PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PANCASILA 1

TUGAS MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PANCASILA

TRAGEDI SAMPIT DAN USAHA MENCARI TITIK
TENGAHNYA
Dosen:
Dr. Marsono, M.Si
Oleh:
ANGGIETA BUNGA VANNIA
NIM: 22116030
PROGRAM: S1 MTU / A

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN
TRANSPORTASI
TRISAKTI
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Paper Pendidikan Kewarganegaraan

dan Pancasila yang bertajuk “TRAGEDI SAMPIT DAN USAHA MENCARI
TITIK TENGAHNYA” dengan tepat waktu dan benar.
Penulisan naskah ini bertujuan untuk kita semua agar hal-hal
provokatif yang berbau SARA tidak terulang lagi di kemudian hari karena
sesungguhnya kita semua saudara satu bangsa.
Dalam kesempatan kali ini saya mengucapkan terima kasih kepada
bapak Dr. Marsono, M. Si. atas bimbingannya. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa membalas segala amal kebaikannya.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan paper ini masih sangat
banyak kekurangannya oleh sebab itu saya menerima segala bentuk kritik
maupun saran yang bersifat membangun.
Akhirnya saya sebagai penulis berharap agar paper ini bermanfaat
bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, 29 Oktober 2016

PENULIS

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.…………................………………………........................i
DAFTAR ISI…………………………………………....………….......................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....…………...……………....……..................................1
B. Permasalahan.……………...…………………........................................2
C. Tujuan Penulisan..............……………….......….....................................2
D. Ruang Lingkup dan Tata Urut....………………...................................2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian SARA.......................……………..........................................3
B. Golongan SARA........................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
A. Kronologis Kejadian................................................................................4
B. Penanganan secara Hukum.....................................................................7
C. Analisis......................................................................................................7
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................8
B. Saran .........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Agama mengemban fungsi memupuk persaudaraan. Walaupun
fungsi tersebut telah dibuktikan dengan fakta-fakta konkrit dari zaman ke
zaman, namun disamping fakta yang positif itu terdapat pula fakta yang
negatif, yaitu fakta perpecahan antar manusia yang kesemuaannya
bersumber pada agama. Perpecahan tidak akan terjadi jikalau tidak ada
konflik (bentrokan) terlebih dulu. Lebih lanjut secara sepintas telah
disoroti pula masalah perpecahan dalam konteks krisis kewibawaan
agama. Demikian pun dijabarkan juga masalah bentrokan (konflik) antara
agama dan ilmu pengetahuan, meskipun hanya secara singkat.
SARA adalah merupakan singkatan dari Suku agama dan Ras antar
Golongan serta adat istiadat. Keempat hal tersebut adalah merupakan isu
penting jika dikaitkan dengan peristiwa pertentangan dan konflik dalam
masyarakat. Dalam suatu tatanan sosial masyarakat perbedaan antara suku
ras dan agama sangatlah majemuk dan beragam. keberagaman tersebut
sesungguhnya menjadi salah satu kekayaan tersendiri yang dimiliki oleh
negara Republik Indonesia.

Disisi lain isu SARA terkadang mendatangkan dampak negatif dan
bahkan berdampak pada terjadinya pertentangan dan konflik yang
berkepanjangan yang justru merugikan dan bahkan menghambat laju
pembangunan. Secara khusus terdapatnya perbedaan Suku di Indonesia
disebabkan oleh karena indonesia adalah merupakan negara yang terdiri
dari beberapa pulau yang memiliki karakter masyarakat, kebudayaan,
kebiasaan, adat istiadat dan kepercayaan yang berbeda. Kemajemukan
tersebut yang menjadi ciri khas dari negara kesatuan Republik Indonesia.
Dalam konteks wawasan Nusantara keterpaduan dan persatuan yang
terjalin menjadi wawasan nusantara menjadi kebanggaan tersendiri. Di
Indonesia terdapat Suku-suku diantaranya Bugis, Makasar, Menado, Jawa,
Sunda, Batak dan sebagainya.
Selain kemajemukan suku tersebut dengan karakteristik yang
berbeda juga terdapat kemajemukan dan perbedaan kepercayaan yang
dianut oleh masing-masing kelompok atau suku tertentu. Di indonesia
terdapat lima macam agama yang diakui diantaranya Islam, Kristen,
Katholik, Hindu dan Buddha, dan terdapat beberapa jenis aliran
kepercayaan yang dapat dijalankan oleh pemeluknya di Negara Republik
Indonesia.


1

2

2

Disamping memiliki dampak positif dari kemajemukan tersebut,
disisi lain sesungguhnya sangat rentan untuk terjadi konflik pertentangan
antara suku, agama dan ras. Konflik tersebut harus di eliminir seminimal
mungkin agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan. akan tetapi dari
keberagaman tersebut sejarah telah membuktikan bahwa telah terjadi
pertentangan dan konflik yang berkepanjangan yang dilatar belakangi oleh
isu SARA.
B. Permasalahan
1. Mengapa terjadi konflik sara di tanah sampit?
2. Bagaimana alur kejadiannya?
3. Bagaimana cara mencari titik tengah dari kedua belah pihak?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui segala
informasi mengenai:

1. Mengapa terjadi konflik sara di tanah sampit?
2. Bagaimana alur kejadiannya?
3. Penyelesaian masalah dan menacri titik temu antar kedua belah pihak?
D. Ruang Lingkup dan Tata Urut
Paper ini membahas tentang kerusuhan di tanah sampit,
kalimantan yang meliputi penyebab terjadinya kerusuhan, kronologis
kejadian dan segala bentuk penyelesaiannya, yang disusun dengan tata
urut sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan.
2. Bab II Landasan Teori.
3. Bab III Pembahasan.
4. Bab IV Penutup.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian SARA

SARA adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan
pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama,
kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Dalam pengertian lain SARA

dapat di sebut Diskriminasi yang merujuk kepada pelayanan yang
tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat
berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam
masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia
untuk membeda-bedakan yang lain.
B. SARA dapat di Golongkan dalam Tiga Katagori :
1. Kategori pertama yaitu Individual : merupakan tindakan Sara yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok. Termasuk di dalam
katagori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang bersifat
menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina
identitas diri maupun golongan.
2. Kategori kedua yaitu Institusional : merupakan tindakan Sara yang
dilakukan oleh suatu institusi, termasuk negara, baik secara
langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja
telah membuat peraturan diskriminatif dalam struktur
organisasi maupun kebijakannya.
3.
Kategori ke tiga yaitu Kultural : merupakan penyebaran mitos
tradisi dan ide-ide diskriminatif melalui struktur budaya

masyarakat.

3 III
BAB
PEMBAHASAN

A. KRONOLOGIS KEJADIAN

1. 1972, Palangka Raya, seorang gadis Dayak digodai dan diperkosa,
terhadap kejadian itu diadakan penyelesaian dengan mengadakan
perdamaian menurut hukum adat.
2. 1982, terjadi pembunuhan oleh orang Madura atas seorang suku Dayak,
pelakunya tidak tertangkap, pengusutan / penyelesaian secara hukum
tidak ada.
3. 1983, Kasongan, seorang warga Kasongan etnis Dayak di bunuh
(perkelahian 1 (satu) orang Dayak dikeroyok oleh 30 (tigapuluh) orang
madura).
4. 1996, Palangka Raya, seorang gadis Dayak diperkosa di gedung
bioskop Panala dan di bunuh dengan kejam (sadis) oleh orang Madura,
ternyata hukumannya sangat ringan.

5. 1997, Barito Selatan orang Dayak dikeroyok oleh orang Madura dengan
perbandingan kekuatan 2:40 orang, dengan skor orang Madura mati
semua.
6. Dayak: dihukum berat. Orang Dayak tersebut diserang dan
mempertahankan diri menggunakan ilmu bela diri? dimana penyerang
berhasil dikalahkan semuanya.
7. 1997, Tumbang Samba, ibukota Kecamatan Katingan Tengah, seorang
anak laki-laki bernama Waldi mati terbunuh oleh seorang suku Madura
yang tukang jualan sate. Si belia Dayak mati secara mengenaskan,
ditubuhnya terdapat lebih dari 30 (tigapuluh) bekas tusukan. Anak muda
itu tidak tahu menahu persoalannya, sedangkan para anak muda yang
bertikai dengan si tukang sate telah lari kabur.Yang tidak dapat dikejar
oleh si tukang sate itu, si korban Waldi hanya kebetulan lewat di tempat
kejadian.
8. 1998, Palangka Raya, orang Dayak dikeroyok oleh 4 (empat) orang
Madura, pelakunya belum dapat ditangkap karena melarikan diri dan
korbannya meninggal, tidak ada penyelesaian secara hukum.
9. 1999, Palangka Raya, seorang petugas Tibum (ketertiban umum)
dibacok oleh orang Madura, pelakunya di tahan di Polresta Palangka 5
Raya.

10. 1999, Pangkut, ibukota Kecamatan Arut Utara, Kabupaten
Kotawaringin Barat, terjadi perkelahian massal dengan suku Madura,
gara-gara suku Madura memaksa mengambil emas pada saat suku
Dayak menambang emas. Perkelahian
itu banyak menimbulkan korban
4
pada ke dua belah pihak, tanpa penyelesaian hukum.
11. 1999, Tumbang Samba, terjadi penikaman terhadap suami-istri bernama
IBA oleh 3 (tiga) orang Madura; pasangan itu luka berat. Dirawat di
RSUD Dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya, biaya operasi /perawatan

66

ditanggung oleh Pemda Kalteng. Para pembacok / pelaku tidak
ditangkap, katanya sudah pulang ke pulau Madura sana.
12. 2000, Pangkut, Kotawaringin Barat, 1 (satu) keluarga Dayak mati
dibantai oleh orang Madura, pelaku pembantaian lari, tanpa
penyelesaian hukum. Tahun 2000, di Palangka Raya, 1 (satu) orang
suku Dayak di bunuh / mati oleh pengeroyok suku Madura di depan
gedung Gereja Imanuel, Jalan Bangka. Para pelaku lari, tanpa proses

hukum.
13. 2000, Kereng Pangi, Kasongan, Kabupaten Kotawaringin Timur, terjadi
pembunuhan terhadap SENDUNG (nama kecil). Sendung mati
dikeroyok oleh suku Madura, para pelaku kabur / lari, tidak tertangkap,
karena sudah lari ke Pulau Madura, proses hukum tidak ada.
14. 2001, Sampit (17 s/d 20 Februari 2001) warga Dayak banyak terbunuh /
dibantai. Suku Madura terlebih dahulu menyerang warga Dayak.

KEJADIAN-KEJADIAN SEBELUM PUNCAK KERUSUHAN (PERANG
TERBUKA ANTARA DAYAK DAN MADURA)
TANGGAL 18 FEBRUARI 2001
1. Pkl.01.00 WIB terjadi peristiwa pertikaian antar etnis diawali dengan
terjadinya perkelahian antara Suku Madura dengan kelompok Suku Dayak
di Jalan Padat Karya, yang mengakibatkan 5 (lima) orang meninggal dunia
dan 1 (satu) orang luka berat semuanya dari Suku Madura.
2. Pkl. 08.00 WIB terjadi pembakaran rumah Suku Dayak sebanyak 2 (dua)
buah rumah yang dilakukan oleh kelompok Suku Madura dan 1 (satu)
buah rumah Suku Dayak dirusak dan dijarah oleh kelompok Suku madura.
Kejadian ini mengakibatkan 3 (tiga) orang meninggal semuanya dari Suku
Dayak.
3. Pkl. 09.30 WIB pengiriman Pasukan Brimob Polda dari Kalimantan
Selatan sebanyak 103 personil dengan kendali BKO Polda Kaliteng untuk
pengamanan di Sampit dan tiba Pkl. 12.00 WIB.
4. Pkl. 10.00 WIB sebanyak 38 (tiga puluh delapan) orang tersangka dari
kelompok Suku Dayak atas kejadian tersebut di atas diamankan ke
MAPOLDA Kalteng di Palangka Raya dan menyita beberapa macam
senjata tajam sebanyak 62 buah.
5. Pkl. 20.30 WIB ditemukan 1 (satu) orang mayat dari kelompok Suku
Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.
TANGGAL 19 FEBRUARI 2001

1. Pkl. 02.00 WIB terjadi pembakaran 1 (satu) buah mobil Kijang milik Suku
Madura di Jalan Suwikto, Sampit.
2. Pkl. 16.00 WIB ditemukan mayat sebanyak 4 (empat) orang dan 1 (satu)
orang luka bakar semuanya dari Suku Dayak di Jalan Karya Baru, Sampit.
3. Pkl. 17.00 WIB diadakan sweeping oleh Petugas aparat keamanan
terhadap kelompok Suku Madura dan kelompok Suku Dayak di Sampit.
4. Penangkapan 6 (enam) orang Suku Dayak tersangka berdasarkan hasil
pemeriksaan terhadap tersangka yang telah ditahan sebelumnya, dan
diamankan di Polres Kotim.
5. Pkl. 22.00 WIB Wakil Gubernur Kalimantan Tengah dan DANREM
102/PP bersama pasukan dari Yonif 631/ATG sebanyak 276 orang menuju
Sampit dan tiba Pkl. 03.00 WIB.
6. Pada tanggal 18 dan 19 Februari 2001 kota Sampit sepenuhnya dikuasai
oleh Suku Madura yang menggunakan senjata tajam dan bom molotov.
TANGGAL 20 FEBRUARI 2001
1.

Pkl. 08.30 WIB diadakan pertemuan antara DANREM 102/PP, KAPOLDA
dan Wakil Gubernur dan MUSPIDA Kabupaten Kota Waringin Timur
dengan tokoh masyarakat di Sampit ( Tokoh Dayak, Madura dan Tokoh
Masyarakat Sampit) untuk mengupayakan penghentian pertikaian dan
dilanjutkan dengan pemantauan ke lokasi pertikaian dengan mengadakan
dialog dengan warga yang bertikai. Warga yang ketakutan karena
kerusuhan dan sweeping disertai pembakaran rumah yang dilakukan oleh
Suku Madura terhadap Suku Dayak mengungsi ke Gedung Balai Budaya
Sampit, Gedung DPRD Kota Waringin Timur dan Rumah Jabatan Bupati
Kota Waringin Timur sebanyak 702 KK (2.850 orang) bukan Suku Madura
dan sebagian warga non Madura mengungsi ke Palangka Raya.
7

B. PENANGANAN SECARA HUKUM
Maka dari itu untuk mengenang sejarah kelam negeri ini telah di buat tugu
perdamaian di Bun, Kalimantan tengah. Untuk mencegah hal ini terjadi
kembali maka pemerintah melakukan cara bernegosiasi dengan tokoh adat
setempat untuk meredam segala isu sara yang beredar. Pemerintah tengah
mengambil kebijakan yang bersifat persuasif dan komprehensif agar semua ini
tidak terulang lagi.
C. ANALISIS

Menurut saya jika kita balikkan kepada UUD 1945 pada Pasal 28 baik
Pasal 28E yang menyatakan setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut kepercayaannya masing-masing, memilih pendidikan, dsb dan Pasal
28I baik ayat 1 sampai ayat 5 mengenai kehidupan bersosial dan bernegara,
dan pada UUD 1945 Pasal 30 menegaskan kewajiban bagi tiap-tiap warga
Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pertahanan dan keamanan
Negara Indonesia oleh sebab itu selayaknya bagi kita warga Negara Indonesia
menjunjung tinggi rasa kekeluargaan serta rasa saling membutuhkan satu sama
lain. Setidaknya jika kita sudah mulai memupuk rasa itu maka hal-hal tersebut
tidak akan terulang lagi tidak akan ada lagi yang namanya pertumpahan darah
antar saudara sebangsa dan senegara tidak ada lagi RACISCM dan Isu SARA
lainnya. Bisa saja bangsa ini runtuh karena perang saudara sendiri jangan
pernah mau di adu domba oleh hal-hal yang tidak berprinsip.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari permasalahan diatas kita dapat menyimpulkan:
1. Awal dari perkara ini hanya lah sebuah pemerkosaan gadis dayak,
2. Kesalah pahaman dan merasa ke tidak adilan antara kedua belah
pihak,

3. Awal permasalahan tersebut memang sudah lama terjadi, &
4. Ketidakbukaan antar kedua belah pihak sehingga menimbulkan
kesalah fahaman.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan pada masalah ini adalah:
1. Seharusnya jangan sampai ada masalah kecil yang berujung
panjang,
2. Harus ada keterbukaan antar kedua belah pihak,
3. Permasalahan yang memang sudah terjadi lama seharusnya harus
di selesaikan hingga akar-akarnya agar tidak mencuat di kemudian
hari, &
4. Seharusnya pula kepala suku bisa saling meredam suku yang di
pimpinnya agar terjaga hidup yang harmonis.

DAFTAR PUSTAKA
8

INTERNET / WEB SITE:

http://ayuknowledge.blogspot.co.id/2015/03/contoh-makalahsara.html
http://26mei.blogspot.co.id/2009/10/awal-mula-kerusuhan-antaretnis-sampit.html

9