untuk nomor item 13 sebesar 60% untuk pilihan jawaban tidak setuju dengan pernyataan 13. Sedangkan respon siswa terhadap soal yang diberikan adalah 77% memilih jawaban tidak setuju terhadap pernyataan nomor 19.Secara keseluruhan siswa menyukai pelajaran dengan menggunakan pendekatan RME dan menyukai hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi matematis.
Tabel 4.21
Pernyataan Positif dari Skala Sikap Siswa Sesudah Pembelajaran No.
Item Pernyataan
Pilihan Jawaban SS S TS STS 1 Ketika pelajaran matematika kemarin akan dimulai,
saya merasa senang.
10 19 1 -
33% 63% 3% - 4 Saya suka pelajaran matematika dengan banyak
kegiatan.
12 15 2 1
40% 50% 7% 3% 5 Belajar matematika yang kemarin memberikan
tantangan bagi saya.
5 20 5 -
17% 67% 17% - 6 Saya bisa menguasai materi yang diajarkan dengan
mudah, saat pembelajaran berlangsung.
7 23 - -
23% 77% - - 7 Pelajaran matematika yang dilakukan memudahkan
saya untuk mengisi soal-soal latihan yang diberikan.
5 25 - -
17% 83% - - 11 Saya selalu ingin mengerjakan tugas secara
berkelompok.
1 22 5 2
3% 73% 17% 7% 12 Belajar kelompok membuat saya menjadi bisa
bekerja sama dengan teman.
- 24 6 -
- 80% 20% - 15 Pembelajaran matematika yang dilakukan membuat
saya berani untuk menyampaikan pendapat saya.
2 18 10 -
7% 60% 33% - 16 Pembelajaran matematika yang dilakukan membuat
saya ingin belajar matematika lebih banyak lagi.
- 27 3 -
- 90% 10% - 17 Soal ulangan yang diberikan mudah dimengerti. 4 22 2 2 13% 73% 7% 7% 18 Saya suka mengisi soal dengan banyak bercerita. 5 10 11 4
17% 33% 37% 13% 20 Soal yang diberikan membuat saya menyukai
pelajaran matematika
1 13 10 6
3% 43% 33% 20% Berdasarkan hasil penghitungan angket yang telah dibagikan kepada siswa, terdapat beberapa temuan respon siswa terhadap pembelajaran yang telah
(32)
dilakukan.Temuan tersebut diantaranya adalah siswa lebih mudah mengerjakan soal setelah pembelajaran dilakukan.Hal tersebut terlihat pada respon siswa terhadap nomor item 7 dengan persentase nilai sebesar 83% untuk pilihan jawaban setuju.Siswa juga merasa mengalami kemudahan untuk memahami materi ajar selama pembelajaran, terlihat pada respon siswa pada nomor item 6 dengan persentase nilai sebesar 77% untuk pilihan jawaban setuju.Selama pembelajaran, siswa merasa senang untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan.Hal tersebut terlihat pada respon nomor item 1 dengan persentase nilai 63% untuk pilihan jawaban setuju.
Respon siswa terhadap kegiatan berkelompok terlihat pada persentase nilai sebesar 50% untuk pilihan jawaban setuju di nomor item 4. Sebagian besar siswa menyukai pembelajaran dengan kegiatan berkelompok.Selain itu, terlihat pula pada respon siswa di nomor item 12 dengan persentase nilai sebesar 80% untuk pilihan jawaban setuju. Pada nomor item 15, respon siswa menyetujui bahwa pembelajaran yang dilakukan dapat membuat mereka mengemukakan pendapat dengan persentase nilai 60% untuk pilihan jawaban setuju.
Temuan lain dalam respon siswa adalah sebagian besar siswa merespon positif terhadap soal komunikasi matematis yang diberikan. Terlihat pada respon siswa untuk nomor item 17 dengan persentase nilai sebesar 73% untuk pilihan jawaban setuju.Sebagian besar siswa menganggap bahwa soal yang diberikan mudah dimengerti.Selain itu, terlihat pula pada respon siswa untuk nomor item 20 dengan persentase nilai sebesar 43% untuk pilihan jawaban setuju.Artinya, sebagian besar siswa menganggap bawa dengan soal yang diberikan, dapat membuat mereka menyukai pelajaran matematika.
b. Wawancara
Untuk mengetahui respon siswa, dilakukan wawancara kepada siswa dengan beberapa pertanyaan yang meliputi pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME.Teknik wawancara dilakukan dengan bergantian, yaitu sekitar enam orang siswa memasuki ruangan dan dilakukan
(33)
wawancara.Pertanyaan dilontarkan kepada satu persatu siswa secara bergantian. Terdapat enam pertanyaan yang dilontarkan kepada siswa yaitu:
1) Bagaimana pendapatmu terhadap pembelajaran matematika yang telah dilakukan bersama ibu?
2) Apakah kamu dapat dengan mudah memahami materi luas dan keliling jajargenjang dengan pembelajaran yang telah dilakukan?
3) Apakah kamu merasa kesulitan saat mengerjakan soal-soal yang diberikan kemarin?
4) Apakah kamu merasa kesulitan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas?
5) Apa saja yang membuatmu menyukai pembelajaran matematika yang telah dilakukan kemarin?
6) Apa saja yang membuatmu tidak menyukai pembelajaran matematika kemarin?
Untuk pertanyaan nomor satu yaitu bagaimana pendapatmu terhadap pembelajaran matematika yang telah dilakukan bersama ibu?.Sebagian besar siswa menjawab bahwa pembelajaran yang telah dilakukan tidak seperti biasanya.Pembelajaran yang dilakukan pun menyenangkan.Selain itu, siswa menjawab pula bahwa pembelajaran yang telah dilakukan lebih banyak kegiatan berkelompok dan lebih banyak kegiatan yang melibatkan gerak badan.Terdapat pula siswa yang menjawab bahwa selain banyak kegiatan, pembelajaran pun banyak kegiatan berbicaranya.
Untuk pertanyaan kedua yaitu apakah kamu dapat dengan mudah memahami materi luas dan keliling jajargenjang dengan pembelajaran yang telah dilakukan?.Sebagian besar siswa menjawab ya, namun ada pula yang menjawab kurang memahami materi karena tidak terlibat dalam kerja kelompok sampai selesai.Adapula yang menjawab mereka kurang mengerti materi karena materi ini merupakan materi yang baru bagi siswa kelas IV.
(34)
Untuk pertanyaan ketiga yaitu apakah kamu merasa kesulitan saat mengerjakan soal-soal yang diberikan kemarin?.Kebanyakan siswa menjawab ya, karena mereka tidak terlibat secara penuh dalam kerja kelompok.Namun adapula yang menjawab tidak, mereka menganggap bahwa soal-soal yang diberikan telah dibahas dalam pembelajaran, sehingga mereka dapat dengan mudah mengerjakan soal-soal yang telah diberikan.
Untuk pertanyaan keempat yaitu apakah kamu merasa kesulitan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas?.Siswa yang menjawab ya, sebagian besar adalah siswa perempuan. Mereka mengatakan bahwa berbicara di depan kelas adalah hal yang baru bagi mereka, sehingga mereka tidak terbiasa dengan hal tersebut. Namun adapula siswa perempuan yang mempunyai keberanian dalam menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Dalam pertanyaan ini, kebanyakan siswa yang menjawab tidak adalah siswa laki-laki, namun ada sebagian kecil pula siswa laki-laki yang mengatakan mempunyai kesulitan dalam menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
Untuk pertanyaan nomor lima, yaitu Apa saja yang membuatmu menyukai pembelajaran matematika yang telah dilakukan kemarin?. Jawaban yang muncul dari siswa sangat beragam yaitu, mereka menyukai pembelajaran ini karena dilakukan dalam kelompok, media pembelajaran yang digunakan bagus, soal-soal yang diberikan menantang, penjelasan dari guru yang jelas dan adapula yang menjawab mereka menyukai pembelajaran karena tidak banyak penjelasan dari guru tetapi banyak siswa yang menjelaskan.
Untuk pertanyaan nomor enam yaitu apa saja yang membuatmu tidak menyukai pembelajaran matematika kemarin?.Siswa menjawab tidak menyukai pembelajaran karena bekerja kelompok dan harus berbicara di depan kelas, namun sebagian besar siswa menjawab bahwa mereka menyukai pembelajaran ini sehingga tidak mengatakan alasan mengapa mereka tidak menyukai pembelajaran yang telah dilakukan.
(35)
c. Observasi Aktivitas siswa di Kelas eksperimen
Selain angket dan wawancara, lembar observasi aktivitas siswa dapat pula memberikan gambaran mengenai respon siswa terhadap pembelajaran.Terdapat 3 aspek yang menjadi penilaian aktivitas siswa yaitu partisipasi, kerjasama, dan motivasi.Berikut tabel hasil observasi aktivitas siswa di kelas eksperimen.
Tabel 4.22
Hasil Observasi Siswa di Kelas Eksperimen Pertemuan
ke-
Aspek yang Dinilai
Partisipasi Kerjasama Motivasi
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Pertama 3 18 9 1 9 17 2 16 12
10% 60% 30% 3% 30% 51% 6% 53% 40%
Kedua 11 18 1 11 18 1 10 19 1
36% 60% 4% 36% 60% 4% 35% 65% 4%
Ketiga 12 18 - 16 14 - 15 15 -
40% 60% - 53% 47% - 50% 50% -
Secara keseluruhan, baik dalam aspek partisipasi, kerjasama, maupun motivasi, secara bertahap jumlah anak yang mendapatkan nilai tinggi semakin bertambah.Hal ini menunjukan bahwa melalui pembelajaran yang telah dilakukan sikap partisipasi, kerjasama dan motivasi siswa semakin bertambah.
d. Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Kontrol
Hasil observasi di kelas kontrol dilakukan dengan melihat respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode konvesional.Berikut hasil observasi siswa di kelas kontrol.
Tabel 4.23
Hasil Observasi Siswa di Kelas Kontrol Pertemuan
ke-
Aspek yang Dinilai
Partisipasi Kerjasama Motivasi
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Pertama 2 25 5 - 21 11 - 20 12
6% 78% 16% - 66% 34% - 63% 37%
Kedua 15 17 - 21 11 - 13 19 -
47% 53% - 34% 66% - 41% 59% -
Ketiga 25 7 - 29 3 - 27 5 -
78% 22% - 91% 9% - 84% 16% -
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai partisipasi, kerja sama, dan motivasi siswa semakin
(36)
meningkat dari hari pertama hingga hari ketiga penelitian. Hal ini menunjukan bahwa dengan pembelajaran konvensional yang telah dilakukan, dapat meningkatkan partisipasi siswa di kelas, kerja sama antar siswa di kelas, dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
5. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Berlangsungnya Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan RME
Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat berlangsungnya proses pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan RME adalah dengan adanya instrumen penelitian berupa wawancara terhadap guru kelas IV dan observasi kinerja guru di kelas eksperimen. Guru kelas berlaku pula sebagai observer yang bertugas untuk menilai kinerja peneliti selama pembelajaran. a. Wawancara kepada guru kelas IVa
Terdapat enam buah pertanyaan dalam wawancara kepada guru, yaitu:
1) Bagaimana pendapat Anda tentang pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan realistic mathematics education?
2) Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran?
3) Apa saja faktor yang menunjang terlaksananya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic mathematicseducation?
4) Apa saja yang menghambat proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic mathematics education?
5) Bagaimana kinerja guru praktikan selama mengajar?
6) Apa saja yang harus diperbaiki dalam pembelajaran selanjutnya?
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran yang dilakukan bagus, media yang digunakan juga menarik, jadi siswa lebih antusias dengan pembelajaran.Aktivitas siswa selama pembelajaran sudah lebih rapih, artinya siswa tidak ribut selama pembelajaran. Selain itu, siswa juga aktif dalam menyampaikan pendapat dengan membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas.Faktor yang menunjang tentunya cara mengajar guru di kelas, selain itu adapula media, lembar kerja siswa
(37)
dan pembawaan guru selama pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran lebih bagus.Faktor yang menghambat adalah ada siswa dalam kelompok yang tidak bekerja sehingga menggangu siswa lain yang sedang bekerja kelompok. Selain itu, ada sebagian media yang ukurannya terlalu kecil sehingga menyulitkan siswa untuk menggunakannya.Kinerja guru selama pembelajaran sudah baik, guru menjelaskan materi dengan jelas dan dengan suara yang lantang.Sedangkan hal-hal yang harus diperbaiki adalah media yang harus dibuat lebih besar, pengelolaan waktu yang baik, pengelolaan kelas yang harus lebih ditingkatkan.
b. Observasi Kinerja Guru di Kelas Eksperimen
Terdapat 2 jenis lembar observasi terhadap guru di kelas eksperimen yaitu lembar perencanaan dan lembar pelaksanaan.Berikut hasil observasi kinerja guru di kelas eksperimen.
Tabel 4.24
Hasil Observasi Kinerja Guru di Kelas Eksperimen Kelas Pertem
uan Ke-
Perencanaan Pelaksanaan
Skor Persentase Interpretasi Skor Persentase Interpretasi
Eksperimen 1 17 85% Baik 38 63% Cukup
2 19 95% Sangat Baik 50 80% Baik
3 20 100% Sangat Baik 56 93% Sangat Baik
Rata-rata 18 90% Sangat Baik 48 80% Baik
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kinerja guru selama pembelajaran berada pada kategori baik.Sesuai dengan hasil wawancara bersama guru, bahwa kinerja guru dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME ini.
c. Observasi Kinerja Guru di Kelas Kontrol
Terdapat 2 jenis lembar observasi kinerja guru di kelas kontrol yaitu kinerja perencanaan dan pelaksanaan.Berikut hasil observasi kinerja guru di kelas kontrol.
(38)
Tabel 4.25
Hasil Observasi Kinerja Guru di Kelas Kontrol Kelas Pertemuan
Ke-
Perencanaan Pelaksanaan
Skor Persentase Interpretasi Skor Persentase Interpretasi
Kontrol 1 16 80% Baik 39 81% Baik
2 18 90% Sangat Baik 44 92% Sangat Baik
3 20 100% Sangat Baik 47 98% Sangat Baik
Rata-rata 18 90% Sangat Baik 43 89% Baik
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kinerja guru selama pembelajaran berada pada kategori baik.Kinerja guru di kelas kontrol pun salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional.
B. Pembahasan
Pada pembelajaran matematika di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen, pembelajaran dimulai dengan menerangkan tentang ciri-ciri jajargenjang, keliling jajargenjang lalu luas jajargenjang.Pembelajaran tersebut dimulai dari materi yang mudah hingga materi yang lebih kompleks.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suwangsih dan Tiurlina (2010) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik pembelajaran matematika adalah dilakukan secara bertahap yaitu dimulai dari hal yang mudah lalu beranjak kepada materi yang lebih sulit.Selain itu, pada pembelajaran eksperimen materi luas dan keliling jajargenjang dikaitkan dengan persegipanjang. Terlihat pada LKS kelas eksperimen terdapat soal yang mengharuskan siswa mengubah bentuk jajargenjang menjadi persegipanjang dengan cara dipotong. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pendekatan RME yaitu keterkaitan (intertwining).Menurut Treffers (dalam Wijaya, 2012) pendekatan RME menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran.Hal tersebut menunjukan pula bahwa hakikat matematika adalah adanya suatu pola dan hubungan antara materi.Menurut Ruseffendi (1992) matematika adalah
(39)
ilmutentang hubungan, suatu hubungan tersebut terlihat pada banyaknya keterkaitan satu ide dengan ide lain dalam ilmu matematika.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan RME ini dilakukan dengan penghubungan benda-benda nyata dengan materi ajar.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Vigotsky (dalam Budhiningsih, 2004, hlm. 102) “Kunci utama untuk memahami proses-proses sosial dan psikologi adalah tanda-tanda atau
lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator”.Cara guru menjelaskan hubungan antara benda-benda nyata dengan materi ajar adalah dengan memberikan konteks.Menurut Treffers (dalam Wijaya, 2012)penggunaan konteks dimaksudkan agar siswa dapat mengubah pola pikir yang konkret ke hal yang lebih abstrak.Konteks tidak harus berupa sesuatu yang nyata, namun konteks bisa disampaikan melalui gambar dan hal lain yang masih dapat dibayangkan oleh siswa.
Kemampuan komunikasi siswa untuk menyampaikan pendapat dan berpartisipasi dalam pembelajaran, dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga semakin meningkat.Hal tersebut merupakan hasil dari adanya diskusi kelompok dalam pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat LACOE (dalam Mahmudi, 2009, hlm. 4) bahwa “Cara lain untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi matematik siswa adalah dengan berdiskusi kelompok”. Kemampuan siswa untuk memahami soal komunikasi matematis pun terbukti semakin meningkat dengan nilai postes yang rata-rata lebih tinggi dari nilai pretes. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan pembelajaran yang bermakna, siswa dapat lebih mengerti tentang materi pelajaran.Hal tersebut sesuai dengan teori William Brownel (dalam Ruseffendi, 1992, hlm. 116) yang berpendapat
bahwa “Belajar matematika harus belajar bermakna dan pengertian”.
Kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas kontrol dengan di kelas eksperimen lebih besar di kelas eksperimen. Hal tersebut menunjukan bahwa pembelajaran akan lebih berhasil jika tidak hanya mendengarkan dan menghafal, tetapi harus ada praktiknya. Hal tersebut sesuai dengan teori Ausubel (dalam
(40)
Suyono dan Hariyanto, 2011) berpendapat bahwa pembelajaran berdasarkan hafalan (role learning) tidak banyak membantu siswa di dalam memperoleh pengetahuan, pembelajaran oleh guru harus sedemikian rupa sehingga membangun pemahaman dalam struktur kognitifnya, pembelajaran haruslah bermakna (meaningful learning) bagi siswa untuk menyelesaikan problem kehidupannya.
Berdasarkan respon siswa terhadap pembelajaran, banyak siswa yang berbicara bahwa pembelajaran yang telah dilakukan di kelas eksperimen banyak melibatkan kegiatan fisik.Hal tersebut sesuai dengan prinsip RME menurut Frudental (dalam Maulana, 2009a) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran RME matematika adalah suatu aktivitas manusia.Selain itu, berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan kepada siswa, hasil penelitian menunjukan bahwa respon siswa menunjukkan bahwa dengan pembelajaran yang telah dilakukan, siswa dapat lebih mudah untuk menyelesaikan soal yang diberikan karena sesuai dengan kehidupan sehari-hari.Hal tersebut sesuai dengan kelebihan pendekatan RME menurut Suwarsono (dalam Panji, 2013) yang menyatakan bahwa dengan pembelajaran realistik dapat memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan pada umumnya bagi manusia.
(1)
c. Observasi Aktivitas siswa di Kelas eksperimen
Selain angket dan wawancara, lembar observasi aktivitas siswa dapat pula memberikan gambaran mengenai respon siswa terhadap pembelajaran.Terdapat 3 aspek yang menjadi penilaian aktivitas siswa yaitu partisipasi, kerjasama, dan motivasi.Berikut tabel hasil observasi aktivitas siswa di kelas eksperimen.
Tabel 4.22
Hasil Observasi Siswa di Kelas Eksperimen Pertemuan
ke-
Aspek yang Dinilai
Partisipasi Kerjasama Motivasi
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Pertama 3 18 9 1 9 17 2 16 12
10% 60% 30% 3% 30% 51% 6% 53% 40%
Kedua 11 18 1 11 18 1 10 19 1
36% 60% 4% 36% 60% 4% 35% 65% 4%
Ketiga 12 18 - 16 14 - 15 15 -
40% 60% - 53% 47% - 50% 50% -
Secara keseluruhan, baik dalam aspek partisipasi, kerjasama, maupun motivasi, secara bertahap jumlah anak yang mendapatkan nilai tinggi semakin bertambah.Hal ini menunjukan bahwa melalui pembelajaran yang telah dilakukan sikap partisipasi, kerjasama dan motivasi siswa semakin bertambah.
d. Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Kontrol
Hasil observasi di kelas kontrol dilakukan dengan melihat respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode konvesional.Berikut hasil observasi siswa di kelas kontrol.
Tabel 4.23
Hasil Observasi Siswa di Kelas Kontrol Pertemuan
ke-
Aspek yang Dinilai
Partisipasi Kerjasama Motivasi
3 2 1 3 2 1 3 2 1
Pertama 2 25 5 - 21 11 - 20 12
6% 78% 16% - 66% 34% - 63% 37%
Kedua 15 17 - 21 11 - 13 19 -
47% 53% - 34% 66% - 41% 59% -
Ketiga 25 7 - 29 3 - 27 5 -
78% 22% - 91% 9% - 84% 16% -
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai partisipasi, kerja sama, dan motivasi siswa semakin
(2)
meningkat dari hari pertama hingga hari ketiga penelitian. Hal ini menunjukan bahwa dengan pembelajaran konvensional yang telah dilakukan, dapat meningkatkan partisipasi siswa di kelas, kerja sama antar siswa di kelas, dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
5. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Berlangsungnya Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan RME
Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat berlangsungnya proses pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan RME adalah dengan adanya instrumen penelitian berupa wawancara terhadap guru kelas IV dan observasi kinerja guru di kelas eksperimen. Guru kelas berlaku pula sebagai observer yang bertugas untuk menilai kinerja peneliti selama pembelajaran. a. Wawancara kepada guru kelas IVa
Terdapat enam buah pertanyaan dalam wawancara kepada guru, yaitu:
1) Bagaimana pendapat Anda tentang pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan realistic mathematics education?
2) Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran?
3) Apa saja faktor yang menunjang terlaksananya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic mathematicseducation?
4) Apa saja yang menghambat proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic mathematics education?
5) Bagaimana kinerja guru praktikan selama mengajar?
6) Apa saja yang harus diperbaiki dalam pembelajaran selanjutnya?
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran yang dilakukan bagus, media yang digunakan juga menarik, jadi siswa lebih antusias dengan pembelajaran.Aktivitas siswa selama pembelajaran sudah lebih rapih, artinya siswa tidak ribut selama pembelajaran. Selain itu, siswa juga aktif dalam menyampaikan pendapat dengan membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas.Faktor yang menunjang tentunya cara mengajar guru di kelas, selain itu adapula media, lembar kerja siswa
(3)
dan pembawaan guru selama pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran lebih bagus.Faktor yang menghambat adalah ada siswa dalam kelompok yang tidak bekerja sehingga menggangu siswa lain yang sedang bekerja kelompok. Selain itu, ada sebagian media yang ukurannya terlalu kecil sehingga menyulitkan siswa untuk menggunakannya.Kinerja guru selama pembelajaran sudah baik, guru menjelaskan materi dengan jelas dan dengan suara yang lantang.Sedangkan hal-hal yang harus diperbaiki adalah media yang harus dibuat lebih besar, pengelolaan waktu yang baik, pengelolaan kelas yang harus lebih ditingkatkan.
b. Observasi Kinerja Guru di Kelas Eksperimen
Terdapat 2 jenis lembar observasi terhadap guru di kelas eksperimen yaitu lembar perencanaan dan lembar pelaksanaan.Berikut hasil observasi kinerja guru di kelas eksperimen.
Tabel 4.24
Hasil Observasi Kinerja Guru di Kelas Eksperimen Kelas Pertem
uan Ke-
Perencanaan Pelaksanaan
Skor Persentase Interpretasi Skor Persentase Interpretasi
Eksperimen 1 17 85% Baik 38 63% Cukup
2 19 95% Sangat Baik 50 80% Baik
3 20 100% Sangat Baik 56 93% Sangat Baik
Rata-rata 18 90% Sangat Baik 48 80% Baik
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kinerja guru selama pembelajaran berada pada kategori baik.Sesuai dengan hasil wawancara bersama guru, bahwa kinerja guru dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME ini.
c. Observasi Kinerja Guru di Kelas Kontrol
Terdapat 2 jenis lembar observasi kinerja guru di kelas kontrol yaitu kinerja perencanaan dan pelaksanaan.Berikut hasil observasi kinerja guru di kelas kontrol.
(4)
Tabel 4.25
Hasil Observasi Kinerja Guru di Kelas Kontrol Kelas Pertemuan
Ke-
Perencanaan Pelaksanaan
Skor Persentase Interpretasi Skor Persentase Interpretasi
Kontrol 1 16 80% Baik 39 81% Baik
2 18 90% Sangat Baik 44 92% Sangat Baik
3 20 100% Sangat Baik 47 98% Sangat Baik
Rata-rata 18 90% Sangat Baik 43 89% Baik
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kinerja guru selama pembelajaran berada pada kategori baik.Kinerja guru di kelas kontrol pun salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional.
B. Pembahasan
Pada pembelajaran matematika di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen, pembelajaran dimulai dengan menerangkan tentang ciri-ciri jajargenjang, keliling jajargenjang lalu luas jajargenjang.Pembelajaran tersebut dimulai dari materi yang mudah hingga materi yang lebih kompleks.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suwangsih dan Tiurlina (2010) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik pembelajaran matematika adalah dilakukan secara bertahap yaitu dimulai dari hal yang mudah lalu beranjak kepada materi yang lebih sulit.Selain itu, pada pembelajaran eksperimen materi luas dan keliling jajargenjang dikaitkan dengan persegipanjang. Terlihat pada LKS kelas eksperimen terdapat soal yang mengharuskan siswa mengubah bentuk jajargenjang menjadi persegipanjang dengan cara dipotong. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pendekatan RME yaitu keterkaitan (intertwining).Menurut Treffers (dalam Wijaya, 2012) pendekatan RME menempatkan keterkaitan (intertwinement) antar konsep matematika sebagai hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran.Hal tersebut menunjukan pula bahwa hakikat matematika adalah adanya suatu pola dan hubungan antara materi.Menurut Ruseffendi (1992) matematika adalah
(5)
ilmutentang hubungan, suatu hubungan tersebut terlihat pada banyaknya keterkaitan satu ide dengan ide lain dalam ilmu matematika.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan RME ini dilakukan dengan penghubungan benda-benda nyata dengan materi ajar.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Vigotsky (dalam Budhiningsih, 2004, hlm. 102) “Kunci utama untuk memahami proses-proses sosial dan psikologi adalah tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator”.Cara guru menjelaskan hubungan antara benda-benda nyata dengan materi ajar adalah dengan memberikan konteks.Menurut Treffers (dalam Wijaya, 2012)penggunaan konteks dimaksudkan agar siswa dapat mengubah pola pikir yang konkret ke hal yang lebih abstrak.Konteks tidak harus berupa sesuatu yang nyata, namun konteks bisa disampaikan melalui gambar dan hal lain yang masih dapat dibayangkan oleh siswa.
Kemampuan komunikasi siswa untuk menyampaikan pendapat dan berpartisipasi dalam pembelajaran, dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga semakin meningkat.Hal tersebut merupakan hasil dari adanya diskusi kelompok dalam pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat LACOE (dalam Mahmudi, 2009, hlm. 4) bahwa “Cara lain untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah dengan berdiskusi kelompok”. Kemampuan siswa untuk memahami soal komunikasi matematis pun terbukti semakin meningkat dengan nilai postes yang rata-rata lebih tinggi dari nilai pretes. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan pembelajaran yang bermakna, siswa dapat lebih mengerti tentang materi pelajaran.Hal tersebut sesuai dengan teori William Brownel (dalam Ruseffendi, 1992, hlm. 116) yang berpendapat bahwa “Belajar matematika harus belajar bermakna dan pengertian”.
Kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas kontrol dengan di kelas eksperimen lebih besar di kelas eksperimen. Hal tersebut menunjukan bahwa pembelajaran akan lebih berhasil jika tidak hanya mendengarkan dan menghafal, tetapi harus ada praktiknya. Hal tersebut sesuai dengan teori Ausubel (dalam
(6)
Suyono dan Hariyanto, 2011) berpendapat bahwa pembelajaran berdasarkan hafalan (role learning) tidak banyak membantu siswa di dalam memperoleh pengetahuan, pembelajaran oleh guru harus sedemikian rupa sehingga membangun pemahaman dalam struktur kognitifnya, pembelajaran haruslah bermakna (meaningful learning) bagi siswa untuk menyelesaikan problem kehidupannya.
Berdasarkan respon siswa terhadap pembelajaran, banyak siswa yang berbicara bahwa pembelajaran yang telah dilakukan di kelas eksperimen banyak melibatkan kegiatan fisik.Hal tersebut sesuai dengan prinsip RME menurut Frudental (dalam Maulana, 2009a) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran RME matematika adalah suatu aktivitas manusia.Selain itu, berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan kepada siswa, hasil penelitian menunjukan bahwa respon siswa menunjukkan bahwa dengan pembelajaran yang telah dilakukan, siswa dapat lebih mudah untuk menyelesaikan soal yang diberikan karena sesuai dengan kehidupan sehari-hari.Hal tersebut sesuai dengan kelebihan pendekatan RME menurut Suwarsono (dalam Panji, 2013) yang menyatakan bahwa dengan pembelajaran realistik dapat memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari dan pada umumnya bagi manusia.