Pelaksanaan Ganti Rugi Terkait Migrasi Layanan Flexi Ke Telkomsel (Studi di PT. Telkom Divre I Sumatera)

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Manusia sebagai homo socius diberikan kemampuan untuk berkomunikasi

dalam mengatasi lingkungannya. Kemampuan mereka tidak hanya dalam
lingkaran kecil kekerabatan, tetapi meluas hingga pemanfaatan potensi alam raya.
Tata cara komunikasi yang dilakukan manusia memiliki riwayat tumbuh kembang
yang panjang dan beraneka ragam. Hal itu dimulai sejak zaman prasejarah sampai
era teknologi satelit dewasa ini1.
Perkembangan kemajuan teknologi dan komunikasi sangat pesat dalam
beberapa tahun belakang. Tuntutan zaman yang mengharuskan agar informasi
disampaikan serba cepat, tanpa megenal batas jarak dan waktu. Teknologi
diperbaharui setiap saat untuk menciptakan kualitas hidup manusia yang lebih
baik. Termasuk di bidang telekomunikasi yang berperan vital dalam pertukaran
informasi.
Orang-orang dahulu berkomunikasi jarak jauh menggunakan surat, dengan
memakan waktu berhari-hari dan ditulis dengan tangan. Ketika ingin mengetahui

jawaban surat itu harus menunggu lagi. Kemudian orang-orang menggunakan
telepon rumah yang lebih cepat dan murah. Informasi dapat disampaikan tanpa
memakan waktu dan jarak yang jauh.
Tiga dekade yang lampau, hubungan telepon masih sangat tergantung pada
tersedianya jaringan kabel yang menghubungkan tempat yang satu dengan yang

1

Judhariksawan, Pengantar Hukum Telekomunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2005, hal. 1

1
Universitas Sumatera Utara

2

lainnya, dan sebelum kabel serat optik dipakai untuk membangun jaringan
telekomunikasi, kualitas hubungan telekomunikasi melalui kabel benar-benar
masih jauh dari memuaskan pelanggan.
Sifat manusia yang semakin mobilitas membuat telepon rumah tidak efektif

lagi. Telepon rumah dianggap sulit untuk dibawa dan hanya berada di tempat
tertentu saja. Terutama bagi kalangan pengusaha yang menuntut pertukaran
informasi yang serba cepat. Maka, saat ini orang-orang menggunakan telepon
selular yang mudah dibawa dan digunakan.
Sebagai bangsa yang majemuk bangsa Indonesia mempunyai kebutuhan
yang berbeda-beda. Motivasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya timbul
karena masyarakat menginginkan adanya suatu perubahan dalam kehidupannya,
dan juga dilandasi keinginan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, kebutuhan akan komunikasi sangat
diperlukan untuk suatu interaksi antar individu maupun interaksi yang terjadi
dalam skala yang lebih besar, yaitu interaksi yang terjadi antara pihak-pihak sebab
komunikasi yang terjadi dalam suatu interaksi tidak hanya melibatkan satu pihak
saja tetapi juga ada pihak lainnya. Komunikasi dalam interaksi tersebut
mempunyai suatu pola pelaksanaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Saat ini komunikasi tidak lagi dilakukan secara langsung dengan cara tatap
muka dengan lawan bicara, tetapi seiring dengan perkembangan teknologi yang
semakin maju menyebabkan komunikasi menjadi suatu alat penghubung antar
individu yang sangat vital sehingga diperlukan suatu komunikasi antar individu
secara tidak langsung.


Universitas Sumatera Utara

3

Perkembangan telekomunikasi yang sangat pesat terutama terjadi pada abad
ke-20. Revolusi teknologi komunikasi mencapai puncaknya dengan mulai
dipakainya teknologi satelit untuk kepentingan telekomunikasi, walaupun pada
saat yang sama penggunaan teknologi telekomunikasi konvensional, seperti
pemakaian kabel-kabel tetap dipertahankan dengan lebih meningkatkan kualitas
dan kemampuan hantarnya. Penggunaan kabel serat optik (optic fiber ), yang berisi
pulsa-pulsa cahaya di atas serat kaca, saat ini makin banyak dipergunakan karena
kualitas hantarannya yang baik dan sejumlah kelebihan lainnya. Namun, dewasa
ini teknologi satelit untuk penyelenggaraan telekomunikasi masih merupakan
primadona, hal ini disebabkan oleh pandangan bahwa untuk pelayanan
komunikasi jarak jauh (long-distance communication ), penggunaan kabel-kabel
kurang begitu efisien.
Telekomunikasi seluler di Indonesia memiliki pengaruh yang besar dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam kelancaran hubungan pekerjaan, tugas serta
komunikasi


lainya.

Banyak

orang

yang

menganggap

bahwa

bidang

telekomunikasi telah menjadi kebutuhan pokok. Sehingga, sekarang banyak
produk berupa barang atau jasa yang ditawarkan pelaku usaha di bidang
telekomunikasi.
Upaya untuk meningkatkan kualitas dan kemudahan merupakan kunci
keberhasilan


penyelenggaraan

jasa

telekomunikasi.

Masa

depan

dunia

telekomunikasi tanpa kabel juga makin terpacu dengan maraknya perkembangan
dunia internet. Teknologi tanpa kabel memungkinkan setiap orang dapat
mengakses internet di manapun ia berada tanpa harus bersusah payah mencari
sambungan kabel telepon. Namun, dalam mengakses internet atau mengirim

Universitas Sumatera Utara

4


informasi melalui modem tanpa kabel, saat ini masih bergantung pada
kemampuan operator telepon seluler dalam menyediakan jaringan seluler.
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di berbagai pelosok
dunia, dari mulai peristiwa olahraga, bencana sampai perang, segera dapat
diterima atau disaksikan langsung di rumah pada siaran televisi melalui satelit.
Panggilan telepon dari satu ujung dunia dapat diterima di ujung lain dengan jelas,
seakan-akan hanya dari jarak beberapa kilometer saja. Meskipun teknologi lain
(misalnya kabel serat optik) telah banyak menggantikan satelit di beberapa
tempat, komunikasi global sebagian besar masih didasarkan atas sistem satelit.
Sejalan dengan semakin padatnya kegiatan para pelaku bisnis maupun
masyarakat umum, dan berkembangnya teknologi komunikasi, semakin tinggi
pula kebutuhan mereka untuk melakukan komunikasi yang efektif. Tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa telepon seluler telah menjadi bagian penting dalam
keseharian mereka, karena telepon seluler merupakan solusi dalam mempermudah
komunikasi tanpa membatasi ruang dan gerak seseorang. Lebih jauh, kini telepon
seluler telah dikenal dan digunakan secara luas oleh masyarakat dunia.
Sebagai perusahaan yang melayani jasa vital dalam masyarakat, perusahaan
telekomunikasi berusaha untuk melayani kepentingan publik, tetapi tetap
mempunyai orientasi pada keuntungan, sehingga mereka memikirkan cara

bagaimana sebuah telepon bukan lagi hanya dipakai untuk komunikasi secara
tidak langsung tetapi juga bagaimana mereka menarik suatu keuntungan dari
penyelenggaraan telepon sebagai alat penunjang dalam komunikasi secara tidak
langsung.

Universitas Sumatera Utara

5

Berdasarkan hal tersebut perusahaan telekomunikasi lalu menyediakan
fasilitas

tambahan

pada

telepon

yang


bertujuan

untuk

mempermudah

berlangsungnya telekomunikasi tapi juga tetap dapat menarik keuntungan dari
pengadaan fasilitas tambahan pada telepon tersebut.
Keinginan pelaku usaha untuk menjadi yang terbaik telah meningkatkan
persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Maka untuk jangka
waktu tertentu sebenarnya persaingan antar pelaku usaha tersebut tidak selalu
berakibat positif bagi konsumen. Persaingan yang sehat antar pelaku usaha
sesungguhnya tidak salah asalkan dengan diimbangi peningkatan kualitas dan
mutu barang dan/atau jasa serta didukung pelayanan yang jujur, baik serta
pemberian informasi yang benar dari pelaku usaha kepada konsumen tentu akan
sangat bermanfaat dan menguntungkan konsumen. Berbeda jika persaingan usaha
hanya didasarkan pada pencarian keuntungan belaka dari pelaku usaha dengan
cara yang tidak sehat, maka sudah tentu dapat berakibat buruk bagi konsumen.
Kemajuan pesat teknologi telepon seluler dan perkembangan dunia ekonomi
menyebabkan telepon seluler bukan lagi sebagai suatu alat telekomunikasi tidak

langsung tetapi juga dapat dijadikan sebagai suatu lahan bisnis yang menggiurkan.
Hal ini disebabkan karena masyarakat menganggap telepon seluler sebagai salah
satu alat yang vital dalam hidupnya, namun perusahaan telekomunikasi
seharusnya

jangan

sampai

mengabaikan

kepentingan

konsumen

yang

menggunakan jasanya hanya untuk mengejar keuntungan, karena perusahaan
telekomunikasi juga berpengaruh sebagai perusahaan yang melayani kepentingan
publik untuk menghindari tindakan sewenang-wenang yang dapat dilakukan oleh


Universitas Sumatera Utara

6

perusahaan telekomunikasi terhadap konsumennya maka perlu diadakan suatu
perlindungan bagi konsumennya.
Pelaku usaha dituntut kembali untuk komitmen dalam membangun
hubungan dengan pelanggan, karena hal ini para pelanggan bukan hanya setia
melainkan layaknya penggemar berat, sehingga selalu menuntut adanya inovasi
dan peningkatan fasilitas. Harus diketahui bahwa teknologi suatu produk memiliki
pengaruh yang besar terhadap loyalitas konsumen di samping harga, ciri dan
bentuk barang. Apabila barang yang diperoleh sesuai dengan harapan nantinya
konsumen akan menggunakan berulang kali dan tidak akan meninggalkan produk
tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terciptanya kepuasan
pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara
perusahaan dengan pelanggannya menjadi semakin harmonis, memberikan dasar
bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas.
Untuk memonitor kompetisi yang sehat di antara penyelenggara dan
proteksi terhadap hak-hak pelanggan telekomunikasi (customer safeguards), maka

setiap jaringan dan pelayanan harus memenuhi Standard Kualitas Pelayanan yang
sudah

ditetapkan

oleh

Menteri

Komunikasi

dan

Informatika

Nomor:

12/PER/M.KOMINFO/4/2008 tentang Standar Kualitas Pelayanan Jasa Telepon
Dasar Pada Jaringan Bergerak Seluler (Quality of Service / QoS). Hal ini juga
merupakan salah satu wujud dari komitmen Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia (BRTI) terhadap pencanangan tahun 2009 sebagai tahun Kualitas
Pelayanan.2

Suryadhi, Ardhi. “Kualitas Layanan Operator Diumbar ke Publik.”
http://hot.detik.com/read/2009/05/22/100639/1135422/328/kualitas-layanan-operator-diumbar-kepublik (diakses tanggal 10 Desember 2015)

2

Universitas Sumatera Utara

7

Pada saat ini landasan hukum yang dipergunakan dalam kegiatan
penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 36
Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1989 tentang Telekomunikasi. Undang-undang tersebut menjelaskan berbagai
masalah penting yang sekarang membuka jalan bagi swasta untuk bergerak dalam
sektor telekomunikasi. Sedangkan landasan hukum yang dipergunakan untuk
memberikan suatu perlindungan hukum terhadap pelaku usaha maupun konsumen
pengguna jasa telekomunikasi adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
Jika berdasarkan prinsip konsumen adalah raja, pelaku usaha dituntut untuk
dapat melakukan pelayanan prima bagi kosumen. Layanan prima ( service
excellence) tersebut diharapkan mampu memuaskan kebutuhan konsumen secara

proporsional yaitu memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumen.
Namun selama ini juga belum tampak adanya kesadaran di kalangan pelaku usaha
bahwa kalau konsumen membayar, mereka mempunyai hak untuk mendapatkan
pelayanan yang pantas. Yang terjadi adalah konsumen membayar, tetapi tetap
mendapat pelayanan yang buruk.3
Pemberian perlindungan konsumen kepada pengguna atau masyarakat luas
wajib diberikan secara sungguh-sungguh dan tegas, tanpa melihat status
masyarakat. Siapapun yang dirugikan wajib diberikan perlindungan, baik ganti
rugi maupun sanksi-sanksi hukum lainnya. Pasal 15 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 1999 tentang Telekomunikasi mengatur mengenai perlindungan terhadap
pengguna

atau

masyarakat

luas,

atas

kesalahan

dan

atau

kelalaian

Zaim Saidi, Sudaryatmao, Mencari Keadilan ”Bunga Rampai Penegak Hak Konsumen”,
Piramedia, Jakarta, 2004, hal.10

3

Universitas Sumatera Utara

8

penyelenggaraan telekomunikasi. Namun, ketentuan mengenai perlindungan itu
masih bersifat bias atau kurang jelas, kesalahan dan atau kelalaian dalam bentuk
yang mana dan akibat yang bagaimana yang dapat diajukan tuntutan.
Dengan adanya berbagai macam persoalan, maka pengaturan lebih
terperinci dan jelas perlu dibuat demi perlindungan semua pihak, baik
penyelenggara, pengusaha (produsen) dan pengguna dapat terlindungi, disamping
akan memacu perkembangan teknologi telekomunikasi ke arah yang lebih maju
dan baik.
Perlunya undang-undang perlindungan konsumen tidak lain karena
lemahnya posisi konsumen dibanding posisi produsen. Proses sampai hasil
produksi barang atau jasa dilakukan tanpa campur tangan konsumen sedikit pun.
Tujuan hukum perlindungan konsumen secara langsung adalah meningkatkan
martabat dan kesadaran konsumen.4
Kedudukan pelaku usaha (penyedia jasa) dan konsumen (pengguna jasa)
menjadi tidak seimbang karena konsumen berada pada posisi yang lemah.
Konsumen hanya dijadikan obyek aktivitas pelaku usaha melalui kiat promosi,
iklan,

serta

penerapan

perjanjian

standar

(baku)

sebagai

pengalihan

tanggungjawab yang semestinya dibebankan kepada pelaku usaha.5
Disisi lain, pelaku usaha semakin berlomba untuk melengkapi dan
menambah layanan jasanya dengan menambah atribut atau fitur (feature) yang
melekat pada pengguna jasa seperti penggunaan telepon seluler untuk mengakses
internet, menjelajahi dunia maya (browsing) dan layanan perbankan (internet

4

Sri Redjeki Hartono, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, 2000,

hal.36
5

Shidarta, edisi revisi, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo, Jakarta,
2006, hal.147

Universitas Sumatera Utara

9

banking). Penambahan fitur/ fasilitas oleh penyedia layanan digunakan untuk

meningkatkan nilai tambah valuasi (value chain) disamping keuntungan dari
penjualan waktu mengudara (air time).6
Saat ini seiring banyaknya pengguna telepon seluler, konsumen tidak
banyak mengetahui mengenai hak dan kewajiban seluruhnya sebagai pengguna.
Padahal sebagai pengguna harus mengetahui hak apa yang dimiliki dan kewajiban
apa yang harus dilakukan, karena hal tersebut sangat berguna bagi kepentingan
konsumen sendiri.
Flexi merupakan salah satu produk penyelenggaraan telekomunikasi di
Indonesia. Flexi merupakan salah satu produk yang dimiliki oleh PT. Telkom
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa telekomunikasi. Seiring
berjalannya waktu, pengguna Flexi semakin bertambah. Namun dalam
pelaksanaannya,

PT.

Telkom

harus

menghentikan

layanan

Flexi

dan

menggantinya dengan produk layanan dari PT. Telkomsel. Berdasarkan
pernyataan dan keterangan diatas itulah sehingga penulis tertarik melakukan
penelitian dalam skripsi dengan judul : “PELAKSANAAN GANTI RUGI
TERKAIT MIGRASI LAYANAN FLEXI KE TELKOMSEL (STUDI DI PT
TELKOM DIVRE 1 SUMATERA”.

B.

Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, dapat

dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.

Apa penyebab migrasi layanan Flexi ke Telkomsel?

6

Nurain Silalahi, Layanan Informasi dan Telekomunikasi-Mobile Nirkabel, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2002, hal. 23

Universitas Sumatera Utara

10

2.

Bagaimana tanggung jawab PT. Telkom dalam pelaksanaan ganti rugi
terkait migrasi layanan Flexi ke Telkomsel?

3.

Bagaimana prosedur pelaksanaan pembayaran ganti rugi terkait migrasi
layanan Flexi ke Telkomsel?

C.

Tujuan Penulisan
Tujuan pembahasan dalam penulisan skripsi penulis yang berjudul

“Pelaksanaan Ganti Rugi Terkait Migrasi Layanan Flexi ke Telkomsel Studi di PT
Telkom Divre I Sumatera” adalah sebagai pemenuhan tugas akhir untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
Selain itu, penulisan skripsi ini juga bertujuan antara lain:
1.

Untuk mengetahui penyebab migrasi layanan Flexi ke Telkomsel.

2.

Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab PT. Telkom dalam
pelaksanaan ganti rugi terkait migrasi layanan Flexi ke Telkomsel.

3.

Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pembayaran ganti rugi terkait
migrasi layanan Flexi ke Telkomsel.

D.

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

1.

Manfaat Teoritis
Pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan diatas
diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan di bidang perlindungan
konsumen khususnya dalam bidang telekomunikasi. Selain itu, hasil

Universitas Sumatera Utara

11

pemikiran ini juga dapat menambah data kepustakaan di bidang konsumen
pada umumnya, dan di bidang jasa telekomunikasi pada khususnya, serta
dapat dijadikan sebagai bahan yang memuat data empiris sebagai dasar
penelitian selanjutnya.
2.

Manfaat Praktis
Pembahasan terhadap permasalahan ini dapat memberikan gambaran
kepada masyarakat selaku konsumen dalam membela hak-haknya terhadap
masalah penggunaan jasa telekomunikasi. Selain itu, pembahasan ini dapat
memberikan kontribusi bagi pemikiran terkait dalam rangka menciptakan
pengaturan dan pengembangan dalam sistem perlindungan konsumen dalam
penggunaan jasa telekomunikasi. Selain itu, diharapkan dapat memberikan
masukan bagi PT. Telkom dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi yang
lebih baik.

E.

Metode Penelitian
Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara dalam rangka

ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah,
suatu ilmu pengetahuan itu sebenarnya bukan suatu ilmu tetapi suatu himpunan
pengetahuan saja tentang berbagai gejala yang satu dengan gejala yang lainnya.7
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari
suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya kecuali
itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum

7

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, 2009, hal.37

Universitas Sumatera Utara

12

tersebut untuk kemudian suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dalam
gejala yang bersangkutan.
Metodologi memiliki peranan dalam penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan, yaitu diantaranya :8
1.

Menambah

kemampuan

para

ilmuwan

untuk

mengadakan

atau

melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lengkap.
2.

Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal – hal yang
belum diketahui.

3.

Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian
interdisipliner.
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini dengan tujuan agar dapat lebih

terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan
yang digunakan antara lain :
1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan
pembahasan skripsi ini adalah penelitian normatif yaitu mengacu kepada
norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan
dan masyarakat.

9

Metode ini juga digunakan agar dapat melakukan

penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan
perundang-undangan

perlindungan

konsumen

yang

berlaku,

serta

memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur

8
9

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2006, hal.7
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum¸ Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal.105

Universitas Sumatera Utara

13

di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, koran, majalah, situs internet dan
lain sebagainya.10
Karena penyusunan skripsi ini juga melalui proses penelitian
lapangan, maka penelitian ini juga menggunakan metode penelitian empiris.
Penelitian empiris yaitu penelitian lapangan yang berasal dari data primer
yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber utama dengan
melalui pengamatan (observasi), wawancara, ataupun penyebaran kuisoner.
Dalam hal penelitian empiris ini, penulis memperoleh data primer melalui
wawancara langsung dengan legal staff di PT. Telkom Divre I Sumatera.
2.

Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh suatu pembahasan sesuai dengan apa yang
terdapat didalam tujuan penyusunan bahan skripsi, maka jenis penulisan
yang diterapkan adalah untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan,
pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah melalui
penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field
research).

a.

Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Bahan hukum dikumpulkan dengan menggunakan penelitian
kepustakaan (library research ) dan studi dokumen dari berbagai
sumber yang dianggap relevan, antara lain perusahaan terkait dengan
perjanjian kerjasama operasi yang diangkat dalam penelitian ini.
Sumber bahan hukum sekunder yang berupa artikel, jurnal ilmiah,

10

Ibid,hal.106

Universitas Sumatera Utara

14

buku - buku hukum yang berkaitan dengan hukum perikatan didapat
melalui Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
b.

Penelitian Lapangan (Field Research)
Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga didukung
dengan penelitian lapangan (field research) untuk mendapatkan data
primer guna akurasi terhadap hasil yang dipaparkan, yaitu berupa
wawancara. Wawancara dilakukan sebagai alat pengumpulan bahan
hukum tambahan selain daripada bahan hukum yang didapatkan dari
perpustakaan.

Wawancara

dilakukan

dengan

informan

yang

dipandang bersangkutan, yaitu dengan pihak PT. Telkom sebagai
perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di
bidang jasa telekomunikasi.
c.

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Telkom Divre I Sumatera yang
berkedudukan hukum di Jl. H.M Yamin No. 2 Medan. Oleh karena
itu, penulis memperoleh bahan hukum dari lokasi penelitian yang
dimaksud.

d.

Jenis Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder didukung oleh data primer.
1)

Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
informan dengan cara melalui wawancara langsung dengan legal
staff di PT. Telkom Divre I Sumatera.

Universitas Sumatera Utara

15

2)

Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan guna mendapatkan landasan teoritis terhadap segisegi hukum perjanjian kerjasama. Selain itu tidak menutup
kemungkinan diperoleh melalui bahan hukum lain, dimana
pengumpulan

bahan

hukumnya

dilakukan

dengan

cara

membaca, mempelajari, serta menelaah data yang terdapat
dalam buku, literatur, tulisan-tulisan ilmiah, dokumen-dokumen
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan objek penelitian. Bahan-bahan hukum tersebut berupa:
a)

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat,
meliputi seluruh peraturan perundang undangan yang
relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian antara
lain terdiri atas:11
(1)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(2)

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen

(3)

Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi

(4)

Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang
Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa Alternatif

(5)

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
No.30 Tahun 2014 tentang Penataan Pita Frekuensi

11

Suratman dan Phillips Dillah, Metode Penelitian Hukum, CV Alfabeta, Bandung, 2013,

hal. 66

Universitas Sumatera Utara

16

Radio 800 MHz untuk Keperluan Penyelenggaraan
Jaringan Bergerak Seluler
(6)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.58
Tahun 2001 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

b)

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat
hubungannya dengan batas hukum primer, dan dapat
membantu menganalisis dan memahami bahan hukum
primer.12

c)

Bahan

hukum

tersier,

yaitu

bahan-bahan

yang

memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder.13

F.

Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini didasarkan kepada ide, gagasan maupun pemikiran

penulis secara pribadi dari awal hingga akhir penyelesaian. Ide maupun gagasan
yang timbul karena melihat keadaan yang berkembang mengenai bagaimana
perlindungan hukum terhadap konsumen dalam hal pelaksanaan ganti-rugi
migrasi layanan Flexi ke Telkomsel dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi.
Artinya, tulisan ini bukanlah merupakan hasil ciptaan ataupun penggambaran dari
karya tulis orang lain. Kalaupun ada pendapat atau kutipan dari penulisan ini, hal
tersebut merupakan semata-mata sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam

12
13

Ibid, hal. 67
Ibid, hal. 68

Universitas Sumatera Utara

17

usaha menyusun dan menyelesaikan penulisan ini, karena hal ini memang sangat
dibutuhkan dalam menyempurnakan penulisan ini.

G.

Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah maka pembahasannya harus diuraikan

secara sistematis. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini diperlukan adanya
sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab-bab yang saling
berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan ini adalah :
BAB I

:

PENDAHULUAN
Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar di
dalamnya terurai mengenai latar belakang, perumusan
masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan, keaslian penulisan
dan sistematika penulisan.

BAB II

:

TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN
Merupakan bab yang membahas tentang tinjauan umum
mengenai perlindungan konsumen dimana didalamnya
diuraikan mengenai pengertian perlindungan konsumen,
asas dan tujuan perlindungan konsumen serta prosedur
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen.

BAB III

:

TINJAUAN UMUM MENGENAI PARA PIHAK
Merupakan bab yang membahas tentang para pihak terkait
masalah yang terjadi dimana didalamnya diuraikan

Universitas Sumatera Utara

18

pengertian konsumen, hak dan kewajiban konsumen,
pengertian

telekomunikasi,

pelaku

usaha

jasa

telekomunikasi, dan tanggung jawab pelaku usaha jasa
telekomunikasi.
BAB IV

:

PELAKSANAAN GANTI RUGI TERKAIT MIGRASI
LAYANAN
Merupakan bab yang membahas tentang pelaksanaan gantirugi terkait migrasi layanan flexi ke telkomsel, dimana di
dalamnya

menguraikan

tentang

penyebab

terjadinya

migrasi layanan, bentuk tanggung jawab perusahaan, serta
prosedur pelaksanaan pemberian ganti-rugi.
BAB V

:

PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dari bab-bab yang telah
dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna
bagi

penerapan

perlindungan

konsumen

dalam

penyelenggaraan jasa telekomunikasi.

Universitas Sumatera Utara