MEMAHAMI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MODEL KOMUNIKASI

MAKALAH
MEMAHAMI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM
MODEL KOMUNIKASI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi

Disusun oleh:
Janica (004139377029456)
Program Studi Digital Communication
Universitas Surya
Jl. Boulevard Gading serpong O/1 Summarecon Tangerang 2013-2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Ilmu komunikasi merupakan hal yang kompleks untuk dipelajari.
Melihat latar belakang ilmu komunikasi yang bersifat dinamis, maka
muncullah berbagai model komunikasi yang dibuat oleh para ahli komunikasi
sebagai rujukan para peneliti untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu
komunikasi. Masing-masing model memiliki kekhasan yang dipengaruhi oleh

latar belakang pembuat model, baik latar belakang keilmuan, paradigma yang
digunakan, dan kondisi teknologi pada zamannya.
Pada umumnya tidak ada model yang paling sempurna (final
decision), karena selalu diuji dengan penemuan model terbaru seiring dengan
perkembangan zaman. Bahkan ketika model sudah diterima secara luas, ada
saja nuansa baru yang muncul dari bentuk komunikasi yang telah dimodelkan,
sehingga dikembangkan lagi suatu model baru untuk mengakomodasikan
nuansa baru tersebut.
Begitu seterusnya, hal ini juga berlaku untuk pembuatan model
komunikasi dalam konteks antar budaya. Budaya berkenaan dengan cara
manusia hidup. Manusia belajar, berpikir, merasa, mempercayai dan
mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Budaya menampakkan diri
dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kebiasaan maupun kegiatan
yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan adaptasi diri yang
memainkan peran penting dalam kehidupan manusia.
Sebagai salah satu jalan keluar untuk meminimalisir kesalahpahamankeslahpahaman akibat perbedaan budaya adalah dengan mengerti atau paling
tidak mengetahui bahasa dan perilaku budaya orang lain, mengetahui prinsipprinsip komunikasi lintas budaya dan mempraktikannya dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Kebutuhan untuk mempelajari komunikasi lintas budaya
ini semaikn terasakan karena semakin terbukanya pergaulan kita dengan
orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda, disamping kondisi bangsa


Indonesia yang sangat majemuk dengan berbagai ras, suku bangsa, agama,
latar belakang daerah (kota atau desa), latar belakang pendidikan, dan
sebagainya.
Tubbs, Stewart L. and Sylvia Moss dalam bukunya “Human
Communication: Konteks-konteks

Komunikasi” (1996:237) menyatakan

bahwa, “Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara
kita berkomunikasi, artinya cara seseorang dalam berkomunikasi dengan
orang lain apakah dengan orang yang sama budaya maupun dengan orang
yang berbeda budaya, karakter budaya yang sudah tertanam sejak kecil sulit
untuk dihilangkan, karena budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang
dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi.” Dengan demikian konstruksi budaya yang dimiliki oleh
seseorang itu, diperoleh sejak masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat
mempengaruhi cara berpikir, berperilaku orang yang bersangkutan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya. Bahkan
benturan persepsi antar budaya sering kita alami sehari-hari, dan bilamana

akibatnya fatal kita cenderung menganggap orang yang berbeda budaya
tersebut salah, aneh tidak mengerti maksud kita. Hal ini terjadi karena, kita
cenderung memandang perilaku orang lain dalam konteks latar belakang kita
sendiri dan karena bersifat subyektif.
Budaya dan komunikasi merupakan hal yang tak dapat dipisahkan,
oleh karena seluruh perbendaharaan perilaku dan komunikasi kita sangat
bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Oleh karena itu, membahas
mengenai model komunikasi antar budaya merupakan hal yang menarik untuk
dikaji.

1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana model komunikasi menurut Gudykunst dan Kim?
2. Bagaimana perspektif Gudykunst dan Kim dalam memahami komunikasi
antarbudaya?

3.

Apakah kelebihan dan kekurangan model komunikasi Gudykunst dan

Kim?

1.3

Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini ialah melalui literatur (kajian
pustaka).

1.4

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah pengantar ilmu komunikasi dan untuk meningkatkan
wawasan penulis khususnya, serta pembaca mengenai bagaimana model
komunikasi merefleksikan suatu fenomena komunikasi antar budaya, serta
memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktek komunikasi
sehingga kelak kita dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang yang
berbeda budaya.

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1

Konsep Dasar Model
Model adalah representasi simbolik dari suatu objek, konsep, proses,
sistem, atau gagasan yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi.
Model dapat berbentuk gambar-gambar grafis, verbal, atau matematikal. .
Dalam ilmu komunikasi, biasanya model-model komunikasi dirancang
dengan menggunakan serangkaian blok, segi empat, lingkaran, panah, garis,
spiral, dan lain-lain. Model menguji suatu temuan dalam dunia nyata,
walaupun tidak pernah final karena selalu diuji dengan penemuan model
terbaru. Maka, yang dimaksud model komunikasi adalah gambaran yang
sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu
komponen komunikasi dengan komponen lainnya. Melalui model-model
komunikasi dapat terlihat faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi.
Akan tetapi, model tidak berisikan penjelasan mengenai hubungan dan
interaksi antara faktor - faktor atau unsur - unsur yang menjadi bagian dari
model, dimana penjelasannya didapatkan pada teori.
Perbedaan teori dan model menurut Littlejohn dan Hawes (1983)
adalah teori merupakan penjelasan (explanation), sedangkan model hanya

merupakan representasi. Menurut Littlejohn, dalam pengertian luas model
menunjuk pada setiap representasi simbolis dari suatu benda, proses atau
gagasan ide. Biasanya model di pandang sebagai analogi dari beberapa
fenomena. Dengan demikian model dapat berbentuk gambar-gambar grafis,
verbal atau matematika. Dengan demikian model dapat diartikan sebagai
representasi dari

suatu peristiwa komunikasi.

Melalui model-model

komunikasi dapat terlihat faktor-faktor yang terlibat dalm proseskomunikasi.
Akan tetapi, model tidak berisikan penjelasan mengenai hubungan dan
interaksi antara faktor - faktor atau unsur - unsur yang menjadi bagian dari
model, dimana penjelasannya didapatkan pada teori.
Model dapat berfungsi sebagai basis bagi teori yang lebih kompleks,
alat untuk menjelaskan teori dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki

konsep, maupun sebagai alat yang dikombinasikan dengan kata-kata, angka,
simbol, dan gambar untuk melukiskan model suatu objek, teori, atau proses.

Model sangat berguna dalam membantu kita untuk memahami
komunikasi pada umumnya. Beberapa manfaat model, yaitu:
1. Menyediakan representasi visual dari sebuah proses sehingga kita
dapat lebih cepat memahaminya (fungsi deskriptif).
2. Meringkas penelitian di suatu area, terutama jika model adalah
berhubungan dengan “teori” atau didasarkan pada penelitian aktual.
3. Membantu untuk memahami di mana atau bagaimana gangguan
komunikasi telah terjadi (fungsi pemecahan masalah) . Dalam hal ini,
model dapat membantu kita menganalisa komunikasi kita dan
membuatnya menjadi lebih baik.
2.2

Konsep Dasar Komunikasi
Istilah “komunikasi”

atau

dalam

bahasa


Inggris

yaitu

“communication”, berasal dari bahasa latin “communis” yang berarti sama,
communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama
“to make common” (Dedy Mulyana, 2005 : 41). Definisi dari segi bahasa ini
menyatakan bahwa suatu komunikasi yang efektif hanya dapat tercapai
apabila terjadi kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan.
Dalam definisi tersebut, jelas bahwa orang yang menyampaikan dan
orang yang menerima pesan diharapkan mempunyai persepsi yang sama
tentang apa yang disampaikan, atau dengan kata lain maksudnya adalah “sama
makna”. Jadi apabila ada dua orang yang sedang terlibat dalam percakapan,
maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna
mengenai apa yang dipercakapkan. Percakapan kedua orang tersebut dapat
dikatakan komunikatif, apabila keduanya selain mengerti bahasa yang
dipergunakan juga mengerti makna dari bahasa yang dipercakapkan.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan)
dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara

keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan katakata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada

bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap
tertentu, cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang
dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif
apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan
tersebut.
Dengan berkomunikasi, kita berusaha untuk mendefinisikan sesuatu,
termasuk isltilah ‘komunikasi’ itu sendiri. Hingga kini terdapat ratusan
definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli.
Beberapa definisi komunikasi menurut para ahli, di antaranya :
a) Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, “Komunikasi adalah transmisi
informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya. Dengan
menggunakan symbol-simbol, kata-kata, gambar, dll.”
b) Carl I. Hovland, “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan
seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya verbal)
untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).”

c) Everett M. Rogers, “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada penerima dengan niat untuk mengubah
tingkah laku mereka.”
d) Raymond S. Ross, “Komunikasi (intensional) adalah suatu proses
menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa
sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari
pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.”
e) Haorld Lasswell, “Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi
adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, yaitu Who
Says? What? In Which Channel? To Whom? With What Effect?”
2.3

Konsep Dasar Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
“buddhayah”, yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut “culture”, yang berasal dari kata
Latin “colere”, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai

"kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok yang diwariskan secara turun-temurun oleh
generasi-generasinya. Budaya terbentuk berbagai unsur yang kompleks,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan
bahwa budaya itu dipelajari. Maka, komunikasi antarbudaya adalah
komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan
yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosio ekonomi, atau gabungan dari
semua perbedaan ini). Seperti kita ketahui bahwa budaya mempengaruhi cara
seseorang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh aspek
komunikasi yang dilakukan oleh seorang individu atau kelompok, baik secara
verbal maupun nonverbal.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah CulturalDeterminism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan

struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Tidak banyak orang menyadari bahwa bentuk-bentuk interaksi
antarbudaya sesungguhnya secara langsung atau tidak melibatkan sebuah
komunikasi. Pentingnya komunikasi antarbudaya mengharuskan semua orang
untuk mengenal panorama dasar-dasar komunikasi antarbudaya itu.
Komunikasi itu muncul, karena adanya kontak, interaksi dan hubungan antar
individu atau kelompok yang berbeda kebudayaannya. Jadi, sebenarnya tidak
ada kebudayaan tanpa komunikasi, dan tidak ada komunikasi tanpa pengaruh
budaya. Di sinilah pentingnya kita mengetahui komunikasi antarbudaya itu.
2.4

Konsep Dasar Komunkasi Antarbudaya
Pada dasarnya, antara komunikasi dan kebudayaan merupakan dua hal
yang tidak bisa dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan itu
terletak pada variasi langkah dan cara serta metode manusia berkomunikasi
melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial, bagaimana menjajaki

makna, model tindakan dan bagaimana makna serta model‐model itu
diartikulasi sebuah kelompok sosial yang melibatkan interaksi antar manusia.
Dari penjelasan tersebut, berikut beberapa pendapat ahli tentang definisi
komunikasi antarbudaya, yaitu :
1.

McLuhan menyatakan bahwa dunia saat ini telah menjadi “Global
Village” yang mana kita mengetahui orang dan peristiwa yang terjadi di
negara lain hampir sama seperti layaknya seorang warga negara dalam
sebuah desa kecil yang menjadi tetangga negara-negara lainnya.
Perubahan sosial adalah hal lain yang berpengaruh dalam komunikasi
antar budaya yaitu dengan makin banyaknya perayaan-perayaaan budaya
sebuah etnis dalam sebuah negara. Perbedaan budaya dalam sebuah
negara menciptakan keanekaragaman pengalaman, nilai, dan cara
memandang dunia. Keanekaragaman tersebut menciptakan pola-pola
komunikasi yang sama di antara anggota-anggota yang memiliki latar
belakang sama dan mempengaruhi komunikasi di antara anggota-anggota
daerah dan etnis yang berbeda. Perusahaan-perusahaan yang memiliki
cabangnya di luar negeri, tentunya merupakan syarat mutlak bagi para
karyawannya untuk memiliki bekal pengetahuan yang cukup mengenai
situasi dan kondisi budaya yang akan dihadapinya (intercultural
competence), salah-salah jika mereka gagal berkomunikasi dengan
budaya yang dihadapinya, perusahaan hanya akan bertahan dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama.

2.

Gudykunst and Kim mengkonsepkan fenomena komunikasi antar budaya
sebagai “...sebuah transaksional, proses simbolik yang mencakup
pertalian antar individu dari latar belakang budaya yang berbeda.” Kata
kuncinya adalah proses. Komunikasi antar budaya seharusnya dapat
dipandang dan dianalisis sebagai sebuah proses yang kompleks, bukan
sekedar sebuah pertemuan.

3. Damen mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai “Tindakantindakan komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu yang
diidentifikasikan dengan kelompok-kelompok yang menampilkan variasi
antar kelompok dalam bentuk pertukaran sosial dan budaya”. Pertukaran
bentuk, ekspresi individu, adalah variabel-variabel utama dalam tujuan,
tata krama, cara, dan arti-arti yang mana proses komunikatif memberikan
efek.
4.

Lustig and Koester’s menyatakan, komunikasi antar budaya adalah
sebuah “Proses simbolik yang mana orang dari dari budaya-budaya yang
berbeda menciptakan pertukaran arti-arti”. Hal tersebut terjadi ketika
perbedaan-perbedaan budaya yang besar dan penting menciptakan
interpretasi dan harapan-harapan yang tidak sama mengenai bagaimana
berkomunikasi secara baik.

5.

Jandt mengatakan komunikasi antar budaya tidak hanya komunkasi antar
individu tapi juga di antara “Kelompok-kelompok dengan identifikasi
budaya

yang

tersebar”.

Ringkasnya,

komunikasi

antar

budaya

menjelaskan interaksi antar individu dan kelompok-kelompok yang
memiliki persepsi yang berbeda dalam perilaku komunikasi dan
perbedaan dalam interpretasi.
Dari beberapa pendapat ahli tentang definisi komunikasi antarbudaya,
maka kita dapat menyimpulkan bahwa definisi komunikasi antarbudaya,
ialah :
a.

Pertama, komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang‐orang
yang berbeda kebudayaannya, misalnya antar suku bangsa, antar etnik,
ras dan kelas sosial.

b.

Kedua, komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi antara
produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya
berbeda.

c.

Ketiga, komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang melibatkan
peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi atau kelompok,
dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang
mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta.

2.4.1 Pentingnya Komunikasi Antar Budaya
Menurut Gudykunst dan Kim sekarang ini komunikasi antar budaya
semakin penting dan semakin vital di banding masa-masa sebelum ini.
Beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya komunikasi antarbudaya, yaitu:
a. Mobilitas
Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya.
Perjalanan dari satu negara ke negara lain dan dari satu benua ke benua lain
banyak dilakukan. Saat ini orang seringkali mengunjungi budaya-budaya
lain untuk mengenal daerah baru dan orang-orang yang berbeda serta untuk
menggali peluang-peluang ekonomis.
b. Saling kebergantungan ekonomi
Masa kini, kebanyakan negara secara ekonomis bergantung pada
negara lain. Kehidupan ekonomi suatu bangsa akan bergantung pada
kemampuan bangsanya untuk berkomunikasi secara efektif dengan kulturc.

kultur yang berbeda dari bangsa lain yang lebih maju.
Teknologi komunikasi
Meningkat pesatnya teknologi komunikasi telah membawa kultur luar
yang ada kalanya asing masuk ke rumah kita. Berita-berita dari luar negeri
merupakan hal yang lumrah kita saksikan melalui televisi. Kini kita juga
dapat terhubung langsung ke setiap pelosok dunia melaui media internet.
Teknologi telah membuat komunikasi antarbudaya mudah, praktis dan tak

terhindarkan.
d. Pola imigrasi

Di hampir setiap kota besar di dunia, kita dapat menjumpai orangorang dari bangsa lain. Kita bergaul, bekerja, atau bersekolah dengan
e.

orang-orang yang sangat berbeda dari kita.
Kesejahteraan politik
Sekarang ini kesejahteraan politik kita sangat bergantung pada
kesejahteraan negara lain. Komunikasi dan saling pengertian antarbudaya
menjadi hal penting untuk mempertahankan hubungan bilateral.

2.4.2

Tujuan dan Alasan Mempelajari Komunikasi Antar Budaya
Ada beberapa tujuan dan manfaat yang kita peroleh setelah
mempelajari komunikasi antar budaya, yaitu:
1) Memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi
2) antar orang yang berbeda budaya.
3) Mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang muncul dalam komunikasi.
4) Membantu mengatasi masalah komunikasi yang disebabkan oleh
perbedaan budaya.
5) Meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi.
6) Menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif.
Adapun beberapa alasan mengapa kita perlu mempelajari komunikasi
antar budaya, antara lain:
a) Membuka diri memperluas pergaulan;
b) Meningkatkan kesadaran diri;
c) Mengenal Etika/etis;
d) Mendorong perdamaian dan meredam konflik antarbudaya;
e) Demografis;
f) Kegiatan ekonomi;
g) Menghadapi teknologi komunikasi; dan
h) Menghadapi era globalisasi.

2.5

Biografi Singkat Gudykunst & Kim

Young Yun Kim

William B. Gudykunst

Dr. Young Yun Kim adalah seorang Profesor di Departemen
Komunikasi, di Universitas Oklahoma, Norman. Dia menyelesaikan gelar
komunikasi Ph.D dari Northwestern University di Evanston, Illinois. Prof.
Kim mengajar sarjana dan pascasarjana serta tesis untuk doktor di bidang
antarbudaya / komunikasi antaretnis / antarras. Prof. Kim telah menerbitkan
lebih dari 100 bab buku dan artikel referensi dalam jurnal akademik. Sebagai
penulis atau editor, ia telah menghasilkan 11 buku antarbudaya termasuk
Becoming Intercultural (Sage, 2001) dan Communicating with Strangers (4th
ed., McGraw-Hill, 2003, dengan W. Gudykunst). Dia adalah anggota dari
Asosiasi Komunikasi Internasional dan Presiden-Elect dari Akademi
Internasional untuk Penelitian Antarbudaya.
William B. Gudykunst (Ph.D., Minnesota, 1977) adalah Profesor
Speech Communication di College of Communications, California State
University, Fullerton. Dia sangat terkenal dalam disiplin dan merupakan salah
satu penulis yang paling produktif di bidang komunikasi antar budaya dan
teori komunikasi manusia. Gudykunst telah menulis dan menyunting sejumlah
karya untuk Sage Publication, termasuk Handbook of Intercultural and
International Communication, dan Bridging Differences: Effective Intergroup
Communication, serta teks Building Bridges: Interpersonal Skills for a
Changing World dan Communicating with Strangers: An Approach to

Intercultural Communication. Ia meninggal pada tanggal 20 Januari di South
Coast Medical Center setelah menderita stroke pada usia 57 tahun.
3

BAB III
ANALISA
3.1

Model Komunikasi Menurut William B. Gudykunst & Young
Yun Kim
Dalam

ilmu

komunikasi

sebenarnya

terdapat

ratusan

model

komunikasi. Penyusun tidak mungkin membahas model-model tersebut satu
persatu. Setiap model mempunyai kelebihan dan kekurangannya masingmasing berdasarkan konsep penggunaannya dalam kehidupan nyata.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun memilih

Model

Komunikasi William B. Gudykunst & Young Yun Kim sebagai Model
Komunikasi yang relevan dengan konteks Komunikasi Antar Budaya
dikarenakan di dalam model tersebut dapat merefleksikan suatu proses dan
fenomena komunikasi antar budaya secara rinci dan kompleks.
Model komunikasi menurut William B. Gudykunst dan Young Yun
Kim merupakan model komunikasi antarbudaya, yakni komunikasi antara
orang-orang yang berasal dari budaya berlainan, atau komunikasi dengan
orang asing. Model ini mengasumsikan dua orang yang sejajar dalam
berkomunikasi, masing-masing dari mereka sebagai pengirim sekaligus
penerima atau keduanya sebagai penyandi (encoding) dan penyandi balik
(decoding). Karena hal itulah, kita dapat melihat bahwa pesan dari seseorang
merupakan umpan balik untuk yang lainnya. Pesan/umpan balik diantara
mereka diwakilkan oleh sebuah garis dari sandi seseorang kepada sandi balik
dari yang lainnya. Dua garis itu menunjukkan bahwa setiap orang dari kita itu
berkomunikasi. Kita menyandi dan menyandi balik pesan dalam satu waktu.
Dengan kata lain, komunikasi bukanlah hal yang statis, kita tidak akan
menyandi sebuah pesan dan melakukan apapun sampai kita mendapat umpan
balik.

3.2

Perspektif Gudykunst & Kim Dalam Memahami Komunikasi
Antarbudaya

Model komunikasi menurut William B. Gudykunst dan Young Yun
Kim merupakan model komunikasi antarbudaya, yakni komunikasi antara
orang-orang yang berasal dari budaya berlainan, atau komunikasi dengan
orang asing (stranger).

Menurut gambaran Model Komunikasi Gudykunst dan Kim,
kedudukan sender/decoder dengan receiver/decoder adalah sama. Pribadi A
dan Pribadi B dapat berperan sebagai pengirim sekaligus penerima. Masingmasing pribadi dapat melakukan penyandian pesan sekaligus penyandian balik
pesan. Pesan dari pribadi A dapat juga menjadi umpan balik bagi pribadi B,
begitu pula sebaliknya.
Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian dan penyandian balik
terhadap pesan merupakan suatu proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter‐
filter konseptual yang dikategorikan menjadi faktor‐faktor kultur, sosiokultur
dan psikokultur yang nampak pada lingkaran dengan garis putus‐putus. Garis
putus‐putus itu sendiri menggambarkan bahwa ketiga faktor ini saling
berhubungan dan mempengaruhi. Selain itu, kedua individu yang terlibat juga
terletak dalam suatu kotak dengan garis putus‐putus yang berarti mewakili
pengaruh lingkaran. Hal ini sekali lagi menggambarkan bahwa lingkaran

tersebut bukanlah suatu sistem tertutup. Pengaruh kultur dalam model ini
meliputi penjelasan mengenai kemiripan dan perbedaan budaya, misalnya
pandangan dunia, bahasa, sikap kita terhadap manusia (individualisme atau
kolektivisme) yang akan mempengaruhi perilaku komunikasi kita.

3.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Komunikasi (Filter-Filter
Konseptual)
Dalam penyampaian pesan, ada factor-faktor yang mempengaruhi
receiver untuk menanggapi pesan itu. Faktor-faktor tesebut berupa filter-filter
konseptual yang terdiri dari:
1. Faktor Budaya
Meliputi faktor-faktor yang menjelaskan kemiripan dan perbedaan
budaya. (Agama, budaya, sikap, bahasa).
Contoh: Ketika kita harus memilih mau peduli dengan individu atau
2.

dengan kelompok.
Faktor Sosiobudaya
Pengaruh yang menyangkut proses penataan social (keanggotaan,
kelompok, konsep diri, ekspektasi diri). Pengaruh sosiokultur akan
nampak pada proses penataan sosial yang berkembang berdasarkan
interaksi dengan orang lain ketika pola‐pola perilaku menjadi konsisten
dengan berjalannya waktu. Ada empat faktor utama dalam sosiobudaya,
antara lain: keanggotaan kita dalam kelompok sosial, konsep diri kita,
ekspektasi peran kita, dan definisi kita mengenai hubungan antar pribadi.
Contoh: Jika kita menjadi ketua dalam suatu organisasi, tentunya konsep

3.

diri dan ekspektasi diri kita sangat tinggi.
Faktor Psikobudaya
Dimensi psikokultur mencakup proses penataan pribadi. Penataan pribadi
ini adalah proses yang memberi stabilitas pada proses psikologis. Faktor‐
faktor dalam psikobudaya adalah stereotip dan sikap terhadap kelompok
lain. Kedua faktor ini akan menciptakan pengharapan mengenai
bagaimana orang lain akan berperilaku, dan pada akhirnya akan
mempengaruhi cara kita menafsirkan stimulus yang datang dan prediksi
kita tentang perilaku orang lain.

Contoh: Etnosentrisme (menafsirkan perilaku orang lain dengan
4.

pemikiran diri sendiri dan ingin orang lain berlaku sama seperti kita).
Faktor Lingkungan
Lingkungan akan mempengaruhi kita dalam melakukan penyandian dan
penyandian balik suatu pesan. Yang dimaksudkan dengan lingkungan
ialah mencakup iklim, lokasi geografis, lingkungan fisik, dan persepsi
kita atas suatu lingkungan.
Contoh: Seorang Amerika Utara dan seorang warga Kolombia yang
memiliki cara pandang berbeda tentang ruang keluarga.. (Bagi orang
Amerika ruang keluarga adalah tempat berkumpul dan bercanda
(informal), bagi orang Kolombia, ruang keluarga adalah tempat formal).
Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian-balik

pesan merupakan proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konspetual
yang dikategorikan menjadi faktor-faktor budaya, sosiobudaya, psikobudaya
dan faktor lingkungan. Lingkaran paling dalam, yang mengandung interaksi
antara penyandian pesan paling dalam, yang mengandung interaksi antara
penyandian pesan dan penyandian pesan balik pesan, dikelilingi tiga lingkaran
lainnya

yang

merepresentasikan

pengaruh

budaya,

sosiobudaya,

dan

psikobudaya. Ketiga lingkaran dengan garis putus-putus mencerminkan
hubungan faktor-faktor yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi.
Lingkungan merupakan salah satu unsur yang melengkapi model Gudykunst
dan Kim. Lingkungan mempengaruhi kita dalam menyandi dan menyandi balik
pesan. Garis putus-putus yang melambangkan lingkungan merupakan
pembuktian bahwa lingkungan tersebut bukanlah daerah tertutup atau terisolasi.
3.3

Kelebihan dan Kekurangan Model Komunikasi Gudykunst dan Kim
Kelebihan

Kekurangan

Menambah pengetahuan antar budaya

Sering muncul kesalahpahaman

Memperbesar toleransi antar budaya

Dapat memicu terjadinya konflik

Memperluas pergaulan

Tidak ada media

Model Komunikasi Gudykunst dan Kim telah menjawab bagaimana
pengaruh budaya sangat besar dalam komunikasi antar manusia. Namun,
model komunikasi ini seringkali menimbulkan kesalahpahaman dan konflik
akibat perbedaan latar belakang budaya, serta tidak dijelaskannya media yang
digunakan dalam proses komunikasi antarbudaya.
Tidak ada model yang benar atau salah. Setiap model hanya dapat
diukur berdasarkan kemanfaatannya ketika dihadapkan dengan dunia nyata,
khususnya ketika digunakan untuk menjaring data dalam penelitian. Selain
itu, model yang dirancang, unsur-unsur model dan hubungan antara berbagai
unsur tersebut, bergantung pada perspektif yang digunakan oleh si pembuat
model. Pandangan dari suatu perspektif akan menampilkan dimensi – dimensi
tertentu, sementara pengamatan dari sudut pandang berbeda akan menyoroti
aspek – aspek komunikasi yang berbeda pula.
Mengkaji komunikasi antarbudaya memiliki banyak manfaat yang
dapat kita peroleh, terlebih dalam tata cara kita berkomunikasi dan menyikapi
perilaku seseorang atau kelompok yang berbeda budaya dengan kita. Oleh
karena itu, wawasan ini menjadi penting dalam proses interaksi kita dengan
sesama manusia.

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Komunikasi adalah sebuah proses pembentukan, penyampaian,
penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi didalam diri seseorang atau
diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Sedangkan budaya
sebagai seperangkat nilai, kepercayaan, norma, dan adat istiadat, serta aturan
yang melekat dalam kehidupan masyarakat yang temurun dari generasi ke
generasi. Maka komunikasi antarbudaya merupakan suatu interaksi secara
berkesinambungan antar orang-orang dari kebudayaan yang berbeda guna
mencapai motif tertentu.
Jadi, jelas dengan mempelajari komunikasi antar budaya berarti kita
mempelajari kebiasaan-kebiasaan setiap etnis, adat, agama, geografis dan
kelas sosial di masyarakat kita. Dengan pemahaman tersebut kita
mengkomunikasikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan komunikasi antar
budaya, guna menyelesaikan konflik melalui dialog yang baik antara lain
dengan identifikasi perspektif budaya.
Model Komunikasi Gudykunst dan Kim membuat kita dapat mengenal
dan mengetahui budaya lain secara lebih mendalam. Dengan model ini juga,
kita dapat mempelajari dan mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi
kita dalam berkomunikasi, yakni budaya, sosiobudaya, psikobudaya dan
faktor lingkungan. Dengan kata lain, tak dapat dipungkiri bahwa cara kita
berkomunikasi tidak lepas dari pengaruh budaya.

4.2

Saran
Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar (2003:34) menyatakan bahwa untuk menghindari kesalahpahaman
dalam melakukan komunikasi dengan orang yang berbeda budaya, kita harus
menjadi komunikator yang efektif, karena hubungan dalam konteks apapun
harus dilakukan lewat komunikasi. Menurut Mulyana, bahwa untuk mencapai
komunikasi yang efektif, khususnya dengan orang yang berbeda budaya yang
harus kita lakukan adalah:
a. Kita harus selalu menunda penilaian kita atas pandangan dan perilaku
orang lain, karena penilaian kita tersebut seringkali bersifat subyektif,
dalam pengertian berdasarkan persepsi kita sendiri yang dipengaruhi oleh
budaya kita atau dengan kata lain, jangan biarkan stereotip menjebak dan
b.

menyesatkan kita ketika kita berkomunikasi dengan orang lain;
Kita harus berempati dengan mitra komunikasi kita, berusaha
menempatkan diri kita pada posisinya. Gunakan sapaan yang layak sesuai

c.

dengan budayanya;
Kita dituntut untuk selalu tertarik kepada orang lain sebagai individu yang
unik, bukan sebagai anggota dari suatu kategori rasial, suku, agama atau

d.

sosial tertentu;
Kita harus menguasai setidaknya bahasa verbal dan nonverbal dan sistem
nilai yang mereka anut.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001.
Nasrullah, Rulli. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012.
Sihabuddin, Ahmad. Komunikasi Antarbudaya, Satu Perspektif Multidimensi.
Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Liliweri, Alo. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003.
Mulyana, Deddy. Mengapa Kita Mempelajari Komunikasi: Sebuah Pengantar,
Dalam: Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1996.
Sage. Biografi William B. Gudykunst. Diambil dari
http://www.sagepub.com/authorDetails.nav?contribId=528100; Internet.
The University of Oklahoma. Biografi Young Yun Kim. Diambil dari
http://cas.ou.edu/young-Kim; Internet.
Ohoiwutun. Sosiolinguistik, Memahami Bahasa Dalam Konteks Masyarakat dan
Kebudayaan. Jakarta: Visipro, 1997.
Somavar, Larry and Porter, Richard E. Communication Between Cultures. Belmont:
C.A. Wadsworth, 1991.
Tubbs, Stewart L. and Sylvia Moss. Human Communication: Konteks-konteks
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996.
Devito, Joseph A. Komunikasi Antarmanusia. Kuliah Dasar. Jakarta: Professional
Books, 1997.

Schramm, Wilbur. Perihal Membangun Jembatan, Dalam: Komunikasi Antar
Budaya, Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya.
Editor: Deddy Mulyana dan Jalalluddin Rakhmat. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Ruben, Brent D. & Lea P Stewart. Communication and Human Behavior. United
States: Allyn and Bacon, 2006.
West, Richard & Lynn H. Turner. Introducing Communication Theory. Third
Edition. Singapore: The McGrow Hill companies, 2007.
Wiryanto, Dr. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid I. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2004.
Kroeber, A. L. and C. Kluckhohn. Culture: A Critical Review of Concepts and
Definitions. Cambridge: Peabody Museum, 1952.
Fred E. Jandt. Intercultural Communication, An Introduction. London: Sage
Publication, 1998.
Purwasito,

Andrik.

Komunikasi

Multikultural.

Surakarta:

Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2003.
Hisnu, Tantya. Keragaman Sosial Budaya Masyarakat. Diambil dari
http://www.crayonpedia.org/mw/KERAGAMAN_SOSIAL_DAN_BUDAYA.ht
ml/; Internet.