Pelaksanaan Ganti Rugi Terkait Migrasi Layanan Flexi Ke Telkomsel (Studi di PT. Telkom Divre I Sumatera)

HASIL WAWANCARA

A.

Wawancara dengan Ibu Fidya Ulfa
Wawancara dengan Ibu Fidya Ulfa selaku Legal Staff di PT. Telkom Divre I

Sumatera dilakukan pada tanggal 20 Desember 2015 di Medan.
1.

Apa yang menjadi penyebab migrasi layanan Flexi ke Telkomsel yang
dilakukan oleh PT. Telkom?
Jadi itu kan ada aturan Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika No. 30 Tahun 2014 tentang Penataan Pita Frekuensi
Radio 800 MHz untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak
Seluler, jadi Pemerintah sedang mengeluarkan regulasi mengenai
pengaturan frekuensi, dimana CDMA sendiri kan ada di frekuensi
800MHz mau digunakan untuk layanan 4G. Bisa dilihat juga kan
kalau bisnis CDMA sudah kurang diminati di Indonesia, jadi sama
Pemerintah itu ditertibkan makanya semua CDMA lagi coba
dihapuskan untuk mengganti ke layanan yang lebih baru. Dari Telkom

sendiri kan sudah punya layanan seluler, makanya pindahnya ke
Telkomsel. Jadi migrasi itu terjadi karena adanya regulasi dari
Pemerintah, makanya Telkom harus mengikuti.

2.

Bagaimana tanggung jawab PT. Telkom dalam pelaksanaan ganti rugi
terkait migrasi layanan Flexi ke Telkomsel?

1
Universitas Sumatera Utara

2

Dari sisi tanggung jawab, yang jelas kita kan penyedia layanan
jasa telekomunikasi, jadi kita bertanggung jawab ke konsumen
bagaimana caranya agar efek dari migrasi CDMA ke seluler itu tidak

Universitas Sumatera Utara


3

merugikan konsumen. Makanya sebelum migrasi penuh, kita
sudah mengumumkan kepada konsumen melalui SMS Blast, media
cetak ataupun sosialisasi dari media lainnya. Intinya kita tetap
berusaha agar hak-hak konsumen tetap terlayani.

3.

Bagaimana prosedur pelaksanaan pembayaran ganti rugi terkait
migrasi layanan Flexi ke Telkomsel?
Prosedur pelaksanaannya itu kita mempunyai waktu migrasi
yang sudah ditentukan, sesuai dengan Standard Operating Procedure
(SOP). Misalnya untuk pelanggan CDMA yang memiliki segmen atau
komunitas khusus, jadi langsung ditindaklanjuti oleh Perusahaan. Jadi
berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP) itu sendiri, ada
pembedaan antara konsumen individu dan konsumen corporate.
Kalau kita lihat yang secara umum ya yang pertama kita
sosialisasikan terlebih dahulu, lalu kita rencanakan untuk tiap daerah
seperti Pulau Sumatera dari bulan sekian sampai bulan sekian, untuk

Pulau Jawa berbeda lagi. Dan dari SMS itu kita tetap aktif untuk
menginformasikan migrasi layanan, setelah pelanggan tahu maka
selanjutnya tergantung pelanggan apakah akan langsung migrasi atau
menunggu informasi lebih lanjut lagi.

Lalu apabila ada kompensasi yang dianggap pelanggan tidak
cukup atau sesuai, kita tetap melayani secara langsung. Misalnya

Universitas Sumatera Utara

4

kemarin dari Ombudsman ada pertanyaan mengenai migrasi ini, kita
sudah melakukan tanya-jawab secara langsung. Karena yang didalam
persepsi masyarakat, kita ini migrasi hanya demi kepentingan
TelkomGroup saja, padahal kita sendiri kan ada dasar hukumnya.

Universitas Sumatera Utara