SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DIINDONES

SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DIINDONESIA

A. Kedudukan Perbankan Dalam Moneter Dan Perekonomian
1. Kedudukan Bank Sentral
Sebagai lembaga independen bank sentral memiliki otoritas dan hak penuh
dalam menentukan arah, tujuan ,instrumen yang akan digunakan dalam mencapai
sasaran moneter yang diharapkan untuk kesejahteraan masyarakat indonesia secara
menyeluruh.
Seperti yang telah dibahas oleh kelempok sebelumnya mengenai organisasi
BI, kedudukan BI serta independensi BI, dimana Bank Sentral dalam hal ini Bank
Indonesia memiliki wewenang dalam mengatur kebijakan moneter dengan satu tujuan
akhir atau yang disebut single targetting yaitu mencapai dan memelihara kesetabilan
nilai rupiah melalui 3 pilar utama tugas BI yaitu : stabilitas moneter , stabilitas sistem
pembayaran, Dan stabilitas sistem keuangan.
Independensi bank sentral tertuang dalam peraturan perundang-undangan,
secara tersirat dapat dirujuk dalam Pasal 23 UUD ’45, yang menyatakan : “Negara
memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab
dan independensinya diatur dengan undang-undang.” Sedang penegasan
independensi Bank Indonesia dimuat dalam Pasal 4 UU No. 23 tahun 1999, yang
menyatakan :
(1) Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia

(2) Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari
campur tangan pemerintah dan/atau fihak-fihak lainnya, keuali untuk hal-hal
yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini. Bank Indonesia adalah
badan hukum berdasarkan Undang-Undang ini.
Status independensi Bank Sentral tidak membuat Bank Sentral (BI)
kehilangan koordinasi dengan lembaga, departement maupun pemerintah eksekutif.
Karena kegiatan Bank Indonesia saling berhubungan degan bagian - bagian lain
dalam sistem suatu negara. Hubungan Bank Indonesia akan di gambarkan secara
umum seperti dibawah ini :

BPK

DPR

Hasil telaah
Badan super visi
Laporan triwulan, sewaktu waktu,
tahunan

Memeriksa laporan keuangan BI


Sumber : Natsir,2014 : 94

MA

Presiden
-laporan
tahunan
-persetujuan
ATBI

-UU BI
-pemlihan pimpinan
BI
Koordinasi Mentri

BANK INDONESIA

Mengambil sumpah
Dan janji anggota

dewan gubernur

Kementrian

Publik (info
tahunan )

Seperti yang tergambar dalam bagan di atas hubungan Bank Indonesia
dengan berbagai lembaga ditujukan agar adanya singkronisasi kebijakan antar
lembaga dan saling mendukung dengan tujuan yang sama. Walaupun BI memiliki
hubungan dengan lembaga lainya, namun dalam penetapan kebijakan moneter dan
berdasarkan UU no 23/1999 yang diamandemenkan UU NO. 03/2004 tentang
independensi BI dalam menjalankan kebijakan moneter , BI menjadi lembaga yang
bebas dari intervensi baik dari pemerintah maupun legislatif.
BI dalam hal ini bertindak sebagai Bank Sentral yang memiliki wewenang
mengatur stabilitas ekonomi melalui kebijakan moneter, tentu memiliki andil besar
dalam perekonomian. Di masa ini perlunya diterapkan kebijakan moneter masih
banyak perdebatan, karena banyaknya ketidakcocokan kondisi suatu negara dengan
negara lain yang memilih untuk menerapkan kebijakan moneter atau tidak dalam
mengatur perekonomian. Bedanya reaksi yang terjadi akibat adanya kebijkan moneter

pada suatu negara, sehingga membuat banyak pendapat yang pro dan kontra terhadap
kebijakan moneter. Namun menurut kondisi perekonomian di Indonesia
diterapkannya kebijakan moneter sangat perlu, ini telah dibuktikan dengan
pembentukan lembaga Bank Sentral yang memliki tugas dibidang moneter.
Implementasi kebijakan moneter sangat diperlukan untuk merespon siklus dunia
usaha, tapi otoritas moneter ( Bank Sentral ) harus menerapkan prinsip kehati-hatian (
Natsir, 2014: 119). Dengan menganalisa kondisi perekonomian yang sedang terjadi di
Negara Indonesia, otoritas moneter harus tetap siaga dalam memperhatikan kebijakan
apa yang tepat untuk diterapkan agar dapat mengurangi masalah ketidak stabilan yang
terjadi diperekonomian dan bukan memebuat kebijkan yang malah memperburuk
keadaan ekonomi.
Jadi dewasa ini dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di
Indonesia yang semakin fluktuatif dan banyaknya ketidakpastian terhadap gejolak
ekonomi, maka intervensi pemerintah melalui Bank Sentral sangat diperlukan dalam
perekonomian.

2. Kedudukan Dan Peran perbankan

Dari perkembangan dan sejarah yang lalu akan dirincikan kejadian dimana
peran perbankan dalam perekonomian yang sangat signifikan dirasakan dan

menyebabkan berbagai efek yang saling berhubungan dan berkaitan atau yang disebut
efek domino. Pada situasi saat ini andil perbankan dalam perekonomian sangat besar
ditambah lagi tujuan utama pemerintah saat ini adalah mengoptimalkan jasa
perbankan sehigga perlunya mempelajari historical perbankan di indonesia akan
sangat membantu dalam membaca situasi kedepannya.
Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang ada di indonesia
saat ini .Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan Dan menyalurkan kepada masyarkat dalam bentuk pinjaman dengan
tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (aulia pohan).
Keberadaan perbankan dalam perekonomian dewasa ini sudah menjadi
kebutuhan pokok dalam menyukseskan pembangunan nasional. Banyaknya dampak
yang ditimbulkan oleh aktivitas perbankan membuat perbankan perlu kebijakankebijakan yang mendukung kegiatan yang dilakukan bank agar posisi krusial yang
ditempati perbankan dalam perekonomian berjalan dengan baik dan sesuai yang
diharapkan. Perlunya kebijakan menyangkut perizinan, pengaturan dan pengawasan
terhadap lembaga perbankan. Dan tindak lanjut dari kebijkan pengawasan berupa
sanksi terhadap penyimpangan dalam rangka pembinaan terhadap upaya
meningkatkan kesehatan lembaga perbankan.
Karena lembaga perbankan yang aktivitasnya penghimpun dan penyalur
dana yang dimiliki oleh masyarakat maupun entitas-entitas tertentu maka faktor
kepercayaan terhadap lembaga perbankan oleh seluruh lapisan masyarakat harus

dijaga, karena bank tidak hanya dibutuhkan oleh individu dan masyarakat secara
keseluruhan tapi juga sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi suatu negara. Proses pergerakanya mulai dari intermediasi yang dilakukan
perbankan yaitu dengan mnghimpun dana dari masyarakat dan disalurkan pada pihak
yang membutuhkan dana untuk mengembangkan dana tersebut ke sektor yang
produktif sehingga kegiatan bank ini akan memicu kegiatan investasi, produksi Dan
tentunya konsumsi masyarakat.
Pada perkembangan lebih jauh bank menjalankan berbagai kegiatan
operasional lainya, seperti ikut dalam pasar modal, kegitan tranfer keluar negri dan
masih banyak lagi kegiatan-kegiatan diluar operasional yang ditekuni perbankan di
era moderen sekarang

Gambaran sederhana posisi perbankan dalam perekonomian

Deposan
(masyarakat)

Debitur
(masyarakat)


Investasi
Ekspansi usaha

Perbankan
(Intermediasi )

BI

OJK

Kegiatan produksi

Pertumbuhan
Sektor rill

B. Kebijakan perbankan di Indonesia
1. Gambaran umum sistem Dan kebijakan perbankan di Indonesia
Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi,
membantu kelancara sistem pembayaran Dan juga sebagai lembaga yang menjadi
sarana dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Oleh karenanya kondisi kesehatan

bank perlu diperhatikan secara seksama, dalam prinsipnya kesehatan perbankan akan
membawa kesehatan pada perekonomian. Untuk itu otoritas pengawasan bank
merupakan bagian yang dibentuk untuk upaya menciptakan, menjaga dan memelihara
sistem perbankan yang sehat.
a. Definisi Dan fungsi bank dalam perekonomian
Secara umum lembaga keuangan dibagi menjadi dua bagian yaitu lembaga
keuangan bank Dan lemabaga keuangan non-bank.
Ciri umum yang dimiliki oleh seluruh perbakan adalah sbb:
1) Memiliki kewajiban yang harus dibayar setiap saat apabila ditagih
sebagaimana tercermin dari sisi pasiva bank
2) Memiliki harta yang tidak liquid yang penilaiannya tidak mudah serta
berjangka waktu lebih lama dibandingkan dengan kewajiban yang
dimiliki (diamond and dybvig, 1983 dalam seri kebanksentralan n0.7:
2003).
Di era moderen bank dapat melakukan berbagai aktivitas sesuai
ketentuan yang berlaku. Di indonesia menurut undang-undang yang dimaksud
dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan pengertian tersebut maka Bank dikatakan

sebagai lembaga perantara atau lembaga intermediasi.
Fungsi intermediasi bisa berlanjan dengan lancar apabila kedua belah pihak
telah memiliki kepercayaan terhadap Bank. Kebijakan perbankan yang efektif
terutama harus mengarah pada menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan. Oleh karena itu, bank sering disebut sebagai Lembaga Kepercayaan.
Dari proses intermediasi tersebut, bank akan memperoleh manfaat berupa selisih
pendapatan dan biaya bunga yang biasa disebut spread. Disisi lain perekonomian
juga mendapat manfaat yaitu berupa mekanisme alokasi sumber-sumber dana

secara efektif dan efisien. Selain memberikan dua manfaat diatas, Bank juga
bermanfaat untuk media dalam menstransmisikan kebijakan moneter.
b. Kedudukan Perbankan dalam Sistem Perekonomian
Pada dasarnya Bank merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar
yang disebut dengan Sistem Perbankan. Sistem Perbankan dapat diartikan sebagai
kumpulan dari lembaga, kegiatan usaha, serta cara dan proses pelaksanaan
kegiatan usaha yang memungkinkan bank melaksanakan fungsinya dengan baik.
Sistem perbankan juga dikatakan sebagai bagian dari suatu sistem yang lebih luas
lagi yaitu Sistem Keuangan. Sistem Keuangan merupakan kumpulan dari pasar,
lembaga keuangan, hukum, peraturan, customs tradisi.
Sistem Perbankan juga merupakan bagian dari sistem moneter, karena bank

selain menjadi sarana dalam transmisi kebijakan moneter juga dapat menciptakan
uang. Dalam prakterk, bank umum di Indonesia adalah bank yang dapat
menciptakan uang giral dan uang kuasi.
c. Kenapa Bank Harus diatur dan Diawasi?
Timbulnya sistem perbankan yang tidak sehat menjadi alasan pentingnya
pengaturan dan pengawasan bank sebagai upaya menciptakan dan memelihara
kesehatan sistem perbankan.
Kesehatan Bank tidak hanya menjadi kepentingan pemilik dan pengelola
bank yang bersangkutan, tetapi merupakan kepentingan masyarakat dan
pemerintah serta perekonomian nasional. Pengaturan dan pengawasan bank tidak
hanya dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan tetapi juga dimaksudkan untuk

mencegah kerugian

masyarakat dan pemerintah. Selain itu, dengan pengaturan dan pengawasan
memunginkan tersedianya informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sesuai
dengan kepentingannya. Dengan informasi tersebut masyarakat dapat mengambil
keputusan yang lebih baik dalam melakukan transaksi dan kegiatan lainnya yang
terkait dengan bank.

d. Pengaturan dan Pengawasan Perbankan yang Efektif
Dalam kenyataannya memang pengaturan dan pengawasan tidak dapat
menjamin seratus persen bahwa tidak akan ada bank yang dilikuidasi atau terjadi
krisis perbankan. Pengawasan dan pengaturan sebenarnya merupakan bagian dari
pengawasan yang lebih bersifat komprehensif atau menyeluruh.
1) Pengaturan Bank yang efektif
Pengaturan terhadap bank dilakukan dengan membuat
berbagai ketentuan untuk mengatur keberadaan dan seluruh kegiatan

operasional bank. Peraturan atau ketentuan tersebut sering disebut
dengan ‘banking prudential principles’ atau pengaturan tentang
prinsip-prinsip kehati-hatian pada bank.
‘Prudential banking regulation’ atau

pengaturan

dan

ketentuan tentang kehati-hatian pada bank pada dasarnya berupa
pengaturan tentang izin pendirian atau pembukaan bank baru dan
cakupan kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ketentuan
mengenai pendirian bank baru sangat diperlukan karena jumlah bank
akan menentukan struktur pasar dan persaingan dalam sistem
perbankan di negara yang bersangkutan.
Selain mengatur masalah izin pendirian bank baru, otoritas
juga mengatur kegiatan operasional suatu bank, mengenai apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Pengaturan mengenai cakupan
kegiatan operasional juga akan menentukan struktur industri
perbankan di negara yang bersangkutan.
Pengaturan tentang prinsip kehati-hatian harus dapat
meyakinkan bahwa pemilik dan pengelola bank adalah orang yang fit
dan proper atau kompeten dan empunyai integritas dan tanggung
jawab yang tinggi.
Pengaturan tersebut sebenarnya adalah untuk membantu
pengelola bank agar tidak melakukan hal-hal yang dapat meyebabkan
resiko yang berlebihan.
2) Pengawasan Bank yang Efektif
Tugas pengawas bank pada dasar nya adalah memantau dan
memeriksa apakah pemilik dan pengelola bank telah melaksanakan
pengaturan tentang kehati-hatian pada bank. Dengan pengawasan,
maka akan dapat segera dilakukan langkah-langkah yang diperlukan
apabila terdapat peraturan atau ketentuan yang tidak dilaksanakan. 2
pengawasan yang baik adalah :
-

Pengawasan Offsite (Tidak Langsung) Pengawasan yang
dilakukan melalui berbagai laporan yang disampaikan
oleh bank. Dengan pengawasan ini, pengawas dapat
memantau ketaatan pengurus bank terhadap ketentuan
yang berlaku sehingga dapat mengidentifikasi adanya
penyimpangan serta dapat segera mengambil tindakan

-

yang diperlukan.
Pengawasan Onsite (Langsung) Pengawasan secara
langsung dilakukan dengan cara langsung mendatangi

dan melakukan pemeriksaaan terhadap bank yang
bersangkutan. Pengawasan ini terutama dilakukan untuk
memeriksa kebenaran dan akurasi laporan keuangan dan
seluruh kegiatan operasional bank, menilai kualitas
manajemen serta sistem pengawasan yang dimiliki bank.
2. Kebijakan Dan perkembangan bidang perbankan
a. Sebelum 1 Juni 1983
Sampai dengan tahun 1967 sektor perbankan tidak dapat berkembang akibat politik
dan ekonomi yang terjadi pada periode tersebut. Tingginya inflasi dan belum adanya
pengaturan yang memadai mengenai sistem perbankan menyebabkan kurangnya kepercayaan
masyarakat pada perbankan sehingga perkembangan sektor perbankan mengalami
kemunduran (baik dalam penyaluran dan pengerahan dana). Terbentuknya Pemerintah Orde
Baru berupaya menghidupkan kembali sistem finansial yang ada dan menata kembali sistem
moneter dan perbankan.
Pada tahun 1968, pemerintah menempuh kebijakan penentuan suku bunga deposito
sebesar 30%-72% per tahun dan suku bunga pinjamann sebesar 60% per tahun. Selain itu
pemerintah mengeluarkan dua macam peraturan perbankan yang penting, yaitu UU No.14
Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan dan UU RI No.13 Tahun 1968 tentang Bank
Sentral.
Berdasarkan UU No.14 Tahun 1967 ditetapkan pengutamaan tugas sektoral masingmasing bank pemerintah yang ditujukan kepada usaha perbaikan ekonomi rakyat dan
pembangunan nasional. Selain itu pemerintah juga memberikan izin bagi pendirian cabang
dan kantor perwakilan bank-bank asing untuk beroperasi di Indonesia (dibatasi didalam
wilayah DKI Jakarta saja), yang diharapkan memberikan dampak positif bagi perkembangan
perbankan di Indonesia.
Pada tahun 1969/70 sampai dengan tahun 1973/74 pemerintah mengeluarkan
berbagai peraturan sebagai pelaksanaan dan undang-undang pokok perbankan tahun 1967
yang ditujukan untuk meningkatkan kegiatan bank-bank dan peranan perbankan. Peraturan
pemerintah No.8 Tahun 1969 mengatur syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan bagi bank
swasta nasional untuk bisa menjadi bank devisa.
Keputusan Menteri Keuangan No.800/MK/IV/11 Tahun 1969 mengatur pendirian
bank umum koperasi. Demikian juga untuk mengembangkan kegiatan usaha bank-bank
pemerintah, Menteri Keuangan dengan surat keputusannya No.562/MK/IV/1970 tahun 1970
telah mengatur syarat-syarat dan prosedur pendirian kantor cabang, cabang pembantu, dan
kantor perwakilan bank-bank pemerintah, termasuk bank pembangunan pemerintah dan bank

tabungan pemerintah. Di bidang bank sekunder, pada tahun 1970 pemerintah telah pula
mengatur kembali pendirian bank desa.
Pada bulan November 1969 Bank Indonesia menggariskan kebijakan baru di bidang
pembinaan bank-bank. Tindakan tersebut mencakup 2 masalah penting yaitu 1) menyarankan
dan menganjurkan bank-bank untuk melakukan merger. 2) memberikan bantuan kepada bankbank dalam bentuk fasilitas keuangan dan petunjuk-petunjuk teknis yang berhubungan
dengan reorganisasi bank.
Pada bulan April 1974 bank swasta nasional diizinkan beroperasi sebagai bank devisa
di daerah dimana bank tersebut berada membutuhkan tambahan bank devisa. Untuk
beroperasi sebagai bank devisa, bank swasta tersebut telah beroperasi sekurang-kurangnya 5
tahun dan telah melakukan merger dengan bank lain. Patut dikemukakan bahwa dalam rangka
mengendalikan laju inflasi yang terus meningkat tajam dalam permulaan tahun 1970-an,
pemerintah pada bulan April 1974 mengambil kebijakan moneter secara kuantitatif, yaitu
dengan membatasi ekspansi (pagu) kredit dan menentukan suku bunga deposito sebesar 15%
per tahun untuk jangka waktu empat tahun berturut-turut. Kebijakan ini membawa dampak
menurunnya aktivitas penghimpunan dana maupun karena adanya pembatasan pemberian
kredit.
Pada tahun 1977 pemerintah menurunkan kewajiban pemeliharaan likuiditas
minimum, yakni 30% menjadi 15%. Dalam ketentuan likuiditas minimum tersebut, Bank
Indonesia memberikan bunga atas kelebihan diatas jumlah simpanan wajib pada Bank
Indonesia. Fasilitas ini dimaksudkan untuk membantu bank-bank yang mengalami kelebihan
likuiditas sebagai dampak dan adanya kebijakan pagu kredit.
Selanjutnya untuk mengembangkan bank-bank desa, sejak bulan September 1977,
Bank Indonesia mendelegasikan fungsi pengawasan danpembinaan terhadap bank-bank desa
kepada Bank Rakyat Indonesia. Meskipun demikian, petunjuk-petunjuk umum masih berada
dibawah pengawasan Bani Indonesia.
Perkembangan Perbankan Tahun 1969, 1974 dan 1979
NO
1

2
3
4

Jumlah Bank
- Bank Pemerintah
- Bank Swasta Nasional
- Bank Pembangunan Daerah
- Bank Asing & Campuran
Total Aktiva (Rp Miliar)
Dana Terhimpun (Rp Miliar)
Kredit yang disalurkan (Rp Miliar)

1969
179
7
138
23
11

1974
162
7
118
26
11

1979
127
7
83
26
11

290,7
185,2
158,2

1722
1002
1080

5322
3337
3674

b. 1 juni 1983- sebelum pakto 28 oktober 1988
Memasuki tahun 1980-an kondisi perekonomian indonesia mengalami
kesulitan sehingga mendorong pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan
untuk mendorong kembali perekonomian negara.
Langkah awal dengan melakukan deregulasi disektor perbankan pada
tanggal 1 juni 1983 pada pokoknya berupaya mendorong perbankan untuk lebih
meningkatkan mobilisasi dana masyarakat serta mempertinggi tingkat efisien dan
profesionalisme perbankan melalui penghapusan pagu kredit, pemberian
kebebasan pada bank-bank pemerintah untuk menetapkan kebijakan dan suku
bunga kreditnya serta pembatasan penyediaan kredit iquiditas hanya kepada
sektor yang berprioritas tinggi.
Dampak kebijakan ini membawa pengaruh signifikan pada dunia perbankan
yang membuat makin sengitnya persaingan di dunia perbankan terutama dalam
fungsinya sebagai lembaga penghimpun dana masyarakat.
Akibatnya, kondisi ini membuat pengaruh pada sistem dan tata kerja
perbankan. Karena kondisi yang sangat kompetitive ini membuat suku bunga
simpanan naik. Namun dampak positif juga dirasakan dalam situasi ini yaitu
upaya untuk memperluas dan memperdalam pelayanan dan penggunaan
perbankan dalam moneterisasi perekonomian serta meningkatkan efisiensi
alokasi penggunaan sumber dana kearah sektor-sektor yang produktif.
Dampak lain, terjadinya pengawasan dan pembinaan yang ketat oleh BI
terhadap perbankan.
Kemudahan perbankan saat adanya deregulasi :
 Penyediaan kredit liquiditas yang berbunga rendah ( 3%)
 Izin pembukaan kantor cabang
 Menyelenggarakan jenis pelayan baru kepada masyarakat
Pada dasarnya kemudahan ini bersifat mengikat karena perbankan
diharuskan memenuhi kewajiban yang disyaratkan oleh BI.
Kebijakan pengembangan setelah 1 juni 83 terus berkembang spt brk:
 Mendorong penggabungan usaha atau marger antar bank swasta nasional
 Memberi bantuan peningkatan efisiensi bank pemerintah
 Dan bantuan teknis pada bank pembangunan daerah
 Memperluas jaringan kliring lokal
 Mendorong bank untuk lebih berkreasi, inisiatif , dan profesionalisme
dalam menghadapi situasi yang competitive.
Pada tahun 1984 pemerintah memudahkan izin pembukaan kantor cabang
.
Lalu pemerintah juga memberikan kelonggaran waktu pada BUSN untuk
persiapan pembukaan kantor cabang yang semula 6 bulan menjadi 1 tahun.
Dampaknya bank memiliki kelebihan liquiditas akhirnya BI menaikan
GWM dari 10% menjadi 13%.
Selanjutnya diterbitkan SBI Dan membuat jasa giro wajib turun dari 13%
menjadi 7%.
Jasa atas kelebihan saldo giro valas bank-bank pada BI sebesar 10%
dihapus pada 1 februari 1984.

Disususl pada tanggal 1 february 1985 dihapuskan jasa giro atas
kelebihan saldo rupiah bank-bank pada BI.
Mei 1985 pemerintah memperbolehkan BUSN membuka kantor cabang
bank devisa.
1 oktober 1987 bank-bank di kota- kota tertentu diberi kesempatan
melakukan transferke kota lain atas kelebihan dana yang dimiliki.
Dengan adanya kebijakan yang diambil pada 1 juni 1983 membuat
perbanakan diindonesia berkembang pesat Dan keberhasilan yang
memuaskan dalam pengerahan dana. Sementara itu jumlah bank terus
berkurang sebagai akibat dari marger pada akhir tahun 1987.
Tahun
1983
1987
Jumlah bank
127
112
Bank pemerintah
7
5
Bank swasta nasional
83
64
Bank pembangunan daerah
26
32
Bank asing Dan campuran
11
11
Jumlah kantor cabang
1064
1640
Total aktiva ( Rp miliar rupiah)
22118
50334
Dana terhimpun ( Rp miliar rupiah)
14704
34881
Kredit yaang disalurkan ( Rp miliar rupiah)
13827
34135
Pokok-pokok kebijakan deregulasi perbankan 1 juni 1983 yakni :
1. Pagu credit (ceiling policy) dibebaskan artinya setiap bank dapat mengadakan
ekspansi kreditnya menurut pengelolaan masing-masing bank asalkan bank tersebut
memiliki loanable funds yang cukup.
c. Loanable funds yang bersumberkan dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)
dibatasi dan hanya diberikan untuk kredit-kredit yang bersifat prioritas.
d. Masing-masing bank bebas menentukan tingkat bunga simpanan dan bunga pinjamannya.
e. Setelah paket kebijakan 27 oktober 1988
Langkah-langkah deregulasi lanjutan dengan adanya paket kebijakan 27
oktober 1988 dalam bidang moneter, perbankan dan keuangan.
Penyempurnaan dari pakjun mengenai penyempurnaan dan perluasan sarana yang
dapat memungkinkan pengerahan dan penyaluran dana masyarakat secara lebih
intensif dan efisien. Langkahnya dengan memberikan perluasaan izin kemudahan
pempembukaan kantor cabang bank kantor lembaga bukan bank,pendirian bank
swasta baru, bank campuran Dan BPR.
Semua bank diperkenankan menerbitkan Tabnas /Taska, LKBB
diperkenankan menerbtkan sertifikat deposito .
kebijakan 27 oktober 1988 juga memberikan kemudahan bagi bank untuk
menjadi bank devisa dengan pembukaan kantor cabang pembantu, bank asing,
dan usaha perdagangan valas serta membuka kesempatan mendirikan bank
campuran.
Tujuan dari pakto 1988 yakni :
a. Peningkatan mobilisasi dana dan alokas dana

b. Pendayagunaan lembaga keuangan dan perbankan agar bergfunsi
sebagai sarana transaksi yang dapat mendorong ekspor non minyak
dan gas
c. Peningkatan efisiensi dan kemudahan pendirian bank
d. Pengendalian kebijakan moneter serta pencipataan iklim
pengembangan pasar modal.
Secara umum tujuan dilancarkannya deregulasi dapat disimpulkan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Penyederhaan proses berbagai kegiatan ekonomi.
Penekanan ongkos-ongks non produktif dalam perekonomian.
Efisiensi lembaga-lembaga pelaku ekonomi.
Pengurangan campur tangan pemerintah dalam perekonomian
Meningkatkan peran swasta yang lebih besar dalam
perekonomian.
Mengupayakan membuat daya saing produk di dalam negeri
lebih wajar dalam percaturan ekonomi internasional.

f. Paket Kebijakan Februari 1991
Yang berisi ketentuan yang mewajibkan bank berhati-hati dalam
pengelolaannya. Pada 1992 dikeluarkan UU Perbankan menggantikan UU No.
14/1967. Sejak saat itu, terjadi perubahan dalam klasifikasi jenis bank, yaitu bank
umum dan BPR. UU Perbankan 1992 juga menetapkan berbagai ketentuan
tentang kehati-hatian pengelolaan bank dan pengenaan sanksi bagi pengurus bank
yang melakukan tindakan sengaja yang merugikan bank, seperti tidak melakukan
pencatatan dan pelaporan yang benar, serta pemberian kredit fiktif, dengan
ancaman hukuman pidana. Selain itu, UU Perbankan 1992 juga memberi
wewenang yang luas kepada Bank Indonesia untuk melaksanakan fungsi
pengawasan terhadap perbankan.
lahir UU Perbankan baru No.7 tahun 1992 merupakan penyempurnaan UU
Nomor 14 tahun 1967. Intinya, UU itu menggarisbawahi soal peniadaan
pemisahan perbankan berdasarkan kepemilikan. Kalau UU yang lama secara
tegas menjelaskan soal pemilikan bank/ pemerintah, pemerintah daerah, swasta
nasional, dan asing.
Mengenai perizinan, pada UU lama persyaratan mendirikan bank baru
ditekankan pada permodalan dan pemilikan. Pada UU yang baru, persyaratannya
meliputi berbagai unsur seperti susunan organisasi, permodalan, kepemilikan,
keahlian di bidang perbankan, kelayakan kerja, dan hal-hal lain yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan berdasarkan pertimbangan Bank Indonesia.
g. Paket kebijakan mei 1993
Pada periode 1992-1993, perbankan nasional mulai menghadapi permasalahan yaitu
meningkatnya kredit macet. Selain kredit macet, yang menjadi penyebab keengganan
bank dalam melakukan ekspansi kredit adalah karena ketatnya ketentuan dalam Pakfeb
1991 yang membebani perbankan.
Pakmei 1993 ternyata memberikan hasil pertumbuhan kredit perbankan dalam waktu
yang sangat singkat dan melewati tingkat yang dapat memberikan tekanan berat pada
upaya pengendalian moneter. Kredit perbankan dalam jumlah besar mengalir deras ke
berbagai sektor usaha, terutama properti, meski BI telah berusaha membatasi. Keadan
ekonomi mulai memanas dan inflasi meningkat.

3. Sistem Dan kebijakan perbankan di Indonesia

Kebijkan perbankan pada dasarnya ditujukan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Dan stabilitas
nasional kearah peningkatan kesejahteraan semua rakyat secara merata. Menciptakan
Dan mejaga Bank yang sehat dibrutuhkan kerjasama dari semua pihak seperti bankbank yang bersangkutan, pemerintah beserta masyarakat yang menggunakan jasa
perbankan.
a. Sistem perbankan indonesia
Jenis bank di indonesia sebagaimana disebutkan dalam UU
NO. 7 tahun 1992 yang telah diamandemenkan dengan UU NO 10
tahun 1998 tentang perbankan, meliputi bank umum Dan bank
perkreditan rakyat. Yang dimaksud dengan bank umum adalah bank
yang melaksanakan kegiatan usah secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalulitas pembayaran. Sedangkan yang dimaksud BPR
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional
maupun syariah yang dalam aktivitasnya tidak memberikan jasa
dalam lalulintas pembayaran.
Masalah pemberian jasa lalulintas pembayaran anatar bank
umum Dan BPR, seperti : bank umum diperbolehkan menerima
simpanan dalam bentuk giro yang penarikannya dapat dilakukan
dengan menggunkan cek atau alat lalu lintas pembayaran lainya,
serta bank umum dapat melakukan kliring. Oleh sebab itu bank
umum disebut sebagai bank pencipta uang giral (BPUG).
Dengan adanya perbedaan antara bank umum Dan BPR,
maka yang termasuk dalam sistem moneter di indonesia adalah bank
umum Dan bank sentral selaku otoritas moneter.
Pengelompokan bank di indonesia berdasarkan kepemilikan
Dan ruang lingkup operasi dibagi menjadi ;
Berdasarkan kepemilikan :
 Bank milik pemerintah, yang disebut bank persero
 Bank milik pemerintah daerah
 Bank pembangunan daerah (BPD)
 Bank asing
 Bank campuran
 Bank milik swasta nasional
Berdasarkan ruang lingkup operasi , bank umum dibedakan
menjadi Bank yang dapat melakukan kegiatan transaksi
devisa atau bank devisa Dan bank non-devisa.

Tabel perkembangan jumlah bank di indonesia

b. Peran bank indonesia dalam kebijakan perbankan
Alur peraturan perbankan diindonesia
UU No.11 thun 1953

 Peraturan pertma yang secara formal tentang Bank
Indonesia
 Bank Indonesia berperan sebagai penentu kebijakan
perbankan di indonesia
 Pasal 7(3,4,5) ; bank (indonesia )memajukan perkembangan
yang sehat dari urusan kredit Dan urusan Bank RI pada
umumnya Dan pada khususnya urusan kredit nasional Dan
bank nasional
 Bank melakukan pengawasan terhadap urusan kredit
 PP lebih lanjut bagi bank untuk menjalankan kepentingan
pengawasan termasuk kemampuan solvabilitas Dan
liquiditas bank, pemberian kredit berdasarkan asas-asas
 Tentang
terhadap urusan kredit
kebijkan pengawasan
bank yang tepat
 Masalah perizinan , pengaturan, pengawasan maupun
Otoritas pengaturan Dan
pengawasan perbankan selama pemberian sanksi atas pelanggaran
 Isi perizinan pendirian bank berupa ketentuan
priode mulai berlakunya UU No.
PP No.1
tahun1967
1955sampai berlakunya permodalan,pelaksanaan pengawasan , pemberian sanksi
14 tahun
hingga encabutan izin usaha bank
UU No.10 tahun 1998 berada di
 Masalah pengawsan dirinci dalam PP no.1 1955 pasal 5
Departemen keuangan. Seluruh
yang menyatakanIsibahwa
“Bankmenyangkut
(indonesia) melakukan
perubahan
kebijkan penting di perbankan atas nama dewanstrategi
moneter
terhadap badandanpengawsan
pola kebijakan
berada di kekuasaan mentri badan kredit yangpengaturan
ada Dan akan
di indonesia
dan didirikan
pengawasan
keuangan,
BI Unit
hanya
sebagai
solvabilitet
Dan
likwiditet
guna
dilakukan
oleh
Bank
Pembentukan
khusus
pada guna kepentinganbank
Terjadi
pembenahan
ekonomi
pelaksana
kebijakan
yang hanya kepentingan pemberian
kredit
sehat
Dan
Indonesia
atas
nama
departrmen
tahun 1960
untuk melakukan
keuangan
Dansecara
moneter,
berdasarkan asaskeuangan
kebijkan Dan
bank
yang
tepat.
bukan
lagi atas
dapat
memberikan
Penegasan
kembali
peran
bank
tugas
pengawasan rekomendasi
dalam
dikeluarkannya
UU No.14
tahun
nama
dewan
moneter
indonesia
dalam
UU No. 13
yangstruktur
tidakorganisasi
mengikat
bank kepada
1967
 Alur penegasan peraturan pengawasan oleh
thun 1968
indonesiakeuangan.
departemen

BANK INDONESIA

Adanya deregulasi perbankan mulai tahun 1983 -1988 tidak merubah peran BI di bidang
pengaturan Dan pengawasan . setelah terjadi deregulasi di sektor perbankan dilakukannya
pembenahan mengenai ketentuan bidang perbankan yang dituangkan dalam UU No. 7 tahun 1992
tentang pokok-pokok perbankan.
Kemudian diamandemenkan oleh UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan . terjadinya
amandemen peraturan perbankan tersebut merubah peran Bank Indonesia. Peran penting Bank
Indonesia dalam kebijakan perbankan yaitu sebagai otoritas tunggal yang berwenang mengatur Dan
mengawasi perbankan ,kemudian ditegaskan kembali dalam UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia. Dalam UU tersebut juga dinyatakan bahwa pengawasan bank akan dialihkan dari BI ke
lembaga pengawasan sektor jasa keuangan atau OJK .
Isi perubahan undang-undang No.10 tahun 1998 :
1. Pengalihan wewenang perijinan di bidang perbankan dari mentri keuangan kepada
pimpinan bank indonesia
2. Pemilikan bank oleh pihak asing tidak dibatasi, tapi tetap memperhatikan prinsip
kemitraan
3. Pengembangan bank berdasarkan syariah
4. Perubahan cakupan rahasia bank yang semula meliputi sisi aktiva dan pasiva dari neraca
bank, menjadi hanya nasabah penyimpan dan simpanannya.
5. Pembentukan lembaga penjamin simpanan (LPS)
6. Pendirian badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan.
Pokok-poko kebijakan dan pengaturan pengawasan bank di Indonesia dituangkan dalam
bentuk peraturan bank indonesia (PBI). Seluruh ketentuan perbankan telah diterbitkan dalam
himpunan ketentuan perbankan indonesia (HKPI), yang terdiri dari empat jilid yaitu; ketentuan
kelembagaan, kegiatan usaha bank, pengelolaan bank, dan pembinaan & pengawasan bank serta
liquidasi bank.
Cakupan kebijakan pengaturan dan pengawasan bank secara umum dikelompokan dalam;
perizinan, pengaturan, pengawasan dan pemberian sanksi.

c. Kebijakan dalam hal bank-bank mengalami kesulitan
Dalam UU perbankan telah diatur bahwa apabila dalam hal suatu
bank menurut penilaian Bank Indonesia membahayakan kelangsungan
usaha bank yang bersangkutan atau membahayakan sistem perbankan Dan
selanjutnya akan berdampak pada perekonomian nasional, maka Bank
Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam UU.
Apabila suatu bank mengalami kesulitan yang membahyakan
kelangsungan usahanya, tindakan yang dapat dilakukan Bi adlah sbb;
 Pemegang saham menambah modal
 Pemegang saham mengganti dewan komisaris Dan atau direksi bank
 Bank menghapus bukukan kredit berdasarkan prinsip syariah yang
macet Dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya
 Bank melakuakn marger atau konsolidasi
 Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh
kewajiban

 Pengurus bank harus bertanggungjawab atas modal yang sudah
ditanamkan.
Mendirikan bank baru memerlukan modal disetor 3T, rasio
kecukupan modal (CAR) minimal 8%.
Penilaian bank sehat selanjutnya berasal dari kualitas aktiva
produktif (asset). Hasil penyaluran kredit Dan aktiva lainya akan menjadi
sumber pendapatan bagi bank. Walaupun bank secara rill memiliki modal
yang cukup besar apabila kualitas aktiva produktifnya sangat buruk dapat
saja terjadi kondisi modal ikut memburuk. Ini berkaitan dengan
pembentukan cadangan ,penilaian asset,pemberian pinjaman pada pihak
terkait, dll.
Maslah pemberi pinjaman pada pihak terkait diatur dalam ketentuan
batas minimum pemberian kredit (BMPK).
Penilaian terhadap aktivitas produktif menurut ketentuan perbankan
di Indonesia berdasarkan 2 rasio, yaitu rasio aktiva produktif Dan rasio
CKPN atau PPAP( penyisishan penghapusan aktiva produktif) yang wajib
dibentuk oleh bank.
Selanjutnya masalah Manajemen. Dengan melakukan evaluasi
terhadap pengelolaan bank yang bersangkutan.
Sisi keuntungan juga perlu sebaga indentifikasi bank-bank
bermasalah . apabila bank selalu megalami kerugian dalam kegiatan
operasionalnya maka lambat laun kerugian akan merambah Dan
mempengaruhi permodalan.
Dari sisi liquiditas , penilaian terhadap faktor liquiditas dilakukan
dengan menilai dua buah rasio yaitu rasio kewajiban bersih antar bank
terhadap modal inti Dan rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank.
Yang dimaksud dengan kewajiban bersih antar bank adalah selisih antara
kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain. Sementara yang dimaksud
dengan dana yang diterima adalah kredit liquiditas bank indonesia, giro
,deposito, tabungan, dll.
Selain itu terdapat fakt0r lain juga yang menentukan tingkat
kesehatan bank yaitu BMPK Dan ketentuan posisi devisa neto.

4. Kebijakan penanggulangan kriss perbankan di Indonesia
Krisis yang terjadi di Asia pada tahun 1997 telah memicu krisis perbankan di
beberapa negara seperti Korea Selatan, Thailand dan Indonesia. Di Indonesia krisis
perbankan diawali dengan dilikuidasinya beberapa bank yang memicu menurunnya
kepercayaan masyarakat yang tercermin dari penarikan besar-besaran dana masyarakat

dari bank. Dalam rangka menanggulangi kepercayaan masyarakat tersebut, Pemerintah
dan Bank Indonesia mengeluarkan berbaga kebijakan di bidang perbankan.
I.

Pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
BPPN adalah suatu lembaga yang dibentuk berdasarkan Keppres No.27 pada
tanggal 27 Febuari Tahun 1998 tentang Pembentukan BPPN dengan tujuan
penyehatan perbankan di Indonesia yang bersifat sementara (berlaku lima tahun) dan
dapat diperpanjang selama diperlukan untuk menjalankan tugas.
BPPN ditugaskan untuk memulihkan kondisi perbankan nasional serta
mengembalikan uang negara yang telah disalurkan ke sektor perbankan. Sesuai
undang-undang perbankan, tga tugas pokok BPPN adalah melakukan penyehatan
perbankan, menyeleseikan aset bermasalah, dan mengupayakan pengembalian uang
negara yang telah tersalur pada sektor perbankan.

II.

Restrukturisasi Perbankan Indonesia
Program restrukturisasi ini diwujudkan dalam bentuk pemulihan kepercayaan
masyarakat, serta perbaikan solvabilitas dan profitabilitas bank. Diharapkan dapat
dibangun kembali sistem perbankan yang sehat, kuat, dan mampu mencegah
terjadinya krisis di masa mendatang.
Restrukturisasi perbankan pada intinya dilakukan melalui dua program, yaitu :
1. Program Penyehatan Perbankan
Program ini berupaya menyeleseikan persoalan likuiditas yang lebih
disebabkan oleh masalah kepercayaan masyarakat, persoalan rentabilitas yang
disebabkan oleh buruknya kualitas aktiva, persoalan produktif (KAP) ketika
kredit macet sangat tinggi serta persoalan solvabilitas yang disebabkan oleh
menurunnya permodalan bank hingga negatif.
Sesuai dengan persoalan yang dihadapi tersebut, program ini meliputi :
a. Program Penjaminan
b. Program Rekapitalisasi Bank Umum
c. Program Restrukturisasi Kredit
2. Program Peningkatan Ketahanan Perbankan
Seiring dengan program penyehatan yang tengah berlangsung, dilakukan juga
upaya untuk lebih meningkatkan kemampuan perbankan untuk menjalankan
fungsinya dan dengan demikian menjadi lebih tangguh dalam menghadapi segala
tantangan yang dilakukan melalui :
a. Pengembangan Infrastruktur
b. Peningkatan Mutu Pengelolaan Perbankan
c. Penyempurnaan Ketentuan Perbankan
d. Pemantapan Pengawasan Bank

DAFTAR PUSTAKA
Aulia Pohan.2008.Potret Kebijakan Moneter Indonesia.Jakarta:Rajawali Pers.
Anonime.200x. Sejarah Bank Indonesia : Perbankan (Periode 1983-1997). Unit Khusus Museum
Bank Indonesia: www.bi.go.id .
Natsir,Muhammad.2014.Ekonomi Moneter Dan Kebanksentralan.Jakarta: Salemba4.
Suseno & Abdullah,Piter.2003. Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di
Kebanksentralan No.7.jakarta: pusat pendidikan dan studi kebanksentralan.

Indonesia,

Seri

EKONOMI MONETER I
Sistem Dan Kebijakan Perbankan Di Indonesia
Oleh:
Nur fransiska ayu noviona (145020400111003)
Irma Asyatun (145020400111012)

JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016