CYBERBULLYING DI KALANGAN PESERTA DIDIK (STUDI ETNOMETODOLOGI DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA 2 KOTA SURAKARTA) | Shofy | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 11006 23110 1 SM
CYBERBULLYING AMONG STUDENTS
(ETNOMETODOLOGY STUDY INVOLVING STUDENTS OF SMAN 2
SURAKARTA)
Muhamad Najib Shofy1), Siti Rochani 2), Sigit Pranawa3)
1)
Education Program of Sociology-Anthropology, FKIP UNS,e-mail:
najibshofy@gmail.com
2)
Education Program of Sociology-Anthropology, e-mail: srochani13@ymail.com
3)
Education Program of Sociology-Anthropology,FKIP UNS,e-mail:
sigit_pranawa@yahoo.com
Education Program of Sociology-Anthropology
Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University
ABSTRACT
This study aims to determine the cyberbullying problems among the
students. This research is conducted by qualitative approach with the use of
simulacra and hyperreality to analyze the occurrence of cyberbullying among the
students. Cyberbullying that occurred in SMAN 2 Surakarta is indicated by the
findings of the research showing the existence of subject, victim as well as
subject, and the victims itself. Victims who giving responds to certain forms of
cyberbullying will get psychological effects and also the daily life of the students.
In facing of the cyberbullying, victims are expected to always be opened, both
with close friends and school educators. The school is expected to direct well the
use of smartphones during school hours.
Key words: Cyberbullying, Victims, Students.
CYBERBULLYING DI KALANGAN PESERTA DIDIK
(STUDI ETNOMETODOLOGI DI KALANGAN PESERTA DIDIK
SMA 2 KOTA SURAKARTA)
Muhamad Najib Shofy1), Siti Rochani 2), Sigit Pranawa3)
1)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail: najibshofy@gmail.com
2)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail: srochani13@ymail.com
3)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail:
sigit_pranawa@yahoo.com
Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan cyberbullying yang
terjadi di kalangan peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitan kualitatif dengan menggunakan teori simulakra dan hiperrelitas untuk
menganalisis terjadinya cyberbullying yang terjadi di kalangan peserta didik.
Cyberbullying terjadi di SMAN 2 Kota Surakarta ditunjukkan dengan adanya
temuan penelitian yang menunjukkan adanya pelaku, korban sekaligus pelaku dan
hanya menjadi korban. Korban yang memberikan respon terhadap bentuk
cyberbullying tertentu akan menimbulkan dampak psikis dan kehidupan seharihari peserta didik. Dalam menghadapi cyberbullying korban diharapkan selalu
terbuka baik dengan teman akrab maupun pada pihak pendidik di sekolah. Pihak
sekolah diharapkan bisa mengarahkan penggunaan smartphone pada saat jam
pelajaran.
Kata kunci : cyberbullying, korban, peserta didik
pengaruh dalam kegiatan belajar
PENDAHULUAN
Perkembangan era teknologi
informasi
kehidupan
saat
ini
memudahkan
sehari-hari
masyarakat
umum
berkomunikasi
dan
baik
bagi
untuk
melakukan
pekerjaan. Dalam dunia pendidikan
teknologi
informasi
memberikan
mengajar di kelas. Mudahnya akses
informasi
dapat
kemudahan
bagi
memberikan
guru
maupun
peserta didik untuk mencari dan
menemukan materi belajar.
Komunikasi
media
seringkali
digunakan
untuk
melalui
sosial
tidak
hanya
berkomunikasi
secara positif, namun juga dapat
kondisi seperti inilah yang malah
digunakan untuk perlakuan tidak
membuat maraknya cyberbullying di
Cyberbullying
menyenangkan.
kalangan peserta didik.
adalah perlakuan dimana seseorang
diintimidasi,
diintimidasi
diejek
atau
dihina,
dipermalukan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
dan
mengkaji
(1)
Kondisi cyberbullying yang terjadi di
melalui media internet, teknologi
kalangan
digital atau telepon seluler.
Bagaimana cyberbullying dilakukan;
cyberbullying
Kasus
peserta
didik;
(2)
pada
(3) Bagaimana korban merespon
kalangan peserta didik seringkali
tindakan cyberbullying yang mereka
dilakukan
alami; dan (4) Bagaimana dampak
pada
saat
berada
di
lingkungan sekolah, namun tidak
yang
jarang pula hal ini dilakukan di luar
cyberbullying.
lingkungan sekolah. cyberbullying
ini
kerap
terjadi.
55%
siswa
mengatakan
cyberbullying
terjadi
pada
saat
mereka
berada
lingkungan
sekolah
dan
mengatakan
cyberbullying
dialami
oleh
korban
Freinberg dan Robey (2009 :
10) mengatakan:
“…cyberbullying
involves
di
sending or posting harmful or
45%
cruel text and/or images using
terjadi
Internet
or
other
digital
pada saat mereka berada di luar
communication device, such as
lingkungan sekolah. (Rahayu, 2012 :
cell phones. Cyberbullying may
25).
occur on personal website or it
didik
may be transmitted via e-mail,
terhadap cyberbullying ini masih
social networking sites, chat
sangat kurang, seringkali apa yang
rooms, message board, instant
dilakukan oleh para peserta didik ini
messaging, or cell phones.
yang secara tidak sadar adalah
Cyberbullying
Pengetahuan
peserta
cyberbullying
occurs
most
mereka
often when children at home,
sedemikian
but it can also take place
sebagai kondisi yang biasa saja dan
during scholl. To their credit,
tidak menimbulkan apapun. Namun
many scholl have good use of
perlakuan
menganggap
kondisi
filtering software that can often
lagi dikelani mana yang asli dan
prevent
mana
cyberbullies
from
yang
palsu,
mana
hasil
utilizing scholl computers to
produksi dan mana hasil reproduksi,
buly other students”
mana objek dan mana subjek, atau
Cyberbullying
biasanya
dilakukan oleh orang yang sudah
mana penanda dan mana petanda.
(Hidayat, 2012: 75)
Simulakra
dikenal korban di dunia nyata, atau
dapat
diartikan
ada
sebagai ruang yang dapat menjadi
kemungkinan cyberbullying adalah
reduplikasi atas reproduksi suatu
perpanjangan
objek atau peristiwa, saat reduplikasi
dapat
dikatakan
bahwa
dari
tradisional
bullying (Ningtyas, 2012: 36).
Perlakuan cyberbullying tidak
perbedaan yang asli dan yang palsu
menjadi kabur, karena reduplikasi
melukai
dalam
simulakra
seseorang secara langsung, namun
acuan,
karena
perlakuan ini seringkali dimaksudkan
merupakan duplikasi dari duplikasi.
untuk menyakiti seseorang secara
Hiperrealitas
dimaksudkan
psikis
sehingga
untuk
orang
tidak
hasil
memiliki
reduplikasi
Hiperrealitas adalah sebuah
tersebut
menjadi malu dan tersudutkan.
gejala dimana banyak bertebaran
Simulakra
realitas-realitas
buatan
bahkan
Baudrillard, mendeskripsikan
nampak lebih real dibanding realitas
dunia postmodern sebagai dunia
sebenarnya… (Hidayat, 2012: 90).
yang dicirikan oleh simulasi: kita
Baudrillard
hidup di “zaman simulasi” … Proses
realitas
simulasi mengarah pada penciptaan
tengah
simulacra atau “reproduksi objek
lahirnya realitas-realitas buatan yang
atau peristiwa” (Ritzer, 2012: 1087).
bahkan lebih nyata dibanding realitas
menyatakan
kebudayaan
merajalela
bahwa
dewasa
sebuah
ini
gejala
memiliki
yang sebenarnya. Ia menyebut gejala
acuan, ia adalah duplikasi dari
itu sebagai hiperealitas. (Hidayat,
duplikasi, sehingga perbedaan antara
2012: 91)
Simulakra
tidak
duplikasi dan yang asli menjadi
kabur. Dalam ruang ini tidak dapat
Hiperrealitas
merupakan
kondisi buatan yang dirasa lebih
secara umum adalah untuk
menjelaskan
tentang
bagaimana
ulasan,
atau
deskripsi suatu kejadian ,
suatu relasi, atau suatu yang
dihasilkan dalam interaksi,
mencapai suatu metodologi
yang jelas, misalnya sebagai
yang sesungguhnya atau
semu, objektif atau subjektif,
dan lain lain”.
Dari beberapa pendapat ahli
nyata dibandingkan dengan kondisi
yang sesungguhnya, dimana kondisi
ini dipengaruhi oleh peralihan dari
era
mekanik
sehingga
ke
realitas
era
teknologi,
media
seakan
menjadi realitas sesungguhnya atau
bahkan
individu
dapat
menjadi
individu yang baru sesuai dengan
yang dikehendakinya.
dapat
METODE PENELITIAN
Sesuai
masalah
dengan
dan
etnometodologi
rumusan
tujuan
penelitian,
penelitian ini menggunakan meteode
penelitian
etnometodologi.
Etnometodologi
adalah
penelitian
empirik mengenai metode-metode
yang
digunakan
individu
untuk
memaknai sekaligus melaksanakan
kegiatan
sehari-harinya:
berkomunikasi,
di
mengambil
keputusan, penalaran (Coulon, 2004:
28).
ambil
bahwa
merupakan
jenis
penelitian empirik yang digunakan
individu
untuk
memahami
dan
menjelaskan atas pemahaman subyek
tentang dunia mereka.
Data dan Sumber Data
Data Primer
data
primer
kuisioner
dan
diperoleh
melalui
wawancara
yang
berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti, Kuisioner digunakan untuk
mengetahui kondisi cyberbullying
yang terjadi di lingkungan peserta
Etnometodologi
Coulon,
diutarakan
(2004:49)
seperti
Zimmerman
dalam
yang
(1976)
adalah berurusan dengan :
“mengkaji ulasan tentang
dunia sosial yang dilakukan
para
anggota
sebagai
pelaksanaan dalam situasi,
bukan sebagai penanda dari
yang
sedang
terjadi.
Perhatian
etnometodologi
didik SMAN Negeri 2 Surakarta.
Wawancara pada informan kunci
(key informan) yaitu peserta didik
SMA Negeri 2 Surakarta yang
memiliki
pengalaman
mengenai
cyberbullying, baik secara parsial
maupun penuh. Wawancara pada
informan pendukung yaitu guru BK
(Bimbingan Konseling) dan rekan
informan
kunci
yang
dapat
penarikan sample besar (Nazir 2003 :
memberikan informasi tambahan.
275) .
Data Sekunder
Teknik Pengumpulan Data
Data
sekunder
dimanfaatkan
dapat
untuk
Teknik
pengumpulan
data
menguji,
yang digunakan dalam penelitian ini
menafsirkan maupun meramalkan
ada dua yaitu teknik pengumpulan
tentang masalah penelitian. Data
data primer dan pengumpulan data
sekunder yang digunakan dalam
bantu. Pengumpulan data primer
penelitian ini meliputi: a). Berita di
dengan kuisioner dan wawancara,
media elektronik, terutama yang
Kuisioner yang dibagikan digunakan
terkait
untuk mengetahui kondisi ada atau
dengan
persoalan
cyberbullying. b). Literatur yang
tidaknya
relevan
penelitian,
yang terjadi di lingkungan peserta
meliputi buku, artikel jurnal, dan
didik. Kuisioner dibagikan secara
laporan
bebas dan tidak terikat kelas maupun
dengan
tema
penelitian
yang
pernah
dilaksanakan.
Penentuan subjek penelitian,
peneliti
menggunakan
teknik
perlakuan
gender,
kuisioner
kepada
peserta
cyberbullying
ini
didik
dibagikan
saat
jam
istirahat untuk mengisikan kuisoner
snowball, dengan teknik snowball
tersebut.
sampling diharapkan informan dapat
wawancara
merujuk peneliti kepada orang lain
langsung penentuan subjek penelitian
yang lebih berpotensi berpartisipasi
dilihat dari hasil angket yang mana
atau berkontribusi kepada peneliti.
pernah mengalami bullying di sosial
Dalam menentukan besaran subjek
media.
penelitian ini menggunakan desain
informan
sequential sampling, dimana mula-
fleksibel bagi subjek penelitian, saat
mula ditarik dari sampel kecil secara
waktu istirahat di lobi kelas.
random
dan
dianalisis,
untuk
Pada
sample
pelajaran
lebih
besar.
Analisis sampel kecil menentukan
dengan
ini
secara
mewawancarai
waktu
yang
Wawancara pada informan
pendukung
yang
dilakukan
peneliti
menentukan apakah perlu ditarik
lain
penelitian
yakni
bimbingan
guru
mata
konseling
dilaksanakan pada saat guru mata
pelajaran tidak ada jam mengajar di
Validitas
data
dalam
dengan
mencari
kelas. Penentuan subjek penelitian
penelitian
ini
diawali dengan memilih subjek yang
hubungan
simetris
pernah
Menurut Nazir hubungan simetris
mengalami
kasus
cyberbullying.
antar
subjek.
bisa berbentuk indikator dari sebuah
Pengumpulan data bantu atau
konsep yang dapat terjadi jika 1.
data sekunder yang dimaksud adalah
Merupakan akibat dari suatu faktor
data-data
yang berupa dokumen
yang sama; 2. Merupakan indikator
berisi data pendukung penelitian.
dari sebuah konsep yang sama; 3.
Penggunaan
jurnal
Hubungan yang terjadi disebabkan
digunakan karena referensi tentang
oleh kebetulan saja (Nazir 2003:
cyberbullying
361) Dalam penelitian ini validitas
pustaka
ini
masih
kurang
dalam buku cetak yang ada di
data
lingkungan
kesamaan subjek dimana masing-
UNS,
sehingga
data
dengan
melihat
kondisi
pendukung berupa referensi jurnal
masing subjek
pernah mengalami
sangat dibutuhkan dalam penelitian
kondisi bullying di sosial media.
ini.
HASIL PENELITIAN
Teknik Analisis Data
Deskripsi Temuan Data Penelitian
Dalam penelitian kualitatif
validitas data sangatlah penting,
karena penelitian kualitatif hanya
peduli dengan validitas data (Afrizal,
2014 : 167). Uji validitas adalah cara
untuk menunjukkan bagaimana data
dan informasi yang telah diperoleh
itu dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Banyak teknik yang
dapat digunakan Peneliti mengambil
teknik triangulasi sebagai alat untuk
menunjukkan
kesahihan data.
keabsahan
dan
Berdasarkan
tersebut,
perlakuan
temuan
yang
data
paling
sering digunakan untuk membuli
orang lain melalui media sosial
adalah dengan memberikan julukan
dan mengunggah foto/video tentang
orang lain.
melakukan
menerima cyberbullying tidak jauh
cyberbullying terdapat banyak media
berbeda dengan media sosial yang
sosial yang digunakan oleh pelaku.
digunakan pelaku untuk memberikan
Berbagai jenis media sosial yang
perlakuan cyberbullying. Dalam hal
digunakan tersebut
ini responden menerima perlakuan
Dalam
dapat
dilihat
cyberbullying
seperti diagram di bawah ini:
paling
banyak
menggunakan aplikasi sosial media
BBM
dan
paling
sedikit
menggunakan sosial media path.
cyberbullying
Pelaku
di
kalangan pelajar di lakukan dari
berbagai
kalangan.
Untuk
mengetahui siapa saja yang menjadi
Sosial media yang digunakan
responden
untuk
memberikan
perlakuan bullying melalui sosial
media paling banyak pada aplikasi
sosial
media
BBM,
sedangkan
pelaku cyberbullying di kalangan
pelajar SMAN 2 Surakarta dapat
dilihat pada diagram di bawah ini:
kakak
adik
kelas
kelas
aplikasi sosial media yang paling
teman
kelas
jarang digunakan untuk memberikan
perlakuan
bullying
orang
tak
dikenal
teman
dekat
meruapakan
aplikasi sosial media Path.
Pelaku
banyak
adalah
bullying
teman
paling
dekat
sementara pelaku bullying paling
sedikit diterima dari adik kelas.
Teman dekat memiliki kemungkinan
paling besar dalam memberikan
Dari gambar diatas media
sosial
yang
digunakan
untuk
perlakuan
bullying dalam
sosial
media karena mereka sudah saling
mengenal dan memiliki account
Kondisi Cyberblluying Yang Terjadi
sosial media dari masing masing
Di Lingkungan Peserta Didik.
Peserta didik di lingkungan
pengguna.
Perlakuan cyberbullying yang
SMAN
2
terjadi tentu saja akan menimbulkan
kondisi
cyberbullying.
berbagai respon yang diberikan oleh
ditunjukkan dari hasil angket dimana
korbannya. Berbagai respon yang
terdapat
diberikan oleh korban cyberbullying
pelaku, korban sekaligus pelaku dan
tersebut dapat dilihat pada diagram
korban cyberbullying.
beberapa
mengalami
Hal
ini
yang menjadi
Cyberbullying dilakukan dan
di bawah ini:
diterima
5%
marah
sedih
28%
34%
18%
10%
Surakarta
5%
depresi
tertekan
peserta
didik
melalui
berbagai aplikasi media sosial yang
terdapat di dalam smartphone. Media
sosial yang paling sering digunakan
acuh / biasa
subjek penelitian dalam melakukan
galau
maupun menerima bullying adalah
aplikasi
Blackberry
Messenger
Berdasarkan diagram tersebut
(BBM). Sedangkan media sosial
dapat dilihat jika respon paling
yang paling sedikit/jarang digunakan
umum yang diberikan oleh korban
subjek penelitian dalam melakukan
atas perlakuan cyberbullying yang
maupun menerima bullying adalah
diterimanya adalah acuh / biasa saja.
aplikasi Path.
Respon tersebut diberikan dengan
Terdapat
beranekaragam
harapan agar perlaku cyberbulling
respon yang diberikan oleh korban
tidak melanjutkan tindakannya.
dalam
menghadapi
perlakuan
Secara rinci hasil temuan
cyberbullying. Respon paling umum
penelitian yang didapatkan melalui
yang diberikan korban adalah dengan
wawancara
bersikap acuh. Hal ini dimaksudkan
dan
angket
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
agar pelaku bullying menghentikan
dan tidak mengulangu perlakuan
bullyingnya.
Intensitas
Penggunaan
Sosial
tergantung beberapa intensif mereka
menggunakan smartphone mereka
Media
Penggunaan Smartphone erat
kaitannya
dengan
data
Smartphone
tidak
lagi
smartphone
Penggunaan
seluler
internet untuk penggunaan berbagai
aplikasi.
untuk on-line
dapat
memberikan dampak bagi
pengguna,
dengan
berbagai
digunakan sebagai komunikasi tetapi
kemudahan
juga sebagai sarana hiburan dan
penyedia layanan aplikasi sebagian
edukasi.
dari mereka tidak bisa terlepas dari
Berbagai
macam
aplikasi
sosial media tersedia di play store
yang diberikan oleh
keberadaan
smartphone
untuk
keperluan sehari-hari.
dan dengan mudah di download.
Keberadaan smartphone yang
Peserta didik hanya mendownload
sulit
aplikasi sosial media, photo editor,
dirasa memberikan dampak baik itu
dan video editor. Aplikasi sosial
dampak positif maupun negatif yang
media tersebut seperti BBM, Line,
memang sudah dirasakan oleh setiap
dan Path. Namun pemilihan aplikasi
penggunanya,
sosial media sesuai dengan keinginan
mengeluarkan uang lebih dengan
dan
berdasar intensitas penggunaan dari
kebutuhan
smartphone
informan
dari
sendiri,
tidak
pemilik
salah
tertarik
satu
untuk
Untuk menjalankan aplikasi
sosial
media
yang
hampir
dari
penggunanya
seperti
harus
masing-masing pengguna.
Pelaku Cyberbullying
Pelaku cyberbullying yang
menggunakan aplikasi BBM karena
menurutnya BBM membosankan.
terlepas
didapatkan dari data primer dalam
penelitian ini menunjukkan pelaku
49,7%
merupakan
teman
dekat,
keseluruhan aplikasinya berbasis on-
38,5% teman kelas, 2,6% adik kelas,
line responden memaparkan jumlah
5,1%
penggunaan data yang tidak menentu
merupakan orang yang tidak dikenal.
pada
setiap
smartphone
kakak
kelas
dan
5,1%”
yang
Teman dekat menjadi orang
dimilikinya. Penggunaan data seluler
yang lebih intensif berhubungan
dari masing-masing individu berbeda
secara on-line dengan korban atau
penerima perlakuan bullying. Karena
Setiap Individu yang menjadi
cyberbullying
masing-masing dari individu yang
pelaku
menjadi korban dan pelaku sudah
memberikan alasan yang berbeda-
saling
beda tergantung dari kondisi yang
mengenal
dan
memiliki
account dari kedua belah pihak.
bullying
Perlakun
dapat
ada dalam kehidupan sehari-hari,
yang
yang mana hal ini dimaksudkan apa
diberikan kepada teman dekat lebih
yang dilakukan dalam sosial media
bullying
kepada
yang
tidak
menjadi perpanjangan perlakuan dari
memberikan dampak mendalam pada
apa yang ada dalam kehidupan
korban yang dituju.
sehari-hari.
Sedangkan alasan masingmasing orang melakukan bullying di
Korban dan Media Cyberbullying
Undang-Undang
No.
21
sosial media tidak hanya karena ada
Tahun 2007, Pasal 1 angka 3
suatu hal yang dimaksudkan dengan
menyebutkan
jelas tujuan dari bullying itu sendiri.
seseorang
Alasan orang untuk membuli orang
penderitaan psikis, mental, fisik,
lain bisa saja karena membalas
seksual, ekonomi, dan/atau sosial
perlakuan, dan ataupu hanya ingin
yang diakibatkan oleh TPPO.
melampiaskan rasa yang ada pada
:
Korban
yang
adalah
mengalami
Korban juga dapat diartikan
orang yang secara perseorangan atau
dirinya.
Setiap orang memiliki alasan
kelompok
yang bebas dengan sosial media yang
merugikan
Ia miliki, perlakuan bullying di sosial
menyenangkan baik fisik, mental
media seringkali menjadi perlakuan
maupun emosional.
bullying tahap lanjut dari bullying
menerima
dan
perlakuan
atau
tidak
Aplikasi sosial media yang
dengan
merupakan sarana komunikasi dan
bertatap muka langsung), perlakuan
sarana berbagi informasi dalam hal
buli yang terjadi waktu di kelas
ini bisa saja menjadi arena untuk
maupun di sekolah bisa menjadi
perlakuan cyberbullying. Perlakuan
bahan bullying di sosial media di
yang diterima bisa saja berupa teks
waktu luar jam sekolah.
dalam bentuk komentar, maupun foto
konvensional
(bullying
yang diunggah dalam laman sosial
dari duplikasi, sehingga perbedaan
media tertentu dengan maksud untuk
antara
memberikan tindakan negatif. Media
menjadi kabur. Dalam ruang ini tidak
yang digunakan dalam perlakuan
dapat lagi dikelani mana yang asli
cyberbullying
dalam
dan mana yang palsu, mana hasil
bentuk tulisan komentar maupun
produksi dan mana hasil reproduksi,
gambar dan ataupun foto yang
mana objek dan mana subjek, atau
diunggah melalui aplikasi sosial
mana penanda dan mana petanda.
media yang ada.
(Hidayat, 2012: 75).
umumnya
Bentuk kemajuan teknologi
duplikasi
sekarang
sebelumnya
dipisahkan
hanya
menggunakan teks
melalui
namun
ini
sekarang
sms,
bullying
yang
asli
Kehidupan sehari-hari yang
memberi dampak perbedaan dimana
bullying
dan
seakan
tidak
dari
bisa
penggunaan
smartphone membuat perilaku dari
pengguna
berubah,
sebelumnya
dilakukan tidak hanya menggunakan
sesorang
teks,
dapat
saudara ataupun rekan diharuskan
menggunakan foto dan video melalui
bertemu secara konvensional dengan
media aplikasi sosial media sesuai
bertatap
dengan perkembangan teknologi.
membicarakan
Simulakra
Hiperrealitas
dimudahkan dengan adanya berbagai
Dalam Cyberbullying yang Terjadi
aplikasi, mulai dari kebutuhan hanya
Di Kalangan Peserta Didik SMAN
untuk berkirim pesan berupa teks,
2 Surakarta.
hingga berbagi foto maupun video ke
namun
dan
Simulakra
juga
muka
bertemu
dengan
langsung
sesuatu
untuk
sekarang
ruang
sosial media masing-masing hingga
realitas yang oleh proses reduplikasi
saat ini sudah banyak penyedia fitur
dan daur ulang berbagi fragmen
paggilan video.
kehidupan
adalah
untuk
yang berbeda (dalam
Candaan,
gurauan
hingga
wujud komoditas citra, fakta, tanda,
perasaan marah pun seakan bisa di
serta kode yang silang sengkarut),
wakilkan oleh sebuah emoticon yang
dalam satu dimensi. Simulakra tidak
sudah tersedia di sosial media. Selain
memiliki acuan, ia adalah duplikasi
itu perilaku membuli orang yang
dengan
media bersifat bebas, dan prifasi
perlakuan fisik maupun celaan secara
dapat di atur sesuai dengan keinginan
langsung sekarang bisa digantikan
pengguna.
sebelumnya
dilakukan
Baudrillard
melalui teks dan emoticon maupun
menyatakan
gambar yang dikirim melalui aplikasi
bahwa realitas kebudayaan dewasa
sosial media.
ini tengah merajalela sebuah gejala
Baudrillard, mendeskripsikan
lahirnya realitas-realitas buatan yang
dunia postmodern sebagai dunia
bahkan lebih nyata dibanding realitas
yang dicirikan oleh simulasi: kita
yang sebenarnya. Ia menyebut gejala
hidup di “zaman simulasi” … Proses
itu sebagai hiperealitas. (Hidayat,
simulasi mengarah pada penciptaan
2012 : 91).
simulacra atau “reproduksi objek
atau peristiwa” (Ritzer, 2012: 1087)
Perlakuan
yang
dilakukan
Perlakuan
yang
diterima
korban atas pengguna sosial media
lain,
dirasa
memberi
dampak
secara langsung dalam kehidupan
langsung dalam kehidupan korban,
sehari-hari diciptakan ulang dalam
seperti pernyataan Nazmi di atas
kehidupan sosial media, dimana
hingga
melakukan
sosial
sebagai
bentuk
media
reproduksi
menjadi
ruang
bullying.
peristiwa
Cyberbullying dapat terjadi karena di
internet
semua
‘menyembunyikan’
orang
prifat
akun
melebih-lebihkan
tanggapan orang lain yang ada dalam
sosial media yang Ia miliki.
Baudruillard
bisa
identitasnya,
mendeskripsikan dunia ini sebagai
sehingga mereka dengan mudah
hiperrealitas. Sebagai contoh, media
mencaci
telah berhenti dari menjadi pantulan
maki
tanpa
merasa
realitas, tetapi menjadi relitas itu
bersalah.
Menurut
Utami
Sebuah
sendiri, atau bahkan lebih nyata dari
tindakan dapat dikatakan sebagai
realitas
bullying apabila memenuhi tiga hal.
kebohongan
Yakni ada korban, ada pelaku dan
mereka jual pada pemirsa terasa
ada
(Rukhan,
lebih dari realitasnya – mereka
Parenting 2015). Karena akun sosial
adalah hiperrealitas (Ritzer, 2012
yang
menonton
itu
sendiri.
dan
distorsi
Karena
yang
:1088). Tanggapan yang dilebih-
Sosial
media
digunakan
lebihkan dalam penggunaan sosial
sebagai sarana bullying yang terjadi
media
ter-reproduksi melalui media yang
dapat
dianggap
sebagai
simulakra yang ter hipperealitas.
dirasakan secara berlebihan bagi
Realitas yang terjadi dalam
pengguna sosial media, sehingga
sosial media merupakan reduplikasi
dampak
dari peristiwa seringkali ditanggapi
sangat nyata dan dapat dianggap
dengan berlebihan. Dampak yang
lebih
diterima responden setelah mendapat
bullying yang didapatkan secara
perlakuan cyberbullying ini dianggap
langsung. Sehingga dalam peristiwa
lebih nyata daripada berbicara secara
ini tidak dapat lagi dibedakan Antara
langsung. Dalam kehidupan sehari-
mana perlakuan asli dan mana yang
hari mungkin orang yang tidak kenal
palsu.
akan merasa sungkan atau tidak akan
yang
nyata
didapatkan
daripada
Korban
dirasa
perlakuan
dari
perlakuan
cyberbullying
melontarkan kalimat celaan kepada
tindakan
orang lain yang tidak Ia kenalnya,
umumnya memberikan respon hanya
namun dalam sosial media, setiap
menerima perlakuan dari pelaku.
orang yang memiliki akun sosial
Bentuk penerimaan perlakuan yang
media
bebas
terjadi antara lain. Korban yang
memberikan tanggapan kepada orang
hanya menerima perlakuan dan ada
lain yang bahkan tidak dikenalnya
pula
dalam kehidupan sehari-hari.
balasan perlakuan yang sama dengan
dapat
Sosial
secara
media,
dibalik
korban
yang
pada
memberikan
apa yang diberikan pelaku.
keriuhannya ternyata juga menyimpa
Korban cyberbullying bisa
sisi kelam. Salah satunya adalah
pula menjadi pelaku tindakan ketika
adanya
cyberbullying.
ini
korban
saling
mengenal
dengan
dimungkinkan karena di internet
pelaku.
dan
keteraturan
antara
semua orang bisa ‘meyembunyikan
korban dengan pelaku tidak bisa
identitasnya,
mereka
dibatasi, dalam kondisi ini pelaku
mudah
juga bisa menjadi korban dan korban
dengan
bebas
sehingga
dengan
Hal
mencaci tanpa merasa bersalah.
bisa pula menjadi pelaku.
mengarahkan
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian dapat
penggunaan
smartphone pada saat jam pelajaran
ditarik kesimpulan terdapat kondisi
DAFTAR PUSTAKA
cyberbullying
Afrizal. (2014). Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo
yang
terjadi
dikalangan peserta didik dimana
terdapat pelaku, pelaku sekaligus
korban dan korban cyberbullying.
Alasan pelaku dalam melakukan
cyberbullying
umumnya
hanya
alasan pribadi yang tidak mendasar.
cyberbullying
Korban
menanggapi
perlakuan
dalam
umumnya
adalah acuh, hal ini dimaksudkan
agar
pelaku
tidak
memberikan
umpan balik secara terus-menerus.
Respon korban yang berlebihan dan
atau
menanggapi
secara
terus
menerus akan memberikan dampak
psikis pada korban, baik secara
langsung maupun tidak langsung
dapat memberikan dampak pada
kehidupan sehari-hari bagi peserta
didik.
Saran yang dapat diberikan
peneliti berdasarkan hasil penelitian
utamanya bagi peserta didik dalam
menanggapi
kasus
cyberbullying
adalah agar selalu terbuka baik
dengan teman akrab maupun pada
pihak pendidik di sekolah. Pihak
sekolah diharapakan pula mampu
Coulon,
Alan.
(2004).
Etnometodologi.
Mataram
:
Yayasan Lengge
Flourensia Sapty Rahayu. (2012).
Cyberbullying Sebagai Dampak
Negatif Penggunaan Teknologi
Informasi.
Journal
of
Information System. 8 (1), 22-31
Freinberg, Ted and Nicole Robey.
(2009).
Cyberbullying
:
Intervention and Prevention
Strategies.
NASP
National
Association
Of
School
Psychologists – Communique. 38
(4), 22-24
Karina Ayu Ningtyas. (2012)
Hubungan
Antara
Pola
Penggunaan Situs Jejaring Sosial
Facebook dengan Kerentanan
Victimisasi Cyber Harrasment
Pada Anak. Jakarta: Universtitas
Indonesia.
Mehdy Aginta Hidayat. (2012)
MENGGUGAT
POSMODERNISME: Mengenali
Rentang
Pemikiran
Posmodernisme
Jean
Baudrillard.
Yogyakarta
:
Jalasutra
Nazir, Mohammad. (2003). Metode
Penelitian. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Ritzer, George. (2012) Teori
Sosiologi Dari Sosiologi Klasik
Sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
(ETNOMETODOLOGY STUDY INVOLVING STUDENTS OF SMAN 2
SURAKARTA)
Muhamad Najib Shofy1), Siti Rochani 2), Sigit Pranawa3)
1)
Education Program of Sociology-Anthropology, FKIP UNS,e-mail:
najibshofy@gmail.com
2)
Education Program of Sociology-Anthropology, e-mail: srochani13@ymail.com
3)
Education Program of Sociology-Anthropology,FKIP UNS,e-mail:
sigit_pranawa@yahoo.com
Education Program of Sociology-Anthropology
Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University
ABSTRACT
This study aims to determine the cyberbullying problems among the
students. This research is conducted by qualitative approach with the use of
simulacra and hyperreality to analyze the occurrence of cyberbullying among the
students. Cyberbullying that occurred in SMAN 2 Surakarta is indicated by the
findings of the research showing the existence of subject, victim as well as
subject, and the victims itself. Victims who giving responds to certain forms of
cyberbullying will get psychological effects and also the daily life of the students.
In facing of the cyberbullying, victims are expected to always be opened, both
with close friends and school educators. The school is expected to direct well the
use of smartphones during school hours.
Key words: Cyberbullying, Victims, Students.
CYBERBULLYING DI KALANGAN PESERTA DIDIK
(STUDI ETNOMETODOLOGI DI KALANGAN PESERTA DIDIK
SMA 2 KOTA SURAKARTA)
Muhamad Najib Shofy1), Siti Rochani 2), Sigit Pranawa3)
1)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail: najibshofy@gmail.com
2)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail: srochani13@ymail.com
3)
Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP UNS, e-mail:
sigit_pranawa@yahoo.com
Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan cyberbullying yang
terjadi di kalangan peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitan kualitatif dengan menggunakan teori simulakra dan hiperrelitas untuk
menganalisis terjadinya cyberbullying yang terjadi di kalangan peserta didik.
Cyberbullying terjadi di SMAN 2 Kota Surakarta ditunjukkan dengan adanya
temuan penelitian yang menunjukkan adanya pelaku, korban sekaligus pelaku dan
hanya menjadi korban. Korban yang memberikan respon terhadap bentuk
cyberbullying tertentu akan menimbulkan dampak psikis dan kehidupan seharihari peserta didik. Dalam menghadapi cyberbullying korban diharapkan selalu
terbuka baik dengan teman akrab maupun pada pihak pendidik di sekolah. Pihak
sekolah diharapkan bisa mengarahkan penggunaan smartphone pada saat jam
pelajaran.
Kata kunci : cyberbullying, korban, peserta didik
pengaruh dalam kegiatan belajar
PENDAHULUAN
Perkembangan era teknologi
informasi
kehidupan
saat
ini
memudahkan
sehari-hari
masyarakat
umum
berkomunikasi
dan
baik
bagi
untuk
melakukan
pekerjaan. Dalam dunia pendidikan
teknologi
informasi
memberikan
mengajar di kelas. Mudahnya akses
informasi
dapat
kemudahan
bagi
memberikan
guru
maupun
peserta didik untuk mencari dan
menemukan materi belajar.
Komunikasi
media
seringkali
digunakan
untuk
melalui
sosial
tidak
hanya
berkomunikasi
secara positif, namun juga dapat
kondisi seperti inilah yang malah
digunakan untuk perlakuan tidak
membuat maraknya cyberbullying di
Cyberbullying
menyenangkan.
kalangan peserta didik.
adalah perlakuan dimana seseorang
diintimidasi,
diintimidasi
diejek
atau
dihina,
dipermalukan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
dan
mengkaji
(1)
Kondisi cyberbullying yang terjadi di
melalui media internet, teknologi
kalangan
digital atau telepon seluler.
Bagaimana cyberbullying dilakukan;
cyberbullying
Kasus
peserta
didik;
(2)
pada
(3) Bagaimana korban merespon
kalangan peserta didik seringkali
tindakan cyberbullying yang mereka
dilakukan
alami; dan (4) Bagaimana dampak
pada
saat
berada
di
lingkungan sekolah, namun tidak
yang
jarang pula hal ini dilakukan di luar
cyberbullying.
lingkungan sekolah. cyberbullying
ini
kerap
terjadi.
55%
siswa
mengatakan
cyberbullying
terjadi
pada
saat
mereka
berada
lingkungan
sekolah
dan
mengatakan
cyberbullying
dialami
oleh
korban
Freinberg dan Robey (2009 :
10) mengatakan:
“…cyberbullying
involves
di
sending or posting harmful or
45%
cruel text and/or images using
terjadi
Internet
or
other
digital
pada saat mereka berada di luar
communication device, such as
lingkungan sekolah. (Rahayu, 2012 :
cell phones. Cyberbullying may
25).
occur on personal website or it
didik
may be transmitted via e-mail,
terhadap cyberbullying ini masih
social networking sites, chat
sangat kurang, seringkali apa yang
rooms, message board, instant
dilakukan oleh para peserta didik ini
messaging, or cell phones.
yang secara tidak sadar adalah
Cyberbullying
Pengetahuan
peserta
cyberbullying
occurs
most
mereka
often when children at home,
sedemikian
but it can also take place
sebagai kondisi yang biasa saja dan
during scholl. To their credit,
tidak menimbulkan apapun. Namun
many scholl have good use of
perlakuan
menganggap
kondisi
filtering software that can often
lagi dikelani mana yang asli dan
prevent
mana
cyberbullies
from
yang
palsu,
mana
hasil
utilizing scholl computers to
produksi dan mana hasil reproduksi,
buly other students”
mana objek dan mana subjek, atau
Cyberbullying
biasanya
dilakukan oleh orang yang sudah
mana penanda dan mana petanda.
(Hidayat, 2012: 75)
Simulakra
dikenal korban di dunia nyata, atau
dapat
diartikan
ada
sebagai ruang yang dapat menjadi
kemungkinan cyberbullying adalah
reduplikasi atas reproduksi suatu
perpanjangan
objek atau peristiwa, saat reduplikasi
dapat
dikatakan
bahwa
dari
tradisional
bullying (Ningtyas, 2012: 36).
Perlakuan cyberbullying tidak
perbedaan yang asli dan yang palsu
menjadi kabur, karena reduplikasi
melukai
dalam
simulakra
seseorang secara langsung, namun
acuan,
karena
perlakuan ini seringkali dimaksudkan
merupakan duplikasi dari duplikasi.
untuk menyakiti seseorang secara
Hiperrealitas
dimaksudkan
psikis
sehingga
untuk
orang
tidak
hasil
memiliki
reduplikasi
Hiperrealitas adalah sebuah
tersebut
menjadi malu dan tersudutkan.
gejala dimana banyak bertebaran
Simulakra
realitas-realitas
buatan
bahkan
Baudrillard, mendeskripsikan
nampak lebih real dibanding realitas
dunia postmodern sebagai dunia
sebenarnya… (Hidayat, 2012: 90).
yang dicirikan oleh simulasi: kita
Baudrillard
hidup di “zaman simulasi” … Proses
realitas
simulasi mengarah pada penciptaan
tengah
simulacra atau “reproduksi objek
lahirnya realitas-realitas buatan yang
atau peristiwa” (Ritzer, 2012: 1087).
bahkan lebih nyata dibanding realitas
menyatakan
kebudayaan
merajalela
bahwa
dewasa
sebuah
ini
gejala
memiliki
yang sebenarnya. Ia menyebut gejala
acuan, ia adalah duplikasi dari
itu sebagai hiperealitas. (Hidayat,
duplikasi, sehingga perbedaan antara
2012: 91)
Simulakra
tidak
duplikasi dan yang asli menjadi
kabur. Dalam ruang ini tidak dapat
Hiperrealitas
merupakan
kondisi buatan yang dirasa lebih
secara umum adalah untuk
menjelaskan
tentang
bagaimana
ulasan,
atau
deskripsi suatu kejadian ,
suatu relasi, atau suatu yang
dihasilkan dalam interaksi,
mencapai suatu metodologi
yang jelas, misalnya sebagai
yang sesungguhnya atau
semu, objektif atau subjektif,
dan lain lain”.
Dari beberapa pendapat ahli
nyata dibandingkan dengan kondisi
yang sesungguhnya, dimana kondisi
ini dipengaruhi oleh peralihan dari
era
mekanik
sehingga
ke
realitas
era
teknologi,
media
seakan
menjadi realitas sesungguhnya atau
bahkan
individu
dapat
menjadi
individu yang baru sesuai dengan
yang dikehendakinya.
dapat
METODE PENELITIAN
Sesuai
masalah
dengan
dan
etnometodologi
rumusan
tujuan
penelitian,
penelitian ini menggunakan meteode
penelitian
etnometodologi.
Etnometodologi
adalah
penelitian
empirik mengenai metode-metode
yang
digunakan
individu
untuk
memaknai sekaligus melaksanakan
kegiatan
sehari-harinya:
berkomunikasi,
di
mengambil
keputusan, penalaran (Coulon, 2004:
28).
ambil
bahwa
merupakan
jenis
penelitian empirik yang digunakan
individu
untuk
memahami
dan
menjelaskan atas pemahaman subyek
tentang dunia mereka.
Data dan Sumber Data
Data Primer
data
primer
kuisioner
dan
diperoleh
melalui
wawancara
yang
berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti, Kuisioner digunakan untuk
mengetahui kondisi cyberbullying
yang terjadi di lingkungan peserta
Etnometodologi
Coulon,
diutarakan
(2004:49)
seperti
Zimmerman
dalam
yang
(1976)
adalah berurusan dengan :
“mengkaji ulasan tentang
dunia sosial yang dilakukan
para
anggota
sebagai
pelaksanaan dalam situasi,
bukan sebagai penanda dari
yang
sedang
terjadi.
Perhatian
etnometodologi
didik SMAN Negeri 2 Surakarta.
Wawancara pada informan kunci
(key informan) yaitu peserta didik
SMA Negeri 2 Surakarta yang
memiliki
pengalaman
mengenai
cyberbullying, baik secara parsial
maupun penuh. Wawancara pada
informan pendukung yaitu guru BK
(Bimbingan Konseling) dan rekan
informan
kunci
yang
dapat
penarikan sample besar (Nazir 2003 :
memberikan informasi tambahan.
275) .
Data Sekunder
Teknik Pengumpulan Data
Data
sekunder
dimanfaatkan
dapat
untuk
Teknik
pengumpulan
data
menguji,
yang digunakan dalam penelitian ini
menafsirkan maupun meramalkan
ada dua yaitu teknik pengumpulan
tentang masalah penelitian. Data
data primer dan pengumpulan data
sekunder yang digunakan dalam
bantu. Pengumpulan data primer
penelitian ini meliputi: a). Berita di
dengan kuisioner dan wawancara,
media elektronik, terutama yang
Kuisioner yang dibagikan digunakan
terkait
untuk mengetahui kondisi ada atau
dengan
persoalan
cyberbullying. b). Literatur yang
tidaknya
relevan
penelitian,
yang terjadi di lingkungan peserta
meliputi buku, artikel jurnal, dan
didik. Kuisioner dibagikan secara
laporan
bebas dan tidak terikat kelas maupun
dengan
tema
penelitian
yang
pernah
dilaksanakan.
Penentuan subjek penelitian,
peneliti
menggunakan
teknik
perlakuan
gender,
kuisioner
kepada
peserta
cyberbullying
ini
didik
dibagikan
saat
jam
istirahat untuk mengisikan kuisoner
snowball, dengan teknik snowball
tersebut.
sampling diharapkan informan dapat
wawancara
merujuk peneliti kepada orang lain
langsung penentuan subjek penelitian
yang lebih berpotensi berpartisipasi
dilihat dari hasil angket yang mana
atau berkontribusi kepada peneliti.
pernah mengalami bullying di sosial
Dalam menentukan besaran subjek
media.
penelitian ini menggunakan desain
informan
sequential sampling, dimana mula-
fleksibel bagi subjek penelitian, saat
mula ditarik dari sampel kecil secara
waktu istirahat di lobi kelas.
random
dan
dianalisis,
untuk
Pada
sample
pelajaran
lebih
besar.
Analisis sampel kecil menentukan
dengan
ini
secara
mewawancarai
waktu
yang
Wawancara pada informan
pendukung
yang
dilakukan
peneliti
menentukan apakah perlu ditarik
lain
penelitian
yakni
bimbingan
guru
mata
konseling
dilaksanakan pada saat guru mata
pelajaran tidak ada jam mengajar di
Validitas
data
dalam
dengan
mencari
kelas. Penentuan subjek penelitian
penelitian
ini
diawali dengan memilih subjek yang
hubungan
simetris
pernah
Menurut Nazir hubungan simetris
mengalami
kasus
cyberbullying.
antar
subjek.
bisa berbentuk indikator dari sebuah
Pengumpulan data bantu atau
konsep yang dapat terjadi jika 1.
data sekunder yang dimaksud adalah
Merupakan akibat dari suatu faktor
data-data
yang berupa dokumen
yang sama; 2. Merupakan indikator
berisi data pendukung penelitian.
dari sebuah konsep yang sama; 3.
Penggunaan
jurnal
Hubungan yang terjadi disebabkan
digunakan karena referensi tentang
oleh kebetulan saja (Nazir 2003:
cyberbullying
361) Dalam penelitian ini validitas
pustaka
ini
masih
kurang
dalam buku cetak yang ada di
data
lingkungan
kesamaan subjek dimana masing-
UNS,
sehingga
data
dengan
melihat
kondisi
pendukung berupa referensi jurnal
masing subjek
pernah mengalami
sangat dibutuhkan dalam penelitian
kondisi bullying di sosial media.
ini.
HASIL PENELITIAN
Teknik Analisis Data
Deskripsi Temuan Data Penelitian
Dalam penelitian kualitatif
validitas data sangatlah penting,
karena penelitian kualitatif hanya
peduli dengan validitas data (Afrizal,
2014 : 167). Uji validitas adalah cara
untuk menunjukkan bagaimana data
dan informasi yang telah diperoleh
itu dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Banyak teknik yang
dapat digunakan Peneliti mengambil
teknik triangulasi sebagai alat untuk
menunjukkan
kesahihan data.
keabsahan
dan
Berdasarkan
tersebut,
perlakuan
temuan
yang
data
paling
sering digunakan untuk membuli
orang lain melalui media sosial
adalah dengan memberikan julukan
dan mengunggah foto/video tentang
orang lain.
melakukan
menerima cyberbullying tidak jauh
cyberbullying terdapat banyak media
berbeda dengan media sosial yang
sosial yang digunakan oleh pelaku.
digunakan pelaku untuk memberikan
Berbagai jenis media sosial yang
perlakuan cyberbullying. Dalam hal
digunakan tersebut
ini responden menerima perlakuan
Dalam
dapat
dilihat
cyberbullying
seperti diagram di bawah ini:
paling
banyak
menggunakan aplikasi sosial media
BBM
dan
paling
sedikit
menggunakan sosial media path.
cyberbullying
Pelaku
di
kalangan pelajar di lakukan dari
berbagai
kalangan.
Untuk
mengetahui siapa saja yang menjadi
Sosial media yang digunakan
responden
untuk
memberikan
perlakuan bullying melalui sosial
media paling banyak pada aplikasi
sosial
media
BBM,
sedangkan
pelaku cyberbullying di kalangan
pelajar SMAN 2 Surakarta dapat
dilihat pada diagram di bawah ini:
kakak
adik
kelas
kelas
aplikasi sosial media yang paling
teman
kelas
jarang digunakan untuk memberikan
perlakuan
bullying
orang
tak
dikenal
teman
dekat
meruapakan
aplikasi sosial media Path.
Pelaku
banyak
adalah
bullying
teman
paling
dekat
sementara pelaku bullying paling
sedikit diterima dari adik kelas.
Teman dekat memiliki kemungkinan
paling besar dalam memberikan
Dari gambar diatas media
sosial
yang
digunakan
untuk
perlakuan
bullying dalam
sosial
media karena mereka sudah saling
mengenal dan memiliki account
Kondisi Cyberblluying Yang Terjadi
sosial media dari masing masing
Di Lingkungan Peserta Didik.
Peserta didik di lingkungan
pengguna.
Perlakuan cyberbullying yang
SMAN
2
terjadi tentu saja akan menimbulkan
kondisi
cyberbullying.
berbagai respon yang diberikan oleh
ditunjukkan dari hasil angket dimana
korbannya. Berbagai respon yang
terdapat
diberikan oleh korban cyberbullying
pelaku, korban sekaligus pelaku dan
tersebut dapat dilihat pada diagram
korban cyberbullying.
beberapa
mengalami
Hal
ini
yang menjadi
Cyberbullying dilakukan dan
di bawah ini:
diterima
5%
marah
sedih
28%
34%
18%
10%
Surakarta
5%
depresi
tertekan
peserta
didik
melalui
berbagai aplikasi media sosial yang
terdapat di dalam smartphone. Media
sosial yang paling sering digunakan
acuh / biasa
subjek penelitian dalam melakukan
galau
maupun menerima bullying adalah
aplikasi
Blackberry
Messenger
Berdasarkan diagram tersebut
(BBM). Sedangkan media sosial
dapat dilihat jika respon paling
yang paling sedikit/jarang digunakan
umum yang diberikan oleh korban
subjek penelitian dalam melakukan
atas perlakuan cyberbullying yang
maupun menerima bullying adalah
diterimanya adalah acuh / biasa saja.
aplikasi Path.
Respon tersebut diberikan dengan
Terdapat
beranekaragam
harapan agar perlaku cyberbulling
respon yang diberikan oleh korban
tidak melanjutkan tindakannya.
dalam
menghadapi
perlakuan
Secara rinci hasil temuan
cyberbullying. Respon paling umum
penelitian yang didapatkan melalui
yang diberikan korban adalah dengan
wawancara
bersikap acuh. Hal ini dimaksudkan
dan
angket
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
agar pelaku bullying menghentikan
dan tidak mengulangu perlakuan
bullyingnya.
Intensitas
Penggunaan
Sosial
tergantung beberapa intensif mereka
menggunakan smartphone mereka
Media
Penggunaan Smartphone erat
kaitannya
dengan
data
Smartphone
tidak
lagi
smartphone
Penggunaan
seluler
internet untuk penggunaan berbagai
aplikasi.
untuk on-line
dapat
memberikan dampak bagi
pengguna,
dengan
berbagai
digunakan sebagai komunikasi tetapi
kemudahan
juga sebagai sarana hiburan dan
penyedia layanan aplikasi sebagian
edukasi.
dari mereka tidak bisa terlepas dari
Berbagai
macam
aplikasi
sosial media tersedia di play store
yang diberikan oleh
keberadaan
smartphone
untuk
keperluan sehari-hari.
dan dengan mudah di download.
Keberadaan smartphone yang
Peserta didik hanya mendownload
sulit
aplikasi sosial media, photo editor,
dirasa memberikan dampak baik itu
dan video editor. Aplikasi sosial
dampak positif maupun negatif yang
media tersebut seperti BBM, Line,
memang sudah dirasakan oleh setiap
dan Path. Namun pemilihan aplikasi
penggunanya,
sosial media sesuai dengan keinginan
mengeluarkan uang lebih dengan
dan
berdasar intensitas penggunaan dari
kebutuhan
smartphone
informan
dari
sendiri,
tidak
pemilik
salah
tertarik
satu
untuk
Untuk menjalankan aplikasi
sosial
media
yang
hampir
dari
penggunanya
seperti
harus
masing-masing pengguna.
Pelaku Cyberbullying
Pelaku cyberbullying yang
menggunakan aplikasi BBM karena
menurutnya BBM membosankan.
terlepas
didapatkan dari data primer dalam
penelitian ini menunjukkan pelaku
49,7%
merupakan
teman
dekat,
keseluruhan aplikasinya berbasis on-
38,5% teman kelas, 2,6% adik kelas,
line responden memaparkan jumlah
5,1%
penggunaan data yang tidak menentu
merupakan orang yang tidak dikenal.
pada
setiap
smartphone
kakak
kelas
dan
5,1%”
yang
Teman dekat menjadi orang
dimilikinya. Penggunaan data seluler
yang lebih intensif berhubungan
dari masing-masing individu berbeda
secara on-line dengan korban atau
penerima perlakuan bullying. Karena
Setiap Individu yang menjadi
cyberbullying
masing-masing dari individu yang
pelaku
menjadi korban dan pelaku sudah
memberikan alasan yang berbeda-
saling
beda tergantung dari kondisi yang
mengenal
dan
memiliki
account dari kedua belah pihak.
bullying
Perlakun
dapat
ada dalam kehidupan sehari-hari,
yang
yang mana hal ini dimaksudkan apa
diberikan kepada teman dekat lebih
yang dilakukan dalam sosial media
bullying
kepada
yang
tidak
menjadi perpanjangan perlakuan dari
memberikan dampak mendalam pada
apa yang ada dalam kehidupan
korban yang dituju.
sehari-hari.
Sedangkan alasan masingmasing orang melakukan bullying di
Korban dan Media Cyberbullying
Undang-Undang
No.
21
sosial media tidak hanya karena ada
Tahun 2007, Pasal 1 angka 3
suatu hal yang dimaksudkan dengan
menyebutkan
jelas tujuan dari bullying itu sendiri.
seseorang
Alasan orang untuk membuli orang
penderitaan psikis, mental, fisik,
lain bisa saja karena membalas
seksual, ekonomi, dan/atau sosial
perlakuan, dan ataupu hanya ingin
yang diakibatkan oleh TPPO.
melampiaskan rasa yang ada pada
:
Korban
yang
adalah
mengalami
Korban juga dapat diartikan
orang yang secara perseorangan atau
dirinya.
Setiap orang memiliki alasan
kelompok
yang bebas dengan sosial media yang
merugikan
Ia miliki, perlakuan bullying di sosial
menyenangkan baik fisik, mental
media seringkali menjadi perlakuan
maupun emosional.
bullying tahap lanjut dari bullying
menerima
dan
perlakuan
atau
tidak
Aplikasi sosial media yang
dengan
merupakan sarana komunikasi dan
bertatap muka langsung), perlakuan
sarana berbagi informasi dalam hal
buli yang terjadi waktu di kelas
ini bisa saja menjadi arena untuk
maupun di sekolah bisa menjadi
perlakuan cyberbullying. Perlakuan
bahan bullying di sosial media di
yang diterima bisa saja berupa teks
waktu luar jam sekolah.
dalam bentuk komentar, maupun foto
konvensional
(bullying
yang diunggah dalam laman sosial
dari duplikasi, sehingga perbedaan
media tertentu dengan maksud untuk
antara
memberikan tindakan negatif. Media
menjadi kabur. Dalam ruang ini tidak
yang digunakan dalam perlakuan
dapat lagi dikelani mana yang asli
cyberbullying
dalam
dan mana yang palsu, mana hasil
bentuk tulisan komentar maupun
produksi dan mana hasil reproduksi,
gambar dan ataupun foto yang
mana objek dan mana subjek, atau
diunggah melalui aplikasi sosial
mana penanda dan mana petanda.
media yang ada.
(Hidayat, 2012: 75).
umumnya
Bentuk kemajuan teknologi
duplikasi
sekarang
sebelumnya
dipisahkan
hanya
menggunakan teks
melalui
namun
ini
sekarang
sms,
bullying
yang
asli
Kehidupan sehari-hari yang
memberi dampak perbedaan dimana
bullying
dan
seakan
tidak
dari
bisa
penggunaan
smartphone membuat perilaku dari
pengguna
berubah,
sebelumnya
dilakukan tidak hanya menggunakan
sesorang
teks,
dapat
saudara ataupun rekan diharuskan
menggunakan foto dan video melalui
bertemu secara konvensional dengan
media aplikasi sosial media sesuai
bertatap
dengan perkembangan teknologi.
membicarakan
Simulakra
Hiperrealitas
dimudahkan dengan adanya berbagai
Dalam Cyberbullying yang Terjadi
aplikasi, mulai dari kebutuhan hanya
Di Kalangan Peserta Didik SMAN
untuk berkirim pesan berupa teks,
2 Surakarta.
hingga berbagi foto maupun video ke
namun
dan
Simulakra
juga
muka
bertemu
dengan
langsung
sesuatu
untuk
sekarang
ruang
sosial media masing-masing hingga
realitas yang oleh proses reduplikasi
saat ini sudah banyak penyedia fitur
dan daur ulang berbagi fragmen
paggilan video.
kehidupan
adalah
untuk
yang berbeda (dalam
Candaan,
gurauan
hingga
wujud komoditas citra, fakta, tanda,
perasaan marah pun seakan bisa di
serta kode yang silang sengkarut),
wakilkan oleh sebuah emoticon yang
dalam satu dimensi. Simulakra tidak
sudah tersedia di sosial media. Selain
memiliki acuan, ia adalah duplikasi
itu perilaku membuli orang yang
dengan
media bersifat bebas, dan prifasi
perlakuan fisik maupun celaan secara
dapat di atur sesuai dengan keinginan
langsung sekarang bisa digantikan
pengguna.
sebelumnya
dilakukan
Baudrillard
melalui teks dan emoticon maupun
menyatakan
gambar yang dikirim melalui aplikasi
bahwa realitas kebudayaan dewasa
sosial media.
ini tengah merajalela sebuah gejala
Baudrillard, mendeskripsikan
lahirnya realitas-realitas buatan yang
dunia postmodern sebagai dunia
bahkan lebih nyata dibanding realitas
yang dicirikan oleh simulasi: kita
yang sebenarnya. Ia menyebut gejala
hidup di “zaman simulasi” … Proses
itu sebagai hiperealitas. (Hidayat,
simulasi mengarah pada penciptaan
2012 : 91).
simulacra atau “reproduksi objek
atau peristiwa” (Ritzer, 2012: 1087)
Perlakuan
yang
dilakukan
Perlakuan
yang
diterima
korban atas pengguna sosial media
lain,
dirasa
memberi
dampak
secara langsung dalam kehidupan
langsung dalam kehidupan korban,
sehari-hari diciptakan ulang dalam
seperti pernyataan Nazmi di atas
kehidupan sosial media, dimana
hingga
melakukan
sosial
sebagai
bentuk
media
reproduksi
menjadi
ruang
bullying.
peristiwa
Cyberbullying dapat terjadi karena di
internet
semua
‘menyembunyikan’
orang
prifat
akun
melebih-lebihkan
tanggapan orang lain yang ada dalam
sosial media yang Ia miliki.
Baudruillard
bisa
identitasnya,
mendeskripsikan dunia ini sebagai
sehingga mereka dengan mudah
hiperrealitas. Sebagai contoh, media
mencaci
telah berhenti dari menjadi pantulan
maki
tanpa
merasa
realitas, tetapi menjadi relitas itu
bersalah.
Menurut
Utami
Sebuah
sendiri, atau bahkan lebih nyata dari
tindakan dapat dikatakan sebagai
realitas
bullying apabila memenuhi tiga hal.
kebohongan
Yakni ada korban, ada pelaku dan
mereka jual pada pemirsa terasa
ada
(Rukhan,
lebih dari realitasnya – mereka
Parenting 2015). Karena akun sosial
adalah hiperrealitas (Ritzer, 2012
yang
menonton
itu
sendiri.
dan
distorsi
Karena
yang
:1088). Tanggapan yang dilebih-
Sosial
media
digunakan
lebihkan dalam penggunaan sosial
sebagai sarana bullying yang terjadi
media
ter-reproduksi melalui media yang
dapat
dianggap
sebagai
simulakra yang ter hipperealitas.
dirasakan secara berlebihan bagi
Realitas yang terjadi dalam
pengguna sosial media, sehingga
sosial media merupakan reduplikasi
dampak
dari peristiwa seringkali ditanggapi
sangat nyata dan dapat dianggap
dengan berlebihan. Dampak yang
lebih
diterima responden setelah mendapat
bullying yang didapatkan secara
perlakuan cyberbullying ini dianggap
langsung. Sehingga dalam peristiwa
lebih nyata daripada berbicara secara
ini tidak dapat lagi dibedakan Antara
langsung. Dalam kehidupan sehari-
mana perlakuan asli dan mana yang
hari mungkin orang yang tidak kenal
palsu.
akan merasa sungkan atau tidak akan
yang
nyata
didapatkan
daripada
Korban
dirasa
perlakuan
dari
perlakuan
cyberbullying
melontarkan kalimat celaan kepada
tindakan
orang lain yang tidak Ia kenalnya,
umumnya memberikan respon hanya
namun dalam sosial media, setiap
menerima perlakuan dari pelaku.
orang yang memiliki akun sosial
Bentuk penerimaan perlakuan yang
media
bebas
terjadi antara lain. Korban yang
memberikan tanggapan kepada orang
hanya menerima perlakuan dan ada
lain yang bahkan tidak dikenalnya
pula
dalam kehidupan sehari-hari.
balasan perlakuan yang sama dengan
dapat
Sosial
secara
media,
dibalik
korban
yang
pada
memberikan
apa yang diberikan pelaku.
keriuhannya ternyata juga menyimpa
Korban cyberbullying bisa
sisi kelam. Salah satunya adalah
pula menjadi pelaku tindakan ketika
adanya
cyberbullying.
ini
korban
saling
mengenal
dengan
dimungkinkan karena di internet
pelaku.
dan
keteraturan
antara
semua orang bisa ‘meyembunyikan
korban dengan pelaku tidak bisa
identitasnya,
mereka
dibatasi, dalam kondisi ini pelaku
mudah
juga bisa menjadi korban dan korban
dengan
bebas
sehingga
dengan
Hal
mencaci tanpa merasa bersalah.
bisa pula menjadi pelaku.
mengarahkan
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian dapat
penggunaan
smartphone pada saat jam pelajaran
ditarik kesimpulan terdapat kondisi
DAFTAR PUSTAKA
cyberbullying
Afrizal. (2014). Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo
yang
terjadi
dikalangan peserta didik dimana
terdapat pelaku, pelaku sekaligus
korban dan korban cyberbullying.
Alasan pelaku dalam melakukan
cyberbullying
umumnya
hanya
alasan pribadi yang tidak mendasar.
cyberbullying
Korban
menanggapi
perlakuan
dalam
umumnya
adalah acuh, hal ini dimaksudkan
agar
pelaku
tidak
memberikan
umpan balik secara terus-menerus.
Respon korban yang berlebihan dan
atau
menanggapi
secara
terus
menerus akan memberikan dampak
psikis pada korban, baik secara
langsung maupun tidak langsung
dapat memberikan dampak pada
kehidupan sehari-hari bagi peserta
didik.
Saran yang dapat diberikan
peneliti berdasarkan hasil penelitian
utamanya bagi peserta didik dalam
menanggapi
kasus
cyberbullying
adalah agar selalu terbuka baik
dengan teman akrab maupun pada
pihak pendidik di sekolah. Pihak
sekolah diharapakan pula mampu
Coulon,
Alan.
(2004).
Etnometodologi.
Mataram
:
Yayasan Lengge
Flourensia Sapty Rahayu. (2012).
Cyberbullying Sebagai Dampak
Negatif Penggunaan Teknologi
Informasi.
Journal
of
Information System. 8 (1), 22-31
Freinberg, Ted and Nicole Robey.
(2009).
Cyberbullying
:
Intervention and Prevention
Strategies.
NASP
National
Association
Of
School
Psychologists – Communique. 38
(4), 22-24
Karina Ayu Ningtyas. (2012)
Hubungan
Antara
Pola
Penggunaan Situs Jejaring Sosial
Facebook dengan Kerentanan
Victimisasi Cyber Harrasment
Pada Anak. Jakarta: Universtitas
Indonesia.
Mehdy Aginta Hidayat. (2012)
MENGGUGAT
POSMODERNISME: Mengenali
Rentang
Pemikiran
Posmodernisme
Jean
Baudrillard.
Yogyakarta
:
Jalasutra
Nazir, Mohammad. (2003). Metode
Penelitian. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Ritzer, George. (2012) Teori
Sosiologi Dari Sosiologi Klasik
Sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.